Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

SKRIPSI ISRA

2020, Metode Pembelajaran Kitab Klasik Adabul 'Alim Wal-Muta'allim dalam memperbaiki akhlak

1 METODE PEMBELAJARAN KITAB KLASIK ADABUL ‘ALIM WALMUTA’ALLIM DALAM PERBAIKAN AKHLAK MAHASANTRI MA’HAD AL-JAMI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON SKRIPSI Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd) Oleh: ISRA SAIFUDIN SALAN NIM. 160301004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON 2019 2 3 4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN ِ‫سنَ الْاَخْلَاق‬ ْ ُ‫بُعِ ْثتُ لِاُ تَ ِّممَ ح‬ “Aku diutus (oleh Allah Swt.) untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” PERSEMBAHAN Skripsi ini Penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sungguh sangat penulis cintai yaitu Ibunda Tercinta Hamida Selayar dan Ayahanda Tercinta Muhammad Djailani yang selalu mendukung dalam kondisi apapun dan menjadi motivator terbaik dalam hidup penulis. Serta saudari saya Ayu Ernia Kesumadewi dan Rani Anggriani yang telah mendukung, memotivasi, menghibur dan memberikan kasih sayang dengan penuh kesabaran bagi penulis. Tak lupa pula untuk persemban kepada Almater tercinta khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam 5 ABSTRAK Isra Saifudin Salan, NIM. 160301004, Dosen Pembimbing. Ummu Sa‟idah M.Pd.I dan Dr. Yusuf Abdurachman, M.Ag. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon 2019. Judul “ Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dalam perbaikan akhlak mahasiswa mahad al- Jami‟ah IAIN Ambon” Penelitian dalam skripsi ini dilator belakangi bahwa kegiatan pembelajaran kitab klasil Adabul „Alim Wal-Muta‟alim karena dapat memperbaiki akhlak mahasiswa dalam bertutur kata, menyapa dan dalam menimbah ilmu Rumusan masalah dalam penulisin skripsi ini adalah (1) Bagaimana Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dalam perbaikan akhlak mahasiswa mahad al- Jami‟ah IAIN Ambon (2) faktor pendukung dan faktor penghambat Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dalam perbaikan akhlak mahasiswa mahad al- Jami‟ah IAIN Ambon. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan datanya berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Serta tekhnik analisis data berupa tahap reduksi, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang diadakan oleh Mahad al-Jamiah dapat memperbaiki akhlak mahasiswa lebih khusunya mahasiswa pendidikan agama Islam. dimana ketika adanya pemninaan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim ini membuat mahasiswa pendidikan agama Islam yang mendapatkan pembinaan atau pembelajaran kitab klasik, santri memiliki akhlak yang baik dalam bertutur kata, menyapa, dan menimbah ilmu dan selain itu juga secara tidak langsung dapat menambah wawasan para mahasiswa sehingga perlahan-lahan membuat mahasiswa IAIN menjadi rajin beribadah. (2) dimana di dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik ini didukung oleh beberapa faktor yaitu: pemberi materi, kitab klasik yang sudah disediakan. Dan pembelajaran tambahan. Selain faktor pendukung ada juga faktor penghambat dalam menjalankan peranannya yaitu: minat santri yang dimana dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tak luput dari santri yang sering jenuh dan bosan dalam proses pebelajaran. 6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya, dan tidak lupa salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menaungi kita dari zaman jahiliyah sehingga kita berada dalam manisnya Iman dan Islam seperti sekarang ini. Hasil yang berjudul “Pembelajaran Kitab Klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam Perbaikan Akhlak Mahasantri Ma‟had AlJami‟ah Institut Agama Islam Negeri Ambon” Alhamdulillah dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil ini, banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun, berkat keyakinan, bantuan, serta dukungan dari keluarga, dosen pembimbing, dan teman-teman semua, sehingga segala kesulitan yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis dengan penuh ketulusan dan keikhlasan hati hendak menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Pak Dr. H. Hasbollah Toisuta, M.Ag., Selaku Rektor IAIN Ambon; Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Dr. H. Mohdar Yanlua, M.H; Wakil Rektor II Bidang Keuangan Dr. H. Ismail DP, M. Pd; dan Dr. Abdullah Latuapo, M.Pd.I selaku Wakil Rektor III Bidang Administrasi Kemahasiswaan 7 2. Pak Dr. Samad Umarella, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Ibu Dr. Patma Sopamena, M.Pd. selaku Wakil Dekan 1, Ibu Ummu Sa‟idah M.Pd.I. selaku Wakil Dekan II, dan Pak Dr. Ridwan Latuapo, M.Pd.I selaku Wakil Dekan III. 3. Ibu Dr. Hj. St. Jumaeda, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Pak Saddam Hussein, M.Pd.I selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Agama Islam, serta seluruh staf Jurusan dan Dosen Pendidikan Agama Islam. 4. Ibu Ummu Sa‟idah M.Pd.I selaku dosen pembimbing 1 dan Pak Dr. Yusuf Abdurachman, L. M.Ag. selaku dosen pembimbing II yang dengan kerendahan hati telah meluangkan waktu untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil ini. 5. Ibu Dr. Hj Rustina, M.Pd.I selaku penguji 1 dan Pak Mukhlisin, M.Pd.I selaku penguji II yang dengan kerendahan hati telah meluangkan waktu untuk menguji serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tak dapat penulis tuliskan satu persatu atas ilmu dan pelayanan yang diberikan kepada penulis dalam proses perkuliahan. 7. Kepala Unit Perpustakaan IAIN Ambon dan staf-stafnya atas pelayanan di perpustakaan. 8. Ustadz Farid Naya, M.Si. Selaku Pimpinan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan 8 2017 yang tinggal dilingkungan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon yang telah memberikan izin dan membantu kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Orang-orang terkasih Ayahanda Salim (Alm) dan Ibunda Intan, saudaraku Ikra Rusdi Salan, dan adik tersayang Arnita Wulandari Pitambara yang selalu berusaha demi kebahagian saudara-saudaranya yang tak pernah putus mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis pada awal masa studi sampai selesai. 10. Semua sahabat-sahabat tercinta (Ifaldin Hadi, Syahrul Ode Aliani, Mo Diani, Badrun Ishak) dan teman-temanku Kelas PAI A angkatan 2016, serta yang spesian untuk Anggri Sahna Primadani yang selalu memberikan saya motivasi dan dukungan dalam hal perkuliahan dan tahap akhir penyelesaian. 11. Kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya. Akhirnya kepada Allah SWT. Penulis serahkan dan kembalikan segala urusan ini, semoga kebaikan Bapak/Ibu, Saudara/Saudari, Teman-teman dan Adik-adik diridhoi dan dirahmati Allah Swt. dan diberikan pahala yang melimpah disisiNya. Aamiin Yaa Rabbal „Aalamiin 9 DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. MOTO DAN PERSEMBAHAN............................................................. ABSTRAK ............................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... A. Konteks penelitian ........................................................................... B. Fokus penelitian .............................................................................. C. Rumusan masalah ............................................................................ D. Tujuan penelitian ............................................................................. E. Kegunaan penelitian ....................................................................... BAB II.KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ............................................................................... 1. Kajian Terdahulu.................................................................... 2. Metode Pembelajaran ............................................................. 3. Macam-Macam Metode Pembelajaran .................................. 4. Belajar dan Pembelajaran ....................................................... 5. Kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim ............................ 6. Perbaikan Akhlak ................................................................... BAB III. METODE PENELITIAN......................................................... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................... 2. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 3. Lokasi Penelitian ............................................................................ 4. Informan Penelitian ........................................................................ 5. Sumber Data ................................................................................... 6. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 7. Analisis Data .................................................................................. 8. Pengecekan Keabsahan Temuan .................................................... 9. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................ Bab IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................ C. Pembahasan .................................................................................. BAB V. PENUTUP 1. Kesimpulan .................................................................................... 2. Saran .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. i ii iii iv vii 1 4 4 5 7 7 7 9 10 12 18 23 37 37 38 38 38 39 41 42 42 44 70 64 76 77 10 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Agama mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh. Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagian ruhaniah. Oleh karena itu, agama sebagai dasar tata nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembelajaraan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Pelaksanaan pendidikan agama dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai bahan agama tersebut. Dan salah satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. 11 Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan.1 Akhlak secara etimologis berasal dari kata khuluq dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, dan moral. Secara etimologis, akhlak berarti character, disposition, dan moral constitution. Al-Ghazali berpendapat bahwa manusia memiliki citra lahiriah yang disebut dengan khalq, dan citra batiniah yang disebut dengan khulq. Khalk merupakan citra fisik manusia, sedang khulk merupakan citra fisik manusia. Berdasarkan kategori ini, maka khulq secara etimologi memiliki arti gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang tanpa melibatkan unsur lahirnya. Akhlak juga harus ada persesuaian dengan makhluk yang mengisyaratkan adanya sumber akhlak dari ketetapan manusia bersama atau berdasarkan „urf (tradisi). Artinya, dalam kehidupan manusia, manusia harus berakhlak yang mulia baik menurut ukuran Allah maupun ukuran manusia.2 Akhlak pada dasarnya dalam diri sesorang, bersatu dengan perilaku dan perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk maka disebut dengan akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah, dan sebaliknya apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk, membedakan halal dan haram, hak dan batil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun manusia tersebut bisa melakukan. 1 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 86-87. Muhaimin, Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2005), hlm. 262. 2 12 Akhlak merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Maka akhlak Islam merupakan akhlak yang landasan utamanya adalah wahyu. Oleh karena itu akhlak merupakan tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan, sehingga menggambarkan perilaku yang baik. Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Qalam(68): 4.      