Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan………………………………………………………………. Latar belakang…………………………………………………………. Tujuan…………………………………………………………………. 1. Tujuan Umum………………………………………………………. 2. Tujuan Khusus……………………………………………………. BAB II 2.1 Definisi……………………………………………………………... 2.2 Etiologi………………………………………………………………... 2.3 Patofisiologi…………………………………………………………. 2.4 Manifestasi Klinis…………………………………………………….. 2.5 komplikasi………………………………………………. 2.6 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik……………………………………………… 2.7 Penatalaksanaan……………………………………………………… 2.8 Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 2.9 Intervensi Keperawatan.................................................................................. BAB III 3.1 Pengkajian………………………………………………………………... 3.2 Analisa Data……………………………………………………………… 3.3 Diagnosa Keperawatan………………………………………………..... 3.4 Intervensi...................................................................................................... 3.5 Implementasi....................................................................................................... 3.6 Evaluasi............................................................................................................... BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................... BAB V PENUTUP....................................................................................................... 5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 5.2 Saran ................................................................................................................... Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu di dunia, dan dianggap musuh nomor satu dalam kehidupan yang paling ditakuti. Selain itu, juga menduduki tempat teratas, penyakit jantung bukan lagi menjadi pembunuh misteri. Pada kolesterol yang tinggi, diabetes, hipertensi,kegemukan, merokok, kurang melakukan olahraga, dan proses penuaan adalah antara faktor penyumbang kepada penyakit ini. Isu-isu yang dikaitkan dengan penyakit ini lebih banyak berkisar kepada aspek pencegahan yang termasuk gaya hidup sehat, makanan yang  seimbang, olahraga dan sebagainya. Namun,statistik kematian mengenai penyakit jantung tetap mencatatkan peningkatan yang membimbangkan.(Noer, Sjaifoellah. 1996) Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart Federation) jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada tahun 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung akan meningkat 137% pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Ditahun 2020, diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 125 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu penyakit jantung penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia. (Vany Yany, 2010). Di Indonesia, angka kematian karena penyakit jantung koroner dalam 10 tahun terakhir ini meningkat mencapai 53,5% per 100.000 penduduk Indonesia (Surevei Kesehatan Rumah Tangga Nasional, 2004). Berdasarkan data pola penyakit di rumah sakit se-Jakarta tahun 2005, penyakit jantung  dan pembuluh darah menempati urutan ketiga. Kejadian kasus penyakit jantung koroner mengalami peningkatan di Jakarta. Berdasarkan data rumah sakit se-Jakarta Timur pada tahun 2007 sebanyak 24,92%, tahun 2008 sebanyak 26.85%. (Vany Yany, 2010). Data dari RS Harapan Kita ternyata pasien penderita Penyakit Jantung Koroner baik yang rawat jalan maupun rawat inap terjadi pengingkatan 10% setiap tahun. Bahkan dalam setahun terdapat 500 orang pasien bedah jantung.(Novi Herdiyani, 2010). Memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada klien (individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan kewenangannya, sebagai pengelola (manager) yaitu perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan disemua tatanan layanan kesehatan, sebagai pembela (advokad) berfungsi membela kepentingan klien, sebagai Pendidik (edukator) yaitu dengan memberikan informasi kesehatan melalui upaya perawat secara promotif yang merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan. Upaya preventif dengan menyarankan agar menjalani pola hidup sehat : makan-makanan yang rendah lemak, kurangi merokok dan rajin berolahraga. Upaya kuratif yaitu memberi saran pasien agar kooperatif yaitu dengan mentaati peraturan perawatan dan terapi yang dianjurkan dokter. Dan upaya rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan pasien agar tetap kontrol ke dokter secara rutin, menjaga diet jangan memakan yang tinggi kolesterol, penyesuaian gaya hidup  rajin belorah raga dan tidak melakukan aktifitas fisik yang berat. Berdasarkan uraian di atas, meningkatnya angka kematian setiap tahunnya dan pentingnya peran perawat dari segi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga penulis tertarik untuk menerapkan  “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.R denganCORONARY ARTERY DISEASE diruang ICU Rumah Sakit umum daerah cibiong selama tiga hari perawatan dari tanggal 24april 2016 sampai dengan 27 april 2016. dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif. B.     