Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
EPISODE SATU BABAK, COVID-19, DAN BANJIR KIRIMAN KISAH LAINNYA i Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta 1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pengarang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundanganundangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 27 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1000.000,00 (satu juta rupiah); atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii EPISODE SATU BABAK, COVID-19, DAN BANJIR KIRIMAN KISAH LAINNYA Mahasiswa PGSD Univ. Adi Buana Surabaya Angkatan 2016 Kelas Kreativitas Sastra Anak 2020 iii EPISODE SATU BABAK, COVID-19, DAN BANJIR KIRIMAN KISAH LAINNYA Kumpulan Karya Sastra Mahasiswa PGSD Angkatan 2016 Kelas Kreativitas Sastra Anak Cetakan I, Juni 2020 ISBN: 978-623-7564-74-4 xviii + 338 hal; 14,8 x 21 cm Diterbitkan oleh Pagan Press Dusun Tanjungwetan, RT/RW 001/001 No35 Desa Munungrejo, Kec Ngimbang, Lamongan Telp 081-335-682-158 email:penerbitpaganpress@gmail.com Penyunting: Pana Pramulia Tata Letak: Pana Pramulia Rancang Sampul: Sabrina Zamzamiatul Sofa Gambar Sampul: https://pixabay.com/id/photos/petualangan-tinggi-pendakiangunung-1807524/ Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak isi buku ini sebagaian atau seluruhnya untuk keperluan komersil tanpa izin tertulis dari penerbit. All rights reserved iv KATA PENGANTAR Oleh: *Pana Pramulia, M.Pd. Kurang lebih tiga bulan, berbagai elemen masyarakat di dunia dihantam wabah Covid-19 atau yang populer di Indonesia disebut virus korona, tanpa terkecuali dunia pendidikan. Semua elemen, termasuk dunia pendidikan mau tidak mau harus menyesuaikan diri, agar tidak terombang-ambing di tengah badai virus yang telah memakan korban ratusan ribu ini. Dalam dunia pendidikan tersedia banyak pilihan media, dan masyarakat akademik tinggal memilih media yang tepat dan cocok digunakan. Saat ini pembelajaran daring memang tepat dan dibutuhkan untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa. Itulah satu-satunya jalan terbaik agar kehidupan akademik terus memanjang. Pada mata kuliah Kreativitas Sastra Anak semester ini, pembelajaran daring tepat diberlakukan, karena peraturan dari pemerintah, peserta didik harus belajar di dan dari rumah dengan menggunakan media yang tersedia. Mahasiswa yang menempuh mata kuliah ini merupakan mahasiswa Program Studi PGSD Universitas PGRI Adi Buana Surabaya angkatan 2016 tingkat akhir (semester 8). Seperti semester-semester sebelumnya tugas akhir mahasiswa, yaitu menulis v karya sastra (cerpen dan puisi) untuk dibukukan dan diterbitkan ber-ISBN. Sebelum cerpen dan puisi mahasiswa dibukukan dan diterbitkan, ada semacam seleksi ketat yang tujuannya berkaitan dengan ontentisitas dan kualitas karya. Sebelum mahasiswa mulai menulis cerpen dan puisi, saya sebagai dosen pengampu memberikan seremonial berupa teknik menulis karya sastra (terutama cerpen), dari membuat kerangka hingga mengembangkan kerangka tersebut. Salah satu teknik yang diperkenalkan kepada mahasiswa untuk membuat kerangka, yaitu teknik cilukba. Sedangkan, teknik untuk mengembangkan kerangka, yaitu teknik 5 mekanisme pikir. Dua teknik tersebut diberikan secara daring melalui aplikasi WhatsApp. Cilukba diambil dari permainan masyarakat, di mana ketika orang tua/dewasa bermain-main dengan anak (balita). Cilukba merupakan permainan teka teki dari orang tua/dewasa kepada anaknya (balita). Terdapat tiga tahapan dalam permainan tersebut. Pertama “ci”, di mana seorang anak masih melihat jelas wajah orang tuanya. Kedua “luk”, ketika orang tua menutup (menyembunyikan) wajahnya dengan kedua telapak jari tangan. Ketiga “ba”, di mana orang tua membuka telapak tangannya, sehingga wajahnya yang disembunyikan dapat dilihat kembali oleh anak. vi Artinya, ci merupakan peristiwa sehri-hari, luk adalah konflik (ketegangan) yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, dan ba merupakan penyelesaian konflik. Artinya, teknik cilukba merupakan teknik untuk menyusun urutan kerangka: 1) menceritakan kehidupan sehari-hari yang ditemui atau dialami; 2) menceritakan konflik yang terjadi; dan 3) menceritakan penyelesaian konflik tersebut. Setelah kerangka karangan disusun, langkah berikutnya penulis karya sastra mengembangkan kerangka tersebut menjadi sebuah cerita pendek. Salah satu teknik mengembangkan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 5 mekanisme pikir. 5 mekanisme pikir tersebut, di antaranya mengembangkan, menciutkan, menaikkan, menurunkan, dan menyamping. Mengembangkan merupakan cara kreatif untuk berpikir bahwa sesuatu yang kecil dan tidak bermakna dapat menjadi besar dan bermakna. Menciutkan merupakan teknik untuk mengurangi atau memperkecil permasalahan yang bertele-tele dan tidak penting untuk diceritakan. Menaikkan merupakan teknik untuk mengabstraktasi. Artinya, penulis diminta untuk mengubah hal yang denotatif menjadi konotatif. Menurunkan merupakan kebalikan dari teknik menaikkan, yaitu mengubah hal yang abstrak menjadi jelas. Menyamping adalah teknik untuk menceritakan vii kembali. Maksudnya, penulis dapat mengambil cerita lain (dongeng/legenda), kemudian diceritakan kembali berdasarkan bahasa sendiri. Setelah berhasil menceritakan dengan bahasa sendiri, cerita tersebut dapat disisipkan dalam cerpen yang ditulis. Memang terdapat kendala di dalam menulis karya sastra, apalagi di tengah wabah ini mahasiswa mengalami kejenuhan belajar dan kejenuhan berimajinasi, serta berekspresi karena terkurung di rumahnya masing-masing. Permasalahan tersebut berdampak pada penulisan cerpen maupun puisi. Dampak utama terdapat pada penuangan ide yang kaku, sehingga kerangka yang disusun terkesan beku dan sulit dikembangkan oleh penulis karya sastra itu sendiri. Ada beberapa karya menyuguhkan diksi yang monoton. Ada karya yang kurang luwes menceritakan suasana, tidak percaya diri menggambarkan karakter, dan gagal menyuguhkan pesan moral. Dengan intensitas pengoreksian, penyeleksian, dan penyuntingan yang ketat, cerpen dan puisi mahasiswa PGSD Angkatan 2016 ini, Alhamdulillah walaupun tidak saling tatap muka, karena duduk di depan layar terang di rumahnya masing-masing dapat dinyatakan layak dikumpulkan menjadi satu dan diterbitkan sebagai buku kumpulan karya sastra. Karya sastra mahasiswa ini banyak menceritakan tentang viii situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, yaitu kehidupan bermasyarakat di tengah wabah virus korona dan bagaimana masyarakat itu menyesuaikan diri. Untuk itu, buku kumpulan karya sastra ini diberi judul Episode Satu Babak, Covid-19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya. Judul buku tersebut mengacu pada judul cerpen dan puisi yang dianggap dapat mewakili kondisi saat ini, walaupun semua karya sastra di sini secara kualitas baik. Buku ini secara keseluruhan memuat 36 cerita pendek, dan puisi berjumlah 71 karya. Semoga buku kumpulan karya sastra mahasiswa PGSD angkatan 2016 ini berdaya manfaat untuk diri mereka sendiri ketika kelak menjadi guru, adik-adik kelas sebagai bahan bacaan dan pembelajaran, dan tentunya bermanfaat dan sebagai hadiah kegembiraan untuk dosen pengampu sendiri, karena mahasiswanya masih sudi belajar dan bercerita melalui tulisan, walaupun badai wabah ini belum bosan menghantam. Minggu Pahing Madiun. 31 Mei 2020 *Dosen Pengampu Mata Kuliah ix KOMPETEN UNGGUL BERKARAKTER x DAFTAR ISI Kata Pengantar ..................................................................... v Daftar Isi .............................................................................. xi CERPEN Chabibati Rosidah Mereka Temanku ................................................................. 1 Debora Natalia Prastica Ide Pintar Mama Farel ......................................................... 9 Dian Pratiwi Sabda Rindu ........................................................................ 11 Dian Tri Puji Utami Akhir Kebersamaan ........................................................... 16 Dinda Kurnia A Hari Paling Pahit ................................................................ 21 Dini Nurazizah Kering Kemarau Desaku ................................................... 27 Dinny Justika Herdiyanti Cinta Tak Dapat Restu Orang Tua .................................. 31 Dyah Ayu Setyawati Semesta Merestui ............................................................... 33 Elsa Desinta Kejujuran Membawa Berkah ............................................ 47 Farah Dina Nur Azizah Semangat Anak Difabel..................................................... 50 Fatimah Ayu D.S Alunanku............................................................................. 53 Fitri Ayu Larasati Apa Keberadaanku Salah? ................................................ 65 Fitri Widya Wailandini Star Girl ................................................................................ 84 xi Friska Alfianita Efendi Putri Sebutir Telur ....................................................................... 94 Indah Wahyu N Di Balik Mata Indigo........................................................ 102 Lailatul Fadilah Meminangku..................................................................... 105 Linda Dwi N Di Bawah Naungan Islam ............................................... 107 Masyatul Rohmatin Sayap Yang Patah............................................................. 117 Mita Fatmawati Healing................................................................................ 127 Mita Setiya Ningrum Apa Salahnya Jadi Orang Miskin?................................. 131 Muhammad Shokhid Anak Bibi Apakah Ujian Bagiku? .................................. 136 Nadlatul Ilma Episode Satu Babak.......................................................... 142 Nafiatul Ilmiyah Dream Catchter................................................................... 146 Nuzul Fitri Wulandari Wahai Bunga Yang Mekar Tetaplah Engkau Bersabar ............................................................................................ 160 Oktavia Fatma Yudianti Corona ............................................................................... 192 Pawestri Sekar Wilujeng Kamar Sebelah .................................................................. 200 Putri Nur Hidayati Ketulusan Yang Berbuah Pengkhianatan ..................... 210 Ratih Puspita Hadi Erik Si Pemuda Berhati Emas ......................................... 219 Rizkika Madya Minggu Sore...................................................................... 222 xii Rohamatul Hanim Maulidia Kunikmati Senjaku........................................................... 225 Sabrina Zamzamiatul Sofa Air Mata Januari ............................................................... 228 Adella Cahyani Kekacauan Manis ............................................................. 234 Tantri Astrida Yunitasari Kesabaran Berbuah Bahagia ........................................... 243 Tatak Okta Tri Pangga Banjir Kiriman .................................................................. 250 Tita Nanda Sari Dermaga Sore Hari .......................................................... 255 Vilga Retya Guguh Vamanda Ucil Dari Desa Ngulik ..................................................... 261 PUISI Chabibati Rosidah Caramu .............................................................................. 268 Dekorasi Hidup ................................................................ 268 Debora Natalia Prastica Menerawang Masa Depan .............................................. 269 Indonesiaku Indonesia Kita ............................................ 271 Dian Pratiwi Sukses ................................................................................ 272 Kelabu ................................................................................ 273 Dian Tri Puji Utami Dia Ibuku........................................................................... 274 Ketidakmungkinan .......................................................... 275 Dinda Kurnia A Arti Kata Merelakan ........................................................ 276 Pernah ................................................................................ 277 Dini Nurazizah Sedekah.............................................................................. 278 xiii Dinny Justika Herdiyanti Teruntuk Kamu ................................................................ 279 Jarak ................................................................................... 279 Dyah Ayu Setyawati Kenangan .......................................................................... 280 Lembayung Senja ............................................................. 281 Elsa Desinta Sebuah Ketulusan ............................................................ 282 Luka Lama ........................................................................ 283 Farah Dina Nur Azizah Covid-19 ............................................................................ 284 Hati..................................................................................... 286 Fatimah Ayu D.S Wahai Bajing Dunia ......................................................... 287 Sempurnakan Langkah ................................................... 288 Fitri Ayu Larasati Rinduku ............................................................................. 289 Lalai .................................................................................... 290 Fitri Widya Wailandini Elegi Sanubari ................................................................... 291 Aksa Katarsis .................................................................... 292 Friska Alfianita Efendi Putri Terimakasih ...................................................................... 293 Kedai .................................................................................. 293 Indah Wahyu N Cepat Sembuh Bumiku ................................................... 294 Lailatul Fadilah Amanah Besarmu............................................................. 296 Tetaplah di Sini................................................................. 297 Linda Dwi N Kehilangan Orang Yang Dicintai ................................... 298 Padamu, Senjaku .............................................................. 299 xiv Masyatul Rohmatin Ibu, Malaikatku ................................................................ 300 Ayah Segalanya Untukku ............................................... 301 Mita Fatmawati Penyesalan Dosa............................................................... 302 Wish .................................................................................... 303 Mita Setiya Ningrum Jawaban Sebuah Doa ....................................................... 304 Luka Lama ........................................................................ 305 Muhammad Shokhid Akhir Dari Sebuah Tulisan ............................................. 306 Lockdown Arus Balik ........................................................ 306 Nadlatul Ilma Indonesiaku ...................................................................... 307 Naluri ................................................................................. 307 Nafiatul Ilmiyah Impian ................................................................................ 308 Hai ...................................................................................... 308 Nuzul Fitri Wulandari Filosofi Embun ................................................................. 309 Rintihan Penantian .......................................................... 311 Oktavia Fatma Yudianti Berharga ............................................................................ 313 Rindu ................................................................................. 314 Kerinduan ......................................................................... 315 Pawestri Sekar Wilujeng Mencintaimu ..................................................................... 316 Jarak ................................................................................... 317 Putri Nur Hidayati Semilir ................................................................................ 318 Pemberhentian.................................................................. 319 Ratih Puspita Hadi Ibu ...................................................................................... 321 xv Hanya Gadis Kecil ........................................................... 322 Rizkika Madya Langkah Sore .................................................................... 323 Katakan .............................................................................. 324 Rohamatul Hanim Maulidia Rindu Senja ....................................................................... 325 Waktu Itu .......................................................................... 326 Sabrina Zamzamiatul Sofa Semesta Tak Restu ........................................................... 327 Semangat Yang Tak Terbendung................................... 328 Adella Cahyani Kehilangan ........................................................................ 329 Rebahan ............................................................................. 330 Tantri Astrida Yunitasari Terus Melangkah.............................................................. 331 Bangkit dan Berjuang ...................................................... 332 Tatak Okta Tri Pangga Halu Yang Nyata.............................................................. 333 Bosan .................................................................................. 334 Tita Nanda Sari Ayah ................................................................................... 335 Silam................................................................................... 336 Vilga Retya Guguh Vamanda Berlabuh ............................................................................ 337 Pergimu ............................................................................. 338 xvi CERPEN xvii YES MORE EXCELLENT xviii MEREKA TEMANKU Chabibati Rosidah Siang yang cukup terik, seakan mentari ingin menyombongkan sinarnya pada seluruh penghuni bumi. Suara bel terdengar riang mengisi lenggangnya halaman salah satu SMA di Surabaya. Sekejap, riuh suara dari siswa seperti membanjiri seisi sekolah. Ada segerombolan anak laki-laki berjalan di halaman berencana untuk bermain bola nanti sore, segerombolan anak perempuan pun tak mau kalah asik bercerita tentang film yang baru akan tayang di bioskop, tak sedikit anak yang mengendarai sepeda motornya keluar dari gerbang sekolah, tak jarang pula terlihat anak yang menunggu jemputan orang tuanya sambil sesekali melihat layar ponselnya. Kira-kira seperti itulah keadaan rutin yang selalu terjadi setelah bel pulang sekolah berbunyi. Sebagian besar kelas kini tak berpenghuni meninggalkan barisan kursi yang tertata rapi. Tawa riang seakan mengiringi langkah dari tiga siswa yang berjalan ke parkiran untuk mengambil motornya masing-masing, sambil sesekali mereka tertawa mengingat kejadian menarik di pelajaran terakhir. Salah satu dari ketiga siswa itu bernama Diva, anak perempuan cantik berkerudung dengan bros bunga yang ada di samping kanannya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 1 Sesampainya di gerbang sekolah, Diva dan kedua temannya mematikan mesin motornya. “Mau beli es campur dulu enggak?” ajak Diva pada kedua temannya yang baru saja melepas helm. Cuaca yang cukup terik didukung dengan telah terkurasnya tenaga oleh mata pelajaran matematika yang baru saja mereka lalui di pelajaran terakhir, membuat mereka ingin memakan es campur langganan di dekat sekolah. “Tumben bisa main Div? Biasanya pulang sekolah udah langsung ke perpustakaan buat belajar lagi” sahut Mira, salah satu temannya yang memiliki rambut lurus dengan kuncir kuda. “hehe, ya kan sekali-kali nggak papa” jawab Diva sambil tersenyum menunjukkan gigi kelincinya. “Dibayarin Diva!” goda Ica, teman Diva yang memiliki lesung pipit cantik ketika tertawa. “Enak aja!” jawaban spontan dan ekspresi Diva berhasil membuat tawa kembali memecah ditengah teriknya matahari yang menerpa hampir seluruh wajah mereka. Sambil menikmati es campur di tempat angkringan langganan mereka, Ica mengajak Diva dan Mira untuk bermain di rumahnya hari minggu. Diva terdiam sejenak, ekspresinya berubah mengingat setiap hari minggu ia harus membantu orang tuanya berjualan di toko. “Maaf ca, aku nggak bisa ikut. Kalian kan tahu, setiap hari minggu aku bantu ibu jualan”. 2 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “ah, nggak asik Div” “Iya nih, senin sampai jum’at sekolah, setiap sabtu selalu belajar, minggu juga masih bantu orang tua. Masa libur sehari aja nggak boleh? Udah kayak ikut kerja rodi zaman kolonial Belanda aja” ucap Mira sambil diselingi tawa. “Hahaha...Diva kalau di rumah udah kaya bersemayam dalam goa, nggak bisa ke mana-mana” balas Ica sambil tetap menyendok es campurnya Tak ada yang menyadari, Diva hanya tersenyum tipis sambil memainkan sendoknya, dalam hatinya ia juga ingin ikut bermain bersama temannya. Selama ini ia hanya bisa bermain bersama sebentar setelah pulang sekolah. Ketika sekolah libur, ia harus membantu kedua orang tuanya untuk berjualan di toko. Orang tua Diva memiliki cara yang cukup tegas dalam mendidik putrinya. Kondisi ekonomi keluarganya membuat orang tua Diva tidak ingin ia menghabiskan waktu untuk hal-hal yang menurut mereka tidak bermanfaat. Mereka ingin Diva mengerti bagaimana sulitnya mencari uang untuk keperluan sehari-hari agar ia tidak sembarangan menghamburkan uang. Beberapa kali Diva mencoba meminta izin untuk bermain bersama temannya, tetapi jawaban nya tetap sama. “kalau kamu main sama teman-temanmu manfaatnya apa? Kalian Cuma duduk-duduk, ngobrol, ketawa-ketawa habis itu apa? Sudah kan? nggak menghasilkan apa-apa. Kalau Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 3 kamu punya waktu luang, bantu ibu sama ayah di toko atahu kalau enggak ya belajar. Ini juga kan buat kamu sendiri di masa depan, biar bisa sukses.” Itulah jawaban ayah Diva setiap ia meminta izin yang hanya bisa membuatnya menghela nafas pelan. Senin pagi, ketika Diva sedang membantu ibunya menyiapkan persediaan di toko, Diva ingin meminta izin untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat daerah. Tetapi ibunya menolak dengan alasan biaya ada biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000 dan tidak ada jaminan Diva bisa memenangkan olimpiade. “kamu ikut-ikutan kayak begitu, iya kalau menang? Kalau kalah kan sayang uang 150.000 bisa buat beli makan. Yang ikut olimpiade begitu pasti anak-anak yang mampu, yang les Di mana-mana. Peluangmu untuk menang itu kecil, nggak usah aneh-aneh, sekolah saja yang bener.” Mendengar jawaban ibunya, seperti biasa Diva hanya bisa menghela nafas pelan. Diva adalah anak yang sangat penurut pada orang tuanya. Tak pernah sekalipun ia membantah. Ia takut akan dianggap sebagai anak yang berani kepada orang tua. Diva percaya, setiap orang tua pasti hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya. Di perjalanan ke sekolah, Diva menyeka ujung matanya. Ia sangat menyukai pelajaran matematika. Telah lama ia mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade matematika ini. Ia yakin, walaupun tak bisa menjadi 4 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra pemenang, olimpiade akan menambah pengalamannya. Ia mulai menghentikan motornya di parkiran sekolah, memejamkan mata sejenak sambil menarik nafas panjang untuk menenangkan hatinya. Diva mencoba kembali tersenyum. “Masih ada kesempatan lain, mungkin saat ini bukan waktunya” pikirnya. Ketika Diva menjalankan peran selayaknya siswa seperti hari-hari biasanya dengan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, mengajari temannya yang kurang, paham juga ikut bercanda dengan teman-temannya, sejenak ia melupakan rasa sedihnya. Hingga tak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi. Devi, Ica, dan Mira masih berada di sekolah untuk mengerjakan tugas kelompok. “Div, jadi ikut olimpiade?” tanya Ica yang berhasil membuat Diva berhenti sejenak dari kegiatannya menggambar tabel. Tak lama, Diva tersenyum sambil menjawab, “enggak ca” “loh kenapa? Aku kira kamu belajar keras selama ini buat ikut olimpiade. Setiap jam istirahat, di kelas ngerjain latihan soal matematika, pulang sekolah juga masih ke perpustakaan buat belajar latihan soal lagi. Sekarang kenapa nggak jadi ikut?” Mira juga ikut menghentikan kegiatannya. “aku merasa belum siap aja, terus juga biaya pendaftarannya agak mahal. Mungkin aku mau ikut tahun Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 5 depan” jawab Diva sambil tetap tersenyum kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. “Div... Div… kamu itu udah nggak pernah ikut main ke mana-mana, gitu masih perhitungan sama biaya. Kalau gini aku jadi ngerasa kamu bener-bener ikut kerja rodi yang nggak dapat kebebasan sama sekali.” Canda Mira yang dibalas suara tawa dari Ica. Sekali lagi, Diva menghentikan kegiatannya, hatinya mulai terasa sesak tetapi ia tidak ingin menangis didepan teman-temannya. Ia tidak ingin dianggap anak lemah yang menangis hanya karna hal sepele. “aku ke koprasi dulu ya beli spidol” Diva mencoba mencari alasan agar bisa keluar dari kelas. Diluar kelas, Diva meringkuk di samping koprasi menangis meluapkan rasa sedihnya yang tidak pernah bisa ikut berkumpul dengan teman-temannya, ia meluapkan rasa sedihnya karna tidak pernah bisa melakukan hal yang ia suka. Hingga Ica yang ingin pergi ke kamar mandi tidak sengaja melihat Diva sedang menangis. “Diva!” teriak Ica sambil mengahmpiri Diva, “Kamu kenapa Div?” Ica menuntun Diva ke dalam kelas. Mira yang melihatnya tak kalah terkejut dengan Ica, “Diva kenapa ca?!” Ica hanya bisa menjawabnya dengan menggelengkan kepala. Diva masih terus menangis, ia meluapkan semua 6 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra kesedihannya selama ini. 15 menit berlalu hingga Diva berhenti menangis, tetapi tak ada yang berani bertanya. “Maaf” satu kata yang diucapkan Diva memecah keheningan. “kamu tenangin diri dulu Div. Kalau sudah tenang, coba cerita masalahmu. Jika memang kita bisa bantu, akan kita bantu, tapi kalau memang itu masalah yang tidak bisa kita bantu, maka setidaknya kamu nggak nanggung masalah itu sendirian di hati” Mira mencoba menenangkan Diva. Diva meremas jarinya, ia tidak pernah menceritakan kesedihannya pada orang lain. Tapi, Diva merasa Ica dan Mira benar. Perlahan Diva mencoba menceritakan perasaannya selama ini, membuat Ica dan Mira tertunduk. “Maaf Div, selama ini aku nggak pernah mikirin perasaanmu. Seharusnya aku tahu kondisimu, tapi malah ngomong yang enggak-enggak ngejadiin keadaanmu jadi bahan candaan” ucap Mira lirih. Sekali lagi Diva menyeka ujung matanya. Ia tersenyum tipis, “aku juga salah ra, seharusnya aku lebih berani bicara kalau ada kata-kata kalian yang bikin aku sedih. Maaf selama ini aku belum bisa terbuka dengan kalian” “aku ada uang 100.000 Div, mungkin bisa bantu kamu buat nambahin biaya pendaftaran olimpiade” ucap Ica sambil memberikan uangnya pada Diva Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 7 “aku juga ada 50.000 buat tambahan biaya pendaftaran. Kamu bisa bayar kita kapanpun dari simpanan uang jajanmu” Mira juga ikut memberikan uangnya. “tapi, gimana kalau kalian butuh?” Diva masih merasa ragu untuk meminjam uang teman-temannya. “aku masih ada uang simpanan kok” jawab Mira disusul dengan anggukan Ica. “Terimakasih” Diva tersenyum. Ia sadar, bahwa selama ini rasa takutnya untuk menceritakan kesedihannya ternyata salah. Selama ini Diva tidak menyadari bahwa ia memiliki teman yang selalu ada bersamanya. 8 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra IDE PINTAR MAMA FAREL Debora Natalia Prastica Libur Sekolah Dasar telah diperpanjang selama satu bulan karena adanya pandemik covid 19. Siswa-siswi mengikuti kegiatan belajar di rumah secara online dan mengerjakan tugas buku tematik masing-masing. Namun Mama Farel resah dan sedih dengan adanya musibah covid 19 karena Farel tidak pernah mengulang pelajaran online yang masih belum ia pahami dengan benar. Farel adalah siswa SD kelas 1. Di rumah Farel malas sekali belajar. Farel lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain gadget seharian. Kemudian Mama Farel mempunyai ide agar Farel memiliki minat belajar yang tinggi dan mengurangi untuk bermain gadget. Ketika malam tiba, Farel yang sudah tertidur dengan pulas. Mama Farel bergegas melakukan idenya yaitu dengan memberi make up warna hitam dibawah mata Farel agar seolah-olah mata Farel terlihat menjadi bengkak. Keeseokan harinya saat Farel bangun dari tidurnya, Farel langsung menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Betapa kagetnya Farel saat menatap wajahnya dikaca kamar mandinya dengan keadaan matanya yang berwarna hitam dan bengkak itu. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 9 Sedangkan ia tidak tahu mengapa matanya bisa berubah menjadi seperti itu. Farel langsung berteriak dan berlari menemui mamanya. Ia bertanya kepada mamanya sambil menangis dan meminta tolong pada mamanya agar segera memberi matanya obat karna Farel sangat takut sekali melihat matanya sendiri. Akhirnya sambil berpura-pura mengobati Farel, mamanya menjelaskan pada Farel penyebab matanya berubah menjadi seperti itu karena Farel terlalu sering bermain gadget hingga lupa akan waktu. Dan mamanya menasihati Farel untuk mengurangi bermain gadget-nya dan mengimbanginya dengan belajar serta berolahraga di dalam rumah bersama mamanya. 10 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra SABDA RINDU Dian Pratiwi Suasana malam hari yang sendu datang, menghempaskan hembusan angin yang dingin dan menghanyutkan suasana hati yang sedang melahirkan perasaan akan kerinduan di dalam jiwa. Memang begitu rasanya setiap malam yang dirasakan olehku tuk menantikan datangnya pelukan hangat dari seseorang. Akupun hanya terdiam melewati sepanjang malam sambil memandangi cantiknya bintangbintang di langit dan kilauan sinar bulan yang menerangi setiap malamku. Jiwaku hanya duduk terpaku disebuah kursi di depan jendela kamar. Namun, pikiranku selalu terngiang-ngiang akan bayangannya, sesekali diriku membayangkan dia memelukku di sampingku. “Oh Tuhan, apakah salah diriku selalu memikirkannya?” bibirku selalu bergeming di tengah-tengah hembusan angin yang berharap akan tersampaikannya pesanku olehnya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 11 Seorang pria yang sedang kurindukan yakni bernama Wildan. Laki-laki yang sangat sulit tuk kulupakan tetapi tak mudah tuk kuperjuangkan. Entahlah, hanya dia seorang yang mampu mengoyak seluruh jiwa dan hatiku. Pikiranku tak selaras dengan perasaanku, bagaimana mungkin aku bisa menyatukannya sedangkan yang hanya ada dibenakku hanyalah dia seorang. Setahun silam, itulah awal kisahku dimulai saat bertemu dengannya. Tak ada yang berbeda darinya dengan beberapa lelaki lainnya, tetapi senyumannya sangatlah istimewa untukku sehingga diriku tak mampu keluargakupun ikut mengelak tertarik darinya. kepadanya Sehingga, karena senyumannya yang membuat hati melebur dan berbinar. “Ibu harap kau bisa bersanding bersamanya, Ibu percaya suatu saat nanti kau pasti akan bahagia bersamanya” ucap harapan Ibu di sore hari tadi. Tak hanya itu, Sasa pun juga melontarkan harapan besar kepadaku. “Berdo’alah kepada Tuhan, minta agar kau bisa hidup bersamanya suatu saat kelak,” tambahan Sasa, kakakku. Hatiku selalu merontaronta tuk ingin memilikinya, tetapi apalah dayaku yang hanya mampu berharap dan menerbangkan sebuah untaian do’a kepada sang pencipta agar permohonanku 12 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra kan terwujud nantinya. Selalu kusisipkan namanya di dalam doa sepertiga malamku, agar Tuhan bisa mendengar dan mengabulkannya. Hanya satu kalimat yang dilontarkan Wildan dan selalu ku ingat di pikiranku, “Bersabarlah dan selalu berdo’alah, jika nantinya kau jodohku maka Tuhan akan mendekatkanmu padaku namun bila kau bukan jodohku, maka Tuhan akan mempersiapkan hal yang indah sebagai pengganti kelak”. Aku percaya Tuhan sudah menentukan takdir kepada setiap insan manusianya, dan akupun percaya Tuhan juga akan memberikan kebahagiaan yang sangat indah kepada manusianya. Tak terasa hari sudah semakin malam dan jam menunjukkan pukul 23:00, saatnya aku mengistirahatkan jiwa dan ragaku. Tak lupa akupun berdoa agar esok hari akan datang hari dengan penuh kebahagiaan, dan beban pikiranku kan sedikit menghilang. Alarm ponsel pukul 06:00 membangunkanku dari mimpi tidurku. Betapa terkejutnya diriku saat membuka kedua mataku di pagi hari dan menatap layar ponselku, terdapat pesan indah yang seketika menarik bibirku tuk tersenyum. Betul, pesan tersebut dari Wildan yang hanya berisi sapaan singkat Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 13 namun mampu menghangatkan pagi hariku. “Pagi cantik,” isi pesan Wildan yang dikirimkannya kepadaku. Hanya sapaan kecil darinya mampu membuat duniaku seolah-olah meledak dan menebarkan ribuan bunga di pagi hari. Kutersenyum sambil memeluk ponselku seolah dia nyata berada dalam pelukanku. Kukirimkan balik balasan sapaan kepadanya yang menandakan bahwa aku menyambut pesan darinya, hingga kami pun saling bercengkrama dan bersendau gurau di ponsel. Akupun melanjutkan aktivitas seperti biasanya, Kakak dan Ibuku tak heran melihatku selalu tersenyum karena mereka mengerti apa yang aku rasakan saat ini. “Terima kasih Tuhan atas hari ini,” ucapan syukur yang kulontarkan kepada Tuhan karena telah memberikan sebuah kebahagiaan di pagi hariku. Mungkin Tuhan menyampaikan kerinduanku kepada Wildan semalam lewat mimpi-mimpinya yang indah. Rindu, tak sedikit orang yang mampu membendung sebuah kerinduan. Dan tak sedikit pula yang hanya terdiam menantikan datangnya sebuah keajaiban dalam harapan melalui sang pencipta. Menikmati apa yang terjadi saat ini kepadaku, 14 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra diriku masih tak tahu tentang apa yang akan terjadi di hari esok. Akan kah Tuhan memberikan jalan yang sama seperti ini atahu pun tidak? aku tak tahu, yang jelas aku hanya bisa menunggunya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 15 AKHIR KEBERSAMAAN Dian Tri Puji Utami Aku menutup pintu kamar. Kurebahkan tubuhku di kasur busa di tempat tidur. Mengambil HP dan memutar video kenangan bersama sahabatku dulu. Entah kenapa aku sangat suka memutar video liburan kami. Itu salah satu video kenangan bersama sahabat ku, Ajeng. Aku berharap bisa bertemu lagi dengannya. Tapi aku tahu itu tidak lah mungkin. Aku tahu dia sudah bahagia disana, itu yang selalu dia katakan padaku sebelum meninggal 2 tahun yang lalu. 'Aku ingin segera menemui Ibu dan ayahku. Aku rindu suara ibuku, aku rindu ketika dia menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuk ku. Aku menyesali setiap detik dalam hidupku, saat aku bersikap tak baik, saat aku membuat ibuku menangis. Ajeng selalu mengatakan itu setiap kita bermain di gubuk dekat rumahku. Ajeng dia adalah sahabat baikku, 10 tahun kita bersama, dan hanya waktu yang bisa memisahkan kita. Ajeng dan aku suka bermain di pantai, bertingkah seolah kita adalah petualang yang hebat, seolah kita sudah pernah mengelilingi dunia. Kita bahkan pernah diam-diam menyelinap di perahu salah seorang nelayan saat malam hari. Ya, saat aku menginap di rumah Ajeng dan tiba-tiba Ajeng mempunyai ide itu. Tindakan kita itu membuat semuanya panik. Keluargaku, Ayah dan Ibu Ajeng, juga 16 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra nelayan pemilik perahu yang diam-diam kami tumpangi itu. Ia mengira kami adalah jin yang menunggui laut selatan pulau Jawa, sampai akhirnya kami menjelaskan awal mula bisa di situ dan nelayan itu menanyai siapa orang tua kami. Bersyukurlah, nelayan itu bekerja di perusahaan milik ayah kami. Jadi kami tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskan semuanya. Menjelaskan tentang asal-usul kami, dan menjelaskan bahwa kami bukanlah jin, setan, siluman, dan sejenisnya. Pada saat akan mengantarkan kami pulang, Ajeng menangis dan meminta nelayan itu menemani kami berkeliling melihat indahnya lautan sampai pagi. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Ajeng. Padahal saat itu kita masih berumur 10 tahun. Aku tidak bisa, dan tidak akan melupakan itu. Dan sejak kejadian itu, orang tuaku dan orang tua Ajeng lebih ketat dalam menjaga kami. Kami juga dilarang pergi jauh-jauh, apalagi ke pantai. Akhirnya dengan terpaksa aku dan Ajeng mengganti permainan kami, yang biasanya berpetualang, menjadi bermain dengan Tuhan. Kami menjadi lebih sering bermain di sungai. Membawa kertas, melipatnya menjadi sebuah perahu, dan membawanya berlayar di sepanjang sungai. Selain itu, kami juga suka menerbangkan balon yang bertuliskan harapan kami. Memang aneh, aku dan Ajeng melakukan itu, dengan harapan Tuhan akan membaca surat kami, dan akan mengabulkannya. Kami selalu bersama, kapanpun dan Di manapun. Ayahku dan ayah Ajeng bekerja sama dalam menjalankan perusahaan pengelola sumber daya alam dan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 17 itu sudah terjalin selama 8 tahun dan kerja sama itu saling menguntungkan. Itu menjadi alasan mengapa aku dan Ajeng sudah saling mengenal sejak kecil. Liburan pun kita selalu bersama. Pernah suatu hari, saat liburan kenaikan kelas, ayah mengajakku berlibur ke rumah nenek, Ajeng menangis setiap mengingatku, dan tidak ada yang bisa menghentikan tangisnya. Ibu ku bilang, Ajeng mengira bahwa aku akan pergi selamalamanya dan tidak akan kembali ke rumah lagi, hingga akhirnya pada hari ke 4 liburan, orang tua Ajeng mengantarkan Ajeng ke rumah nenek ku, untuk bertemu denganku. dan kita berlibur bersama. Kita selalu mempunyai pengalaman yang indah, menakjubkan, dan aneh. Itulah mengapa aku benar-benar merasa kehilangan Ajeng saat ia meninggal. Dia sudah seperti keluargaku sendiri. Orang lain bilang kalau kita itu saudara kembar yang beda ayah dan ibu. Aku ingat, aku ingat betul saat ulang tahun terakhir Ajeng saat dia berusia 13 tahun. Tanggal 20 April saat dia minta kepada pamannya untuk mengadakan pesta besar-besaran untuk pertama dan terakhir kalinya. Mulanya aku tidak tahu apa maksud permintaan pertama dan terakhirnya itu, aku begitu tidak perduli, sampai tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu bahwa Ajeng menderita penyakit kanker stadium akhir, dan dokter sudah menyerah dalam menangani itu. Ya Tuhan! Betapa jahatnya aku. Kenapa aku begitu mudah percaya saat Ajeng bilang bahwa dia sudah sembuh dari penyakitnya. 