Terjemahannya: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.3 Untuk perbaikan akhlak Islam maka harus adanya pembelajaraan sehingga manusia dapat perbaikan akhlak yang baik. Sehingga, hal itu kemudian diwujudkan oleh Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon dalam program kerjanya tentang pembelajaran kitab kuning yang salah satunya yaitu pembelajaran kitab klasik Adabul Alim Wal-Muta‟allim. Melihat situasi dan kondisi mahasantri yang memiliki perilaku yang tidak baik dan tidak sopan kAdab dalam kesehariannya maupun dalam proses pembelajaran di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Andy Subandri Suwakul, senioritas mahasantri asrama Ma‟had Al-Jami‟ah, bahwasannya Kebanyakan mahasantri memiliki perilaku yang tidak 3 hlm. 565. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Depok: Cahaya Qur‟an, 2011), 13 baik dalam keseharian bahkan tidak saling menghargai satu sama lain kAdab mereka pertama kali tinggal di Ma‟had Al-Jami‟ah .4 Sehingga adanya program ini sangat bermanfaat sekali bagi mahasantri yang tinggal di asrama Ma‟had Al-Jami‟ah, baik itu dalam proses pembelajaran di asrama, perkuliahan, maupun dalam keseharian mereka. Sebab pembelajaran kitab klasik Adabul Alim Wal-Muta‟allim ini menuntut mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon untuk memiliki kepribadian atau akhlak yang baik. Oleh karena itu, Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon mengadakan program pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim setiap tahunnya pada akhir semester yang dinamakan dengan pembelajaraan khusus. Berangkat dari hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim, sebab pembelajaran tersebut dapat perbaikan akhlak menjadi baik. Dengan demikian, peneliti mencoba mengangkat proposal yang berjudul “Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon.” B. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang dibahas dalam peneliti ini adalah: 1. Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim 2. Perbaikan Akhlak C. Rumusan masalah Wawancara, Andy Subandri Suwakul, Senioritas Mahasantri Asrama Ma‟had AlJami‟ah IAIN Ambon. Hari/tanggal: Minggu, 08 September 2019. 4 14 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. D. Tujuan Peneliti Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal- Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. 2. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan secara praktis yaitu: 1. Secara Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pembelajar 15 dalam pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti, penelitian ini menambahkan ilmu, wawasan dan pengetahuan tersendiri dalam pembelajaran, terutama dalam proses perbaikan akhlak. b. Bagi IAIN Ambon, hasil penelitian ini dijadikan sebagai dokumentasi dan sumber rujukan bagi peneliti selanjutnya, sekaligus sebagai bahan kajian bagi Mahasantri. c. Untuk memberikan tambahan informasi bagi Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon untuk meningkatkan kualitas akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. d. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peneliti selanjutnya yang ada relevansinya dengan adanya masalah tersebut. 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kajian Terdahulu Kajian ini dimaksudkan untuk melengkapi dan menyempurnakan khazanah pengetahuan pendidikan agama Islam yang telah dilakukan oleh peneliti dan pengkaji terdahulu tentang kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim yaitu sebagai berikut: a. Skripsi yang ditulis oleh Fuad Hasyim, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011 dengan judul skripsi “ Adab mengajar dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan Relevannya dengan Pendidikan Agama Islam (Kajian Pemikiran Syaikh Hasyim Asy‟ari).” Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidik harus berperan sebagai orang tua peserta didik ketika di sekolah, selalu menekankan pada pemahaman dan bukan hanya sekedar mengajar materi, selalu berupaya menemukan metode yang tepat dan mudah difahami, mengingatkan peserta didik yang melanggar dengan cara yang santun dan bijaksana. Dalam penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa adab mengajar tersebut memiliki relevansi dengan sumber Pendidikan Agama Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits.5 Fuad Hasyim, Adab Mengajar dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam (Kajian Pemikiran Syaikh Hasyim Asy‟ari), (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), hlm. 9. 5 17 b. Skripsi yang ditulis oleh Eni Hamdanah Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2005 dengan judul skripsi “Konsep Adab Pendidik dan Peserta Didik (Studi Komparatif Menurut Az-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim dan KH. Hasyim Asy‟ari dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim)”. Penelitian ini mencoba membandingkan pemikiran dua tokoh yang mempunyai kapasitas keilmuan tinggi dalam hal adab pendidik dan peserta didik secara umum.6 c. Skripsi yang ditulis oleh Tanto Wardana Putra jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012 dengan judul skripsi “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim (Studi Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari).” Penelitian ini membahas konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan relevansinya terhadap tujuan pendidikan nasional.7 Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu mengkaji tentang akhlak yang terdapat dalam kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu dalam penelitian ini mengkaji pembelajaran kitab Adabul „Alim WalMuta‟allim yang kaitannya dengan perbaikan akhlak seorang pelajar. 6 Eni Hamdanah, Konsep Adab Pendidik dan Peserta Didik (Studi Komparatif Menururt Az-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim dan KH. Hasyim Asy‟ari dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim), (Skripsi, Jurusan kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005), hlm. 201. 7 Tanto Wardana Putra, Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Adabul „Alim WalMuta‟allim (Studi Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari), (Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012), hlm. 77. 18 Dari berbagai telaah pustaka yang telah dipaparkan di atas, penulis belum menemukan kajian mengenai pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari yang secara khusus membahas tentang “Pembelajaran Kitab Klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam Perbaikan Akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon”. 2. Metode Secara etimologi, metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqoh yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu merupakan cara-caraa yang dilakukan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran8 Secara terminologis, ada beberapa pengertian tentang metode menurut para ahli, Abd. Rahim Ghunainah mendefiniskan metode sebagai cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan-tujuan dan maksud-maksud pengajaran.9 Ada dua metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning atau kitab klasik antara lain: a. Bandongan Istilah bandongan sering kali juga disebut wetonan. Istilah wetonan ini berasal dari kata Wektu (Bahasa Jawa) yang berarti waktu, sebab pembelajaran tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu metode wetonan ini merupakan merupakan metode kuliah, dimana para siswa mengikuti pelajaran dengan duduk dihadapan usadz yang menerangkan 8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. Ke-8; Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 184 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Terjemahan/.(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 551. 9 19 pelajaran secara kuliah, siswa menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padaya. b. Serogan Metode serogan merupakan metode yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari siswa. Namun metode serogan memang terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang siswa yang bercita-cita menjadi seorang „alim. Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan membimbing secara maksimal kemampuan seseorang siswa dalam menguasai bahasa Arab. Karena dalam metode ini siswa secara bergantian membaca satu persatu dihadapan ustadz.10 3. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan berinterakasi sosial dicapai dengan kompetensi. Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan 10 Zamakhsari, Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 28-29. 20 keterampilan-keterampilan fungsional lainnya. Seperti mengendarai mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerja sama dengan orang lain. 11 Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu, maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.12 a. Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam bukunya Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to 11 Baharuddin, Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm.11. 12 Baharuddin, Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,….. hlm. 12. 21 find out. Menurut defenisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesutau.13 Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekananpenekanan tersendiri tentang hakikat belajar dan proses kearah perubahan sebagai hasil. Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus tentang belajar yaitu sebagai berikut: 1) Behaviorisme Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.14 2) Kognitivisme Menurut teori kognitivisme, belajar adalah tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme diartkian sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. 13 14 Ibid,…, hlm. 13. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 20. 22 Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku.15 3) Humanisme Selain teori belajar behaviorisme dan kognitivisme, teori bel ajar humanism juga penting dipahami. Menurut teori humanism proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu teoei belajar humanism sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.16 4) Sibernetik Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini adalah bhawa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.17 b. 15 Pengertian Pembelajaran Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 44. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran,….., hlm. 68. 17 Ibid,…, hlm. 81. 16 23 Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisir lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah. Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang mampu mencerna materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambat dalam mencerna materi pelajaran. Keuda perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat pembelajaran adalah “pengaturan”.18 Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan.19 Secara Nasional, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan 18 Fitrah, (Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 03 no. 2 Desember 2017), Hlm. 337. Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 6. 19 24 kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.20 Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interkasi peserta didik dengan sumer belajar lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai.21 Jadi, dapat sisumpulkan bahwa kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut tidak terlepas dari bahan pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar dengan baik. oleh karena itu, makna pembelajaran merupakan tindakan eksternal dari belajar, sedangkan belajar adalah tindakan internal dari pembelajaran. c. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya tujuan maka guru memiliki pedoman dan sasaran 20 Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 6-7 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif – progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 19. 21 25 yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah. Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya, seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan alat evaluasi. Oleh karena itu, maka seorang guru tidak dapat mengabaikan masalah perumusan tujuan pembelajaran apabila hendak memprogramkan pengajarannya. Jika dilihat dari sisi ruang lingkupnya, tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Tujuan yang dirumuskan secara spesifik oleh guru yang bertolak dari materi pelajaran yang akan disampaikan. 