1
METODE PEMBELAJARAN KITAB KLASIK ADABUL ‘ALIM WALMUTA’ALLIM DALAM PERBAIKAN AKHLAK MAHASANTRI
MA’HAD AL-JAMI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
AMBON
SKRIPSI
Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam (S.Pd)
Oleh:
ISRA SAIFUDIN SALAN
NIM. 160301004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
AMBON
2019
2
3
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ِسنَ الْاَخْلَاق
ْ ُبُعِ ْثتُ لِاُ تَ ِّممَ ح
“Aku diutus (oleh Allah Swt.) untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sungguh sangat
penulis cintai yaitu Ibunda Tercinta Hamida Selayar dan Ayahanda Tercinta
Muhammad Djailani yang selalu mendukung dalam kondisi apapun dan menjadi
motivator terbaik dalam hidup penulis. Serta saudari saya Ayu Ernia
Kesumadewi dan Rani Anggriani yang telah mendukung, memotivasi, menghibur
dan memberikan kasih sayang dengan penuh kesabaran bagi penulis. Tak lupa
pula untuk persemban kepada Almater tercinta khususnya Jurusan Pendidikan
Agama Islam
5
ABSTRAK
Isra Saifudin Salan, NIM. 160301004, Dosen Pembimbing.
Ummu Sa‟idah M.Pd.I dan Dr. Yusuf Abdurachman, M.Ag. Program
Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Ambon 2019. Judul “ Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim dalam perbaikan akhlak mahasiswa mahad al- Jami‟ah
IAIN Ambon”
Penelitian dalam skripsi ini dilator belakangi bahwa kegiatan
pembelajaran kitab klasil Adabul „Alim Wal-Muta‟alim karena dapat
memperbaiki akhlak mahasiswa dalam bertutur kata, menyapa dan
dalam menimbah ilmu
Rumusan masalah dalam penulisin skripsi ini adalah (1)
Bagaimana Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim
dalam perbaikan akhlak mahasiswa mahad al- Jami‟ah IAIN Ambon
(2) faktor pendukung dan faktor penghambat Pembelajaran kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dalam perbaikan akhlak mahasiswa
mahad al- Jami‟ah IAIN Ambon.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Tekhnik pengumpulan datanya berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Serta tekhnik analisis data berupa tahap reduksi,
penyajian data, dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pembelajaran kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang diadakan oleh Mahad al-Jamiah
dapat memperbaiki akhlak mahasiswa lebih khusunya mahasiswa
pendidikan agama Islam. dimana ketika adanya pemninaan kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟alim ini membuat mahasiswa pendidikan
agama Islam yang mendapatkan pembinaan atau pembelajaran kitab
klasik, santri memiliki akhlak yang baik dalam bertutur kata, menyapa,
dan menimbah ilmu dan selain itu juga secara tidak langsung dapat
menambah wawasan para mahasiswa sehingga perlahan-lahan
membuat mahasiswa IAIN menjadi rajin beribadah. (2) dimana di
dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik ini didukung oleh beberapa
faktor yaitu: pemberi materi, kitab klasik yang sudah disediakan. Dan
pembelajaran tambahan. Selain faktor pendukung ada juga faktor
penghambat dalam menjalankan peranannya yaitu: minat santri yang
dimana dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim
tak luput dari santri yang sering jenuh dan bosan dalam proses
pebelajaran.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya, dan tidak lupa salawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
menaungi kita dari zaman jahiliyah sehingga kita berada dalam manisnya Iman
dan Islam seperti sekarang ini. Hasil yang berjudul “Pembelajaran Kitab Klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam Perbaikan Akhlak Mahasantri Ma‟had AlJami‟ah Institut Agama Islam Negeri Ambon” Alhamdulillah dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil ini, banyak hambatan dan
kesulitan yang dihadapi. Namun, berkat keyakinan, bantuan, serta dukungan dari
keluarga, dosen pembimbing, dan teman-teman semua, sehingga segala kesulitan
yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis dengan
penuh ketulusan dan keikhlasan hati hendak menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Pak Dr. H. Hasbollah Toisuta, M.Ag., Selaku Rektor IAIN Ambon; Wakil
Rektor 1 Bidang Akademik Dr. H. Mohdar Yanlua, M.H; Wakil Rektor II
Bidang Keuangan Dr. H. Ismail DP, M. Pd; dan Dr. Abdullah Latuapo,
M.Pd.I selaku Wakil Rektor III Bidang Administrasi Kemahasiswaan
7
2. Pak Dr. Samad Umarella, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Ibu Dr. Patma Sopamena, M.Pd. selaku Wakil Dekan 1, Ibu
Ummu Sa‟idah M.Pd.I. selaku Wakil Dekan II, dan Pak Dr. Ridwan
Latuapo, M.Pd.I selaku Wakil Dekan III.
3. Ibu Dr. Hj. St. Jumaeda, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Pak Saddam Hussein, M.Pd.I selaku Sekertaris Program
Studi Pendidikan Agama Islam, serta seluruh staf Jurusan dan Dosen
Pendidikan Agama Islam.
4. Ibu Ummu Sa‟idah M.Pd.I selaku dosen pembimbing 1 dan Pak Dr. Yusuf
Abdurachman, L. M.Ag. selaku dosen pembimbing II yang dengan
kerendahan hati telah meluangkan waktu untuk membimbing serta
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil ini.
5. Ibu Dr. Hj Rustina, M.Pd.I selaku penguji 1 dan Pak Mukhlisin, M.Pd.I
selaku penguji II yang dengan kerendahan hati telah meluangkan waktu
untuk menguji serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Seluruh dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang
tak dapat penulis tuliskan satu persatu atas ilmu dan pelayanan yang
diberikan kepada penulis dalam proses perkuliahan.
7. Kepala Unit Perpustakaan IAIN Ambon dan staf-stafnya atas pelayanan di
perpustakaan.
8. Ustadz Farid Naya, M.Si. Selaku Pimpinan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Ambon dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan
8
2017 yang tinggal dilingkungan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon yang
telah memberikan izin dan membantu kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
9. Orang-orang terkasih Ayahanda Salim (Alm) dan Ibunda Intan, saudaraku
Ikra Rusdi Salan, dan adik tersayang Arnita Wulandari Pitambara yang
selalu berusaha demi kebahagian saudara-saudaranya yang tak pernah
putus mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis pada awal
masa studi sampai selesai.
10. Semua sahabat-sahabat tercinta (Ifaldin Hadi, Syahrul Ode Aliani, Mo
Diani, Badrun Ishak) dan teman-temanku Kelas PAI A angkatan 2016,
serta yang spesian untuk Anggri Sahna Primadani yang selalu memberikan
saya motivasi dan dukungan dalam hal perkuliahan dan tahap akhir
penyelesaian.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya.
Akhirnya kepada Allah SWT. Penulis serahkan dan kembalikan segala urusan ini,
semoga kebaikan Bapak/Ibu, Saudara/Saudari, Teman-teman dan Adik-adik
diridhoi dan dirahmati Allah Swt. dan diberikan pahala yang melimpah disisiNya. Aamiin Yaa Rabbal „Aalamiin
9
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................
MOTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................
ABSTRAK .............................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................
A. Konteks penelitian ...........................................................................
B. Fokus penelitian ..............................................................................
C. Rumusan masalah ............................................................................
D. Tujuan penelitian .............................................................................
E. Kegunaan penelitian .......................................................................
BAB II.KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ...............................................................................
1. Kajian Terdahulu....................................................................
2. Metode Pembelajaran .............................................................
3. Macam-Macam Metode Pembelajaran ..................................
4. Belajar dan Pembelajaran .......................................................
5. Kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim ............................
6. Perbaikan Akhlak ...................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN.........................................................
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .....................................................
2. Kehadiran Peneliti ..........................................................................
3. Lokasi Penelitian ............................................................................
4. Informan Penelitian ........................................................................
5. Sumber Data ...................................................................................
6. Prosedur Pengumpulan Data .........................................................
7. Analisis Data ..................................................................................
8. Pengecekan Keabsahan Temuan ....................................................
9. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................
Bab IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..........................................................
B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................
C. Pembahasan ..................................................................................
BAB V. PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................
2. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
i
ii
iii
iv
vii
1
4
4
5
7
7
7
9
10
12
18
23
37
37
38
38
38
39
41
42
42
44
70
64
76
77
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Agama mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia sebab
agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat
pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agama
perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar
kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh. Agama mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, hubungan manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya
yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup
manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam
mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagian ruhaniah.
Oleh karena itu, agama sebagai dasar tata nilai merupakan penentu
dalam perkembangan dan pembelajaraan rasa kemanusiaan yang adil dan
beradab. Pelaksanaan pendidikan agama dilakukan oleh pengajar yang
meyakini, mengamalkan, dan menguasai bahan agama tersebut. Dan salah
satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa.
11
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang
berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan
keagamaan.1
Akhlak secara etimologis berasal dari kata khuluq dan jamaknya akhlak
yang berarti budi pekerti, dan moral. Secara etimologis, akhlak berarti character,
disposition, dan moral constitution. Al-Ghazali berpendapat bahwa manusia
memiliki citra lahiriah yang disebut dengan khalq, dan citra batiniah yang disebut
dengan khulq. Khalk merupakan citra fisik manusia, sedang khulk merupakan citra
fisik manusia. Berdasarkan kategori ini, maka khulq secara etimologi memiliki
arti gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang tanpa melibatkan unsur lahirnya.
Akhlak juga harus ada persesuaian dengan makhluk yang mengisyaratkan
adanya sumber akhlak dari ketetapan manusia bersama atau berdasarkan „urf
(tradisi). Artinya, dalam kehidupan manusia, manusia harus berakhlak yang mulia
baik menurut ukuran Allah maupun ukuran manusia.2
Akhlak pada dasarnya dalam diri sesorang, bersatu dengan perilaku dan
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk maka disebut dengan akhlak yang
buruk atau akhlak mazmumah, dan sebaliknya apabila perilaku tersebut baik
disebut akhlak mahmudah. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang
dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai
berhadapan dengan baik dan buruk, membedakan halal dan haram, hak dan batil,
boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun manusia tersebut bisa melakukan.
1
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 86-87.
Muhaimin, Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam,
(Jakarta: Putra Grafika, 2005), hlm. 262.
2
12
Akhlak merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam yakni
bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya
yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Maka akhlak Islam merupakan
akhlak yang landasan utamanya adalah wahyu. Oleh karena itu akhlak merupakan
tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan, sehingga
menggambarkan perilaku yang baik.
Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Qalam(68): 4.
Terjemahannya:
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung.3
Untuk perbaikan akhlak Islam maka harus adanya pembelajaraan sehingga
manusia dapat perbaikan akhlak yang baik. Sehingga, hal itu kemudian
diwujudkan oleh Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon dalam program kerjanya
tentang pembelajaran kitab kuning yang salah satunya yaitu pembelajaran kitab
klasik Adabul Alim Wal-Muta‟allim.
Melihat situasi dan kondisi mahasantri yang memiliki perilaku yang tidak
baik dan tidak sopan kAdab dalam kesehariannya maupun dalam proses
pembelajaran di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Andy Subandri Suwakul, senioritas mahasantri asrama Ma‟had
Al-Jami‟ah, bahwasannya Kebanyakan mahasantri memiliki perilaku yang tidak
3
hlm. 565.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Depok: Cahaya Qur‟an, 2011),
13
baik dalam keseharian bahkan tidak saling menghargai satu sama lain kAdab
mereka pertama kali tinggal di Ma‟had Al-Jami‟ah .4
Sehingga adanya program ini sangat bermanfaat sekali bagi mahasantri
yang tinggal di asrama Ma‟had Al-Jami‟ah, baik itu dalam proses pembelajaran di
asrama, perkuliahan, maupun dalam keseharian mereka. Sebab pembelajaran kitab
klasik Adabul Alim Wal-Muta‟allim ini menuntut mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Ambon untuk memiliki kepribadian atau akhlak yang baik. Oleh karena itu,
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon mengadakan program pembelajaran kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟allim setiap tahunnya pada akhir semester yang
dinamakan dengan pembelajaraan khusus.
Berangkat dari hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
mengenai pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim, sebab
pembelajaran tersebut dapat perbaikan akhlak menjadi baik.
