Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU LINGKUNGAN LINGKUNGAN SEBAGAI EKOSISTEM Disususun oleh: Kelompok III Endah Aspiana Habibti (17308141064) Anisa Tiara Madhani (17308144017) Dwi Arif Aditya (17308144028) Nursyifa Sundari (17308144030) Benny Fikanon (18308149001) JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019 Tujuan Praktikum Mengidentifikasi komponen- komponen lingkungan Menganalisis keterkaitan antar komponen pada masing masing sistem lingkungan Mengidentifikasi permasalahan lingkungan Menyatakan ide/gagasan pengelolaan lingkungan dengan sistem lingkungan yang diamati Lokasi Praktikum Halaman Lab Biologi FMIPA UNY Waktu Pelaksanaan Praktikum Pukul 13.00 – 14.00 WIB Cara Kerja Komponen Lingkungan Penyusun Sifat/Parameter Plot 1 2 Komponen Abiotk (Unsur A) Iklim (Faktor Klimatik) Suhu Udara (oC) 33 31 Kelembaban Udara (%) 62 61 Intensitas Cahaya (lux) 759 859 Kecepatan Angin (m/dt 1,4 1,9 Tanah (Faktor Edafik) Kelembaban Tanah (%) 30 5 pH Tanah 7 7 Suhu Tanah (oC) 30 32 Komponen Biotik (Unsur B) Penyusun Jenis-jenis yang ditemukan Kelimpahan Produsen Rumput 30% Jambu air 2 Mangga 7 Nangka 1 Rambutan 3 Cemara 16 Sawo 1 Pisang 10 Konsumen Semut >10 Burung 2 Ulat 4 Kupu-Kupu 1 Pemakan detritus dan dekompser Cacing 1 Hasil Komponen Sosial Budaya (Aktivitas Manusia-Unsur C) Jenis Aktivitas Intensitas Kondis yang Dipengaruhi Mahasiswa berlalu-lalang melewati halaman Sering Rumput ditanah terganggu. Akibatnya jalan sering dilewati tidak terdapat rumput Pembahasan Lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (Siahaan, 2004). Lingkungan hidup sebagai lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam (Soedjono, 1979). Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan anatar makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi anatara organisme dengan anorganisme. (Hutagalung,2010) Komponen-komponen penyusun ekosistem yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, yaitu suhu, air, garam, cahaya matahari, tanah batu, dan iklim. Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik. Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui 1. rantai makanan, yaitu perpindahan materi atau energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama disebut produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang disebut dengan konsumen tingkat pertama, begitu pula seterusnya. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang. 2. Jaring-jaring makanan, yaitu rantai-rantai makana yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring makanan. Keterkaitan antara komponen abiotik dengan komponen biotik dpat terjadi melalui siklus materi. (Campbell,2009) Ekosistem itu terus berkembang. Pada ekosistem alami yang perubahannya hanya dipengaruhi oleh iklim tanpa ada faktor ganguan dari luar, dalam kurun waktu tertentu dapat mencapai ekosistem klimaks yang pada kondisi tersebut komponen ekosistemnya dinamis namun menuju ke arah keseimbangan (Solomon, Martin, and Berg, 2008). Dalam suatu ekosistem terdapat habitat yang komponennya lebih kompleks dari yang lain. Kompleksitas komponen penyusun habitat ini ditentukan oleh isolasi geografis, kerentanan habitat tersebut, dominansi masing-masing spesies dan sejarah geografis (Solomon, Martin, and Berg, 2008). Lingkungan baik yang biotik maupun abiotic selalu mengalami perubahan, baik secara tiba tiba maupun secara perlahan. Perubahan ini berhubungan erat dengan ekosistemnya yang mempunyai stabilitas tertentu. Semakin besar aneka ragam ekosistemnya, maka semakin besar pula stabilitsnya (Supardi,1994). Alam sebagai wadah dalam segala kehidupan dan alam pulalah yang menyediakan segala yang diperlukan untuk kehidupan maupun utuk