Tujuan Tujuan Umum Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE Tujuan Khusus Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE maka penulis diharapkan mampu : Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta solusi/ alternatif pemecahan masalah. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan CORONARY ARTERY DISEASE C.    Ruang Lingkup Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada satu kasus, yaitu “Asuhan Keperawatan pada klien Ny.R dengan CORONARY ARTERY DISEASE diruang ICU Rumah Sakit umum daerah cibinong selama tiga hari perawatan dari tanggal 24april 2016 sampai dengan 27 april 2016. BAB II TINJAUAN TEORITIS DEFINISI Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001). Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah  penebalan dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Di dalam kondisi seperti ini, darah yang mengalir ke otot jantung berkurang, sehingga organ yang berukuran sekitar sekepalan tangan itu kekurangan darah. Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. (Joanne and Gloria. 1995) Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan ( Brunner & Suddarth, 2002) Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri, menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct).(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993). ETIOLOGI Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah : Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria). Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita). Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut). Riwayat penyakit jantung dalam keluarga Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka. Merokok. Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah. Tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner. Kegemukan (obesitas). Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner. Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung koroner. Stress. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa. PATOFISIOLOGI MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti: Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang) Sesak napas Berdebar-debar Denyut jantung lebih cepat Pusing Mual Kelemahan yang luar biasa KOMPLIKASI Aritmia Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Gagal Jantung Kongestif Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik. Syok kardikardiogenik Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan kematian. Disfungsi Otot Papillaris Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis. Ventrikuler Aneurisma Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan. Emboli Paru Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung kongestif yang parah PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK PENUNJANG Analisa gas darah (AGD) Pemeriksaan darah lengkap Hb, Ht Elektrokardiogram (EKG) Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda. Foto Rontgen Dada Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Pemeriksaan laboratorium Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor resiko meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung Treadmill Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal. Kateterisasi Jantung Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner. PENATALAKSANAAN Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:  Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin. Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol). Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate). Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan). Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner. Intervensi Jantung Perkutan. Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik. Operasi. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG). CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen. Revaskularisasi Transmiokardia Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina Diagnosa Keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan kontraktilitas, perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular). Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat turunnya curah jantung. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan perfusi jaringan. Intervensi Keperawatan Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel) Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya penurunan curah jantung. Kriteria Hasil: Frekuensi jantung meningkat Status Hemodinamik stabil Haluaran Urin adekuat Tidak terjadi dispnu Akral Hangat Intervensi Auskultasi nadi apical,kaji frekuensi,irama jantung. Rasional : Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitasjantung. Catatbunyijantung. Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau stenosis katup. Palpasi nadi perifer. Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung. Pantau tekanan darah. Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisanjantung. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau konsentrasi urine. Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses pengeluaran urine. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi. Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur. Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic dan cairan. Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, adanya dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat. Tujuan dan kriteria hasil: Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan Memenuhi perawatan diri sendiri Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan. Intervensi Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, diuretic Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat. Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker, traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode aktivitas dengan istirahat Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas. Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air. Intervensi Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penurunan perfusi ginjal Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam. Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites masih ada Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala. Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas tambahan contoh krekels, mengi atau batuk. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru. Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering. Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan dan elektrolit. Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat reabsorbsi. Kolaborasi dengan ahli gizi Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane kapiler-alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke dalam area interstitial ataualveoli. Intervensi: Auskultasi bunyi napas, catat krekels. Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan secret Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen Dorong perubahan posisi Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler. Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan meningkatkan inspaksi paru maksimal Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic dan bronkodilator. Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran gas, meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongestif paru. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan perfusijaringan. Intervensi Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area sirkulasinya terganggua atau pigmentasi atau kegemukan. Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi. Pijat area kemerahan Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif. Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai kebutuhan Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema dependen., meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kaki. Hindarai obat intramuscular. Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit atau terjadinya infeksi. BAB III  PENGKAJIAN KEPERAWATAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DATA KLIEN DATA UMUM KLIEN Nama inisial klien : Tn. A Jenis kelamin : Laki-laki Tempat/Tanggal Lahir : Sumedang, 22-01-1953 Umur : 65 Tahun Pekerjaan : wiraswasta Pendidikan : SD Suku/bangsa : Sunda/Indonesia Alamat : Ling Panjunan RT 03 RW 04 Desa/Kel. Kota kulon Kec. Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat Agama : Islam Status : Kawin Tanggal masuk RS : 28 mei 2018 Nomor Rekam Medis : 718858 Diagnosa medis : DATA PENANGGUNG JAWAB Nama : Ny. U Umur : 58 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Hubungan dengan Klien : Istri Pekerjaan : IRT Alamat : SDA PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA HEALTH PROMOTION Kesehatan Umum: Keluhan utama : Sesak nafas 1 hari SMRS Alasan masuk rumah sakit : Klien mengeluh sesak nafas 1 hari sebelum masuk rumah sakit , klien mengeluh sesak bertambah berat apabila beraktivitas dan berkurang apabila diistirahatkan, sesak dirasakan seperti tercekik, sesak dirasakan pada daerah dada tidak menyebar ke abdomen, sesak dirasakan secara terus menerus. T ekanan darah : 125/85 mmHg Nadi : 108 x/menit Suhu : 36 °C Respirasi : 29 x/menit saturasi : 98 MAP : 95 Riwayat Masa Lalu (penyakit, kecelakaan,dll): Klien pernah mempunyai riwayat penyakit Hipertensi Riwayat Keluarga Keluarga klien tidak ada yang pernah memiliki riwayat penyakit seperti klien Riwayat Pengobatan klien hanya mengkonsumsi obat warung Kemampuan mengontrol kesehatan: Yang dilakukan bila sakit : klien beli obat warung Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll) klien seorang perokok sehari bisa menghabiskan 6 bungkus rokok dan peminum kopi. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll): keluarga mengatakan Tn. A sekarang tidak bekerja. Pengobatan sekarang: No Nama obat Dosis mp 2x125 mg combiven 1 Dexa 2x1 amp Profofol 3 cc cetriaxone 1x2 g Aminofluid 30 cc Omz 1x300 Ramipril 5 mg Amiodipin 1x1 10 mg Pct 3x500 ml RL 500 ml Phntidin 25 mg NUTRITION A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA: BB biasanya: 60 kg dan BB sekarang: 57 kg TB : 161cm Lingkar perut : 66 cm Lingkar kepala : 47 cm Lingkar dada : 72 cm Lingkar lengan atas : 23 cm Lingkar perut : 66 cm IMT : BB : (TB)2 = 57 : (161)2 = 57 : 25.921 = B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal: C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva anemis/tidak: Rambut Klien tampak lurus dan terdapat banyak uban, Tekstur rambut lembut, mukosa bibir kering, conjungtiva anemis, tugor kulit kembali < 2 detik dan kulit lembab D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah sakit: Nafsu makan baik, jenis makanan yaitu diberikan susu entramix 3x sehari E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit: saat di lakukan pengkajian klien dalam keadaan tidak sadat (DPO) F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan, mengunyah,dll) tidak ada masalah saat menelan Pola asupan cairan Asupan cairan klien melalui infus serta obat 24 jam dan makan melalui NGT Cairan masuk Cairan infus ( RL, serta obat obatan injeksi) Air putih Metabolisme Cairan keluar Urin Feses Iwl Penilaian Status Cairan (balance cairan) Terlampir pada catatan perkembangan Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Bentuk perut datar, dan simetris antara kiri dan kanan tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada lesi dan asites tidak ada. Auskultasi : Bising Usus 10 x/menit Palpasi : Tidak ada pembesaran hati dan tidak ada nyeri tekan Perkusi : Suara timpani ELIMINATION Sistem Urinary Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidak nyamanan) klien terpasang kateter Jumlah urine Riwayat kelainan kandung kemih Tidak ada riwayat kelainan kandung kemih Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) Jumlah urin cc, warna kuning Distensi kandung kemih/retensi urine Tidak terjadi distensi kandung kemih Sistem Gastrointestinal Pola eliminasi BAB ± 1 / hari dan klien memakai pampers Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi Klien tidak mengalami konstipasi Sistem Integument Kulit (integritas kulit/ hidrasi/ turgor / warna/ suhu) Tidak ada integritasi kulit Tugor kulit : lembab Warna kulit : sawo matang Suhu kulit : 36,1̊c ACTIVITY/REST Istirahat/tidur Jam tidur : klien dalam keadaan DPO Insomnia : tidak insomnia Pertolongan untuk merangsang tidur: tidak ada Aktivitas Pekerjaan : WIRASWASTA Kebiasaan olah raga : klien jarang berolahraga ADL Makan : susu 3x1 melalui NGT Toileting : klien mengunakan pampers Kebersihan : waslap (1x sehari) Berpakaian : 1x sehari Bantuan ADL : perawat Kekuatan otot : 5 5 5 5 ROM : Resiko untuk cidera : tidak terjadi resiko cidera Cardio respons Penyakit jantung : klien mengatakan tidak memiliki penyakit jantung Edema esktremitas : tidak ada edema extremitas atas maupun bawah Tekanan darah dan nadi Berbaring : 120/70mmHg Duduk : 115/67mmHg Pemeriksaan jantung Inspeksi : simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal chest, tidak tampak ictus cordis. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem, teraba denyut jantung kuat Perkusi : dullnes Auskultasi : S1-S2 lub-dub lub-dub tidak terdengar suara s3 dan s4 Pulmonary respon Penyakit sistem nafas : kluarga klien mengatkan tidak punya riwayat penyakit pernafasan Penggunaan O2 : 60 % melalui ventilator Kemampuan bernafas : menggunakan ventilator ( PSIMV+) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll): sesak, suara nafas Ronchi terkadang Whezing Pemeriksaan paru-paru Inspeksi : simestri kiri-kana, bentuk dada normal, penggunaan otot bantu pernafasan Palpasi : terdapat bunyi krekes di sekitaran paru kiri,ada nyeri tekan di dada kiri dan tidak ada oedem Perkusi : bunyi paru resonan Auskultasi : ronchi terdengar suara tambahan whezzing PERCEPTION/COGNITION Orientasi/kognisi Tingkat pendidikan : sekolah dasar Kurang pengetahuan : klien mengetahui tapi tidak mau untuk berobat ke rumah sakit Pengetahuan tentang penyakit: klien dan keluarga tidak mengetahui tentang penyakitnya akan tetapi pernah mendengar tentang penyakit tersebut Sensasi/persepsi Riwayat penyakit jantung : klien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung Sakit kepala : klien mengataka jarang mengalami sakit kepala Penggunaan