18 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Kenapa aku begitu percaya bahwa operasi terakhirnya itu berhasil? Kenapa aku begitu mudah tertipu dengan kondisi fisiknya yang terlihat baik-baik saja itu? Padahal sebenarnya, aku yakin dia menahan sakit, mencoba bertahan mati-matian. Aku memang bukan sahabat yang baik. Dan kesempatan terakhirku bisa berbicara panjang pada Ajeng adalah pada malam setelah acara ulang tahun terakhirnya. Kita berada di kolam renang belakang rumah Ajeng. Bercanda tanpa memikirkan beban dan keadaan sebenarnya pada saat itu. Memberitahu bulan bahwa hari itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup kami. Setiap kata sangat berarti hari itu. Ajeng menceritakan semua keajaiban dalam hidupnya, tentang orang tuanya, masa kecilnya, dan impian-impiannya dulu saat masih ada ayah dan ibunya. Ajeng juga memberitahuku doa di ulang tahunnya yang ke 13 itu. Aku sangat terkejut ketika Ajeng berkata dia ingin Tuhan segera mempertemukan dirinya dengan ibunya. Tapi aku tidak menebak, karena tidak mungkin jika malaikat segera menjemput nyawa Ajeng. Aku tidak tahu bagaimana, tapi kurasa alam sangat menyayanginya. Alam memberikan malam terakhir yang indah untuk Ajeng. Bintang bertaburan menghiasi langit. Bulan sabit seolah tersenyum pada Ajeng, yang ingin menikmati malam terakhirnya. Paginya, hari Jumat, pukul setengah 5 pagi. Ibu memberitahuku tentang berita duka meninggalnya Ajeng. Aku sama sekali tidak percaya dan mengatakan bahwa Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 19 semalam aku masih berbicara dengannya. Tapi ibuku memberitahuku lagi. Bahwa itu memang benar. Seluruh tubuhku lemas. Air mata tidak lagi bisa terbendung, sambil menangis aku mengambil sepedaku di garasi dan mengayuhnya menuju rumah Ajeng yang hanya berjarak 300 m dari rumahku. Aku merobohkan sepedaku. Aku tidak perduli, aku ingin melihat Ajeng, memastikan bahwa ibuku berbohong, memastikan Ajeng sahabat baik ku masih hidup. Tapi apa daya, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan. Sudah ada banyak orang di kamar Ajeng. Paman bibinya disana sambil menangis. Aku berjalan pelan, dan semua orang memandangi ku. Memberi jalan untuk aku lewati. Aku menyentuh kening Ajeng. Oh Tuhaann! Dia benar-benar sudah tidak bernyawa. Badanku seketika melemah. Lagi-lagi air mataku membanjiri pipiku. Ajeng! Kenapa secepat ini? Aku mematikan video yang kuputar, menengok jam dinding biru di atas meja belajarku. Sudah jam tujuh malam, dan itu artinya sudah tiga jam aku memutar video itu. Waktu sangat cepat berlalu. Aku buru-buru bangun dari tidurku dan menghampir ibu yang ternyata sudah memanggilku dari tadi. Mentatap foto di atas meja. “Ajeng, aku akan membawa mewujudkan mimpi-mimpi kita! Aku akan berjuang Ajeng! Dan suatu saat nanti, aku akan bertemu denganmu di surga,” kataku sungguhsungguh. 20 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra HARI PALING PAHIT Dinda Kurnia ** Beberapa orang mungkin akan berpura-pura baik di depanmu. Namun, nyatanya dia menyimpan kekecewaan yang sangat besar. Dia menyimpannya seperti peluru, kau bisa saja mati karena tertembak oleh amarahnya. Hampir 4 tahun aku bersama dengan sari. Iya, Sari namanya. Seorang wanita yang menjadi teman di hari awal aku masuk perkuliahan. Badan berisi, kulit putih dan berkacamata. Sari, ia baik, suka sekali membantu dan benci dengan benda apapun yang berantakan. Menjadi seorang yang periang ketika bertemu dengan teman yang sama-sama menyukai musik K-Pop dan ia tak pernah membahas itu dengan ku karena aku tidak berada di bidang yang sama. Menjadi seorang yang jengkel atahu bisa-bisa marah jika aku sedang tidak peka atahu cuek. Ya, kata Sari aku mempunyai sifat jelek seperti itu. Semester awal hingga sampai semester akhir dilalui bersama, di semester akhir bergelut dengan penskripsian aku tetap satu kelompok dengan Sari. Berjalan dengan lancer, saling berkeluh kesah jika merasa sudah lelah dengan jadwal deadline yang harus Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 21 diselesaikan. Tapi, tenang meskipun kita mengeluh pekerjaan kita tetap selesai. Hari selasa, pukul 13.00 WIB, awalnya aku tak pernah berpikiran jelek pada Sari. Hari ini aku berangkat ke kampus untuk pertemuan bimbingan skripsi seperti biasanya. Tapi seperti yang aku katakana tadi, hari ini Sari tak seperti biasanya. Aku bertemu Sari, dia baru saja keluar dari ruang dosen. “Hei Sari… ada perlu….” Belum sempat selesai aku menyapa, Sari hanya memalingkan wajahnya dan bergegas pergi. Kaki yang mula sedikit berlarian tiba-tiba berhenti. Diam ku menyimpan tanda tanya kepada ia, ada apa dengan ia? Atahu aku ada salah ke dia? Entahlah. Aku langsung bergegas untuk masuk ke kelas. Sampai di kelas pun, aku dan Sari tetap tak saling tegur sapa. Kenapa Sari seolah tiba-tiba menghindar. Untuk bertegur pun dia enggan. ** Selasa, 3 September 2019 setelah menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk siding seminar proposal skripsi hari ini. “Ayah… ibu… doakan aku lancar mengikuti seminar proposal hari ini”. Pamitku pada orang tua ku. 22 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Sampai hari ini pun aku dan Sari masih tak bertegur sapa meskipun kita sama-sama menjalani sidang seminar proposal ini. Pesanku pun juga tetap tak di balas olehnya. Akan aku hiraukan semua permasalahan ini. Aku akan fokus untuk sidang seminar proposal ini. Setelah selesai, aku akan menemui Dini di kantin kampus. Dari pintu masuk kantin, Dini berjalan menuju tempat duduk ku. Sembari meletakkan tasnya. “gimana sidangnya? Lancar apa gugup?” ucap dia dengan ketawa ciri khasnya. “ya tetap saja revisi pun gak sedikit” balasku pun dengan tertawa. “Lalu, bagaimana dengan Sari?” “Masih tetap tak tegur sapa pun pesan ku belum dibaca” Dini sudah aku beri tahu tentang masalah ini. Ia juga heran kenapa Sari tiba-tiba seperti itu, karena jarang di temui sifat Sari yang seperti itu. ** Bunyi dering ponsel ku berbunyi, nama Sari pun muncul.ada sebuah pesan darinya. “Dinda? Maaf ya, soal yang kemarin. Aku gak ada maksud untuk menghindari. Tapi aku memang suka lupa kalau ada teman yang baru. Nda… bagaimana pun aku ke orang lain. Kamu tetap Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 23 teman yang bakalan aku jadikan rumah untuk aku pulang. Sekali lagi maaf”. Beberapa bulan aku dan Sari, kembali seperti biasanya. Melupakan yang pernah terjadi waktu itu. Hampir setiap hari bertemu karena jadwal bimbingan untuk persiapan sidang skripsi yang beberapa minggu ke depan akan dilaksanakan. Hari ini aku, dini dan sari akan bertemu di tempat makan untuk sekedar saling mengkoreksi atahu menambahkan jika masih ada yang kurang untuk skripsi. Dari siang hingga malam bercengkrama apapun hal di bicarakan. ** Hari ini hujan, aku berlarian untuk pulang dari masjid setelah mengaji. Tiba di rumah, aku bergegas untuk ganti baju. Setelah itu aku ambil Hand-phone, ada pesan dari Sari. “Nda… hitungin tes uji aku dong”. “Sebentar ya. Barusan pulang dari mengaji”. Pesan ku ini hanya di lihat oleh Sari, tapi aku kirimkan pesan lagi. “Tes uji yang mana? Sebentar ya, aku kirimkan rumusnya dan contohnya” ucapku. 24 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Namun sepertinya pesan ku malah membuat Sari jengkel dan marah. Apakah balasan pesan ku ada yang salah? Tak lama Sari pun membalas pesan ku. “Nda… kali ini aku akan bilang. Aku sedang kecewa sama kamu. Sebelumnya aku terima kasih sekali kamu telah menemaniku dari awal hingga akhir. Tapi entah kenapa, kebaikanmu kali ini tertutupi oleh rasa kecewa ku. Masalah ini sebenarnya sepele, tapi entah kenapa juga aku merasa aku di titik lelah dengan ketidakpekaan mu dan kecuekan mu. Ini aku yang terlalu baik terhadap mu atahu bagaimana? Jujur aku memang haus akan perilaku timbal balik ke aku. Aku tadi minta tolong untuk menghitung tes uji ku, tapi kenapa balasan mu seperti itu? Jujur aku kecewa.” Aku diam membaca pesan Sari, akupun bingung apakah balasan aku seperti itu salah? Belum sempat aku membalas pesan, Sari tiba-tiba mengirim pesan lagi. “Kamu tahu gak? Tujuan ku bilang hitungin tes uji dong. Karena kamu tuh ga peka dan gak bisa di kode. Tapi kamu malah balas pesan seperti itu! Aku gak minta kamu buat mengirimkan rumus. Aku cuma minta kamu buat menghitung tes uji ku. Sia-sia aku bilang seperti itu ke kamu! Sudah terserah kamu!” “Maaf, jika sifat ku ini yang membuat mu seemosional ini. Kalau bisa aku di inginkan lahir seperti apa, aku pasti tidak akan memilih seperti saat ini. Sekali lagi minta maaf” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 25 ** Semenjak hari itu, hubungan pertemanan aku dengan sari tak berjalan baik pun tak berakhir baik. Ia semakin menghindar dan memilih pergi. Tak pernah bertegur sapa ketika saling tatap. Aku berniat ingin memperbaiki, tapi ia bersikeras untuk menjauh pergi. 26 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra KERING KEMARAU DESAKU Dini Nurazizah Di sebuah pedesaan terdapat kampung yang sangat kecil. Desa tersebut bernama Desa Ijoijo. Desa tersebut terkenal dengan keindahan dan kerindanganya. Namun sayangnya pada musim kemarau tahun ini desa tersebut kekurangan air. Semakin hari semakin panas dan gersang. Warga mulai gelisah dan mulai mengadu ke kepala desa perihal masalah tersebut. Sebelum mengadu ke kepala desa, warga memastikan apa saja yang harus dilaporkan. Dari lahan sawah yang kekeringan sampai ketersediaan air sumur yang kian menipis. Warga tak hanya sekadar menyimpan laporan tetapi juga menunjukkan bukti kuat bahwa Desa Ijoijo memang benar-benar membutuhkan air bersih untuk kelangsungan hidup. Warga juga saling bekerja sama agar menghemat penggunaan air bersih karena persediaan semakin menipis. Setelah beberapa hari kemudian mereka akhirnya setuju agar masalah ini segera dilaporkan ke pemerintah kota yang ada di dekat desa tersebut. Tak lama kemudian kepala desa memutuskan untuk mengadukan semua masalah yang terjadi di desa itu. Dari mulai kekurangan air sampai tanah yang mulai gersang. Yang lebih Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 27 dikhawatirkan lagi ialah lahan sawah yang memungkinkan bisa gagal diproduksi menjadi beras karena kekurangan air. Jika lahan sawah yang ada di Desa Ijoijo tersebut gagal produksi maka tidak menutup kemungkinan bahwa konsumen tidak akan mendapatkan beras. Hal ini sangat memprihatinkan bagi pemerintah kota maupun desa. Setelah mengajukan pengaduan ke pemerintah kota, kepala desa akhirnya mendapatkan bantuan subsidi sementara yaitu air bersih gratis dari kota yang dikirim menggunakan truk air sebanyak yang dibutuhkan warga Desa Ijoijo tersebut. Beberapa hari kemudian pemerintah kota sudah menyiapkan berita acara dan laporan terkait apa yang terjadi di Desa Ijoijo tersebut untuk dikirimkan ke menteri. Laporan tersebut berisikan rencana pembuatan pipa besar untuk disalurkan ke Desa Ijoijo. Pemerintah kota sangat serius menanggapi masalah ini karena juga pengaruh dengan kelangsungan hidup warga di desa maupun kota itu. Setelah berkas laporan siap, pemerintah kota beserta kepala desa lapor dan mengadukan masalah yang dialami Desa Ijoijo. Berita buruknya, ada salah satu anggota menteri tersebut yang kurang setuju dengan laporan dari kepala desa tersebut karena membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kepala desa lalu menjelaskan semuanya kepada salah satu anggota menteri tersebut. Panjang lebar kepala desa menjelaskan sampai membawa 28 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra bukti kuat agar menteri tersebut bisa paham apa yang Desa Ijoijo rasakan saat ini. Akhirnya menteri tersebut mempertimbangkan lagi apa yang dibicarakan kepala desa dan hasil laporan akan diumumkan keesokan harinya setelah para menteri berunding. Pada esok hari, para menteri sudah mendiskusikan masalah tersebut dan hasil laporan dari pemerintah kota dan desa perihal kekurangan air telah diterima oleh para menteri atas izin presiden. Para menteri menyampaikan ke pemerintah kota dan kepala desa sebagian apa yang dijelaskan presiden. Presiden menjelaskan dengan tegas bahwa kelangsungan hidup di suatu desa sangatlah penting bagi masyarakat semua kalangan. Apalagi jika desa tersebut tertimpa musibah kekeringan. Hal tersebut membuat kepala desa dan pemerintah kota ikut senang. Alhasil, pekerjaan konstruksi pipa air bersih akan segera dilaksanakan keesokan harinya. Keesokan harinya, para pekerja konstruksi piipa air bersih datang ke Desa Ijoijo guna untuk memasang pipa besar untuk ketersediaan air bersih. Para pekerja mengamati Di mana tanah dan lahanyang cocok untuk digali dan dijadikan saluran pipa air bersih. Setelah tak lama kemudian, mereka telah menemukan lahan yang pas untuk digal. Berita baiknya para pekerja yang diutus untuk membuat pipa air tersebut bukanlah para pekerja biasa. Mereka semua ahli dalam bidang pipa air dan pipa. Sehingga waktu yang dibutuhkan tidak begitu lama. Para warga juga antisas membantu para pekerja. Warga juga Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 29 ada yang membantu untuk memotong rerumputan yang ada disekitar lahan yang dibuat penggalian pipa. Ada juga yang antusias membersihkan sampah kayu dan bekas rerumputan yang berserakan disekitar lahan. Hal ini sangat membantu para pekerja pipa air agar bisa semakin cepat pekerjaannya agar segara jadi. Setelah pekerjaan konstruksi pipa air bersih sudah selesai, warga di Desa Ijoijo sangat gembira dan bisa melakukan apa yang dilakukan seperti biasanya. Kebutuhan air bersih di Desa Ijoijo terpenuhi dan kerindangan di desa tersebut semakin terjaga meskipun di musim kemarau. Presiden dan para menteri juga ikut senang atas kembalinya Desa Ijoijo yang mulanya gersang menjadi rindang. Kini warga Desa Ijoijo kembali melakukan aktivitas seperti biasanya dan yang terpenting lahan sawah yang ada di Desa Ijoijo bisa kembali beroperasi dan berproduksi sebagaimana mestinya. Karena beras adalah sumber karbohidrat dan tenaga untuk kelangsungan hidup masyarakat semua baik yang ada di desa maupun kota. 30 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra CINTA TAK DAPAT RESTU ORANG TUA Dinny Justika Herdiyanti Pada tanggal 13 April 2016, ku buka BBM dan ku melihat ada sebuah permintaan pertemanan dari seorang laki–laki dan cerita asmaraku bermula pada saat aku “ACC,” permintaannya. Awalnya aku sedikit anggung padanya karena dia adalah orang yang tak pernah aku kenal. Dan kata yang pertama dia ucapkan adalah “salam”, dan kemudian dia mulai berani menanyakan tempat tinggal, aktivitas dan lain–lain. Seminggu kami chattingan dan sudah mulai ada rasa ketertarikkan pada kami berdua. Aku coba untuk meminta bukti rasa itu dengan cara menanyakan padanya “apakah kamu punya rasa suka denganku, bila ada kamu boleh datang ke rumahku. Dan bila tidak kamu tidak usah datang ke rumahku.” Ternyata benar dia ada rasa suka padaku dan semenjak itu kami semakin akrab. Aku tidak berani menerima dia, karena aku masih terikat janji pada orang tuaku bahwa aku tak akan pacaran dengan orang Madura. Hampir cukup seminggu kami saling kenal satu sama lain. Diapun berinisiatif untuk menembaknya dengan satu syarat yaitu dia akan mendengar jawabanku Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 31 pada saat menerima ijazah kelulusan SMA, dan akupun menerimanya. Namun, semua berubah yang dulunya kami sering chattingan dan sekarang sudah jarang atahu bisa dikatakan tidak pernah lagi. Dia mencoba untuk mencari tahu ada apa denganku dan setelah dia tahu bahwa cinta kami kandas akibat dari kedua orang tuaku yang tak merestui hubungan antara kami. Pada saat itu juga dia mengatakan padaku “kita usaikan saja semua ini, anggap saja aku orang yang tak pernah mengenalmu.” Mendengar kata–kata itu hatiku terasa sakit, ku coba untuk menahan semua ini dan pergi meninggalkannya. Di dalam perjalanan pulang aku terus memikirkan mengapa hal seperti ini dapat terjadi pada diriku. Belum sempat lagi aku merasakan cinta, aku sudah mendapat cobaan yang begitu berat. Aku mulai untuk menutup hatiku untuk orang lain. 32 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra SEMESTA MERESTUI Dyah Ayu Setyawati Keheningan malam menyapa hati tanpa penghuni, dalam jiwa yang sepi seakan tiada henti. Dalam suasana hening kutemui sesosok pria berjiwa lembut, senyum menawan, juga tata bicara yang sopan. Dalam angan inginku bersamanya, berbagi kisah dengannya, dan menjalani seluruh suka dan duka dengannya. Ketika semua angan telah tercapai untuk merajut jalin kasih dengannya, aku dihadapkan dengan kenyataan yang pahit mengenai jalan kehidupan bagaikan tikungan tajam yang berkelok, tak ada satupun kata yang dapat terucap mengenai berbagai masalah yang ku alami. Air sungai yang keluar dari kedua hulu mataku tak dapat dibendung, dalam hati terdalam tak dapat melewati semua permasalahan yang terjadi, tetapi dengan bersamanya semua permasalahan yang ku hadapi terdapat sebuah titik temu yang indah. Sebelumnya, namaku Tia Ayunindia. Panggilanku sesuai kehendak hati mereka saja. Tapi dengan khas aku biasa dipanggil tia oleh teman-temanku, aku seorang mahasiswi dari jurusan kedokteran di kampus ternama. Aku dari keluarga yang tidak terlalu kaya juga tidak terlalu miskin bisa disebut juga perekonomian di keluargaku stabil, temanku bernama Rika dia teman Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 33 semenjakku kecil sampai sedewasa ini dia tetap setia menemaniku. Kisahku dimulai dari sini pada suatu malam yang indah, dengan ditemani bisikan angin beralaskan sebuah tikar aku dan Rika saling bertukar cerita mengenai kehidupan kami, bergurau bersama juga memberi solusi ketika masing-masing dari kami memiliki sebuah masalah. Lalu tak lama datanglah sesosok pemuda yang memiliki senyum menawan ya… dia adalah tetangga dari temanku Rika, dia bernama Fathur. Dia merupakan pemuda yang sopan dan sangat humble. Pada waktu itu aku tidak mengetahui namanya karena aku benar-benar baru pertama kali bertemu dengannya. Dia pun ikut bergabung bersama kami, kemudian tak lama setelah itu dengan basabasi dia bertanya padaku “kamu anak mana? bukan asli sini ya?” akupun menjawab “aku anak sini kok, cuma aku sibuk kuliah aja mangkannya aku jarang keluar.” hanya dari pertanyaan itu kami pun menjadi dekat yang awalnya sama-sama tidak saling kenal kemudian kita dipertemukan oleh semesta hanya lewat sebuah cengkrama percandaan. Tak lama kemudian akupun pamit kepada Fathur dan juga Rika untuk pulang karena waktu yang menunjukkan segera larut malam, memang dari percandaan yang tidak disengaja itu aku merasa nyaman dengan Fathur karena dia begitu humble juga perkataan yang sopan selalu keluar dari mulut manisnya, jam terus berdetak, waktu terus berlalu, hari pun terus berganti aku melewati hari-hariku seperti biasannya. Waktu selesai 34 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra salat magrib berjamaah kulihat ponselku yang tergeletak di atas kasur tempat tidur ternyamanku terdapat sebuah notifikasi dengan nomor yang tidak aku kenal, dan ketika kubuka pesan tersebut ternyata sebuah pesan dari Fathur “Hei ini aku Fathur, yang kemarin ikut gabung bercandaan sama kamu dan Rika.” Dengan gesitnya tanpa menunggu lama akupun membalas pesan dari Fathur “oh iya Fathur, bakal aku save nomor kamu”. Hanya sebuah pesan singkat yang membuat hatiku sangat senang, akupun tak tahu mengapa, mungkinkah ini yang dinamakan jatuh cinta? dari sebuah pesan singkat itu kami pun saling kontak tiap hari, Fathur selalu memperhatikanku dia selalu menelponku pada waktu senggangku dia sangat mengerti aku, pada malam hari pun dia menelponku meskipun hanya bercanda bersama dan menceritakan kejadian seharian yang telah dialami, maklum aku kuliah di luar kota dan aku in-dekos di kota tersebut jadi aku selalu kontak dengannya melalui telepon seluler. Tak terasa aku sudah satu bulan kenal dengan Fathur, hari-hari yang biasa kulewati bagaikan kopi tanpa gula saat ini menjadi lebih berwarna dan sedikit manis bagai permen gulali. Kenyamanan yang selalu ada dalam diri ini membuat angan dibenak selalu muncul untuk menginginkan terus bersamanya dan selalu berbagi kisah dengannya baik suka maupun duka ku. Di saat libur kuliah aku selalu menyempatkan diri pulang ke rumah untuk bertemu dengan orang tua, juga teman-temanku yang ada di rumah seperti Rika, tiba-tiba ponselku bergetar tanda terdapat notifikasi pesan yang masuk, yaa… seperti biasa orang yang selalu menemani hariku Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 35 akhir-akhir ini Fathur, dia menanyakan keberadaanku saat ini Di mana. “Tia di mana, di rumahkah? Kalau iya bisa bertemu sebentar?”. ku balas pesan darinya “iya, bisa fathur”. Tak lama terdengar suara motor berhenti, ternyata itu Fathur yang telah berada di depan gerbang rumahku, akupun keluar untuk menemuinya “Tia keluar yuk,” suatu ajakan yang sudah lama aku tidak pernah mendengarnya dari mulut Fathur, akupun mengiyakan ajakan tersebut. Sepanjang perjalanan kami saling bercanda dan menceritakan kejadian-kejadian lucu, aku selalu dibuat nyaman olehnya meskipun dari hal-hal kecil sedikitpun. Ditengah perjalanan Fathurpun menghentikan motornya. Di atas perbukitan yang indah dengan ditemani senja yang elok dengan kawanan burung-burung yang mengepakkan sayapnya untuk segera pulang ke singgah sananya. Akupun bertanya, “kenapa berhenti di sini?” Fathur pun membuka perkataan dengan serius. “tidak apa-apa Tia, aku ingin melihat pemandangan yang indah ini bersamamu dengan malaikat yang cantik di sebelahku ini”. aku tersenyum padanya. “apa sih kamu Fathur, mulai gombal deh”. Fathurpun menimpali perkataanku “iya Tia aku serius, meskipun kita baru baru kenal entah kenapa aku nyaman denganmu”, lagi-lagi akupun hanya tersenyum kepadanya dan berkata “iya Fathur akupun juga nyaman denganmu” tanpa basa-basi Fathur pun berkata: Tia, aku ingin berkata serius padamu, aku tahu saat ini hatimu masih kosong belum ada satu nama yang singgah di hatimu, yang menetap untukmu, tapi izinkan aku orang yang baru menganalmu meskipun hanya dalam 36 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra jangka satu bulan ini untuk mengisinya. Akan kujaga perasaanmu agar hari-harimu selalu ada yang mewarnai, menemani setiap suka dan dukamu. Tia, maukah kamu menjadi pacarku?” mulutku terkunci, mataku terbelalak seakan tak percaya mengenai perkataan yang baru saja di ucapkannya, apa yang selama ini aku harapkan untuk bersamanya akhirnya dapat tercapai dengan begitu mudahnya, Aku menjawabnya dengan rasa yang ragu dan jawaban yang pasang surut, “Fathur, tolong beri aku waktu untuk menjawabnya. Akupun memiliki rasa yang sama sepertimu, tapi untuk melanjutkan hubungan ini ke tahap yang serius seperti pacaran aku sangat takut, aku takut patah hati, karena hati manusia siapa yang tahu hari ini kamu berkata padaku bahwa kamu ingin menemani baik suka maupun dukaku, tapi Allah Maha Membolakbalikkan hati setiap insan.” Dengan wajahnya yang serius di tatapnya mataku, tangannya pun menggenggam jemariku guna meyakinkanku untuk melanjutkan hubungan yang lebih dari sebuah pertemanan ini dia pun berkata. “Tia, aku tahu terlalu cepat untuk mengungkapkan semua ini, mungkin untuk saat ini kamu tidak akan percaya kepadaku tapi tolong Tia, biarkan aku untuk membuktikannya kepadamu lewat hubungan yang serius ini aku ingin kamu tetap di sampingku, kita memupuk sebuah rasa agar lebih besar sayang yang tercipta, aku akan sabar menunggu jawaban darimu. Jangan terlalu dipikikan Tia, aku hanya ingin kamu mengetahui perasaan terpendamku ini saja”. Sembari menggenggam tangan dan mengelus rambut teruraiku. Aku berkata padanya “nanti akan akan aku Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 37 jawab Fathur, ketika aku sudah yakin dengan keputusan yang telah kubuat.” Sesampainya di rumah perasaanku campur aduk tatkala malam yang semakin indah dengan banyak kawanan bintang yang mengangkasa aku memikirkan jawaban yang akanku buat, inginku melangkah maju untuk menerimanya tetapi dalam relung hatiku, aku takut untuk merasakan sakitnya jatuh cinta, akupun tidak dapat membohongi perasaanku sendiri ketika membayangkan tidak dapat bersanding dengannya terasa tergores hati ini. akhirnya dengan pemikiran yang matang akupun memberanikan diri untuk bertemu dengannya dengan jawaban yang telah kusiapka dalam benak. Tanpa basabasi akupun berkata padanya “maaf ya Fathur, tiba-tiba aku mengajakmu untuk bertemu, aku ingin menjawab perasaan yang telah kau untarakan padaku waktu senja itu, setelah kupikir dengan matang, aku mau menjalin hubungan lebih dari teman ini denganmu Fathur”. Dengan perasaan yang sangat tidak terbayangkan sebelumnya, Fathur pun memelukku tanpa berpikir panjang dirangkullah aku dalam dekapannya terasa nyaman dalam pelukannya. Diapun memegang tanganku dan menciumnya sembari berkata “Tia, akan aku buktikan padamu, aku akan menemani hari-harimu baik suka maupun dukamu, aku berjanji padamu Tia.” Tidak terasa sudah lewat tahun kedua aku menjalin kasih dengannya hari demi hari kulalui bersama dengan berbagi kisah, aku selalu bahagia bersamanya. Aku selalu dibuatnya tersenyum dengan lelucon yang 38 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra selalu dibawakannya, di sela-sela percandaanya tiba-tiba dia mengajakku untuk ke rumahnya. “Sayang, ke rumah yuk. Aku kenalin sama orang tuaku.” Aku kira hanya percandaan saja dan akupun men-iyakan ajakan itu “haha, yaudah ayo kita ke rumah kamu”. Aku dipesilakan duduk di sofa ruang tamunya yang sangat empuk, dan pergilah Fathur ke dalam untuk memanggil orang tuanya. Mamanya pun keluar untuk menemuiku, kata-katanya sangat lemah lembut. Akupun menjabat tangannya yang halus, disuguhkannya semua makanan yang ada di rumah untukku makan. “Tidak usah malu-malu ya nak… panggil mama saja, anggap mama sendiri. Fathur tiap hari selalu cerita tentang kamu. Sering-sering ke rumah mama ya…” begitu halus tutur katanya. Ku timpali perkataan mamanya “Iya ma, nanti aku akan sering-sering ke sini. Terimakasih ya ma.” Begitu tersanjungnya aku bertemu dengan mamanya Fathur yang hatinya lembut bak kain sutera. Mamanya pun berpesan kepadaku untuk menjaga Fathur dan menegur dia ketika salah, atahu lalai dari tanggung jawabnya. Hubunganku dengan Fathur pun berjalan 3 tahun lamanya keluarga kami sudah saling mengenal satu sama lain. Pada waktu itu Fathur dengan tingkah cengengesannya mengajak aku ke rumah dengan alibi sih mamanya kangen denganku. Ketika sudah sampai rumah, aku seperti biasa mengobrol panjang lebar dengan mamanya, lalu mamanya mengatakan hal yang serius kepadaku “Nak nanti mama ke rumah kamu ya… bertemu dengan orang tua kamu, mama mau bicara dengan orang Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 39 tua kamu untuk kelanjutan hubungan kamu dengan Fathur ke jenjang yang lebih serius”. Begitu bahagianya aku mendapati kalimat yang indah keluar dari mulut mamanya, aku tak menyangka bahwa Fathur benar-benar seserius ini kepadaku. “Iya ma, nanti aku akan bicarakan hal ini dengan orangtuaku” ucapku. Sesampai di rumah akupun menyampaikannya pada papaku bahwa orang tua dari Fathur akan segera ke rumah, respon papa dan mamakupun positif, akhirnya jangka dua hari orang tua dari Fathur datang ke rumah untuk memintaku. Ku kira hanya berunding dengan orangtuaku saja ternyata mama dari Fathur sudah menyiapkan sebuah cincin untuk diberikan kepadaku sebagai tanda kelanjutan hubungan untuk ke jenjang yang lebih serius lagi. Dilingkarkannya cincin itu ke jari manisku oleh mamanya. Bahagianya aku mendapatkan kejutan yang sangat tidak terduga sebelumnya ini, perasaan yang sudah tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata serasa dunia sudah merestui kami berdua untuk menyatukan hati sebuah insan. Penghujung malam kali ini. Di atas balkon dengan beralaskan kursi yang kususun memanjang. Dengan menatapi langit malam berhiaskan bulan emas yang tinggal separuh, seperti melengkung senyuman, Aku terbaring sendirian. Membayangkan masa suka maupun duka yang kujalani selama ini dengan Fathur, begitu banyak kenangan yang telah kita buat bersama. Tetapi akhir-akhir ini aku merasakan ada hal aneh yang telah terjadi pada Fathur, tidak biasanya dia membalas pesanku 40 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra dengan nada yang sinis, tutur kata yang sangat irit, juga perlakuan yang dingin. Merasa mengganjal dengan semua ini, akupun bertanya padanya “Sayang apa ada suatu hal yang membuatmu merasa angkuh terhadapku?” dengan nada datar nya dia hanya menimpali “Tidak” pada perkataanku. “Apa kamu merasa bosan denganku? Apa ada perempuan selain aku? Yang membuat kamu lebih nyaman dari pada aku?” akupun seketika berbicara seperti itu dengannya. “Kamu ngomong apa sih, kenapa kamu menuduhku seperti itu, memang kamu ingin aku melakukan hal seperti itu? Ha…?”. Jawabnya. Aku sangat kecewa dengan jawaban sinis yang dilontarkannya, aku sudah tidak melihat Fathur yang dulu, yang selalu membahagiakan aku, selalu membuat lelucon meskipun dari hal-hal kecil. Aku sudah tidak menemukan hal itu pada dirinya, aku sudah merasa dia seperti orang asing yang belum pernah aku kenal sebelumnya, dia benarbenar menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadapku, dia sudah jarang menelponku, mengirim pesan padaku bahkan hanya sekedar main ke rumah pun sudah jarang. Sekalinya bisa bertemu, akupun mengutarakan semua rasa yang telah kupendam sendiri dalam benakku. “Sayang, apa kamu sudah bosan denganku?” ku lontarkan kata itu untuknya. “kamu ngomong apa sih nggak jelas banget, yang nggaklah ngapain juga ak bosen sama kamu”. Lagilagi menimpali perkataanku dengan nada sinis. “Sayang aku tahu, hubungan kita ini sudah lama wajar juga kalau kamu bosan untuk selalu ngabarin aku, aku juga bakal nggak menghubungi kamu sementara waktu. Biar kamu nggak bosen denganku, hubungan kitapun sudah ada Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 41 ikatan di dalamnya. Aku nggak mau ngecewain kedua orang tua kita”. Dia hanya menimpali dengan nada biasa “udahlah nggak usah dibahas, apasih kan yang penting nantinya kita juga bakal nikah kan, yaudah nggk usah mikirin yang enggak- enggak”. Meskipun dengan nada datar dia berkata seperti itu tetapi aku sudah tenang dengan jawaban yang telah diucapnya. Tiba-tiba, datang setitik pemikiran yang membuat rasa penasaran dalam diri, aku kebingungan dan bertanya pada diri sendiri mengapa dia berubah? Apakah ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya mengenai diriku? Sehingga dia berubah total seperti ini. Resah dan risaunya diriku mengenai sekelibat pemikiran yang selalu terlintas dalam benak. Saat itu ketika aku diajak ke rumahnya, dia izin kedalam untuk pergi ke kamar mandi. Ponsel genggamnya dibiarkan tergeletak di sampingku, dengan rasa penasaran aku membuka ponselnya, ternyata kutemukan dia berbalas pesan yang sangat humble pada wanita lain, tidak ada kata-kata yang acuh tak acuh terhadap perempuan yang di kirimi pesan olehnya. Dia curhat kepada perempuan ini mengenai hubungan yang telah lama aku jalin dengannya. Bahkan ketika sang perempuan ini tidak membalas pesan dari Fathur, dengan sigapnya Fatkhur pun segera menelpon perempuan ini atahu mengirimi pesan kepada perempuan tersebut dan menanyai keberadaanya, “apakah kamu sibuk? Ke mana saja baru membalas pesanku” balas Fathur terhadap wanita itu, disela-sela pesan itu Fathur berkata pada si perempuan ini bahwa aku ini tidak tulus sama sekali 42 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra mencintai Fathur, dia pun juga mengatakan kepada perempuan itu “Pasanganku Tia, dia suka kepadaku itu mungkin karena mamaku yang sangat baik padanya, mangkannya dia mau denganku, tapi gapapa lah aku bodo amat.” Seketika melihat kata-kata dia yang menuliskan hal itu hatiku hancur berkeping-keping, seolah banyak belati yang menghujam dadaku serasa telah robek hati ini mendapati hal yang baru terungkap. Aku tidak pernah menyangka dia seperti itu dibelakangku, dia yang selalu acuh tak acuh, sinis, dan bersikap sangat dingin padaku. Ternyata bersikap manis terhadap perempuan lain, langsung ku taruh ponsel genggamnya pada tempat semula tepat di sampingku. Akupun hanya terdiam memikirkan hal yang barusan terjadi, tak lama diapun kembali dari kamar mandi. Mulutku tidak bisa berkata hanya sebuah kalimat yang terucap dari bibirku “tolong antarkan aku pulang”, dia bertanya “kenapa sih kok buruburu.” Hanya jawaban singkat yang ku ucapkan “GAPAPA!”. Ketika sudah sampai di rumahku, dia ikut masuk ke dalam rumah. Suasana hening tanpa ada satu kata pun terucap, Fathur sangat kebingungan karena tidak biasanya aku seperti itu. Akupun langsung seketika membuka suara dan menanyakan hal yang telah terjadi itu “Kenapa kamu berkata kepada teman perempuanmu bahwa aku suka denganmu itu hanya karena orang tuamu, bukan karena aku yang benar-benar mencintaimu?”. Seketika terkejutnya Fathur mendengar aku berbicara seperti itu, dan diapun hanya menjawab singkat “yaa aku ngerasanya Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 43 kayak gitu aja.” “Lalu kamu kenapa ketika pesanmu tidak dibalas dengan perempuan itu, kamu dengan sigapnya langsung menelpon dia mencari tahu keberadaannya Di mana, sedangkan ketika beberapa hari kita tidak komunikasi tidak sedikitpun kamu mencari aku”. Tanyaku, dirangkullah aku, dibelainya rambutku sembari berkata “Iya-iya aku yang salah, aku minta maaf sayang. Udahlah nggak usah dipikirin kan nanti kita juga bakal nikah. Ngapain kamu mikirin hal yang nggak penting seperti itu”. Jawaban yang menurutnya dapat menenangkanku itu malah berbanding tebalik, aku tidak mempercayai perkataannya, kulepaskan tangan yang membelai rambutku dan dagu yang disandarkan di kepalaku sembari berkata. “aku capek, kamu pulang aja aku mau tidur.” Akupun langsung pergi ke kamarku. Tembok kepercayaan yang telah dibuat bersama, dihancurkan seketika melaui sebuah kalimat yang terucap tanpa pemikiran, begitu tertancapnya di lubuk hati terdalam membuat tangis terpecah yang tak dapat terbendung. Pikiran carut-maut yang membuat hati tidak lagi untuk memaafkan semua kesalahan yang telah dibuatnya. Hatiku benar-benar hancur dibuatnya. Terdapat banyak notifikasi masuk dari Fathur yang memang sengaja tidak ku baca. Aku benar-benar tidak menyangka dia berbuat hal seperti itu dalam pikirku, aku selalu bergumam sendiri “lalu semua suka duka yang telah kita lewati selama beberapa tahun ini kamu anggap apa? lalu pertemuan antara kedua orang tua kita dan lingakaran cincin yang tertanam dalam jari ini untuk 44 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra apa?”. Hari-hari ku lewati tanpa aku berkomunikasi dengannya, guna menenangkan jiwaku ini. aku sudah tidak lagi memikirkan semua perkataan yang dibuat oleh Fathur kala itu. Tetapi tatkala malam yang memiliki banyak binarbinar bintang itu tiba-tiba Fathur ada di depan rumah, papaku memanggilku agar aku segera turun menemui Fathur, jujur dalam jiwaku aku tidak ingin untuk bertemu dengannya lagi. Dia meminta maaf kepadaku dengan sungguh-sungguh dan berjanji padaku untuk tidak mengulanginya kembali, dia benar-benar memohon kepadaku. Hati berbisik untuk memaafkan kesalahan yang telah diperbuat akupun berkata kepadanya dengan sedikit gertakan yang terlontar untuk memberikan kesan meyakinkan pemberian maaf terakhir. “Iya aku akan memaafkan kamu, tapi ini kali terakhir aku memaafkanmu. Jika suatu saat aku mendapati hal seperti itu terulang kembali, maaf aku nggak bisa meneruskan hubungan ini.” Matanya terbelalak melihat aku mengucapkan hal seperti itu, diapun merangkul aku dengan hangatnya sembari berkata padaku “iya sayang, maafin aku, tidak akan kusia-siakan lagi kesempatan terkhir ini, akan aku buktikan padamu keseriusanku dalam membina hubungan ini.” Sebulan berlalu, lagi-lagi dia membuktikan keseriusanya untuk yang kedua kali, dia membawa keluarganya datang ke rumah untuk menentukan tanggal pernikahanku dengan dengannya. Dan pada tanggal yang telah ditentukan yaitu pada tahun mendatang, aku dan Fathur pun disibukkan menyiapkan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 45 berbagai keperluan untuk pernikan kami. Itulah sekilas cerita kisah cintaku yang rumit bersamanya. Dengan sebuah akhir yang manis bagaikan sari tebu yang dikerumuni oleh kawanan semut. 