meningkatkan taraf kehidupan sepanjang manusia mempu membudidayakan dengan semaksimal mungkin. Alam diciptakan semata mata untuk dimanfaatkan isinya sesuai dengan kemampuannya saja tanpa memperhatikan adanya ketrbatasan kemampuan, dan buka segalanya telah tinggal dimanfaatkan saja, melaikan harus melalui proses agar sumber yang ada dialam ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan yang disesuaikan dengan keperluan (Joko, 1999). Alam sebenarnya memiliki sistem yang kompleks, demikian pula ciri dan wataknya yang sangat bernekaragam. Namun ada beberapa watak yang dapat diidentifikasi, seperti: Dinamis Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem berkembang dari waktu ke waktu dan gejala gejalanya dapat terjadi seperti fenomena fisik, biologis, dan social. Saling berinteraksi Dalam suatu lingkungan biasanya dalam sub sistemnya atau lebih rendah akan saling berinteraksi terus menerus guna mencapai keseimbangan. Apabila ada pengaruh dari luar maka akan terjadi interaksi pula untuk mencapai keseimbangan baru. Interpedansi Dalam suatu sistem, setiap bagian dari sistem akan bergantung pada bagian lainnya. Jadi, tiap tiap bagian dari sistem tidaka hana akan saling kait mengkait dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi juga terhadap saling ketergantungan. Intergrasi Penampilan sistem sebagai sustu konsep kesatuan yang terintegrasi lebih memiliki keutamaan. Intergrasi ini merupakan salah satu konsep pendekatan sistem. Dengan konsep keterpaduan ini maka setiap bagian dari sistem pembangunan dirancang secara secara terintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan sistem Suatu sistem dibuat dengan tujuan tertentu. Bentuk tujuan dari suatu sistem merupakan suatu bentuk yang diharapkan (desired output). Pengukuran tujuan dari suatu sitem yang dirancang, sedapat mungkin harus jelas dan sejauh mungkin dinyatakan dalam suatu ukuran kualitatif. Organisasi sistem Organisasi dalam suatu struktur sistem menyangkut fungsi, struktur, dan hirarki. Dalam pengorganisasian sistem harus memungkinkan bahwa masing masing sub sistem dapat mencapai tujuannya yang selaras denga tujuan keseluruhan dari sistem. Multi disiplin Pendekatan sistem dimaksudkan untuk dapat memecahkan masalah yang kompleks. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dari berbagai disiplin. Pendekatan sistem dilakukan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan dan perancangan sistem (Fandeli. Chanfid, 2007). Pada praktikum pertama pada kali ini memiliki judul Lingkungan Sebagai Suatu Sistem. Tujuan utama dari praktikum ilmu lingkungan sebagai suatu sistem adalah untuk membandingkan dan mengetahui atas dua bagian yaitu;Ekosistem abiotik dan biotik tempat jarang lewat dan tempat manusia lewat serta interaksinya. Ekosistem lingkungan tempat injak adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya. (Siahaan, 2004). Sedangkan ekosistem lingkungan jarang injak adalah biotik maupun abiotik selalu mengalami perubahan, baik secara tiba tiba maupun secara perlahan. Perubahan ini berhubungan erat dengan ekosistemnya yang mempunyai stabilitas tertentu. Semakin besar aneka ragam ekosistemnya, maka semakin besar pula stabilitasnya (Supardi,1994). Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan kegiatan praktikum yang berupa pengamatan, perhitungan, dan analisis unsur abiotik dan biotik yang ada di halaman laboraturium FMIPA UNY. Pada pengamatan kali ini kelompok kami membuat 2 buah plot di halaman laboraturium FMIPA UNY namun dengan tempat yang berbeda untuk mengetahui perbedaan antara kedua temapat tersebut. Dimana masing-masing tempat memiliki jumlah komponen yang berbeda karena perbedaan jumlah kunjungan dan campur tangan manusia. Untuk plot yang pertama kami membuatnya di kawasan yang sering dilewati oleh mahasiswa ataupun dosen, sedangkan untuk plot yang kedua kami membuatnya di wilayah yang jarang di lewati oleh mahasiswa ataupun dosen. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa komponen abiotik ekosistem tempat manusia lewat dan tempat jarang manusia lewat berbeda. Ekosistem tempat jarang lewat manusia memiliki nilai suhu udara yang lebih tinggi, kelembapan udara yang lebih tinggi, temperatur tanah yang lebih rendah, intensitas cahaya yang lebih rendah, angin yang lebih kencang, pH tanah yang lebih netral, dibanding dengan ekosistem tempat jarang lewat manusia. Pada tempat yang tak terjamah kelembaban udaranya lebih tinggi dibandingkan tempat yang terjamah. Keberadaan produser yang banyak dapat mengeluarkan uap air  lebih banyak pada proses fotosintesis, sehingga kandungan uap air dalam udara lebih tinggi (kelembaban udara tinggi), temperatur tanah lebih rendah dikarenakan kandungan unsur hara dan mineral dalam tanah masih tergolong cukup tinggi karena tidak terlalu terpapar sinar matahari yang tertutup oleh rimbunnya daun pohon tersebut dan pohon-pohon disekitarnya hal tersebut kemudian berpengaruh pada nilai intensitas cahaya pada tempat yang tak terjamah manusia cenderung memiliki nilai intensitas cahaya yang lebih rendah dibandingkan yang terjamah dengan manusia. Demikian pula sebaliknya, ekosistem tempat lewat manusia memiliki nilai suhu udara yang lebih rendah, kelembapan udara yang lebih rendah, temperatur tanah yang lebih tinggi, intensitas cahaya yang lebih tinggi, kecepatan angin yang lebih rendah, pH tanah yang lebih asam, bila dibanding dengan ekosistem tempat injak manusia. Kelembapan udara yang rendah, temperatur tanah yang tinggi, dan intensitas cahaya yang tinggi disebabkan karena pada wilayah terjamah manusia hanya memiliki produsen yaitu jenis tanaman dan pepohonan yang cukup sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah tanaman pada wilayah yang tak terjamah manusia. Selain itu perbedaan juga terdapat pada tekstur tanah yang dimiliki masing-masing ekosistem. Tempat yang tidak terjamah bersuhu 33o C sedangkan tempat terjamah bersuhu 31o C. Seharusnya suhu di tempat yang terjamah lebih tinggi karena adanya aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang tinggi mengakibatkan kenaikan suhu udara karena adanya pembebasan kalor dari tubuh manusia tersebut. Namun pada praktikum kali ini pengukuran dilakukan pada siang hari sehingga hal ini memungkinkan terjadinya hasil suhu yang lebih tinggi di tempat lewat manusia. Tempat injak manusia memiliki tekstur tanah berupa 30% Debu dan 70% Pasir, sedangkan ekosistem jarang lewat manusia memiliki tekstur tanah berupa 90%Debu, 10% Tanah. Masing-masing dari komponen abiotik tersebut dapat mempengaruhi jenis komponen biotik yang ada di masing-masing ekosistem lingkungan pengamatan. Dari komponen abiotik yang berbeda akan memberikan perbedaan pula pada komponen biotik, pada ekosistem jarang lewat manusia, jumlah komponen biotik yang ditemukan pengamat lebih tinggi dibandingkan dengan komponen biotik ekosistem tempat lewat manusia. Ekosistem biotik tempat injak manusia memiliki jumlah tumbuhan lebih sedikit dan jenis hewan hewan kecil atau serangga jarang terlihat, sedangkan ekosistem biotik jarang injak manusia memiliki jumlah tumbuhan yang lebih banyak dan jenis hewan yang cukup bervariasi hal tersebut terjadi karena keberadaan produser yang banyak ini mempengaruhi keberadaan konsumer yang juga akan semakin banyak. Karena produser tersebut dapat dijadikan tempat hidup bagi beberapa konsumer seperti semut dan beberapa serangga lainnya. Keberadaan produser