Dengan demikian, peneliti mencoba mengangkat proposal yang berjudul
“Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dalam perbaikan akhlak
Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.”
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang dibahas dalam peneliti ini adalah:
1. Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim
2. Perbaikan Akhlak
C. Rumusan masalah
Wawancara, Andy Subandri Suwakul, Senioritas Mahasantri Asrama Ma‟had AlJami‟ah IAIN Ambon. Hari/tanggal: Minggu, 08 September 2019.
4
14
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim
dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran kitab
klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak
Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.
D. Tujuan Peneliti
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui pembelajaran
kitab klasik Adabul „Alim Wal-
Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Ambon.
2. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran
kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak
Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis dan secara praktis yaitu:
1. Secara Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pembelajar
15
dalam pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini menambahkan ilmu, wawasan dan
pengetahuan tersendiri dalam pembelajaran, terutama dalam proses
perbaikan akhlak.
b. Bagi IAIN Ambon, hasil penelitian ini dijadikan sebagai
dokumentasi dan sumber rujukan bagi peneliti selanjutnya,
sekaligus sebagai bahan kajian bagi Mahasantri.
c. Untuk memberikan tambahan informasi bagi Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Ambon untuk meningkatkan kualitas akhlak Mahasantri
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.
d. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peneliti selanjutnya yang
ada relevansinya dengan adanya masalah tersebut.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Kajian Terdahulu
Kajian ini dimaksudkan untuk melengkapi dan menyempurnakan
khazanah pengetahuan pendidikan agama Islam yang telah dilakukan oleh peneliti
dan pengkaji terdahulu tentang kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim yaitu
sebagai berikut:
a. Skripsi yang ditulis oleh Fuad Hasyim, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2011 dengan judul skripsi “ Adab mengajar dalam
Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan Relevannya dengan
Pendidikan Agama Islam (Kajian Pemikiran Syaikh Hasyim Asy‟ari).”
Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidik harus berperan sebagai
orang tua peserta didik ketika di sekolah, selalu menekankan pada
pemahaman dan bukan hanya sekedar mengajar materi, selalu
berupaya menemukan metode yang tepat dan mudah difahami,
mengingatkan peserta didik yang melanggar dengan cara yang santun
dan bijaksana. Dalam penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa adab
mengajar tersebut memiliki relevansi dengan sumber Pendidikan
Agama Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits.5
Fuad Hasyim, Adab Mengajar dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan
Relevansinya dengan Pendidikan Islam (Kajian Pemikiran Syaikh Hasyim Asy‟ari), (Skripsi,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2011), hlm. 9.
5
17
b. Skripsi yang ditulis oleh Eni Hamdanah Jurusan Kependidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2005 dengan
judul skripsi “Konsep Adab Pendidik dan Peserta Didik (Studi
Komparatif Menurut Az-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim
dan KH. Hasyim Asy‟ari dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim)”.
Penelitian ini mencoba membandingkan pemikiran dua tokoh yang
mempunyai kapasitas keilmuan tinggi dalam hal adab pendidik dan
peserta didik secara umum.6
c. Skripsi yang ditulis oleh Tanto Wardana Putra jurusan Kependidikan
Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012
dengan judul skripsi “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Adabul
„Alim Wal-Muta‟allim (Studi Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari).”
Penelitian ini membahas konsep pendidikan akhlak yang terdapat
dalam kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan relevansinya terhadap
tujuan pendidikan nasional.7 Penelitian ini memiliki persamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan, yaitu mengkaji tentang akhlak yang
terdapat dalam kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim. Letak perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu dalam
penelitian ini mengkaji pembelajaran kitab Adabul „Alim WalMuta‟allim yang kaitannya dengan perbaikan akhlak seorang pelajar.
6
Eni Hamdanah, Konsep Adab Pendidik dan Peserta Didik (Studi Komparatif Menururt
Az-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim dan KH. Hasyim Asy‟ari dalam Kitab Adabul „Alim
Wal-Muta‟allim), (Skripsi, Jurusan kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2005), hlm. 201.
7
Tanto Wardana Putra, Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Adabul „Alim WalMuta‟allim (Studi Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari), (Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012), hlm. 77.
18
Dari berbagai telaah pustaka yang telah dipaparkan di atas, penulis belum
menemukan kajian mengenai pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari yang secara khusus
membahas tentang “Pembelajaran Kitab Klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim
dalam Perbaikan Akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon”.
2. Metode
Secara etimologi, metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
thariqoh yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk
melakukan sesuatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode
itu merupakan cara-caraa yang dilakukan oleh guru dalam membelajarkan peserta
didik saat berlangsungnya proses pembelajaran8
Secara terminologis, ada beberapa pengertian tentang metode menurut
para ahli, Abd. Rahim Ghunainah mendefiniskan metode sebagai cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran.9
Ada dua metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning atau
kitab klasik antara lain:
a.
Bandongan
Istilah bandongan sering kali juga disebut wetonan. Istilah wetonan ini
berasal dari kata Wektu (Bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab
pembelajaran tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu metode
wetonan ini merupakan merupakan metode kuliah, dimana para siswa
mengikuti pelajaran dengan duduk dihadapan usadz yang menerangkan
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. Ke-8; Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 184
Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam,
(Terjemahan/.(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 551.
9
19
pelajaran secara kuliah, siswa menyimak kitab masing-masing dan
membuat catatan padaya.
b.
Serogan
Metode serogan merupakan metode yang paling sulit dari keseluruhan
metode pendidikan Islam tradisional, sebab metode ini menuntut
kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari siswa. Namun
metode serogan memang terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi
seorang siswa yang bercita-cita menjadi seorang „alim. Metode ini
memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing
secara maksimal kemampuan seseorang siswa dalam menguasai bahasa
Arab. Karena dalam metode ini siswa secara bergantian membaca satu
persatu dihadapan ustadz.10
3. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterampilan
yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di
sekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap,
nilai, dan keterampilan berinterakasi sosial dicapai dengan kompetensi. Pada saat
dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan
10
Zamakhsari, Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 28-29.
20
keterampilan-keterampilan fungsional lainnya. Seperti mengendarai mobil,
berwiraswasta, dan menjalin kerja sama dengan orang lain. 11
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai
keuntungan, baik bagi individu, maupun bagi masyarakat. Bagi individu,
kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi
terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar
mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan
dari generasi ke generasi.12
a.
Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau
ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar
itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan
memiliki tentang sesuatu.
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam bukunya Baharuddin dan
Esa Nur Wahyuni, belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge,
comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or
memory; memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to
11
Baharuddin, Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm.11.
12
Baharuddin, Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,….. hlm. 12.
21
find out. Menurut defenisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh
pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,
menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan
demikian belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan
penguasaan tentang sesutau.13
Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekananpenekanan tersendiri tentang hakikat belajar dan proses kearah perubahan sebagai
hasil. Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan
khusus tentang belajar yaitu sebagai berikut:
1) Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.14
2) Kognitivisme
Menurut teori kognitivisme, belajar adalah tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut
kognitivisme diartkian sebagai perubahan persepsi dan pemahaman.
13
14
Ibid,…, hlm. 13.
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 20.
22
Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat
sebagaimana perubahan tingkah laku.15
3) Humanisme
Selain teori belajar behaviorisme dan kognitivisme, teori bel ajar
humanism juga penting dipahami. Menurut teori humanism proses
belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia itu sendiri. Oleh sebab itu teoei belajar humanism sifatnya
lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi
belajar.16
4) Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori
belajar yang sudah dibahas
sebelumnya. Menurut teori ini adalah bhawa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk
semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system
informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang
siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama
mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang
berbeda.17
b.
15
Pengertian Pembelajaran
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 44.
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran,….., hlm. 68.
17
Ibid,…, hlm. 81.
16
23
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,
mengorganisir lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan
kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru sebagai
pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah. Dalam
belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang mampu
mencerna materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambat dalam mencerna
materi pelajaran. Keuda perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu
mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta
didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat
pembelajaran adalah “pengaturan”.18
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu
lingkungan.19 Secara Nasional, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses
interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik,
pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
18
Fitrah, (Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 03 no. 2 Desember 2017), Hlm. 337.
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 6.
19
24
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun.20
Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan
tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat
diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman
hidup.
Pada
hakikatnya,
Trianto
mengungkapkan
bahwa
pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
peserta didiknya (mengarahkan interkasi peserta didik dengan sumer belajar lain)
dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai.21
Jadi, dapat sisumpulkan bahwa kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh
dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan
perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut
tidak terlepas dari bahan pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran pada
dasarnya adalah kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang
seseorang agar dapat belajar dengan baik. oleh karena itu, makna pembelajaran
merupakan tindakan eksternal dari belajar, sedangkan belajar adalah tindakan
internal dari pembelajaran.
c.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya tujuan maka guru memiliki pedoman dan sasaran
20
Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 6-7
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif – progresif, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm. 19.
21
25
yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah
jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.
Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen
pengajaran lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan
metode, alat, sumber dan alat evaluasi. Oleh karena itu, maka seorang guru tidak
dapat mengabaikan masalah perumusan tujuan pembelajaran apabila hendak
memprogramkan pengajarannya.
Jika dilihat dari sisi ruang lingkupnya, tujuan pembelajaran dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Tujuan yang dirumuskan secara spesifik oleh guru yang bertolak dari
materi pelajaran yang akan disampaikan.
2) Tujuan pembelajaran umum, yaitu tujuan pembelajaran yang sudah
tercantum dalam garis-garis besar pedoman pengajaran yang dituangakan
dalam rencana pengajaran yang disiapkan oleh guru. Tujuan khusus yang
dirumuskan oleh seorang guru harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
a) Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai
b) Membatasi dalam keadaan mana pengetahuan perilaku diharapkan
dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku)
c) Secara spesisik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti
menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai
hasil yang dicapai.22
4. Kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim
22
343.
. Fitrah, (Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 03 no. 2 Desember 2017), hlm. 342-
26
kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim karangan seorang tokoh besar yang
menjadi maha guru Nusantara pada masanya, sekaligus juga pendiri Jami‟iyyah
Nahdlatul Ulama (NU), yaitu Muhammad Hasyim Bin Asy‟ari Bin Abdul Wahid
Bin Abdul Halima atau Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari (Jombang, Jawa
Timur, 1875-1947).
Kitab ini berjudul lengkap Adabul „Alim Wal-Muta‟allim Fi Ma Yahtaju
Ilaihi al-Muta‟alim dan ditulis dalam bahasa arab. Kandungan kitab ini berisi
kajian ilmu pedagogik Islami, yaitu ilmu yang mengkaji akhlak, strategi, dan gaya
pembelajaran menurut pakem nilai-nilai keIslaman, agar ilmu yang dipelajari
dapat bermanfaat dan memiliki nilai keberkahan.23
Dalam tradisi ilmu pengetahuan Islam, terdapat banyak karya yang lahir
dan ditulis dalam bidang kajian ini. Hal ini menimbang sangat prinsip dan
urgennya posisi adab dan akhlak bagi seorang pelajar dan pengajar di mata ajaran
agama Islam.
Kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim merupakan kitab yang berisi
riwayat-riwayat mulai dari al-Quran, al-Hadis, Atsar, perkataan ulama yang
setelah itu diberikan penekanan sebagai point dan kesimpulan dari riwayatriwayat tersebut. Kitab ini terdiri dari delapan bab, yaitu:
1) Keutamaan ilmu, ulama, mengajar, dan belajar ilmu.
2) Adab pelajar terhadap dirinya sendiri.
3) Adab pelajar terhadap gurunya.
Hasyim Asy‟ari, Adabul „Alim Wal Muta‟alim, (jombong: Maktabah al-Turats al-Islam,
1451 H), hlm. 3
23
27
4) Adab pelajar dalam proses pembelajaran dan apa yang harus dilakukan
di hadapan guru serta tujuan belajar.
5) Tentang Adab alim (guru) untuk dirinya sendiri.
6) Tentang Adab seorang guru terhadap pelajarannya.
7) Tentang Adab seorang guru terhadap para muridnya.
