Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
PENENTUAN KESADAHAN Kesadahan Jumlah Metode : Kompleksomerti Prinsip : EDTA dan garamnya membentuk senyawa kompleks yg larut bila ditambahkan kpd kation logam. Bila indicator EBT ditambahkan kpd suatu larutan yg mengandung ion Ca dan Mg pada pH 10 ± 0,1 larutan akan menjadi warna merah anggur. Bila kemudian dititrasi dg EDTA maka ion Ca dan Mg akan terikat sebagai kompleks dan pada titik akhir titrasi yaitu bila seluruh ion Ca dan Mg sudah terikat oleh EDTA maka larutan yg berwarna merah anggur akan berubah menjadi biru prusi. Reaksi : Ca2+/Mg2+ + EBT  Ca2+/Mg2+ - EBT Ca2+/Mg2+ - EBT + EDTA  Ca2+/Mg2+ - EDTA + EBT Reagen : Lar Baku CaCO3 0,005 N Lar Std Na2 EDTA 0,005 N  Indikator EBT (Eriochrom Black T) Buffer pH 10 Prosedur : Standarisasi Na2 EDTA dg CaCO3 Dipipet 10 ml larutan CaCO3 dimasukkan erlenmeyer. Ditambah 1 – 2 ml buffer pH 10, ditambah indicator EBT (warna jadi ungu). Dititrasi dg Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru prusi konstan. Duplo Masuk rumus V1N1 = V2N2 Diketahui N sebenarnya dari EDTA Penetapan Kesadahan Jumlah Dipipet 50 ml sampel dimasukkan dlm Erlenmeyer. Ditambah 1 – 2 ml buffer pH 10, ditambah indicator EBT. Dititrasi dg Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru prusi konstan. Duplo Rumus Factor CaCo3 = 100 mg (dipipet 10 ml) 200 mg CaCO3 10 ml ~ …… ml EDTA (volume titrasi) 1 ml CaCO3 = 0,5 mg 10 ml CaCO3 = 5 mg  Faktor EDTA = . 1 . x 5 mg CaCO3 …ml Kesadahan Jumlah ◦D = 1000 x T1 x Faktor EDTA x BM CaO (56) x 0,1 ◦D Vol sampel BM CaCO3(100) Kesadahan Ca dan Mg Metode : Kompleksometri Prinsip : Mula2 EDTA akan mengikat Ca yg ada. Penetapan Ca dg EDTA yg dilakukan dg cara membuat pH cukup tinggi kira2 12 – 13 sehingga Mg akan mengendap sbagai hidroksida, dg memakai indicator yg mengikat Ca. indicator murexide keluar titik akhir titrasi yaitu bila Ca seluruhnya terikat EDTA, maka warnanya berubah dari merah muda menjadi merah ungu. Reaksi : Ca2+ + Murexide  Ca2+ - Murexide Ca2+ - Murexide + EDTA  Ca2+ - EDTA + Murexide Mg2+ - Murexide  Tidak bereaksi Reagen : Lar Baku CaCO3 0,005 N Lar Std Na2EDTA 0,005  Indicator Murexide  NaOH 3 N Prosedur : Standarisasi Na2 EDTA dg CaCO3 Dipipet 10 ml larutan CaCO3 dimasukkan erlenmeyer. Ditambah 1 – 2 ml buffer pH 10, ditambah indicator EBT (warna jadi ungu). Dititrasi dg Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru prusi konstan. Duplo Masuk rumus V1N1 = V2N2 Diketahui N sebenarnya EDTA Penetapan Kesadahan Ca Dipipet 50 ml sampel dimasukkan dlm Erlenmeyer. Ditambah larutan NaOH 3 N sampai pH 12 – 13 dan ditambahkan indicator murexide. Dititrasi dg Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi merah ungu konstan. Duplo Rumus Kes Ca2+ = 1000 x T2 x Faktor EDTA x BM Ca (40) x 1 mg/l Vol sampel BM CaCO3(100) Kes Mg2+ =[ 1000 x T1] - [1000 x T2] x F EDTA