yang banyak ini dikarenakan halaman laboraturium FMIPA UNY bukan merupakan tempat yang memerlukan keindahan dan fungsi tertentu, sehingga banyak tanaman yang dapat tumbuh dengan bebas tanpa dikhawatirkan dapat mengganggu keindahan dan fungsi dari halaman itu sendiri.Untuk pengurai, ekosistem tempat injak dan jarang injak berbeda. Dari perbedaan jumlah komponen biotik ini nantinya akan mempengaruhi kompleksitas dari daur energi dan materi pada masing-masing sistem. Ekosistem yang memiliki komponen biotik lebih banyak akan mempunyai daur energi dan materi yang lebih kompleks. Semakin kompleks daur energi ini maka akan semakin efektif dan efisien daur tersebut. Dari penjelasan ini, maka dapat dimaknai bahwa ekosistem jarang injak memiliki daur energi yang lebih efektif dan efisien dibanding dengan ekosistem tempat injak manusia. Produsen : Pohon Rambutan Spesies A Spesies B Konsumer 1 : Belalang Konsumer 2 : Semut Dekomposer Cacing Daur energi suatu ekosistem dapat diwujudkan melalui rantai makanan,dari hasil pengamatan yang ada, ada beberapa kemungkinan rantai makanan yang terjadi, namun dalam hal ini praktikan hanya memberikan salah satu contoh rantai makan yang dapat terjadi pada masing-masing ekosistem. Berikut adalah contoh dari rantai makanan yang ada pada ekosistem tempat injak : Produsen : Pohon Pisang Pohon Mangga Cemara Konsumer 1 : Belalang, Ulat, kupu-kupu Konsumer 2 : Semut, Burung Dekomposer Cacing Berikut adalah salah satu contoh rantai makanan yang dapat terjadi di ekosistem jarang injak Dari contoh rantai makanan tersebut, dapat disimpulkan bahwa rantai makanan pada ekosistem jarang injak lebih kompleks dari pada ekosistem tempat injak. Telah dijelaskan di atas bahwa rantai makanan merupakan salah satu penentu kompleksitas daur energi. Jadi ekosistem jarang injak memiliki daur energi yang lebih kompleks dibandingkan dengan daur ekosistem tempat injak. Kompleksitas daur energi juga menentukan keseimbangan suatu ekosistem,semakin kompleks daur energi maka semakin efektif dan efisien penggunaan energi pada ekosistem tersebut, sehingga ekosistem akan semakin seimbang. Demikian pula dalam hal ini, ekosistem jarang injak yang memilki daur energi lebih kompleks dapat dikatakan memiliki ekosistem yang lebih seimbang daripada ekosistem tempat injak. Selain daur energi antar komponen biotik ekosistem, pada ekosistem tersebut juga terjadi hubungan atau interaksi antar abiotik dengan biotik dan abiotik dengan abiotik. Berikut adalah contoh dari interaksi tersebut : 1.    Abiotik dengan Biotik : TumbuhanUnsur Hara, 2.    Abiotik dengan Abiotik : Tanah  Distribusi Unsur Hara Selain daur energi antar komponen biotik ekosistem, pada ekosistem tersebut juga terjadi hubungan atau interaksi antar komponen A, B, dan C. komponen A dapat berpengaruh dengan komponen B dan C, komponen B dapat berpengaruh dengan komponen A dan C, serta komponen C dapat berpengaruh dengan komponen A dan B. keterkaitan antar komponen A terhadap A yaitu temperatur tanah berpengaruh dengan kelembaban tanah , intensitas cahaya mempengaruhi suhu, serta kelembaban tanah mempengaruhi pH tanah. Keterkaitan antara komponen A terhadap B yaitu tinggi rendahnya suhu akan berpengaruh dengan jenis tanaman yang tumbuh, tinggi rendahnya kelembaban dan suhu juga berpengaruh dengan pertumbuhan jamur, pH tanah berpengaruh dengan keberadaan cacing, serta tinggi rendahnya intensitas cahaya berpengaruh dengan jenis hewan yang hidup di daerah tersebut. Keterkaitan antara komponen A terhadap C yaitu tinggi rendahnya suhu udara akan berpengaruh dengan aktivitas manusia dilingkungan tersebut. Keterkaitan antar komponen B terhadap B diantaranya yaitu Semakin banyak jenis tanaman