2) Tujuan pembelajaran umum, yaitu tujuan pembelajaran yang sudah tercantum dalam garis-garis besar pedoman pengajaran yang dituangakan dalam rencana pengajaran yang disiapkan oleh guru. Tujuan khusus yang dirumuskan oleh seorang guru harus memenuhi syarat-syarat, yaitu: a) Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai b) Membatasi dalam keadaan mana pengetahuan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku) c) Secara spesisik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.22 4. Kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim 22 343. . Fitrah, (Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 03 no. 2 Desember 2017), hlm. 342- 26 kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim karangan seorang tokoh besar yang menjadi maha guru Nusantara pada masanya, sekaligus juga pendiri Jami‟iyyah Nahdlatul Ulama (NU), yaitu Muhammad Hasyim Bin Asy‟ari Bin Abdul Wahid Bin Abdul Halima atau Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari (Jombang, Jawa Timur, 1875-1947). Kitab ini berjudul lengkap Adabul „Alim Wal-Muta‟allim Fi Ma Yahtaju Ilaihi al-Muta‟alim dan ditulis dalam bahasa arab. Kandungan kitab ini berisi kajian ilmu pedagogik Islami, yaitu ilmu yang mengkaji akhlak, strategi, dan gaya pembelajaran menurut pakem nilai-nilai keIslaman, agar ilmu yang dipelajari dapat bermanfaat dan memiliki nilai keberkahan.23 Dalam tradisi ilmu pengetahuan Islam, terdapat banyak karya yang lahir dan ditulis dalam bidang kajian ini. Hal ini menimbang sangat prinsip dan urgennya posisi adab dan akhlak bagi seorang pelajar dan pengajar di mata ajaran agama Islam. Kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim merupakan kitab yang berisi riwayat-riwayat mulai dari al-Quran, al-Hadis, Atsar, perkataan ulama yang setelah itu diberikan penekanan sebagai point dan kesimpulan dari riwayatriwayat tersebut. Kitab ini terdiri dari delapan bab, yaitu: 1) Keutamaan ilmu, ulama, mengajar, dan belajar ilmu. 2) Adab pelajar terhadap dirinya sendiri. 3) Adab pelajar terhadap gurunya. Hasyim Asy‟ari, Adabul „Alim Wal Muta‟alim, (jombong: Maktabah al-Turats al-Islam, 1451 H), hlm. 3 23 27 4) Adab pelajar dalam proses pembelajaran dan apa yang harus dilakukan di hadapan guru serta tujuan belajar. 5) Tentang Adab alim (guru) untuk dirinya sendiri. 6) Tentang Adab seorang guru terhadap pelajarannya. 7) Tentang Adab seorang guru terhadap para muridnya. 8) Tentang Adab terhadap kitab sebagai sarana mendapatkan ilmu dan sesuatu yang berhubungan dengan cara mendapatkannya dan Adab meletakkan kitab dan menulisnya. 24 Dalam catatan penulis, KH. Hasyim Asy‟ari menyebutkan jika karya ini diselesaikan pada hari Ahad, 22 jumadil Akhir tahun 1343 Hijriyah, bersamaan dengan 18 januari 1925 Masehi. Tertulis di sana; “Telah selesai kitab yang dinamakan “Adabul „Alim Wal-Muta‟allim”. Selesai penulisannya pada pagi hari Ahad, dua puluh dua Jumada al-Tsaniah tahun seribu tigaratus empat puluh tiga hijriyah.” Melihat tulisan tentang waktu di atas, kitab “Adabul „Alim WalMuta‟allim” ini ditulis oleh KH. Hasyim Asy‟ari sekitar satu tahun sebelum diresmikannya pendirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang berhaluan Islam Tradisional Ahlussunnah Wal Jama‟ah, yang merupakan corak Islam mayoritas (sawad a‟zham) di seluruh dunia Islam pada saat itu, NU didirikan pada 16 Rajab 1344 Hijriyah (bertepatan dengan 31 januari 1926 M).25 5. Perbaikan Akhlak c. Perbaikan Ibid,….., hlm. 4 https://www.nu.or.id/post/read/77385/ilmu-pedagogik-Islam-nusantara-karya-khhasyim-asyari. Di posting tanggal 14-08-2019. 24 25 28 Perbaikan berati usaha untuk mengembangkan kondisi dan fungsi. Perbaikan pengajaran dan pembelajaran merupakan dasar pijakan, kebijaksanaan nasional untuk menjamin masa depan seseorang yang lebih baik dan pasti. Menurut Al-Gazali, akhlak atau tingkah laku seseorang bisa di ubah dan di perbaiki, karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya proses menjadi sempurna, karena ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan. Al-Gazali menambahkan, perbaikan harus dilakukan melalui pendidikan dan pembelajaraan pada sikap dan perilaku konstruktif. Berbicara menganai masalah pembelajaraan dan pembentukan akhlak sama dengan berbicara mengenai tujuan pendidikan. Akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembelajaraan dan perjuangna keras serta sungguh-sungguh.26 d. Akhlak Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, dan Adab.27 Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqan" (‫ ) خُلُقًا‬yang menurut bahasa diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalkun" ( ٌ‫ ) خَلْق‬yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" ( ٌ‫ ) خَالِق‬yang berarti Pencipta dan 26 Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali, (Bandung: al-Ma‟rif 1986), hlm. 66. 27 Mansur, Pendidikan ANak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 221. 29 "Makhluk" ( ٌ‫ ) مَخْلُوْق‬yang berarti yang diciptakan. Secara bahasa akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu khuluqon (‫ ( خُلُقًا‬yang artinya perangai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan: Budi pekerti atau kelakuakan.28 Adapun secara istilah, akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam, dengan al-Qur‟an dan sunah Rasul sebagai sumber nilainya serta ijtihad sebagai metode berpikir Islam. Pola sikap dan tingkah yang dimaksud mencakup pola-pola hubungan dengan Allah, sesama manusia (termasuk dirinya sendiri), dan dengan alam.29 Menurut Zakiyah Drajat dalam bukunya Eneng Muslihah menjelaskan bahwa akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk kesatuan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat pada diri manusia sebagai fitrah sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 30 Dari sana timbul bakat akhlaq yang merupakan kekuatan jiwa dari dalam yang mendorong manusia untuk melakukan yang baik dan mencegah perbuatan jahat. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa(4): 110.               Terjemahanya: 28 W.J.S Poerdarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), 29 Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV Alfabeta, 1995), hlm. 209. Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2010), hlm. 251-252. hlm. 68. 30 30 Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian Ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.31 Adapun pengertian akhlak dilihat dari sudut istilah (terminology) ada beberapa devinisi yang telah dikemukakan oleh para ahli antara lain: Menurut Ahmad Amin dalam bukunya “Adab Ilmu Akhlak” merumuskan pengertian akhlak. Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerapkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.32 Menurut Imam al-Ghazali merumuskan akhlak suatu sifat yang terpatri dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dulu, serta dapat diartikan sebagai suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya.33 Menurut para ulama mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa diawali berpikir panjang, merenung dan memaksakan diri, seperti kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak. Demikian juga sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan sulit dan berpikir panjang seperti, orang bakhil. Ia berusaha menjadi dermawan kAdab ingin di pandang orang. Jika demikian maka tidaklah dinamakan akhlak.34 31 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 97. Ahmad Amin, Adab Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975). hlm. 3. 33 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak mulia, (Jakarta: Gena Insani, 2004), hlm. 28. 34 Ibid…, hlm. 34. 32 31 Menurut Ibn Maskawih dalam kitab Thadzib al-Akhlak, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.35 Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah(5): 8.                                Terjemahannya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah seklai-kali kbencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.36 Sedangkan “karimah” dalam Bahasa Arab artinya terpuji, baik atau mulia. Berdasarkan dari pengertian akhlak dan karimah, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud akhlakul karimah adalah sebagai budi pekerti baik yang ditimbulkan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang mana sifat itu menjadi budi pekerti yang utama dan dapat meningkatkan harkat dan martabat. 35 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 151. 36 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 109. 32 Akhlakul karimah adalah akhlak yang terpuji. Akhlak karimah termasuk tanda sempurnanya iman seseorang. Dengan akhlak inilah manusia bisa dibedakan secara jelas dengan binatang. Sehingga dengan akhlak karimah martabat dan kehormatan manusia bisa di tegakkan. Termasuk akhlak mengabdi kepada Allah Swt, cinta kepada Allah Swt, ikhlas dan beramal, mengerjakan kebaikan dan menjauhi larangan karena Allah Swt.37 a. Sumber Akhlak Dalam ajaran Islam akhlak bersumber pada Al-Qur‟an dan al-Hadits (sunnah) seperti apa yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Seperti apa yang dijelaskan oleh ayat al-Qur‟an dan al-Hadits di bawah ini: 1) Sumber al-Quran dari surat Al-Qalam(68): 4.      Terjemahnya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.38 Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sesungguhnya engkau Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agama Islam hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, dan Ar-Rabi‟ Ibnu Anas. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid. Menururt Atiyyah, disebutkan benar-benar berbudi pekerti yang agung. Ma‟mar telah meriwayatkan 37 38 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam,…, hlm. 152 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 565. 33 dari Qatadah, bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab: akhlak beliau adalah Al-Qur‟an.39 2) Sumber Sunnah (Al Hadits) َ‫ بُعِ ْثتُ لِاُ تَ ِّممَ حُسْن‬: َ‫هلل عَلَيْهِ وَسََلمَ قَال‬ ُ ‫ل اهللِ صَلَى ا‬ َ ْ‫عنْ مَاِلكِ ان رَسُو‬ َ ِ‫الْاَخْلَاق‬ Terjemahannya: Dari Malik, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: Aku diutus (oleh Allah Swt.) untuk menyempurnakan akhlak yang baik.40 b. Macam-Macam Akhlak 1) Akhlak Al-Karimah / Mahmudah Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, dan akhlak terhadap sesama manusia.41 2) Akhlak Al-Mazmumah Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yangt tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam dijelaskan secara terperinci dengan tujuan, agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam Al-Imam Abul Fida Isma‟il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemahan Tafsir Ibnu Kasir Juz 29, (Cet. III;Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 46. 40 Malik, Al-Muwatta, Kitab Husn Al-Khuluq, Bab Ma Ja‟a fi Husni Al-Akhlaq, hlm. 479. 41 Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf, (Cet. II;Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 1995), hlm. 49. 39 34 dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya: berbohong, takabur (sombong), dengki, bakhil atau kikir.42 Menurut Mokhsin Kaliky dalam proposal tesis menjelaskan macammacam akhlak, akhlak terdiri dari dua macam, yaitu: 1) Akhlak baik Akhlak yang baik sering pula diartikan dengan kebiasaan-kebiasaan yang terpuji yang dinampakkan oleh setiap individu dalam interaksi sosial tanpa direncanakan dan tanpa persiapan yang disengaja sehingga dinamakan dengan; )َ‫خالَقُ الْكَرِيّْمَة‬ ْ َ‫(أ‬ 2) Akhlak tercela Adapun yang dimaksud dengan akhlak tercela yaitu kebiasaan-kebiasaan yang mewarnai aktifitas suatu individu dalam interaksi sosial dengan suatu tindakan-tindakan yang melanggar aturan-aturan atau norma baik dalam norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum yang tanpa disadar dan direncanakan akan timbul dengan sendirinya yang melekat pada diri individu.43 c. Tujuan Akhlak Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur, dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan 42 Ibid., hlm. 50 Mokhsin Kaliky, Pendidikan Akhlak, (Proposal Tesis, Program Studi Pascasarjana IAIN Ambon, 2015), hlm 15. 