8) Tentang Adab terhadap kitab sebagai sarana mendapatkan ilmu dan
sesuatu yang berhubungan dengan cara mendapatkannya dan Adab
meletakkan kitab dan menulisnya. 24
Dalam catatan penulis, KH. Hasyim Asy‟ari menyebutkan jika karya ini
diselesaikan pada hari Ahad, 22 jumadil Akhir tahun 1343 Hijriyah, bersamaan
dengan 18 januari 1925 Masehi. Tertulis di sana;
“Telah selesai kitab yang dinamakan “Adabul „Alim Wal-Muta‟allim”.
Selesai penulisannya pada pagi hari Ahad, dua puluh dua Jumada al-Tsaniah
tahun seribu tigaratus empat puluh tiga hijriyah.”
Melihat tulisan tentang waktu di atas, kitab “Adabul „Alim WalMuta‟allim” ini ditulis oleh KH. Hasyim Asy‟ari sekitar satu tahun sebelum
diresmikannya pendirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang berhaluan Islam
Tradisional Ahlussunnah Wal Jama‟ah, yang merupakan corak Islam mayoritas
(sawad a‟zham) di seluruh dunia Islam pada saat itu, NU didirikan pada 16 Rajab
1344 Hijriyah (bertepatan dengan 31 januari 1926 M).25
5. Perbaikan Akhlak
c. Perbaikan
Ibid,….., hlm. 4
https://www.nu.or.id/post/read/77385/ilmu-pedagogik-Islam-nusantara-karya-khhasyim-asyari. Di posting tanggal 14-08-2019.
24
25
28
Perbaikan berati usaha untuk mengembangkan kondisi dan fungsi.
Perbaikan pengajaran dan pembelajaran merupakan dasar pijakan, kebijaksanaan
nasional untuk menjamin masa depan seseorang yang lebih baik dan pasti.
Menurut Al-Gazali, akhlak atau tingkah laku seseorang bisa di ubah dan di
perbaiki, karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya proses
menjadi sempurna, karena ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha
pembaruan serta perbaikan.
Al-Gazali menambahkan, perbaikan harus dilakukan melalui pendidikan
dan pembelajaraan pada sikap dan perilaku konstruktif. Berbicara menganai
masalah pembelajaraan dan pembentukan akhlak sama dengan berbicara
mengenai tujuan pendidikan. Akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan,
pembelajaraan dan perjuangna keras serta sungguh-sungguh.26
d. Akhlak
Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan
budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda
pula dengan arti kata moral, dan Adab.27
Menurut
pendekatan
etimologi,
perkataan
"akhlak"
berasal
dari
bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqan" ( ) خُلُقًاyang menurut
bahasa diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalkun" ( ٌ ) خَلْقyang
berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" ( ٌ ) خَالِقyang berarti Pencipta dan
26
Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali, (Bandung: al-Ma‟rif
1986), hlm. 66.
27
Mansur, Pendidikan ANak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 221.
29
"Makhluk" ( ٌ ) مَخْلُوْقyang berarti yang diciptakan. Secara bahasa akhlak berasal
dari kata bahasa Arab yaitu khuluqon ( ( خُلُقًاyang artinya perangai. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan: Budi pekerti atau kelakuakan.28
Adapun secara istilah, akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap
dan tindakan manusia di muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran
Islam, dengan al-Qur‟an dan sunah Rasul sebagai sumber nilainya serta ijtihad
sebagai metode berpikir Islam. Pola sikap dan tingkah yang dimaksud mencakup
pola-pola hubungan dengan Allah, sesama manusia (termasuk dirinya sendiri),
dan dengan alam.29
Menurut Zakiyah Drajat dalam bukunya Eneng Muslihah menjelaskan
bahwa akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hati nurani, pikiran, perasaan,
bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk kesatuan akhlak yang dihayati
dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang
terdapat pada diri manusia sebagai fitrah sehingga ia mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. 30
Dari sana timbul bakat akhlaq yang merupakan kekuatan jiwa dari dalam
yang mendorong manusia untuk melakukan yang baik dan mencegah perbuatan
jahat.
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa(4): 110.
Terjemahanya:
28
W.J.S Poerdarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992),
29
Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV Alfabeta, 1995), hlm. 209.
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2010), hlm. 251-252.
hlm. 68.
30
30
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian
Ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.31
Adapun pengertian akhlak dilihat dari sudut istilah (terminology) ada
beberapa devinisi yang telah dikemukakan oleh para ahli antara lain:
Menurut Ahmad Amin dalam bukunya “Adab Ilmu Akhlak” merumuskan
pengertian akhlak. Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerapkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada
lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan
mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.32
Menurut Imam al-Ghazali merumuskan akhlak suatu sifat yang terpatri
dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memikirkan dan merenung terlebih dulu, serta dapat diartikan sebagai suatu sifat
jiwa dan gambaran batinnya.33
Menurut para ulama mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang
tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa diawali berpikir panjang, merenung dan memaksakan diri, seperti
kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak. Demikian
juga sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan sulit
dan berpikir panjang seperti, orang bakhil. Ia berusaha menjadi dermawan kAdab
ingin di pandang orang. Jika demikian maka tidaklah dinamakan akhlak.34
31
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 97.
Ahmad Amin, Adab Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975). hlm. 3.
33
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak mulia, (Jakarta: Gena Insani, 2004), hlm. 28.
34
Ibid…, hlm. 34.
32
31
Menurut Ibn Maskawih dalam kitab
Thadzib al-Akhlak, beliau
mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan
perbuatan
tanpa
terlebih
dahulu
melalui
pemikiran
dan
pertimbangan.35
Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah(5): 8.
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah
seklai-kali kbencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adilah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.36
Sedangkan “karimah” dalam Bahasa Arab artinya terpuji, baik atau mulia.
Berdasarkan dari pengertian akhlak dan karimah, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud akhlakul karimah adalah sebagai budi pekerti baik yang
ditimbulkan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang mana sifat itu
menjadi budi pekerti yang utama dan dapat meningkatkan harkat dan martabat.
35
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 151.
36
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 109.
32
Akhlakul karimah adalah akhlak yang terpuji. Akhlak karimah termasuk tanda
sempurnanya iman seseorang. Dengan akhlak inilah manusia bisa dibedakan
secara jelas dengan binatang. Sehingga dengan akhlak karimah martabat dan
kehormatan manusia bisa di tegakkan. Termasuk akhlak mengabdi kepada Allah
Swt, cinta kepada Allah Swt, ikhlas dan beramal, mengerjakan kebaikan dan
menjauhi larangan karena Allah Swt.37
a. Sumber Akhlak
Dalam ajaran Islam akhlak bersumber pada Al-Qur‟an dan al-Hadits
(sunnah) seperti apa yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Seperti apa yang dijelaskan oleh ayat al-Qur‟an dan al-Hadits di bawah ini:
1) Sumber al-Quran dari surat Al-Qalam(68): 4.
Terjemahnya:
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.38
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sesungguhnya engkau
Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agama Islam hal yang sama
telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, dan Ar-Rabi‟ Ibnu Anas. Hal
yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid. Menururt Atiyyah,
disebutkan benar-benar berbudi pekerti yang agung. Ma‟mar telah meriwayatkan
37
38
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam,…, hlm. 152
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 565.
33
dari Qatadah, bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak
Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab: akhlak beliau adalah Al-Qur‟an.39
2) Sumber Sunnah (Al Hadits)
َ بُعِ ْثتُ لِاُ تَ ِّممَ حُسْن: َهلل عَلَيْهِ وَسََلمَ قَال
ُ ل اهللِ صَلَى ا
َ ْعنْ مَاِلكِ ان رَسُو
َ
ِالْاَخْلَاق
Terjemahannya:
Dari Malik, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: Aku diutus (oleh Allah Swt.) untuk
menyempurnakan akhlak yang baik.40
b. Macam-Macam Akhlak
1) Akhlak Al-Karimah / Mahmudah
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu akhlak terhadap
Allah, akhlak terhadap diri sendiri, dan akhlak terhadap sesama manusia.41
2) Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yangt tercela) adalah sebagai lawan atau
kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam
dijelaskan secara terperinci dengan tujuan, agar dapat dipahami dengan benar, dan
dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam
Al-Imam Abul Fida Isma‟il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemahan Tafsir Ibnu Kasir
Juz 29, (Cet. III;Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 46.
40
Malik, Al-Muwatta, Kitab Husn Al-Khuluq, Bab Ma Ja‟a fi Husni Al-Akhlaq, hlm. 479.
41
Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf, (Cet. II;Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 1995), hlm. 49.
39
34
dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: berbohong, takabur
(sombong), dengki, bakhil atau kikir.42
Menurut Mokhsin Kaliky dalam proposal tesis menjelaskan macammacam akhlak, akhlak terdiri dari dua macam, yaitu:
1) Akhlak baik
Akhlak yang baik sering pula diartikan dengan kebiasaan-kebiasaan yang
terpuji yang dinampakkan oleh setiap individu dalam interaksi sosial tanpa
direncanakan dan tanpa persiapan yang disengaja sehingga dinamakan dengan;
)َخالَقُ الْكَرِيّْمَة
ْ َ(أ
2) Akhlak tercela
Adapun yang dimaksud dengan akhlak tercela yaitu kebiasaan-kebiasaan
yang mewarnai aktifitas suatu individu dalam interaksi sosial dengan suatu
tindakan-tindakan yang melanggar aturan-aturan atau norma baik dalam norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum yang tanpa
disadar dan direncanakan akan timbul dengan sendirinya yang melekat pada diri
individu.43
c. Tujuan Akhlak
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk
manusia yang bermoral baik, keras kemauan sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan
dan beradab, ikhlas, jujur, dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan
42
Ibid., hlm. 50
Mokhsin Kaliky, Pendidikan Akhlak, (Proposal Tesis, Program Studi Pascasarjana
IAIN Ambon, 2015), hlm 15.
43
35
untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah).44 Seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dalam kehidupannya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab(33): 21.
Terjemahannya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.45
d. Kriteria Akhlak Baik
Orang yang berakhlak adalah orang yang dapat membedakan antara yang
baik dan yang buruk. Kemudian akan memperoleh irsyad yakni dapat
membedakan amal baik dan amal buruk, selain itu juga akan memperoleh taufik
yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan yang dicontohkan oleh Rasulallah
Saw. Dengan demikian kita akan mendapatkan kebahagiaan duina dan akhirat.
Adapun kriteria-kriteria akhlak baik (mahmudah) dan buruk (mazmumah) adalah
sebagai berikut:
1) Patuh/taat
Umat Islam wajib taat dan patuh kepada Allah SWT.., dimana saja berada,
begitu pula hanya dengan melaksanakan ibadah shalat, bila waktunya telah tiba,
maka diwajibkan melaksanakannya dalam keadaan bagaimana pun.
44
45
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. IV;Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 115.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 420.
36
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa(4): 103.
Terjemahannya:
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah
merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.46
Mengambil pelajaran dari ibadah shalat, seorang anak seharusnya taat dan
patuh kepada orang tua dan gurunya kadang, mereka disuruh melakukan hal-hal
yang baik menurut ajaran Islam. Seorang anak pun diberikan kebebasan untuk
tidak taat dan patuh kepada orang tua dan guru, kadang disuruh melakukan hal
yang tidak baik dan melanggar aturan agama.
2) Sabar
Kesabaran mengandung usaha yang harus dilakukan dengan bersungguhsungguh menghindarkan segala rintangan dengan berdo‟a dan berserah diri pada
Allah tanpa putus asa, oleh karena itu orang yang melaksanakan ibadah shalat
dituntut untuk selalu bersikap sabar.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah(2): 45.
Terjemahannya:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.47
46
47
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,….., hlm. 95.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,….., hlm. 7.
37
Bagi seorang anak remaja sendiri, sikap sabar sangat diperlukan untuk
pengembangan akhlak dirinya, agar setelah dewasa memiliki sikap penyabar.
Sikap seorang anak remaja yang biasanya ingin mencoba segala hal yang baru,
baik itu yang bersifat positif maupun negatif, disinilah peran kesabaran
dibutuhkan agar hal-hal yang berbau negatif tidak dilakukan.
3) Disiplin
Shalat mengajarkan kedisiplinan kepada para pelakunya, di mana seorang
muslim akan mengerjakan ibagad shalat lima kali dalam sehari sesuai waktu yang
telah ditentukan, maka orang yang selalu mengerjakan ibadah shalat tepat waktu
diharapkan akan berdisiplin dalam menjalani kehidupannya.