alat bantu : kluarga klien mengatakan tidak menggunaka alat bantu Penginderaan : Penglihatan : normal Penciuman : normal Pengdengaran : normal Perabaan : normal Pengecapan : normal Communication Bahasa yang digunakan : klien menggunakan bahasa sunda dan indonesia Kesulitan berkomunikasi : kluaga mengatakan klien tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi pada saat belum sakit SELF PERCEPTION Self-concept/self-esteem Perasaan cemas/takut : klien dalam keadaan tidak sadar Perasaan putus asa/kehilangan: tidak terkaji Keinginan untuk mencederai : - Adanya luka/cacat : tidak ada ROLE RELATIONSHIP Peranan hubungan Status hubungan : kawin Orang terdekat : tidak terkaji Perubahan konflik/peran : tidak terkaji Perubahan gaya hidup : tidak terkaji Interaksi dengan orang lain : kluarga klien mengatakan interaksi dengan orang lain baik COPING/STRESS TOLERANCE Coping respon Rasa sedih/takut/cemas : klien dalam keadaan tidak sadar Kemampan untuk mengatasi : tidak terkaji Perilaku yang menampakkan cemas : LIFE PRINCIPLES Nilai kepercayaan Kegiatan keagamaan yang diikuti : kluarga klien mengatakan selalu mengikut talim di mesjid dekat rumah Kemampuan untuk berpartisipasi : Kemampuan memecahkan masalah : kluarga klien mengatakan memecahkan masalah dengan bermusyawarah dengan keluarga atau istrinya SAFETY/PROTECTION Alergi : kluarga klien mengatakan tidak punya riwayat alergi Penyakit autoimune : tidak ada Tanda infeksi : tidak ada Gangguan thermoregulasi : tidak ada COMFORT Kenyamanan/Nyeri Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Quality (bagaimana kualitasnya) : Regio (dimana letaknya) : Scala (berapa skalanya) : Time (waktu) : Rasa tidak nyaman lainnya : GROWTH/DEVELOPMENT Pertumbuhan dan perkembangan : sesuai usia C. CATATAN PERKEMBANGAN Keadaan Umum: Lemah Jam 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 TTV TD 119/67 135/86 130/80 129/80 140/80 142/75 140/70 129/80 N 130 97 92 88 88 92 78 78 RR 29 32 23 25 29 28 29 29 Suhu 36,0 36,0 36,3 36 36 36,3 36,0 36,2 GCS Eye D Motorik P Verbal O Data Perhitungan Balance Cairan Hari/ Tanggal: 29 Mei 2018 Input: Minum : 600cc (NGT) Makan : - Infus : RL 500cc PROFOFOL cc Metabolisme: 5 x 70Kg= 350 cc Total: 300 + 500+500+ 100+ 20+ 150 +350 = 2.220 cc Output Urin : 800 ml Feses : IWL : Cairan NGT : cc Total : 800cc Balance Cairan = Input – Output = 1703 cc - 800 cc = +903 cc Monitoring Cairan tiap Jam Jam 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 Input Minum 150 Makan Infus 166 116 66 66 66 66 66 66 Metabolisme 14,5 14,5 14,5 14,5 14,5 14,5 14,5 14,5 Total Input (A) 230,5 130,5 80,5 80,5 80,5 80,5 80,5 230,5 Output Urine 200 300 Feses 50 IWL NGT 25 Total Output (B) 369 98,5 98,5 98,5 98,5 98,5 98,5 419 Balance(A-B) -138,5 32 -18 -18 -18 -18 -18 -188,5 DATA LABORATORIUM Tgl dan Jam Jenis Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Harga Normal Satuan Interpretasi 28-05-2018 Hemoglobin Leukosit Trombosit Hematokrit Natrium Kalium Kalsium GDS Kreatinin PH PCO2 PO2 HCO3 TCO2 Base excess Saturasi O2 Hct Hb Natrium Na Kalium K Kalsiom ion ++ 14,2 15.400 387.000 42,6 137 4,1 7,84 181 0,68 7,299 49,2 53,0 24,1 26,0 -2,0 83,0 33,0 11,2 139,0 3,40 0,72 12,3 -15,3 4.500-10.000 150.000-450.000 35-47 135-148 3,5-5,1 8,1-10,4 100-150 0,5-1,1 7,35-7,45 35-46 71-104 22-26 21-26 (-2)-(+3) 95-98 135-148 3,5-5,1 1,12-1,32 gr/dl /mm3 /mm3 % mmol/L mmol/L mg/dl mg/dl mg/dl mm Hg mm Hg mm Hg mEq/l mmol/L mEq/l % % g/dl mmol/L mmol/L mmol/L Normal Tinggi Normal Normal Normal Rendah Normal Tinggi Normal ANALISA DATA NO DATA ETIOLOGI PROBLEM 1 2 3 Ds : Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri Do : Klien nampak Kesakitan Ds : Klien mengeluh lemah Do : TD : 115/67 mmHg Kulit dingin Ds : Klien mengeluh sesak bila bangun dari tidur Do : Klien bedres Faktor resiko ↓ Endapan lipoprotan di tunika intima ↓ Cidera endotel ↓ Invasi dan akumulasi dari lipid ↓ Flaque rebrosa ↓ Lesi komplikata ↓ Aterosklerosis ↓ Penyempitan/obtruksi arteri koroner ↓ Penurunan suplai darah ke miokard ↓ Iskemia ↓ Metabolisme anaerob↑ ↓ Asam laktat↑ ↓ Nyeri dada ↓ Nyeri Faktor resiko ↓ Endapan lipoprotan di tunika intima ↓ Cidera endotel ↓ Invasi dan akumulasi dari lipid ↓ Flaque rebrosa ↓ Lesi komplikata ↓ Aterosklerosis ↓ Penyempitan/obtruksi arteri koroner ↓ Penurunan suplai darah ke miokard ↓ Ketidak seimbangan kebutuhan dengan suplai oksigen ↓ Iskemia ↓ Penurunan kontraksilitas ↓ Penurunan curah jantung Iskemia ↓ Penurunan kontraksilitas ↓ Penurunan curah jantung ↓ Suplai darah ke jaringan tidak adekuat ↓ Kelemahan fisik ↓ Intoleransi aktivitas Gangguan rasa nyaman nyeri Penurunan curah jantung Intoleransi aktivitas Kemungkinan diagnosa yang muncul Gangguan rasa nyaman nyeri b.d iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksilitas Intoleransi aktivitas