46 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra KEJUJURAN MEMBAWA BERKAH Elsa Desinta Terik matahari di siang hari tidak menyurutkan semangat Wawan untuk terus berjalan menyusuri ibu kota yang penuh dengan hiruk pikuk serta polusi. Wawan adalah anak yatim piatu yang mencoba bertahan hidup serta berjuang untuk menghidupi kedua adiknya yaitu Nina dan Rudi. Suatu hari adiknya yang bernama Nina jatuh sakit dan Rudi pun harus membayar uang sekolah yang sudah ditunggak selama 3 bulan lamanya. Wawan pun bingung apa yang harus ia lakukan, di sisi lain Wawan juga masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Berbagai pekerjaan telah dilakukan oleh Wawan termasuk menjadi kuli angkut beras di pasar. Pekerjaan berat pun tetap dijalani Wawan semata-mata ingin tetap membayar sekolah dan juga untuk menghidupi kedua adiknya. Suatu hari ada dompet seseorang yang terjatuh di dekat toko sembako tempat Wawan menjadi kuli angkut, kemudian dilihatnya isi dompet yang terjatuh tersebut ternyata berisi uang yang sangat banyak. Wawan ketakutan dan ingin segera mengembalikan dompet tersebut kepada pemiliknya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 47 Namun Wawan tidak sepeser pun mengambil uang dari dompet tersebut, justru ia berusaha untuk mengembalikan kepada pemiliknya. Karna sebelum kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan, pesan orangtuanya adalah agar Wawan dan kedua adiknya menjadi orang yang jujur. Setelah menemukan alamat lengkap pemilik dompet tersebut yang diketahui lewat KTP yang ada di dalam dompet, Wawan pun sesegera mungkin mencari alamat yang dituju dengan berjalan kaki walau sangat jauh. Sesampainya di depan pagar rumah sang pemilik dompet, Wawan pun heran karena rumah pada alamat tersebut sangatlah besar dan luas. Tetapi ketika Wawan mencoba memencet bel rumah justru ia diusir dengan satpam yang jaga di dekat pagar rumah orang kaya tersebut. Satpam mengira bahwa Wawan adalah pengemis yang ingin meminta makan dan meminta uang pada pemilik rumah. Padahal niat baik Wawan adalah untuk mengembalikan dompet pemilik rumah yang telah terjatuh di pasar saat memborong sembako. Wawan diusir dengan tega oleh satpam rumah tersebut sampai wawan terjatuh, seketika itu mobil sang pemilik rumah dengan laju agak kencang akan berbelok ke rumah tersebut dan hampir saja Wawan tertabrak mobil sang pemilik rumah. 48 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Pemilik rumah tersebut turun dari mobil dan sesegera mungkin menolong Wawan, kemudian Wawan menyampaikan maksud ia datang ke rumah tersebut hanyalah untuk mengembalikan dompet yang terjatuh saat di pasar. Setelah di cek, tidak sepeserpun uang dari dompet tersebut hilang. Pemilik rumah pun meneteskan air mata melihat ketulusan Wawan walau ia masih kecil namun perilaku jujurnya patut diapresiasi. Setelah berbincang-bincang mengenai latar belakang Wawan, orang kaya tersebut berkeinginan mengadopsi wawan dan kedua adiknya untuk hidup dengannya karena beliau tidak mempunyai anak. Wawan sangat bersyukur karena nasihat kedua orangtuanya lah ia dapat hidup dengan kejujuran dan seberuntung itu karna mendapatkan keluarga baru yang dapat menjamin agar kedua adiknya dapat makan setiap hari serta mendapat pendidikan yang layak. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 49 SEMANGAT ANAK DIFABEL Farah Dina Nur Azizah Hari pertama Farah pindah rumah, ia sangat bahagia. Ia berharap akan memiliki teman banyak dan bermain bersama-sama. Ia merupakan anak difabel. Ayah sibuk menurunkan barang-barang dari dalam mobil, sedangkan ibu sedang menyapu dan membersihkan seluruh rumah. Rumah yang di tinggali cukuplah luas. Memiliki halaman depan yang cukup luas, hanya ada taman mini di bagian pojok kanan, dan halaman belakang terdapat kolam renang. Alasan sang ayah memilih rumah yang memiliki kolam renang adalah, Farah sangat menyukai berenang. Cita-cita Farah ingin sekali menjadi atlet perenang. Sang ayah sangat mendukung dengan mengikutkan ia les berenang dan sering menjadi juara dalam perlombaan berenang tingkat kota. Setelah ayah dan ibu membereskan barang-barang, mereka makan bersama dan bercanda bahagia. Keesokan harinya, Farah ingin pergi jalan-jalan untuk melihat keadaan di sekitar rumahnya. Di tengah perjalanan, ia melihat anak-anak yang sedang bermain di taman kompleks. Ia merasa sangat senang sekali, segera mungkin ia berlari menghampiri anak-anak. Sebelum ia sampai, anak-anak itu telah selesai bermain dan pulang. Di sore hari, Farah sedang jalan bersama ibunya untuk menikmati indahnya pemandangan. Ketika telah 50 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra sampai di taman, ia berdiri mengarah matahari terbenam. Tiba-tiba saja ia marah tidak terkontrol, ibunya langsung berlari dan memeluk anaknya. Ibu memahami anaknya, mungkin Farah sedang kecapean karena les berenang yang dijalaninya. Hampir setiap hari, dia tidak pernah bolos les. Anak-anak yang sedang asyik bermain di taman kaget dengan kejadian itu, mereka cepat berlari pulang karena takut. Seminggu telah berlalu, Farah mengajak sang ibu untuk bermain di tempat kesukaannya yaitu taman. Saat itu, taman sangat ramai, karena saat itu hari minggu. Farah jalan menuju anak-anak sedang bermain, dan ingin ikut bermain bersama. Akan tetapi........ Tiba-tiba semua pergi menjauhi Farah. Ia terus mendekati anak-anak. Akhirnya ada seorang anak yang mengatakan bahwa, ia tidak mau bermain dengan Farah karena Farah itu anaknya aneh, tidak bisa bicara dengan jelas, suka marah sendiri. Anak perempuan juga berkata bahwa ia tidak mau bermain atahu berteman dengan Farah, karena ia jelek dan tidak bisa apa-apa. Saat itu juga ia menangis merasa sangat sedih dan marah karena tidak ada yang mau bermain dan berteman dengannya. Hingga ia di olok-olok karena kekurangannya. Farah yang merasa sangat marah saat itu, ia bertekat untuk membuktikan pada anak-anak dan semua orang, bahwa ia bisa berprestasi. Sejak saat itu, ia rajin berlatih berenang. Dengan rasa sayang, ibu dan ayah menemani Farah latihan dan memberikan asupan makan yang sehat. Pagi, siang, sore ia lalui dengan berlatihberlatih dan terus berlatih. Pak pelatih memberi kabar, bahwa ada lomba berenang tingkat provinsi dan menawari Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 51 Farah untuk mengikutinya. Dengan penuh semangat, Farah menganggukkan kepalanya. Ibu dan Ayahnya tidak dapat menghentikan semangat sang anak. Hingga saat perlombaan tiba, Farah telah siap di tempat bersama Ibunya. Ayah duduk di kursi penonton, sambil berteriak untuk memberi semangat pada Farah. Ketika wasit perlombaan membunyikan peluitnya, Farah langsung saja berenang dengan cepat. Perlombaan terasa sangat seru dan penuh semangat. Peserta nomor dua berusaha mendahului Farah, tetapi belum bisa. Ia terus melaju dengan cepat. Saat berada di putaran ke dua, terjadi sebuah kecelakaan tba-tiba kaki Farah kaku dan tidak bisa di gerakkan. Seketika itu ia berhenti dan melihat ke arah Ibunya. Ibu terus memberi semangat, dan suara teriakan ayah terdengar olehnya. Farah langsung menoleh ke arah Ayah. Ia melihat banyak anak-anak yang datang untuk melihat. Farah kembali melihat ke arah ibunya, dengan penuh keyakinan ia pun mulai memaksa mengayuh kakinya dengan cepat untuk mengejar ketertinggalannya. Cepat… semakin cepat… dan FINISH. Saat itu juga Ibu memeluk sang putri sambil menangis bahagia. Ayah yang sedang duduk, langsung berlari menuju sang putri untuk memeluknya. Anak-anak yang dibuat kagum oleh Farah, akhirnya memberi selamat kepada Farah dan meminta maaf atas ucapannya yang sudah menyakiti perasaannya. Keesokan hari di latar rumah Farah, anak-anak bermain berlarian ke sana kemari, tertawa bersama-sama. Farah sangat merasa bahagia dapat bermain bersama dengan teman baru di halaman rumahnya. 52 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra ALUNANKU Fatimah Ayu D.S Anasthasa Geraldiana atahu yang biasa dipanggil Nana adalah seorang gadis yang suka dengan segala hal tentang musik. Tiada hari tanpa mendengarkan musik. Saat mandi, saat beres-beres rumah dan kegiatan lain Nana suka sekali bersenandung sambil mendengarkan musik. Kesukaan Nana akan musik diturunkan langsung oleh ibunya. Ibunya adalah mantan penyanyi daerah pada masanya. Tidak hanya suara yang indah, Nana juga menguasai berbagai macam alat musik. Menurutnya musik adalah hidupnya. Dari kecil Nana sudah mendapatkan les privat bermusik. Mulai dari les gitar, les piano dan les vokal. Suara yang unik adalah daya tarik Nana dalam bernyanyi. Sore di ruang tamu... "Nana sini, mama mau bicara sebentar" panggil mama Yanti. "Sebentar ma, Nana lagi ganti baju" Jawab Nana dari kamarnya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 53 Ketika Nana keluar kamar betapa terkejutnya Nana melihat ayah mama dan kakaknya sudah berkumpul di ruang tamu. "Wah ada apa ini, tumben sekali kita berkumpul. Jadi terharu nih" kata Nana sambil senyum-senyum. "Ayah mau ngomong sesuatu, tadi sore ayah bertemu teman ayah yang bekerja di agensi. Kamu tahu paman Hartono kan," tanya ayah Nana. "Iya yah Nana tahu" jawab Nana. "Om Hartono tahu, kamu sangat tertarik akan dunia tarik suara. Om Tono memberi tawaran kepada kamu, apakah kamu mau bergabung dengan agensinya?" tanya ayah Widodo. Nana seketika diam, dia belum berpikir sampai harus mengejar mimpinya sejauh itu. Nana hanya menikmati musik belum berpikiran akan berkarir dalam dunia tarik suara. Mama Yanti mengetahui kegalauan anaknya. "Jika tidak mau tidak apa-apa nak, mama dan ayah tidak memaksa. Hanya saja suaramu yang indah boleh saja di salurkan," ujarnya. Kakak Nana Geraldi Kusuma menganggapi "betul Na, daripada kamu nyanyi ga jelas di rumah, di kamar mandi di sembarang tempat mending kamu salurkan. Tidak apaapa jika tidak lolos. Toh hanya mencoba," ujar kakak Nana. 54 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "Nana akan coba kak, semoga saja Nana kuat menjadi trainer," jawab Nana dengan mantap. Keesokan harinya di kantor agensi NR Entartaiment. Nana sudah sampai di gedung NR Entartaiment sejak 30 menit yang lalu. Rasa cemas, resah dan nervous campur aduk menjadi satu. Acara audisi akan diadakan pukul 10 pagi. "Ah masih 09.30, rajin sekali ya aku," kekehan Nana. Yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Nana akan masuk ke dalam ruangan audisi, ruangan yang akan menentukan nasib Nana. Setelah audisi, Nana keluar ruangan audisi dengan senang hati karena ia lolos, dan itu artinya Nana akan menjadi seorang trainer di agensi NR entartaiment. Nana sangat senang, tidak terkecuali mama, ayah dan kakaknya. Satu bulan sudah setelah acara audisi kini Nana sudah tinggal di sebuah rumah milik perusahaan. Di rumah tersebut ada sepuluh trainer yang menjadi saingan Nana. Dari 10 trainer Nana dekat dengan Liana, gadis yang berasal dari Surabaya. Mereka menjadi dekat ketika Nana dan Liana berbagi kamar. "Yakk, kita satu kamar Li," ucap Nana sambil lari dan memeluk Liana. "Syukurlah kita satu kamar Na, aku sudah membayangkan yang tidak-tidak," jelas Liana dengan memeluk Nana. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 55 "Ya sudah, ayo bersih-bersih Li. Aku sudah capek," ajak Nana. Di sini tidak hanya tidur, makan, latihan, belanja dll. Kita semua sebagai trainer dituntut untuk berkembang di setiap hari nya. Sudah ada jadwal yang menanti, mulai dari jadwal latihan vocal, latihan dance, latihan rap, latihan alat musik, latihan berbahasa inggris dan latihan attitude. Semua sudah dijadwalkan rapi oleh pihak agensi. Dan akan ada evaluasi setiap 3 bulan sekali. "Aku pikir aku sudah gila, jadwal sepadat ini evaluasi bulanan," kata Nana melihat jadwal yang di tempel di dinding kamar. Evaluasi bulanan pun sedang dilakukan, tidak hanya om Hartono yang datang ternyata para produser, penulis script juga datang dan yang lebih membuat kaget CEO perusahaan juga datang. Para trainer yang awalnya semangat pun langsung down karena tatapan intimidasi CEO Bara. Evaluasi bulanan dimulai dengan satu persatu para trainer harus bernyanyi. "Nana, silakan" panggil CEO Bara. Seketika tubuh Nana lemas "kenapa aku yang pertama," kata Nana dalam hati. Pada evaluasi bulanan Nana menyanyikan lagu dari Shwan Mendes yang berjudul Here's Nothing Holdin 56 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Me Back. Nana sangat menikmati alunan musik dan tentunya mulus dalam menyanyikan lagu tersebut. Tapi tidak untuk CEO Bara "kamu terlalu mengebu-gebu terlalu percaya diri jadi feel-nya gak ada. Coba dinikmati santai, kamu bernyanyi kayak cerita mungkin hasil akan berbeda. Tapi suaramu unik. "Saya suka," komentar CEO Bara setelah melihat penampilan Nana. Beberapa jam sudah dilalui untuk evaluasi. Nana tiduran sambil memikirkan nasibnya, memang iya dalam vokal dia unggul tapi dalam rap dan dance Nana sangat tertinggal. Dia menjadi tiga trainer terburuk dalam dance dan rap. "Li, aku kok ga optimis bakal debut ya… aku kurang dari segala hal. Hanya bernyanyi kelebihanku itu pun aku juga mendapat komentar pedas dari CEO Bara," kata Nana sambil menangis. "Hee sudah jangan menangis, ini masih evaluasi pertama," jawab Liana untuk menenangkan Nana. "Tapi kita sudah 3 bulan di sini Li, semuanya bisa berkembang. Lihat Tania dia tidak bisa rap tapi sekarang malah jago. Nah aku ga bisa apa-apa Li," jawab Nana sambil menutupi mukanya dengan bantal. "Hei Na, jangan pikirkan orang lain. Cukup kamu berkonsentrasi dan memperbaiki apa yang kamu belum bisa. Sudah timbang nangis terus ayo aku temani kamu ke ruang latihan," ajak Liana sambil menarik tangan Nana. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 57 Nana latihan dari malam sampai pagi buta, dia mempelajari dance dari awal. Dia melakukan apapun untuk bisa dance. Ketika lelah Nana sering menangis di pojok studio latihan. Nana tidak menyesali akan keputusannya. Malah Nana senang dengan ini, ia mendapatkan banyak ilmu. Tetapi tekanan yang ada membuat dada Nana sesak sampai tidak bisa bernafas dengan benar. Persaingan yang ketat menuntut Nana untuk mampu seperti yang lain. Terbesit untuk keluar dari training ini tetapi Nana sudah terlanjur masuk, mana mungkin keluar begitu saja. Evaluasi demi evaluasi sudah dilakukan. Ini adalah evaluasi ke enam yang dilakukan, dan terhitung sudah satu tahun Nana berada di sini menjadi seorang trainer. Kali ini evaluasi kelompok. Nana menjadi ketua kelompok, Nana sendiri tidak tahu kenapa dia bisa menjadi seorang ketua. Semuanya pas-pasan tetapi Nana mendapat votting terbanyak untuk menjadi seorang ketua. Kali ini Nana dan kelompok akan membawakan lagu Raisa yang berjudul kali kedua. Setelah penampilan waktunya mendengarkan komentar. "Harmonisasi nya kurang, masih belum klop. Siapa yang memimpin," tanya CEO Bara. "Saya Mr," jawab Nana 58 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "Hmm… tolong dikoordinasikan lagi. Sudah satu tahun lebih masak yang kamu bisa hanya itu," komentar terakhir CEO Bara. Setelah selesai evaluasi, semua trainer kembali ke kamar masing. Tetapi tidak dengan Nana, Nana langsung menuju taman. Ia menangis sendirian, Nana tidak ingin terlihat lemah di hadapan teman-temannya. Sungguh sesak dada Nana, satu tahun menjadi trainer sangatlah melelahkan. Harus bangun pagi lalu mengikuti jadwal yang ada dan berakhir larut malam. Setelah kelas selesai Nana tidak kembali, dia menuju studio untuk latihan hingga jam 3 dini hari. "Ini sangat menekanku, belum lagi menjadi ketua. Belum juga evaluasi individu, sangat sesak rasanya," monolog Nana sendirian di tengah taman yang gelap. Nana kembali ke kamarnya setelah menjernihkan fikirannya. Ketika membuka kamar Nana dikejutkan oleh teman-teman satu kelompok. Mereka tidak pergi tidur tetapi memunggu Nana. Nana sangat terharu untuk itu "yakk kenapa tidak istirahat, besok jadwal kita dari pagi," tanya Nana. "Kami menunggumu Na," jawab Salsa. Setelah terjadi drama menangis mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Nana sudah bersiap untuk tidur. Fikirannya lelah, hatinya lelah bahkan tubuhnya sudah sangat lelah. Tidak lama Nana sudah terpejam dan tidur dengan damai. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 59 Tahun berganti tahun evaluasi selalu menjadi momok bagi setiap trainer. Siap tidak siap mereka akan mendengar kata-kata pedas para komentator tentu hati yang lapang harus dipunyai kalau tidak mungkin Nana sudah gila sekarang. Tahun ke 5 Nana menjadi trainer, Nana semakin dewasa. Diumur ke 24 tahun Nana sudah menjadi wanita yang kuat dan tegar. Segala komentar pedas yang dilayangkan padanya sudah menjadi makanan setiap hari. Tidak ada Nana yang menangis karena masalah sepele, tidak ada Nana yang manja, tidak ada Nana yang suka menangis, Nana menjadi seorang yang berani, tanggung jawab dan masih banyak perubahan Nana. Beberapa tahun belakangan Nana gunakan untuk latihan yang serius. Tidak hanya memperbaiki vokal tetapi Nana juga belajar dance dan rap. Memang benar adanya kalau usaha tidak akan mengkhianati hasil. Sekarang Nana menguasai semua bidang wajib yang harus dikuasai sesuai syarat perusahaan. Minggu depan adalah ajang yang sangat penting bagi Nana. Minggu depan dipertaruhkan semua kerja keras Nana selama lima tahun. Debut tahu akan menjadi trainer akan diketahui minggu depan melalui survival show yang akan ditayangkan di TV. Tekanan akan menjadi berlipat ganda, dari sepuluh trainer hanya lima orang yang akan di debutkan oleh perusahaan. Para trainer akan menunjukkan kelebihan yang mereka miliki. Sebelum survival dimulai Nana sudah berlatih mulai dari nyanyian apa yang akan dinyanyikan lalu dance 60 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra seperti apa yang akan ditampilkan hingga rap apa yang akan disuguhkan kepada juri dan penonton. Mulai dari pagi hinggal larut malam Nana terus berlatih, yang ada dipikirannya adalah dia harus debut dia harus menjadi seseorang yang dapat membanggakan orang tuanya dan tentu lima tahun bukan hal yang mudah dilalui Nana. Menangis, tertekan, bahagia semua dilalui Nana selama lima tahun. Survival pun dimulai, Nana gemetar jantungnya berdetak lebih cepat. Kenyataan yang harus Nana lalui adalah battle melawan Liana teman dekat selama lima tahun Sebelum Nana mengerti siapa lawan battle-nya, Nana dan teman-temannya dikumpulkan di studio latihan tidak ada yang tahu yang akan terjadi. Tidak lama manager yang bertanggung jawab atas kami datang. Mbak Lala dengan senyum khasnya namun senyum itu mempunyai banyak arti. "Selamat pagi kesayangannya mbak Lala," sapa mbak Lala kepada kami dengan memawa amplop coklat "Selamat pagi mbak," jawab kami semua "Kali ini mbak Lala mau kasih tahu, minggu depañ kalian akan bertarung siapa yang akan debut kan… tapi ternyata produser sudah memberikan tantangan baru, yaitu kalian akan battle dalam hal bernyanyi dan dance. Untuk lawan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 61 battle kalian mbak Lala udah bawa amplop dan berisi pasangan battle siapa melawan siapa." Setelah pengumuman diberikan oleh mbak Lala kami kembali ke kamar... "Na jangan sampai kendor ya, ayo bersaing secara sehat dan sportif. Siapa yang sukses harus inget harus tetep jadi temen okay," ucap Liana yang melihat Nana murung "Ah Li... kenapa harus kita," sambil menangis dan memeluk Liana Survival yang membuat semua trainer menjadi tertekan. Harus melawan temanmu sendiri demi debut, sungguh kejam bukan acara ini. Setelah acara survival selesai dan produser sudah mengumumkan siapa-siapa saja yang akan debut. Dan akhirnya nama Nana menjadi salah satu trainer yang akan melihat persaingan dunia tarik suara. Persiapan sudah dilakukan untuk debut, single lagu pertama Nana yang berjudul "My Boy" sudah dipersiapkan secara matang. Pagi siang sore Nana mempersiapkan acara debut stage-nya. Nana tidak akan membuat orang-orang yang memilihnya kecewa. "Hallo Na, ini aku liana. Bagaimana persiapannya, bukankah minggu depan debut stage-mu," pembicaraan telepon Liana ke Nana "Haha kau tahu saja kalau minggu depan. Sudah 99% Li tinggal eksekusi, kamu harus datang aku sudah pesankan 62 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra kursi VIP bersama keluargaku. Awas kau ya sampai tidak datang," jawab Nana "Siap Na siap, apa si yang tidak untuk sahabatku ini," jawab Liana dengan tersenyum Acara debut stage Nana sudah dimulai dan terlihat penonton hanyut dalam acara ini. Nana tampak seperti sudah menguasai panggung. Dia terlihat sudah debut bertahun-tahun yang lalu. Dari kejauhan keluarga Nana meneteskan air matanya. Tidak menyangka usulan ayahnya yang bertujuan untuk main-main bisa membuat anaknya menjadi penyanyi profesional. Acara telah selesai, Nana sangat senang karena acara debut stage-nya lancar dan lagu yang dibawakan Nana menjadi trending di berbagai negara. Sungguh indah jika perjuangan dilakukan dengan benar-benar. Dua tahun kemudian Nana menjadi seorang penyanyi yang sukses. Nana diundang kesan kemari untuk bernyanyi. Nana panggilan yang disukainya harus diganti menjadi Anastasha, kata CEO Bara biar trendi. Ada-ada aja memang tapi dia suka dengan Anasthasa. Jika ingin lakukan jangan setengah-setengah. Kekecewaan, kekesalan, tekanan dan apapun itu dapat mengubah perilakumu. Sesuatu yang baru menantimu, pengalaman baru menantimu dan semua yang lama akan diperbarui melalui apapun yang dijalani. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 63 Kesuksesan Nana tentu untuk dirinya sendiri bukan orang lain. Tekanan yang Nana dapat sampai sebelum debut adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Seorang yang terjun dalam dunia musik harus bisa segala hal, mulai dari dance, rap maupun modeling. Menjadi artis multitalent adalah tujuan agensi. Aku baru menyadarinya, jika mau bersaing harus bisa segala hal. Jika kalian bertanya, apakah kamu bisa kembali menjadi trainer. Mungkin jawabanku adalah tidak. Tekadku sudah berubah dulu aku masih muda semangat bersaingku berkobar tetapi sekarang aku hanya ingin ketenteraman tanpa tekanan dimasa lalu. Aku sudah berjuang di masa lalu, dan saatnya aku bersenang-senang di masa ini -Anasthasa Geraldi. 64 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra APA KEBERADAANKU SALAH? Fitri Ayu Larasati Gadis kecil itu bernamanya Nada Cantika Ramadhani. Parasnya begitu cantik dan kehadirannya selalu buat orang tersenyum. Ia anak tunggal dari pasangan bu Khofifah dan pak Midun, sayangnya kedua orang tuanya harus berpisah saat Nada berusia 3 tahun. Kejadian itu mengharuskan Nada bersama ibu untuk tinggal di rumah kakeknya. Meski orang tuanya berpisah Nada tetap mendapatkan kasih sayang dari kakek juga bibi dan pamannya. “Kek, Nada boleh tanya?” ujarnya pada kakek yang ada di sampingnya. “Boleh, Nada mau tanya apa sayang?” jawab kakek lalu mengusap rambut cucu kesayangannya. "Kenapa Nada sekolahnya diantar paman Agus bukan ayah?” tanyanya dengan polos. Kakek tersenyum untuk menutupi kebingungannya. “Kakek jawab dong!” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 65 “Memangnya kenapa sayang kalau kamu diantar paman sekolahnya? Kan sama saja sayang. Kamu nggak senang diantar sama paman?” tanya kakek pada cucu kesayangannya itu. “Nggak kek aku senang banget tapi teman Nada semuanya diantar sama ayah dan ibunya, Nada kan pengen juga.” Jawab Nada seraya memanyunkan bibirnya. “Iya nanti kakek bilangin ayahmu, supaya nanti dia yang jemput kamu pulang sekolah gimana?” ujar kakek untuk menghibur cucunya itu. Nada bersorak gembira mendengar usulan kakeknya tersebut. Hari-hari berikutnya sesuai janji kakek setiap pulang sekolah ayah selalu menjemput Nada. Ia sangat bahagia walaupun ayah tidak ikut pulang ke rumah kakek. Saat kelas 1 SD Nada tahu kalau ayahnya sudah menikah dan mempunyai anak dari istrinya tersebut. “Ayah Nada boleh ikut ke rumah ayah?” Tanya Nada dengan riang. “Boleh, tapi ayah harus tanya sama ibu dan kakek kamu dulu ya nak?” Jawab pak Midun seraya tersenyum. Sesampainya di rumah pak Midun langsung minta izin pada kakek Nada. “Pak saya mau minta izin ngajak Nada ke rumah. Apakah boleh?” Tanya pak Midun pada kakek. 66 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Boleh, tapi nanti setelah maghrib atar Nada pulang!” ucap kakek tegas. “Nada sayang kamu boleh ikut ke rumah ayahmu, tapi nanti maghrib pulang ya nak.” Lanjut kakek pada Nada. “Siap kakek saying.” Jawab Nada lalu hormat pada kakek. “Ayah tunggu ya Nada mau ganti baju dulu.” Lalu Nada berlari ke dalam rumah. Saat akan masuk kamar Nada bertemu dengan ibunya. “Nada jangan lari-lari dong nak! Nanti kamu jatuh loh ya.” Ujar bu Khofifah sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya itu. “Eh… ada ibuk, ibuk udah pulang kerja?” “Udah nak. Kamu kenapa pulang sekolah kok langsung lari-lari?” “Aduh! aku sampai lupa… aku ganti baju dulu ya buk, ayah ngajak aku main ke rumahnya buk.” Jawab Nada langsung masuk ke kamar untuk ganti baju. Sesampainya Nada di rumah ayahnya ia langsung melompat dari motor pak Midun dan berlari ke rumah. “Nada …. Tunggu ayah nak!” “Iya yah… ini Nada tunggu di sini kok.” Ucap Nada sambil bersandar di pagar rumah. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 67 Pak Midun hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya lalu ia segera memasukkan motornya. “Assalamualaikum.” Ucap pak Midun dan membuka pintu. “Waalaikumsalam.” Terdengar jawaban salam dari dalam rumah. Mendengar hal itu Nada bingung dengan hal itu. “Ayah ada orang di dalam?” Tanya Nada pada ayahnya. “Oh…. Iya nak ada orang selain ayah di rumah ini.” Jawab pak Midun kikuk, ia lupa jika belum menceritakannya pada Nada. Lalu keluarlah seorang wanita sambil menggendong bayi menghampiri mereka. “Nak, kenalkan ini istri ayah mama Tika.” Ucap pak Midun memperkenalkan istrinya. Nada hanya diam melihat bu Tika. “Hai Nada…” sapa bu Tika pada Nada. “Halo tante…” jawab Nada pada mama tirinya tersebut. “Nada salim dong sama mama! Dan jangan panggil tante dong nak, panggilnya mama.” Ucap pak Midun memeringatkan Nada. “Terus yang digendong mama ini adik kamu namanya Erik.” Lanjut pak Midun mengenalkan bayinya. 68 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Nada mengangukkan kepalanya, ia terlihat canggung berhadapan dengan bu Tika. Sedangkan bu Tika juga terlihat salah tingkah di hadapan Nada. “Ayah sepertinya Nada lupa deh.” “Lupa apa nak?” “Lupa kalau Nada punya PR dari bu guru. Antar Nada pulang ya ayah, please!” ucap Nada memohon sambil menangkupkan tangan di depan dadanya. “Kamu ini gimana sih Nad tadi minta main ke sini. Yaudah ayah ke kamar mandi dulu.” Ucap ayah agak kesal kepada Nada, lalu masuk ke rumah. Akhirnya Nada diantar pulang oleh ayahnya, sesampai di rumah saat ditanya oleh kakek atas kepulangannya Nada menjawab jika ada PR. Nada tidak bilang alasan yang sebenarnya kepada kakek dan ibunya. Setelah hari itu Nada tidak minta ke rumah ayahnya lagi jika tidak diajak oleh pak Midun. Sampai sekitar Nada kelas 3 SD pak Midun dan keluarganya pindah ke kampong halamannya di Semarang karena usaha yang dirintis pak Midun harus gulung tikar. Sedangkan Nada tetap tinggal di bandung bersama ibu dan keluarga ibunya. Saat Nada berajak ABG atau lebih tepatnya saat kelas 8 SMP ia dan bu Khofifah pindah ke rumah mereka sendiri. Sebenarnya Nada agak sedih harus berpisah dari kakek kesayangannya tapi kata ibunya mereka sudah saatnya mandiri. Jadi Nada setuju dan mau pindah dari Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 69 rumah kakek dan lagi pula rumah barunya lebih dekat dari sekolahannya. Walaupun begitu nada masih sering tidur di rumah kakek karena kakek selalu minta ditemani Nada, juga karena kakek sekarang tinggal sendirian di rumahnya. Meski nada tidak mendapat kasih saying dari ayahnya tapi ia mendapatkannya dari kakeknya. Namun kejadian tak diinginkan itu terjadi ketika nada kelas 11 SMA ia harus kehilangan kakek tersayangnya selamalamanya. Nada sangat sedih dan terpukul atas kejadian tersebut. “Kakek kenapa ninggalin aku secepat ini…” kata nada dengan menangis tersedu-sedu menatap jenazah kakek. “Nada sabar ya… ikhlasin kakek sayang… supaya kakek tenang disana.” Ujar tante Jia menenangkan keponakannya itu. Nada hanya mengangguk sambil mengelap air matanya. Setelah kepergiaan kakek, nada menjadi lebih pendiam dan tertutup. Setelah lulus SMA ia tidak langsung kuliah tapi mencoba untuk bekerja iku tante Risa adik kedua ibunya. Ia bekerja menjadi kasir, setelah 1 tahun bekerja nada melanjutkan kuliah. Semester awalawal semua berjalan lancar tapi saat semester 4 bu khafifah mangalami kesusahan dalam keuangan jadi nada terpaksa mengambil cuti. Dan ibunya menjadi sering marah-marah meski nada tidak melakukan kesalahan kecil seperti menimbulkan bunyi saat cuci piring. Dan selalu mengatakan kata-kata yang menyakiti perasaan Nada. 70 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Sedang ayahnya seperti tidak mempedulikan Nada dan masa bodo terhadapnya. Suatu ketika nada ingin melanjutkan kuliahnya dan ia menghubungi pak midun. “Halo assalamualaikum Yah, ini Nada ayah.” “Waalaikumsalam Nada… ada apa kamu telepon ayah?” jawab ayah diseberang sana. “Ayah, nada mau minta tolong bisa?” “Tolong apa Nada? Kalau ayah bisa bantu ayah usahakan.” Melihat jawaban ayahnya nada melihat ada secercah harapan. “Nada minta tolong… nada ingin melanjutkan kuliah ayah, kemaren kan Nada cuti jadi pengen lanjutin lagi. Tapi ibuk nggak punya uang untuk membiayai lagi, ini aja orangnya lagi binggung cari uang untuk bayar hutang.” Jelas nada pada ayahnya tapi ayah langsung menutup telponnya. Nada binggung dan kaget dengan sikap ayahnya itu, lalu ia menchat ayahnya. Nada “Yah kenapa kok langsung di matikan teleponnya?” Ayah “Maaf nak…. Ayah ada kerjaan tadi.” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 71 Nada “Jadi ayah bisa bantu nggak” Ayah “Maaf ya Nada. Ayah ndak bisa bantu ini soalnya Erik lagi butuh uang untuk biaya untuk masuk SMA.” Nada “Yaudah kalau Ayah nggak bisa bantu.” Lama Nada menunggu balasan dari ayah tapi tidak ada jawaban apapun. Nada benar-benar kecewa atas sikap ayahnya. Padahal selama ini yang membiayai sekolahnya hanya ibunya dan dulu waktu SD sampai SMP kakek yang menanggung semua biaya sekolahnya. Tapi kenapa ayahnya tidak merasa bersalah sama sekali atas semuanya dan hanya mempedulikan anaknya dari istrinya yang sekarang. “Kenapa ayah nggak peduli denganku apa karena aku anak perempuan dan Erik seorang anak laki-laki? Atau karena aku anak dari mantan istrinya tapikan bagaimanapun aku ini anak kandung ayah...” kata Nada dalam hatinya dan tak terasa mengalirlah air mata yang tak diinginkan itu. “Nada kenapa kamu ngelaun disitu?” tegur ibu yang tibatiba muncul di sampingnya. 72 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Aku ngg….” saat akan menjawab bu Khofifah langsung mencela ucapannya “Kamu itu ditanya kok diem aja… daripada ngelamun di sini mendingan kamu cari pekerjaan biar bisa bantu-bantu bayar hutang. Dasar tidak berguna kamu itu!” omel bu Khofifah sambil menuding-nuding Nada. “Iya bu, tapi aku kan belum lulus kuliahnya.” “ya kerja terserah gitula… apa kek… apa kerja pabrik gitu kaya anak tetangga itu baru lulus SMA tapi udah bisa ngasih mamanya setiap bulan 2 juta. Terus kamu apa? Bisanya Cuma minta uang terus bikin pusing TAUU…” kata ibunya diakhiri dengan kekesalannya yang dilampiaskan pada Nada. “Dulu waktu aku kerja juga ngasih ibu juga.” Jawab nada dengan mata yang berkaca-kaca. “Kamu itu ya ngasih 300 ribu aja diungkit-ungkit. Selama ini ibu biayain kamu aja nggak ibuk tagih… DASAR ANAK GAK TAHU DIRI!” Damprat bu Khofifah pada anaknya itu lalu ia masuk ke kamrnya sambil mengomelngomel. Disisi lain Nada sudah menangis dengan tak mengeluarkan suara karena jika ia menangis dengan mengeluarkan suara ibunya akan marah lagi. Nada jadi tak percaya diri lagi dan malas untuk keluar rumah. Dan entah sadar atau tidak ia jadi gadis yang tak bersemangat lagi dan terlihat linglung. Bahkan ada saat ia Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 73 ingin menghilang dari dunia ini agar kedua orang tuanya senang dan bahagia. Keinginan ini didasari oleh chat terakhir dengan ayahnya. Nada “Ayah apa kabar?” 15 menit kemudian Ayah “Baik” “Ada apa kamu WA ayah lagi?” Nada “Alhamdulillah kalo baik” “Apa Nada nggak boleh WA ayah? Nada kan cuma tanya kabar ayah.” Ayah “Iya , karena kamu cuma ganggu ketenangan keluarga ayah!” “Kamu jangan WA ayah lagi ya Nada kalau masih mau ayah anggap anak.” 74 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Setelah membaca chat itu nada merasa dadanya sesak dam kesulitan bernafas karena menahan tangis. Tiba-tiba Nada tak sadarkan diri tapi tak ada yang tau kejadian itu sampai ia bangun dari pingsannya sendiri. Setelah bangun nada menangis ia menyesal kenapa tuhan tidak mengambil nyawanya sekalian tapi masih disadarkan dari pingsannya. “Ya Allah kenapa aku masih kau beri kehidupan?” ucap nada frustasi. Lalu ia memukul-mukul kepalanya sendiri. Hingga ia lelah sendiri dan memilih untuk tidur, dilain sisi lain pak Midun sedang bercengkrama dengan istrinya. "Gimana yah anak kamu si Nada itu udah kamu bilangin untuk nggak ganggu-ganggu keluarga kita lagi? " tanya bu Tika kepada suaminya. "Mama sayang kamu tenang aja anak pengganggu itu ndak akan WA atau telpon ayah lagi kok." Ujar pak Midun dengan entengnya tanpa merasa bersalah pada putrinya. "Lagian kenapa sih dia hubungin kamu? Kan kamu udah lama nggak muncul dihidupnya seharusnya dia nggak perlu cari-cari kamu lagi!" kata bu Tika dengan sinis. Pak Midun menganggukkan kepala tanda menyetujui perkataan istrinya. "Iya, lagian dia hanya anak perempuan tidak berguna bisanya cuma merengek saja. Iya toh ma? Beda banget Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 75 sama anak kita Erik, dapat diharapkan dan berguna untuk kita." Kata pak Midun bangga. Mentari bersinar cerah hari ini sangat bertolak belakang dengan wajah gadis yang sedang meringkuk di kamarnya itu ia terlihat suram. Sejak semalam Nada sudah memikirkan keputusannya ini, kalau memang Tuhan tidak menghendaki ia untuk mati maka ia akan pergi dan menghilang dari kehidupan kedua orangtuanya agar mereka bahagia. Nada dengan tergesa memasukkan pakaiannya ke ransel, ia tidak mau ibunya mengetahui kepergiannya. Pagi ini di rumah hanya ada ia karena bu Khofifah sedang ke rumah tantenya untuk bersembunyi dari penagih hutang. Setelah selesai nada beranjak pergi ia tak lupa mengunci pintu rumah. Tidak seperti sinetron televisi yang menayangkan adegan kabur dengan meninggalkan surat, Nada kabur tapi meninggalkan surat atau pesan. "Semoga dengan kepergian ku ayah dan ibu merasa bahagia dan tak terbebani lagi. Dan aku berdo'a agar mereka tenang menjalani hidup juga diberi rezeki yang banyak. " Batin Nada Nada terus berjalan tak tentu arah tanpa ia sadari ia sudah keluar dari komplek rumahnya. Saat sampai dijalan Raya dan ia merasa capek Nada memutuskan untuk naik angkot, tujuan yang ia pikirkan hanya makam kakeknya. Sesampainya di makam kakek ia langsung menumpahkan semua kesedihannya. 76 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "Kakek.. Na… da… ingin pergi bersama kakek aja. Nada sudah tak diinginkan di dunia ini... Hiks hiks... Tapi kenapa Allah tidak mengijinkan Nada menyusul kakek… Huuu huhuhu... Ke mana Nada harus pergi sekarang kek? Tolong jawab Nada kek! " Aduh Nada pada kakek. Nada menangis hingga rasanya air matanya mengering dan tidak terasa Nada tertidur disana, saat sadar dari tidurnya hari sudah beranjak senja. Nada memutuskan untuk pergi dari sana karena ia bertujuan untuk menghilang dari hidup orangtuanya. Ia kembali berjalan tak tentu arah seperti orang tidak waras, tak terasa Nada sudah sangat jauh dari rumah ibunya. Entah karena lelah atau efek tidak makan dari semalam Nada jatuh tak sadarkan diri didekat persimpangan kecamatannya. Orang-orang melihat kejadian tersebut seraya berlari kearah Nada untuk menolongnya. Diantara orang yang berkerumun ada seseorang yang mengenali Nada ia meminta tolong warga untuk membantunya membawa Nada ke rumah sakit. Setelah 2 jam tak sadarkan diri akhirnya Nada terbangun. Ia bingung sedang berada Di mana. "Di mana ini? " tanya Nada entah pada siapa mungkin pada dirinya sendiri. "Nada? Hei, apa kamu sudah baikan? panggilin dokter dulu ya! " Sebentar aku Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 77 Gadis tersebut langsung keluar tanpa menunggu jawaban karena Nada hanya diam dan kebingungan. Tak lama kemudian dokter dan seorang perawat datang bersama gadis tersebut. Setelah memeriksa keadaan Nada dan memastikan jika ia sudah benar-benar sadar dokter tesebut berkata pada sang gadis. "Ia sudah sadar tetapi belum membaik. Jadi seperti saran saya tadi bahwa pasien harus tetap dirawat di sini sampai keadaannya pulih. " "Baik dok. Tolong lakukan yang terbaik saja untuk sahabat saya ini! " jawab gadis tersebut dan direspon hanya anggukkan oleh dokter. Mendengar kata sahabat Nada baru sadar bahwa yang ada didepannya ini adalah Dhita sahabatnya sejak SMP, mereka tidak bertemu lagi sejak lulus SMA. Karena Dhita harus melanjutkan kuliah di Depok. "Dhita? Kok bisa aku sama kamu? " Tanya Nada kebingungan "Udah jangan banyak tanya dulu! Kamu itu tadi pingsan hampir 3 jam tauk dan banyak banget yang harus kamu ceritakan padaku! " Ucap Dhita tegas lalu menunjuk ransel yang tergeletak di kursi samping ranjang Nada. "Kamu sekarang istirahat dulu ya Nad. Dan kamu sekarang harus makan dulu aku suapin nggak boleh nolak! 