x BM Mg (24) x 1 mg/l Vol smpel Vol smpel BM CaCO3(100) T1 = volume titrasi EDTA pada kesadahan jumlah T2 = volume titrasi EDTA pada kesadahan kesadahan Ca Cara membuat baku primer CaCO3 0,05 N 100 ml Gram = N x BM x Volume (ml) 1000 x valensi (1) Penimbangan sebenarnya  dicari N sebenarnya Cara membuat Ditimbang CaCO3  dilarutkan dg H2SO4 pekat sampai larut dlm beaker glass  dipindah ke labu ukur 100 ml  add aquadest PENENTUAN ZAT ORGANIK METODE : Permanganometri PRINSIP : Asam (untuk air yg mengandung ion klor < 300 ppm) : zat organic di dlm sampel dioksidasi dg larutan baku asam oksalat yg diberikan berlebuhan. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dg larutan baku KMnO4. Basa (untuk air yg mengandung ion klor > 300 ppm) : zat organic dlm sampel dioksidasi dg larutan standart KMnO4 berlebihan. Kelebihan KMnO4 direduksi dg larutan standart asam oksalat. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dg larutan standart KMnO4. REAGEN : KMnO4 0,01 N Asam oksalat (H2C2O4) 0,01 N  H2SO4 4 N bebas zat organic PROSEDUR : Standarisasi KMnO4 dg H2C2O4 Dipipet 10 ml larutan H2C2O4 0,01 N dimasikkan dlm Erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml larutan H2SO4 4 N bebas zat organic dan Dipanaskan pada suhu 70◦C. Dititrasi dalam keadaan panas dg larutan KMnO4 sehingga terjadi warna merah muda konstan. Duplo Masuk rumus V1N1 = V2N2 Diketahui N sebenarnya dari KMnO4 Penetapan kadar Zat Organik Dipipet 10,0 ml sampel dimasukkan dlm Erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml H2SO4 4 N bebas zat organic dan ditambahkan KMnO4 0,01 N tetes demi tetes sampai terbentuk warna pink (volume KMnO4 diperhitungkan)  menghilangkan sulfide dan nitrit Dididihkan selama 10 menit dan ditambah 15,0 ml KMnO4 lalu dipanaskan kembali. (menghilangkan Fe) Ditambahkan H2C2O4 0,01 N sampai warna jernih (± 10 ml). Dititrasi dg KMnO4 0,01 N dalam keadaan panas sampai terbentuk warna merah muda konstan. Duplo Rumus Zat Organik = 1000 x [ (15 + vol KMnO4 titrasi ) + N KMnO4 ] - Vol smpel 0,01 [ vol H2C2H4 x N H2C2O4 ] x 0,316 mg/l (kesetaraan) 0,01 PENETAPAN KADAR CHLORIDA METODE : Argentometri PRINSIP : dalam larutan netral atau sedikit alkalis, kalium kromat dapat menunjukkan titik akhir titrasi klorida dg perak nitrat. Perak chlorida yg terbentuk diendapkan sebelum warna merah perak kromat terbentuk. REAKSI : AgNO3 + NaCl  AgCl endapan putih + NaNO3 2 AgNO3 + K2CrO4  Ag2CrO4 endapan merah coklat + 2 KNO3 REAGEN : AgNO3 0,01 N NaCl 0,01 N Indicator K2CrO4 5% Serbuk MgO PROSEDUR : Standarisasi AgNO3 dg NaCl 0,01 N Dipipet 10 ml larutan NaCl 0,01 N masukkan dlm Erlenmeyer. Tambah indicator K2CrO4 5% 2 – 3 tetes. Dititrasi dg AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata yg muda. Duplo Masuk rumus V1N1 = V2N2 Diketahui N sebenarnya dari AgNO3 Penentuan Kadar Dipipet 50 ml sampel dimasukkan dlm