43 35 untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah).44 Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dalam kehidupannya. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab(33): 21.                   Terjemahannya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.45 d. Kriteria Akhlak Baik Orang yang berakhlak adalah orang yang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Kemudian akan memperoleh irsyad yakni dapat membedakan amal baik dan amal buruk, selain itu juga akan memperoleh taufik yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan yang dicontohkan oleh Rasulallah Saw. Dengan demikian kita akan mendapatkan kebahagiaan duina dan akhirat. Adapun kriteria-kriteria akhlak baik (mahmudah) dan buruk (mazmumah) adalah sebagai berikut: 1) Patuh/taat Umat Islam wajib taat dan patuh kepada Allah SWT.., dimana saja berada, begitu pula hanya dengan melaksanakan ibadah shalat, bila waktunya telah tiba, maka diwajibkan melaksanakannya dalam keadaan bagaimana pun. 44 45 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. IV;Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 115. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…, hlm. 420. 36 Allah berfirman dalam QS. An-Nisa(4): 103.                        Terjemahannya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.46 Mengambil pelajaran dari ibadah shalat, seorang anak seharusnya taat dan patuh kepada orang tua dan gurunya kadang, mereka disuruh melakukan hal-hal yang baik menurut ajaran Islam. Seorang anak pun diberikan kebebasan untuk tidak taat dan patuh kepada orang tua dan guru, kadang disuruh melakukan hal yang tidak baik dan melanggar aturan agama. 2) Sabar Kesabaran mengandung usaha yang harus dilakukan dengan bersungguhsungguh menghindarkan segala rintangan dengan berdo‟a dan berserah diri pada Allah tanpa putus asa, oleh karena itu orang yang melaksanakan ibadah shalat dituntut untuk selalu bersikap sabar. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah(2): 45.           Terjemahannya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.47 46 47 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,….., hlm. 95. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,….., hlm. 7. 37 Bagi seorang anak remaja sendiri, sikap sabar sangat diperlukan untuk pengembangan akhlak dirinya, agar setelah dewasa memiliki sikap penyabar. Sikap seorang anak remaja yang biasanya ingin mencoba segala hal yang baru, baik itu yang bersifat positif maupun negatif, disinilah peran kesabaran dibutuhkan agar hal-hal yang berbau negatif tidak dilakukan. 3) Disiplin Shalat mengajarkan kedisiplinan kepada para pelakunya, di mana seorang muslim akan mengerjakan ibagad shalat lima kali dalam sehari sesuai waktu yang telah ditentukan, maka orang yang selalu mengerjakan ibadah shalat tepat waktu diharapkan akan berdisiplin dalam menjalani kehidupannya. 4) Rendah hati Al Ghazali menjelaskan empat pokok ciri-ciri akhlak yang baik, yaitu:  Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang baik. Beliau memandang hikmah harus dimiliki seseorang untuk mencapai kebenaran dan terlepas dari kesalahan untuk semua hal.  Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan amarah dengan akal untuk maju.  Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan nafsunya dengan akal dan agama.  Berlaku adil. Yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberikan haknya sesuai dengan fitrahnya. 48 48 Chotibul Umam, Aqidah Akhlak, ( Semarang: PT. Menara Kudus, 1997), hlm. 40-41 38 Berdasarkan uraian tersebut maka penulis menyimpulkan yakni orang yang rendah hati tidak suka memperlihatkan kebaikan dirinya adalah akhlak yang baik. Ibadah shalat yang kita lakukan mengajarkan kita untuk selalu bersikap rendah hati, sehingga menjadi insan yang taqwa dan dapat hidup bermasyarakat dengan baik (akhlak mahmudah) dan dari ketentuan yang buruk maka itu merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji (akhlak mazmumah). e. Ruang Lingkup Akhlak 1) Akhlak tehadap Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Adapun perilaku yang dikerjakan adalah bersyukur kepada Allah, meyakini kesempurnaan Allah, dan taat terhadap perintahnya. 2) Akhlak terhadap manusia Banyak sekali rincian tentang perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk menegnai hal itu tidak hanya berbentuk larangan melakukan hal-hal yang negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib sesama. 3) Akhlak terhadap lingkungan Yang dimaksud lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa.49 f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak 49 Quraish Shihab, wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 261-270. 39 Menurut HAmzah Ya‟kub factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya aklak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal Faktor internal adalah factor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bahwa sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya. Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memilii naluri keagamaan yang nantinya akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada pada dirinya yang turut membentuk akhlak moral. 2) Faktor eksternal Adapun faktor eksternal adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi: a) Lingkungan Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat adalah lingkungan b) Pengaruh keluarga Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau pembelajaraan menuju terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua. Dengan demikian orang tua atau keluarga merupakan 40 pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan dengan alam luar tentang sikap, secara berbuat, seta pemikirannya di hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga yang melaksanakan pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan akhlak. c) Pengaruh sekolah Di dalm sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar sari kelangsungan pendidikan. Pada umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan sekelompok melaksanakan tuntutan-tuntutan dan contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari kepentingan orang lain.50 50 Abu Ahmadi, Pisikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 269 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekataan dan jenis penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi (inquiry) yang menekankan pencarian makna pengertian, konsep, karakteristik, gejalah, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetode, bersifat alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara serta disajikan secara naratif.51 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Kegiatan teoritis dan empiris pada penelitian ini diklafisikasikan dalam metode deskriptif kualitatif, dimana peneliti akan mendiskripsikan dan menjelaskan mengenai fakta-fakta yang ada dilapangan dan memadukan dengan konsep-konsep teori yang ada. 2. Kehadiran peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan, dikarenakan peneliti adalah instrument kunci dalam penelitan kualitatif. Oleh karena itu, keberhasilan dalam penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh kemampuan peneliti di lapangan dalam menghimpun data yang diperlukan, 51 Muri Yusuf, Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan, (Jakarta: kencana, 2014), hlm. 329. 42 memaknai data yang ada yang tidak terlepas dari konteks yang sebenarnya. Peneliti merupakan subjek multibudaya.52 3. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan hal penting yang harus diketahui dalam penelitian kualitatif. Dengan adanya lokasi yang tepat dan sesuai pembaca akan mudah mengetahui lokasi dari masalah yang diteliti tersebut Penelitian ini akan dilaksanakan di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Dengan alasan belum ada yang meneliti pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. 4. Informan Peneliti Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk mendapatkan data adalah: a. Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim b. Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon angkatan 2017 5. Sumber Data Data adalah fakta empiris yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan berbagai Teknik selama kegiatan penelitian berlangsung. Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat di kelompokan dalam dua jenis yaitu: 52 Ibid…, hlm. 332. 43 a. Data primer Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat (up to date). Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion-FGD), dan penyebaran kuesioner. b. Data skunder Data sekunder ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data skunder dapat diperoleh dari berbagai sumber buku, laporan, dan jurnal.53 6. Prosedur Pengumpulan data a. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat banyak ditentukan oleh pengamat sendiri, sebab pengamat melihat dan mendengarkan suatu objek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang diamati itu.54 Observasi ini peneliti gunakan untuk mengamati mahasantri angkatan 2017 yang berada di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon agar mendapatkan data yang valid. Jangan sampai data yang diperoleh tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Olehnya itu peneliti membuat pedoman observasi (terlampir) 53 Trianto, PengantarPenelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Propesi Pendidikan dan tenaga kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 279-280. 54 Ibid…, hlm. 384. 44 b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang suatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.55 wawancara peneliti gunakan untuk menggali data dengan bertanya langsung kepada informan yang ditentukan secara purposive sampling. secara langsung di lokasi penelitian mengenai pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dalam perbaikan akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. c. Dokumentasi Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan keterangan di Ma‟had AlJami‟ah IAIN Ambon mengenai tentang pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim. Dokumentasi ini juga dapat berupa gambar yang diambil saat proses pembelajaraan kitab klasik berlangsung dan transkrip wawancara sebagai bukti bahwa peneliti melakukan penelitian, jadwal pembelajaraan atau arsip-arsip yang berkaitan. 55 Muri Yusuf, Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan, (Jakarta: kencana, 2014), hlm. 372. 45 7. Analisis Data a. Reduksi data Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang diperoleh.56 Pada tahap ini, peneliti memilih data mana yang relevan dan kurang relevan dengan tujuan dan masalah penelitian, kemudian meringkas, memberi kode, selanjutnya mengelompokan (mengorganisir) sesuai dengan tema-tema yang ada b. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowehart dan sejenisnya. Dalam mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.57 c. Verifikasi Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan 56 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 172. 57 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 341 46 bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.58 8. Pengecekan Keabsahan Temuan Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data dilakukan melalui trianggulasi, ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk menguji keabsahan data tidak menggunakan alat-alat uji statistik. Ini dilakuka agar dapat melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data. Penerapannya, peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara serta data dari dokumentasi yang berkaitan. Apakah informasi yang didapatkan dengan metode wawancara sama dengan metode observasi ataukah hasil observasi tidak sesuai dengan informasi yang didapatkan kAdab wawancara. 9. Tahap-tahap penelitian Dalam penelitian ini peneliti berencana melakukan langkah-langkah penelitian dalam beberapa tahap: a. Tahap Perencanaan Tahap ini peneliti membuat rencana judu sesuai dengan masalah yang ingin dibahas dan mencari berbagai data dan sumber-sumber. 