maka akan semakin melimpah jenis konsumen (hewan) yang hidup di daerah tersebu, adanya kupu-kupu juga berpengaruh dengan penyerbukan beberapa pohon di halaman lab FMIPA seperti penyerbukan pada pohon manga dll. Keterkaitan antara komponen B terhadap A yaitu Intensitas cahaya memiliki pengaruh dengan laju fotosintesis semua tanaman heterotrof, kelembaban udara akan berpengaruh dengan pertumbuhan lumut dan jamur dan semakin banyak tanaman yang tumbuh akan meningkatkan kadar O2 diudara. Keterkaitan antara komponen B terhadap C yaitu Semakin banyak tanaman yang tumbuh akan membuat udara semakin sejuk karena kadar O2 diudara semakin banyak sehingga hal tersebut dapat menguntungkan manusia yang ada di daerah tersebut serta semakin banyak jumlah pohon maka intensitas cahaya yang tersalurkan semakin sedikit hal tersebut akan membuat wilayah tersebut menjadi rindang dan meneduhkan. Keterkaitan antara komponen C terhadap C yaitu Jumlah manusia apabila semakin banyak akan mengganggu ketenangan manusia lain karena kapasitas laboraturium sangat terbatas dan apabila jumlah manusia melebihi kapasitas yang ada akan membuat ketidaknyamanan dengan manusia lain dan jumlah manusia yang banyak juga akan membuat kadar CO2 diudara semakin banyak sehingga akan membuat sesak manusia lain karena kadar O2 diudara makin sedikit. Keterkaitan antara komponen C terhadap B yaitu Jumlah manusia yang semakin banyak terlebih yang melewati bagian tengah halaman lab FMIPA UNY akan menghambat pertumbuhan rerumputan yang ada di sana karena pada realitanya jalanan tempat yang biasa dilewati mahasiswa tidak ditumbuhi oleh rerumputan. Sedangkan keterkaitan antara komponen C terhadap A yaitu Semakin banyak jumlah manusia yang mengunjungi halaman lab FMIPA akan meningkatkan kadar CO2 diudara, apabila ada manusia yang membuang sampah sembarangan hal tersebut juga dapat mempengaruhi pH tanah, apabila ada mahasiswa yang membuang zat zat kimia yang habis digunakan praktikum dan dibuang langsung di tanah maka zat-zat kimia tersebut akan mempengaruhi kualitas tanah. Apabila semua komponen ditinjau secara keseluruhan dari semua lokasi yang diamati, maka lokasi yang memiliki komponen paling banyak atau kompleks yaitu hutan biologi karena didalamnya terdapat komponen yang lengkap yaitu biotik dan abiotik. Sehingga dalam hutan biologi juga dapat dikatakan ekosistem yang seimbang karena dari segi produsen, konsumen, dan detritivor jumlahnya seimbang. Sedangkan lokasi yang paling banyak terpengaruh oleh aktivitas manusia atau unsur C yang paling dominan yaitu parkiran FMIPA dikarenakan banyak manusia yang melewati lokasi tersebut. Lokasi yang perkembangannya paling dinamis yaitu halaman Laboratoriun FMIPA karena terus mengalami perubahan akibat perilaku manusia. Kesimpulan Komponen lingkungan terdiri dari komponen abiotic dan biotik. Komponen yang ada pada lokasi yang dikaji yaitu halaman Lab. FMIPA UNY yaitu komponen abiotik dan biotic saing terkait satu sama lain Permasalahan yang ada pada lokasi yang dikaji (halaman laboratorium FMIPA UNY) yaitu terganggunya pertumbuhan tanaman bawah/rumput karena halaman yang ditumbuhi rumput tersebut sering dilewati oleh mahasiswa (manusia) Sebaiknya halaman laboratorium FMIPA UNY diberi batas berupa pagar atau semacamnya disekitar pinggir halaman atau bisa dibuat conblock di bagian halaman yang sering dilewati mahasiswa (manusia) Rekomendasi Kelompok Berdasarkan lokasi yang dikaji yaitu halaman laboratorium FMIPA UNY, ditemui permasalahan berupa tanaman bawah atau rumput yang ada di halaman terinjak-injak oleh mahasiswa yang berlalu-lalang. Akibatnya tanaman tersebut mati dan lahan yang terinjak tersebut tidak ada rumput yang hidup. Sebaiknya