Erlenmeyer Tambahkan bubuk MgO sampai suasana netral atau sedikit basa (jika sampel asam). Tambahkan indicator K2CrO4 5% 2 – 3 tetes (warna kuning) Dititrasi dg larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata yg muda (warna orange). Dilakukan pula Blanko dengan menggunakan aquadest dan perlakuaan sama dg sampel. RUMUS Kadar Cl = 1000 x (vol titrasi sampel – vol titrasi blanko)x Vol sampel N AgNO3 x BE Cl (35,5) x 1 mg/l ANALISA MINYAK BILANGAN ASAM Prinsip : Bilangan asam yg dinyatakan sebagai banyaknya KOH yg dipakai untuk menetralkan asam lemak bebas dlm 1 gram lemak atau minyak. Reagent : Indikator PP1% KOH / NaOH 0,1 N Asam oksalat 0,1 N Alcohol 96% netral (alcohol 96% ditambah indicator PP 1%, ditambah NaOH 0,1 N sampai warna pink stabil) Prosedur : Standarisasi NaOH dg H2C2O4 0,1 N Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 N, masukkan dlm Erlenmeyer. Ditambahkan aquadest secukupnya dan indicator PP 1% 3 tetes. Dititrasi dg NaOH sampai terbentuk warna merah muda stabil. Duplo dan Dicari N sebenarnya dari NaOH. Penetapan Kadar Ditimbang 20 gram minyak, masukkan dlm Erlenmeyer. Ditambah 50 ml alcohol yg telah dinetralkan, kocok. Panaskan sampai mendidih kemudian didinginkan dan ditambahkan indicator PP 1%. Dititrasi dg NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda stabil. Duplo Rumus Bil Asam = ml NaOH atau KOH x N NaOH atau KOH x BE NaOH (40) atau KOH Gram bahan BILANGAN PERSABUNAN Prinsip : Jumlah mg KOH yg diperlukan untuk mempersabunkan 1 gram minyak / lemak. Reaksi : Minyak / lemak + KOH  Gliserol + Sabun Sisa KOH + HCl  KCl + H2O Reagen : Lindi Alkohol (40 gram KOH dalam 1 liter alcohol 96%) Alcohol yg ada dlm KOH berfungsi untk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa supaya mempermudah reaksi dg basa shg terbentuk sabun HCl 0,5 N Na2B4O7 0,5 N Indikator MO 0,1 % Prosedur : Standarisasi HCl dg Na2B4O7 0,5 N Dipipet 10 ml larutan standart asam Na2B4O7 0,5 N masukkan dlm Erlenmeyer. Ditambahkan aquaadest secukupnya dan 3 tetes indicator MO 0,1% (warna kuning). Dititrasi dg HCl sampai warna merah orange. Duplo Dicari N sebenarnya dari HCl Penetapan Kadar Ditimbang 1 – 2 gram minyak ked lm Erlenmeyer. Ditambah 25 ml lindi alcohol. Campuran dipersabunkan di atas penangas air sampai mendidih dg dipasang kondensor. Ditambah 2 tetes indicator Mo 0,1%. Dititrasi dg HCl 0,5 N dalam keadaan panas. Untuk Blanko dilakukan seperti sampel. Rumus Bil persabunan = (ml Blanko – ml Test) x N HCl x 56,1 Gram bahan BILANGAN IODIUM CARA HANUS Prinsip : Banyaknya gram iodium yg diikat oleh 100 gram lemak atau minyak. Reagen : Lar Na2S2O3 0,1 N Lar KI 10 % dan 15% H2SO4 2N KIO3 0,1 N Indikator amilum CHCl3 Pereaksi Hanus Aquadest bebas CO2 Prosedur : Standarisasi Na2S2O3 dg KIO3 0,1 N Dipipet 10 ml larutan standart KIO3 0,1 N, dimasukkan dlm labu iod. Ditambah 10 ml KI 10% dan 