58 Ibid…, hlm. 345. 47 b. Tahap Pelaksanaan Tahap ini merupakan kegiatan inti dimana tahap bekerja dilapangan yang meliputi tahap pengumpulan data. c. Tahap Analisis Data Tahap ini merupakan tahap dari analisis data yang diperoleh dari responden atau informasi sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun secara sistematis. d. Tahap Penyelesaian Tahap ini merupakan tahap yang paling akhir dari sebuah penelitian di tahap ini peneliti menganalisi dan dikumpulkan dalam bentuk skripsi. Yaitu merupakan tahap penulisan laporan atau tahap akhir dari serangkai dari beberapa prosedur penelitian kualitatif. 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Penelitian Mahad Al-Jamiah IAIN AMBON 1. Profil Mahad Al-Jamiah IAIN AMBON Mahad al-Jamiah IAIN Ambon adalah lembaga pesantren mahasantri yang bernaung di bawah Institut Agama Islam Negeri Ambon. Lembaga ini resmi dibentuk sejak tanggal 14 November 2012 tentang pembentukan pengurus pesantren mahasantri Ma‟had AlJami‟ah IAIN. Namun karena adanya penyesuaian struktur kelembagaan dengan ditetapkannya organisasi dengan tata kerja (ortaker) baru, maka dilakukan perampingan terhadap tim pengelolanya. Pada awalnya, berdasarkan pada SK tersebut, pengelola Ma‟had al-Jamiaah berjumblah 8 orang, terdiri dari: pengarah, penanggung jawab, kordinator, direktur, wakil direktur, kepala asrama putra, kepala asrama putri, dan staf Administrasi. Maka dengan adanya SK Rektor No. In.13/1/SK/KP. 07/69a/2013 tentang pengangkatan ketua dan sekertaris Ma‟had Al-Jami‟ah di lingkungan IAIN Ambon, jumblah pengelolah hanya tinggal 2 orang, terdiri dari ketua (Much.Mu‟alim, M.HI,MA) dan sekertaris (Farid Naya, M.SI). Pada Tahun 2013 untuk tahap pertama, Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon hanya menanggapi pemondokan santri putra, karena asrama putri masih dalam tahap penyelesaian. 49 Secara kronologis, lahirnya Ma‟had Al-Jami‟ah di IAIN Ambon telah melalui perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan. Dimana hal itu di mulai ketika pembangunan asrama putra sedang di lakukan, tepatnya pada bulan juni 2011 terjadi diskusi antara Prof. Dr. H. Dedi Dejubaedi, M.Ag, saat itu menjabat sebagai Rektor IAIN Ambon priode 2008-2012, Much Mu‟alim, MHI, MA (dosen-Pengasuh Ma‟had Periode Pertama), dan Pardianto, M.SI, (dosen IAIN Ambon) tentang rencana sistem pengelolaan yang akan diterapkan pada Asrama Putra. Diskusi tersebut menghasilkan sebuah gagasan tentang penerapan sistem pesantren pada asrama mahasantri IAIN Ambon, yang akan memfokuskan pada pembelajaraan 4 kompetensi pokok; (1) Pembelajaraan mental-spiritual, (2) pembelajaraan baca tulis al-Quran, (3) pengenalan kitab kuning atau turats, dan (4) penerapan bahasa Arab-Inggris. Maka dari itu Rektor langsung memerintahkan Much. Mu‟alim, MHI, MA dan Pardianto, M.Si untuk segera menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, mulai dari pembuatan rancangan sistem pengelolaan, rencana kerjasama dengan lembaga-lembaga lain di luar kampus, baik pemerintahan maupun swasta; termasuk dengan pesantren-pesantren di Jawa, serta rekrutmen mahasantri calon Pembina asrama. Namun di tengah-tengah persiapan itu, terdapat beberapa kendala yang menghambat proses tersebut, diantaranya kegiatan Pramuka Wirakarya Nasional ke-X yang bertempat di IAIN Ambon dan pelaksanaan MTQ Nasional ke-XXV di Maluku. Dari ditariknya kembali, Prof. Dr. H. Dedi Djubaedi, M.Ag, ke Jakarta untuk menduduki jabatan Direktur Madrasah di Kementerian Agama RI pada 50 awal tahun 2012.59 Periode selanjutnya, jabatan Rektor dipegang oleh Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag, mantan Wadek I bidang akademik. Pada masa kepemimpinan Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag, rencana tersebut dilanjutkan dengan menjalin kerjasama pembelajaraan dengan Pesantren Tebuireng Jombang. Dalam hal ini Rektor menyerahkan sepenuhnya kepada Pengasuh Ma‟had Al-Jami‟ah untuk melakukan pengelolaan Ma‟had bersama dengan Tim Pembina Pesantren yang akan didatangkan dari Pesantren Tebuireng, asalkan semua upaya tersebut dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan kualitas akademik para mahasantri IAIN Ambon. Pada tanggal 25 November 2012, enam orang Pembina asrama didatangkan dari pesantren Tebuireng, berdasarkan MOU yang telah ditandatangani oleh Rektor IAIN Ambon Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag dan Pengasuh Pesantren Tebuireng; Dr. KH. Ir. Salahuddin Wahid. Enam orang Pembina tersebut direncanakan akan melakukan pembelajaraan selama satu tahun, dan kontraknya akan diperpanjang jika dianggap perlu, setelah dilakukan evaluasi terhadap kinerja yang dicapai. Di samping itu terdapat beberapa orang dosen IAIN Ambon yang bersedia bergabung dengan pengelola Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon untuk bersama-sama melakukan pembelajaraan santri asrama pesantren mahasantri IAIN Ambon. Pada Tahun 2013 kepengurusan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon masih terfokus pada pembelajaraan asrama putra dengan kepengurusan Ma‟had AlJami‟ah sebagai berikut: 59 Dokumen Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon Tahun 2019 51 1. Dewan Pengasuh Ma‟had: 2. Kepala / Pengasuh : Much. Mu‟alim, MHI, MA 3. Sekretaris Pengasuh : Farid Naya, M.SI 2. Dewan Pembina (Mudabbir) Asrama Putra: 1. Koordinator Pembina : Syahri. S. A. Khuzaini, SA, SPd.I 2. Kabag. Pemb. al-Quran& Bandongan : M. Subkhi, SA, S.Pd.I 3. Kabag. Tahfiz & Koperasi : Mukhlisin, SA, S.Pd.I 4. Kabag. Bahasa Arab & Wk. Kamtib : Nakip Pelu, MA 5. Kabag. Bahasa Inggris& Kebersihan : Agung Mulyono, SA, S.Pd.I 6. Kabag. Diniyah & Sorogan : Nur Hadi, SA, S.Pd.I 7. Kabag. Amtsilati & Keorganisasian : Hamam Asy‟ari, SA, S.Pd.I 8. Kabag. Kamtib & Konseling : Abd. Khoir Wattimena, MH Para santri putra Ma‟had Al-Jami‟ah resmi menempati asrama pesantren sejak tanggal 12 Januari 2013, dan pada tahun pertama ini asrama Ma‟had hanya diperuntukkan bagi para mahasantri calon Pembina asrama yang telah lulus dalam tes seleksi PPSM (Pengkaderan Pembina Santri Mahasantri) yang diadakan pada bulan Desember 2012. Mereka pada awalnya berjumlah 26 orang, namun karena, penerapan disiplin dalam model pembelajaraan yang cukup ketat, jumlah mereka pada saat ini tinggal 19 orang. 60 “Tim Sembilan Belas” Kader Pembina Santri Ma‟had Al-Jami‟ah, yang terdiri dari para mahasantri pilihan hasil seleksi Program PPSM (Pengkaderan Pembina Santri Mahasantri), yang direkrut dari tiga 60 Dokumen Ma‟had al-Jami‟ah IAIN Ambon 2019. 52 fakultas yang ada di lingkungkan Institut Agama Islam Negeri Ambon, Selengkapnya sebagai berikut: No Nama Fakultas Prodi Smt 1. M. Qabil Semarang Syariah dan Ekonomi Islam PMH V 2. Josan Kelerey Syariah dan Ekonomi Islam AS V 3. Ahmad Nasirun Syariah dan Ekonomi Islam AS V 4. Nurdin Buatan Syariah dan Ekonomi Islam JS V 5. La Muhrim Syariah dan Ekonomi Islam PMH III 6. Taufiq Ushuludin-Dakwah KPI III 7. Mulyadin Serang Ushuludin-Dakwah SOSAG V 8. Awaludin Arika Ushuludin-Dakwah KPI III 9. Anin Lihi Ushuludin-Dakwah SOSAG III 10. Zulkarnain Ushuludin-Dakwah Jurnalistik I 11. Ajuan Tuhuteru Ushuludin-Dakwah Jurnalistik V 12. La Ishak Tarbiyah dan Keguruan PAI V 13. Kasmin Tarbiyah dan Keguruan Matek III 14. M. Rizal Ismail Tarbiyah dan Keguruan PAI I 15. Umar Fakaubun Tarbiyah dan Keguruan PAI III 16. Wahib Wahab Banyal Syariah dan Ekonomi islam PMH V 17 Basri Abd. Hamid Ushuludin-Dakwah AF V 18 Samsul Ahyar Zainal Tarbiyah dan Keguruan PAI III 19 Abdul Rumatiga Tarbiyah dan Keguruan PAI III 53 Pada bulan April tahun 2013 mulai pembelajaraan al-Qur‟an untuk semuanya. Disitulah awalnya pembelajaraan al-Qur‟an ditahun 2013, mereka membuat rancangan- rancangan bersistem, hasilnya sedikit banyak dapat kita lihat sekarang ini dengan pola kaderisasi. Pada tahun 2013 Ma‟had mendapat bantuan untuk asrama, kemudian digunakan untuk membangun Ma‟had putra, maka pada tahun 2014, putra dipindahkan ke asrama baru (rusunawa) dekat mesjid, dan asrama yang lama dipakai untuk putri. Pada tanggal 07 Januari 2015, Asrama putri pertama ditempati dan Pengelolaan asrama putri dimulai sejak bulan Januari 2015 sampai sekarang, dengan jumlah santri yang bertahap, awalnya masih sedikit sekitar 50-an, pada tahun 2016- 2017 semua kamar telah terisi dengan calon pembina asrama yang telah lulus tes seleksi PPSM (Pengkaderan Pembina Santri Mahasantri) yang diadakan pada bulan Desember 2014, Mereka berjumlah 12 orang. 61 “Tim Dua Belas” Kader Pembina Santri Ma‟had Al-Jami‟ah, yang terdiri dari para mahasantri pilih hasil Seleksi Program PPSM (Pengkaderan Pembina Santri Mahasantri), yang direkrut dari tiga fakultas yang ada di lingkungan Institut Agama Islam Negeri Ambon, Selengkapnya Sebagai berikut: No Nama Fakultas Prodi Smt PMH V PMH V PMH V PAI III PAI III 1. Syarifah Nazwa. A 2. Fitria Humairoh. F 3. Sulvina 4. Eviana Wabula Syariah dan Ekonomi Islam Syariah dan Ekonomi Islam Syariah dan Ekonomi Islam Tarbiyah dan Keguruan 5. Maimuna Silayar Tarbiyah dan Keguruan 61 Dokumen Ma‟had al-Jami‟ah IAIN Ambon. 54 6. Esti Hamida Tarbiyah dan Keguruan Matematika V 7. Nurlaila Selehulano Tarbiyah dan Keguruan Matematika V 8. Wahyu Nurhidayati Magfirah Karanelan 10. Endang Setiawati Ekonomi Syariah Ekonomi Syariah Biologi III 9. Syariah dan Ekonomi Islam Syariah dan Ekonomi Islam Tarbiyah dan Keguruan 11. Rasniati Kamala Ushuludin Dakwah SOSAG V 12. Julina Muhammad Tarbiyah dan Keguruan Biologi I I III (Sumber: Dokumen Ma‟had)62 Daftar Nama Pengurus Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon Tahun 2017/2018 No Nama Pend Jabatan/ Tempat Terakhi Tugas Tugas Direktur Ma‟had Asrama r 1 2 3 4 5 6 7 Farid Naya, M.Si S-2 putra/i Nurdin Buatan, S-1 S.Hi H. M. Nakip Pelu, 9 Asrama putra/i S-2 Lc., MA Kepala Asrama Asrama Putra Putra Mukhlisin, M.Pd.I S-2 Kepala Asrama Putri Asrama putri Syafril Majapahit, S-1 Kepala Madrasah Asrama Diniyah Putra Putra Ketua Keamanan Asrama Putra Putra Sekretaris Madrasah Asrama Al-Qur‟an Putra Kepala Madrasah Asrama Diniyah Putri Putri Kordinator Mq Putri Asrama S.Pd.I Abd. Hafidz M. S-1 Semarang, S.Hi Abd. Rifan Syarif, S-1 SE 8 Sekretaris Ma‟had Ahl Allah, S.Th.I Rasmi Akohillo, 62 Ibid., S-1 S-2 55 M.Pd 10 11 Putri Sunartin Palahidu, S.Pd S-1 Eviana Wabula, S-1 Koordinator Asrama Mahasantri Bidikmisi Putri S.Pd Ketua Keamanan Asrama Putri Putri Musyrif Dan Musyrifah Tahun 2018 No Nama 1 Sumirang Siompo Semester VI Jurusan P. MATEK Fakultas ITK 2 Irfan Hayoto VI PAI ITK 3 Syahrul Ode Aliani IV PAI ITK 4 Badrun Ishak IV PAI ITK 5 Ahmad Yani Raharusun IV ILMU AQIDAH USHWAH 6 M. Aldi Juliantoro IV P. MATEK ITK 7 Suhardin La Wani VI PAI ITK 8 M. Aldi Aihunan IV P. MATEK ITK 9 M. Nur Tusiek II BKI USHWAH 10 M. Jasril Yusuf Naya VI AS SEI 11 Jumadin Muhammad II MKS SEI 12 Jamadi Landjai II PAI ITK 13 Alfiatul Hasanah II PAI PASCA 14 Rukmini Abdullah II PAI PASCA 15 Rahma Ren'el VI PAI ITK 16 Ma'rifah Dawan VI PAI ITK 17 Wa Ode Liana VI KPI USHWAH 18 Hulaiva Pary VI HES SEI 19 Nur Astuti IV P. BIOLOGI ITK 20 Safitriana Bey IV PAI ITK 21 Muhanyi Rumaf IV AS SEI 22 Patri Indriani Masiri IV EKSY SEI 56 23 Nur Hayati II P. MATEK ITK 24 Fadhila Latukau II EKSY SEI 1. Visi-Misi Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon a. Visi Sebagai lembaga pencetak mahasantri yang unggul dalam keilmuan Islam, akhlak dan prestasi.63 b. Misi 1) Mencetak mahasantri yang unggul dalam bidang al-Qur‟an, Turats, dan bahasa asing (Arab-Inggris) 2) Membentuk kepribadian mahasantri yang berakhlakul karimah 3) Meningkatkan prestasi mahasantri.64 2. Fungsi dan Tujuan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon a. Fungsi Ma‟had Al-Jami‟ah berfungsi sebagai wahana pembelajaraan mahasantri dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan serta peningkatan dan pelestarian tradisi spiritual keagamaan untuk pendukung visi, misi, dan tujuan. b. Tujuan 1). Pembibitan mahasantri yang unggul dan berprestasi 2). Pengkaderan guru al-Qur‟an 3). Penyiapan da‟i mahasantri65 63 64 Ibid. Ibid. 57 Adapun tujuan didirikan Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon adalah selaras dengan tujuan Institut Agama Islam Negeri Ambon, khususnya dalam peningkatan kualitas mahasantri pada bidang keagamaan. Tujuan tersebut masih bersifat umum dan tampak abstrak, maka setelah merumuskan masalah ini selanjutnya dijabarkan dalam uraian tujuan Ma‟had Al-Jami‟ah yang difokuskan pada empat bidang pokok: 1. Pembelajaraan akidah dan akhlak keislaman 2. Pembelajaraan baca tulis al- qur‟an 3. Pengenalan khazanah keislaman klasik (turas) 4. Pendampingan praktek bahasa Arab- Inggris secara aktif.66 3. Sistem pembelajaraan di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon Ada dua sistem pembelajaraan yang ditangani oleh Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon, yaitu: a. Sistem Pembelajaraan Keasramaan Asrama Ma‟had Al-Jami‟ah hanya diperuntukan bagi para mahasantri/ mahasantri, baik mahasantri kader pembina maupun mahasantri umum. Mahasantri kader pembina adalah mahasantri yang telah lulus seleksi PPSM (Pengkaderan Pembina Mahasantri Mahasantri). Mereka selanjutnya dibina untuk menjadi pembina mahasantri asrama Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. b. Sistem Pembelajaraan Non Asrama 65 66 Ibid,. Ibid., 58 Pembelajaraan ini terbagi dua, yaitu pembelajaraan yang diperuntukkan bagi seluruh mahasantri semester 1 dan VI dan pembelajaraan bagi mahasantri semester atas yang gagal melewati tes baca tulis al-Qur‟an sebagai prasyarat mengikuti munaqasyah (ujian skripsi).67 c. Program Internal Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon Program ini berisi berbagai agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh para mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon, baik yang bersifat harian, mingguan, bulanan, tahunan, maupun yang dilaksanakan secara eksidentil. 