halaman laboratorium FMIPA UNY diberi batas berupa pagar atau semacamnya agar tidak bisa dilalui oleh mahasiswa dan mahasiswa harus melewati jalan dipinggir halaman yang tidak ditumbuhi rumput. Alternatif lain yaitu dibuat conblock di bagian halaman yang sering dilewati mahasiswa (manusia) agar tidak merusak tanaman bawah atau rumput yang tumbuh. Tetapi yang paling utama yaitu kita sebagai mahasiswa biologi hendaknya paham akan lingkungan sehingga sudah seharusnya sadar agar tidak melewati bagian halaman yang terdapat rumput yang tumbuh. Diskusi/Pertanyaan Hafidz Afifudin Lingkungan mana yang mempunyai arus energy paling baik? Lingkungan yang paling baik arus energinya di daerah pot karena disitu terdapat banyak komponen seperti tanah, tanaman pendek, lebah, pohon dan lumut. Ellyza Yohana Saat musim hujan, lingkungan digenangi air, apakah akan tumbuh lumut? Saat musim hujan tiba pada tepi-tepi jalan ada genangan air yang menyebabkan tumbuhnya lumut-lumut licin. Nurul Isa Anggraini Solusi lain untuk permasalahan yang ada di lingkungan? Solusi lain yaitu penambahan daerah resapan atau penanaman pohon, bisa juga dengan mengganti bentuk paving seperti yang ada di lingkungan dekanat barat, tetapi resikonya jalanan tidak mulus dan bisa tumbuh lumut juga. Rahma Erlitasari (17308144029) Apakah aktivitas manusia berpengaruh terhadap pertumbuhan lumut yang ada di gedung lainnya? Lumut bisa tumbuh di suatu lingkungan karena beberapa penyebab. Salah satunya adalah tidak terkena cahaya matahari karena tertutup bangunan. Tempat yang tidak terkena cahaya matahari biasanya akan lebih cepat tumbuh lumut, karena lumut hidup di daerah lembab dan jarang terpapar sinar matahari. Dan jalan di depan gedung kuning itu memang jarang dilewati manusia. Hanya sedikit mahasiswa dan dosen saya yang melewati jalan itu sehingga lumut bisa tumbuh subur di jalan depan gedung kuning. Fiorentina Refani (17308141057) dan Adhelia Lutfy P. (17308141004) Apa saja langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan rumput yang tumbuh di lahan parkit dekanat selatan dan dekanat barat? Dan apa akibatnya dari permasalahan rumput tersebut? Lahan parker dekbar dan deksel terbuat dari paving yang ada lubangnya dikarenakan agar rumput bisa tumbuh di daerah itu. Agar saat hujan, air masih bisa meresap di tanah. Membuat lahan parker sendiri yang terpisah dengan lahan untuk tumbuhan hidup memang saran yang bagus, tetapi sekarang ini lahan FMIPA sudah semakin sempit, jadi tidak memungkinkan untuk membuat lahan parkir lagi. Akibat dari permasalahan itu, rumput/tumbuhan tidak jadi bisa tumbuh dengan subur di daerah lahan parkir tersebut dikarenakan seringnya terinjak oleh manusia dan ban mobil/motor. Dan juga karena seringnya terpapar polusi udara karena asap kendaraan. Retno Palupi Apa kaitan antara sampah dan komponen biotik di hutan? Adanya sampah yang dibuang sembarangan di lingkungan akan mempengaruhi kondisi biotic karena mengganggu jalannya penguraian yangada di tanah karena sampah plastic tidak dapat diuraikan dan hanya menjadi kotoran di tanah DAFTAR PUSTAKA Campbell NA, Reece JB.(2009). Biology. USA: Person Benjamin Cummings. Fandeli, Chafid dan Muhammad Nurdin. (2005). Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi Di Taman Nasional. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM. Hutagalung, R.A. (2010). Ekologi Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. N.H.T Siahaan. (1987). Ekologi Pembangunan dan Hukum Tata Lingkungan. Jakarta: Erlangga. Soedjono D. (1979). Pengamanan Hukum terhadap Perencanaan Lingkungan Akibat Industri. Bandung : Alumni. Solomon EP, Martin DW, and Berg Linda R. (2008). Biology.8th.Ed. Belmont : Thomson Brooks/Cole.