4) Rendah hati
Al Ghazali menjelaskan empat pokok ciri-ciri akhlak yang baik, yaitu:
Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang baik. Beliau
memandang hikmah harus dimiliki seseorang untuk mencapai
kebenaran dan terlepas dari kesalahan untuk semua hal.
Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan
amarah dengan akal untuk maju.
Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat
mengendalikan nafsunya dengan akal dan agama.
Berlaku adil. Yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberikan
haknya sesuai dengan fitrahnya. 48
48
Chotibul Umam, Aqidah Akhlak, ( Semarang: PT. Menara Kudus, 1997), hlm. 40-41
38
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis menyimpulkan yakni orang
yang rendah hati tidak suka memperlihatkan kebaikan dirinya adalah akhlak yang
baik. Ibadah shalat yang kita lakukan mengajarkan kita untuk selalu bersikap
rendah hati, sehingga menjadi insan yang taqwa dan dapat hidup bermasyarakat
dengan baik (akhlak mahmudah) dan dari ketentuan yang buruk maka itu
merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji (akhlak mazmumah).
e. Ruang Lingkup Akhlak
1) Akhlak tehadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah. Adapun perilaku yang dikerjakan adalah bersyukur
kepada Allah, meyakini kesempurnaan Allah, dan taat terhadap perintahnya.
2) Akhlak terhadap manusia
Banyak sekali rincian tentang perlakuan terhadap sesama manusia.
Petunjuk menegnai hal itu tidak hanya berbentuk larangan melakukan hal-hal
yang negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa
alasan yang benar, melainkan juga menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib
sesama.
3) Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa.49
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
49
Quraish Shihab, wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 261-270.
39
Menurut HAmzah Ya‟kub factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
aklak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor
utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah factor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang
suci yang merupakan bakat bahwa sejak manusia lahir dan mengandung
pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya.
Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memilii naluri keagamaan yang nantinya
akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada pada dirinya yang turut
membentuk akhlak moral.
2) Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal adalah faktor yang diambil dari luar yang
mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi:
a) Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu
masyarakat adalah lingkungan
b) Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga
dalam pendidikan yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik melalui
penglihatan atau pembelajaraan menuju terbentuknya tingkah laku yang
diinginkan oleh orang tua. Dengan demikian orang tua atau keluarga merupakan
40
pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan dengan alam luar tentang
sikap, secara berbuat, seta pemikirannya di hari kemudian. Dengan kata lain,
keluarga yang melaksanakan pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar
dalam pembentukan akhlak.
c) Pengaruh sekolah
Di dalm sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar sari kelangsungan
pendidikan. Pada umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari
kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan
sekelompok melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh yang baik, dan belajar
menahan diri dari kepentingan orang lain.50
50
Abu Ahmadi, Pisikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 269
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekataan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi (inquiry) yang menekankan
pencarian makna pengertian, konsep, karakteristik, gejalah, simbol, maupun
deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetode, bersifat alami dan
holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara serta disajikan
secara naratif.51
Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak
Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Kegiatan teoritis dan empiris pada
penelitian ini diklafisikasikan dalam metode deskriptif kualitatif, dimana peneliti
akan mendiskripsikan dan menjelaskan mengenai fakta-fakta yang ada dilapangan
dan memadukan dengan konsep-konsep teori yang ada.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan,
dikarenakan peneliti adalah instrument kunci dalam penelitan kualitatif. Oleh
karena itu, keberhasilan dalam penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh
kemampuan peneliti di lapangan dalam menghimpun data yang diperlukan,
51
Muri Yusuf, Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan,
(Jakarta: kencana, 2014), hlm. 329.
42
memaknai data yang ada yang tidak terlepas dari konteks yang sebenarnya.
Peneliti merupakan subjek multibudaya.52
3. Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan hal penting yang harus diketahui dalam penelitian
kualitatif. Dengan adanya lokasi yang tepat dan sesuai pembaca akan mudah
mengetahui lokasi dari masalah yang diteliti tersebut Penelitian ini akan
dilaksanakan di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Dengan alasan belum ada yang
meneliti pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam
perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.
4. Informan Peneliti
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk
mendapatkan data adalah:
a. Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim
b. Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon angkatan 2017
5. Sumber Data
Data adalah fakta empiris yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan berbagai
Teknik selama kegiatan penelitian berlangsung. Berdasarkan sumbernya, data
penelitian dapat di kelompokan dalam dua jenis yaitu:
52
Ibid…, hlm. 332.
43
a. Data primer
Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli
atau data baru yang memiliki sifat (up to date). Untuk mendapatkan data primer,
peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara,
diskusi terfokus (focus grup discussion-FGD), dan penyebaran kuesioner.
b. Data skunder
Data sekunder ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data skunder
dapat diperoleh dari berbagai sumber buku, laporan, dan jurnal.53
6. Prosedur Pengumpulan data
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat banyak ditentukan oleh
pengamat sendiri, sebab pengamat melihat dan mendengarkan suatu objek
penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang diamati itu.54
Observasi ini peneliti gunakan untuk mengamati mahasantri angkatan
2017 yang berada di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon agar mendapatkan data
yang valid. Jangan sampai data yang diperoleh tidak sesuai dengan yang terjadi di
lapangan. Olehnya itu peneliti membuat pedoman observasi (terlampir)
53
Trianto, PengantarPenelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Propesi Pendidikan dan
tenaga kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 279-280.
54
Ibid…, hlm. 384.
44
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi
langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap
muka antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara
bertanya langsung tentang suatu objek yang diteliti dan telah dirancang
sebelumnya.55
wawancara peneliti gunakan untuk menggali data dengan bertanya
langsung kepada informan yang ditentukan secara purposive sampling. secara
langsung di lokasi penelitian mengenai pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Ambon.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan keterangan di Ma‟had AlJami‟ah IAIN Ambon mengenai tentang pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟allim. Dokumentasi ini juga dapat berupa gambar yang diambil saat
proses pembelajaraan kitab klasik berlangsung dan transkrip wawancara sebagai
bukti bahwa peneliti melakukan penelitian, jadwal pembelajaraan atau arsip-arsip
yang berkaitan.
55
Muri Yusuf, Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan,
(Jakarta: kencana, 2014), hlm. 372.
45
7. Analisis Data
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data.
Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang
diperoleh.56 Pada tahap ini, peneliti memilih data mana yang relevan dan kurang
relevan dengan tujuan dan masalah penelitian, kemudian meringkas, memberi
kode, selanjutnya mengelompokan (mengorganisir) sesuai dengan tema-tema
yang ada
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowehart dan
sejenisnya. Dalam mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah difahami tersebut.57
c. Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
56
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru, (Bandung: Pt
Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 172.
57
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 341
46
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.58
8. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data dilakukan melalui
trianggulasi, ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk menguji
keabsahan data tidak menggunakan alat-alat uji statistik. Ini dilakuka agar dapat
melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data.
Penerapannya, peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara serta data dari dokumentasi yang berkaitan. Apakah
informasi yang didapatkan dengan metode wawancara sama dengan metode
observasi ataukah hasil observasi tidak sesuai dengan informasi yang didapatkan
kAdab wawancara.
9. Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian ini peneliti berencana melakukan langkah-langkah
penelitian dalam beberapa tahap:
a. Tahap Perencanaan
Tahap ini peneliti membuat rencana judu sesuai dengan masalah yang
ingin dibahas dan mencari berbagai data dan sumber-sumber.
58
Ibid…, hlm. 345.
47
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan kegiatan inti dimana tahap bekerja dilapangan yang
meliputi tahap pengumpulan data.
c. Tahap Analisis Data
Tahap ini merupakan tahap dari analisis data yang diperoleh dari
responden atau informasi sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun
secara sistematis.
d. Tahap Penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap yang paling akhir dari sebuah penelitian di
tahap ini peneliti menganalisi dan dikumpulkan dalam bentuk skripsi. Yaitu
merupakan tahap penulisan laporan atau tahap akhir dari serangkai dari beberapa
prosedur penelitian kualitatif.
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Penelitian Mahad Al-Jamiah IAIN AMBON
1. Profil Mahad Al-Jamiah IAIN AMBON
Mahad al-Jamiah IAIN Ambon adalah lembaga pesantren
mahasantri yang bernaung di bawah Institut Agama Islam Negeri
Ambon. Lembaga ini resmi dibentuk sejak tanggal 14 November 2012
tentang pembentukan pengurus pesantren mahasantri Ma‟had AlJami‟ah IAIN.
Namun karena adanya penyesuaian struktur kelembagaan dengan
ditetapkannya organisasi dengan tata kerja (ortaker) baru, maka
dilakukan perampingan terhadap tim pengelolanya. Pada awalnya,
berdasarkan pada SK tersebut, pengelola Ma‟had al-Jamiaah
berjumblah 8 orang, terdiri dari: pengarah, penanggung jawab,
kordinator, direktur, wakil direktur, kepala asrama putra, kepala
asrama putri, dan staf Administrasi. Maka dengan adanya SK Rektor
No. In.13/1/SK/KP. 07/69a/2013 tentang pengangkatan ketua dan
sekertaris Ma‟had Al-Jami‟ah di lingkungan IAIN Ambon, jumblah
pengelolah hanya tinggal 2 orang, terdiri dari ketua (Much.Mu‟alim,
M.HI,MA) dan sekertaris (Farid Naya, M.SI). Pada Tahun 2013 untuk
tahap pertama, Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon hanya menanggapi
pemondokan santri putra, karena asrama putri masih dalam tahap
penyelesaian.
49
Secara kronologis, lahirnya Ma‟had Al-Jami‟ah di IAIN Ambon telah
melalui perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan. Dimana hal itu di mulai
ketika pembangunan asrama putra sedang di lakukan, tepatnya pada bulan juni
2011 terjadi diskusi antara Prof. Dr. H. Dedi Dejubaedi, M.Ag, saat itu menjabat
sebagai Rektor IAIN Ambon priode 2008-2012, Much Mu‟alim, MHI, MA
(dosen-Pengasuh Ma‟had Periode Pertama), dan Pardianto, M.SI, (dosen IAIN
Ambon) tentang rencana sistem pengelolaan yang akan diterapkan pada Asrama
Putra.
Diskusi tersebut menghasilkan sebuah gagasan tentang penerapan sistem
pesantren pada asrama mahasantri IAIN Ambon, yang akan memfokuskan pada
pembelajaraan 4 kompetensi pokok; (1) Pembelajaraan mental-spiritual, (2)
pembelajaraan baca tulis al-Quran, (3) pengenalan kitab kuning atau turats, dan
(4)
penerapan
bahasa
Arab-Inggris.
Maka
dari
itu
Rektor
langsung
memerintahkan Much. Mu‟alim, MHI, MA dan Pardianto, M.Si untuk segera
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, mulai dari pembuatan rancangan
sistem pengelolaan, rencana kerjasama dengan lembaga-lembaga lain di luar
kampus, baik pemerintahan maupun swasta; termasuk dengan pesantren-pesantren
di Jawa, serta rekrutmen mahasantri calon Pembina asrama.
Namun di tengah-tengah persiapan itu, terdapat beberapa kendala yang
menghambat proses tersebut, diantaranya kegiatan Pramuka Wirakarya Nasional
ke-X yang bertempat di IAIN Ambon dan pelaksanaan MTQ Nasional ke-XXV di
Maluku. Dari ditariknya kembali, Prof. Dr. H. Dedi Djubaedi, M.Ag, ke Jakarta
untuk menduduki jabatan Direktur Madrasah di Kementerian Agama RI pada
50
awal tahun 2012.59 Periode selanjutnya, jabatan Rektor dipegang oleh Dr.
Hasbollah Toisuta, M.Ag, mantan Wadek I bidang akademik. Pada masa
kepemimpinan Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag, rencana tersebut dilanjutkan dengan
menjalin kerjasama pembelajaraan dengan Pesantren Tebuireng Jombang.