1) Pematangan Materi Perkuliahan 2) Perbekalan Khazanah Keilmuan Islam (Turats) 3) Pembelajaraan baca tulis Al-Qur‟an 4) Penyiapan Kader Pembina Al-Qur‟an 5) Penguatan Bahasa Asing (Arab Dan Inggris) 6) Pelatihan Dakwah (Ceramah Dan Khutbah) 7) Pembacaan Shalawat Diba‟iyyah 8) Pembacaan Istighatsah (Ratib Al-Haddad) 9) Diskusi Ilmiah Santri 10) Peringatan Hari Besar Islam (PHB) 11) Rihlah Ilmiah.68 4. Pembelajaraan Bahasa Arab dan Inggris 67 68 Ibid. Ibid. 59 Kegiatan pembelajaraan ini dilakukan setiap hari setelah shalat subuh dan diwajibkan bagi semua mahasantri, baik mahasantri baru maupun mahasantri lama. Kemampuan berbahasa sangat ditekankan di Ma‟had Al-Jami‟ah terutama bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Menyadari akan hal ini pihak Ma‟had Al-Jami‟ah mewajibkan untuk menerapkan penggunaan bahasa Arab atau Inggris dalam segala kegiatan atau rutinitas mahasantri baik berada di dalam asrama maupun ketika di luar asrama. Hal ini berlaku bagi semua pengurus dan mahasantri tanpa terkecuali.69 Tujuan pembelajaran bahasa di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon pada umumnnya adalah untuk melatih mahasantri yang awalnya tidak bisa berbahasa bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa Arab, baik dilingkungan asrama (wajib) maupun dilingkungan masyarakat. Namun pada hakekatnnya tujuan utama mempelajari bahasa Arab adalah untuk memahaami al-Qur‟an. Pengajar bahasa Arab di Ma‟had al-Jamiah IAIN Ambon menggunakan empat keterampilan dasar dalam pembelajaran bahasa Arab yang kiranya diharapkan mampu membantu mahasantri dalam berbahasa Arab. Diantara keterampilan yang sangat strategis untuk dikuasai oleh mahasantri adalah ketrampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Dan keempat keterampilan ini memiliki hubungan hierarkis yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. 7 Selain itu materi-materi yang diberikan dalam hal meningkatkan kualitas atau kemampuan bahasa asing mahasantri, maka dibekali dengan materi pembelajaraan bahasa Arab berupa 69 Zulhannan, Tekhnik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Cet. II; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 190. 60 pembelajaran kitab at-Tadhib, Bulughul maram, Aqidatul Awam, Safinnatun Najah, dan bahasa Inggris berupa modul pembelajaran bahasa Arab, kamus saku, dan masih dan masih banyak lagi. 5. Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah adalah mahasantri yang berada di lingkungan IAIN Ambon, yang tercatat sebagai mahasantri aktif di seluruh fakultas yang telah diterima sebagai mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah dan terbagi dalam dua kategori yaitu: a. Mahasantri Asrama Adalah mahasantri/i yang tinggal di asrama dan wajib melakukan registrasi lulus seleksi serta membayar administrasi dan mengikuti kegiatan pembelajaraan asrama yang bersamanya ditentukan SK rektor. b. Mahasantri Non Asrama Yaitu mahasiswi yang mengikuti pembelajaraan al-Qur‟an maupun pembelajaraan lainnya, namnu tidak tinggal di asrama. Untuk menjadi mahasantri non asrama, mahasantri/i harus mengikuti tes kompetensi baca tulis al-Qur‟an yang diselenggarakan oleh Ma‟had Al-Jami‟ah pada setiap awal tahun akademik yang diberlakukan bagi seluruh mahasiswi baru, atau pada waktu lain pada mahasiswi yang terlambat pendaftaran, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Program Internal Kampus (Program Non Asrama) a. Program ini berupa pembelajaraan baca tulis al-Qur‟an bagi seluruh mahasantri semester 1 dan VI dan juga bagi para mahasantri pada 61 semester atas yang gagal melewati tes baca tulis al-Qur‟an sebagai persyaratan mengikuti munaqasyah (ujian skripsi). b. Pengkaderan guru al-Qur‟an dari mahasantri. c. Kerjasama dengan LBB dalam pembelajaraan bahasa Arab-Inggris kepada mahasantri. 7. Program Pengabdian Kepada Masyarakat Program ini dilaksanakan dalam tiga bentuk kegiatan: (1). Dakwah lingkaran kampus, ceramah dan khutbah; (2). Kerja sama dengan LPM untuk pendampingan masyarakat binaan.(3). Pendelegasian guru al-Qur‟an di masyarakat. 8. Fasilitas asrama Ma’had a. Gedung asrama putri tiga lantai b. 38 kamar tidur kapasitas 4 orang/kamar c. Ranjang susun springbed d. Kamar mandi, WC, tempat wudhu, dan tempat jemuran e. Kopersasi amanah f. Perpustakaan Ma‟had g. Toko buku.70 9. Data Pendidik Asrama 70 Wa Ode Liana. Pola Komunikasi Efektif Bahasa Asing (Arab dan Inggris) Mahasantri putri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon, (Skripsi) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, hlm. 49. 2019. 62 Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran, perlu didukung pengajar yang memadai sesuai dengan kebutuhan Ma‟had. Adapun jumlah pengajar yang terdapat di Ma‟had berjumlah 10 orang.Yakni Farid Naya, M.Si, Nakip Pelu, Lc.MA, Mukhlisin, M.Pd.I, Ahl Allah, S.Th.I, Rasmi Akohilo, M.Pd.I, Eviana Wabula, S.Pd, Sunarti Palahidu, S.Pd, Selfia Seknun, S.Pd, Alfiatul Hasanah, S.Pd, dan Rukmini Abdulah, S.Pd.I. 10. Data Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon tahun akadamik 2017-2018 berjumlah 114 yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas Ula dan kelas Wushta. Namun selama proses pembelajaran berlangsung ada beberapa mahasantri yang tidak hadir atau keluar tanpa izin, sehingga mahasantri dianggap alpa ketika proses pembelajaran berlangsung. 71 11. Organisasi Di Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon juga terdapat sebuah organisasi yang disebut organisasi dewan mahasantri (Dema). Organisasi ini terbentuk pada tahun 2016. Tujuan utama dari adanya Dema ini adalah mempermudah pengurus Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon selain itu Dema ini dijadikan sebagai sarana penggalian kemampuan mahasantri yang belum diketahui. Organisasi dema ini di bawah pengawasan dari bagian keasramaan. Selain itu di dalam dema terdapat pengurus-pengurus dari Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon sebagai penanggung jawab juga beberapa mahasantri yang dianggap mampu bergabung dalam dema. Rinciannya sebagai berikut: 71 Ibid. 63 No 1 Pengurus Inti Dema Putra dan Putri tahun 2015 Nama Jabatan Anggi Karanelan Ketua Dema La Sugiyanto 2 Sofia Rumadaul Sekretaris Dema Syawal 3 Sauda Latukau Bendahara Juanda Ibrahim No 1 Pengurus Inti Dema Putra dan Putri tahun 2016-2017 Nama Jabatan Sumirang Siompu Ketua Dema Wa Ode Liana 2 Rahman Reliubun Sekretaris Dema Rahma Ren‟el 3 Irfan Hayoto Bendahara Hulaiva Pary Pengurus Inti Dema Putra dan Putri tahun 2018-2019 No 1 Nama Adi Juliantoro Jabatan Ketua Dema Nurastuti 2 Muh. Aldi Sekretaris Dema Nur hayati 3 Patri Indriyani Masiri Fadila Latukau Bendahara 64 B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Metode Pembelajaran kitab klasik adabul ‘alim wal-muta’alim dalam perbaikan akhlak mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon a. Metode Pembelajaran Kitab Klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon adalah sebuah pesantren kampus dimana Mahad sebagai wadah pembelajaraan mahasantri dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan, serta penanaman dan pelestarian tradisi spiritualitas keagamaan, merupakan subsistem akdemik dan pembelajaraan mahasantri dalam rangka pelaksanaan visi dan misi pendidkan agama Islam. Dimana untuk mewujudkan visi misi itu Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon mengadakan Pembelajaran. salah satu pembelajaraan yang dilakukan adalah pembelajaraan kitab klasik adabul „alim wal mutaalim. Berdasarkan wawancara dengan direktur Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon ustadz Farid Naya, M.SI mengatakan bahwa: Pembelajaraan kitab klasik ini kita lakukan di Masjid kampus IAIN Ambon, tapi juga pembelajaraan kita lakukan di asrama putri. Dan dalam dalam pembelajaraan kitab klasik metode yang digunakan secara umum itu ada dua, yang pertama metode bandongan dan yang kedua adalah metode serogan. Dimana metode bandongan itu adalah dimana yang membaca dan yang menerangkan materi itu adalah ustadnya, dan mahasantri itu sebagai audiens dan yang memberikan makna pada kalimat yang ada pada kitab adabul „alim itu sendiri. Bisa dikatakan bahwa metode bandongan itu yang lebih aktif adalah ustadnya. Yang kedua adalah metode serogan, metode serogan itu yang membaca dan yang menjelaskan terkait dengan makna dan isi kandungan kalimat yang ada pada kitab adabul „alim itu adalah mahasantri, dan itu bergilir. Sebelum mengkaji isi kitab adabul „alim biasanya 65 mahasantri diminta untuk sama sama berdoa terlebih dahulu dengan membaca surah al-Fatihah, untuk mendoakan Rasullulah dan penulis kitab klasik adabul „alim itu sendiri serta guru guru yang telah mengajar, dengan harapan ada kemanfaatan ilmu yang mereka berikan terjalin dan ada keberkahan disitu.72 Dengan kesempatan yang sama peneliti mewawancarai mahasantri Dian Lestari mengatakan bahwa: Dalam pembelajaraan kitab klasik metode yang di gunakan adalah membaca kitab dan menjelaskan kitab, dalam pembelajaraan tersebut ustadz dan ustadzah mengumpulkan santri laki-laki dan permpuan untuk shalat berjamaah dulu terus diberi kajian sedikit baru masuk ke pembelajaran kitab klasik adabul „alim walmutaalim dimana dalam pembelajaraan itu Yang pertama tadi mebaca, setelah itu menjelaskan, dan kadang langsung di berikan contoh langsung adab atau etika-etika yang di ajarkan oleh seorang guru.73 Hal yang sama pula dikatakan oleh Akbar Patty mengatakan bahwa: Metode yang digunakan adalah membaca kitab dan menerjamahkan. Dimana ustad sendiri yang menjelaskan isi kandungan dari kitab tersebut serta mengajarkan ilmu dalam memahami kosa kata bahasa Arab.74 Dari paparan di atas pelaksanaan pembelajaraan atau pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dilaksanakan di Masjid kampus IAIN Ambon dan pembelajaraan kitab klasik ini juga di lakukan di asrama putri Mahad al-Jamiah. Dalam pembelajaran atau pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim terdapat dua metode yang ustadz sering gunakan yaitu metode bandongan dan serogan. Dimana metode bandongan dikenal mahasantri seperti Farid Naya, Derektur Ma‟had Al-Jami‟ah, Wawancara 19 November 2019 Dian Lestari, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017, Wawancara 17 Oktober 2019 74 Akbar Patty, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017, Wawancara 