10 ml H2SO4 2N (warna coklat) Ditutup dan didiamkan dlm ruang gelap ± 10 menit Dititrasi dg Na2S2O3 sampai warna kuning muda Ditambah indicator amilum (warna biru), titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Duplo dan mencari N sebenarnya dari Thio. Penetapan Kadar Ditimbang 0,5 ml gram minyak. Ditambah dg CHCl3 (klorofom  untuk melarutkan minyak) sebanyak 10 ml. Ditambah 25 ml pereaksi Hanus dan dibiarkan ditempat gelap selama 30 menit dg sering dikocok. Ditambah 10 ml KI 15%, kocok. Ditambah 100 ml aquadest bebas CO2 Dititrasi dg Thio 0,1 N sampai warna kuning muda dan ditambah indicator amilum 1% (warna biru) kemudian dititrasi kembali sampai warna biru tepat hilang. Lakukan untuk Blanko. Rumus Perhitungan = (ml Blanko – ml Test) x 127 x N Thio x 100 1000 Gram Bahan BILANGAN PEROKSIDA Prinsip : Pengukuran sejumlah iod yg dibebaskan dari KI 10% melalui oksidasi oleh peroksida dlm lemak atau minyak pada suhu ruang dlm pelarut asam acetat dan kloroform. Reagen : Asam asetan – Kloroform (3:2) KI jenuh Na2S2O3 0,1N H2SO4 2 N KI 10% Indikator amilum Prosedur : Standarisasi Na2S2O3 dg KIO3 0,1 N Penetapan Kadar Ditimbang 25 gram sampel dalam labu iod Ditambah 30 ml campuran asam asetat-kloroform (3:2), homogenkan Ditambah 0,5 ml larutan KI jenuh. Didiamkan selama 1 menit (kadang digoyang) kemudian ditambah 30 ml aquadest. Dititrasi dg Thio sampai warna kuning muda kemudian ditambah indicator amilum (warna biru). Titrasi dilanjutkan kembali sampai warna biru tepat hilang. Rumus Bil peroksida = ml Thio x N Thio x 1000 Gram sampel Bilangan peroksida dinyatakan dlm milieqivalen dari peroksida dalam 1000 gram sampel. Reaksi Penyabunan Minyak/ lemak + KOH  Giserol + Sabun ⁄ R1 H2C – O – C = O H2C – OH R1 – COOK I ⁄ R2 I HC – O – C = O + 3KOH  HC – OH + R2 – COOK I ⁄ R3 I H2C – O – C = O H2C – OH R3 – COOK ANALISA MADU Metode : Iodometri Prinsip : Analisa Sakarosa : menggunakan metode Luff schrool sebelum dan sesudah inverse. Perbedaannya adalah sakarosa Analisa kualitatif Fermendiastase : Kecepatan destruksi pati dipantau dg intensitas warna biru iodium. Analisa kualitatif Hidroksimetil Furfural : Warna yg dikembangkan oleh reaksi hidroksimetil furfural dg recorsinol dlm HCl pekat. Reagen : KIO3 0,1N - Na2S2O4 0,1N KI 10% dan 30% - H2SO4 2N dan 25% NaOH 1% - HCl pekat Amilum 1% - Indikator PP 1% Larutan Luff school - Lar iod iod kali Lat Recorsinol - Eter Prosedur : Standarisasi Na2S2O3 dg KIO3 0,1 N Analisa Sakarosa Analisa gula sebelum inversi Menimbang 3 – 5 gr madu, dimasukkan labu ukur 250 ml kemudian diaddkan (FILTRAT) Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan dlm labu id. Ditambah 15 aquadest, batu didih dan 25 ml larutan Luff schrool. Dipanaskan dg kondensor sampai ada endapan merah bata. Didinginkan, ditambah 10 – 15 ml KI 30% dan 25 ml H2SO4 25% (penambahan hati - hati) Dititrasi secara