78 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "lanjut Dhita seraya mengambil makanan yang ada di nakas saat ia melihat ada raut penolakan dari sahabatnya tersebut. Mau tak mau Nada menurut karena kalau Dhita sudah menginginkan sesuatu ia terus memaksa dan tak menyerah. Nada memilih untuk menuruti sahabatnya itu karena merasa tubuhnya sudah lelah dan lemas ia tidak mau berdebat dengan Dhita. Setelah merasa Nada sudah kembali segar, Dhita memberanikan diri bertanya pada Nada karena ia sangat penasaran dengan yang terjadi pada sahabatnya. "Nad kamu kenapa kok bawa-bawa ransel dan sampai pingsan dibatas kecamatan pula? Kamu kabur dari rumah? Kamu lagi patah hati? Tapikan setahu ku kamu nggak ada gebetan apalagi pacar kan?" Tanya Dhita mengebu-gebu karena saking penasarannya. "Terus aku harus jawab yang mana dulu? Belum dijawab satu kamu udah nerocos duluan." jawab Nada lalu mencebikkan bibirnya. "Yaudah intinya lu cerita ama gua Nada sayang! " ucap Dhita yang udah gemas dan tidak sabar itu. "Mentang-mentang kuliahnya di dekat ibukota ngomongnya sekarang Lu-gua. Oke aku ceritain. " Ledek Nada pada Dhita lalu mengalirlah semua cerita itu dari Nada. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 79 "Gile juga ya bokap lu! kan meskipun dia udah pisah sama nyokap tapi lu kan tetap anaknya Nad. " Dhita jadi kesal sendiri setelah mendengar cerita Nada. "Dan seharusnya nyokap juga nggak ngelampiasin semua sama lu kan? " lanjut Dhita mengebu. Melihat tanggapan sahabatnya Nada merasa agak tenang karena merasa masih ada yang peduli dengannya. "Pokoknya setelah udah baikan secara fisik kamu harus mulihin mentalmu Nad jangan kayak mayat hidup begini! Ini bukan Nada yang aku kenal sumpah. " Kata Dhita seraya memegang tangan Nada seolah ingin menyalurkan semangat untuk sahabatnya. "Aku nggak kenapa-napa kok Dhit. Lagian ini aku udah merasa sehat jadi boleh ya kita pergi dari rumah sakit, please! Lagian aku nggak punya uang untuk bayar biaya rumah sakit Dhit. " Ucap Nada memohon pada Dhita. "Ya ampun Nada! Kamu nggak dengar tadi dokter bilang apa? Paling enggak besok kamu baru boleh pulang, dan soal biaya rumah sakit tenang aja aku yang bayar kayak orang lain aja. "Ujar Dhita kesal pada sahabatnya. "Tapi aku nggak mau ngerepotin kamu. Lagian kamu kan harus balik ke Depok untuk kuliah Dhit." ucap Nada berusaha membujuk Dhita. "Udah gak usah dipikir itu aku lagi libur. Setelah keluar dari rumah sakit kamu harus mau ikut aku ke psikolog kenalan ku untuk nyembuhin mentalmu dan kamu kalau 80 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra masih nggak mau pulang ke rumah bisa kok tinggal di rumah ku. Tunggu jangan ngebantah dulu Nad! mama papa ku udah tau kok kalau aku lagi ngebantuin kamu jadi nggak usah khawatir mereka senang banget malah waktu ku telpon tadi bilang kamu mau nemani aku di rumah." ucap Dhita panjang lebar saat melihat Nada akan protes. Keesokan harinya seperti kata Dhita kemaren setelah keluar dari rumah sakit Nada diantar konsultasi pada psikolog kenalan Dhita yang tidak lain adalah dosen sahabatnya itu. Setelah hampir seminggu konsultasi dan berobat pada Prof. Ibrahim mental Nada mulai membaik dan semangat hidupnya telah kembali. Tanpa diketahui oleh Nada selama ini ibunya selalu memantau keadaan anaknya tersebut melalui Dhita, beliau sangat menyesal atas semua yang dialami anaknya tersebut. Setelah Kepergian Nada dari rumah saat itu bu Khofifah malamnya pulang dan mendapati rumahnya sepi tak ada orang beliau kira Nada pergi ke minimarket lalu beliau masuk ke kamarnya untuk istirahat. Ternyata sampai beliau bangun keesokan paginya anak semata wayangnya tersebut tidak ada di rumah, saat beliau masuk ke kamar anaknya bu Khofifah tidak menemukan apapun kecuali smartphone Nada dan mengecek benda tersebut. Bu Khofifah sangat kaget saat melihat chat terakhir di WA Nada beliau langsung marah pada mantan suaminya itu. Dan saat kebingungan mencari anaknya Dhita sahabat Nada menghubunginya lalu menceritakan semuanya pada bu Khofifah atas keadaan Nada sekarang. Saat bu Khofifah ingin menemui Nada ia dilarang oleh Dhita karena Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 81 khawatir tindakan tersebut membuat anaknya kabur lagi, dan setelah seminggu lebih akhirnya bu Khofifah diperbolehkan menemui anaknya yang sudah stabil mentalnya. "Assalamualaikum. "Ucap bu Khofifah pelan saat melihat anaknya di teras rumah Dhita. "Waalaikumsalam. "Jawab Nada ceria saat menoleh pada arah suara ia terkejut dengan kehadiran ibunya. "Ibuk? Kok ibuk tau Nada ada di sini? " lanjut Nada setelah keterkejutannya. "Aku yang ngasih tahu ibumu Nad. "Sahut Dhita yang ada di samping Nada. "Kamu harus selesaikan semuanya dengan ibumu Nad supaya beban pikiranmu hilang. Aku tinggal kedalam ya Nad, Tante. " lanjut Dhita lalu beranjak pergi. "Makasih ya nak Dhita. "Ucap bu Khofifah tulus "Nada sayang maafin ibu ya nak. "Ujar bu Khofifah penuh penyesalan sambil menatap anaknya. "Iya buk salah Nada juga kok buk terlalu baper, seharusnya kan Nada mengutarakan semuanya pada ibuk." "Untuk ucapan ayahmu ndak usah dihiraukan nak meski dia seperti itu dia tetap ayahmu dan kamu masih punya banyak orang yang sayang sama kamu. Ada ibuk, sahabat 82 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra kamu, bibi dan pamanmu kita semua sayang sama kamu nak. "Ucap bu Khofifah penuh kasih sayang. "Iya buk Nada paham kok. Nada akan berusaha nggak akan terpuruk lagi seperti kemaren. Dan Nada akan berusaha ngebantuin ibuk untuk menyambung hidup agar hidup kita tenang. Dan ibuk juga harus janji nggak melampiaskan semuanya pada Nada ya buk! Ibuk bisa ceritakan semua pada Nada dan minta bantuan Nada." setelah mengucapkan uneg-unegnya tersebut Nada menjadi lega. Bu Khofifah mengangguk tanda menyetujui permintaan anaknya tersebut. Mereka lalu berpelukan dengan menunjukkan kasih sayang mereka kepada satu sama lain. Di dalam rumah Dhita yang mengintip interaksi ibu dan anak tersebut merasa senang dan bangga atas dirinya yang sudah bisa berhasil membantu sahabat tersayangnya itu. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 83 STAR GIRL Fitri Widya Wailandini 07.15 di sebuah sekolah menengah atas. “Kring...kring...kringg” tanda masuk jam pelajaran telah dimulai, lagi-lagi Devi terlambat masuk kelas dikarenakan harus membantu ibunya untuk berjualan. Untungnya satpam yang berjaga memaklumi dan membiarkannya masuk. “Selamat pagi anak-anak,” sapa salah satu guru yang bertugas mengajar. Hari ini jadwal pelajaran fisika yang terkenal dengan gurunya yang killer. “Pagi, Buk,” jawab semua murid. Dengan terburu-buru kelasnya. Devi berlari menuju “Tok-tok”, bunyi ketokan pintu mengalihkan “Ya, masuk”, jawab Ibu guru fisika tersebut. “Maaf bu saya terlambat, “dengan nada takut devi meminta ijin kepada guru fisika tersebut. Devi adalah anak yang pintar dan rajin, sopan santun dan selalu baik kepada semua guru serta 84 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra temannya, namun sering sekali mendapati terlambat untuk masuk kelas, akhirnya salah satu guru mencoba untuk mencari tahu dan alhasil menemukan penyebabnya. Salah satu guru yang mengetahui keadaan ekonomi keluarga Devi menceritakan kepada kepala sekolah untuk memberi keringanan ketika dimungkinkan adanya keterlambatan masuk sekolah sehingga semua guru telah paham dan memaklumi, tapi pada akhirnya ada beberapa guru yang tidak suka jika kelasnya terganggu, termasuk ibu guru mapel fisika ini. “Kamu lagi-lagi terlambat ya Dev, yasudah cepat masuk” jawab guru tersebut. “Buk, kok enak banget sii giliran yg lain pasti di hukum terlebih dulu, “timpal salah satu murid. “Iya bu, giliran saya aja telat masuk disuruh berjemur dulu, kok Devi enak banget sih buk, mentang-mentang anak pintar ya jadi disayang sama guru” sahut murid yang lainnya. “Huuuuuuuuuuuuu…. “sorak murid-murid dalam satu kelas tesebut. “Diam semua, tidak boleh ada yang berkomentar, kita akan mulai pelajaran, dan kamu Devi usahakan lain kali jangan terlambat lagi, jika ada terlambat lagi ibu tidak akan mentolerir lagi, paham?” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 85 “Iya paham Bu, terima kasih Bu” jawab Devi dengan nada menyesal, Jam istirahat pun berbunyi. seluruh anak-anak berhambur keluar untuk melakukan aktivitasnya masingmasing. “Eh anak pintar ngga ke kantin nih ?? kenapa gak punya duit yak, kasian hahahahhahha, “kata salah satu anak geng di kelas tersebut. “Bisanya cuman sok-sok an sii di depan guru, idih najis liat mukamu tau gak Dev” sahut yang lainnya “Kalian gabisa ya kalo ga gangguin Devi, sana deh urusin urusan kalian masing-masing” potong ani membela Devi. “Pergi dehh lo semua, gua lempar sapu ni” sambung Rio. “Apaan sii, gangguin aja, yuk gengs ga usah ladenin mereka berdua” sahut ketua geng itu dan berlalu pergi. Ani dan Rio adalah dua sahabat baik Devi, mereka selalu membantu Devi ketika ada salah satu atau banyak teman sekolahnya memojokkan atau membulinya, mereka selalu ada untuk devi dan tidak malu berteman dengannya, tanpa memandang strata mereka. 86 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Udah kamu ga usah hiraukan mereka Dev, yang sabar ya, “kata Ani menenangkan. “Iya kamu tau sendiri kan mereka emang gitu, ga ada baik-baiknya kalo ngomong. Jangan diambil hati ya kan ada kita” sahut Rio dengan gaya coolnya. “Makasih ya kalian, aku beruntung memiliki kalian.” Jawab Devi. Hari itu berlalu dengan normal seperti biasa, seluruh siswa-siswi belajar sesuai dengan jadwal masingmasing. Sore pun datang dengan cepat menunjukkan seolah mengisaratkan sudah waktunya pulang. Tak lama kemudian bel pulang sekolah telah berbunyi, pertanda pelajaran untuk hari ini telah usai. “Baik anak-anak. Sampai di sini pelajaran yang bapak berikan, sampai jumpa besok, selamat sore dan selamat berakhir pekan,“ kata guru mengakhiri kelas. “Sore Paaakkkk … terima kasih,“ sahut seluruh siswa sembari menyiapkan tas dan bukunya untuk segera pulang. Hari pun berganti, mentari yang terik menyambut akhir pekan yang menyenangkan, Devi yang tak pernah absen untuk membantu keluarganya berjualan keliling memulai aktivitasnya dengan rasa syukur. Tak dirasa hari Minggu ini berakhir dengan sangat cepat. Keesokan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 87 harinya devi bersiap-siap menuju sekolahnya lebih awal karena ada upacara hari senin, akhirnya diapun bias datang tidak terlambat hari itu. Upacara pun selesai, tibatiba ada beberapa anak yang menghampiri Devi dan teman-temannya. Menginjak kaki Devi dengan sengaja dari belakang secara tiba-tiba, “rasain lu, dasar miskin makanya sepatu ganti dong bulu gitu” ucap salah seorang anak yang menghampiri devi, “Woy, kasar lu ya, ….” Dengan spontan Ani membela sahabatnya itu, “Udah lah An, ga perlu diladenin, udah gua gapapa kok, udah biasa,” timpal Devi. “Hmmm Dev, yaudah kita ke kelas yuk, “ “Ayo...“ Beberapa menit kemudian bel masuk kelas sudah berbunyi, anak-anak pun mengikuti pelajaran dengan tertib. Selang beberapa jam, bel istirahat akhirnya pun menyusul. Di kelas yang hanya di huni oleh anak-anak unggulan tersebut ramai membicarakan lomba yang akan segera diikuti, termasuk Devi. Dia mengikuti lomba OSN mewakili sekolahnya dalam bidang matematika. Devi mempersiapkannya dengan belajar lebih giat lagi agar mampu membanggakan sekolahnya. 88 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Udah dong jangan belajar mulu, cepet tua ntar, yuk ah ke kantin” ajak Rio kepada dua sahabatnya itu. “Aku ga ikut deh ya aku mau belajar aja lagian aku udah bawa bekal nih,“ ucap Devi. “Gak gak, pokoknya kita bertiga ke kantin, yuk,“ gandeng Ani pada tangan Devi dan Rio. Pada saat yang sama ketika mererka bertiga telah menuju kantin salah satu anak di kelas mereka memulai aksinya mengerjai Devi, mereka merobek buku Devi. Salah satu anak yang menyaksikan berniat untuk memberi tahu Devi namun tidak berani. Akhirnya dia hanya diam saja. Devi pun kembali ke kelasnya dan spontan terkejud dengan apa yang dia lihat. Ya, buku catatan yang dibuatnya belajar untuk persiapan lomba telah rusak entah oleh siapa. Inginnya dia menangis namun ditahannya. Ani dan Rio yang merasa tidak terima langsung menanyai semua anak-anak di kelas tersebut, “Siapa yang ngelakuin ini!!!” teriak Ani dalam kelas tersebut. Satu ruangan tersebut hening tidak ada yang mengaku siapa yang melakukannya. “Jangann diem aja woi, kalo gak ngaku bakal gua aduin ke BK biar pada di hukum kalian semua” lanjut Rio. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 89 Beberapa anak di dalam kelas tersebut ada yang panik dan mulai menatap mereka bertiga. Ada yang hanya menunduk karena tidak tahu apa-apa. Ada pula yang sedari awal hanya mlengos tak peduli. “Udah ih Ani, Rio jangan, udah biarin aja semoga yang nglakuin ini cepet sadar,“ potong Devi. “Ga bisa gitu Dev, ini udah keterlaluan, sampe robek buku loh, ini kan buat persiapan lomba.” Jawab Ani “Udah ya plis, gua gamau timbul masalah lagi,“ sahut Devi. “Lu kalo kaya gini terus mereka yang bar-bar ga bakal kapok Dev, udah deh masalah ini lu serahinn ke kita berdua” ucap Rio. “Lagian kalian berdua ngapain sok-sok an siih, mau jadi pahlawan apa” potong salah satu anak dikelas itu. “Bukan mau jadi pahlawan, kalian tau gak ini buku punya guru yang dipinjamkan ke Devi, kok kalian tega sih, siapapun ini bakal aku aduin ke guru biar dihukum sepantasnya,” teriak Ani mengancam dalam satu kelas tersebut. Kebetulan Ani adalah ketua kelas di kelas tersebut, jadi untuk akses ke guru sangat mudah karena dia sangat kompeten dan bertanggung jawab. Dilain waktu sebelum 90 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra pulang sekolah tiba-tiba ada salah satu anak yang menjadi saksi perobekan buku tersebut mengadu kepada Ani karena merasa kasihan terhadap Devi. Dia memberi tahu Ani secara diam-diam karena takut ketahuan. Keesokan harinya anak yang merobel buku itu dipanggil oleh guru BK dan diberi hukuman. Devi yang baru saja tahu langsung menuju ruang BK tersebut dan berniat untuk mencegah hukuman tersebut. “Bu, maaf sebelumnya tapi saya mnta tolong masalah ini tidak pelru dibesarkan, gapapa Devi tidak marah sama sekali sama tasya atas kejadian ini,“ ucap Devi seraya merayu Guru BK. “Tidak bisa Dev, ini sudah keterlaluan, “ “Tolong bu, Devi yakin dia akan berubah dan Devi juga sudah memaafkan Tasya atas kejadian yang kemarin.” “Yasudah kalo itu memang mau kamu Dev,” jawab guru tersebut,” tapi ingat kalau ibu mendengar lagi kejadian yang seperti ini ibu akan benar-benar memberi hukuman untuk membuat jera, paham Tasya?” “Baik, paham Bu” Mereka berdua keluar dari ruang BK bersama, ada perasaan menyesal dari hati Tasya iapun segera meminta maaf dan mengakui kesalahanya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 91 “Makasih ya lo udah belain gua tadi, sorry kejadian yang kemaren gua gak bermaksud jahat” ucap Tasya malu. “Gapapa Tasya, Devi udah maafin lo kok, Devi ga marah atau dendam” jawab Devi “Baik banget sii lo Dev, sorry gua udah kerlaluan selama ini “ “Iya Devi maafin, yasudah ayo kita ke kelas” Akhirnya Tasya mengakui kesalahannya di depan kelasnya. Dia menyadari bahwa rasa benci nya kepada devi hanya karena dia iri dengan keadaan devi yang banyak disukai oleh anak-anak dikelasnya sehingga ia melakukan hal tersebut, namun sekarang dia sadar karena devi memang baik apa adanya, dia pun akhirnya berdai dengan dirinya sendiri. Devi pun sekarang menjadi lebih tenang dan bahagia karena tidak ada lagi yang membullynya dan semua berteman dengannya, pada akhirnya kisah indah yang dia idamkan selama ini terwujud. Dia memiliki banyak teman yang menyayanginya termasuk dua sahabat yang sangat disayanginya, yang selalu ada untuknya, untuk itu devi sangat bersyukur. 92 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra SEBUTIR TELUR Friska Alfianita Efendi Putri Di sebuah desa hidup dua orang anak yang bersahabat, Freya dan Rena. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku sekolah dasar. Sekarang mereka bersekolah di SMPN 1 Sedati. Freya berasal dari keluarga yang kaya. Ia memiliki rumah berlantai dua. Sedangkan Rena berasal dari keluarga yang kurang berkecukupan. Rumahnya sangat sederhana berbeda dengan rumah Freya. Ayah Freya adalah seorang pengusaha. Sedangkan Ayah Rena hanyalah seorang petani dan beliau memiliki beberapa ekor ayam yang nantinya telur ayam itu dijual untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Mereka sangat rukun dan hidup berdampingan. Mereka tidak pernah bertengkar sekalipun. Meskipun mereka hidup dari latar belakang keluarga yang berbeda. Mereka juga saling menyayangi satu sama lain. Hari ini adalah hari senin di mana seluruh siswa sekolah diwajibkan untuk mengikuti upacara bendera. Freya dan Rena sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Buku pelajaran untuk Hari Senin dan atribut untuk upacara sudah selesai mereka siapkan semalam. Pagi harinya mereka tidak perlu tergesa-gesa menyiapkannya lagi. Dan sarapan pun tidak pernah terlewatkan. Rutinitas Rena sebelum pergi ke sekolah yaitu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 93 menjemput Freya. Hampir setiap hari mereka berangkat bersama-sama karena jarak antara rumah mereka dan sekolah tidaklah jauh. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki saja. Dalam perjalanan, Freya bertanya kepada Rena "Ren, bagaimana tugas menggambarmu? Bagus tidak hasilnya? Susah sekali menggambarnya, punyakku kurang bagus", Rena menjawab "Iya fre, punyakku juga kurang bagus. Aku tidak terlalu suka menggambar". Selain upacara bendera, yang membuat mereka tidak suka Hari Senin adalah pelajaran menggambar. Mereka berdua mempunyai persamaan tidak suka menggambar, jadi tidak heran setiap Hari Senin mereka kurang bersemangat untuk bersekolah. Sesampainya di sekolah, mereka bergegas meletakkan tas dan pergi menuju lapangan sekolah untuk mengikuti upacara bendera. Bel istirahat berbunyi. Rena mengajak Freya pergi ke kantin untuk membeli beberapa makanan kecil dan minuman "Fre, ikut aku ke kantin yuk! Perutku sudah mulai lapar." "Yuk! Tapi aku hanya mengantarkanmu saja karena aku membawa bekal dari rumah." Mereka berjalan menuju kantin. Kantin sudah nampak ramai dan penuh. Freya terus berdiri di belakang Rena mengikuti Rena memilih makanan kecil dan minuman. "Sudah Ren? Mau beli apa lagi?" Tanya Freya. "Iya sudah Fre, ayo kita balik ke kelas!" Jawab Rena. Setelah sampai di kelas, Freya mengambil bekal yang dibawa dan 94 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra meletakkannya di atas meja. Dibukanya bekal itu dan Freya berkata dengan nada kecewa "Ah, kenapa ibu memasak ayam lagi!" Rena yang mendengarnya pun menjawab "Tidak apa-apa Fre, dimakan saja. Masih beruntung ibumu membawakanmu bekal untuk dimakan di jam istirahat". Akhirnya Freya memakan bekal itu dan Rena juga memakan makanan kecil yang ia beli tadi di kantin. Beberapa menit kemudian, bel masuk telah berbunyi. Mereka lekas membersihkan meja mereka dan mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya. Tepat pukul 13.00, bel berbunyi 3 kali. Bel tersebut yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa, begitupun Freya dan Rena. "Cukup sekian pelajaran hari ini ya anak-anak! Jangan lupa kerjakan tugas yang telah ibu berikan. Mari kita berdoa dulu sebelum pulang!" Ucap Bu Yani. "Iya bu", murid-murid menjawah dengan serentak. Iya, bel pelajaran telah usai dan waktunya mereka untuk pulang. Freya dan Rena membereskan buku pelajaran, buku tulis, dan alat tulis yang masih berada di atas meja. Mereka membereskannya dengan hati-hati agar tidak ada yang ketinggalan. Setelah itu mereka berdoa dan bersalaman dengan Bu Yani. Dalam perjalanan pulang, mereka telah sepakat untuk mengerjakan tugas di Rumah Freya pada pukul 18.00. "Ren, jangan lupa ya nanti ke rumah ku! Kita kerjakan bersama tugas dari Bu Yani", kata Freya. "Oke Fre, aku tidak akan lupa", jawab Rena. Mereka asyik mengobrol selama perjalanan pulang, juga diselingi dengan canda tawa. Hingga tak terasa Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 95 mereka telah sampai di depan rumah Freya. "Aku masuk rumah dulu ya, Ren. Hati-hati di jalan! Ingat, pukul 18.00 aku tunggu kamu di rumahku", ucap Freya. "Siap Fre, aku pasti datang dan tidak akan terlambat. Sampai jumpa!" Jawab Rena. Lalu ia terus berjalan menuju rumahnya. "Assalamualaikum. Bu, Freya sudah pulang", Freya masuk ke rumah dan bersalaman dengan ibunya. "Waalaikumsalam. Wah anak ibu yang cantik ini sudah sampai rumah. Gimana tadi belajarnya di sekolah? Bekal yang dibawakan ibu juga habis kan?" jawab Ibu sambil memeluk Freya. "Alhamdulillah, Freya bisa mengikuti semua pelajarannya bu. Iya bekalnya juga sudah Freya makan sampai habis. Tetapi kenapa ibu memasak ayam lagi?" Freya agak kesal. "Iya sayang, itu kan kesukaan kamu. Ibu juga memasaknya dengan resep yang berbeda", jawab ibu dengan lembut. "Ah sudah bu! aku mau ganti baju dulu. Setelah itu aku mau tidur karena nanti aku dan Rena akan mengerjakan tugas di sini", Freya menjawabnya dengan kesal. Ia berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia bergegas mengganti seragamnya dengan baju biasa kemudian berjalan menuju kamar mandi. Ia mencuci kak dan mencuci tangan. Kemudian ia bersiap untuk tidur siang. Rena melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia hanya melihat ketiga adiknya. 96 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Tidak ada kedua orang tuanya di rumah. Iya kedua orang tua Rena bekerja sebagai petani di sawah milik pak lurah. Mereka juga memiliki beberapa ayam di belakang rumah. Ayam tersebut bertelur dan telurnya dijual untuk menambah penghasilan keluarganya. Rena mengganti seragamnya dengan baju rumah, juga meletakkan tas dan sepatu pada tempatnya. Sepulang sekolah, ia selalu membuatkan makan siang untuk dirinya dan juga ketiga adiknya. Rena bergegas pergi ke dapur. Terdapat dua belas butir telur di dalam wadah baskom. Ia hanya mengambil satu butir telur saja. Itu sudah cukup dimakan untuk mereka berempat dan sisanya untuk dijual. Setelah selesai memasak, Rena menyiapkan peralatan makan untuk mereka berermpat. Satu telur tadi dibaginya menjadi empat bagian, satu bagian untuk dirinya, dan tiga bagian untuk masing-masing adiknya. Mereka makan dengan sangat lahap dan habis tak bersisa. Mereka tetap bersyukur masih bisa makan walaupun lauknya dibagi sama rata. Lalu Rena membereskan piring-piring, mencucinya, dan meletakkan pada tempatnya. Sekarang waktunya Rena untuk tidur siang karena ia sudah ada janji belajar bersama di Rumah Freya. Jam menunjukkan pukul 17.45, Rena segera menyiapkan buku lalu memasukkannya ke dalam tas. Tak lupa ia berpamitan kepada kedua orang tuanya, “Pak, Bu, Rena pergi ke Rumah Freya dulu ya! Kami mengerjakan tugas yang diberi oleh Bu Yani.” “Iya nak, hati-hati di jalan. Jangan pulang larut malam!” kata Bapak Rena. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 97 “Iya pak.” Rena pun berjalan menuju Rumah Freya. “Assalamualaikum, Fre.” Rena mengucapkan salam di depan Rumah Freya. “Waalaikumsalam, Ren. Ayo masuk! Aku sudah menunggumu dari tadi. Kita mengerjakan di kamarku saja ya.” Jawab Freya dengan senang. Mereka mengerjakan tugas hingga pukul 20.30. Rena berpamitan pulang ke Freya dan kedua orang tua Freya. Hari ini Freya tidak membawa bekal ke sekolah. Ia dan Rena membeli kue di kantin sekolah. Bel pulang berbunyi, Freya dan Rena sangat bersemangat untuk pulang. Seperti biasa, Freya sampai ke rumahnya terlebih dahulu. “Kok tidak salam, sayang? Cepat ganti bajumu! Ini ibu sudah siapkan makan siang”, sapa Ibu Freya. “Iya bu, hari ini ibu masak apa?” jawab Freya. “Ayam asam manis, ibu ambilkan ya?” “Kenapa ibu memasak ayam lagi? Freya bosan bu. Nanti saja Freya makannya!” jawab Freya dengan kesal. Ia berjalan menuju kamar. Mengganti bajunya lalu ia berpamitan kepada ibunya untuk pergi ke Rumah Rena. Ia malas di rumah karena ibunya selalu masak ayam. Agar tidak terus merasa kesal, ia bermain ke Rumah Rena. Setelah beberapa menit berjalan, ia sampai di Rumah Rena. Ternyata Rena sedang bermain bersama adik98 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra adiknya. Ia langsung masuk ke dalam Rumah Rena. Rena menyambutnya dengan senang. “Hai Fre, mari sini masuk! Ada apa siang-siang begini kamu ke sini? Biasanya jam segini kamu tidur siang.” Tanya Rena. “Iya Ren. Aku sedang malas saja di rumah.” Jawab Freya. “Yasudah di sini dulu saja. Aku mau menyiapkan makan siang, Fre. Sebentar ya! Kamu tunggu di sini saja bersama adik-adikku.” Freya hanya mengangguk. Ia bermain bersama adik-adik Rena, sedangkan Rena pergi ke dapur menyiapkan makan siang. Seperti biasa, ia mengambil telur di dalam wadah baskom. Dilihatnya telur itu hanya tersisa dua butir. Ia mengambilnya satu butir lalu digoreng. Setelah selesai menyiapkan makan siang, dipanggilah adik-adiknya satu persatu untuk mengambil piring mereka masing-masing. Mereka makan dengan lahapnya. Freya yang melihat keadaan tersebut, sangat terkejut. Ia masih tak percaya jika ternyata selama ini sahabatnya hidup seperti ini. Makan pun lauknya harus dibagi bersama adik-adiknya. Dengan cepat Freya berpamitan pada Rena untuk pulang. Ia terlihat terburu-buru. Melihat Freya seperti itu, Rena bertanya-tanya dalam hati ada apakah dengan sahabatnya itu. Apakah ada yang salah dengan dirinya, Rena tak tahu. Freya lari terburu-buru menuju rumahnya. Ia langsung membuka pagar dan pintu. Ia mencari ibunya Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 99 yang ternyata masih berada di dapur. Ia memeluk ibunya dan menangis. “Freya, kamu kenapa nak? Kenapa tiba-tiba menangis? Kamu habis terjatuh di jalan? Ada apa sayang?” Ibu Freya terkejut karena Freya datang dan langsung memeluknya sambil menangis. “Bu, maafkan Freya. Freya sempat kesal pada ibu. Freya juga sempat tidak mau makan karena lagi-lagi ibu memasak ayam. Freya minta maaf bu.” Jawab Freya dengan sesenggukkan. Ibunya mengelus rambut Freya, “iya sayang ibu sudah memaafkan. Tapi kenapa tiba-tiba kamu seperti ini? Coba ceritakan pada ibu!” Freya melepas pelukannya, dan berkata “tadi sewaktu Freya bermain di Rumah Rena, Freya melihat Rena dan adik-adiknya makan siang, bu. Mereka hanya makan dengan nasi dan satu butir telur. Tetapi satu butir telur itu, dibagi menjadi empat bagian supaya Rena dan adikadiknya bisa makan sama rata. Mereka juga memakannya dengan lahap. Freya terkejut melihatnya, bu.” Ibu Freya hanya tersenyum, dan berkata “Jadi begitu? Sekarang bagaimana perasaan Freya? Sudah tidak marah pada ibu kan? Freya harus tetap bersyukur ya, sayang.” “Iya bu. Freya janji tidak akan marah lagi pada ibu. Freya juga merasa sangat bersyukur. Terima kasih ya bu. Freya sayang ibu.” Freya memeluk ibunya kembali. 100 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Setelah itu, freya tidak pernah protes lagi jika ibunya memasak ayam. Dan ibunya selalu membawakan dua bekal, satu untuk Freya dan satu lagi untuk Rena. Rena merasa senang karena ia mempunyai sahabat yang baik hati dan mau menerima bagaimanapun keadaannya. Sedangkan Freya juga bersyukur bisa membuat Rena senang dan membantu sahabatnya itu. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 101 DI BALIK MATA INDIGO Indah Wahyu N Namaku Tiya, umurku 20 tahun. Aku anak ke 2 dari 3 bersaudara. Aku mempunyai ponakan yang bernama Fahri, dia adalah putra pertama dari kakaku dan masih berusia 2 tahun. Dia memanggilku dengan sebutan “Mbak”, karena aku nggak mau di panggil tante. Rumah Fahri di sidoarjo kota sedangkan aku tinggal di sebuah desa terpelosok. Tetapi kami tinggal bersama, karena Fahri tidak ada yang menjaga sedangkan orang tuanya bekerja di rumah sakit. Dia termasuk anak yang cerdas, dari usianya itu dia sudah bisa mengetahui warna, menghafal abjad, huruf hijaiyah, angka serta penjumlahan. Permainan yang dia sukai adalah ular tangga dan monopoli meskipun kadang dia bermain curang, namanya juga masih anak kecil. Pada sore itu aku bersepeda dengan Fahri, ada penggembala kambing di dekat rumahku, penggembala itu sedang memandikan kambing di sungai depan rumah kami. Kemudian Fahri melihat dan bertanya “mbak, itu apa?”, kemudian aku iseng dan bilang “itu hantu dek” namanya aku ganti hehe, jadi kalau melihat kambing dia menyebutnya hantu. Dan suatu malam, aku di tinggal orang rumah jalan-jalan. Disebelah rumah ada jalan untuk menuju ke kebun belakang. Jalan itu terlihat sangat gelap. 102 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Disaat aku sendirian di rumah, aku mendengar sebuat tawa ceria dari anak-anak kecil, aku yang mendengarnya mengabaikan itu, aku kira itu suara anak tetangga yang sedang bermain. Kebetulan tetanggaku kanan dan kiri mempunyai anak yang berusia 13 tahun. Disaat orang rumah datang aku bercerita yang aku alami kepada ibu, dan ibu berkata “tetangga kanan mudik ke Kediri mbak, tetangga kiri mudik ke mojokerto”. Akupun langsung kaget dan berkata “arrghhh sudahlah, sudah berlalu juga”. Akupun langsung bermain bersama Fahri di depan rumah. aku perlihatkan kepada Fahri jalan yang gelap itu dan berkata “dik, kamu tau itu apa? Itu dinamakan kambing” dengan iseng aku memperkenalkan hantu sebagai kambing dan menyebut kambing sebagai hantu heheh. Aku dan keluarga masih belum tau kalau Fahri bisa melihat hantu. Kakekku memang ada yang mempunyai kelebihan seperti itu, dan kami bertiga peka terhadap hal seperti itu namun tidak melihat begitu jelas. Beliau meninggal di usia 99 tahun. suatu ketika didepan rumahku ada pohon mangga yang besar dan tua. Disaat bermain pada malam hari tiba-tiba Fahri menunjuk ke pohon itu dan berkata “mbak-mbak ada kambing warna merah”. Aku langsung merinding dan masuk ke dalam rumah. akupun langsung membenarkan nama itu. “dik itu tadi bukan kambing, itu adalah hantu”, yang dilihatnya adalah kuntilanak. Dan keesokannya ada kambing yang mandi di depan rumah, aku mengajaknya melihat dan berkata “dik, ini dinamakan hewan kambing, bunyinya mbeeeekkkk” kemudian Fahri tertawa. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 103 Setiap hari, sekitar pukul 12.00-02.00 Wib di saat tengah malam Fahri selalau bangun, turun dari tempat tidur dan bermain sendirian. Sering tertawa dan berbicara sendirian. Kalau sudah bosan dia kembali tidur lagi, sementara bapak ibunya tertidur pulas. Suatu ketika orang tua Fahri curiga terhadap anaknya itu. Ibunya yang peka terhadap kehadiran makhluk tak kasat mata merasa ada yang aneh dengan anaknya. Kemudian dia datang ke rumah saudara kami yang memiliki kelebihan seperti kakek kami. Ia berkata Fahri mempunyai teman wanita. Tempat makhluk itu dahulu di rumah kami, tetapi sudah di pindah oleh kakek kami. Dan setelah Fahri lahir dia kembali lagi ke rumah kami. Anak yang baru lahir itu seperti wadah yang kosong. Jika di isi dengan keburukan dia akan menjadi nakal. Jika di isi dengan kebaikan, ia akan menjadi baik. Maka dari itu orang tuanya khawatir dan memakaikan jimat, agar makluk itu tidak bisa mendekati Fahri. Namun jika memang dia mempunyai kelebihan sejak lahir, suatu hari kelebihan itu bisa kembali lagi. Fahri sekarang sudah berusia 4 tahun. 104 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra MEMINANGKU Lailatul Fadilah Pada tanggal 13 maret 2018, awalnya saya kenal dia melalui sebuah aplikasi akhirnya saya kenal sama dia, saya kenal dia seminggu dia mengajak ku bertemu dan dia ingin engantarku ke kampus saat itu di kampus ada ektrakulikuler dia mengantarku ke kampus dia juga tidak ingin pulang sehabis mengantarku ke kampus dia ingin menunggu saya sampai selesai dan dia mengantarku pulang lagi. Di perjalanan pulang dia mau bilang sesuatu dan saya pun menjawab “mau bilang apa?” lalu dia bilang kalau saya mau gak menjadi kekasihnya. Saya hanya bisa diam dan gak tau mau bilang apa dan akhirnya sesampai di rumah dia menginginku untuk menjawab nya dan saya menjawab “bissmillahirohmanirohim iya mas aku mau “. Dengan berjalan nya waktu sampai tanggal 10 Januari 2019 dia mengasih kabar kesaya kalau dia mau main ke rumah ku dan ingin bertemu kedua orang tua ku saya bilang ke dia “mau ngapain mas” dia sangat sangat merahasiakan nya sesampai nya di rumah saya sangat kaget dia memakai pakaian rapi datang ke rumah, setelah itu dia saya persilakan masuk dan saya pun segera memanggil kedua orang tua saya. Dia mulai mau mengatakan sesuatu kepada kedua orang tua saya, kedua orang tua saya bertanya “ada apa mas, apa ada yang di Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 105 omongin” akhirnya dia mulai berbicara kepada kedua orang tua saya bahwasannya dia ke rumah mau bermaksud minta ijin untuk memenangku, lalu saya di tanyain sama ayah “nak apa kamu mau menerima permintaan dia” saya pun menjawab dengan bissmillah insya allah saya siap yah. Dia dengan rasa bahagia dia mengucapkan “alhamdulillah”. Lalu dia bilang ke orang tua saya “insyaallah tanggal 20 Januari 2019 keluarga saya ke sini yah buk“ dia rencana sekalian lamaran. Pada waktu nya tanggal 20 Januari saya merasa senang banget sampai sampai saya pun menangis pada pukul 18.30 keluarga dari dia pun datang saya tambah gak tau gimana rasa nya antara senang atau sedih benar benar rasa nya campur aduk, banyak sekali yang ikut buat ngelamar aku dan alhamdulillah acara pun bisa berjalan dengan lancar meskipun terhalang hujan tetapi acara masih tetap di laksanakan. Meliat keluarga nya berada di rumah saya sangat bahagia sangat senang, syukur alhamdulillah saya mau menjadi bagian hidupnya dia. Dan akhirnya pada tanggal 13 maret 2020 saya menikah dengan dia. Dia adalah seseorang yang istimewa buat saya. Love You Suamiku. 106 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra DI BAWAH NAUNGAN ISLAM Linda Dwi N Perkenalkan nama saya Linda Dwi Novianti, sekarang saya berumur 23 tahun. Saya tinggal di Bluru Sidoarjo bersama kedua orang tua saya dan berstatus agama muslim, kali ini saya mempunyai teman dekat yang bernama Kevin yang bertempat tinggal di Candi Sidoarjo. Kebutulan dia berstatus agama non muslim, kami berkenalan melalui satu universitas yang sama di Surabaya. Saya dan dia sudah kenal baik hingga 2 tahun yang lalu, meskipun berbeda agama kami tetap menghargai agama satu sama lain, Akhirnya saya dan Kevin mempunyai hubungan yang agak serius untuk melanjutkan ke hubungan yang lebih serius dan kami juga sudah merencanakan untuk menikah. Pada hari senin tanggal 2 Februari 2020 pukul 08.00 pagi Kevin menghubungi saya lewat sosial media yaitu WhatsApp dan dia ingin mengajak saya bertemu di kampus dan ada hal yang ingin dibicarakan. “Hai Linda” kata Kevin. “iya mas” kataku. “Hari ini kamu ke kampus kan? dan ada jam perkuliahan kan?” kata Kevin. “Iya mas, aku hari ini ke kampus dan ada perkulihan, ada apa mas?” kataku. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 107 “Ini saya ingin ketemu dan ada hal yang ingin saya bicarakan ke kamu” kata Kevin. “Iya mas, jam berapa?” kataku. “Kamu selesai kuliah jam berapa?” kata Kevin “Pukul 01:00 mas” kataku “Ya sudah nanti pukul 02:00 siang kita ketemuan di taman wolu belakang masjid ya” kata kevin “iya mas” kataku Sesudah kami berdua berkomunikasi lewat media sosial WhatsApp, dan jam sudah menunjukkan pukul 08.30 saya pun bersiap-siap untuk berangkat ke kampus dan saat saya sudah melakukan jam perkuliahan, saya pun selesai perkuliahan pukul 01:00 siang dan saya mulai mencoba menghubungi Kevin untuk pertemuan yang katanya ada hal yang ingin dibicarakan. “Mas ada Di mana?” kataku (menghungi Kevin melalui WhatsApp). “Iya dek, ini aku lagi di kantin.. gimana sudah selesai perkuliahannya?” kata Kevin “Iya sudah, gimana jadi ketemuan kah?” kataku “Iya jadi dek, aku otw ke taman sekarang ya” kata Kevin “Iya mas, aku juga otw ke taman” kataku. Tidak lama kemudian saya dan Kevin sudah bertemu di taman sehingga kita berdua mulai membicarakan yang katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan lalu saat sudah bertemu kami langsung berbincang-bingcang. “Sudah menunggu dari tadi mas?” kataku “Ya, lumayan dek, gimana kuliahnya tadi dek?” kata Kevin. 108 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Alhamdulillah berjalan dengan lancar mas” kataku “Syukur deh kalau gitu” kata Kevin. “Oh ya katanya ada yang ingin dibicarakan mas?” kataku “Iya dek ini aku bicara mengenai hubungan kita” kata Kevin. “Iya mas, ada apa dengan hubungan kita?” kata Kevin “Kita kan sudah kenal 2 tahun dan aku pun selama kuliah ini juga sambi bekerja dan aku rasa aku ingin mencoba untuk menjalin hubungan yang serius lagi, dan aku ingin secepatnya kita untuk menikah” kata Kevin “Tapi kan kita masih sama-sama kuliah mas dan aku juga belum sempat untuk memikirkan sampai sana” kataku “Tapi kamu sayang kan dek sama aku” kata Kevin “Aku sayang mas sama kamu, kita juga sudah kenal baik sampai 2 tahun ini” kataku. “Lalu kenapa kamu gak ingin lebih cepat untuk menikah denganku?” kata Kevin. “Bukannya begitu mas, aku masih ragu dengan hubungan kita, kamu sendiri kan non muslim dan kamu juga belum kenal sama keluagaku mas” kataku. “Yaudah biar kamu bisa lebih yakin lagi sama aku dan aku ingin secepatnya bertemu dengan orang tua kamu untuk menanyakan ini semua” kata Kevin. “Ya sudah jika kemauan kamu kayak gitu mas, aku juga belum tau gimana menurut orang tua aku mengenai hubungan kita ini” kataku. “Jika menurut kamu gimana dek, kamu mau kan jika kita secepatnya untuk menikah denganku” kata Kevin. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 109 “Iya mas aku mau, aku juga sudah nyaman denganmu, tapi aku gak tau gimana jika menurut orang tuaku, karena permasalahannya kita juga berbeda agama” kataku “Iya sudah kapan aku bisa ke rumah kamu dan ingin membicaran ini semua dengan orang tua kamu?” kata Kevin “Iya mas, besok minggu aja tidak apa kebetulan orang tua aku ada di rumah kalau hari minggu” kataku “Ya sudah, besok minggu aku ke rumah kamu, dan semoga orang tua kamu setuju juga mengenai hubungan kita untuk ke jenjang yang lebih serius” kata Kevin “Iya mas, amiiin” kataku Sesudah kita berdua ketemu dan membicarakan mengenai hubungan yang lebih serius, kita berdua juga sepakat untuk mencoba menemui orang tuaku untuk membicarakan hal ini. Tidak lama kemudian pada hari minggu pukul 07.00 pagi. Kevin mencoba menghubungiku melalui WhatsApp untuk memberi kabar jika Kevin mau berangkat dan menemui kedua orang tuaku di rumah. “kriiing......?” (bunyi telepon) “kriiing......?” (bunyi telepon) “kriiing......?” (bunyi telepon) “Haloo… Iya mas?” kataku “Kamu ada di rumah kan?” kata Kevin “Iya, aku ada di rumah” kataku “kedua orang tua kamu juga ada di rumah kan?” kata Kevin “Iya mas, apa kamu jadi ke sini mas? karna kemarin aku juga sudah bilang ke kedua orang tua ku kalau akan ada 110 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra teman dekat ku yang ingin bertamu ke sini dan ingin menemui bapak dan ibu ” kataku “iya dek, aku jadi kesana, ini aku juga ingin berangkat dan membelikan oleh-oleh untuk orang tuamu” kata Kevin “Iya mas, hati-hati ya jika mau berangkat ke sini” kataku “iya dek, yaudah aku berangkat dulu ya” kata Kevin “iya mas” kataku Sesudah mereka berdua bertelepon dan memberi kabar jika Kevin mau pergi ke rumahku untuk menemui kedua orang tuaku. Pukul 09.00 pagi Kevin sampai ke rumah ku. lalu saat Kevin mengetuk pintu, kebetulan sudah di bukakan dan di sambut oleh ibuku. “Pagi bu” kata Kevin (sambil memberikan oleh-oleh) “Pagi juga nak, terimakasih.. siapa ya?” kata ibuku (sambil menerima oleh-oleh) “Ini saya temannya Linda bu, apakah Lindanya ada bu?” kata Kevin “Iya ada, biar ibu panggilkan dulu ya, silakan masuk dan duduk dulu nak” kata ibuku “Iya bu, terimakasih” kata Kevin Saat Kevin sudah di sambut oleh ibuku dan Kevin pun masuk dan duduk di ruang tamu dengan melihat lukisanlukisan yang ada di sekitar dinding ruang tamuku, tidak lama kemudian saya pun keluar dari kamar dan berjalan untuk menghampiri Kevin. “Loh.. sudah sampai dari tadi mas?” kataku “Barusan sampai kok dek” kata Kevin “Gimana tadi di jalan macet atau nggak mas” kata Linda Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 111 “Nggak kok dek, lancer-lancar saja.. oh ya gimana dek bapak dan ibu kamu?” kata Kevin “Alhamdulillah.. Oh ya… sebentar ya mas biar saya panggilkan, silakan sama diminum dulu mas minumannya” kata Linda (sambil memberi segelas air putih) “Iya dek, terimakasih” Sambil menunggu Kevin melihat jam yang ada di dinding, “betapa uniknya jarum jam itu berjalan melingkar dengan sendirinya,“ batinnya. Tidak lama kemudian saya pun mulai berjalan dan menghampiri Kevin bersama kedua orang tuaku. “Pagi pak” sapa Kevin (dengan berjabat tangan) “iya pagi nak, ini toh temannya Linda yang katanya ingin bertamu ke rumah” kata ayahku “Hehehe iya pak” kata Kevin “Teman satu kampus sama Linda ya nak?” kata ayahku “Iya pak” kata Kevin “Ohh.. iya nak kemarin Linda sudah bicara dengan saya dan ibu katanya mau ada temannya yang ingin bertamu dan katanya ada hal yang ingin dibicarakan, apa betul?” kata ayahku” “Iya pak betul sekali. Jadi begini saya dan Linda kan sudah berteman dekat dan saya rasa sudah lama untuk berteman baik dengannya dan ini saya ingin meminta izin untuk menjalin hubungan yang lebih serius lagi dengan Linda dan jika di perbolehkan secepatnya saya juga ingin untuk melamar Linda pak” kata Kevin (dengan nada tegas dan lantang untuk mengungkap perasaannya) 112 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Tapi anak saya masih kuliah dan saya juga belum tau betul mengenai status nak Kevin” kata ayahku (dengan perasaan kaget ketika mendengar berita seperti itu) “Iya pak, mungkin saat kali ini saya siap untuk menunggu hingga Linda lulus kuliah, karena saya juga kebetulan satu angkatan dengan Linda dan mungkin dengan adanya bertamu seperti ini saya akan semakin yakin untuk kedepannya agar hubungan ini juga lebih jelas lagi dalam ke jenjang selanjutnya” kata Kevin “Emang rumah nak Kevin di mana?” kata ayahku “Rumah saya di Candi Sidoarjo pak” kata Kevin “Ohh iya nak, bukannya saya tidak merestui hubungan kalian dan ini semua juga tergantung dari Linda nya gimana dan seharusnya bagaimana.. kan ini semua yang menjalani hubungan Linda dan sehabis lulus kuliah dia juga harus bekerja dulu yang mapan baru memikirkan ini semua” kata ayahku “Iya pak, kebetulan selama saya kuliah ini saya juga menyambi dengan bekerja di pabrik sepatu boots yang berada di Krian Sidoarjo pak, dan saya rasa sudah waktunya untuk secepatnya membicarakan ini semua karena saya sama Linda juga sudah lama kenal baik” kata Kevin (dengan rasa tegas untuk meyakinkan ayahku) “Gimana Linda? Apakah kamu mau untuk menerima permintaan nak Kevin?” kata ayahku (menanyakan kepadaku) “Iya pak saya mau, karena saya juga tau kalau mas Kevin orangnya baik, bekerja keras, dan juga sepertinya bertanggung jawab. Tapi pak emm….?” kataku (tidak Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 113 melanjutkan pembicaraan dan dengan rasa bimbang atas penjelasanku kepada ayah) “Tapi kenapa?” kata ayahku “Mas Kevin berstatus non muslim pak apakah bapak mau untuk menerimanya juga?” kataku Suasana pun mulai hening seketika selama terdengar pembicaraan seperti itu, dan hanya ada suara jam dinding yang berjalan hingga menghiasi keheningan suasana saat memulai berdiskusi mengenai pembicaraan yang cukup begitu serius. ”Apakah benar nak kamu bukan non muslim” kata ayahku (dengan perasaan yang begitu kaget dan mengejutkan) “Iya pak kebetulan saya non muslim dan agama saya katolik, apakah ada yang salah dengan adanya status agama saya pak?” kata Kevin “Bukannya begitu nak tapi jujur saya merasa sangat berat untuk menerimanya jika realitanya seperti itu” kata ayahku “Lalu bagaimana pak apa saya sangat bersalah jika saya tidak se agama dengan Linda?” kata Kevin “Jadi gini nak keluaga kami sudah dikenal baik di masyarakat sekitar tentang agamis islami kami dan semua agama memang tidak ada yang salah karena semua samasama mengajarkan tentang kebenaran, jadi jika realitanya seperti itu saya pribadi masih berat dan sulit untuk menerimanya sebuah kenyataan ini, dan mungkin ada satu hal yang nak Kevin tau untuk kepastiannya dalam menerima atau menyetujui hubungan kalian berdua ini” 114 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra kata ayahku (dengan rasa tegas menjelaskan kepada Kevin) “Apa pak?” Tegasnya Kevin “Mungkin saya bisa menerima kamu jika kamu mau mengikuti adat kami dan kamu mau menjadi mu’alaf, ya memang ini sangat berat untuk kamu tapi ini salah satu alasan pribadi saya menjadi orang tua Linda untuk merestui suatu hubungan kalian berdua” kata ayahku “Untuk mengenai keseriusan hubungan dengan Linda saya sangat benar-benar serius pak dan saya juga sudah merasa nyaman berada di dekat Linda, akan tetapi jika mengenai agama ini saya masih belum menyakinkan untuk dapat melanjutkan suatu hubungan ini karena ini juga menyangkut agama dan keyakinan saya juga dan ini hal yang sangat berat untuk saya, jikalau begitu akan saya diskusikan kepada semua keluarga saya” kata Kevin (dengan nada penjelasan yang begitu tidak menyangka dengan adanya realita yang dialaminya kali ini) “Iya nak, lebih baik nak Kevin diskusikan permasalahan ini aja dulu kepada keluarga nak kevin, jika memang benar-benar ingin melanjutkan suatu hubungan. Karena ini juga sangat berat untuk kita jalani sama-sama jika realitanya seperti itu” kata ayahku. “Iya pak saya juga paham kok mengenai adanya kondisi seperti ini” kata Kevin “iya nak” kata ayahku “Silakan diminum dulu nak dan dimakan dulu makanannya yang seadanya ya nak” kata ayahku (sambil menawarkan minuman dan makanan yang ada di meja ruang tamu) Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 115 “iya pak” kata Kevin (dengan wajah tersenyum) Suasana yang tadinya begitu hening dan seakan seperti berada di meja rapat atau tempat diskusi yang begitu serius kini sudah dapat di kembalikan seperti suasana yang begitu syahdu dengan adanya bunyi jam yang berada di dinding ruang tamu dan juga terdengarnya suara qiroah yang akan melantunkan adzan dhuhur yang ada di masjid sekitar rumahku dan kini dapat disimpulkan jika suatu perbedaan agama adalah salah satu alasan yang penting untuk menjalin suatu hubungan dengan rasa kasih sayang yang sudah dijalani selama 2 tahun ini. 116 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra SAYAP YANG PATAH Masyatul Rohmatin Perkenalkan terlebih dahulu nama saya Maysatul Rohmatin biasa dipanggil Maysa, 5 Mei 1998 saya dilahirkan oleh seorang malaikat yang cantik berhati mulia dialah ibu saya, 9 bulan saya di dalam rahimnya, saya adalah anak terakhir dari 6 bersaudara sayalah salah satu anak perempuan, perjuangan orang tua untuk anakanaknya tidaklah muda seorang ayah yang berjuang dari pagi hingga sore entah itu panas atau hujan apapun itu keadaannya dia tetap menerjang mengais rezeki untuk membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya. 14 tahun saya menjadi seorang pelajar, pada suatu hari ketika saya lulus SMA ibu bilang kepada saya “Ibu ingin punya anak seorang guru” pada waktu pendaftaran kuliah ibu selalu menyuruh saya untuk mengambil program studi pendidikan karena semua kakak saya seorang pelayar. Juli 2016, pengumuman tes seleksi Universitas PGRI Adi Buana saya dinyatakan diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, orang yang pertama kali saya beri kabar yaitu ibu. Seorang yang sangat menginginkan anaknya menjadi seorang guru, hari demi hari kujalani di Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 117 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 2 semester kujalani dengan hati yang senang dan bahagia karena menemukan sahabat yang sangat baik. Menginjak semester 3 saya berkenalan dengan seorang laki-laki yang sangat baik hati dari Universitas sebelah, sebelumnya dia adalah kakak kelas waktu saya duduk di bangku SMA, Fathul Arifin namanya. Saya pun bercerita kepada ibu saya tentang kedekatan saya dengan seorang laki-laki tersebut, pada suatu hari dia mengantarkan saya pulang dari Surabaya di situ Ibu sudah merestui hubungan saya dengan seorang laki-laki tersebut, dia laki-laki yang baik sopan dan apa adanya. Hari demi hari saya lalui pada awal tahun 2019 tepatnya saya liburan semester, ibu menyuruh saya untuk berkunjung di keponakan ibu yang tinggal di Makassar, pada waktu itu Ibu sedang sakit namun tidak begitu parah, ibu masih bisa beraktifitas seperti biasa. Sepulang saya dari Makassar Ibu mengeluh karena sakitnya mulai terasa, 3 hari setelah saya pulang dari Makassar saya mengantarkan ibu untuk periksa ke rumah sakit Semen Gresik, dokter pun menyarankan Ibu harus operasi dan masih belum diketahui jelas penyakitnya apa yang dikeluhkan ibu tapi dokter menyarankan operasi. 19 Maret 2019 Ibu saya operasi dan pada saat itu saya sedang ujian tengah semester, sepulang ujian saya langsung menuju rumah sakit, padahal jarak kampus dengan rumah sakit itu sangat jauh, Ibu bilang kepada saya “nggak usah pulang sudah ada kakakmu dan 118 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Ayahmu yang menunggu ibu”. Tetapi saya ingin melihat kondisi dan keadaan ibu, pukul 4 sore saya berangkat dari kampus menuju rumah sakit dengan keadaan hujan yang cukup deras, saya tak memperdulikan semua itu saya cuma ingin melihat kondisi dan keadaan ibu setelah operasi. Sesampai di rumah sakit Ibu berkata padaku “Tidurlah di rumah saja, di sini sudah ada ayah dan kakakmu, besok kamu juga kembali ke Surabaya pagi”. Pukul 8 malam saya pulang untuk tidur di rumah dan jam 5 pagi saya kembali ke Surabaya, tak lupa saya berpamitan kepada ibu di rumah sakit. 20 Maret 2019 pukul 9 pagi Ibu pulang ke rumah dengan keadaan yang sehat tanpa keluhan sakit apapun. 22 Maret 2019 tepatnya hari Jumat saya kembali ke Surabaya untuk mengikuti kegiatan ekstra Pramuka, saya menelepon Ibu kalau saya tidak pulang ke rumah tetapi tidur dikos karena besok juga ada ekstra senam, ibu bilang kepada saya “Pulang saja nggak usah nginep di kos besok antarkan ibu check up di rumah sakit” saya menuruti apa yang dikatakan ibu, pada saat itu aku langsung ke rumah sakit untuk mengambil nomor antrian untuk check-up ibu, sampai di rumah saudara-saudaraku masih berkumpul untuk menjenguk ibu pukul 9 malam ibu memanggilku dan berkata “Sudah malam tidur di sini sama ibu”, saya pun langsung ke kamar ibu dan tidur bersama ibu tepat, pukul 1 malam ibu membangunkanku aku dan berkata kepadaku “Kamu adalah anak satu-satunya perempuan jagalah ayahmu bahagiakan ayahmu Jadilah orang yang berguna dan jadilah guru yang amanah tetaplah setia Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 119 kepada seorang laki-laki yang membersamaimu saat ini, ibu sudah merestuinya karena dialah laki-laki yang baik yang bisa menjagamu yang bisa yang bisa menjagamu dan juga bisa mendidikmu”. Kata-kata ibu itulah yang saya ingat sampai detik ini dan sampai selamanya. Pada tanggal 23 Maret 2019, tepatnya waktu sholat subuh ibu pun membangunkan saya dan saya mengantarkan ibu kekamar mandi untuk wudhu dan sholat, pada waktu itu ibu di dalam kamar mandi dan saya mengajak bicara ibu yang awalnya menjawab pertanyaan saya dan sekitar 1 menit tidak saya ajak bicara kemudian saya ajak bicara lagi tetapi ibu tidak ada suara dan jawaban sampai aku berteriak “ibu.......ibu........” kemudian saya buka pintu kamar mandi ternyata badan ibu sudah lemah tak berdaya,” saya berteriak memanggil kakak saya kemudian kakak saya berlari-lari menghampiri saya dan ibu. Anehnya ibu tidak terpeleset atau terjatuh seketika lemas tidak sadarkan diri. Aku dan kakak bergegas untuk membawa ibu ke rumah sakit pada waktu itu ayah sedang sholat berjamaah di Masjid, ayah pun tidak tahu kalau ibu dibawa ke rumah sakit, sesampai di rumah ayah diberitahu oleh kakak ipar saya bahwa ibu dibawah ke rumah sakit ayah pun terkejut dan langsung bergegas ke rumah sakit, pada saat itu ibu sudah tidak sadarkan diri. Aku tak pernah mengira dan tak pernah menyangka bahwa ibu akan meninggalkan saya, ibu juga sempat melihat ayah, setelah melihat ayah ibu pun langsung menutup matanya dan meninggalkan semua yang ada 120 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra didunia dalam keadaan aku masih membutuhkan seorang ibu. Tepat pada tanggal 23 Maret 2019 Ibu meninggalkan saya untuk selama-lamanya, tidak pernah saya sangka dan kubayangkan seorang ibu meninggalkan saya ya pada saat saya masih membutuhkan seorang ibu, saat Ibu pergi meninggalkan saya, saya tak sadarkan diri sampai malam hari, bahkan ibu dimakamkan saja aku tidak tahu karena sedih dan belum siap untuk kehilangan seorang ibu, pada saat itu saya akan melaksanakan ujian magang 2 yaitu micro teaching rasa sedih gelisah tak bersemangat ada pada diri saya, namun ayah selalu memberiku semangat dan berkata “Ingatlah apa yang diinginkan ibu untukmu jadilah guru yang amanah tetaplah bersemangat kamu pasti bisa”. Setiap aku mendengar kata ayah seperti itu aku seketika bangkit kembali karena ada ayah yang masih bisa melihat saya menjadi guru kelak walaupun semua ini keinginan ibu. Hari-hari saya jalani tanpa seorang ibu, hanya saya dan seorang ayah yang ada di rumah karena kakak saya sudah mempunyai keluarga sendiri dan rumah sendiri. Ayah selalu mengingatkan apa yang ibu katakan kepada saya, terkadang saya sangat sedih harus kehilangan seorang ibu padahal dari dahulu ibu yang menginginkan saya menjadi seorang guru, tetapi kenapa ibu meninggalkan semua saat saya akan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Saya tidak pernah membayangkan betapa sedihnya diri ini wisuda tanpa seorang ibu, hari- Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 121 hari yang kujalani tanpa seorang ibu sangatlah berat tidak ada tempat curhat ternyaman selain ibu, yang memberikan saya saran, masukan, dorongan semangat dan lainnya yang membuat saya bangkit dari keterpurukan. Bagiku ibu adalah sayapku. Waktu terus berjalan maju kehilangan semakin terasa, tidak ada seorang ibu adalah masalah terbesar dalam hidup saya, terkadang saya iri kepada teman-teman yang seumuran dengan saya tapi masih bisa bermanja dengan seorang ibu sedangkan saya harus mandiri tanpa ibu, saya harus berdiri kokoh untuk mewujudkan apa yang diinginkan ibu dan saya harus bisa menjadi guru yang amanah dan berguna. Pada suatu hari tepat hari Minggu tanggal 2 bulan Februari 2020, seorang laki-laki yang ibu katakan sewaktu sebelum meninggal yang membersamai aku sampai saat ini datang ke rumah dengan keluarganya untuk melamar saya, pada saat itu aku sudah menyelesaikan sidang skripsi, dan di hari itu juga saya pembekalan KKN di kampus pagi hingga sore dan langsung pulang ke rumah, memang sudah dipersiapkan sejak 1 bulan lalu tetapi saat itu saya tidak ada istirahat sama sekali, malam hari keluarga mas Ari datang ke rumah, pada saat itu antara bahagia dan sedih menjadi satu. Saya sangat sedih karena saat seorang laki-laki melamar saya tanpa adanya ibu di samping saya dan mendampingisaya. Saya pun sempat menangis dan bersedih apa saat hari bahagia saya tanpa adanya ibu, seperti sayap saya telah patah. 122 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra HEALING Mita Fatmawati Ting... ponselku berbunyi tanda notif WhatsApp, baru kulihat hanya dari notif dan kubaca dalam hati (Bangsat) nama kontak pacarku. Isi pesannya pun hanya “Haii” setelah satu minggu belakang ini tidak memberi kabar. Itu sudah sangat biasa bagiku, kami menjalin hubungan hampir dua tahun. Long Distance Relationship, seperti kata orang hubungan hanya awalnya yang manis setelah 6 bulan atau satu tahun semuanya akan seperti biasa bahkan bisa jadi hambar. Mungkin itu juga yang terjadi antara aku dan dia. Dua jam kemudian baru kubalas “iyaaa? Kenapa?” (a nya sengaja dibanyakin biar gak kelihatan cuek). “Akhir tahun, udah ada rencana belom?” tanya nya. “belom sih, paling juga pulang ke gresik.” Iya, di sini kami sama-sama asli gresik, aku dari kecamatan bungah (gresik utara) sedangkan dia kecamatan balongpanggang (gresik selatan). Dia lulusan SMK listrik dan kebetulan diterima di BUMN PLN bagian Transmisi. Dia ditempatkan di bagian trasmisi APP Malang sedangkan aku kuliah di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya (anwy ini tugas UTS online ketika pandemi COVID-19). Awal aku mengenalnya dari teman smp ku yang juga satu SMK dengan dia, dan kita kenal ketika aku semester 2 menuju 3 (bisa dibilang peralihan sih ya). Semester 3 aku mulai menjalin Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 123 hubungan dengannya, semua baik-baik saja seperti pada umumnya. Kami nonton, jalan-jalan, hangout, makan, itu yang kami lakukan setiap dua minggu sekali saat weekend karena malang-surabaya sebenarya dekat cuma macetnya jalanan malang-surabaya dan sebaliknya yang sering membuat begah. Dia pun membalas “Q time yuk, dah lama engga. Aku kangen nih. Bangetttt.” Iya, dan akhirnya aku pun mau. Auto aku kontak temanku Suci yang kuliah dimalang, aku mau ijin menginap ditempatnya ketika akhir tahun dan Suci pun memperbolehkan. Iya kalau kami q time di malang aku sering sekali menginap ditempat teman-temanku yang kuliah disana selain suci karena memang banyak, hehe… maklumlah mahasiswa mana mampu menginap di hotel atau penginapan lain meskipun yang murah lebih baik uangnya disimpan. “tapi aku ndak bisa jemput kamu, kamu naik kereta aja ya? Aku pesenin tiket kereta atau aku transfer buat tiket kereta? Gimana? Gapapa kan?” Akhirnya aku pun meng iyakan dan dia mentransfer uang untuk membeli tiket kereta PP Surabaya-Malang. Lalu aku membeli tiket melalui aplikasi KAI Access. Paginya dia menanyakan pukul berapa keretaku berangkat dari stasiun Waru dan pukul berapa sampai di stasiun Malang, chatting intensif selalu kita lakukan ketika akn bertemu dan sesudah bertemu sampai dua atau tiga hari dan setelah itu kami hanya berkabar sesempatnya. Siang harinya aku bersiap-siap, maklum lah cewek pasti ribet dong kalau mau nginep ditempat orang lain yah meskipun teman sendiri seenggaknya jangan 124 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra sampai merepotkan lah. Aku menyiapkan baju ganti dan baju tidur serta peralatan mandi dan makeup (ini paling wajib buat cewek). Aku berangkat ke stasiun pukul 11.20 dan keretaku datang pukul 11.37, tiap kali aku selalu datang awal karena tidak ingin tertingal kereta meskupun jarak stasiun dan kos tidak begitu jauh. Aku membeli camilan dan minuman untuk dimakan dikereta karena waktu perjalanan dikereta merupakan jam-jam makan siang. Setelahnya aku smapai di stasiun Malang pukul 14.41 dan ini hari senin, untung saja tidak seperti biasanya aku harus menunggu sampai dia pulang kerja pukul 16.00 karena ini harpitnas yang termasuk cuti bersama tahun baru. Diluar stasiun dia sudah menunggu dengan melemparkan senyum manisnya (iyaaaaa memang dia manis, kadang itu yang membuatku gak bisa marah lama-lama) dan akupun melempar senyum kembali seperti sudah lama tidak bertemu, karena hampir 2 bulan kami sibuk dengan urusan masing-masing. Diapun mengajakku makan, dan setelah makan dia tidak lupa membelikanku ice cream (hahaa yawlaaa andaikan kita ga jauh, pasti sering-sering begini mungkin yaa (’:…). Akhirnya sampai di kosnya dia, kosnya itu rumah dan ada ibu kosnya. Ibu kosnya pun hafal denganku dan baikkk sekali orangnya. Aku pun menunggunya mandi dan siapsiap, ibu kosnya pun sangat mempersilakan ku jika mau mandi atau sholat. Akhirnya aku memilih untuk shlat ashar terlebih dahulu, dan setelah itu dia menghampiriku di ruang tamu “kita berangkat habis maghrib aja ya ke BNS nya”, akupun menjawab “boleh, tapi nanti usahain ga Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 125 malam-malam ya pulangnya kan aku mau nginep di kosnya suci”. “gapapa, malang malam tahun baru itu rame pasti gapapa klo agak telat”, aku pun mengiyakan. Tetapi pada akhirnya kami berangkat habis isya (jam karet indonesia). Dan sebelum masuk BNS dia mengajakku makan katanya biar ngga lapar nanti tapi kalo habis main di BNS nanti lapar lagi beli makan lagi juga gapapa. Oke aku dan dia makan, setelah makan kita parkir dan masuk ke BNS. Di sana rameee, banget. Ya maklum sih ya namanya juga malam tahun baru haha. Kami pun bersenang-senang, menaiki wahana permainan, bercanda, bercengkrama, sepertinya rasa kangen kami benar-benar hilang. Hingga akhirnya dia pergi ke toilet kerna dia perokok aktif, dan aku menunggunya ditempat duduk samping wahana. Diapun meninggalkan ponselnya denganku, ya karena aku meminjamnya untuk mendapatkan view bagus di lampu-lampu BNS buat kebutuhan instastory IG. Tak lama kemudian, ting... dan ponsel itu berbunyi kulihat di notif ada nama perempuan yang sedang menanyakan “Kamu lagi Di mana? Udah pulang ke gresik?” seketika itu aku langsung kaget dan auto membuka pesan WhatsApp itu. Semua chat pesan dan log panggilan di whatsappnya membuatku terpaku membeku. Mataku mulai berkaca-kaca, tapi berusaha kutahan airmataku karena ini bukan yang pertamakalinya dia seperti ini. Aku mencoba menenangkan diriku ternyata bukan hanya perempuan itu saja karena ada daftar 5 chat perempuan lainnya lagi dan percakapan mereka benar126 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra benar seperti sudah menjalin hubungan meskipun di dalam chat dari awal kenalan sampai terakhir hari itu tidak ada janjian perjumpaan antara mereka. Tapi kupikir lagi, ini bukan pertamakalinya meskipun chat ku di pin olehnya di bagian paling atas sebelum grup kerja dan keluarganya. Aku berusaha tenang sampai dia kembali dari toilet dan ponselnya hanya kupegang lalu kuberikan padanya. Dan aku langsung minta untuk pulang, ya itu hampir pukul 23.00. “kenapa? Kan belum lihat kembang api bareng, gimana sih.” Akupun hanya terdiam dan aku minta “aku pengen beli sempol sama ice, kita keluar dari sini. Beli diluar dan liat diluar aja. Udah unmood aku” Kamipun keluar dari BNS dan beli camilan itu, aku ngga banyak ngomong, ngga banyak bercanda intinya sikapku 180 derajat berubah. Dan kamipun melihat kembang api bersama, yah memang sosweet kalau sepasang kekasih bisa menghitung mundur bersama dan melihat kembang api bersama ditahun baru. Karena di budaya negara thailand kalau sekelompok orang entah itu sepasang kekasih, sahabat, atau yang lainnya menghabiskan malam pergantian tahun bersama dan menghitung mundur bersama, maka akan dipertemukan lagi ditahun berikutnya, iya seperti doa panjangkan umur agar tetap bisa bersama-sama selalu. Setelah itu aku langsng memintanya untuk mengantarku ke kosnya suci. ”besok gausah anter aku ke stasiun ya, udah cukup”, “kamu kok gitu? kenapa? Kamu marah? Aku salah apa?” (di sini dia masih pura-pura goblok gais). “gapapa, udah aku lg Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 127 gamau ngomong sama kamu, dan aku juga udah capek permasalahin ini terus-terusan. Toh ya udah biasa juga”. (aku gatau sih ya, di sini aku emng udh bener-bener capek karena terlalu sering di khiaantin atau emang rasa yang aku punya udah hilang sejak pertamakali dia begitu. But aku sih tetep let it flow aja. Kenapa? ya alasanku karena hubungan kami udah lumayan lah hampir dua tahun jadi aku sabar-sabar dan nahan-nahan diri aja). Besoknya pukul 6 pagi dia sudah nungguin di depan kosnya suci mau ngantar ke stasiun, ya gimana lagi toh dia juga sudah di depan gaenak juga mau nolak. “kalian berantem lagi? Dari tadi dia telepon sama WA cuma dilihat notif doang, kenapa? gitu aja terus mit sampe kamu capek hm, tapi anehnya km gak capek-capek udah tau dia gabaik buat kamu. Masih aja diterusin” aku hanya bisa menjawab dengan senyuman ocehan suci pada pagi itu. “sorry ya ciii blom bisa cerita, klo pulkam ke gresik aja aku ceritain semua ke kamu, okey? makasih tumpangan nginepnya, aku balik dulu yaaa” lalu suci berkata “iya hati-hati, kalo ada apa-apa langsung kabarin, kalo udah distasiun sama mau berangkat keretanya jangan lupa kabarin, oke?” tanganku membentuk gaya OKE sambil kami berjalan ke depan pagar kosnya suci. “Dijaga tuh, jangan disakitin terus. Kasihan anak orang haha”. Diapun hanya membalas suci “siap boss hehe” sambil senyum sok manis. Tak banyak perbincangan yang kami lakukan di motor dan sampai di stasiun aku juga hanya bisa diam lalu bilang terimakasih (sebenernya ini punya arti banyak si, makasih kenangannya, lukanya intinya banyak). Dan dia 128 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra bilang “kalau udah di kereta kabarin, jangan lupa hati-hati jaga diri. Aku minta maaf, oke? (sambil memegang tanganku) dan aku juga minta maaf kalo gabisa anterin kamu ke surabaya. Aku sayang sama kamu. Kamu jangan ke mana-mana, tetep sama aku,” namanya juga bangsat, ya pasti lah kata-katanya manis, kayak rasa tea break haha. Gasalah dong aku namain kontaknya bangsat. Seperti biasanya setelah pertemuan itu kami intens chat 2-3 harian lalu sama-sama ngilang. Tapi di sini nggak sepenuhnya salah dia juga sih, karena aku juga bisa dibilang fakgirl juga. Siapa sih yang betah LDR? Gak ada!! Udah jujur aja apalagi cewek. Aku mulai melencong ketika dia pertama kali ngekhianatin aku, setelah kejadian itu aku sering sekali keluar sama cowok lain, entah itu jalan-jalan, nonton, makan. bahkan dari mereka gak sedikit minta kejelasan sama aku. Ini adalah poin pentingnya (keuntungan sih ya) ketika aku nggak perna pasang foto berdua di instagram atau instastory ig, tapi kalu whatsapp sih sering hahaha. Dari situ aku menemukan healing tersendiri buat aku. Aku tau sih ini gak baik, tapi aku juga pengen ngerasain gimana rasanya punya pacar tapi juga jalan sam yang lain. Dih jahat sih ini namanya. Dan akhirnya hari raya Idul Fitri tahun 2019 kemarin aku memutuskan hubungan dengannya. Bukan karena konflik tapi ya karena aku capek aja mesti gini-gini terus. Toh juga rasaku ke dia udah mulai hilang dan hampir gaada. Dari sini aku menyamaratakan para cowok. Kalau mereka sama aja, mereka pasti asyik menegjar kalau di awal dan aku hanya Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 129 membiarkan mereka hanya sampai diawal ahahah jahat baget sih ini habis nonton, jalan, sering keluar bareng makan atau ngehabisin waktu bersama tapi nggak juga aku kasih kepastian gatau sampai kapan healing ini bakal ada di aku, yang jelas aku ingin nemuin cowok yang mampu mematahkan semua argumenku mengenai penyamarataan cowok. Dan dia bisa jadi healing yang benar-benar healing di dalam hidupku. Yang bisa membuatku berhenti mempermainkan perasaan seseorang. 130 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra APA SALAHNYA JADI ORANG MISKIN? Mita Setiya Ningrum Hari demi hari telah dijalani oleh Rani. Iya Rani… dia adalah anak dari seorang penjual bakso keliling. Dia tumbuh menjadi gadis yang anggun, sopan, pintar dan mempunyai sejuta harapan. Saat ini dia menginjak Sekolah Menengah Atas. Saat ini dia sudah menginjak kelas 11. Pada waktu itu pun dia belum juga memilki laptop. Ya, apalagi kalua orantua Rani tidak mampu untuk membelikannya. Seringkali dia mendpatkan tugas dari guru yang mana tugas tersebut sangan membetupkan sebuah laptop untuk mnegerjakannya. Pada suatu hari saat dia sekolah Bu Dewi seorang guru Biologi memberinya tugas “Anak-anak saya beri tugas yang resume untuk meresume perbedaan sel pada hewan dan manusia… dikumpulkan besok dalam bentuk print beserta gambar...” ucap Bu Dewi kala itu. “iya Bu..” semua siswa menanggapinya. Rani mulai resah waktu yang diberikan untuk mengumpulkan tugas tidaklah panjang. Hari mulai sore menandakan bahwa kegiatan belajar di Sekolah harus segera diakhiri. Sesampainya di rumah Rani bilang kepada ibunya yang sedang mencuci piring “Buk… Rani ada tugas dan membutuhkan laptop untuk mengerjakannya, Rani izin ke warnet ya…” “Jangan hari sudai mulai malam, lebih baik ibu pinjamkan saja Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 131 laptopnya Ibu Lilik…” Jawab ibunya. Bu Lilik adalah salah seorang tetangga Rani yang mempunyai anak satu sekolah dengan Rani namun beda kelas. “Baiklah, semoga boleh ya bu” Ujar Rani dengan wajah yang sedikit khawatir. Selepas ibunya mencuci piring, ibunya pun berbegas meminjamkan laptop ke rumah ibu Lilik. “Assalamualaikum…” salam ibu Rani di depan rumah ibu Lilik. “Waalaikumsalam… Ada apa Bu Wati” sahutnya bu Lilik. “Jadi begini bu, apa boleh saya pinjam laptop ibu sebentar buat anak saya mengerjakan tugas InsyaAllah besok pagi sudah saya kembalikan…”. “Oh begitu, Rani kelas berapa ya kok belum punya laptop? bukanya dari SMP laptop sudah menjadi barang yang penting ya?...” sahut bu Lilik dengan wajah yang sinis. “Iya bu, saya belum mampu membelikannya…” ibu Rani sudah tidak kuat membendung air matanya di depan Bu Lilik. “Kalau begitu bawa laptopnya, awas kalau besok belum di kembalikan…”. Sesampainya di rumah ibunya membawakan laptop pinjamannya untuk Rani. Rani sangat senang dan segera mengerjaknnya. Dan keesokan harinya saat dia sekolah dia mengumpulkan tugasnya tepat waktu. Tetapi berbeda dengan kondisi di rumah, ibunya mendapat cacian dari bu Lilik “Wati… mana laptopnya kalau mau anaknya sukses dibelikan laptop dong anaknya jangan modal pinjam saja” Ucap bu Lilik dengan sinis. “Saya tadi mau mengebalikannya bu, tapi masih bantuin bapak masak bakso” jawab ibunya Rani. “Yasudah lain kali kalau pinjam langsung kembalikan…”. Ibu Rani sangat sedih. Bapaknya yang hanya mendengar 132 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra percakapan mereka berdua pun sangat terpukul. Orangtua Rani berbincang di dapur mereka bertukar pikiran untuk membelikan sebuah laptop untuk Rani namun mereka belum mempunyai cukup uang. Alhasil mereka memutuskan untuk menjual kalung bu Wati untuk membelikan laptop buat Rani. Kalung tersebut adalah salah satu harta yang dimiliki oleh keluarga Rani, ibunya menyimpannya untuk dana saat Rani masuk Perguruan Tinggi nantinya. Pada suatu sore di hari Minggu saat itu Rani sedang duduk di bawah pohon manga tepat di depan rumahnya. Rani di bapak dan ibunya untuk masuk ke rumah. Ibunya mengatakan “Nduk… apakah laptop ini cukup untuk sekolahmu? Ibu dan bapak hanya bisa membelikan dengan harga yang murah…” “sudah buk pak, ini terlalu mewah untuk Rani… terima kasih ya buk pak…” jawab Rani sembari memeluk mereka berdua. “Jaga baik-baik laptopnya sampai nanti kamu masuk Perguruan Tinggi” sahut bapaknya. “Iya pak… pasti Rani jaga” jawab Rani. Setahun sudah berlalu, saat tahun ajaran baru Rani diterima di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Yogyakarta. Tidak tanggung-tanggung dia mendapat beasiswa disana segala kebutuhan kuliahnya sudah di tanggung oleh pemerintah. Orang tua Rani sangat bangga padanya. Pada suatu hari saat Rani sudah memasuki Perguruan Tingginya, ibunya bertemu dengan bu Lilik di warung saat membeli gula. “Rani masuk Perguruann Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 133 Tinggi di Jogja ya…?” Tanya bu Lilik ke ibunya Rani. “Iya bu Alhamdulillah, jurusan pendidikan matematika” ujar ibu wati, “Halah nanti juga ujung-unjungnya juga ganggur” jawab bu Lilik yang sepertinya kesal karea anaknya sendiri belum masuk Perguruan Tinggi dan memilih berhenti satu tahun untuk bekerja. Ibunya Rani pulang dengan wajah sedih. Sesampainya di rumah ibunya menelfon Rani untuk memastikan bahwa keadaan ibu Rani baik-baik saja disana. Tak lupa juga ibunya mengingatkan dia agar tidak lupa makan dan menjaga dirinya baik-baik serta yang terpenting adalah sholat lima waktu. Setiap hari orangtuanya mendoakan yang terbaik untuk Rani berharap dia menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakan kedua orang tuanya. Pada tahun kedua setelah Rani menjalankan pendidikannya di bangku kuliah. Anak bu Lilik belum juga masuk Perguruan Tinggi. Dan memutuskan untuk bekerja saja karena kondisi keuangan keluarga bu Lilik yang sedikit memburuk. Pada tahun ke empat tepat Rani selesai wisuda dia di terima kerja di salah satu Sekolah Menengah Atas yang satu kecamatan dengan rumahnya. Orangtua Rani sangat bangga dengan apa yang telah telah dicapai oleh anaknya itu. Sedikit demi sedikit Rani mengembalikan uang orangtuanya itu sebagai ganti uang yang telah mereka keluarkan untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari Rani dari kecil sampai sebesar ini. Keluarga Rani pun sekarang dipandang keluarga terhormat oleh warga sekitar. Sampai saat ini Rani menjalani kehidupan yang 134 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra berliku-liku sampai pada akhirnya dia bisa menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarganya yang selama ini di pandang rendah bagi sebagian orang di kampungnya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 135 ANAK BIBI APAKAH UJIAN BAGIKU? Muhammad Shokhid Di sebuah desa yang sangat ramai hiduplah sepasang suami istri yang hidup serba sederhana. Sang suami biasa disebut dengan nama panggilan Pak Jo dan istrinya bernama Bu Sri. Mereka menikah sudah 10 tahun tetapi belum dikaruniai seorang anak. tetapi mereka tidak pernah putus asa untuk bersabar dan selalu tekun dalam menghidupi keluarga kecilnya setiap harinya. “Pak, kita sudah lama menikah tapi belum diberikan seorang anak. bapak bisa sabar kan?” Ujar sang istri. Pak Jo pun menyauti ucapan istrinya “Tak apa Bu, asal kita tetap berusaha meminta kepada yang maha Pemberi”. Ibu Sri pun tidak bisa membohongi matanya sehingga Pak Jo sempat melirik dari mata istrinya terkilau sebuah tetesan yang membuat kedua mata Bu Sri berkaca-kaca. Setiap hari Pak Jo bekerja sebagai buruh pasang perlengkapan alat pesta mulai dari ayam berkokok dia sudah stand by memanasi mesin mobil pick up punya juragannya, mencuci perlengkapan alat pesta itu sebagian kecil detail pekerjaan Pak Jo. Apapun Ia lakukan dengan tekun demi selembar rupiah yang ditabungkan untuk kehidpan masa depannya. Mulai dari matahari sejajak dengan benda yang ada di bumi sampai matahari turun kembali untuk pulang ke arah barat, barulah Pak Jo ijin sang Juragan untuk kembali ke rumah. Seperti itulah hal 136 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra yang dilakukan Pak Jo setiap hari ketika tiada job manggung memasang perlengkapan pesta pesanan pelanggan. “Assalamualaikum wr.wb” Ucap Pak Jo sambil melepaskan sendalnya yang sudah peok dan lesu bercampur keringat. “Waalaikumussalam wr.wb., Bapak sudah pulang. Silakan masuk Pk” sahut istri Pak Jo dengan sangat ceria. Setelah Pak Jo masuk kedalam rumahnya ternyata ada Kakak dari istrinya berkunjung ke rumah. “Gimana kabarmu Jo” Sahut sang Kakak. “Alhamdulillah baik kak, seperti biasa baru pulang kerja. Bu carikan gorengan dan makanan seadaanya buat mereka ya” Pak Jo. “Iya Pak” sahut sang istri sambil berbirit-birit menggembol sebuah tas berisikan dompet dan kunci sepeda motor. “Jo… ini saya datang kemari di utus oleh eyang uti, Katanya kamu belum juga punya anak” Tanya sang kakak dengan nada santun. “Iya kak, mungkin belum waktunya diberikan seorang rezeki berupa anak” Jawab Pak Jo dengan rendah hati sambil mengibas-kibaskan topinya pada lehernya yang baru saja meneteskan sebuah keringannya hari ini Kakaknya Bu Sri pun menjawab “Tapi kamu tetap berusaha kan Jo? Sudah program istrimu? atau sudah periksa?” “Sudah Kak, cuman ya… suruh ikhtiar dulu, soalnya ada kendala, tapi ada juga solusi ke dua yaitu dengan bayi tabung” ujar Pak Jo Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 137 Setelah mendengarkan ucapan Pak Jo seperti itu semua yang berada disitu pun terdiam, mungkin karena Kakak Bu Sri tahu kalau biaya proses bayi tabung lebih dari 100 juta dan Pak Jo hanya menjadi seorang buruh. Disitulah suasana terpecah ketika Kakak Bu Sri menceritakan alasannya datang ke Pak Jo. Dia menceritakan bahwa Eyang Uti nenek dari Bu Sri mengamanatkan untuk salah satu anak Kakak dari Bu Sri untuk diasuhkan kepada Pak Jo. Sentak Pak Jo pun kaget, meskipun Kakak Bu Sri sudah memiliki 4 anak dan 2 anak tersebut yang kembar barusan berumur 1 tahun. Setelah Bu Sri datang akhirnya mereka berunding dan akhirnya keluarga Pak Jo setuju dengan saran Eyang Putri apalagi itu atas kehendak kakaknya sendiri. Karena menurut kepercayaan orang jawa selain usaha dalam hal materi dan doa ada pula mengatakan bahwa dengan mengangkat seorang anak dapat memancing dalam hal dikaruniainya seorang anak, dengan harapan tesebut akhirnya Pak Jo merawat dan mengangkat 1 anak dari Kakak Bu Sri yang bernama Ria dan dia berasal dari anak kembar. Si Ria dan Si Rini, tetapi Pak Jo mengangkat si Ria menjadi anaknya. Hari demi hari berlalu sudah 3 tahun merawat Ria akhirnya Bu Sri merasa badannya terasa lemah gemulai setelah diperiksakan ternyata dia hamil. Mereka pun senang begitu juga Ria yang saat itu belum tahu bahwa dia bukan anak kandung mereka. Dari bertambahnya rotasi bumi mengelilingi matahari sampai bertahun-tahun lamanya akhirnya Ria memiliki adik yang bernama Siti yang sudah berumur 17 tahun. Di sinilah adik dan kakak mulai bertengkar, ketika adiknya merasa iri dengan Ria 138 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra karena ia sudah bekerja tetapi ia gunakan uangnya untuk bersenang-senang saja, membeli baju, handphone, laptop, dan banyak lagi. “Kak kamu serakah banget aku gapernah dikasih bapak uang lebih tapi kakak?” ujar Siti penuh dengan wajah dengki. “Iyalah… bapak harus berterimakasih kepadaku karena kalau gak ada aku, kamu gak bakal lahir?” jawab Ria sungguh membuat hati iri sang adik makin memuncak, ternyata sejak lulus SMA Ria tahu bahwa dia adalah anak dari bibi Siti. Sejak saat itu mereka sering bertengkar, mulai dari uang saku yang kurang sampai Siti kasihan dengan ayahnya yang sedang dimanfaatkan oleh Ria. Hal tersebut terjadi terus menerus hingga membuat Bu Sri sering menangis. Di suatu malam sunyi yang hanya ramai gericik air hujan dan suara jangkrik, tiba-tiba si Siti kabur dari rumah karena merasa dirinya dianggap sebagai anak tiri dikeluarganya meskipun dia sebenernya yang anak kandung Pak Jo. “Pak, Bapak bangun pak, Kenapa pintu rumah pagi ini terbuka. Ibu ingat tadi adzan shubuh ke kamar mandi masih terkunci” Bu Sri mencoba membangunkan Pak Jo. “Apa Bu jangan-jangan ada maling” sahut Pak Jo. Setelah dicek ternyata si Siti kabur dengan menuliskan surat yang berisi ia ingin menenangkan dirinya lebih dahulu selama dua hari dan berniat tidur rumah sahabatnya. Sontak hal tersebut membuat Bu Sri sedih dan sengsara. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 139 “Sudahlah Bu, mungkin dia lelah” ujar Ria. “jangan seperti itu nak, dia itu juga adikmu kami juga ingin menyayangimu dan adikmu tanpa membedakan” sahut ibu dengan nada pelah dan terngia-ngia. Ria pun kembali ke kamar dan ibu berusaha di tenangkan oleh bapak. Setelah dua hari berlalu Siti kembali ke rumah dengan terlihat agak bahagia, mungkin karena sudah puas bercurah pendapat dengan sahabatnya. Begitu juga Ria seperti biasa ia berlagak biasa-biasa saja. Bu Sri merasa senang dan bahagia ketika Siti pulang baik-baik saja. Dan kembali lagi Ria di nasehati oleh ibu dan dia hanya menganggukan kepalanya layaknya orang paham. Beberapa tahun kemudian Ria yang sudah dilamar oleh seseorang akhirnya menikah dan melahirkan seorang bayi laki-laki dan ia memilih untuk ngekos di daerah dekat rumah Pak Jo. Kabar ini membuat Pak Jo bahagia. Smakin hari ia jarang berkunjung ke rumahnya dikarenakan ia repot bekerja dan membiayai anaknya yang dititipkan kepada seseorang. Siti pun hidup bahagia karena merasa kakak tirinya sudah hidup sendiri berkeluarga apalagi sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang lucu. Setelah beberapa hari Ria kembali ke rumah bersama keluarganya dan memberikan Bu Sri sembako dan uang, serta bilang untuk menitipkan anknya kepada mereka. Ria sambil meminta maaf bercerita kisah hidupnya setelah menikah sangat susah apalagi setelah mempunyai anak. Akhirnya Ria memutuskan meminta bantuan Pak Jo dan Bu Sri serta Siti untukmerawat anaknya sehingga ia dapat bekerja tenang dan bisa memberikan sebagian rezekinya untuk mereka. Sejak saat itu Ria sadar bahwa kehidupan 140 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra berkeluargalah membuat ia paham akan kondisinya di masa lalu yang sangat menyusahkan keluarga Pak Jo. Dengan bertaubatnya Ria dan memahami kondisi Pak Jo di masa tua, keluarga mereka akhirnya hidup bahagia dan semakin dimudahkan dalam menjalani hidupnya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 141 EPISODE SATU BABAK Nadlatul Ilma Angga dan Aji adalah sahabat baik di kampungnya. Dulu Angga pernah berkata bahwa tidak ada teman yang sebaik Aji. Aji pun tidak kalah dalam memuji Angga. Kata Aji, kalau ada sepuluh anak seperti Angga di kampungnya, maka Perang Dunia Ketiga tidak bakal meletus. Memang Perang Dunia Ketiga belum meletus. Mungkin ibarat petasan, baru dinyalakan sumbunya. Sudah jelas, terompet peperangan sudah ditiup antara Angga dan Aji. Keduanya sudah menyatakan putus tali persahabatan. Mereka musuhan antara satu dengan yang lainnya. Sudah seminggu lamanya Angga dan Aji tidak terlihat bermain bersama. Jika bermain, kalau ada Angga pasti ada Aji. Begitu sebaliknya. Teman-temannya menyebut mereka seperti sepatu dan kaos kaki. Ada juga yang mengatakan persahabatan mereka seperti benang dan layang-layang. Sebagian juga ada yang mengatakan sendok dan piring. “Sekarang kau tidak pernah bermain dengan Aji, Ngga. Kata teman-teman musuhan ya, kalian memutuskan tali persahabatan?” tanya Dodot penasaran. “Siapa bilang?” sahut Angga. “Ada deh! Tapi benarkan?” tanya Dodot sambil tersenyum menyebalkan. “Kalau iya, kau mau apa Dot? Jangan ikut campur urusan dalam negeri orang lain!” jawab Angga dengan ketus. “Jadi, benar saat ini kalian musuhan!” jawab Dodot. “Benar! 142 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Memang kau menyebalkan! Sekarang aku ingin memukul kepalamu!” jawab Angga dengan wajah marah. Dodot yang baru pulang dari langgar, segera meringkas sarungnya dan kabur dari hadapan Angga. Ia tidak menyangka kalau Angga bisa marah begitu parahnya. Berita permusuhan antara Angga dan Aji itu pun cepat menyebar luas. Teman-teman sekampung sibuk membicarakan sebab-sebab permusuhan antara Angga dan Aji. “Ini kesempatan baik untuk membuktikan siapa yang paling hebat antara Angga dan Aji!” kata Bubby pada teman-temannya. “Benar! Kita semua tahu ilmu silat mereka berimbang. Pasti seru kalau keduanya duel!” sambut teman yang lainnya. “Ini baru yang namanya berita menarik. Kalau aku sih menjagokan Angga. Badannya kekar dan tinggi. Aji akan repot meladeni Angga.” “Biar badannya kecil, Aji punya jurus simpanan loh. Taruhan sepuluh kelereng saja berani. Aku pegang Aji yang menang!” “Kita lihat saja nanti. Tidak usah kita debatkan dan taruhan segala. Itu judi namanya. Judi kan dilarang dalam agama?” kata Komo yang biasa bertindak sebagai kapten kesebelasan di kampungnya. Keesokan harinya, rencana pun dilaksanakan. Komo dan sebagian temannya segera menghampiri Angga. Di tempat terpisah, yang lain menemui Aji. “Angga, pulang sekolah nanti, kau ditantang duel Aji di hutan bambu daerah sebrang. Kau berani enggak?” kata Komo memanas-manasi Angga. Waktu itu jam istirahat, mereka tidak takut rencana itu terdengar oleh Bapak dan Ibu Guru. “Aku terima tantangan Aji. Kalian boleh lihat siapa yang lebih hebat jurusnya!” kata Angga dengan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 143 mantap. Sementara itu, teman-teman yang lain pun segera datang bergabung dengan Komo. “Beres! Aji menerima tantangan itu!” lapor Bubby pada Komo, tentu saja tanpa sepengetahuan Angga dan Aji. Siang itu, di hutan bambu daerah sebrang, sudah berkumpul anak-anak yang ingin menyaksikan perkelahian yang menegangkan ini. Mereka terpisah menjadi dua kelompok. Kelompok yang satu menjagokan Angga dan sebagian menjagokan Aji. “Tenang Angga, kau akan keluar sebagai pemenang” kata kelompok yang menjagokan Angga. “Keluarkanlah semua jurus andalanmu, supaya Angga tau kehebatanmu” kata kelompok yang menjagokan Aji. Masing-masing kelompok mengobarkan semangat jagoannya. Saat yang dinantikan pun tiba. Angga dan Aji saling berhadapan. Komo dan teman-temannya segera membentuk lingkaran. Sorak sorai mulai terdengar. Ada yang bertepuk tangan. Ada pula yang bersuit-suit. Angga dan Aji saling mengulurkan tangan. Keduanya saling berjabat tangan. Lama sekali keduanya saling berbisik dan mengedipkan mata. “Ayo mulai, jangan saling berjabat tangan. Perkelahian macam apa ini.” teriak Komo yang sudah tidak sabar lagi. Teman-teman yang lain pun mendukung ucapan Komo. Sudah hampir 20 menit Angga dan Aji saling berbisik seperti merencanakan sesuatu. Teman-teman yang lainnya sampai bosan menunggu duel antara Angga dan Aji. Teman-teman bertambah heran ketika Angga dan Aji saling berpelukan dengan mesra. “Ini perkelahian gaya baru ya. Seperti main drama saja?” seru Bubby. Suasana 144 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra bertambah hingar bingar. “Siapa yang berkelahi? Kalian senang kalau ada temannya bermusuhan?” kata Angga sambil melihat ke teman-temannya. “Jadi…jadi…..” “Tidak ada permusuhan diantara aku dan Angga. Kami hanya menguji kalian. Bagaimana sikap kalian seandainya ada teman yang berselisih. Bukannya mendamaikan perselisihan, tapi kalian malah mangadu domba. Sungguh tercela tindakan kalian!” kata Aji. “Memang sandiwara itu aku yang merencanakan. Ternyata kami bisa mengelabuhi kalian. Bukankah kami hebat dalam memainkan sandiwara ini? Anggaplah ini sebuah episode satu babak!” ujar Angga sambil memeluk Aji yang tersenyum-senyum. Terdengarlah suara gerutu disana-sini. Suaranya mirip suara tawon yang bergerombol. Mereka segera meninggalkan Angga dan Aji dengan perasaan kecewa karena, tontonan gratis yang mengasyikan ternyata gagal. “Episode satu babak apaan? Tidak bermutu, tidak penting, tidak ada gunanya. Coba kalau dua pemain episode itu kita keroyok ramai-ramai, tentu mereka babak belur!” kata Komo di tengah perjalanan pulang. Teman-temannya yang lain hanya terdiam kecewa dan mendengarkan ucapan Komo karena, mereka semua merasa segan jika berhadapan dengan Angga dan Aji. Sekian dan terima kasih. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 145 DREAM CATCHTER Nafiatul Ilmiyah Hai namaku Alika Huzein. Aku biasa dipanggil Lika. Menulis telah menjadi hobiku. Aku seorang siswa kelas 11 di SMA Angkasa Jakarta. Aku anak yang tertutup, kegiatanku hanya membaca buku, membaca novel dan kadang terlihat menulis cerita pendek. Teman-temanku, mungkin bisa dihitung dengan jari, itupun mereka yang mendekatiku. Mungkin jika bukan mereka yang mendekatiku, aku bisa saja tidak memiliki teman. Karna hidupku yang hanya terfokus untuk menulis. "Hai lik, ayo ke kantin jangan baca mulu. Ayo sekali kali makan bareng temen-temen" ajak Sandra salah satu teman kelasku "Tidak San, aku sudah bawa bekal" tolakku dengan halus "Yasudah, aku tinggal ya" jawab Sandra sambil berjalan meninggalkanku Dikantin... "Loh kata nya mau ajak Alika" tanya Deva sambil membawa semangkok bakso 146 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "Anak nya gak mau, uda bawa bekal katanya. Anak itu tertutup banget sih, uda setahun sekolah juga" kezal Sandra "Sabar aja namanya juga Alika" jawab Deva Bel berbunyi menandakan sekolah telah selesai, tentu hal ini sangat disukai oleh siswa-siswa tidak terkecuali aku. Aku sangat ingin pulang untuk menidurkan otakku yang rasanya sangat penat sekali. Aku mengambil speda motorku yang teparkir di parkiran sekolah. Butuh 20 menit untuk sampai ke rumah, sesampainya dirumah seperti biasa rumah terasa sepi karena kedua orang tuaku yang masih bekerja. Pulang pun ketika aku sudah terlelap, tentunya aku sudah terbiasaseperti ini, sendirian hanya berteman dengan buku. Menurutku buku lebih setia karena dengan buku aku dapat menulis keluh kesah dan dengan buku aku dapat melupakan kesepianku. Setelah sampai rumah, aku langsung pergi ke kamarku untuk mengganti pakaianku dan langsung menyantap makanan yang ada. Cacing diperutku seakan meronta-ronta ingin diberi nasi dan lauk yang lezat. Dirumah, aku bersama Mbok Nah, asisten rumah tangga yang menjagaku sejak bayi. "Mbok, hari ini masak apa? Alika sangat lapar" tanyaku sambil memeluk mbok Nah Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 147 "YaAllah nduk, kaget si mbok. Mbok ya jangan ngagetin toh nduk"jawab mbok Nah "Hehe maaf mbok, abis nya mbok serius si nyuci piring nya" jawabku sambil tertawa kecil "Ini mbok masak sayur asem sama ikan goreng bandeng. Ayo sini mbok ambilkan" tawar mbok nah "Siap mbok, hemm mbok ini enak banget. Mbok nah emang juara" jawabku sambil memakan makanan Mbok Nah. Aku hanya akan terbuka dan terlihat ceria ketika bersama si Mbok. Karena sudah terbiasa dari kecil bersama Mbok Nah membuatku terasa sangat dekat dengan beliau. Setelah makan selesai aku bergegas masuk kamar untuk meneruskan ritualku, apalagi kalau bukan membaca novel kesayanganku. Kamarku sudah seperti perpustakaan mini. Banyak sekali novel yang kukoleksi mulai dari action, teenfiction, horror sampai romance. Dengan membaca sudah mampu membuat seorang Alika Huzein tersenyum sumringah. Tidak terasa aku sudah membaca selama dua jam lamanya. Lama kelamaan membuat mataku mengantuk, aku menyudahnya dan pergi tidur. Saat magrib mbok Nah membangunkaku untuk melaksanakan sholat maghrib. Tentu sholat harus di laksanakan karena itu kewajiban bagi umat Islam. 148 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "Assalamualaikum mbok" salam mama "Waalaikumsalam nyonya" jawab mbok Nah sambil membuka pintu "Di mana Alika mbok, kok tidak kelihatan?" tanya mama "Lagi sholat nyonya, barusan bangun" jawab mbok nah Mama langsung menuju kamarku. "Hallo sayang, sudah sholat nya?" Tanya mama "Sudah ma, tumben sudah pulang" jawabku sinis "Mama kan ingin berdua juga sama Alika" jawab mama sambil mengelus kepalaku "Oalah" jawabku singkat Mama melihat sekeliling, setiap sudut di kamarku, mama terlihat kaget melihat kamarku dipenuhi oleh beberapa jenis buku. Mama tidak menentang aku membaca buku tetapi mama kurang suka dengan keinginanku untuk menjadi seorang penulis. Mama ingin aku menjadi seorang dokter, bahkan mama sudah mencari-cari universitas yang harus aku masuki. Terkadang mama suks heran kenapa aku bisa memilih penjurusan bahasa daripada penjurusan IPA. Dari ketidaksetujuan mama membuatku semakin tidak nyaman. Hidupku selalu diperintah harus ini harus Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 149 itu sesuai keinginan mama. aku hanya ingin melakukan hal yang disukai, percuma jika melakukan hal yang tidak disukai hasil nya pasti setengah-setengah. Di sekolah… Seperti biasanya Aku akan datang pagi untuk menghindari kerumunan. Sampai dikelas aku langsung membuka bekal yang kubawa. aku tidak sempat sarapan karena mood makannya hancur gara-gara mama mengomel pagi tadi. Untung ada mbok Nah, beliau membawakan bekal untukku. Setelah bekal sarapan yang diberikan oleh mbok Nah sudah habis, aku kembali meyibukkan dengan membaca buku sembari menunggu bel berbunyi. Setelah setengah jam membaca buku anak kelas mulai berdatangan. Jam pertama pun dimulai, pelajaran matematika mengawali pagi itu. Setelah beberapa jam berkutat dengan rumus, akhir nya bel istirahat pun berbunyi. Suatu kelegaan karena tugas yang diberikan dirubah menjadi PR. Bayangkan saja 4 jam mu dihabis kan dengan menghitung, bisa rontok lama-lama ini rambut. Setelah kelas berakhir Sandra dan Deva mencoba mengajakku berbincang. "Lik ayo daftar ini" ajak sandra sambil melihatkan selebaran "Apa ini? Ahh komunitas menulis" jawabku 150 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "Ikut ayo, itung-itung nambah temen sama nambah ilmu" tawar Deva "Boleh" jawabku "Oke, pulang sekolah kita langsung cuss ke tempat pendaftaran" ucap Deva "Mau ke kantin gak?" Tawar Sandra "Kagak San" tolakku "Gue ditolak lagi, kampret ni anak" kekeh Sandra Setelah bel pulang sekolah, aku berjalan kearah parkiran bersama kedua temanku. Kami langsung menuju ke tempat pendaftaran komunitas menulis. Setelah mendaftar, akupun langsung pulang ke rumah begitu pun dengan kedua temanku. Karena sore nanti akan diadakan pertemuan pertama untuk anggota komunitas baru. Sampai rumah aku sangat tekejut melihat mama sudah ada dirumah. Sepertinya mama pulang cepat agar bisa berbincang banyak denganku. Aku bergegas mengganti pakaianku kemudian pergi untuk makan siang, tentu saja aku senang karena makan siang kali ini disiapkan oleh mama. "Ma, nanti Lika mau ada acara " ucapku "Ke mana Lik, kok sore tumben" jawab mama Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 151 "Mau ada acara di komunitas menulis sama Sandra dan Deva" jawabku sambil memakan makanannya "Mama gak izinin, lebih baik kamu istirahat atau kerjakan saja PR mu" jawab mama "Gamau, mama ga setuju pun aku tetep pergi. Lika selesai makan" ucapku sambil berlalu Sore hari tiba aku pun tetp berangkat meskipun mama menentangnya. Sandra dan Deva sudah berada di tempat, mereka sedang menungguku. aku datang sedikit mepet karena kehabisan bensin. Waktuku banyak terbuang karena harus mengantri. Setelah sampai kamipun bergegas masuk, ternyata di tempat komunitas sudah banyak orang yang menunggu. Acara diawali dengan perkenalan masingmasing anggota baru. Jangan heran kenapa yang terlihat hanya anak-anak cewek, komunitas ini hanya untuk perempuan saja. Ada laki-laki tapi beda kelas, salah satu aku menyetujui ajakan Sandra dan Deva ya karena tidak ada laki-laki. "Perkenalkan nama saya Alika Huzein saya siswi kelas 11 di SMA Angkasa" ucapku "Loh ini mbak Zein blogger terkenal bukan? Kok nama nya sama" tanya salah satu anggota komunitas 152 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra "Ahh itu, alhamdulillah kalau suka" jawab Alika malumalu. Aku memang mempunyai blog, tentu tidak ada yang tau jika aku mempunyai blog. aku hanya iseng mencari hiburan. Hiburan yang ku punya hanya menulis, membaca dan berburu novel atau buku. Dari keisenganku membuat blog, aku mempunyai banyak pengikut. Banyak yang memuji tulisan tanganku, tulisan yang halus tapi langsung ngenak dalam hati jika membacanya. Aku senang ketika karyaku diakui oleh banyak orang. Tidak perlu mengenal siapa yang menulis tapi suka dengan karya yang ditulisnya. Begitu saja sudah membuat seorang Alika Huzein senang sekali. Setelah pertemuan singkat berakhir, kami sedang menuju ke parkiran. "Gitu ya diem-diem gue punya temen blogger terkenal" ucap Sandra "Hehe" hanya kekehan yang dilihatkan olehku "Makanya ya, gue ajak ke kantin ga mau terus kelihatan nulis mulu baca mulu ternyata oh ternyata" ucap sandra "Hehe maaf ya, bukan nya gak mau gabung. Cuma males aja di keramaian" ucapku "Gapapa" jawab Sandra dan deva bersamaan. Lalu kami tertawa Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 153 Sudah satu bulan kami mengikuti komunitas, nama komunitas menulis kami adalah lingkar pena. Sejauh ini komunitas ini sangat menyenangkan, tidak meluluh harus menulis tapi juga diselingi dengan segala hal yang mampu membuat ide kami mengalir deras. Contoh nya saat ini kami lagi kunjungan ketempat yang sangat nyaman, yaitu kota tua Jakarta. Tempat yang asik untuk menulis karena suasana yang baru bisa mempengaruhi mood menulis. Sedikit demi sedikit pula aku mulai terbuka. aku bukan lagi anak yang murung, penyendiri dan diam seribu kata. Pertemanan dengan Sandra dan Deva juga semakin baik. Bahkan bisa dikatakan kami adalah sahabat yang dipisahkan lalu disatukan. Kami sering ke kantin bersama, pulang selalu bersama meskipun hanya sampai parkiran dan pernah sesekali menginap di rumahku. Sebulan yang membuatku mengetahui bahwa bersosialisasi itu penting. Tentunya selama sebulan ini aku juga main kucing-kucingan dengan mama. Mama masih melarangku untuk mendalami bidang penulisan. Kalau tidak keras kepala dan cuek bukan Alika nama nya, meskipun dilarang aku tetap nekat. Jika mama mengunci pintu agar tidak keluar rumah, aku tidak kehilangan akal, aku akan lewat jendela dan akan pergi ketika mama sudah tidur. "Toh aku gak kluar buat hura-hura, aku ingin mewujudkan sesuatu. Dada mama maaf kan Alika ya, aku pergi sebentar" ucapku langsung pergi dari kamar mama 154 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Aku sudah sampai di tempat tujuan, yaitu rumah Deva. Kami berencana mengikuti lomba menulis cerpen nasional. Hadiah nya lumayan bisa trip ke korea selatan dan uang saku 3.000.000 rupiah. Setelah pembahasan tentang lomba akhirnya aku pulang ke rumah. Sangat melelahkan ingin rasa nya langsung tidur saja tidak perlu bersih-bersih badan. Selepas mandi aku malah terjaga dan tidak bisa tidur. Akhirnya aku meneruskan menulis cerpen yang akanku gunakan untuk lomba. Dan tidak terasa aku malah ketiduran ditempat belajar. aku terbangun kemudian pindah ke tempat tidur. Mencari tempat ternyaman untuk tidur dan mengistirahatkan semua badan. Sepulang sekolah kami langsung pergi ke tempat pendaftaran lomba, setelah pendaftaran aku dan kedua temanku bergegas pulang ke rumah masing-masing. Keesokan hari nya adalah batas terakhir pengiriman cerita pendek, tetapi aku masih belum menyelesaikan dan butuh beberapa paragraf lagi. Setelah sampai rumah, aku langsung menuju kamar lalu menguncinya agar tidak ada yang menganggu kegiatan menulisku. Aku akan berusaha fokus agar targetku tercapai, aku harus dapat juara satu, selain hadiah nya aku juga ingin membuktikan kepada mama bahwa penulis juga mengasilkan karya dan dihargai banyak orang. Beberapa jam aku mengurung diri dan cerpen yang kutulis telah selesai. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 155 "Ahhh selesai tinggal kirim" kataku dalam hati Tidak lama ada telefon masuk ke ponsel ku, ternyata itu Deva. "Hallo Lika" sapa Deva "Salam Dev, ulang" jawabku "Assalamualaikum Alika cantik" ulang Deva "Waalaikumsalam jelek wleq" jawabku "Kampret ni anak ya, btw uda kirim cerpen" tanya Deva "Belum, baru selesai. Habis ini aku kirim, yaudah aku tutup dulu mau ngirim. Dada" pamitku "Oh okeoke cepet sana" jawab deva Setelah aku mengirim cerita, rasa dag dig dug sangat mengangguku. Jiwa percaya diriku seakan hilang sekarang yang tersisa hanya pasrah akan keadaan. Butuh waktu tiga hari untuk penyeleksian karena yang mengikuti begitu banyak. Setelah lolos penyeleksian akan ada 6 terbaik yang akan dipanggil lalu naskah cerpen nya akan di publish. Akan ada vote lewat blog panitia. Disekolah aku dan kedua temanku sangat resah, gugup dan takut. Hari ini adalah pengumuman enam orang yang lolos untuk untuk ke tahap selanjutnya. Setelah kami melihat hasil pengumuman, namaku ada di 156 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra nomor dua dari enam peserta. Bahagianya aku sampai tak bisa berkata-kata, karena mampu bersaing dengan begitu banyak orang. Hari sabtu besok aku diundang ke tempat acara lomba dan ada undangan untuk orang tua. Aku hanya menaruh undangan di meja, datang tidak datang aku tidak peduli yang penting sudah menyampaikan undangan. Hari ini aku sudah siap untuk berangkat ke tempat acara, sampai diacara ternyata ada kedua temanku siapa lagi kalau bukan Sandra dan Deva. Mereka selalu menyemangatiku ketika galau melihat cerita dari peserta lain. Yang awal nya teman tidak dekat sekarang kami sudah seperti sahabat. Acara sudah dimulai ternyata ada penulis terkenal yang ikut andil menilai cerpen para peserta. Acara diawali dengan pembukaan ketua panitia dan penampilanpenampilan band dan sedikit arahan dari mbak Risa Saraswati untuk peserta. Gimana ga meleleh ya didepan ada mbak Risa Saraswati. "Mau foto pokoknya nanti, harus" ucapku Setelah selesai arahan dari mbak Risa Saraswati, waktu penggumuman hasil akan di sampaikan langsung oleh mbak Risa Saraswati. "Juara 3 yaitu laila dengan judul Bulan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 157 Juara 2 yaitu Sinta dengan judul Hal terindah Juara 1 diraih oleh ananda Alika Kebebasanku" ucap mbak Risa Saraswati dengan judul Ternyata aku menjadi juara 1 dalam lomba ini, senang sekali tetapi awalnya kukira orang tuaku tidak hadir dan ternyata aku salah. Mama dan ayah ku ada di bangku penonton mereka melihat ku dipanggil kedepan karena menjadi juara 1 dan mereka melihat karya ku yang dihargai oleh orang banyak. Aku terharu mereka menyempatkan datang. Setelah acara selesai aku bergegas menemui mama dan ayah. "YaAllah nak selamat" peluk mama "Selamat ya lika" peluk ayah "Ku kira Ayah dan mama tidak melihat undangan itu" jawabku "Ayah mu yang lihat, kita langsung ke sini saja" jawab mama "Terima kasih Ayah Mama" ucap Alika Setelah acara peluk memeluk tadi aku dan kedua temanku pergi ke tempat makan. Tentu saja aku akan mentraktir mereka lebih tepatnya orang tuaku yang mentraktir. Kini Aku mempunyai sahabat yang mengerti diriku dan tentunya satu passion denganku. Hubunganku 158 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra dengan orang tuaku juga mulai membaik bahkan mama sudah tidak menentang keinginanku untuk menjadi penulis. Semua terasa lebih berwarna untukku, jangan takut mencoba dan terus berusaha. Semangaaaat. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 159 WAHAI BUNGA YANG MEKAR TETAPLAH ENGKAU BERSABAR Nuzul Fitri Wulandari “Melati Vania Hussein.”, ujar lirih seorang ibu itu sambil mengusap perutnya membesar. Sore hari menuju senja, suara kayuhan becak kakek tua memecah kesunyian suasana kota sore itu. Pada tempat duduk becak itu tampak seorang ibu hamil dengan wajah sedikit pucat akibat menahan rasa sakit saat mengandung dengan didampingi oleh seorang lelaki duduk di sampingnya, yang tak lain mereka merupakan sepasang suami istri. Seorang ibu hamil dan suaminya tersebut hendak pergi ke rumah sakit yang dekat dengan kediaman mereka untuk melangsungkan prosesi melahirkan. Kakek tua pengayuh becak berusaha mempercepat kayuhan kakinya dengan tujuan agar cepat sampai di rumah sakit tempat ibu hamil tersebut hendak dirawat. Beberapa saat kemudian, sampailah sepasang suami istri tersebut di kamar rumah sakit. Sang ibu berbaring di tempat tidur rumah sakit sembari mengusapusap perutnya yang membesar dan bersiap untuk melakukan persalinan. “Melati”, ucap sang ibu tersebut lirih sambil tersenyum dan memandangi perutnya. “Pak, 160 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra nanti kalau bayi perempuan kita sudah lahir, ibu beri nama Melati.”, ujar sang ibu kepada suami yang berada di sampingnya untuk medampingi proses persalinan nanti. “Melati, nama yang bagus bu, bapak sangat setuju.” Pasangan suami istri itu saling memandang satu sama lain dan tersenyum. Setelah beberapa saat sang ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan sang buah hati dalam kandungannya, terdengar suara tangisan bayi perempuan yang memecah kesunyian di kamar rumah sakit. Bayi itu terlihat sangat cantik dan sehat. Ia tampak memiliki kulit putih bersih dan pipi merah yang merona. “Owee oweee.”, suara Melati kecil yang sedang menangis. Ayah Melati kemudian menggendong dan mengadzaninya untuk pertama kali. Raut bahagia jelas terpancar pada wajah sepasang suami istri tersebut, mengingat Melati adalah anak perempuan pertama mereka. Mereka mempunyai anak pertama berjenis kelamin laki-laki, namun mereka tidak merawatnya sendiri, anak itu berada jauh di luar kota ikut dengan neneknya. Di satu sisi, keluarga kecil itu sangat bahagia karena putri mereka lahir dengan sehat dan selamat. Namun, di sisi lain mereka bersedih karena harus mengikhlaskan Melati untuk dirawat oleh orang lain. Di tempat tidur rumah sakit, ibu itu melamun dan teringat perjanjiannya dengan sahabat karibnya. “Jika nanti anak dalam kandungan kamu itu lahir, bolehkah aku merawatnya hingga ia dewasa?”. Kata-kata itu masih saja Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 161 terngiang dalam benaknya yang membuatnya gelisah dan sedikit bersedih. Tak terasa air mata jatuh menetes membasahi pipi sang ibu yang baru saja melahirkan putrinya itu. Dulu, sang ibu bermata pencaharian sebagai penjual ikan di pasar dekat dengan kediamannya. Hal itu biasa ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama suaminya yang baru saja diberhentikan dari pekerjaanya. Saat kehamilan sang ibu berusia sekitar 7 bulan, ibu itu masih berjualan ikan di pasar. Setiap hari ia berjualan berdekatan dengan seorang wanita warga asli kampung daerah pasar tersebut. Wanita itu sudah menikah sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi belum juga diberi kepercayaan oleh Sang Kuasa untuk menimang momongan. Wanita itu biasa dipanggil Ibu Asih, sedangkan sang ibu yang tengah hamil biasa dipanggil Ibu Dahlia. Suatu hari, Ibu Asih memberanikan diri untuk bertanya kepada Ibu Dahlia yang saat itu tengah mengandung, bahwa jikalau nanti anak dalam kandungan Ibu Dahlia lahir, ia ingin mengambil dan merawatnya hingga anak tersebut dewasa. Karena merasa iba dengan Ibu Asih yang sudah lama menikah tetapi belum memiliki momongan, Ibu Dahlia pun mengiyakan ucapan Ibu Asih dan terikat janji untuk menyerahkan putrinya ketika sudah lahir nanti. “Assalamu’alaikum, Mbak Dahlia.”. Suara lirih dari wanita itu. “Wa’alaikumussalam.”, jawab Ibu Dahlia terperanjak dari lamunannya dan kemudian berusaha 162 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra mengusap air mata untuk menutupi tangisnya. Wanita itu tak lain adalah Ibu Asih. Ia datang bersama suaminya ke rumah sakit tempat Ibu Dahlia bersalin dengan tujuan membawa pulang Melati. Ibu Asih dan suaminya menggendong Melati yang masih bayi, kemudian mereka menyewa taksi untuk membawa Melati pulang ke rumah. Sebelumnya, Ibu Dahlia telah berpesan kepada Ibu Asih agar putrinya itu diberi nama ‘Melati’. Kedua orang tua kandung dan angkat dari Melati memang saling sepakat untuk merahasiakan asal-usul Melati hingga saat ia dewasa dan menikah nanti. Ibu Dahlia dan suaminya juga pulang ke rumah mereka sendiri dengan menyewa becak, kendaraan yang sama dengan saat mereka berangkat ke rumah sakit sore itu. Dari awal, sebenarnya sang ayah sangat ingin untuk merawat putrinya sendiri, namun ia dan juga istrinya sadar bahwa ekonomi kehidupannya saat ini sangat terbatas. Sehingga mereka menaruh harapan yang begitu besar kepada teman istrinya itu untuk membuat kehidupan putrinya nanti menjadi lebih baik. Bukan mereka tidak sayang dengan Melati, darah daging mereka sendiri, namun jauh daripada itu semua mereka memilih melakukan ini untuk kebaikan diri Melati kelak. Bukan mereka tidak menaruh kepercayaan, hanya saja mereka belum siap untuk melepaskan putri yang paling disayangnya itu kepada orang lain, yang tak lain adalah sahabat karibnya. Di samping itu, Ibu Dahlia juga iba melihat Ibu Asih, sahabatnya itu terus-terusan bersedih karena belum dikaruniai momongan. Ibu Dahlia tetap Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 163 berusaha mengikhlaskan, meskipun tak terasa air matanya terus menetes membasahi kedua pipinya. Di sisi lain, suami Ibu Dahlia berusaha memberikan kekuatan untuk istrinya tersebut. Mereka berusaha untuk kuat dan tabah demi kebaikan putrinya kelak. Sesampainya di rumah, Ibu Asih dan suamianya menggendong, menciumi, dan menyuapi Melati dengan bubur bayi, tak lupa mereka memberi Melati kecil susu khusus bayi baru lahir untuk merawat pertumbuhan bayi perempuannya itu. Ibu Asih dan suaminya sangat amat senang telah diberikan kepercayaan untuk merawat Melati, meskipun Melati lahir bukan dari rahim Ibu Asih sendiri. Orang tua angkat Melati merawat Melati dengan penuh kasih sayang, mereka memberi perhatian, mencukupi kebutuhan, mendidik, dan mencintai Melati seperti mereka memperlakukan itu semua kepada anak kandung mereka sendiri. Setiap hari kelahiran Melati, mereka selalu memperingatinya dengan mengadakan pesta kecil-kecilan dan mengundang beberapa teman kampung Melati untuk bernyanyi, makan, dan berfoto bersama di rumah mereka dengan tujuan agar Melati merasa senang. Perayaan sederhana ulang tahun Melati ini berlangsung dalam 5 tahun berturut-turut, yakni saat Melati genap berusia 1, 2, 3, 4, dan 5 tahun. Tepat pada hari saat Melati dilahirkan, yakni pada perayaan ulang tahun Melati setiap tahunnya, Ibu Dahlia, yang merupakan ibu kandung dari Melati datang untuk memberikan ucapan selamat dan doa. Ibu itu selalu 164 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra membawakan baju-baju yang bagus, boneka-boneka beruang yang lucu, permen warna-warni, kue-kue yang lezat, ataupun sepatu yang memiliki banyak ragam untuk Melati setiap tahunnya. Pada saat itu Melati masih terlalu kecil dan belum mengetahui semuanya, namun yang masih terngiang dalam benaknya adalah wajah seorang wanita misterius yang selalu datang untuk memberinya kado setiap perayaan ulang tahunnya, ia ingat secara samar-samar saja. Hari demi hari berlalu begitu cepat. Melati tumbuh menjadi anak yang penurut, periang, dan ia selalu rajin dalam bersekolah juga mengaji. Kedua orang tua angkat Melati merasa sangat beruntung memiliki Melati. Mereka sangat menyayangi Melati, tidak ingin kehilangannya meski sedetikpun, begitupun sebaliknya. Hari itu tepat saat Melati genap berusia 5 tahun. Perayaan ulang tahun Melati masih dirayakan oleh kedua orang tuanya secara sederhana di rumahnya. Melati tampak sangat bahagia kala itu, ia bisa bersenda gurau dan tertawa bersama teman-teman sebayanya yang datang saat acara ulang tahun. Hal itu juga membuat Ibu Dahlia ikut merasakan kebahagiaan saat mengawasi anak kandungnya itu dari kejauhan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ibu kandung Melati memang selalu datang untuk membawakan kado yang sederhana namun tentunya sangat istimewa untuk putri kesayangannya itu. Namun kali ini, ibu kandung Melati tidak datang bersama suaminya, melainkan ia datang dengan ditemani seorang bayi perempuan yang digendongnya. Bayi itu tak lain adalah adik kandung Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 165 Melati. Masih saja Melati belum mengetahui siapa sebenarnya wanita yang membawakan kado setiap perayaan ulang tahunnya itu. Ketika perayaan ulang tahun telah usai, di belakang rumah Ibu Dahlia berusaha mengobrol dengan Ibu Asih tentang hak asuh Melati. “Ibu Asih, mohon maaf sebelumnya, kedatangan saya kemari untuk menghadiri ulang tahun Melati, sekaligus saya berniat untuk merawat Melati kembali. Mengingat Melati sekarang sudah berusia 5 tahun, saya ingin membesarkannya sendiri.”, ujar Ibu Dahlia. “Iya bu, saya paham bagaimana perasaan ibu sebagai ibu kandung Melati. Tapi saya sudah terlanjur sayang, sangat sayang kepada Melati. Melati sudah saya anggap seperti anak kandung saya sendiri, saya tidak mau kehilangan dia. Ibu paham kan bagaimana perasaan saya, saya akan merawat Melati sebaik mungkin.”, ujar Ibu Asih. Ujaran Ibu Asih diperkuat dengan ucapan dari nenek angkat Melati, yang merupakan orang tua dari Ibu Asih yang tinggal satu rumah dengan keluarga Melati. Tanpa sepengetahuan Ibu Asih, nenek Melati berucap kepada Ibu Dahlia untuk tidak mengambil Melati kembali dan tidak datang kembali ke rumah Ibu Asih, anak kandungnya itu dengan tujuan agar Ibu Asih tidak bersedih dan merasa diberi kepercayaan untuk merawat Melati. Mengingat dari banyaknya cucu nenek Melati, Melati lah yang paling disayangi oleh neneknya karena ia anak yang lemah lembut, penyayang, serta penurut. Keluarga kandung dan keluarga angkat Melati memang 166 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra sudah sepakat untuk menyembunyikan jati diri Melati hingga waktu yang tepat. Ibu kandung Melati pulang dengan hati sedikit kecewa, namun tetap berusaha untuk ikhlas. Ia pulang dengan tujuan utama membawa bayi kecilnya tersebut untuk beristirahat. Beberapa saat mereka beristirahat, terdengar suara orang mengetuk pintu dengan membawa berita duka. Berita duka itu datang dari suami Ibu Dahlia, ayah kandung Melati yang meninggal dunia karena hanyut di sungai dekat rumahnya ketika mencari ikan hasil tangkapan untuk dijual. Ibu Dahlia sangat terpukul dengan kenyataan yang dihadapinya sekarang. Ia harus membesarkan anaknya seorang diri dan menjadi tulang punggung untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia bersedih karena anak-anaknya akan menjadi anak yatim, dan dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ayah. Dengan demikian, secara tidak langsung Melati sudah menjadi seorang anak yatim. Meski begitu, Ibu Dalia adalah wanita yang kuat, ia yakin pasti bisa menghadapi setiap ujian yang datang di kehidupannya. Sekali lagi, Ibu Dahlia adalah wanita yang kuat dan sangat kuat, ia berusaha untuk menjadi figur seorang ibu sekaligus seorang ayah untuk anaknya. Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa Melati sekarang hendak duduk di bangku sekolah dasar. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tepat di usia Melati yang ke enam, tahun ini hari jadi Melati tidak dirayakan dengan pesta ulang tahun. Melati sudah mempunyai satu orang Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 167 adik laki-laki sekarang. Ya, Ibu Asih baru saja melahirkan anak keduanya. Melati sangat senang dapat adik baru. Melati tumbuh menjadi anak yang pintar dan mandiri. Di sekolah, ia selalu mendapatkan peringkat nomor 1. Melati juga sangat rajin dalam membantu pekerjaan rumah ibu angkatnya serta membantu menjaga adiknya. Di suatu sisi, saat Melati tumbuh menjadi anak yang rajin dan pandai di sekolahnya, ada saja godaan yang menimpa Melati. Di sekolah, teman-teman sekolahnya mengolok-olok Melati dengan sebutan “Anak yang Terbuang”, ada pula temannya yang mengatakan bahwa Melati sebenarnya bukanlah anak yang dilahirkan dari rahim ibunya yang sekarang, bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa Melati adalah anak angkat yang digunakan sebagai pancingan untuk memperoleh anak kandung dari orang tua yang merawatnya sekarang. Entah darimana sumber ucapan mereka sehingga mereka bisa mengatakan demikian, yang jelas ucapan-ucapan itu terdengar dan tertanam di benak Melati sehingga menimbulkan tanya besar pada hatinya. Meski begitu, Melati tetap sabar dan tentunya tidak pernah membalas ataupun marah dengan ucapan teman-temannya. Melati kecil hanya membalas mereka dengan senyum manis dari bibirnya. Ketika itu Melati sedang keluar rumah, ia hendak membelikan makanan untuk ibunya. Ada saja ucapan tetangga yang berbisik dan mengatakan bahwa Melati sebenarnya bukanlah anak kandung dari kedua orang 168 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra tuanya yang sekarang. Ucapan dari para tetannganya itu seringkali didengar olehnya pada saat ia keluar rumah. Ketika itu Melati kecil masih berusia enam tahun, dan duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Ia masih belum memahami apa yang sebenarnya diucapkan oleh orangorang tentang asal-usul dirinya. Namun, ia berpikiran ada suatu hal yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya. Kala itu Melati baru saja pulang dari sekolah. Selepas berganti pakaian, dengan gaya polos anak seusianya, ia bertanya kepada Ibu Asih, ibu yang merawatnya dari kecil. “Bu, apa benar aku ini sebenarnya bukan anak kandung ibu?”, tanya Melati sambil memandangi wajah ibunya. “Siapa yang mengatakan demikian, nak?”, tanya ibunya. “Ada banyak orang yang berkata seperti itu bu, teman-teman juga. Mereka bilang Melati bukan anak ibu dan ayah.”, jawab Melati dengan nada polosnya. “Melati tidak usah menghiraukan ucapan yang tidak benar dari orang-orang ya. Melati anak ibu dan ayah. Ibu, ayah, nenek, adik, dan semuanya sayang sekali dengan Melati.”, ujar ibu seraya mengelus rambut Melati. Melati menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, ibu juga. Di kesehariannya, Melati rajin membantu pekerjaan orang tuanya. Selain itu ia rajin beribadah dan juga rajin belajar. Tak seperti kebanyakan anak seusianya, Melati terlihat lebih memiliki kepribadian yang tenang dan jarang untuk membuang waktu dengan bermain atau keluyuran tanpa ada keperluan yang penting dan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 169 bermanfaat bagi dirinya serta orang lain. Hari demi hari berlalu, Melati hidup bahagia dan merasa cukup, baik perihal materi atau kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah dimilikinya sekarang. Dua tahun kemudian, Ibu Asih melahirkan anak ketiganya. Ya, di usianya yang menginjak delapan tahun, Melati memiliki satu adik laki-laki dan satu adik perempuan dari keluarga angkatnya sekarang. Melati sangat senang mendapatkan adik baru. Ia biasa membantu ibu untuk mengasuh adik-adiknya itu. Melati sangat menyayangi kedua adiknya. Namun, kebahagiaan itu tak lama berubah menjadi kesedihan. Nenek Melati yang sangat menyayangi Melati meninggal dunia di usianya yang menginjak delapan puluh tiga tahun dikarenakan sakit. Melati sangat bersedih telah kehilangan nenek yang paling disayangnya itu. Ia mendoakan agar neneknya itu bahagia di surga. Semua terlihat baik-baik saja. Namun seiring berjalannya waktu, perubahan dalam hidup Melati terjadi. Ibu yang biasa menyayanginya sejak kecil tampaknya sedikit berubah sikapnya kepada Melati. Ibu Asih sering membandingkan Melati dengan adik-adiknya. Apabila Melati melakukan kesalahan sedikit saja, Bu Asih lebih sering memarahi Melati dengan kata-kata yang kasar, bahkan sesekali wanita beranak tiga tersebut memukuli Melati. Ibu Asih sering tidak percaya kepada Melati. Ia selalu menuduh Melati melakukan kesalahan yang 170 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra sebenarnya tidak Melati lakukan. Apabila ada kesalahan dalam rumah, nampaknya ibunya menganggap itu semua adalah kesalahan dari Melati. Di mata Ibu Asih sekarang, Melati lah yang salah walaupun ia tidak pernah melakukannya. Semua yang dilakukan Melati terlihat hina di mata ibu angkatnya tersebut. Sesekali Melati meneteskan air mata untuk membasuh luka hatinya. Ia merasa sedih apabila ibunya memperlakukan ia demikian. Namun Melati tetaplah memiliki kebesaran hati untuk bersabar. Ia mempunyai keyakinan bahwa seperti apapun sifat orang tuanya kepada, mereka tetap berjasa besar dalam merawat dan membesarkannya. Kesabaran hati Melati juga didukung oleh sifat baik ayahnya, suami Ibu Asih yang seringkali membela Melati ketika dimarahi dan dipukuli oleh ibunya. Melati masih merasa beruntung karena memiliki seorang ayah yang mengerti akan dirinya sekarang, meskipun ayah Melati jarang berada di rumah karena harus berjualan alatalat memancing di toko. Melati juga sering datang dan membantu ayahnya di toko keperluan memancing yang berada di pinggir jalan raya itu. Ia biasa membantu ayahnya sepulang sekolah dan menggantikan ayahnya berjaga ketika jam waktu salat lima waktu tiba. Matahari siang menyingsing, waktu itu Melati yang duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar pulang dari sekolah. Melati berjalan kaki menuju rumah, seperti pada saat ia berangkat ke sekolah. Tidak seperti hari-hari biasanya hari itu Ibu Asih menjemput Melati di depan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 171 gang rumah dan mengisyaratkan supaya Melati mempercepat langkahnya untuk pulang. Saat tiba di depan rumah, Melati sangat terkejut karena ia melihat banyak saudara dan tetangganya yang datang dan duduk memenuhi ruang tamu rumahnya. Tanpa berpikir panjang, ia mengucapkan salam dan perlahan masuk ke dalam rumah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Melati melihat sekeliling dan menelaah satu per satu orang yang ada di ruangan rumahnya itu. Di sudut ruangan, Melati melihat seorang wanita muda memakai baju terusan hitam sedang menggendong anak perempuannya yang masih berusia balita. Sepertinya Melati tidak asing lagi dengan wajah wanita itu dan sering terlihat sebelumnya. Melati ingat secara samar-samar saja. Di pikirannya terbesit bahwa waktu ia kecil dulu sering mendapatkan kado dari seorang wanita yang wajahnya mirip dengan wanita yang dilihatnya saat ini. Namun ia belum berani menyimpulkan apapun. Melati menaiki anak tangga menuju ke ruangan lantai dua untuk berganti pakaian. Pembicaraan para ibu itu terdengar hingga ke lantai atas secara sayup-sayup. Melati tidak sengaja mendengarkan pembicaraan mereka. Semua yang hadir sepertinya menujukan perhatiannya kepada ibu berbaju hitam tadi. Ibu berbaju hitam itu menanyakan banyak hal tentang diri Melati. Mulai dari bagaimana keadaan Melati, bagaimana peringkatnya di sekolah, dan bagaimana sikap Melati di rumah ini. Semua ibu yang hadir memberikan jawaban positif kepada ibu itu, Ibu Asih juga ikut menjawab dengan jawaban baik 172 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra yang sesuai dengan diri Melati sebenarnya. Wanita berbaju hitam yang menggendong anak itu juga memandangi fotofoto kecil Melati satu per satu. Foto ketika Melati ulang tahun, bermain, belajar, mengaji, ataupun ketika menangis. Wanita itu terlihat sangat senang sekali mengetahui keadaan Melati sekarang. Setelah sekitar satu jam berlalu dengan berbagai cerita ibu-ibu di ruang tamu tentang Melati, wanita itu memutuskan untuk pulang. Tak lupa Melati datang menyambut untuk mencium tangannya. Wanita itu mencium kening Melati seraya berkata “Kamu sudah tumbuh besar dan cantik, nak”. Kemudian ibu itu pergi setelah memberikan sedikit uang untuk Melati. Para saudara dan tetangga yang hadir juga turut menyambut kepulangan wanita itu. Melati bertanya kepada ibunya tentang siapa sebenarnya wanita yang datang itu, dan ibunya menjawab ia adalah teman bekerja ibunya dulu. Melati percaya dengan ucapan ibunya. Ia memang belum dewasa untuk mengetahui semuanya, namun ia merasa ada yang belum ia ketahui. Ikatan batin antara ibu dan anak terasa kuat dalam hal ini. Melati ingin datang ke rumah Ibu Dahlia. Ia memohon kepada Ibu Asih dengan harapan ibunya itu mau mengajaknya ke rumah Ibu Dahlia. “Bu, nanti kalau liburan sekolah tiba, ajak Melati ke rumah teman ibu tadi ya, Melati mau main.”, ujar Melati. “Iya, nanti kalau Melati sudah kelas 5 ya.”, jawab ibu. Melati menganggukkan kepala. Ucapan ibunya tadi seperti hanya ingin menenangkan Melati. Sampai Melati hendak duduk di bangku sekolah menengah pertama pun Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 173 ibunya belum mengabulkan permintaannya, dan mungkin Melati sendiri juga sudah lupa akan permintaannya beberapa tahun lalu itu. Melati tetap menjalani hidupnya dengan semestinya dan senantiasa bersabar dalam menghadapi segala gejolak yang terjadi di kehidupannya. Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa Melati sekarang sudah sudah duduk di bangku kelas 9 sekolah menengah pertama. Melati tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik dan cerdas di sekolahnya. Waktu itu Melati mendapatkan tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah untuk mencari tahu asal-usul mengenai rumah sakit tempat setiap siswa dilahirkan. Melati bertanya kepada sang ibu perihal itu. Bu Asih pun menjawab bahwa Melati dulu dilahirkan di Rumah Sakit Ibunda, sebuah rumah sakit swasta yang terletak tak jauh dari tempat tinggalnya sekarang. Satu hari setelahnya, Melati datang ke rumah sakit tempatnya dilahirkan tersebut. Waktu itu sepulang sekolah, matahari menyingsing dengan terangnya. Melati naik angkutan umum untuk sampai ke tempat tujuan, hal yang biasa ia lakukan ketika berangkat dan pulang dari sekolah. Sebenarnya Melati punya tujuan lain selain menanyakan asal-usul rumah sakit tempat ia dilahirkan tersebut, yaitu ia ingin mencari tahu tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Setelah tiba di rumah sakit, Melati memberikan diri diri untuk menanyakan niatnya tersebut meskipun dengan hati yang gundah. Ia memberanikan diri untuk masuk ke ruangan depan, kemudian memulai 174 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra bertanya kepada pelayan rumah sakit bagian administrasi dan pendataan. Wanita muda yang merupakan pelayan rumah sakit itu terlihat sangat ramah dan nyaman untuk diajak ngobrol, sehingga Melati tidak canggung untuk bertanya kepadanya. “Selamat pagi kak, apakah ada yang bisa kami bantu?”, ujar pelayan itu ramah. “Selamat pagi juga kak saya mau bertanya, apakah rumah sakit ini masih menyimpan data-data setiap bayi yang lahir dalam rentang waktu belasan tahun yang lalu?”, tanya Melati. “Masih menyimpan kak, boleh tahu tahun berapa kelahirannya?”, kata pelayan rumah sakit itu. Melati pun memberitahukan tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya dengan tujuan agar pelayan rumah sakit itu dapat dengan mudah mencarikan datanya. Setelahnya, wanita itu datang dengan membawa buku catatan yang berisi data-data setiap bayi yang lahir pada tahun 1999, tahun yang disebutkan Melati. Dalam buku itu tercatat berbagai informasi penting, seperti tanggal, bulan, tahun, jam ketika bayi dilahirkan, nama pasien, nomor telepon pasien, serta alamat pasien. Dalam buku catatan kelahiran tersebut sebagaian besar tidak dicantumkan nama bayi yang dilahirkan, karena pada saat melahirkan biasanya para orang tua belum memikirkan nama yang pas untuk buah hatinya. Mengetahui hal tersebut, Melati mencoba menanyakan apakah ada nama Ibu Asih yang melahirkan pada tanggal kelahirannya. Wanita itu mencoba mengecek sejenak nama Ibu Asih di buku catatan kelahiran. “Tidak ada, kak.”, ujar wanita itu sembari menunjukkan buku catatan kelahiran Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 175 kepada Melati. “Oh begitu. Kalau Ibu Dahlia ada tidak kak?”, tanya Melati penasaran. Sebenarnya Melati masih belum mengetahui betul nama dari ibu kandungnya, ia hanya mendengar samar-samar saja dari para tetangga yang sering membicarakan asal-usul dirinya. “Ada kak.”, ujar wanita itu seraya menunjukkan buku catatan kelahiran kepada Melati. Melati mengecek buku itu dan ternyata benar tertulis nama Ibu Dahlia pada tanggal kelahirannya, kebetulan pada tanggal tersebut hanya ada tiga kelahiran saja, dan nama Ibu Dahlia hanya ada satusatunya pada tanggal tersebut. Melati sedikit terperanga mengetahui kenyataan ini. Jantungnya berdetak kencang dan hatinya bergejolak ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Melati kemudian menengok buku itu dan mengingat-ingat alamat Ibu Dahlia yang tertera pada kolom bagian samping nama ibu yang melahirkan. Kemudian ia melanjutkan tugasnya untuk bertanya mengenai asal-usul rumah sakit tersebut. Setelah itu, Melati mengucapkan terima kasih kepada pelayan rumah sakit yang telah membantunya dengan baik. Setelah tugas dan pencarian Melati selesai, ia keluar dari rumah sakit. Rasa penasarannya memang terjawab, namun hatinya sedikit kalut. Tubuhnya lemas dan lututnya gemetar mengetahui kenyataan yang sudah lama ia tanyakan dalam hatinya. Melati berusaha kuat dengan menahan air mata yang hendak membasahi pipi merahnya itu. Sekarang juga, ia berniat untuk mendatangi alamat rumah tempat Ibu Dahlia tinggal. Ia berharap sampai detik ini Ibu Dahlia masih tinggal disana. Melati 176 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra sangat ingin bertemu dengan Ibu Dahlia apapun yang terjadi, meskipun ia tahu bahwa kemungkinan besar yang terjadi adalah Ibu Dahlia tidak mengenalinya karena ia telah beranjak remaja sekarang sehingga sedikit banyak mengalami perubahan pada wajahnya. Melati melanjutkan perjalanannya ke rumah Ibu Dahlia. Ia memilih untuk menaiki angkutan umum saja, mengingat rumah Ibu Dahlia tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya sekarang. Setelah sekitar 10 menit perjalanan, ia sampai di depan kampung tempat Ibu Dahlia tinggal. Ia turun dari angkutan umum untuk kemudian berjalan kaki sekitar 300 meter menyusuri jalanan kecil yang ramai kendaraan lalu lalang karena memang kendaraan umum dilarang memasuki perkampungan itu. Begitu padat dan riuh laju kendaraan memenuhi sekujur jalan, Melati memilih jalan lain agar cepat sampai tujuan. Ia berjalan sambil menengok kanan kiri dengan tujuan dapat melihat plang bertuliskan gang yang sesuai dengan tujuannya. Sesampainya di gang 7, gang rumah Ibu Dahlia, Melati meneruskan langkahnya dan kemudian berhenti di sebuah gubuk kayu kecil yang tidak berlantai. Ia masih ragu untuk masuk. Ia kemudian bertanya kepada orang sekitar apakah benar rumah tersebut ditinggali oleh Ibu Dahlia. Para tetangga mengatakan bahwa benar rumah kecil itu ditinggali oleh Ibu Dahlia dan satu anak perempuannya, suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Para tetangga melanjutkan pembicaraannya dengan mengatakan bahwa sebenarnya Ibu Dahlia bukan penduduk asli kampung tersebut. Ia datang dari sebuah Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 177 kota di daerah Jawa Tengah. Mereka mengatakan juga bahwa Ibu Dahlia tinggal di kota ini dikarenakan ia memiliki seorang anak yang diasuh oleh orang lain di kota yang sama, dan mungkin Ibu Dahlia tidak ingin jauh dari anaknya. Dalam hati kecil Melati berkata bahwa seorang anak yang dimaksud itu anak dirinya, Melati Vania Hussein. Setelah mengobrol dan mengucapkan terima kasih kepada para tetangga yang telah memberikannya informasi, Melati memberanikan diri untuk datang ke rumah Ibu Dahlia. Ia mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu 178ka n itu perlahan. “Tok tok tok, Assalamu’alaikum.”, suara ketukan pintu dan salam Melati. “Wa’alaikumussalam.”, ujar suara itu. Setelah salam terjawab, ada seorang wanita yang menengokkan kepalanya lewat jendela rumahnya seraya berkata “Ada apa mbak, mbak mencari siapa?”. “Oh tidak bu, maaf saya salah orang.”, jawab Melati gugup seraya berlalu. Melati tahu bahwa wanita yang ditemuinya barusan adalah Ibu Dahlia, ibu kandungnya. Ia masih hafal raut muka Ibu Dahlia sama persis dengan wanita yang sering memberikannya kado berupa baju, permen, sepatu, dan makanan saat dirinya kecil dulu. Melati menahan dirinya untuk tidak berbicara dengan Ibu Dahlia. Meskipun ia sudah mengetahui bahwa Ibu Dahlia adalah ibu kandungnya, namun ia memilih untuk menunggu saat yang tepat. Sepertinya Ibu Dahlia sudah tidak mengenali wajah anak kandungnya itu, Melati 178 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra remaja yang telah sedikit banyak mengalami perubahan, mengingat Ibu Dahlia sudah tidak pernah datang ke rumah untuk menjenguknya. Terakhir kali ibu Dahlia datang ke rumah Melati adalah ketika ia duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Melati memutuskan untuk pulang ke rumah saja dengan menaiki kendaraan umum. Mendung hitam tampak di angkasa, sebentar lagi hujan akan membasahi bumi dan seisinya. Dan benar saja, beberapa menit kemudia hujan turun dengan derasnya. Melati terpaksa turun dari angkutan umum dan berlari menembus derasnya hujan, mengingat ia tidak membawa persediaan payung dan jarak pemberhentian angkutan umum dengan rumah Melati yang hanya sekitar 100 meter saja. Setibanya di rumah, Melati membersihkan tubuhnya yang basah karena hujan. Senja telah tiba, bintang-bintang di langit hendak memancarkan terangnya, tanda malam telah datang, Melati merenungkan kenyataan tentang dirinya. Hatinya bergejolak, ia bimbang dan sedikit canggung dengan keluarganya sekarang setelah ia mengetahui tentang jati dirinya yang sebenarnya. Meskipun ia merasa sedih karena sejak lahir tidak dirawat oleh orang tua sendiri, namun Melati tetap bersabar dan berpikir positif bahwa semua yang terjadi dalam kehidupannnya merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Melati sadar, bahwa Tuhan memberikan apa yang hamba-Nya butuhkan, bukan yang diinginkan. Ia menyadari sepenuhnya bahwa kehendak Tuhan ini adalah jalan terbaik. Kewajibannya sekarang adalah selalu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 179 berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya, serta berupaya membahagiakan keluarga dengan prestasinya. Melati kemudian mengambil air wudhu untuk melaksanakan ibadah salat dan berdo’a agar Tuhan selalu melindunginya dan keluarganya, baik kandung maupun keluarganya yang sekarang. Seiring waktu berlalu, tangis dan tawa telah dilalu oleh Melati di hidupnya. Melati sangat menyayangi keluarganya yang sekarang. Di sisi lain, ia juga merasa iba dengan keadaan ibu dan adik kandungnya yang sekarang, ia memiliki cita-cita untuk mendatangi dan membantu mereka suatu saat nanti. Ibu dan ayah Melati memang tidak pernah berpilih kasih dalam hal pendidikan kepada Melati dan adik-adiknya. Namun, terkadang ibu Melati sering memarahi Melati dengan perkataan yang kasar ketika ia melakukan kesalahan yang sepele. Ibu Asih juga sering memarahi Melati, meskipun adik-adik Melati lah yang melakukan kesalahan. Pendidikan Melati juga sebagian besar kedua orang tuanya sekarang yang mengatur. Orang tua Melati seperti kurang mempercayai Melati, tidak mendengarkan isi hatinya, dan sering mengabaikannya. Hal itulah yang terkadang membuat Melati bersedih. Meski demikian, Melati tetap berusaha bersabar dalam menghadapi segala cobaan di kehidupannya. Ia tumbuh menjadi pribadi yang tabah dalam menghadapi segala yang terjadi dalam kehidupannya. Ia tahu betul bahwa semua yang terjadi merupakan kehendak Tuhan yang Maha Esa, dan merupakan hal yang terbaik untuknya. 180 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Waktu berjalan begitu cepat, Melati sekarang sudah beranjak dewasa. Ia memilih untuk melanjutkan kuliah di pendidikan guru karena sejak kecil ia memiliki cita-cita yang mulia sebagai pendidik generasi penerus bangsa. Ia berkuliah sambil membuka program les di rumahnya ataupun private untuk sedikit membantu ekonomi kedua orang tuanya. Tahun ini, ia sedang menjalani semester 5. Di kelasnya, Melati dikenal sebagai pribadi yang rajin dan pandai. Ia memiliki seorang sahabat yang setia dengannya, namanya Fitria. Melati dan Fitria sudah saling mengenal sejak awal perkuliahan. Mereka sering bertukar pikiran, mengobrol, ataupun saling berbagi cerita mengenai kehidupan pribadi masingmasing. Di siang hari yang terik, Melati baru saja selesai melakukan perkuliahan. Melati bersama Fitria memilih untuk membeli makanan di kantin bersama. Melati bercerita bahwa setelah ini ia berniat mengunjungi ibu kandung yang sudah lama tidak ditemuinya. Ia meminta pendapat kepada sahabat karibnya itu. Fitria memberikan saran kepada Melati bahwa boleh saja datang kesana untuk menjenguk ibunya. Melati berhenti di sebuah toko roti kecil di dekat kampus untuk membeli satu buah roti besar dan membawakan kepada ibu kandungnya. Tekad Melati sudah bulat, pikirannya sudah mantap untuk menanyakan kepada Ibu Dahlia siapa dirinya yang sebenarnya. Melati berangkat ke kediaman Ibu Dahlia dengan mengendarai sepeda motor, kendaraan yang biasa dinaikinya ketika berangkat dan seusai kuliah. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 181 Sesampainya di alamat rumah Ibu Dahlia, Melati tidak mendapati siapa siapa yang tinggal disana, rumah itu kosong. Kata warga sana, Ibu Dahlia sudah pindah ke kontrakan yang ada di gang sebelah. Tanpa pikir panjang, Melati langsung menuju alamat kontrakan tempat Ibu Dahlia tinggal yang ditunjukkan oleh warga kampung tadi. Sesampainya di depan kontrakan, Melati bingung karena banyak sekali kamar yang ada disana. Ia harus bertanya kepada warga sekitar tentang keberadaan Ibu Dahlia. Seorang nenek tua memberitahukan kepadanya letak kamar yang ditinggali Ibu Dahlia sekarang. Sesampainya di kamar yang menjadi tujuannya, Melati mencoba mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Sosok wanita muncul dan membukakan pintu. Melati sangat mengenali wajah tersebut, seperti yang pernah dilihatnya beberapa tahun yang lalu, saat ia kecil dan saat di gubuk kecil itu. Ya, wanita itu adalah Ibu Dahlia. Melati memandangi wajah wanita yang mulai menua itu sejenak, kali ini ia tidak dapat menghindar lagi. “Cari siapa mbak?”, tanya wanita itu. “Saya anak dari Ibu Asih bu, ini ada titipan dari ibu saya untuk ibu.”, jawab Melati sembari memberikan roti yang dibawanya tersebut kepada wanita yang ada di hadapannya itu. “Anak Ibu Asih? Loh ini Melati?”, tanya wanita itu kembali dengan nada terkejut. “Iya bu, saya Melati.”, ujar Melati. “Ya Allah Melati, kamu sekarang sudah besar dan cantik nak.” Ujar wanita itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ibu Dahlia spontan memeluk Melati dengan kencang dan terdengar suara tangisan lirih dari wanita itu di depan kamar kontrakan. Melati juga spontan menyambut pelukan dari ibu 182 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra kandungnya itu. Nenek tua yang memberikan petunjuk kepada Melati rupanya masih berdiri di depan gang kontrakan dan memandangi mereka yang saling berpelukan. “Ada apa Ibu Dahlia kok bersedih, jangan menangis di depan pintu, ayo bawa anak itu masuk ke dalam.”, kata nenek tua itu. “Ini anakku.”, kata Ibu Dahlia dengan nada yang sangat lirih kepada nenek tua itu. Tapi tetap saja Melati masih mendengar samar-samar perkataan Ibu Dahlia tadi. Ibu Dahlia melepaskan pelukannya dan mempersilakan Melati untuk masuk. Ia kemudian membawakan segelas minuman untuk Melati. “Saya ini budhe kamu nak, ini budhe, teman ibu kamu.”, ujar Ibu Dahlia memulai pembicaraan. “Kalau pakdhe, suami budhe ini sudah meninggal beberapa tahun yang lalu saat Melati masih kecil.”, kata Ibu Dahlia melanjutkan ceritanya. Melati mendengarkan dengan baik ucapan Ibu Dahlia seraya mengangguk menandakan bahwa ia paham. Ia bersedih mengetahui bahwa ternyata benar ayah kandungnya itu sudah meninggal sejak lama, seperti yang dikatakan oleh tetangga Ibu Dahlia beberapa tahun yang lalu di gubuk kecil. Mereka saling bercerita tentang kehidupan pribadi satu sama lain. Ibu Dahlia menanyakan keadaan Melati, perkuliahannya, dan kehidupannya dengan keluarganya sekarang. Melati menjawab setiap pertanyaan Ibu Dahlia. Ia menahan dirinya untuk menanyakan kebenaran kepada Ibu Dahlia, menunggu saat pembicaraan yang tepat. Ibu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 183 Dahlia juga menceritakan bahwa ia sekarang sudah dipecat dari tempat biasa ia bekerja. Ia sekarang hanya bekerja serabutan di terminal yang jaraknya cukup jauh dari kontrakan tempatnya tinggal sekarang. Ia biasa bekerja saat sore hingga malam hari. Ibu Dahlia hanya bekerja membantu membawakan barang-barang bawaan para pelancong yang telah melakukan perjalanan dan kemudian berhenti di terminal itu. Setelah membantu, ia hanya mendapat upah dua ribu hingga lima ribu rupiah saja untuk setiap orang yang dibantu. Ada juga orang yang berbaik hati memberikan upah yang lebih banyak kepadanya. Namun, tak jarang pula ia tidak mendapatkan upah sama sekali karena tidak ada orang yang mau dibantunya. Sering pula Ibu Dahlia tidak pulang ke rumah dan terpaksa untuk menginap serta tidur di terminal karena tidak mendapat pelanggan, sehingga ia tidak mempunyai uang naik angkutan umum untuk pulang. Ia juga sering menahan rasa lapar karena tidak mampu untuk membeli makanan. Mendengar cerita Ibu Dahlia, Melati sangatlah sedih dan ingin sekali sedikit membantu meringankan beban ibu kandungnya itu. Ibu Dahlia bercerita banyak hal kepada Melati. Ia sepertinya sangat senang bisa bertemu dan bercerita kepada Melati, anak kandungnya itu. Ia kemudian menunjukkan foto-foto dirinya bersama almarhum suaminya, yang merupakan ayah kandung Melati ketika mereka masih muda dulu. Semua foto-foto itu masih tersimpan dengan baik dan sangat rapi. Di foto itu, nampak sekali bahwa Ibu Dahlia sangat menyayangi 184 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra suaminya yang telah meninggalkan dirinya itu, begitupun sebaliknya. Masih nampak jelas kesedihan pada raut wajah Ibu Dahlia ketika bercerita tentang almarhum suaminya itu. Di salah satu foto yang memperlihatkan senyum almarhum ayah Melati, terlihat mirip sekali dengan Melati saat tersenyum juga. Ibu Dahlia juga mengatakan demikian. Ibu Dahlia bercerita bahwa sebenarnya ia memiliki tujuh orang anak. Namun, tiga diantaranya telah meninggal sejak masih dalam kandungan. “Anak pertama budhe ini bernama Beni, yang tinggal di luar kota bersama dengan neneknya. Anak kedua, ketiga, dan keempat telah meninggal dunia ketika mereka berada di dalam kandungan budhe. Anak keenam bernama Dina yang juga tinggal di luar kota bersama dengan neneknya, dan anak ketujuh bernama Aisyah yang tinggal bersama budhe, tapi dia belum pulang dari sekolah sekarang.”, cerita Ibu Dahlia yang masih menyebut dirinya dengan sebutan ‘budhe’. “Lah anak kelima ibu di mana, kok tadi belum disebutkan?”, tanya Melati penasaran. “Hmmm anak kelima…”, jawab Ibu Dahlia pilu seraya tak kuasa menahan tangisnya. “Anak kelima itu bernama Melati ya bu, anak kelima itu aku ya?”, tanya Melati perlahan. “Iya, nak.”, jawab Ibu Dahlia sambil menangis. “Sebenarnya ibu ini bukan tidak mau merawat dan membesarkan Melati. Bukan berarti ibu membuang Melati. Ibu sangat sayang kepada Melati, tapi ibu kasihan dengan Ibu Asih yang belum dikaruniai anak selama beberapa tahun setelah menikah dan memberikan kepercayaan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 185 kepadanya dengan merawat kamu, Melati. Dulu almarhum ayah kamu pernah menyuruh ibu supaya Melati ibu rawat sendiri saja, tapi ibu sudah berjanji kepada Ibu Asih, teman baik ibu. Melati jangan bersedih ya. Semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Ini yang terbaik untuk Melati. Kalau Melati ikut dengan ibu, pasti Melati juga hidupnya kurang enak. Sedangkan sekarang Melati sudah hidup enak dan bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan. Melati harus banyak bersyukur ya. Melati juga harus berbakti kepada kedua orang tua Melati yang sekarang. Jadilah anak yang sukses, dan bahagiakan orang tua kamu yang sudah sangat baik dalam merawatmu ya, nak. Melati janji ya, untuk tidak memberitahu perihal ini kepada siapapun. Jangan sampai keluarga kamu tahu kalau kamu sudah mengetahui asal-usulmu yang sebenarnya. Nanti akan ada saatnya Melati diberitahu tentang semua ini oleh kedua orang tua Melati.”, ujar Ibu Dahlia sembari memeluk Melati. Seperti ada ikatan batin antara ibu dan anak kandungnya yang telah terpisah sekian lama, Ibu Dahlia melampiaskan rasa rindunya kepada Melati dengan memeluk dan mencium keningnya. Rasa pilu jelas terpancar di wajahnya. Wanita yang melahirkan Melati itu terlihat sedih dan sesekali mengusap air matanya, Melati juga. “Walaupun ayah kandung Melati sudah meninggal, Mas Beni sebagai kakak kandung Melati bisa menjadi wali jika Melati menikah nanti.”, tambah Ibu Dahlia. Setelah beberapa saat bersama dan saling bercerita, Melati berniat untuk pamit pulang karena hari mulai sore. 186 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Melati mencium tangan Ibu Dahlia, dan Ibu Dahlia mencium kening Melati kembali sebagai tanda ibu dan anak itu akan berpisah kembali dalam waktu yang cukup lama. Ibu Dahlia memberikan Melati mukenah untuk dibawanya pulang. Ibu Dahlia mengatakan bahwa Melati boleh untuk sering-sering datang ke kontrakannya. Tak lupa Melati menanyakan tempat di mana almarhum ayah kandungnya dimakamkan, yang tak jauh dari tempat tinggalnya juga, dengan tujuan mengunjunginya secepatnya. Hari-hari berganti, Melati kali itu mengunjungi makam almarhum ayahnya. Namun beberapa menit mencari makam di blok yang sesuai arahan dari ibunya, makam almarhum ayah Melati tidak dapat ditemukan. Makam itu sepertinya sudah tertindih dengan makam baru dan sudah hilang begitu saja. Melati dibantu oleh pekerja makam yang juga berusaha mencari, namun belum ditemukan. Wajar saja hal itu terjadi, karena sudah belasan tahun ayah Melati meninggal, tetapi makam tersebut jarang dikunjungi dan dirawat oleh keluarga, mengingat keadaan ibu dan adik kandungnya sekarang yang kurang berkecukupan. Kakak dan adik tertuanya juga berada di luar kota bersama dengan neneknya. Dengan itu, Melati memutuskan untuk pulang ke rumah dan berpesan kepada penjaga makam untuk memberitahunya apabila sudah menemukan makam yang sama dengan identitas almarhum ayahnya. Melati nantinya berniat menandai makan tersebut dengan pagar ataupun batu agar tidak Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 187 hilang kembali. Untuk saat ini, ia hanya bisa mendoakan almarhum ayah kandungnya itu dari jauh saja. Sudah dua kali Melati mengunjungi rumah Ibu Dahlia untuk menjenguk ibu dan adik kandungnya itu. Melati juga sering membawakan makanan ataupun uang untuk sedikit membantu ibu kandungnya. Namun, saat kali ketiga Melati berkunjung kesana, kamar kontrakan Ibu Dahlia sudah ditutup dan disita. Baju dan perabotan Ibu Dahlia harus ditahan di kamar kontrakan itu sebagai jaminan karena Ibu Dahlia tidak bisa membayar uang kontrakan tahun ini. Para tetangga mengatakan bahwa Ibu Dahlia pindah ke rumah seseorang yang masih ada hubungan saudara dengannya. Rumahnya hanya beberapa kilometer dari kontrakan Ibu Dahlia sekarang, namun para tetangga tidak mengetahui secara pasti di mana alamat tempat ia tinggal sekarang. Melati sedih karena merasa belum bisa membantu ibu kandungnya itu, karena ia masih belum memiliki uang yang cukup dan masih dalam proses kuliah. Ia kemudian memutuskan untuk pulang. Beberapa hari kemudian, ternyata Ibu Dahlia dan anak perempuan kecilnya memberanikan diri untuk datang ke rumah Melati yang sekarang. Ia berniat meminjam sedikit uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan meminta beberapa baju masa kecil Melati untuk diberikan kepada adiknya, mengingat baju-baju mereka sedang ditahan sebagai jaminan di kontrakan. Ibu Asih dan suaminya memberikan permintaan Ibu Dahlia. Melati menemui Ibu Dahlia beserta adiknya untuk 188 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra bersalaman. Mereka bertindak seperti tidak mengenal satu sama lain. Hal ini mereka lakukan agar kedua orang tua Melati tidak curiga, seperti perjanjian mereka waktu itu. Saat Melati membuatkan minuman untuk mereka di dapur, Ibu Dahlia mengatakan kepada ibu dan ayah Melati sekarang bahwa ia ingin sekali diundang dan menyaksikan pernikahan Melati kelak. Ibu dan ayah Melati mengiyakan permintaannya. Tak lama setelah berbincang-bincang, Ibu Dahlia dan anak perempuannya itu pulang. Sore itu Melati sedang berjaga di toko tempat ayahnya bekerja. Ibu Dahlia tiba-tiba datang dengan memberikan nomor telepon dan alamat tempat tinggalnya sekarang. Ia meminta agar Melati menghubunginya dan sering berkunjung ke tempat tinggal barunya. Tampak terburu-buru karena tidak ingin kedua orang tua angkat Melati tahu akan hal ini, Ibu Dahlia pamit sesudah mencium kening Melati. Beberapa hari kemudian, Melati berniat mengunjungi rumah ibu kandungnya itu sesuai dengan alamat yang telah diberikan. Di rumah barunya, Melati melihat ada beberapa kepala keluarga yang tinggal disana. Rumah itu tidak terlalu besar. Itu adalah rumah teman Ibu Dahlia yang masih ada hubungan saudara dengannya meskipun jauh. Ibu Dahlia hanya tinggal di kamar kecil bersama anak perempuannya. Ia juga masih bekerja serabutan sebagai pembawa barang di terminal setiap sore hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anaknya, adik kandung Melati. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 189 Melati sudah datang ke rumah itu dua kali untuk bertemu ibu dan adik kandungnya. Para saudara Ibu Dahlia yang tinggal disana nampaknya sangat senang dengan kedatangan Melati. Mereka sering mengobrol dan berbagi cerita. Mereka mengatakan bahwa mereka bangga mengenal Melati, karena Melati menjadi pribadi yang sukses dalam menggapai cita-citanya menjadi seorang guru profesional. Mereka juga kagum kepada Melati yang berhasil mencari jati dirinya sendiri. Meskipun jarak rumah Melati dengan rumah baru ibunya tidak jauh, akan tetapi Melati memilih untuk tidak sering datang kesana. Selain karena ia merasa tidak enak harus mengganggu saudaranya untuk menemui ibu kandungnya di rumah itu, ia juga berusaha memendam kenyataan ini sendiri untuk disimpan sampai waktunya telah tiba. Dua tahun kemudian, Melati sudah lulus kuliah dan bekerja menjadi guru sekolah dasar di sekolah negeri dekat dengan kediamannya. Ia mengenal seorang laki-laki yang baik yang menjadikan Melati sebagai calon makmumnya. Dua tahun setelah itu, mereka hendak melangsungkan pernikahan. Ibu Asih mengabari Ibu Dahlia untuk datang di pernikahan Melati. Mas Beni, kakak kandung Melati juga datang dari luar kota khusus untuk menjadi wali pernikahan Melati. Saat ini merupakan saat yang tepat bagi kedua orang tua Melati untuk menyampaikan kebenaran tentang diri Melati. Kedua orang tua melati mengatakan bahwa Ibu Dahlia adalah ibu kandungnya dan Mas Beni adalah kakak kandungnya. Para saudara kandung Melati juga hadir dari luar kota 190 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra khusus untuk menghadiri pernikahan Melati yang dirayakan secara sederhana namun istimewa dan berkesan tersebut. Melati menangis bahagia karena bisa menikah dengan pria yang dicintainya dan mendengarkan kebenaran yang disampaikan oleh kedua orang tuanya yang selama ini ia tunggu. Beberapa saat kemudian terdengar suara “Sah…” dari para saksi yang hadir. Melati hidup berbahagia dengan lelaki pilihannya. Ia juga sukses dalam menjalaninya karirnya sebagai guru, cita-cita mulia yang diinginkannya sejak kecil. Melati juga sudah menebus barang-barang perabotan ibu kandungnya yang disita untuk kemudian membelikan keluarganya itu rumah baru yang sederhana. Kedua orang tua Melati yang telah membesarkannya beserta adi-adik Melati juga turut bangga dengan hasil dari pengorbanan dan kesabaran Melati. Melati juga sering datang ke rumah keluarga yang telah merawatnya dari kecil untuk menjenguk, membantu, dan memberikan adik-adiknya uang untuk membantu pendidikan mereka. Semua orang yang menyayangi Melati turut bahagia dengan pencapaian Melati sekarang. Beberapa tahun kemudian, Melati dikaruniai dua orang anak yang sangat lucu. Ia hidup bahagia bersama keluarga kecilnya di rumah sederhana tempat ia tinggal. Semua kebahagiaan ini adalah buah dari kesabaran dan perjuangan Melati yang tak pernah padam. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 191 CORONA Oktavia Fatma Yudianti Berminggu-minggu sudah aku di rumah saja menanti pengumuman kapan masuk sekolah. Hari-hariku terasa sunyi, rindu sekolah, rindu humornya bapak, ibu guru, teman. Bahkan kini, saya sekolah online semua informasi dan tugas serta berkomunikasi dengan teman, keluarga melalui online. Bahkan saat ini kerjaanku sering main HP, karena sumber utama dari segalanya saat ini hanyalah HP. Pada suatu hari, aku merasa bosan dengan semua ini tetapi aku tidak kehabisan akal untuk mencari kesibukan agar tetap di rumah baik itu main game, tik tok, belajar masak, nonton film, olahraga, nugas, membantu berjualan, dan mengasah keterampilan yang lain. Saya mengambil HP lalu menghubungi beberapa teman saya yang tergabung atau tersambung dalam aplikasi zoom dan kami semua bercerita tentang corona. Aplikasi zoom selain untuk media pembelajaran berbasis online tetapi aplikasi zoom juga bisa untuk media komunukasi kami lebih dari 4 orang melalui video call atau telfon. 