Dalam hal ini Rektor menyerahkan sepenuhnya kepada Pengasuh Ma‟had
Al-Jami‟ah untuk melakukan pengelolaan Ma‟had bersama dengan Tim Pembina
Pesantren yang akan didatangkan dari Pesantren Tebuireng, asalkan semua upaya
tersebut dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan kualitas akademik para
mahasantri IAIN Ambon. Pada tanggal 25 November 2012, enam orang Pembina
asrama didatangkan dari pesantren Tebuireng, berdasarkan MOU yang telah
ditandatangani oleh Rektor IAIN Ambon Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag dan
Pengasuh Pesantren Tebuireng; Dr. KH. Ir. Salahuddin Wahid. Enam orang
Pembina tersebut direncanakan akan melakukan pembelajaraan selama satu tahun,
dan kontraknya akan diperpanjang jika dianggap perlu, setelah dilakukan evaluasi
terhadap kinerja yang dicapai. Di samping itu terdapat beberapa orang dosen IAIN
Ambon yang bersedia bergabung dengan pengelola Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN
Ambon untuk bersama-sama melakukan pembelajaraan santri asrama pesantren
mahasantri IAIN Ambon.
Pada Tahun 2013 kepengurusan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon masih
terfokus pada pembelajaraan asrama putra dengan kepengurusan Ma‟had AlJami‟ah sebagai berikut:
59
Dokumen Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon Tahun 2019
51
1. Dewan Pengasuh Ma‟had:
2. Kepala / Pengasuh
: Much. Mu‟alim, MHI, MA
3. Sekretaris Pengasuh
: Farid Naya, M.SI
2. Dewan Pembina (Mudabbir) Asrama Putra:
1. Koordinator Pembina
: Syahri. S. A. Khuzaini, SA, SPd.I
2. Kabag. Pemb. al-Quran& Bandongan : M. Subkhi, SA, S.Pd.I
3. Kabag. Tahfiz & Koperasi
: Mukhlisin, SA, S.Pd.I
4. Kabag. Bahasa Arab & Wk. Kamtib
: Nakip Pelu, MA
5. Kabag. Bahasa Inggris& Kebersihan
: Agung Mulyono, SA, S.Pd.I
6. Kabag. Diniyah & Sorogan
: Nur Hadi, SA, S.Pd.I
7. Kabag. Amtsilati & Keorganisasian
: Hamam Asy‟ari, SA, S.Pd.I
8. Kabag. Kamtib & Konseling
: Abd. Khoir Wattimena, MH
Para santri putra Ma‟had Al-Jami‟ah resmi menempati asrama pesantren
sejak tanggal 12 Januari 2013, dan pada tahun pertama ini asrama Ma‟had hanya
diperuntukkan bagi para mahasantri calon Pembina asrama yang telah lulus dalam
tes seleksi PPSM (Pengkaderan Pembina Santri Mahasantri) yang diadakan pada
bulan Desember 2012. Mereka pada awalnya berjumlah 26 orang, namun karena,
penerapan disiplin dalam model pembelajaraan yang cukup ketat, jumlah mereka
pada saat ini tinggal 19 orang. 60 “Tim Sembilan Belas” Kader Pembina Santri
Ma‟had Al-Jami‟ah, yang terdiri dari para mahasantri pilihan hasil seleksi
Program PPSM (Pengkaderan Pembina Santri Mahasantri), yang direkrut dari tiga
60
Dokumen Ma‟had al-Jami‟ah IAIN Ambon 2019.
52
fakultas yang ada di lingkungkan Institut Agama Islam Negeri Ambon,
Selengkapnya sebagai berikut:
No
Nama
Fakultas
Prodi
Smt
1.
M. Qabil Semarang
Syariah dan Ekonomi
Islam
PMH
V
2.
Josan Kelerey
Syariah dan Ekonomi
Islam
AS
V
3.
Ahmad Nasirun
Syariah dan Ekonomi
Islam
AS
V
4.
Nurdin Buatan
Syariah dan Ekonomi
Islam
JS
V
5.
La Muhrim
Syariah dan Ekonomi
Islam
PMH
III
6.
Taufiq
Ushuludin-Dakwah
KPI
III
7.
Mulyadin Serang
Ushuludin-Dakwah
SOSAG
V
8.
Awaludin Arika
Ushuludin-Dakwah
KPI
III
9.
Anin Lihi
Ushuludin-Dakwah
SOSAG
III
10.
Zulkarnain
Ushuludin-Dakwah
Jurnalistik
I
11.
Ajuan Tuhuteru
Ushuludin-Dakwah
Jurnalistik
V
12.
La Ishak
Tarbiyah dan Keguruan
PAI
V
13.
Kasmin
Tarbiyah dan Keguruan
Matek
III
14.
M. Rizal Ismail
Tarbiyah dan Keguruan
PAI
I
15.
Umar Fakaubun
Tarbiyah dan Keguruan
PAI
III
16.
Wahib Wahab
Banyal
Syariah dan Ekonomi
islam
PMH
V
17
Basri Abd. Hamid
Ushuludin-Dakwah
AF
V
18
Samsul Ahyar
Zainal
Tarbiyah dan Keguruan
PAI
III
19
Abdul Rumatiga
Tarbiyah dan Keguruan
PAI
III
53
Pada bulan April tahun 2013 mulai pembelajaraan al-Qur‟an untuk
semuanya. Disitulah awalnya pembelajaraan al-Qur‟an ditahun 2013, mereka
membuat rancangan- rancangan bersistem, hasilnya sedikit banyak dapat kita lihat
sekarang ini dengan pola kaderisasi. Pada tahun 2013 Ma‟had mendapat bantuan
untuk asrama, kemudian digunakan untuk membangun Ma‟had putra, maka pada
tahun 2014, putra dipindahkan ke asrama baru (rusunawa) dekat mesjid, dan
asrama yang lama dipakai untuk putri.
Pada tanggal 07 Januari 2015, Asrama putri pertama ditempati dan
Pengelolaan asrama putri dimulai sejak bulan Januari 2015 sampai sekarang,
dengan jumlah santri yang bertahap, awalnya masih sedikit sekitar 50-an, pada
tahun 2016- 2017 semua kamar telah terisi dengan calon pembina asrama yang
telah lulus tes seleksi PPSM (Pengkaderan Pembina Santri Mahasantri) yang
diadakan pada bulan Desember 2014, Mereka berjumlah 12 orang. 61
“Tim Dua Belas” Kader Pembina Santri Ma‟had Al-Jami‟ah, yang terdiri
dari para mahasantri pilih hasil Seleksi Program PPSM (Pengkaderan Pembina
Santri Mahasantri), yang direkrut dari tiga fakultas yang ada di lingkungan Institut
Agama Islam Negeri Ambon, Selengkapnya Sebagai berikut:
No Nama
Fakultas
Prodi
Smt
PMH
V
PMH
V
PMH
V
PAI
III
PAI
III
1.
Syarifah Nazwa. A
2.
Fitria Humairoh. F
3.
Sulvina
4.
Eviana Wabula
Syariah dan Ekonomi
Islam
Syariah dan Ekonomi
Islam
Syariah dan Ekonomi
Islam
Tarbiyah dan Keguruan
5.
Maimuna Silayar
Tarbiyah dan Keguruan
61
Dokumen Ma‟had al-Jami‟ah IAIN Ambon.
54
6.
Esti Hamida
Tarbiyah dan Keguruan
Matematika
V
7.
Nurlaila Selehulano
Tarbiyah dan Keguruan
Matematika
V
8.
Wahyu Nurhidayati
Magfirah Karanelan
10. Endang Setiawati
Ekonomi
Syariah
Ekonomi
Syariah
Biologi
III
9.
Syariah dan Ekonomi
Islam
Syariah dan Ekonomi
Islam
Tarbiyah dan Keguruan
11. Rasniati Kamala
Ushuludin Dakwah
SOSAG
V
12. Julina Muhammad
Tarbiyah dan Keguruan
Biologi
I
I
III
(Sumber: Dokumen Ma‟had)62
Daftar Nama Pengurus Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon Tahun 2017/2018
No
Nama
Pend
Jabatan/
Tempat
Terakhi
Tugas
Tugas
Direktur Ma‟had
Asrama
r
1
2
3
4
5
6
7
Farid Naya, M.Si
S-2
putra/i
Nurdin Buatan,
S-1
S.Hi
H. M. Nakip Pelu,
9
Asrama
putra/i
S-2
Lc., MA
Kepala Asrama
Asrama
Putra
Putra
Mukhlisin, M.Pd.I
S-2
Kepala Asrama Putri
Asrama putri
Syafril Majapahit,
S-1
Kepala Madrasah
Asrama
Diniyah Putra
Putra
Ketua Keamanan
Asrama
Putra
Putra
Sekretaris Madrasah
Asrama
Al-Qur‟an
Putra
Kepala Madrasah
Asrama
Diniyah Putri
Putri
Kordinator Mq Putri
Asrama
S.Pd.I
Abd. Hafidz M.
S-1
Semarang, S.Hi
Abd. Rifan Syarif,
S-1
SE
8
Sekretaris Ma‟had
Ahl Allah, S.Th.I
Rasmi Akohillo,
62
Ibid.,
S-1
S-2
55
M.Pd
10
11
Putri
Sunartin Palahidu,
S.Pd
S-1
Eviana Wabula,
S-1
Koordinator
Asrama
Mahasantri Bidikmisi
Putri
S.Pd
Ketua Keamanan
Asrama
Putri
Putri
Musyrif Dan Musyrifah Tahun 2018
No
Nama
1 Sumirang Siompo
Semester
VI
Jurusan
P. MATEK
Fakultas
ITK
2
Irfan Hayoto
VI
PAI
ITK
3
Syahrul Ode Aliani
IV
PAI
ITK
4
Badrun Ishak
IV
PAI
ITK
5
Ahmad Yani Raharusun
IV
ILMU AQIDAH
USHWAH
6
M. Aldi Juliantoro
IV
P. MATEK
ITK
7
Suhardin La Wani
VI
PAI
ITK
8
M. Aldi Aihunan
IV
P. MATEK
ITK
9
M. Nur Tusiek
II
BKI
USHWAH
10
M. Jasril Yusuf Naya
VI
AS
SEI
11
Jumadin Muhammad
II
MKS
SEI
12
Jamadi Landjai
II
PAI
ITK
13
Alfiatul Hasanah
II
PAI
PASCA
14
Rukmini Abdullah
II
PAI
PASCA
15
Rahma Ren'el
VI
PAI
ITK
16
Ma'rifah Dawan
VI
PAI
ITK
17
Wa Ode Liana
VI
KPI
USHWAH
18
Hulaiva Pary
VI
HES
SEI
19
Nur Astuti
IV
P. BIOLOGI
ITK
20
Safitriana Bey
IV
PAI
ITK
21
Muhanyi Rumaf
IV
AS
SEI
22
Patri Indriani Masiri
IV
EKSY
SEI
56
23
Nur Hayati
II
P. MATEK
ITK
24
Fadhila Latukau
II
EKSY
SEI
1. Visi-Misi Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon
a. Visi
Sebagai lembaga pencetak mahasantri yang unggul dalam keilmuan
Islam, akhlak dan prestasi.63
b. Misi
1) Mencetak mahasantri yang unggul dalam bidang al-Qur‟an, Turats,
dan bahasa asing (Arab-Inggris)
2) Membentuk kepribadian mahasantri yang berakhlakul karimah
3) Meningkatkan prestasi mahasantri.64
2. Fungsi dan Tujuan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon
a. Fungsi
Ma‟had Al-Jami‟ah berfungsi sebagai wahana pembelajaraan
mahasantri dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan serta
peningkatan dan pelestarian tradisi spiritual keagamaan untuk
pendukung visi, misi, dan tujuan.
b. Tujuan
1). Pembibitan mahasantri yang unggul dan berprestasi
2). Pengkaderan guru al-Qur‟an
3). Penyiapan da‟i mahasantri65
63
64
Ibid.
Ibid.
57
Adapun tujuan didirikan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon adalah selaras
dengan tujuan Institut Agama Islam Negeri Ambon, khususnya dalam
peningkatan kualitas mahasantri pada bidang keagamaan. Tujuan tersebut masih
bersifat umum dan tampak abstrak, maka setelah merumuskan masalah ini
selanjutnya dijabarkan dalam uraian tujuan Ma‟had Al-Jami‟ah yang difokuskan
pada empat bidang pokok:
1. Pembelajaraan akidah dan akhlak keislaman
2. Pembelajaraan baca tulis al- qur‟an
3. Pengenalan khazanah keislaman klasik (turas)
4. Pendampingan praktek bahasa Arab- Inggris secara aktif.66
3. Sistem pembelajaraan di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon
Ada dua sistem pembelajaraan yang ditangani oleh Ma‟had Al-Jami‟ah
IAIN Ambon, yaitu:
a. Sistem Pembelajaraan Keasramaan
Asrama Ma‟had Al-Jami‟ah hanya diperuntukan bagi para mahasantri/
mahasantri, baik mahasantri kader pembina maupun mahasantri umum.