b.d penurunan curah jantung RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama : Tn M No.Medrec :362801 Usia :74 tahun Dx Medis : CAD No Tujuan Intervensi Rasional 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil: Tanda vital dalam batas normal Klien melaporkan nyeri berkurang Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya Ajarkan teknik distraksi relaksasi Control lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan (suhu, ruangan, cahaya, suara) Kolaborasi pemberian analgetik Pantau perubahan EKG Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebuah temuan pengkajian baru Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri Pemberian health education dapat mengurangi tingkat kecemasan dan membantu klien membentuk mekanisme koping terhadap nyeri Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri ngetahui kinerja gelombang listrik jantung 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan penurunan curah jantung teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi jantung meningkat tidak terjadi distensi akral hangat Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi dan irama jantung Observasi bunyi jantung Palpasi nadi perifer Anjurkan posisi semi recumbent (semi fowler) Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat diuretic, dan cairan. Biasanya tejadi takikardi, untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas jantung S1 dan S2 lemah karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi, S4 menunjukkan inkompensasi atau stenosis katup Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat di[engaruhi oleh CO dan pengisian jantung Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return Membantu proses kimiawi dalam tubuh 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktifitas mandiri sebagian dengan kriteria hasil: Klien dapat melakukan ADL secara mandiri Catat frekuensi jantung, irama , dan perubahan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas sesuai indikasi. Bantu aktivitas pada dasar nyeri / respon hemodinamik Batasi pengunjung Batasi pengunjung Motivasi klien untuk melakukan aktivitas motoric: duduk, mika, miki Kecenderungan menentukan respons terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen Memenuhi kebutuhan dasar klien akan kenyamanan dan keindahan Menurunkan kerja jantung dan menurunkan resiko komplikasi Periode kunjungan yang tenang bersifat teurapeutik Meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN Nama : Tn M No.Medrec : 362801 Usia :74 tahun Dx Medis : CAD HARI/TANGGAL DX.KEP JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF Rabu 9-5-2018 1 07.00 08.00 08.30 08.45 09.00 mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya *Hasil: klien mengatakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus, dan menyebar hingga ke lengan kiri mengAjarkan teknik distraksi relaksasi *Hasil: Klien tidak dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan (suhu, ruangan, cahaya, suara) *Hasil: klien tampak gelisah Kolaborasi pemberian analgetik *Hasil: klien tampak gelisah memantau perubahan EKG *Hasil: Sinus Rytme Jam 12.00 S: Klien masih mengeluh nyeri berada di skala 5 O: Klien tampak gelisah Tanda vital: TD: 117/85 N: 90 RR: 18 SPO2: 99% A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan Intervensi 2 08.15 08.30 08.35 09.37 10.00 Auskultasi nadi apical *Hasil: Nadi teraba kuat Observasi bunyi jantung *Hasil: bunyi regular (lupdup) Palpasi nadi perifer *hasil: nadi teraba kuat Anjurkan posisi semi recumbent (semi fowler) *Hasil: klien tampak gelisah Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat diuretic, dan cairan *Hasil: klien terpasang IVFD Jam. 12.30 S: - O: Nadi 88x/menit Akral dingin Klien tampak gelisah A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 3 10.30 11.00 11.30 Catat frekuensi jantung, irama , dan perubahan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas sesuai indikasi. *Hasil: 115/67 Anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung *Hasil: keluarga klien mengikuti Motivasi klien untuk melakukan aktivitas motoric: duduk, mika, miki *Hasil: klien tampak gelisah Jam. 13.00 S: - O: ADL klien semuanya dibantu oleh perawat dan keluarga A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi Kamis 10-5-2018 1 07.00 08.00 08.30 08.45 09.00 mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya *Hasil: klien mengatakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus, dan menyebar hingga ke lengan kiri mengAjarkan teknik distraksi relaksasi *Hasil: Klien tidak dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan (suhu, ruangan, cahaya, suara) *Hasil: klien tampak gelisah Kolaborasi pemberian analgetik *Hasil: klien tampak gelisah memantau perubahan EKG *Hasil: Sinus Rytme Jam 12.00 S: Klien masih mengeluh nyeri berada di skala 