10 Oktober 2019 72 73 66 metode ceramah. Karena metode bandongan ini adalah dimana uztadz yang lebih berperan aktif dalam menjelaskan materi yang diajar. Sendangkan metode serogan adalah metode yang dimana santri diarahkan untuk membaca kitab klasik tersebut Dalam pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim terdapat dua metode yang ustadz sering gunakan yaitu metode bandongan dan serogan. Dimana metode bandongan dikenal mahasantri seperti metode ceramah. Karena metode bandongan ini adalah dimana uztadz yang lebih berperan aktif dalam menjelaskan materi yang diajar. Sedangkan metode serogan adalah metode yang dimana santri diarahkan untuk membaca kitab klasik tersebut b. Waktu Pembelajaran (dikenal dengan sebutan Pembinaan) Kegiatan ini dijalankan sesuai jadwal yang ditentukan oleh musrif dan musrifah Mahad al-Jamiah. dimana waktu pelaksanaannya itu dilakukan pada bulan Ramadhan dan liburan semester. Sebelum dilakukan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal- Muta‟alim ini terlebih dahulu diadakan doa bersama, jika waktu pembelajaraan di pagi hari maka sebelum adanya pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim dilakukan terlebih dahulu shalat dhuha berjamaah seperti yang dikatakan oleh Ustad Farid Naya, M.SI mengatakan bahwa: Biasanya jika pembelajaraan terjadi dalam suasana bulan Ramadhan maka pembelajaraan dilakukan seringnya di pagi hari, Dan sebelum pembelajaran kitab klasik dimulai biasanya mahasantri melaksanakan shalat dhuha berjamaah terlebih dahulu.75 75 Farid Naya, Derektur Ma‟had Al-Jami‟ah, Wawancara 19 November 2019 67 Hal yang sama juga dikatan oleh salah satu santri, Virialna Winarto mengatakan bahwa: Ketika pembelajaraan di bulan Ramadhan dilakukan di pagi hari, jadi dilakukan shalat sunah terlebih dahulu.76 Hal yang sama dikatakan oleh Sri Winda Rumbia mengatakan bahwa: Seluruh santri pada bulan Ramadhan menuju ke Masjid melaksanakan shalat dhuha berjamaah pada jam 08:00 setelah itu masuk pada pembelajaran kitb klasik77 Hal tersebut juga sesuai dengan hasil observasi terkait dengan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sebagai berikut: Dari hasil pengamatan yang peneliti temukan bahwasannya pembinan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan diman jadwalnya hanya pada bulan Ramadhan dan liburan semester perkuliahan. Dan waktu pembelajaraannya pada pagi hari pukul 08.00 sampai 09.00. dan jika dilakukan pada malam hari maka pembelajaraannya dimulai selepas shalat isya berjamaah. c. Perbaikan Ahlak Perbaikan akhlak adalah dimana usaha untuk mengembangkan kondisi dan fungsi akhlak. Melihat kondisi mahasantri saat ini yang memiliki perilaku atau akhlak yang kurang baik maka dengan adanya kegiatan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim 76 Wal-Muta‟alim dapat mengubah perilaku mahasantri Virialna Winarto, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017, Wawancara 22 Oktober 2019 77 Sri Winda Rumbia, Mahasantri Pendidikan Agama Islam Angkatan 2017, Wawancara26 Oktober 2019. 68 khususnya mahasantri Pendidikan Agama Islam. Dimana sesuai dengan penjelasan Ustad Farid Naya, M.SI mengatakan bahwa: Dalam pembelajaraan kitab klasik banyak sekali kita melihat perubahan akhlak mahasantri. dimana ketika sudah diajarkan maka ada perubahan dari sikap santri. Awalanya seperti biasabiasa saja tapi setelah mereka dibekali dengan materi-materi seperti itu ada perubahan dalam sikap, pergaulan mereka seharihari baik sesama dengan teman, santri dan mereka bisa menempatkan diri ketika berbicara, menyapa ketika berpapasan dengan saya sendiri mereka bisa menempatkan diri.78 Hal yang suma juga dikatakan oleh Sri Winda Rumbia mengatakan bahwa: Banyak sekali aturan-aturan yang belum kita ketahui dan baru kita ketahui ketika dalam pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dijelaskan akhlak seorang guru dan bagaimana akhlak seorang santri terhadap gurunya. Seperti sikap dalam proses pembelajaran itu harus sopan dan teratur.79 Hal yang sama juga dikatakan oleh Jumadi Lanjai mengatakan bahwa: Setelah saya mepelajari kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim tentang adab seorang santri kepada ustadz, saya merasa ada perubahan dalam sikap saya seperti ketika berpapasan dengan ustad, saya langsung bergegas mencim tangannya. Kemudian juga dikatakan oleh Akbar Patty mengatakan bahwa: Ketika saya sudah diajarkan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim mengenai adab dalam memelihara dan menjaga ilmu, sayapun lebih berhati-hati dalam menjaga buku-buku saya. Seperti ketika menaruh al-Qur‟an, saya menaruhnya di tempat yang bagus dan berada di atas tumpukan buku yang lain. Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa Kegiatan Pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sangat baik dan bermanfaat bagi santri khususnya mahasantri Pendidikan Agama Islam angkatan 2017. Dimana dalam 78 79 Farid Naya, Derektur Ma‟had Al-Jami‟ah, Wawancara 19 November 2019 Sri Winda Rumbia, Pendidikan Agama Islam, Wawancara 26 Oktober 2019 69 kegiatan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dapat mengubah tingkah laku seseorang atau perilaku yang sebelumnya tidak tahu dalam berperilaku sesama teman maupun dengan guru atau orang yang berilmu dari pembelajaraan kitab klasik ini santri menjadi lebih tahu, sehingga santri lebih sopan dan baik jika bergaul sesama teman maupun bertemu atau berhadapan dengan seorang pendidik atau guru. 2. Faktor pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran kitab klasik Adabul ‘Alim Wal-Muta’allim dalam perbaikan akhlak mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon Dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tentunya ada faktor-faktor yang dapat mendukung dan faktor-faktor yang dapat menghambat dalam terselenggaranya upaya dan usaha yang dilakukan. Dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim terdapat beberapa faktor pendukung maupun penghambat diantranya: a. Faktor Pendukung 1) Pemberi Materi Dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tentunya dijelakan oleh ustad, dimana faktor yang mendukung kegiatan ini berjalan dengan baik yakni adanya seorang ustad yang menjelaskan dengan baik sehingga dapat dipahami oleh santri. Sperti halnya penjelasan dari santri Jumadi Lanjai mengatakan bahwa: 70 Salah satu hal yang mendukung dari pembelajaran ini adalah ustadz yang menerangkan kepada kami dengan baik dan menarik, dimana kami tidak merasakan jenuh atau bosan, jadi dalam pemebelajaran hal yang sangat bendukung itu adalah dari ustad.80 Hal yang sama juga dikatakan oleh Titin mengatakan bahwa: Hal yang sangat mendukung dalam pembelajaraan ini adalah Kitab kalasik itu sendiri, dan ustad yang menjelaskan dengan baik Dari hasil wawancara tersebut salah satu faktor yang sangat mendukung adalah dari pemateri itu sendiri. Karena pada saat pemateri menjelaskan kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang notabennya sulit dan harus memiliki kelincahan dan ketepatan dalam menulis pegon. Maka dibutuhkan suasana yang tenang dan tidak tegang. Dan pemateri tersebut dalam menyampaikan materi selalu diselingi dengan candaaan, motivasi, serta sirah-sirah nabawi yang selalu ustat berikan diakhir pembelajarn. Sehingga hal ini membuat para santri lebih bersemangat dalam belajar kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. 2) Kitab Klasik Yang Sudah Disediakan Dalam mengikuti pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim para musrif dan musrifah sudah mmenyediakan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim. Tinggal bagaiman santri untuk membeli di bagian koperasi, sebagai salah satu kewajiban dan menjadi prasyarat bagi seluruh santri sehingga bias mengikuti pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Penjelasan tersebut didukung oleh hasil wawancara dari Sri Winda Rumbia mengatakan bahwa: 80 Jumadi Lanjai, Mahasantri Pendidikan Agama Islam, Wawancara 5 November 2019 71 untuk belajar kitab klasik, Adabul „Alim Wal-Muta‟alim kitab tersebut sudah di sediakan oleh musrif dan musrifah dimana kitab tersebut telah di sediakan di bidang koperasi. Selanjutnya kita tinggal membeli atau mengcopy kitab yang sudah ada. 3) Pembelajaran Tambahan Dasamping dua faktor pendukung pemberi materi, dan kitab klasik itu sendiri. Maka ada juga faktor yang sangat mendukung dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yaitu dengan adanya materi tambahan seperti pembelajaran bahasa Arab dan pembelajaran penulisan pegon. Yang kedua hal itu sangat membantu dalam proses pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim. Pembelajaran tambahan seperti bahasa Arab sangat membantu dalam proses belajar kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Karena dalam pembelajaran tersebut sangat menekankan mahasantri untuk mengetahui kosa kata bahasa Arab. Begitu pula dengan pembelajaran penulisan pegon, dalam belajar kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim, mahasantri harus mampu atau dapat menulis arab khususnya menulis pegon. Oleh karena itu adanya pembelajaran tambahan seperti pembelajaran bahasa arab dan penulisan pegon sangat membantu mahasantri untuk belajar kitab klasik. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawan cara oleh Ustat Farid Naya M.SI. mengatakn bahwa: Pertama di mahad sendirikan pembelajarannya bukan hanya kitab klasik itu sendiri tetapi ada materi-materi pendukung misalnya pembelajaran Bahasa Arab. Dari pembelajaran bahasa itu sangat membantu pemahaman terhadap isi kandungan kitab. Karena kosa kata yang digunakan dalam kitab itu sendirikan sebagian besar sudah diketahui dan sudah dipahami dengan istilah-istilah di dalamnya. 72 b. Faktor penghambat 1) Minat Santri Diantara faktor pendukung yang sangat membantu juga terdapat faktor penghambat dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Salah satunya yaitu dari minat santri itu sendiri, seperti penjelasan Ustad Farid Naya M.SI. mengatakan bahwa: Hal yang tidak mendukung itu ada di personal mahasantri itu sendiri yang kita tidak bisa pungkiri seperti rasa jenuh dari santri itu sendiri. Hal ini juga di dukung oleh hasil observasi yang peneliti lakukan ketika pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim, terlihat masih ada beberapa para santri yang tidak ikut pembelajaraan. Selain itu juga santri yang ikut pembelajaraan terkadang tidak konsentrasi dan merasa jenuh selama pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Hal ini mengakibatkan materi yang di jelaskan oleh ustat tidak dipahami dengan baik 2) Pemateri Itu Sendiri Pemateri juga dapat menjadi faktor penghambat dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim seperti penjelasan Sri Winda Rumbia mengatkan bahwa: Ada santri yang lupa atau kitabnya hilang, ada juga santri yang datang terlambat, dan aktifitas yang bertabrakan dengan jadwal pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟allim. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa yang menjadi faktor penghambat berasal dari pemateri itu sendiri. Karena pada saat menjelaskan 73 materi terkadang pemateri itu terlalu cepat dalam membaca kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sehingga para santri terlambat dalam menulis apa yang di bacakan oleh pemateri dan lebih parahnya lagi mereka tidak mau melengkapinya dengan meminta kepada temannya yang sudah lengkap. Sehingga hal ini membuat para santri kurang memahami aspa yang sudah diajarkan. C. Pembahasan Peneliti Penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama 1 bulan terhitung dari tanggal 19 September 2019 sampai tanggal 19 November 2019 dengan judul. Pembelajaran Kitab Klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim Dalam Perbaikan Akhlak Mahasantri Ma‟had Al-Jami‟ah IAIN Ambon. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada dan memodivikasi teori yang ada kemudian membangun teori baru serta menjelaskan tentang implikasinya terhadap penelitian. Adapun data yang akan dipaparkan dan dianalisis oleh peneliti sesuai dengan rumusan peneliti dijelaskan sebagai berikut. 