Mahasantri kader pembina adalah mahasantri yang telah lulus seleksi PPSM
(Pengkaderan Pembina Mahasantri Mahasantri). Mereka selanjutnya dibina untuk
menjadi pembina mahasantri asrama Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.
b. Sistem Pembelajaraan Non Asrama
65
66
Ibid,.
Ibid.,
58
Pembelajaraan ini terbagi dua, yaitu pembelajaraan yang diperuntukkan bagi
seluruh mahasantri semester 1 dan VI dan pembelajaraan bagi mahasantri
semester atas yang gagal melewati tes baca tulis al-Qur‟an sebagai prasyarat
mengikuti munaqasyah (ujian skripsi).67
c. Program Internal Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon
Program ini berisi berbagai agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh para
mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon, baik yang bersifat harian,
mingguan, bulanan, tahunan, maupun yang dilaksanakan secara eksidentil.
1) Pematangan Materi Perkuliahan
2) Perbekalan Khazanah Keilmuan Islam (Turats)
3) Pembelajaraan baca tulis Al-Qur‟an
4) Penyiapan Kader Pembina Al-Qur‟an
5) Penguatan Bahasa Asing (Arab Dan Inggris)
6) Pelatihan Dakwah (Ceramah Dan Khutbah)
7) Pembacaan Shalawat Diba‟iyyah
8) Pembacaan Istighatsah (Ratib Al-Haddad)
9) Diskusi Ilmiah Santri
10) Peringatan Hari Besar Islam (PHB)
11) Rihlah Ilmiah.68
4. Pembelajaraan Bahasa Arab dan Inggris
67
68
Ibid.
Ibid.
59
Kegiatan pembelajaraan ini dilakukan setiap hari setelah shalat subuh dan
diwajibkan bagi semua mahasantri, baik mahasantri baru maupun mahasantri
lama. Kemampuan berbahasa sangat ditekankan di Ma‟had Al-Jami‟ah terutama
bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Menyadari akan hal ini pihak Ma‟had Al-Jami‟ah mewajibkan untuk menerapkan
penggunaan bahasa Arab atau Inggris dalam segala kegiatan atau rutinitas
mahasantri baik berada di dalam asrama maupun ketika di luar asrama. Hal ini
berlaku bagi semua pengurus dan mahasantri tanpa terkecuali.69 Tujuan
pembelajaran bahasa
di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon pada umumnnya
adalah untuk melatih mahasantri
yang awalnya tidak bisa berbahasa
bisa
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah tata bahasa Arab, baik dilingkungan asrama (wajib)
maupun dilingkungan masyarakat. Namun pada hakekatnnya tujuan utama
mempelajari bahasa Arab adalah untuk memahaami al-Qur‟an. Pengajar bahasa
Arab di Ma‟had al-Jamiah IAIN Ambon menggunakan empat keterampilan dasar
dalam pembelajaran bahasa Arab yang kiranya diharapkan mampu membantu
mahasantri dalam berbahasa Arab. Diantara keterampilan yang sangat strategis
untuk dikuasai oleh mahasantri adalah ketrampilan mendengar, berbicara,
membaca, dan menulis. Dan keempat keterampilan ini memiliki hubungan
hierarkis yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. 7 Selain itu materi-materi
yang diberikan dalam hal meningkatkan kualitas atau kemampuan bahasa asing
mahasantri, maka dibekali dengan materi pembelajaraan bahasa Arab berupa
69
Zulhannan, Tekhnik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Cet. II; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 190.
60
pembelajaran kitab at-Tadhib, Bulughul maram, Aqidatul Awam, Safinnatun
Najah, dan bahasa Inggris berupa modul pembelajaran bahasa Arab, kamus saku,
dan masih dan masih banyak lagi.
5. Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon
Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah adalah mahasantri yang berada di
lingkungan IAIN Ambon, yang tercatat sebagai mahasantri aktif di seluruh
fakultas yang telah diterima sebagai mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah dan terbagi
dalam dua kategori yaitu:
a. Mahasantri Asrama
Adalah mahasantri/i yang tinggal di asrama dan wajib melakukan
registrasi lulus seleksi serta membayar administrasi dan mengikuti kegiatan
pembelajaraan asrama yang bersamanya ditentukan SK rektor.
b. Mahasantri Non Asrama
Yaitu mahasiswi yang mengikuti pembelajaraan al-Qur‟an maupun
pembelajaraan lainnya, namnu tidak tinggal di asrama. Untuk menjadi
mahasantri non asrama, mahasantri/i harus mengikuti tes kompetensi baca
tulis al-Qur‟an yang diselenggarakan oleh Ma‟had Al-Jami‟ah pada setiap
awal tahun akademik yang diberlakukan bagi seluruh mahasiswi baru, atau
pada waktu lain pada mahasiswi yang terlambat pendaftaran, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6. Program Internal Kampus (Program Non Asrama)
a. Program ini berupa pembelajaraan baca tulis al-Qur‟an bagi seluruh
mahasantri semester 1 dan VI dan juga bagi para mahasantri pada
61
semester atas yang gagal melewati tes baca tulis al-Qur‟an sebagai
persyaratan mengikuti munaqasyah (ujian skripsi).
b. Pengkaderan guru al-Qur‟an dari mahasantri.
c. Kerjasama dengan LBB dalam pembelajaraan bahasa Arab-Inggris
kepada mahasantri.
7. Program Pengabdian Kepada Masyarakat
Program ini dilaksanakan dalam tiga bentuk kegiatan: (1). Dakwah
lingkaran kampus, ceramah dan khutbah; (2). Kerja sama dengan LPM
untuk pendampingan masyarakat binaan.(3). Pendelegasian guru al-Qur‟an
di masyarakat.
8. Fasilitas asrama Ma’had
a. Gedung asrama putri tiga lantai
b. 38 kamar tidur kapasitas 4 orang/kamar
c. Ranjang susun springbed
d. Kamar mandi, WC, tempat wudhu, dan tempat jemuran
e. Kopersasi amanah
f. Perpustakaan Ma‟had
g. Toko buku.70
9. Data Pendidik Asrama
70
Wa Ode Liana. Pola Komunikasi Efektif Bahasa Asing (Arab dan Inggris) Mahasantri
putri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon, (Skripsi) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, hlm. 49. 2019.
62
Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran, perlu didukung
pengajar yang memadai sesuai dengan kebutuhan Ma‟had. Adapun jumlah
pengajar yang terdapat di Ma‟had berjumlah 10 orang.Yakni Farid Naya, M.Si,
Nakip Pelu, Lc.MA, Mukhlisin, M.Pd.I, Ahl Allah, S.Th.I, Rasmi Akohilo,
M.Pd.I, Eviana Wabula, S.Pd, Sunarti Palahidu, S.Pd, Selfia Seknun, S.Pd,
Alfiatul Hasanah, S.Pd, dan Rukmini Abdulah, S.Pd.I.
10. Data Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon
Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon tahun akadamik 2017-2018
berjumlah 114 yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas Ula dan kelas Wushta.
Namun selama proses pembelajaran berlangsung ada beberapa mahasantri yang
tidak hadir atau keluar tanpa izin, sehingga mahasantri dianggap alpa ketika
proses pembelajaran berlangsung. 71
11. Organisasi
Di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon juga terdapat sebuah organisasi yang
disebut organisasi dewan mahasantri (Dema). Organisasi ini terbentuk pada tahun
2016. Tujuan utama dari adanya Dema ini adalah mempermudah pengurus
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon selain itu Dema ini dijadikan sebagai sarana
penggalian kemampuan mahasantri yang belum diketahui. Organisasi dema ini di
bawah pengawasan dari bagian keasramaan. Selain itu di dalam dema terdapat
pengurus-pengurus dari Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon sebagai penanggung
jawab juga beberapa mahasantri yang dianggap mampu bergabung dalam dema.
Rinciannya sebagai berikut:
71
Ibid.
63
No
1
Pengurus Inti Dema Putra dan Putri tahun 2015
Nama
Jabatan
Anggi Karanelan
Ketua Dema
La Sugiyanto
2
Sofia Rumadaul
Sekretaris Dema
Syawal
3
Sauda Latukau
Bendahara
Juanda Ibrahim
No
1
Pengurus Inti Dema Putra dan Putri tahun 2016-2017
Nama
Jabatan
Sumirang Siompu
Ketua Dema
Wa Ode Liana
2
Rahman Reliubun
Sekretaris Dema
Rahma Ren‟el
3
Irfan Hayoto
Bendahara
Hulaiva Pary
Pengurus Inti Dema Putra dan Putri tahun 2018-2019
No
1
Nama
Adi Juliantoro
Jabatan
Ketua Dema
Nurastuti
2
Muh. Aldi
Sekretaris Dema
Nur hayati
3
Patri Indriyani Masiri
Fadila Latukau
Bendahara
64
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Metode Pembelajaran kitab klasik adabul ‘alim wal-muta’alim
dalam perbaikan akhlak mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN
Ambon
a. Metode Pembelajaran Kitab Klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon adalah sebuah pesantren kampus
dimana Mahad sebagai wadah pembelajaraan mahasantri dalam
pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan, serta penanaman dan
pelestarian tradisi spiritualitas keagamaan, merupakan subsistem
akdemik dan pembelajaraan mahasantri dalam rangka pelaksanaan visi
dan misi pendidkan agama Islam. Dimana untuk mewujudkan visi misi
itu Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon mengadakan Pembelajaran. salah
satu pembelajaraan yang dilakukan adalah pembelajaraan kitab klasik
adabul „alim wal mutaalim. Berdasarkan wawancara dengan direktur
Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon ustadz Farid Naya, M.SI
mengatakan bahwa:
Pembelajaraan kitab klasik ini kita lakukan di Masjid
kampus IAIN Ambon, tapi juga pembelajaraan kita lakukan di
asrama putri. Dan dalam dalam pembelajaraan kitab klasik
metode yang digunakan secara umum itu ada dua, yang pertama
metode bandongan dan yang kedua adalah metode serogan.
Dimana metode bandongan itu adalah dimana yang membaca dan
yang menerangkan materi itu adalah ustadnya, dan mahasantri itu
sebagai audiens dan yang memberikan makna pada kalimat yang
ada pada kitab adabul „alim itu sendiri. Bisa dikatakan bahwa
metode bandongan itu yang lebih aktif adalah ustadnya. Yang
kedua adalah metode serogan, metode serogan itu yang membaca
dan yang menjelaskan terkait dengan makna dan isi kandungan
kalimat yang ada pada kitab adabul „alim itu adalah mahasantri,
dan itu bergilir. Sebelum mengkaji isi kitab adabul „alim biasanya
65
mahasantri diminta untuk sama sama berdoa terlebih dahulu
dengan membaca surah al-Fatihah, untuk mendoakan Rasullulah
dan penulis kitab klasik adabul „alim itu sendiri serta guru guru
yang telah mengajar, dengan harapan ada kemanfaatan ilmu yang
mereka berikan terjalin dan ada keberkahan disitu.72
Dengan kesempatan yang sama peneliti mewawancarai mahasantri Dian
Lestari mengatakan bahwa:
Dalam pembelajaraan kitab klasik metode yang di gunakan adalah
membaca kitab dan menjelaskan kitab, dalam pembelajaraan
tersebut ustadz dan ustadzah mengumpulkan santri laki-laki dan
permpuan untuk shalat berjamaah dulu terus diberi kajian sedikit
baru masuk ke pembelajaran kitab klasik adabul „alim walmutaalim dimana dalam pembelajaraan itu Yang pertama tadi
mebaca, setelah itu menjelaskan, dan kadang langsung di berikan
contoh langsung adab atau etika-etika yang di ajarkan oleh
seorang guru.73
Hal yang sama pula dikatakan oleh Akbar Patty mengatakan bahwa:
Metode yang digunakan adalah membaca kitab dan
menerjamahkan. Dimana ustad sendiri yang menjelaskan isi
kandungan dari kitab tersebut serta mengajarkan ilmu dalam
memahami kosa kata bahasa Arab.74
Dari paparan di atas pelaksanaan pembelajaraan atau pembelajaran kitab
klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim dilaksanakan di Masjid kampus IAIN
Ambon dan pembelajaraan kitab klasik ini juga di lakukan di asrama putri Mahad
al-Jamiah.