5 O: Klien tampak gelisah Tanda vital: TD: 117/85 N: 90 RR: 18 SPO2: 99% A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan Intervensi 2 08.15 08.30 08.35 09.37 10.00 Auskultasi nadi apical *Hasil: Nadi teraba kuat Observasi bunyi jantung *Hasil: bunyi regular (lupdup) Palpasi nadi perifer *hasil: nadi teraba kuat Anjurkan posisi semi recumbent (semi fowler) *Hasil: klien tampak gelisah Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat diuretic, dan cairan *Hasil: klien terpasang IVFD Jam. 12.30 S: - O: Nadi 88x/menit Akral dingin Klien tampak gelisah A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 3 10.30 11.00 11.30 Catat frekuensi jantung, irama , dan perubahan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas sesuai indikasi. *Hasil: 115/67 Anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung *Hasil: keluarga klien mengikuti Motivasi klien untuk melakukan aktivitas motoric: duduk, mika, miki *Hasil: klien tampak gelisah Jam. 13.00 S: - O: ADL klien semuanya dibantu oleh perawat dan keluarga A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi Jumat 9-5-2018 1 07.00 08.00 08.30 08.45 09.00 mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya *Hasil: klien mengatakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus, dan menyebar hingga ke lengan kiri mengAjarkan teknik distraksi relaksasi *Hasil: Klien tidak dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan (suhu, ruangan, cahaya, suara) *Hasil: klien tampak gelisah Kolaborasi pemberian analgetik *Hasil: klien tampak gelisah memantau perubahan EKG *Hasil: Sinus Rytme Jam 12.00 S: Klien masih mengeluh nyeri berada di skala 5 O: Klien tampak gelisah Tanda vital: TD: 117/85 N: 90 RR: 18 SPO2: 99% A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan Intervensi 2 08.15 08.30 08.35 09.37 10.00 Auskultasi nadi apical *Hasil: Nadi teraba kuat Observasi bunyi jantung *Hasil: bunyi regular (lupdup) Palpasi nadi perifer *hasil: nadi teraba kuat Anjurkan posisi semi recumbent (semi fowler) *Hasil: klien tampak gelisah Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat diuretic, dan cairan *Hasil: klien terpasang IVFD Jam. 12.30 S: - O: Nadi 88x/menit Akral dingin Klien tampak gelisah A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 3 10.30 11.00 11.30 Catat frekuensi jantung, irama , dan perubahan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas sesuai indikasi. *Hasil: 115/67 Anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung *Hasil: keluarga klien mengikuti Motivasi klien untuk melakukan aktivitas motoric: duduk, mika, miki *Hasil: klien tampak gelisah Jam. 13.00 S: - O: ADL klien semuanya dibantu oleh perawat dan keluarga A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi CATATAN PERKEMBANGAN TERINTEGRASI Nama : Tn M No.Medrec :362801 Usia : Dx Medis : CAD Hari/Tanggal Dx.Kep Catatan Perkembangan Paraf 12 mei 2018 1,2,3 S: - O Keadaan umum : lemah Masih tampak sesak Terdapat suara wheezing di kedua lapang paru RR: 28x/menit S: 36,5oC TD: 117/85mmHg SPO2: 99% Terpasang O2 5 liter Intake: 345 Output: 1350 --> 2,4cc/BB/Jam Balance: -1005 Terpasang NGT retensi (-) A: masalah belum teratasi P: Hentikan Intervensi, klien pindah ruangan DAFTAR PUSTAKA Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in Physical Workers and Managers. Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. www.library.usu.ac.id [diakses 18 Mei 2014]. Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar. Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta : EGC, 2009. Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik dengan Faktor Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner. Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia. Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A Systematic Review and Meta-Analysis. Marianna Virtanen, (2010). Overtime Work and Incident Coronary Heart Disease:The Whitehall II Prospective Cohort Study. Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk of coronary artery disease: a meta-analysis of individual participant data. Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan Obesitas Umum dan Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung Koroner Sallim Annisa Yuliana, (2013), Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell American Journal of Roentgenology, 175, 45-51 Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit Jantung. Universitas Diponegoro. Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di Suatu Instalasi Pengeboran Minyak dan Gas Bumi.www.cerminduniakedokteran.com [diakses 18 Mei 2014] Yuet Wai Kan. 2000. Adeno-associated viral vector-mediated vascular www.digilib.unimus.ac.id Diakses tanggal 15 Mei 2014 www.americanhearth.org. (2009). Aktivitas Penderita Kardiovaskular. Diakses tanggal 15 Mei 2014         49