iodometri Analisa Gula sesudah inversi 50 ml filtrat dimasukkan dlm beaker glass, tambah 5 ml HCl pekat. Kemudian dipanaskan 67 – 70 ◦C selama 10 menit. Didinginkan dan dinetralkan dg NaOH 1 - 30% dg indicator PP (sampai warna pink) Dipindahkan ke labu ukur 100 ml, diaddkan dan dikocok. Dipipet 10 ml dari larutan tersebut, dimasukkan labu iod. ditambah 25 ml larutan Luff schrool dan dikerjakan seperti gula sebelum inversi. Blanko Pipet 25 Luff schrool dimasukkan Erlenmeyer, ditambah 15 ml KI 30% dan 25 ml H2SO4 4N. Dititrasi dg Thio sampai kuning muda lalu ditambah amilum, kemudian titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Rumus Kadar gula sebelum inversi ml titrasi Blanko – ml titrasi Sampel = …. ml …. ml x N Thio = …. ml (lihat tabel) 0,1 Misal : 4,96 ml  4,0  = 9,7 0,96  0,96 x 2,5 = 2,4 12,1 mg D (pengenceran) = 25 kali 250 ml ↓ diambil 25x 10 ml Kadar = mg x D x 100% mg sampel Kadar gula sesudah inversi ml titrasi Blanko – ml titrasi sampel = …. ml …. ml x N Thio = …. ml (lihat table) 0,1 D (pengenceran) = 50 kali 250 ml 5x ↓ diambil 50 ml diadd  100 ml ↓ diambil 10x 10 ml Jadi D = 5 X 10 = 50 kali Kadar = mg x D x 100% mg sampel Kadar gula total dihitung sebagai Sukrosa = % sesudah inversi x 0,95 0,95 dari : BM sukrosa 342 BM Glu 180 + BM Fruk 180 Kadar Sukrosa = (% sesudah inversi - % sebelum inversi) x 0,95 Analisa Kualitatif Fermendiastase Melarutkan 1 gr madu dlm 4 ml air Mencampurkan dg 1 ml larutan kanji 1% Memanaskan selama setengah jam pada suhu 40◦C Ditambahkan larutan iod – iod kali beberapa tetes Bila ada warna biru maka madu (-) aklohol Bila tidak ada warna biru maka madu (+) alcohol. Analisa Kualitatif Hidroksimetil Furfural Dicampur 5 gr madu dan 10 ml eter, dimasukkan dlm beaker glass kecil diaduk hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas diambil dan dipindahkan ke cawan porselin tipis kemudian diuapkan sampai habis. Cawan ditetesi 3 – 5 tetes larutan recorsinol sehingga terbentuk warna merah jingga. Ditunggu 1 jam, Jika terjadi perubahan warna menjadi merah marun stabil maka madu asli. KETERANGAN JIka larutan tetap berwarna biru maka tambahkan sampel 10 ml. Jika masih biru tambah lagi sampai volume = volume larutan Luuf Schrool (25 ml) Jika masih biru tambah lagi sampai volume sampel maksimal 30 ml UNTUK GULA Sukrosa  sebelum inverse (-) Sesudah inverse (+) Glukosa  sebelum inverse (+) Sesudah inverse (+) Pemanis buatan  sebelum inverse (-) Setelah inverse (-) 250 ml diambil 5 ml. Jika tidak ada endapan merah ditambahkan sampel : 5 ml  5 ml  10 ml  5 ml (hingga vol max 30 ml) Jika tetap tidak ada endapan maka (-) gula. Boleh dititrasi boleh juga tidak karena jika titrasi ml yg dihasilkan sebanding dg ml blanko. Susu (laktosa) adalah satu – satunya disakarida yg dapat mereduksi Luff schrool. ml Thio 0,1 N Glukosa Fruktosa ml Thio 0,1 N Glukosa Fruktosa 1 2,4 15 