Dalam pembelajaran atau pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim terdapat dua metode yang ustadz sering gunakan yaitu metode
bandongan dan serogan. Dimana metode bandongan dikenal mahasantri seperti
Farid Naya, Derektur Ma‟had Al-Jami‟ah, Wawancara 19 November 2019
Dian Lestari, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017, Wawancara 17
Oktober 2019
74
Akbar Patty, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017, Wawancara 10
Oktober 2019
72
73
66
metode ceramah. Karena metode bandongan ini adalah dimana uztadz yang lebih
berperan aktif dalam menjelaskan materi yang diajar. Sendangkan metode serogan
adalah metode yang dimana santri diarahkan untuk membaca kitab klasik tersebut
Dalam pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim terdapat
dua metode yang ustadz sering gunakan yaitu metode bandongan dan serogan.
Dimana metode bandongan dikenal mahasantri seperti metode ceramah. Karena
metode bandongan ini adalah dimana uztadz yang lebih berperan aktif dalam
menjelaskan materi yang diajar. Sedangkan metode serogan adalah metode yang
dimana santri diarahkan untuk membaca kitab klasik tersebut
b. Waktu Pembelajaran (dikenal dengan sebutan Pembinaan)
Kegiatan ini dijalankan sesuai jadwal yang ditentukan oleh musrif dan
musrifah Mahad al-Jamiah. dimana waktu pelaksanaannya itu dilakukan pada
bulan Ramadhan dan liburan semester.
Sebelum dilakukan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-
Muta‟alim ini terlebih dahulu diadakan doa bersama, jika waktu pembelajaraan di
pagi hari maka sebelum adanya pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim dilakukan terlebih dahulu shalat dhuha berjamaah seperti yang
dikatakan oleh Ustad Farid Naya, M.SI mengatakan bahwa:
Biasanya jika pembelajaraan terjadi dalam suasana bulan
Ramadhan maka pembelajaraan dilakukan seringnya di pagi hari,
Dan sebelum pembelajaran kitab klasik dimulai biasanya
mahasantri melaksanakan shalat dhuha berjamaah terlebih
dahulu.75
75
Farid Naya, Derektur Ma‟had Al-Jami‟ah, Wawancara 19 November 2019
67
Hal yang sama juga dikatan oleh salah satu santri, Virialna Winarto
mengatakan bahwa:
Ketika pembelajaraan di bulan Ramadhan dilakukan di pagi hari,
jadi dilakukan shalat sunah terlebih dahulu.76
Hal yang sama dikatakan oleh Sri Winda Rumbia mengatakan bahwa:
Seluruh santri pada bulan Ramadhan menuju ke Masjid
melaksanakan shalat dhuha berjamaah pada jam 08:00 setelah itu
masuk pada pembelajaran kitb klasik77
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil observasi terkait dengan
pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sebagai berikut:
Dari hasil pengamatan yang peneliti temukan bahwasannya pembinan
kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dilakukan sesuai jadwal yang telah
ditentukan diman jadwalnya hanya pada bulan Ramadhan dan liburan semester
perkuliahan. Dan waktu pembelajaraannya pada pagi hari pukul 08.00 sampai
09.00. dan jika dilakukan pada malam hari maka pembelajaraannya dimulai
selepas shalat isya berjamaah.
c. Perbaikan Ahlak
Perbaikan akhlak adalah dimana usaha untuk mengembangkan kondisi dan
fungsi akhlak. Melihat kondisi mahasantri saat ini yang memiliki perilaku atau
akhlak yang kurang baik maka dengan adanya kegiatan pembelajaraan kitab
klasik Adabul „Alim
76
Wal-Muta‟alim dapat mengubah perilaku mahasantri
Virialna Winarto, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017, Wawancara
22 Oktober 2019
77
Sri Winda Rumbia, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017,
Wawancara26 Oktober 2019.
68
khususnya mahasantri Pendidikan Agama Islam. Dimana sesuai dengan
penjelasan Ustad Farid Naya, M.SI mengatakan bahwa:
Dalam pembelajaraan kitab klasik banyak sekali kita melihat
perubahan akhlak mahasantri. dimana ketika sudah diajarkan
maka ada perubahan dari sikap santri. Awalanya seperti biasabiasa saja tapi setelah mereka dibekali dengan materi-materi
seperti itu ada perubahan dalam sikap, pergaulan mereka seharihari baik sesama dengan teman, santri dan mereka bisa
menempatkan diri ketika berbicara, menyapa ketika berpapasan
dengan saya sendiri mereka bisa menempatkan diri.78
Hal yang suma juga dikatakan oleh Sri Winda Rumbia mengatakan bahwa:
Banyak sekali aturan-aturan yang belum kita ketahui dan baru kita
ketahui ketika dalam pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim dijelaskan akhlak seorang guru dan bagaimana
akhlak seorang santri terhadap gurunya. Seperti sikap dalam
proses pembelajaran itu harus sopan dan teratur.79
Hal yang sama juga dikatakan oleh Jumadi Lanjai mengatakan bahwa:
Setelah saya mepelajari kitab klasik Adabul „Alim
WalMuta‟alim tentang adab seorang santri kepada ustadz, saya
merasa ada perubahan dalam sikap saya seperti ketika berpapasan
dengan ustad, saya langsung bergegas mencim tangannya.
Kemudian juga dikatakan oleh Akbar Patty mengatakan bahwa:
Ketika saya sudah diajarkan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim mengenai adab dalam memelihara dan menjaga ilmu,
sayapun lebih berhati-hati dalam menjaga buku-buku saya.
Seperti ketika menaruh al-Qur‟an, saya menaruhnya di tempat
yang bagus dan berada di atas tumpukan buku yang lain.
Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa Kegiatan Pembelajaraan
kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sangat baik dan bermanfaat bagi santri
khususnya mahasantri Pendidikan Agama Islam angkatan 2017. Dimana dalam
78
79
Farid Naya, Derektur Ma‟had Al-Jami‟ah, Wawancara 19 November 2019
Sri Winda Rumbia, Pendidikan Agama Islam, Wawancara 26 Oktober 2019
69
kegiatan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim dapat
mengubah tingkah laku seseorang atau perilaku yang sebelumnya tidak tahu
dalam berperilaku sesama teman maupun dengan guru atau orang yang berilmu
dari pembelajaraan kitab klasik ini santri menjadi lebih tahu, sehingga santri lebih
sopan dan baik jika bergaul sesama teman maupun bertemu atau berhadapan
dengan seorang pendidik atau guru.
2. Faktor pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran kitab
klasik Adabul ‘Alim Wal-Muta’allim dalam perbaikan akhlak
mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon
Dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim
tentunya ada faktor-faktor yang dapat mendukung dan faktor-faktor yang dapat
menghambat dalam terselenggaranya upaya dan usaha yang dilakukan. Dalam
kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim terdapat
beberapa faktor pendukung maupun penghambat diantranya:
a. Faktor Pendukung
1) Pemberi Materi
Dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tentunya
dijelakan oleh ustad, dimana faktor yang mendukung kegiatan ini berjalan dengan
baik yakni adanya seorang ustad yang menjelaskan dengan baik sehingga dapat
dipahami oleh santri. Sperti halnya penjelasan dari santri Jumadi Lanjai
mengatakan bahwa:
70
Salah satu hal yang mendukung dari pembelajaran ini adalah
ustadz yang menerangkan kepada kami dengan baik dan menarik,
dimana kami tidak merasakan jenuh atau bosan, jadi dalam
pemebelajaran hal yang sangat bendukung itu adalah dari ustad.80
Hal yang sama juga dikatakan oleh Titin mengatakan bahwa:
Hal yang sangat mendukung dalam pembelajaraan ini adalah
Kitab kalasik itu sendiri, dan ustad yang menjelaskan dengan baik
Dari hasil wawancara tersebut salah satu faktor yang sangat mendukung
adalah dari pemateri itu sendiri. Karena pada saat pemateri menjelaskan kitab
Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim yang notabennya sulit dan harus memiliki
kelincahan dan ketepatan dalam menulis pegon. Maka dibutuhkan suasana yang
tenang dan tidak tegang. Dan pemateri tersebut dalam menyampaikan materi
selalu diselingi dengan candaaan, motivasi, serta sirah-sirah nabawi yang selalu
ustat berikan diakhir pembelajarn. Sehingga hal ini membuat para santri lebih
bersemangat dalam belajar kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟alim.
2) Kitab Klasik Yang Sudah Disediakan
Dalam mengikuti pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim
para musrif dan musrifah sudah mmenyediakan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim. Tinggal bagaiman santri untuk membeli di bagian koperasi, sebagai
salah satu kewajiban dan menjadi prasyarat bagi seluruh santri sehingga bias
mengikuti pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Penjelasan
tersebut didukung oleh hasil wawancara dari Sri Winda Rumbia mengatakan
bahwa:
80
Jumadi Lanjai, Mahasantri Pendidikan Agama Islam, Wawancara 5 November 2019
71
untuk belajar kitab klasik, Adabul „Alim Wal-Muta‟alim kitab
tersebut sudah di sediakan oleh musrif dan musrifah dimana kitab
tersebut telah di sediakan di bidang koperasi. Selanjutnya kita
tinggal membeli atau mengcopy kitab yang sudah ada.
3) Pembelajaran Tambahan
Dasamping dua faktor pendukung pemberi materi, dan kitab klasik itu
sendiri. Maka ada juga faktor yang sangat mendukung dalam pembelajaran kitab
klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yaitu dengan adanya materi tambahan seperti
pembelajaran bahasa Arab dan pembelajaran penulisan pegon. Yang kedua hal itu
sangat membantu dalam proses pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim.
Pembelajaran tambahan seperti bahasa Arab sangat membantu dalam
proses belajar kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim. Karena dalam
pembelajaran tersebut sangat menekankan mahasantri untuk mengetahui kosa kata
bahasa Arab. Begitu pula dengan pembelajaran penulisan pegon, dalam belajar
kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim, mahasantri harus mampu atau dapat
menulis arab khususnya menulis pegon. Oleh karena itu adanya pembelajaran
tambahan seperti pembelajaran bahasa arab dan penulisan pegon sangat
membantu mahasantri untuk belajar kitab klasik. Hal tersebut sesuai dengan hasil
wawan cara oleh Ustat Farid Naya M.SI. mengatakn bahwa:
Pertama di mahad sendirikan pembelajarannya bukan hanya kitab
klasik itu sendiri tetapi ada materi-materi pendukung misalnya
pembelajaran Bahasa Arab. Dari pembelajaran bahasa itu sangat
membantu pemahaman terhadap isi kandungan kitab. Karena kosa
kata yang digunakan dalam kitab itu sendirikan sebagian besar
sudah diketahui dan sudah dipahami dengan istilah-istilah di
dalamnya.
72
b. Faktor penghambat
1) Minat Santri
Diantara faktor pendukung yang sangat membantu juga terdapat faktor
penghambat dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim.
Salah satunya yaitu dari minat santri itu sendiri, seperti penjelasan Ustad Farid
Naya M.SI. mengatakan bahwa:
Hal yang tidak mendukung itu ada di personal mahasantri itu
sendiri yang kita tidak bisa pungkiri seperti rasa jenuh dari santri
itu sendiri.
Hal ini juga di dukung oleh hasil observasi yang peneliti lakukan ketika
pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim, terlihat masih ada
beberapa para santri yang tidak ikut pembelajaraan. Selain itu juga santri yang
ikut pembelajaraan terkadang tidak konsentrasi dan merasa jenuh selama
pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Hal ini mengakibatkan
materi yang di jelaskan oleh ustat tidak dipahami dengan baik
2) Pemateri Itu Sendiri
Pemateri juga dapat menjadi faktor penghambat dalam pembelajaran kitab
klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim seperti penjelasan Sri Winda Rumbia
mengatkan bahwa:
Ada santri yang lupa atau kitabnya hilang, ada juga santri yang
datang terlambat, dan aktifitas yang bertabrakan dengan jadwal
pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim.