1. Bagaimana Pembelajaran kitab klasik adabul ‘alim wal-muta’alim dalam perbaikan akhlak mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon a) Pembelajaran Kitab Klasik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan 74 ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dimana pelaksanaan pembelajaraan atau pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sering dilaksanakan di Masjid kampus IAIN Ambon dan pembelajaraan kitab klasik ini juga sering di lakukan di asrama putri Mahad alJamiah. Kigiatan ini dijalankan sesuai jadwal yang ditentukan oleh musrif dan musrifah Mahad al-Jamiah. dimana waktu pelaksanaannya itu sering dilakukan pada bulan Ramadhan dan liburan semester. pembelajaran atau pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal- Muta‟alim terdapat dua metode yang ustadz sering gunakan yaitu metode bandongan dan serogan. Diman metode bandongan sering dikenal mahasantri seperti metode ceramah. Karena metode bandongan ini adalah dimana uztadz yang lebih berperan aktif dalam menjelaskan materi yang diajar. Sendangkan metode serogan adalah metode yang diman santri diarahkan untuk membaca kitab klasik tersebut Sebelum dilakukan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal- Muta‟alim ini terlebih dahulu diadakan doa bersama, jika waktu pembelajaraan di pagi hari maka sebelum adanya pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim dilakukan terlebih dahulu shalat dhuha berjamaah. Pembinan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan diman jadwalnya hanya pada bulan Ramadhan dan 75 liburan semester perkuliahan. Dan waktu pembelajaraannya pada pagi hari pukul 08.00 sampai 09.00. dan jika dilakukan pada malam hari maka pembelajaraannya dimulai selepas shlat isya berjamaah. b) Perbaikan Akhlak Perbaikan berati usaha untuk mengembangkan kondisi dan fungsi. Perbaikan pengajaran dan pembelajaran merupakan dasar pijakan, kebijaksanaan nasional untuk menjamin masa depan seseorang yang lebih baik dan pasti. Menurut Al-Gazali, akhlak atau tingkah laku seseorang bisa di ubah dan di perbaiki, karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya proses menjadi sempurna, karena ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan. Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, dan Adab. Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqan" (‫ ) خُلُقًا‬yang menurut bahasa diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalkun" ( ٌ‫ ) خَلْق‬yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" ( ٌ‫ ) خَالِق‬yang berarti Pencipta dan "Makhluk" ( ٌ‫ ) مَخْلُوْق‬yang berarti yang diciptakan. Secara bahasa akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu khuluqon (‫ ( خُلُقًا‬yang artinya perangai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan Budi pekerti atau kelakuakan. Kegiatan Pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sangat baik dan bermanfaat bagi santri khususnya mahasantri Pendidikan Agama Islam 76 angkatan 2017. Dimana dalam kegiatan pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim dapat mengubah tingkah laku seseorang atau perilaku yang sebelumnya tidak tahu dalam berperilaku sesama teman maupun dengan guru atau orang yang berilmu dari pembelajaraan kitab klasik ini santri menjadi lebih tahu, sehingga santri lebih sopan dan baik jika bergaul sesama teman maupun bertemu atau berhadapan dengan seorang pendidik atau guru. 2. Faktor pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran kitab klasik adabul ‘alim wal-muta’alim dalam perbaikan akhlak mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN Ambon a. Faktor Pendukung 1) Pemberi Materi Pemberi materi sangatlah mendukung kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang diadakan di dalam pembelajaraan di Mahad al-Jamiah. faktor yang sangat mendukung adalah dari pemateri itu sendiri. Karena pada saat pemateri menjelaskan kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang notabennya sulit dan harus memiliki kelincahan dan ketepatan dalam menulis pegon. Maka dibutuhkan suasana yang tenang dan tidak tegang. Dan pemateri tersebut dalam menyampaikan materi selalu diselingi dengan candaaan, motivasi, serta sirah-sirah nabawi yang selalu ustat berikan diakhir pembelajarn. Sehingga hal ini membuat para santri lebih bersemangat dalam belajar kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. 77 2) Kitab Klasik Yang Sudah Disediakan Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu kegiatan pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Dimana salah satunya yaitu adanya kitab klasik itu sendiri yang sudah disediakan di Mahad al-Jamiah. dalam mengikuti pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim para musrif dan musrifah sudah menyediakan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Tinggal bagaiman santri untuk membeli di bagian koperasi, sebagai salah satu kewajiban dan menjadi prasyarat bagi seluruh santri sehingga bias mengikuti pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. 3) Pembelajaran Tambahan Dasamping dua faktor pendukung pemberi materi, dan kitab klasik itu sendiri. Maka ada juga faktor yang sangat mendukung dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yaitu dengan adanya materi tambahan seperti pembelajaran bahasa Arab dan pembelajaran penulisan pegon. Yang kedua hal itu sangat membantu dalam proses pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim WalMuta‟alim. Pembelajaran tambahan seperti bahasa Arab sangat membantu dalam proses belajar kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. Karena dalam pembelajaran tersebut sangat menekankan mahasantri untuk mengetahui kosa kata bahasa Arab. Begitu pula dengan pembelajaran penulisan pegon, dalam belajar kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim, mahasantri harus mampu atau dapat menulis arab khususnya menulis pegon. Oleh karena itu adanya pembelajaran 78 tambahan seperti pembelajaran bahasa arab dan penulisan pegon sangat membantu mahasantri untuk belajar kitab klasik. b. Faktor Penghambat 1) Minat Santri Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat selalu diikuti perasaan senang dan dari situlah timbul kepuasan81 Dari pembelajaraan kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tak luput dari santri yang sering jenuh dan bosan dalam proses pebelajaran. Bias dikatakan bahwasannya minat dari santri tidak ada untuk mengikuti pembelajaran. Hinga hal ini sebagai salah satu faktor penghambat dari pembelajaran itu sendiri. 2) Pemateri Itu Sendiri Pemateri jug adapt menjadi faktor penghambat dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim. faktor penghambat berasal dari pemateri itu sendiri. Karena pada saat menjelaskan materi terkadang pemateri itu terlalu cepat dalam membaca kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sehingga para santri terlambat dalam menulis apa yang di bacakan oleh pemateri dan lebih parahnya lagi mereka tidak mau melengkapinya dengan meminta kepada temannya yang sudah lengkap. Sehingga hal ini membuat para santri kurang memahami aspa yang sudah diajarkan. 81 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinnya, (Cet, I: Jakarta; Pt, Rineka Cipta, 2010) hlm.57. 79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari serangkaian pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Metode Pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim yang diadakan oleh Mahad al-Jamiah dapat memperbaiki akhlak mahasantri lebih khusunya mahasantri pendidikan agama Islam. Dimana metode yang digunakan adalah metode bandongan dan serogan. ketika adanya pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim ini membuat mahasantri pendidikan agama Islam yang mendapatkan pembelajaraan atau pembelajaran kitab klasik, santri memiliki akhlak yang baik dalam bertutur kata, menyapa, dan menimbah ilmu dan selain itu juga secara tidak langsung dapat menambah wawasan para mahasantri sehingga perlahan-lahan membuat mahasantri IAIN menjadi rajin beribadah. (2) dimana di dalam kegiatan pembelajaran kitab klasik ini didukung oleh beberapa faktor yaitu: pemberi materi, kitab klasik yang sudah disediakan. Dan pembelajaran tambahan. Selain faktor pendukung ada juga faktor penghambat dalam menjalankan peranannya yaitu: minat santri yang dimana dalam pembelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim tak luput dari santri yang sering jenuh dan bosan dalam proses pebelajaran. 80 B. Saran Berangkat dari temuan penting di atas, kiranya ada beberapa keritik dan saran baik terhadap Remaja masjid dan penceramah. 1. Kegiatan pemebelajaran kitab klasik Adabul „Alim Wal-Muta‟alim sudah berjalan dengan baik namun harus lebih sering lagi diadakan setiap semesternya. Agar dapat meningkatkan kualitas akhalk mahasantri pendidikan agama Islam IAIN Ambon. 81 DAFTAR PUSTAKA Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma‟il Ibnu Kasir. Terjemahan Tafsir Ibnu Kasir Juz 29, Cet. III;Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010. Ahmadi, Abu. Pisikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Amin, Ahmad. Adab Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2014. Asy‟ari, Hasyim. Adabul „Alim Wal Muta‟alim, (jombong: Maktabah al-Turats alIslam, 1451 H. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010. Baharuddin, Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2012. Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Depok: Cahaya Qur‟an, 2011 Eni Hamdanah, Konsep Adab Pendidik dan Peserta Didik Studi Komparatif Menururt Az-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim dan KH. Hasyim Asy‟ari dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim, Skripsi, Jurusan kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005. Fitrah, Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 03 no. 2 Desember 2017. Hasyim, Fuad. Adab Mengajar dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam Kajian Pemikiran Syaikh Hasyim Asy‟ari, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. 82 https://www.nu.or.id/post/read/77385/ilmu-pedagogik-Islam-nusantara-karya-khhasyim-asyari. Di posting tanggal 14-08-2019. Kaliky, Mokhsin. Pendidikan Akhlak, Proposal Tesis, Program Studi Pascasarjana IAIN Ambon, 2015. Mahmud, Ali Abdul Halim. Akhlak mulia, Jakarta: Gena Insani, 2004. Malik, Al-Muwatta, Kitab Husn Al-Khuluq, Bab Ma Ja‟a fi Husni Al-Akhlaq Mansur, Pendidikan ANak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf, Cet. II;Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 1995. Mudzakir, Jusuf. Muhaimin, Abdul Mujib, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Putra Grafika, 2005. Muslihah, Eneng. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Diadit Media, 2010. Nurdin, Muslim. Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV Alfabeta, 1995. Putra, Tanto Wardana. Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Adabul „Alim Wal-Muta‟allim Studi Pemikiran KH. M. Hasyim Asy‟ari, Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. IV;Jakarta: Kalam Mulia, 2004. Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Shihab, Quraish. wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 2000. Suardi, Moh. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish, 2018. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2017. Sulaiman, Fathiyah Hasan. Sistem Pendidikan Versi al-Ghazali, Bandung: alMa‟rif 1986. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif – progresif, Jakarta: Kencana, 2009. Trianto, PengantarPenelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Propesi Pendidikan dan tenaga kependidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. 83 Umam, Chotibul. Aqidah Akhlak, Semarang: PT. Menara Kudus, 1997. W.J.S Poerdarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1992 Wawancara, Andy Subandri Suwakul, Senioritas Mahasiswa Asrama Ma‟had alJami‟ah IAIN Ambon. Hari/tanggal: Minggu, 08 September 2019 Yusuf, Muri. Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan, Jakarta: kencana, 2014. Yusuf, Muri. Metode Penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan, Jakarta: kencana, 2014. 84