38,5 2,4 2,8 2 4,8 16 41,3 2,4 2,8 3 7,2 17 44,2 2,5 2,9 4 9,7 18 47,1 2,5 2,9 5 12,2 19 50,0 2,5 2,9 6 14,7 20 53,0 2,5 3,0 7 17,2 21 56,0 2,6 3,0 8 19,8 22 59,1 2,6 3,1 9 22,4 23 2,6 10 25,0 2,6 11 27,6 2,6 12 30,3 2,7 13 33,0 2,7 14 35,7 2,7 ANALISA GULA Metode : Iodometri / Luff Schrool Prinsip : Monosakarida dpt mereduksi Cu2+ manjadi Cu+. Selanjutnya ditetapkan secara Iodometri. Hidrolisis sakarosa (disakarida  fruktosa dan glukosa) menjadi monosakarida yg dpt mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Menentukan Cu2+ dlm larutan sebelum direaksikan dg gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dg sanpel gula reduksi (titrasi sampel). Selisih titrasi blanko dg titrasi sampel ekivalen dg Cu2+ yg terbentuk dan ekivalen dg gula reduksi. Reagen : KIO3 0,1N - Na2S2O4 0,1N KI 10% dan 30% - H2SO4 2N dan 4N NaOH 1% - HCl pekat Amilum 1% - Indikator PP 1% Larutan Luff schrool Larutan asam sitras (50 gr as sitras dlm 50 ml air) dimasukkan pd larutan Natruim karbonat (144 gr Na2CO3 dlm air panas 400 ml), setelah dingin baru larutan CuSO4 dimasukkan (25 gr CuSO4.5H2O dlm 100 ml air), tidak usah diaduk. Setelah itu add 1000 pada labu ukur, dibiarkan semalam. Prosedur : Standarisasi Na2S2O3 dg KIO3 0,1 N Penimbangan bahan Menimbang bahan dlm beaker glass kosong . Min ringan : ± 5 – 10 gr Syrup : ± 1 – 2 gr Memasukkan dlm labu ukur 250 ml, kemudiaan diaddkan dan dikocok (FILTRAT) Gula sebelum inversi Memipet 5 ml filtrat dimasukkan dlm labu iod. Ditambah 25 ml larutan Luff schrool, kemudian dipanaskan dg kondensor (pendingin tegak) sampai terbentuk endapan merah (CuO). Setelah dingin ditambah 15 ml KI 30% dan 25 ml H2SO4 4N sampai terbentuk I2 (warna coklat). Langsung dititrasi dg Thio 0,1 N sampai warna kuning muda, lalu ditambahkan amilum 1% kemudian titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Gula sesudah inversi 50 ml filtrat dimasukkan dlm beaker glass, tambah 5 ml HCl pekat. Kemudian dipanaskan 67 – 70 ◦C selama 30 menit. Didinginkan dan dinetralkan dg NaOH 1 - 30% dg indicator PP (sampai warna pink) Dipindahkan ke labu ukur 100 ml, diaddkan dan dikocok. Dipipet 5 ml dari larutan tersebut, dimasukkan labu iod. ditambah 25 ml larutan Luff schrool dan dikerjakan seperti gula sebelum inversi. Blanko Pipet 25 Luff schrool dimasukkan Erlenmeyer, ditambah 15 ml KI 30% dan 25 ml H2SO4 4N. Dititrasi dg Thio sampai kuning muda lalu ditambah amilum, kemudian titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Rumus Kadar gula sebelum inversi ml titrasi Blanko – ml titrasi Sampel = …. ml …. ml x N Thio = …. ml (lihat tabel) 0,1 Misal : 4,96 ml  4,0  = 9,7 0,96  0,96 x 2,5 = 2,4 12,1 mg D (pengenceran) = 50 kali 250 ml ↓ diambil 50x 5 ml Kadar = mg x D x 100% mg sampel Kadar gula sesudah inversi ml titrasi Blanko – ml titrasi sampel = …. ml …. ml x N Thio = …. ml (lihat table) 0,1 D (pengenceran) = 100 kali 250 ml 5x ↓ diambil 50 ml diadd  100 ml ↓ diambil 20x 5 ml Jadi D = 5 X 20 = 100 kali Kadar = mg x D x 100% mg sampel Kadar gula total dihitung sebagai Sukrosa = % sesudah inversi x 0,95 0,95 dari : BM sukrosa 342 BM Glu 180 + BM Fruk 180 Kadar Sukrosa = (% sesudah inversi - % sebelum inversi) x 0,95 ACIDIMETRI Merupakan titrasi asam Lar sekunder : HCl (valensi 1) Lar primer : Na2B4O7 (valensi 2, BM 381,37) Pereaksi : - (ditambah aquadest) Indikator : MO Per warna : Kuning  Orange Reaksi : HCl  H+ + Cl- Na2B4O7 + 2HCl  H2B4O7 + 2NaCl H2B4O7 + 5H2O  4H3BO3 . Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O  4H3BO3 + 2NaCl ALKALIMETRI Merupakan titrasi basa Lar sekunder : NaOH (valensi 1) Lar primer : H2C2O4 (valensi 2, BM 126,07) Pereaksi : - (ditambah aquadest) Indikator : PP Per warna : jernih  Pink Reaksi : NaOH  Na+ + OH- H2C2O4  2H+ + C2O42- atau C2O42-  2CO2 + 2e H2C2O4 + 2NaOH  Na2C2O4 + 2H2O ARGENTOMETRI Merupakan titrasi dg prinsip pengendapan Lar sekunder : AgNO3 (valensi 1) Lar primer : NaCl (valensi 1) Pereaksi : - (ditambah aquadest) Indikator : K2CrO4 Per warna : Kuning  Orange + endapan merah bata Reaksi : NaCl  Na+ + Cl- AgNO3  Ag+ + NO3- NO3- + 2H+ + e  NO2 + H2O AgNO3 + NaCl  AgCl endapan putih + NaNO3 2AgNO3 + K2CrO4  Ag2CrO4 endapan merah bata + 2KNO3 KOMPLEKSOMETRI Merupakan titrasi oleh reaksi kompleks Lar sekunder : Na2EDTA Lar primer : ZnSO4 atau CaCO3 Pereaksi : Buffer pH 10 (5 ml) Indikator : EBT Per warna : Ungu  Biru prusi Reaksi : ZnSO4/CaCO3-EDTA + EBT  ZnSO4/CaCO3-EBT + EDTA PERMANGANOMETRI Merupakan titrasi redoks Lar sekunder : KMnO4 (valensi 5) Lar primer : H2C2O4 (valensi 2) Pereaksi : H2SO4 4N (10 ml) Indicator : autoindikator Per warna : Jernih  Pink Reaksi : KMnO4  K+ + MnO4- MnO4- + 8H+ + 5e  Mn2+ + 4H2O H2C2O4  2H+ + C2O42- C2O42-  2CO2 + 2e MnO4- + 8H+ + 5e  Mn2+ + 4H2O x 2 C2O42-  2CO2 + 2e x 5 . 2MnO4- + 16H+ + 5C2O42-  2Mn2+ + 8H2O + 10CO2 IODOMETRI Merupakan titrasi untuk membebaskan I2 Lar sekunder : Na2S2O3 (valensi 1) Lar primer : KIO3 (valensi 6, BM 214) Pereaksi : KI 10% (10 ml) dan H2SO4 2N (10 ml) Indicator : Amilum 1% Per warna : Coklat  kuning muda  Biru  Biru tepat hilang Reaksi : Na2S2O3  2Na+ + S2O32- 2S2O32-  S4O62- + 2e KIO3  K+ + IO3- IO3- + 6H+ + 6e  I- + 3H2O IO3- + 5I- + 6H+  3I2 + 3H2O I2 + 2S2O32-  S4O6 + 2I- PERBEDAAN IODOMETRI DAN IODIMETRI Iodometri Iodimetri Primer : KIO3 Sekunder : Na2S2O3 Primer : Na2S2O3 (dibakukan dulu dg KIO3) Sekunder : I2 (iodium) Buret bening Buret coklat Menggunakan pereaksi (untuk membebaskan I2) Tidak menggunakan pereaksi Indikator diberikan setelah titrasi (untuk mempertajam titik akhir titrasi) Indikator diberikan sebelum titrasi (untuk mengikat I2) Biru tua  warna biru tepat hilang Warna sample  Biru stabil (selama 5 menit) N = % x BJ x 10 x valensi BM N = Gram x 1000 x valensi BM x volume