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa yang menjadi faktor
penghambat berasal dari pemateri itu sendiri. Karena pada saat menjelaskan
73
materi terkadang pemateri itu terlalu cepat dalam membaca kitab klasik Adabul
„Alim Wal-Muta‟alim sehingga para santri terlambat dalam menulis apa yang di
bacakan oleh pemateri dan lebih parahnya lagi mereka tidak mau melengkapinya
dengan meminta
kepada temannya yang sudah lengkap. Sehingga hal ini
membuat para santri kurang memahami aspa yang sudah diajarkan.
C. Pembahasan Peneliti
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama 1 bulan terhitung dari
tanggal 19 September 2019 sampai tanggal 19 November 2019 dengan judul.
Pembelajaran Kitab Klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim Dalam Perbaikan
Akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi maka peneliti akan
menganalisa temuan yang ada dan memodivikasi teori yang ada kemudian
membangun teori baru serta menjelaskan tentang implikasinya terhadap
penelitian. Adapun data yang akan dipaparkan dan dianalisis oleh peneliti sesuai
dengan rumusan peneliti dijelaskan sebagai berikut.
1. Bagaimana Pembelajaran kitab klasik adabul ‘alim wal-muta’alim
dalam perbaikan akhlak mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN
Ambon
a) Pembelajaran Kitab Klasik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau
ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
74
ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar
itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan
memiliki tentang sesuatu.
Dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim
dimana pelaksanaan pembelajaraan atau pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim sering dilaksanakan di Masjid kampus IAIN Ambon dan
pembelajaraan kitab klasik ini juga sering di lakukan di asrama putri Mahad alJamiah. Kigiatan ini dijalankan sesuai jadwal yang ditentukan oleh musrif dan
musrifah Mahad al-Jamiah. dimana waktu pelaksanaannya itu sering dilakukan
pada bulan Ramadhan dan liburan semester.
pembelajaran atau pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-
Muta‟alim terdapat dua metode yang ustadz sering gunakan yaitu metode
bandongan dan serogan. Diman metode bandongan sering dikenal mahasantri
seperti metode ceramah. Karena metode bandongan ini adalah dimana uztadz
yang lebih berperan aktif dalam menjelaskan materi yang diajar. Sendangkan
metode serogan adalah metode yang diman santri diarahkan untuk membaca kitab
klasik tersebut
Sebelum dilakukan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-
Muta‟alim ini terlebih dahulu diadakan doa bersama, jika waktu pembelajaraan di
pagi hari maka sebelum adanya pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim dilakukan terlebih dahulu shalat dhuha berjamaah.
Pembinan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditentukan diman jadwalnya hanya pada bulan Ramadhan dan
75
liburan semester perkuliahan. Dan waktu pembelajaraannya pada pagi hari pukul
08.00 sampai 09.00. dan jika dilakukan pada malam hari maka pembelajaraannya
dimulai selepas shlat isya berjamaah.
b) Perbaikan Akhlak
Perbaikan berati usaha untuk mengembangkan kondisi dan fungsi.
Perbaikan pengajaran dan pembelajaran merupakan dasar pijakan, kebijaksanaan
nasional untuk menjamin masa depan seseorang yang lebih baik dan pasti.
Menurut Al-Gazali, akhlak atau tingkah laku seseorang bisa di ubah dan di
perbaiki, karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya proses
menjadi sempurna, karena ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha
pembaruan serta perbaikan. Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya
disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa
Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, dan Adab. Menurut
pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari
bentuk mufradnya "Khuluqan" ( ) خُلُقًاyang menurut bahasa diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan "khalkun" ( ٌ ) خَلْقyang berarti kejadian, serta erat
hubungan " Khaliq" ( ٌ ) خَالِقyang berarti Pencipta dan "Makhluk" ( ٌ ) مَخْلُوْقyang
berarti yang diciptakan. Secara bahasa akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu
khuluqon ( ( خُلُقًاyang artinya perangai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata akhlak diartikan Budi pekerti atau kelakuakan.
Kegiatan Pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sangat
baik dan bermanfaat bagi santri khususnya mahasantri Pendidikan Agama Islam
76
angkatan 2017. Dimana dalam kegiatan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim dapat mengubah tingkah laku seseorang atau perilaku yang
sebelumnya tidak tahu dalam berperilaku sesama teman maupun dengan guru atau
orang yang berilmu dari pembelajaraan kitab klasik ini santri menjadi lebih tahu,
sehingga santri lebih sopan dan baik jika bergaul sesama teman maupun bertemu
atau berhadapan dengan seorang pendidik atau guru.
2. Faktor pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran kitab
klasik adabul ‘alim wal-muta’alim dalam perbaikan akhlak
mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon
a. Faktor Pendukung
1) Pemberi Materi
Pemberi materi sangatlah mendukung kegiatan pembelajaran kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang diadakan di dalam pembelajaraan di Mahad
al-Jamiah.
faktor yang sangat mendukung adalah dari pemateri itu sendiri. Karena
pada saat pemateri menjelaskan kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang
notabennya sulit dan harus memiliki kelincahan dan ketepatan dalam menulis
pegon. Maka dibutuhkan suasana yang tenang dan tidak tegang. Dan pemateri
tersebut dalam menyampaikan materi selalu diselingi dengan candaaan, motivasi,
serta sirah-sirah nabawi yang selalu ustat berikan diakhir pembelajarn. Sehingga
hal ini membuat para santri lebih bersemangat dalam belajar kitab Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim.
77
2) Kitab Klasik Yang Sudah Disediakan
Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu kegiatan pembelajaran
kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Dimana salah satunya yaitu adanya
kitab klasik itu sendiri yang sudah disediakan di Mahad al-Jamiah. dalam
mengikuti pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim para musrif
dan musrifah sudah menyediakan kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim.
Tinggal bagaiman santri untuk membeli di bagian koperasi, sebagai salah satu
kewajiban dan menjadi prasyarat bagi seluruh santri sehingga bias mengikuti
pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim.
3) Pembelajaran Tambahan
Dasamping dua faktor pendukung pemberi materi, dan kitab klasik itu
sendiri. Maka ada juga faktor yang sangat mendukung dalam pembelajaran kitab
klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yaitu dengan adanya materi tambahan seperti
pembelajaran bahasa Arab dan pembelajaran penulisan pegon. Yang kedua hal itu
sangat membantu dalam proses pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim.
Pembelajaran tambahan seperti bahasa Arab sangat membantu dalam
proses belajar kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim. Karena dalam
pembelajaran tersebut sangat menekankan mahasantri untuk mengetahui kosa kata
bahasa Arab. Begitu pula dengan pembelajaran penulisan pegon, dalam belajar
kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim, mahasantri harus mampu atau dapat
menulis arab khususnya menulis pegon. Oleh karena itu adanya pembelajaran
78
tambahan seperti pembelajaran bahasa arab dan penulisan pegon sangat
membantu mahasantri untuk belajar kitab klasik.
b. Faktor Penghambat
1) Minat Santri
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat selalu diikuti perasaan senang dan dari
situlah timbul kepuasan81
Dari pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tak luput
dari santri yang sering jenuh dan bosan dalam proses pebelajaran. Bias dikatakan
bahwasannya minat dari santri tidak ada untuk mengikuti pembelajaran. Hinga hal
ini sebagai salah satu faktor penghambat dari pembelajaran itu sendiri.
2) Pemateri Itu Sendiri
Pemateri jug adapt menjadi faktor penghambat dalam pembelajaran kitab
klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. faktor penghambat berasal dari pemateri itu
sendiri. Karena pada saat menjelaskan materi terkadang pemateri itu terlalu cepat
dalam membaca kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sehingga para santri
terlambat dalam menulis apa yang di bacakan oleh pemateri dan lebih parahnya
lagi mereka tidak mau melengkapinya dengan meminta kepada temannya yang
sudah lengkap. Sehingga hal ini membuat para santri kurang memahami aspa
yang sudah diajarkan.
81
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinnya, (Cet, I: Jakarta; Pt,
Rineka Cipta, 2010) hlm.57.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari serangkaian pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
(1) Metode Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim yang
diadakan oleh Mahad al-Jamiah dapat memperbaiki akhlak mahasantri lebih
khusunya mahasantri pendidikan agama Islam. Dimana metode yang digunakan
adalah metode bandongan dan serogan. ketika adanya pembelajaran kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟alim ini membuat mahasantri pendidikan agama Islam
yang mendapatkan pembelajaraan atau pembelajaran kitab klasik, santri memiliki
akhlak yang baik dalam bertutur kata, menyapa, dan menimbah ilmu dan selain itu
juga secara tidak langsung dapat menambah wawasan para mahasantri sehingga
perlahan-lahan membuat mahasantri IAIN menjadi rajin beribadah. (2) dimana di
dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik ini didukung oleh beberapa faktor yaitu:
pemberi materi, kitab klasik yang sudah disediakan. Dan pembelajaran tambahan.
Selain faktor pendukung ada juga faktor penghambat dalam menjalankan
peranannya yaitu: minat santri yang dimana dalam pembelajaran kitab klasik
Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tak luput dari santri yang sering jenuh dan bosan
dalam proses pebelajaran.
80
B. Saran
Berangkat dari temuan penting di atas, kiranya ada beberapa keritik dan
saran baik terhadap Remaja masjid dan penceramah.
1. Kegiatan pemebelajaran kitab klasik Adabul „Alim
Wal-Muta‟alim
sudah berjalan dengan baik namun harus lebih sering lagi diadakan
setiap semesternya. Agar dapat meningkatkan kualitas akhalk
mahasantri pendidikan agama Islam IAIN Ambon.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma‟il Ibnu Kasir. Terjemahan Tafsir Ibnu
Kasir Juz 29, Cet. III;Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.
Ahmadi, Abu. Pisikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Amin, Ahmad. Adab Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru, Bandung: Pt
Remaja Rosdakarya, 2014.
Asy‟ari, Hasyim. Adabul „Alim Wal Muta‟alim, (jombong: Maktabah al-Turats alIslam, 1451 H.
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010.
Baharuddin, Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.
Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Depok: Cahaya Qur‟an,
2011
Eni Hamdanah, Konsep Adab Pendidik dan Peserta Didik Studi Komparatif
Menururt Az-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim dan KH. Hasyim
Asy‟ari dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim, Skripsi, Jurusan
kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2005.
Fitrah, Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 03 no. 2 Desember 2017.
Hasyim, Fuad. Adab Mengajar dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan
Relevansinya dengan Pendidikan Islam Kajian Pemikiran Syaikh Hasyim
Asy‟ari, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
82
https://www.nu.or.id/post/read/77385/ilmu-pedagogik-Islam-nusantara-karya-khhasyim-asyari. Di posting tanggal 14-08-2019.
Kaliky, Mokhsin. Pendidikan Akhlak, Proposal Tesis, Program Studi Pascasarjana
IAIN Ambon, 2015.
Mahmud, Ali Abdul Halim. Akhlak mulia, Jakarta: Gena Insani, 2004.
Malik, Al-Muwatta, Kitab Husn Al-Khuluq, Bab Ma Ja‟a fi Husni Al-Akhlaq
Mansur, Pendidikan ANak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf, Cet. II;Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 1995.
Mudzakir, Jusuf. Muhaimin, Abdul Mujib, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam,
Jakarta: Putra Grafika, 2005.
Muslihah, Eneng. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Diadit Media, 2010.
Nurdin, Muslim. Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV Alfabeta, 1995.
Putra, Tanto Wardana. Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Adabul „Alim
Wal-Muta‟allim Studi Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari, Skripsi,
Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2012.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. IV;Jakarta: Kalam Mulia, 2004.
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Shihab, Quraish. wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 2000.
Suardi, Moh. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2017.
Sulaiman, Fathiyah Hasan. Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali, Bandung: alMa‟rif 1986.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif – progresif, Jakarta: Kencana,
2009.
Trianto, PengantarPenelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Propesi
Pendidikan dan tenaga kependidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011.
83
Umam, Chotibul. Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Menara Kudus, 1997.
W.J.S Poerdarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1992
Wawancara, Andy Subandri Suwakul, Senioritas Mahasiswa Asrama Ma‟had alJami‟ah IAIN Ambon. Hari/tanggal: Minggu, 08 September 2019
Yusuf, Muri. Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan,
Jakarta: kencana, 2014.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan,
Jakarta: kencana, 2014.
84