192 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Assalammualaikum, hallo bagaimana kabarnya kalian?” Tanyaku. teman-teman “Waalaikumsallam, hallo corrin Alhamdulillah baik. Bagaimana Kabarnya kalian?” Tanya Demia. “Demia sepertinya sinyal atau jaringannya teman-teman kurang mendukung, karena video dan suara mereka tersedat-sedat.” Pintaku. “Iya sepertinya. Demia aku rindu sekolah, rindu teman-teman, rindu travelling, main, aku rindu aktivitas seperti sedia kala.” Sambung Corrin. “Iya Corrin kamu benar, aku sudah tidak sabar bisa sekolah kembali, bisa aktivitas seperti sedia kala. Tapi apa daya kondisinya belum memungkinkan, jadi kita harus sabar dab berdoa agar kondisi bisa seperti semula.” Sambung Demia. “Yang terpenting kita semua sehat dan selalu dalam lindungannya, terlebih penting lagi semoga virus corona segera sirna dari bumi kita supaya kita bisa aktivitas seperti sedia kala.” Pinta Corrin. “Aamiin Corrin semoga saja peristiwa ini cepat berlalu. Oh ya Corrin kita masuk sekolah jadi kapan?” Ujar Demia. “Entah Demina, kita tunggu pengumuman saja. Telfonnya kita sambung lain waktu ya Demina bersama teman-teman, assalammualaikum.” Ujar Corrin. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 193 “Baiklah Corrin, walaikumsallam.” Ujar Demina. Akibat adanya virus corona ini awalnya yang masuk sekolah tanggal 30 Maret 2020 diperpanjang sampai tanggal 13 April 2020 hingga tanggal 03 Mei 2020 baru masuk sekolah. Dengan adanya virus corona ini dan semuanya serba online, maka mata saya menjadi gampang lelah serta sakit dan uang habis untuk membeli paketan. Kami semua rindu keadaan normal yang seperti biasanya. Sekolah dengan media pembelajaran melalui online kurang memadai, karena di sini kami hanya diberikan soal, soal, tugas, tugas dan tugas yang ditentukan dengan waktu tertentu dan membuat kami lebih ketergantungan dengan HP. Bukan hanya sekolah diliburkan, tetapi semua kegiatan yang menimbulkan kerumunan dibatalkan, semua aktivitas terbatas. Dengan adanya corona ada hikmah yang bisa kami ambil diantaranya kita semua lebih bisa menjaga kebersihan diri sendiri serta lingkungan, saling peduli satu sama lain, saling mendukung, kita di rumah aja kalau penting baru keluar, dan lain sebagainya. Dampaknya udara disurabaya, suasana, dan langit menjadi sejuk serta langitnya biru terbebas dari polusi udara. Virus corona ini sangat berbahaya bahkan bisa mematikan semua mahkhluk hidup. Sudah sebulan kami semua di rumah saja demi memutus rantai virus corona. Suatu hari Vilas menelpon saya, “Hallo Corrin, kamu di 194 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra mana? Main yuk, aku sudah sangat bosan berada di rumah terus” “Corrin menjawab, ingin mengatakan apa yang ada difikirannya: Maaf Vilas kita mau main kemana? Semua akses jalan banyak yang ditutup, begitupun juga dengan tempat hiburan. Lebih baik kita di rumah saja sampai benar-benar keadaan seperti semula.” “Loh kita bisa mengelilingi jalan sambil mengendarai motor bahkan mobil. Corrin asal kamu tau ya aku ini sudah bosan sekali di rumah selama sebulan ini. Ayolah Corrin, aku jemput kamu ya, kita Cuma mengelilingi jalan dengan mengendarai mobil, toh kita ya tidak keluar kita kan hanya di dalam mobil saja tentunya kita tidak bakal terkena virus yang menyebalkan itu.” Ujar Vilas “Astagfirullah Vilas, semua orang tentunya merasa bosan dengan semua ini, tapi mereka tidak kehabisan akal untuk mencari kegiatan atau kesibukan agar tidak bosan di rumah. Ini semua untuk kepentingan kita semua dan kita harus patuhi. Setelah ini usai terserah kamu mau melakukan apa saja di luar rumah dan kamu mau ajak aku kemana saja, aku pasti mau. Sabar Vilas” Ujar Corrin. “Lalu? Ini semua sampai kapan akan berakhir? Kalau pun kita keluar rumah dan kemana pun kita pergi kita tidak akan tertular Corrin yang terpenting kita tidak bersentuhan dengan orang lain. Udahlah jangan terlalu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 195 berlebihan dan jangan terlalu patuh. Aku akan jemput kamu ke rumahmu, sekarang silakan kamu bersiap diri.” Jawab Vilas. “Ya Allah, Vilas sadar. Kamu tidak boleh berbicara seperti itu, kita tidak tau kapan musibah akan datang kepada kita. Tolong dijaga setiap perkataan yang kamu lontarkan dan maaf aku tidak bisa ikut denganmu serta memenuhi permintaanmu kali ini.” Ujar Corrin Vilas tetap bersih kukuh untuk keluar rumah tanpa izin ke orang tuanya. Corrin sangat cemas dengan Vilas. Corrin coba menghubungi Vilas tapi Vilas tidak meresponnya sama sekali bahkan ia mematikan HP nya. Suatu ketika di daerah rumahnya Vilas ada yang terkena Virus Corona dan dijemput paksa oleh tim medis. Teman-teman Vilas sangat mengkhawatirkan keadaan Vilas serta keluarganya. Teman-teman serta keluarga Vilas sudah menghimbau Vilas untuk tidak keluar rumah lagi, akan tetapi Vilas sama sekali tidak peduli akan hal itu. Dia masih bersih kukuh dengan fikirannya meskipun dia keluar rumah dan mengelilingi jalan dengan menggunakan mobil dia tidak akan tertular virus corona itu. Corrin mencoba menasehati Villas lebih dalam akan bahayanya virus corona agar ia sadar dan tidak berperilaku seperti apa yang difikirannya. Tetapi sampai saat ini Villas tidak pernah mendengarkan semua perkataannya, bahkan ia menantang virus corona tersebut 196 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra dengan sering keluar rumah untuk menghibur dirinya. Bagi dia menghibur dirinya sendiri lebih penting daripada kesehatannya. Villas menyalahkan pemerintah kenapa harus ada social distancing, lockdown, sehingga semua kena dampaknya. Dan terlebih lagi Villas bergumam “Kenapa sih harus ada virus corona, kenapa sih Negara itu menyebabkan terjadinya virus corona?” sambil marah. Corrin menjawab “Villas tolong jangan berbicara seperti itu, virus corona itu ada karena Tuhan yang menghendaki tetapi melalui Negara itu dan ini menjadi peringatan untuk makhluk hidup terutama manusia harus saling menyayangi, menjaga, peduli satu sama lain, menjaga kebersihan, kesehatan dan lebi mendekatkan diri dengan Tuhannya.” “Udahlah Corrin jangan sok alim, bijak, bosan aku mendengar ceramahmu yang tidak penting malah membuatku semakin pusing. Kalau mau ceramah sana di masjid atau mushollah! Sok suci banget!” Ujar villas. “Astagfirullah Villas, suatu saat kamu akan sadar dan mengerti apa maksudku selama ini.” Jawab Corrin sambil mengelus dada. “Terserahlah! Bodoh Amat! Aku benci dengan keadaan saat ini. Ujar Villas dengan nada kasar. Meskipun Villas bersikap itu tetapi Corrin tidak pernah marah dan tidak akan pernah berhenti untuk Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 197 menasehati Villas. Suatu ketika Villas mengajak temantemannya untuk pergi ke sebuah tempat. Tidak banyak kata di telfon mereka semua menolak ajak an dari Villas dan akhirnya Villas tetap nekat berangkat sendiri dan tidak peduli saran atau larangan dari teman-temannya. Dua hari kemudian, badan Villas panas, lemas serta leher kaku. Villas mulai takut dengan keadaannya dan takut diperiksa. Ibu Villas memintanya untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar tau penyakitnya dan segera diobati. Akhirnya Villas mau pergi ke dokter dan mau minum obat. Ternyata Villas hanya kelelahan. Suatu ketika ia sembuh dari penyakitnya. Tetapi karena dia sering melihat berita, artikel, sosmed tentang corona Villas itu semua membuat Villas memikirkannya dan akhirnya terbawa tidur. Villas takut dengan sendirinya dengan Virus Corona melalui gejala-gejala yang timbul yang akhirnya membuatnya ia stress dan dia jatuh sakit kembali. Jangan pernah takut dan sering melihat berita itu atau hal yang membuat kita tegang dan akhirnya menjadikan stress lalu jatuh sakit. Kita harus waspada dan cukup menjaga kebersihan, kesehatan dan berjaga jarak. Dengan kejadian itu akhirnya Villas menyesal dan meminta maaf kepada Corrin serta yang lain. Akhirnya Villas menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 198 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Dengan di rumah aja, serta mematuhi semua anjuran dari pemerintah maka akan memutus rantai virus corona dan keadaan semakin cepat membaik. “Ujar Villas. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 199 KAMAR SEBELAH Pawestri Sekar Wilujeng (28 Februari 2000) “Andi, tolong simpan kardus-kardus ini ke kamar sebelahmu”. Perintah ibu. “siapa tahu nanti beruna”, aku langsung membawa setumpuk lipatan kardus itu ke kamar di sebelahku. Saat itu kami sekeluarga baru pindah rumah, sehingga banyak barang yang harus kami tata. Untung saja rumah baru kami sangat besar dan berlantai dua, jadi kami tidak usah bersempit-sempitan lagi seperti di rumah lama. Saat aku masuk ke ruangan di sebelah kamarku, jendela besar langsung terpampang di sana tanpa tirai. Aku bisa melihat pemandangan hutan disana dengan sangat jelas. Pucuk-pucuk pepohaonan melambai-lambai seolah-olah mengajakku untuk pergi ke sana. Tapi memang itu keinginanku. Aku paling suka berkemah atau menjelajahi hutan yang belum kukenal. Dan untungnya, ayah mengizinkanku untuk berkemah di hutan itu. Siang terus berlanjut, aku bersama kakak perempuanku. Dona tidak henti-hentinya membantu yah dan ibu, hingga waktu senja dating menjemput kami. Setelah menutup semua tiara dan membersihkan diri, kami langsung makan malam bersama di ruang makan. Jam menunjukkan pukul pukul 10.00 malam ketika aku 200 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra bergegas naik ke tempat tidur. Alunan music rock yang dating dari kamar kakaku sangat menyiksaku saat itu. Meski kamarnya ada di bawah, namun musiknya tetap terdengar sampai ke telingaku. Aku jadi benar-benar tidak bisa tidur. Hingga akhirnya terdengar sebuah suara yang dating dari kamar di sebelahku. Sebuah suara yang lumayan keras, dan membuat lantai kamarku bergetar. Aku langsung bangkit dan memasang telinga baik-baik. Itu suara jendela dibanting. Tidak salah lagi. Tapi siapa yang membantingnya? Dan pada saat itu juga, alunan music rock dari kamar kakakku berhenti seketika. Suasana menjadi hening. Tetapi tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki berlari menaiki tangga dan lewat di depan kamarku. Setelah itu suara langkah kakinya tak terdengar lagi. Kupikir itu adalah kak Dona yang berlari. Mungkin ia juga mendengar jendela dibanting keras, lalu segera berlari menghampiri kamar sebelahku itu. Akhirnya aku pun keluar dari kamarku. “kakak? Kakak ada di sna?” tanyaku sambil mnegetuk pintu kamar sebelahku. Tidak ada jawaban. Karena penasaran, aku buka pintunya. Ternyata di dalamnya sma sekali tidak ada siapa-siapa, dan terkunci. Aneh sekali, pikirku. Tiba-tiba ada seorang anak perempuan meminta tolong, “Tolong…Tolong aku…” aku benar-benar terkejut. “siapa itu?” “tolong aku…”, Aku berpaling kesana kemari, mencari asal muasal suara itu. Namun aku tidak menemukannya. Dan meski aku sudah berbaring dikamarku, suara menyeramkan it uterus menerus menghantuiku sepanjang malam. Aku benar-benar tidak Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 201 bisa tidur. Keesokan harinya aku menceritakan semua yang terjadi pada kak Dona. “Benarkah?” ujar Dona. “padahal kan aku membiarkan kaset rock-ku menyala sampai tengah mala”. “Tidak mungkin. Aku benar-benar mendengar kalau music rock di kamar kakak mati setelah ada suara jendela dibanting itu. Lalu terdengar suara langkah kaki berlari menaiki tangga,” jelasku. Saat itu kami sedang makan pagi. Aku ceritakan semuanay kepada kakak ayah dan ibu. Ibu hanya tersenyum mendengar perkataanku. “Mungkin kamu hanya bermimpi”, “kau tidak biasa dengan rumah ini, sehingga halusinasimu mulai bermain dan mengganggumu”. Tambah ayah. “Kalau sudah terbiasa pasti tidak akan begitu”, aku mengeluh di dalam hati. Mengapa mereka tidak pernah percaya padaku? Sedangkan pada kak Dona, semua yang diceritakannya selalu ditanggapi dan dipercaya. Aku dan dia kan hanya beda 5 tahun. Aku kelas 4 SD, sedangkan dia kelas 1 SMA. Tapi kata teman-temanku, orang yang lebih tua memang lebih dipercaya. “Oh ya, nanti malam, pamanmu akan dating menginap di sini”. Kata ayah membuyarkan lamunanku “Ia akan dating bersama Arin. Biarkan mereka memilih kamar yang mereka mau untuk ditempati”, Arin. Ya, siapa yang tidak mengenal dia. Anak itu sebaya denganku, tetapi punya kelebihan. Dia pinta, manja dan cantik. Orang tuanay yang kaya raya membesarkannya dengan penuh kasih saying. Semua yang diinginkannya selalu dipenuhi. Di depan orang tuaku atau orang lain, ia adalah gadis manis yang penuh sopan santun. Tapi di depanku, ia adalah anak sombong dan 202 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra licik. “Kenapa harus memilih? Biar saja mereka tidur di kamar sebelahku”. Tegasku kesal. Ayah menatapku. “Andi, dengarkan ayah. Pamanmu yang menemukan rumah besar ini. Pamanmu yang meminta pemilik rumah ini agar harga jualnya dipotong sehingga tidak terlalu mahal. Dan pamanmu juga yang membayar setengahnya”. Ayah diam beberapa saat, memperhatikankku lekat-lekat. “Mereka adalah tamu istimewa kita. Kalau kau berbuat yang tidak-tidak lagi, ayang yang menentukan hukumannya. Mengerti?” Dan malamnya mereka benar-benar datang. Ayah dan ibu mempersiapkan semuaini dengan matang. Makanan mewah dihidangkan di meja makan yang panjang dan besar itu. Semua ruangan dipel, dan kak Dona mengenakan baju terbaiknya. Sialnya, Arin memilih kamarku untuk ditempati. Aku terpaksa tidur di kamar menyeramkan itu hanya dengan satu buah matras, selimut tipis dan sebuah bantal yang keras, menyebalkan. arin hanya tersenyum puas sambil bertolak pinggang saat ia memilih kamarku dan malihatku mernegut karenannya. Malam tiba, seperti biasa, aku tidak bisa tidur. Lampu tidak kumatikan, dan kubiarkan selimut membungkusku hingga ke hidungku. Aku tetap terjaga, rasanya waktu berputar cepat sekali. Pukul 21.00, pukul 22.00, pukul 23.00. dan aku tetap tidak bisa tidur. Telinga kupasang baik-baik. Tetapi saat itu sama sekali taka da suara apaapa. Satu jam pun berlalu. Tidak, tidak satu jam. Tetapi pukul 23.59 menit 55 detik. Jam dinding terus kuperhatikan dan kuhitung detiknya. 56, 57, 58, 59… dan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 203 saat itu lonceng jam di ruang tamu berdentang keras. Itu sedikir membuat terkejut. Aku benar-benar tak percaya. Inilah pertama kalinya dalam seumur hidup aku tidak tidur hingga pukul 00.00 malam. Tiba-tiba sesuatu terjadi. Lampu kamarku dalam sekejap mati, dan aku sangat ketakutan. Aku berlari menghampiri pintu dan berusaha membunkanya. Tetapi tidak bisa. Terkunci! Padahal pintu itu taka da kuncinya sama sekali. Aku terus memaksa membukanya dengan menggedor-gedor pintunya. “Tolong!” teriakku panik. “Tolong aku! Tolong!” Di sekelilingku benar-benar gelap, hitam dan hanya sedikit cahanya yang masuk melewati jendela besar di sana. Aku tak henti-hentinya menggedor pinttu. Pikiran-pikiran tentang mahkluk halus atau hantu mengiang di pikiranku. Aku diam sebentar dan mengatur nafas. Anehnya, Paman dan Arin yang tidur di ruangan tidak mendengarku sama sekali. Ayah, ibu atau kaka Dona pun tidak datang menghampiriku, padahal teriakanku sangat keras. saat diam beberapa detik, tahu-tahu lampu sudah menyala kembali. Aku tersentak kaget. Tapi anehnya, lampu diruangan itu sangat pudar dan berwarna kuning. Padahal sebelumya lampu berwarna putih terang. Aku masih menghadap ke pintu, berjalan mundur perlahan-lahan ke belakang. Debu dan sarang laba-laba menghiasi setiap sudut tembok, membungkus lemari dan peralatan yang ada disana. Lantai yang kupijak sangat kotor dan berpasir. Aneh sekali. Aku merasa berada di masa lampau. Masih dengan keheranan, aku berbalik menghadap jendela besar tiba-tiba ada sesuatu yang 204 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra membuat urat nadiku hamper putus, membuat kakiku bergetar hebat terbelalak. Aku seperti disamabar petir. Ya. Di sana, di jendela itu, sebuah sosok anak perempuan seumurankku tergantung melayang dengan tali tambang melilit dilehernya. Dia menghadap ke arahku. Gadis itu memakai baju daster hingga ke lututnya. Seluruh tubuhnya berwarna putih pucat, rambut hitamnya yang panjang sebahu tergerai menutupi sebagian wajahnya. Tetapi dapat kulihat degan jelas, matanya melotot lebar seolah-olah akan keluar. Mulutnya terbuka sedikit, dan darah mengalir lembut melaluki hidung dan mulutnya. Kakinya yang bergelantungan dan bergerak sedikit ketika ada angina kencang menerpa. Aku mnjerit kencang sekali. Ini bukan rumahku. Ini bukan ruangan itu. Ku bawa kaki ini berlari menghampiri pintu dan memaksa tanganku membuka pintu itu. Tetapi pintu tetap terkunci. Aku panik. Sangat panik. “Ayah! Ibu! Tolong Aku!!!” (29 Februari 1992) “Tolong aku….” Di sudut ruangan itu , Lisa merapatkan kedua lututnya, menunduk dan menangis lagi. Sudah lebih dari seminggu ia disekap di dalam kamar kosong tanpa ada yang menemani seorang pun. Hanya dua buah obor yang terpajang di dinding, menyinari sedikit ruangan itu. Cahaya bulan menembus masuk melalui jendela besar di belakangnya. Sudah banyak korban berjatuhan. Dan yang mengalami pasti selalu anak perempuan. Dan kini Lisa pun ikut terpilih. Semula ia tak terlalu mengerti hal itu, Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 205 namun ketika ada sekelompok pria tidak dikenal menawarkan permen dan boneka, Lisa terbujuk dan menuruti perintah pria-pria itu. Lisa dibawa ke suatu tempat yang jauh sekali dari rumahnya. Ia disuruh masuk ke dalam sel yang penuh dengan jeruji miri seperti penjara. Disa, banyak sekali anak-anak perempuan seumurannya yang sedang duduk membungkuk. Wajah mereka sangat memelas, seolah tidak ada harapan yang akan menyelamatkan mereka dari kengerian itu. Mereka semua sangat kurus dan cekung. Dan inilah awal malapetaka yang dialami Lisa. Gadis cantik itu harus menerima siksaan yang amat sangat menyakitkan. Ia tidak bisa bertemu dengan kedua orang tuanya di kejauhan sana, orang tua Lisa sangat panic mengetahui anaknya hilang. Sirine mobil polisi terdengar di mana-mana. Sementara surat kabar tak henti-hentinya menampangkan berita itu, “Penculikan Anak Terus Berlanjut”. Satu per satu anak di dalam ruangan itu dipanggil dan dijual ke luar negeri. Lisa tidak tahu tentang itu. Yang ia tahu, pasti anak yang dipanggil akan dibawa pergi ke tempat yang sangat jauh, dan di sana akan dijadikan budak dan disiksa terus-menerus. Dan sekarang tepatnya tanggal 29 Februari, tinggal Lisa yang terakhir berada di sel itu. Keheningan malam sangat mencekam dan menyiksa dirinya. Baju daster se lutut sedah dipakainya selama seminggu. Ia juga menggigil kedinginan. Angina kencang terus mmenerpa hinga tulang-tulang kurusnya. Sebelumnya, Lisa dan beberapa sudah berusaha untuk kabur. Mereka dengan susah payah membuka jendela 206 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra besar yang digembok dan dirantai. Tetapi suatu kali mereka berhasil. Mereka bisa membuka jendela itu, namun ketika melihat ke bawah, hanya sungai kotor dan hutan yang tampak. Belumlagi ketinggiannya mencapai beberapa meter, dan anak-anak itu terlalu takut untuk meloncat ke bawah. Pada saat itu juga, angina luar berhembus kencang hingga membantin jendela besar itu. Suaranya sangat keras seperti gempa. Salah satu pria yang ada di bawah langsung berlari menaiki tangga dan memarahi anak-anak itu. Tiba tiba Lisa berfikir, apa yang harus ia lakukan agar ia tidak seperti anak-anak lainya. Bagaimana cara agar ia dapat menghindar dari semua itu. Ia sangat marah. Marah pada dirinya. Seharusnya, anak usia 10 tahun sudah bisa menjaga diri sendiri. Ia menyesal kenapa tidak memikirkan baik-baik nasihat orang tuanay. Dan juga anak-anak lainya. Mereka semua sangat bodh dan tolol. Malam itu, Lisa mengamuk-ngamuk sendiri. Ia menangis, menendang-nendang tembok, meloncat-loncat mendumel sendiri, dan berteriak-teriak seperti ornag gila. Tiba-tiba ia melihat sejumput tali tambang di sudut ruangan. Tangisannya mendadak berhenti. Ia berpikir, ia pasti bisa melakukan sesuatu dengan tali itu. Pasti, Lisa tersenyum, dan tertawa terbahak-bahak. Ia terus tertawa sambil berjalan mengambil tali itu. Kemudia ia perhatikan paku yang sudah berkarat yang terpajang di atas jendela besar. Tawa Lisa meledak lagi. Gadis malang itu mengambil kursi kayu dan menyimpannya di dekat jendela. Setelah menaikinya, ia mengikat tali tambang Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 207 pada paku dengan sangat erat. Lalu di ujung lainnya, ia membuat simpul tali melingkar seperti sebuah lingkaran. Kemuadia ia berbalik dan memasukkan tali itu ke lehernya. Ia pun membiarkan dirinya bergelantungan di jendela itu, membiarkan nyawanya lepas dari tubuhnya. Kejadia itu lalu terus terjadi setiap 4 tahun sekali di bulan Februari. Dan bangunan tempat penjualan anak itu pun sudah dibersihkan dan dijadikan sebuah rumah megah. Tetapi jendela besar tetap terpasang rapi di dinding, tanpa meninggalkan sedikitpun sisa-sia luka seorang anak. Dan setiap ada anak perempuan berumur 10 tahun berada di bangunan itu saat tanggal 29 Februari, ia akan ikut merasakan penderitaan seperti yang pernah dialami Lisa. (29 Februari 2000) Aku tersentak kaget. Nafasku tersengal-sengal, penuh berkucuran di keningku. Ku lihat sekelilingku. Aku masih duduk di atas matras, dengan selimut tipis dan bantal keras. lampu di ruangan itu masih berwarna putih terang, dan sama sekali taka da debu atau sarang laba-laba di sana. Lantainya juga bersih tidak berpasir. Aku bernafas lega. Apakah ini semua hanya mimpi? Yang kuingat, terakhir kali aku memukul-mukul pintu dan memanggil ayah dan ibuku. Kugali lagi isi pikiranku. Di dalam mimpiku, aku melihat penderitaan Lisa. Aku melihat bagaimana sosok gadis itu. Dan aku mengerti. Suara anak yang meminta tolong kemarin malam pasti adalah suara Lisa saat ia disekap di sel. Suara jendela dibanting keras itu tak lain adalah ketika Lisa mencoba kabur dan membuka 208 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra jendela, tiba-tiba angina kencang membantingnya. Lalu suara tapak kaki orang itu pasti adalah suara langkah pria yang berlari menghampiri sel. Dan sel itu sedang kutempati sekarang. Kejadian 8 tahun lalu terus berulang dan menimpa anak perempuan. Syukurlah. Aku bukan anak perempuan. Tapi…. Tunggu. Setiap ada anak perempuan berumur 10 tahun berada di bangunan itu saat tanggal 29 Februari, ia akan ikut merasakan penderitaan seperti yang pernah dialami Lisa. Anak perempuan…10 tahun… jangan-jangan… Dan saat itu aku berpaling ke belakang, di jendela itu sudah tergantung sesosok anak perempuan yang sangat kukenali. “ARIN!!! Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 209 KETULUSAN YANG BERBUAH PENGKHIANATAN Putri Nur Hidayati Kehadiran seorang anak dalam rumah tangga merupakan suatu rezeki yang dinanti nantikan. Namun sepasang suami istri di sebuah desa Dadapan ini tidak juga diberikan momongan sampai pasangan tersebut lanjut usia. Panggil saja Kakek darmo dan nenek Saida, sepasang suami istri yang sangat sabar dalam menghadapi setiap ujian rumah tangga. Pada suatu hari, sang kakek tak sengaja melihat seorang anak kurang lebih umur 13 tahun duduk bersimpu di gerbang sekolah SMP tempat kakek berjualan gado-gado, kebetulan kakek Darmo merupakan penjual gado-gado legenda di wilayah tersebut. Tak lama kemudian sang kakek memanggil anak yang duduk di dekat gerbang sekolah tersebut. “le, kamu ngapain di sini?” anak tersebut pun terdiam, dengan penasaran sang kakek pun menanyakan Kembali. “le, kamu ngapain? Makan dulu yuk, kakek buatkan gado-gado ya….”, dengan mata berkaca kaca anak tersebut pun mengangguk dan mengikuti Langkah kakek menuju gerobaknya. 210 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Sembari membuatkan gado-gado, sang kakek pun membuka percakapan dengan anak laki-laki tersebut. “le, ini gado-gadonya, oh ya rumah kamu di mana?” “iya kek, terima kasih, saya sudah tidak punya apa-apa dan siapa-siapa kek.” “astagfirullah, lalu arang tua juga sudah tidak ada?” “orang tua, sudah tidak ada dari seminggu yang lalu kek, akibat kecelakaan.” “oallah le, yauda kalo begitu kamu ikut kakek kerumah saja ya, tinggal sama kakek dan nenek di rumah…” “beneran kek???? “ “iya le…. Kebetulan kakek juga tidak punya anak, jadi pasti nenek sangat senang kalo kakek membawa kamu pulang kerumah” “waaah, terima kasih kek, saya sangat senang” “iya le, habiskan dulu nanti ikut kakek keliling dulu ya baru pulang” “baik kek” Tak terasa hari sudah menjelang sore, dagangan pun sudah mulai habis tersisa 2 sampai 3 bungkus, kakek pun menepi dan meracik gado-gadonya untuk di bungkus dan membagikan ke orang yang kurang beruntung. Salah satunya adalah Naura gadis lucu yang biasa kakek beri gado-gado. “keeeek….” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 211 “iya nauraa… ini ya gado-gadonya” “tapi naura pengen kentangnya saja kek…” “hmmm, kamu ini gimana masak gadogado cuman isi kentang saja kok ya lucu…” “hehe tak apa kek, biar sehat” “loh kan gado-gado isinya sayur semua, jadi semuanya sehat” “oh iya yaaa keeek hehehe” “yadusah, kakek pulang dulu ya nduk.” “iya kek, terima kasih hati-hatiii.” Setalah semua habis kakek dan tole (sebutan anak laki-laki dalam Bahasa jawa) pulang ke rumah, sekitar 30 menit melakukan perjalanan dengan berjalan kaki mendorong gerobaknya, sang kakek dan tole pun sampai di rumah. Nampak sang nenek duduk di teras sembari meminum kopi, kopi hitam pahit merupakan salah satu konsumsi wajib sang kakek dan nenek Ketika pagi maupun sore hari, jika ada ketela rebus atau jagung rebus akan menjadi pelengkap hangatnya sore hari sembari bercanda ringan dengan suaminya. Namun sore ini nenek di kejutkan dengan seorang anak laki laki yang iku kakek ke rumah. “Assallamuallaikum, nek kenalkan ini si tole, mau tinggal di sini dengan kami” “waallaikumsalam, Namanya siapa le,” “Indra nek” sembari mencium tangan nenek 212 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “oh, bagus ya Namanya, yasudah ayo kakek sama indra mandi dulu habis itu makan tadi nenek sudah masakin” “baik nek terima kasih,….” Keesokan harinya kakek seperti biasa berjualan di depan sekolah sembari keliling, dan nenek bekerja di rumah seperti sehari-hari. Sedangkan Indra ikut kakek berjualan, sambil memperhatikan anak-anak seumuran dia sekolah, melihat hal tersebut, terbesit dalam fikiran kakek untuk menyekolakan indra sampai tamat SMA. Tak berfikir panjang indra pun di daftarkan untuk melanjutkan sekolah SMP sampai SMA. Sejak kehadiran Indra menjadikan keseharian kakek dan nenek lebih berwarna. Indra pun demikian, Namun siapa sangka sikap Indra mendadak berubah ketika masuk di bangku kuliah, Memang saat melanjutkan ke pendidikan sarjana Indra juga sembari kerja dalam membantu biaya hidup sendiri di kota sehingga tidak serta merta mengandalkan uang kiriman kakek. Rupanya pergaulan yang kurang baik mampu mempengaruhi Indra. “Hai ndra…. Nongkrong yuk nanti ka nuda ga ada kuliah” ajak Dena di sela jam selesai kelas ke dua. “Eh Den… liat nanti yaa” Ayolah kapan lagiii kita main” “hmmm baiklah, liat nanti ya” “Oke, aku tunggu” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 213 Dena, merupakan teman satu kelas Indra dari semester satu. Sejak awal keduanya saling suka namun Indra kerap kali selalu menghindar karena iapun sadar bahwa dirinya bukan dari keluarga kaya. Sejak keluar bersama kala itu hubungan keduanya semakin dekat sampai akhirnya di penghujung cerita perkuliahan Indra pun di wisuda. Mendengar kabar tersebut kakek dan nenek pun turut bahagia. Kriiing…. kriiing… kriiing dering telfon rumah bu Rani pun berbunyi…. “Halo… Assalamuallaikum, bu Rani ini Indra, boleh bicara dengan kakek dan nenek bu?” “Waallaikumsalam indraaa, iya sebentar ya saya panggilkan dulu” Singkat saja, Bu Rani adalah tetangga kakek dan nenek. Karena memang kakek tidak memiliki ponsel sehingga Indra seringkali mengabari lewat telfon rumah bu Rani.Oke, lanjut … Dengan sigap, bu Rani pun memanggil nenek dan kakek. “neeek, keeek dapat tlfon dari Indra. “oooh iya nduk” saut kakek nenek dengan kompak Akhirnya mereka menuju rumah bu Rani dan mengangkat gagang telfon yang sedari tadi ditunggu oleh Indra 214 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra “Halo leeee Assallamuallaikum… gimana kabarmu? tanya nenek dengan girang “Alhamdulillah baik nek, nenek dan kakek gimana?” “Alhamdulillah kita semua baik lee” “nek, kek Indra besok pulang” “Waah, bagus toh le, yawes kita tunggu yaaaa.. hati-hati kalau pulang” “ya sudah ya nek, kek. Indra tutup dulu telfonnya” “iya leee,“ “Assallamuallaikum” “Waallaikumsalam” Keesokan harinya Indra sampai kampung halaman sore hari, sudah pasti nenek dan kakek menyambut dengan bahagia. Kehangatan Kembali terasa di tengah keluarga tersebut. Beberapa hari kemudian Indra mendapat panggilan kerja di luar kota sehingga meninggalkan kakek dan nenek di kampung. Sebulan kemudian Indra mengirim uang lewat bu Rani, kepada kakek dan nenek. Bulan kedua pun demikian, namun di bulan ke tiga, ke empat, ke lima Indra tidak lagi berkabar dan mengirim uang kepada kakek dan nenek. Rasa cemas pun melanda kakek dan nenek. Pada akhirnya di penghujung tahun Indra Kembali pulang dengan menggandeng Dena sebagai istrinya. “Assallamuallaikum, kek, nek …Indra pulang” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 215 “Waallaikumsalam leeee. Kamu kenapa ndak pernah kasih kabar? ini siapa?” “Sudah ya nenek sama kakek sekarag tidak usah khawatir Inddra sekarang sudah besar dan sudah punya istri” Seketika nenek dan kakek bersedih karena Indra tidak mengundang mereka dalam pernikahannya. Dan seketika pula Indra pun dirasa berubah sejak memiliki istri. Indra yang dulu menjadi sosok lembut namun sekarang lebih menjadi sosok yan temperamen. Sikap Dena terhadap kakek dan nenek pun juga kurang baik. Dua hari kemudian akhirnya Indra dan Dena Kembali ke kota. Suatu Ketika Indra mengalami musibah dalam ekonominya, karena sang istri memiliki kebiasaan belanja menghabiskan banyak uang dan selalu ingin hidup kaya. Sehingga hal tersebut membuat bisnis Indra seringkali merosot dan uang semakin menipis. Merasakan hal demikian seketika Indra mengingat sawah kakek yang ada di kampung. Suatu hari Indra Kembali ke kampung, seketika ia merajuk kepada si kakek yang ia tau kakek akan melakukan apa saja buat anak angkatnya yang di tolong 13 tahun yang lalu. Dengan memelas Indra menceritakan segala musibah yang menimpanya, dengan akhir meminta sang kakek untuk menjual sawahnya yang di mana penghasilannya nanti akan di buat Indra untuk modal usaha kembali. Awalnya sang nenek tidak setuju sehingga sempat memunculkan konflik kecil antara kakek dan nenek. Namun keberhasilan Indra yang merajuk pada 216 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra nenek pun akhirnya mendapat persetujuan. Dan sawahpun terjual kemudian Indra Kembali ke kota. Beberapa bulan kemudian usaha Indra pun bangkit kembali dan lagi lagi Indra melupakan kakek dan nenek untuk mencicil hutangnya. Sampai akhirnya Indra gagal Kembali sebab toko miliknya terbakar habis. Mengetahui hal tersebut Indra tidak kapok mengelabuhi kakek dan nenek. Ia datang kembali ke kampung untuk merajuk agar kakek mau menggadaikan sertifikat rumahnya. Mengetahui bahwa nenek tidak menyetujui. Pada akhirnya Indra mencuri sertifikat rumah tersebut dan menggadaikan kepada rentenir. Beberapa bulan kemudian sang rentenir datang ke rumah untuk menyita rumah kakek dan nenek, sebab Indra tak kunjung menebubsnya. Kondisi pilu menimpa kakek dan nenek si usia lanjut, namun rasa sabar tak pernah surut di hati keduanya. Mereka selalu berfikir bahwa setiap ujian pasti ada hikmahnya dan segala cobaan yang menimpa akan berbuah pahala. Dan tak lama kemudian Pak Rasyid mengulurkan tangannya kepada kakek dan nenek dengan menawarkan bantuan untuk mendirikan rumah di tanah milik pemerintah. Singkat waktu rumah singgah untuk kakek dan nenek pun beridiri dengan layak. “Alhamdulillah ya kek sekarang kita Sudah punya tempat tinggal lagi” “iya nek…Alhamdulillah. Terima kasih ya pak Rasyid kerana sudah bersedia membantu kami” Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 217 “iya pak, sama sama. Semoga betah ya tinggal di sini” “Inshaallah kami sangat senang” Setelah beberapa cobaan melewati kakek dan nenek, pada akhirnya keduanya kini hidup dengan tenang kembali, kakek berjualan gado-gado dan nenek seperti biasa membereskan pekerjaan rumah. Kisah malang yang menimpa sang kakek seperti peribahasa “air susu di balas dengan air tuba”. Sungguh kebaikan kakek yang telah berusaha dengan ikhlas menolong Indra untuk menjadi anak angkatnya kemudian menyekolahkan sampai sarjana berakhir pengkhianatan. Beruntung sepasang suami istri telah mengiklaskan apa yang di perbuat oleh Indra dan memaafkan segala kesalahannya. Pertolongan Tuhan selalu sehingga membuat kakek dan nenek merasa yakin bahwa Tuhan tidak akan menelantarkan hambanya. 218 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra ERIK SI PEMUDA BERHATI EMAS Ratih Puspita Hadi Pada suatu hari ada seorang pemuda laki-laki yang bernama Erik dia memiliki paras yang sangat buruk dan kekurangan harta atau miskin. dia tidak memiliki apapun selain hanya pakaian serta penutup kepala yang dia pakai. Saat itu Erik sedang berkelana untuk mencari pekerjaan, lalu Erik membawa makanan dan makanan itu dia dapatkan dari orang yang memberikan belas kasihan kepadanya. Pada hari itu udara sangat dingin dan Untunglah Erik mempunyai jaket yang tebal dan dapat dipakainya, saat itu ia bertemu dengan gadis kecil dan gadis tersebut menghampiri Erik. “Bolehkah aku minta makananmu? karena perutku sangat lapar,” ucap gadis kecil. “Oh ya, tentu saja boleh,” jawab Erik kembali DAN akhirnya Erik dengan senang hati memberikan makanannya kepada anak gadis kecil tersebut sambil tersenyeum, Padahal dia juga sangat lapar sekali, sambil berkata dalam hati. “Aku masih sanggup untuk menahan lapar, sedangkan gadis kecil itu sudah kelaparan sekali, jika aku tidak Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 219 memberikan makanan ini, pasti dia akan menderita dengan menahan laparnya itu, gumam Erik. Dan akhirnya Erik kembali berjalan. Kemudian dia bertemu dengan nenek yang sedang kedinginan, dia merasa kasihan dengan nenek tersebut, nenek itu tidak memakai jaket. “Boleh nenek meminta jaketmu nak? nenek sangat kedinginan.” ucap si nenek tersebut. Dan akhirnya Erik melepaskan jaket yang dia pakai, dia memberikan jaket kepada si nenek yang sedang menggigil kedinginan. ” Ini nek Pakailah,” ucap Erik. “Kamu sangat baik nak. Semoga Allah melindungimu”. ucap si nenek itu. Amiinnnn selalu Akhirnya Erik sangat merasa kedinginan dan lapar tetapi dia tidak menghiraukan semua itu. dia terus berjalan menuju hutan. Barangkali di hutan dia dapat menemukan buah-buahan yang dapat dia makan. Dan Akhirnya Erik itu bertemu anak laki-laki dan anak laki-laki tersebut mendekatinya”. dan dia berkata boleh aku minta tutup kepalamu yang sedang kamu pakai? Aku kedinginan”. ucap laki-laki tersebut. Dan akhirnya Erik dengan senang hati melepaskan tutup kepala yang dia pakai, lalu memberikan kepada anak laki-laki tersebut, Kini apa yang Erik rasakan sangat 220 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra lengkap, dengan kedinginan dan kelaparan. Dengan penderitaan yang dirasakan Erik, akhirnya membuahkan hasil dia pun menemukan orang yang sangat dermawan telah benyak memberikan di makanan, pakaian bahkan pekerjaan yang baru. Erik tidak menyangka anak laki-laki yang dia tolong ternyata putra dari Raja Ameer dari Kerajaan Samanta yang tersesat di hutan. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 221 MINGGU SORE Rizkika Madya Ribuan hari telah ku lalui dengan ribuan momen dan kesempatan yang berbeda. Banyak hari-hari yang terasa singkat ketika sedang berbahagia dan terasa panjang ketika sedih melanda. Orang berkata itu merupakan hal wajar, manusiawi, sedih dan bahagia datang secara bergiliran. Kucamkan penuh di hati sambil berulang mengucapkan “kodrat manusia, kita hanya perlu menjalani, waktu akan mengubahnya”. Tidak bisa dipungkiri ketika sedih kita selalu mengingatnya karena memang sedih itu terkadang menjadi titik rendah hidup manusia. Pagi itu masih seperti pagi-pagi sebelumnya yang selalu membawa suasana baru. Kujalani hariku sewajarnya namun tidak pernah kehilangan porsi ritme semangat yang sudah aku takarkan. Seiring bertumbuhnya manusia cara memandang suatu masalah pun berkembang. Bukan hanya dengan memandang mayoritas, tetapi lebih luas tanpa ada batasan. Itu sebabnya ada sebagaian orang yang saling memahami, sebagian lagi tidak bisa mengerti, sebagian lagi masa bodoh. Rumah merupakan salah satu tempat untuk berkembang, tidak ada tempat lain senyaman rumah, 222 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra hidup dengan beberapa anggota keluarga menjadi modal awal manusia mempraktekan hidup sosial. Keberhasilan dalam suatu praktek ditunjang banyak factor dan besar juga kemungkinan kegagalannya. Mungkin itulah mengapa keluarga harus saling mendukung dan berkembang. Aku tidak memposisikan diri sebagai sang maha tahu dan maha benar, hanya saja aku memiliki pandangan. Memang benar, tidak semua pandanganku benar dan diterima banyak orang, namun toh jika ada kekeliruan kita harus kembali ke aturan awal. “kita harus saling mendukung dan berkembang” lirih gumamku pada Gia. “Aku mendukungmu Ka, aku paham kamu ingin pekerjaan yang lebih baik, tapi kita juga butuh penghidupan, aku tau kamu mencoba tapi saatnya ngga tepat” Suara Gia memecah gema ruangan. Gia memang selalu memahamiku tapi entah kenapa kali ini aku tidak merasakan hal itu. Hampir 8 bulan aku keluar dari kantor sialan itu, hanya penghasilan Gia yang menopang kebutuhan rumah. Puluhan lamaran kerja sudah aku kirim namun belum ada yang memanggil. Bisa saja aku menjadi manager di kantor orang tuaku tapi dari dulu sudah kubulatkan tekad untuk berusaha dengan keahlianku sendiri. Aku berharap Gia mengerti arti dari pandanganku itu. Tetapi waktu semakin berjalan membuat goncangan dalam hubunganku ini. “Ka, sebenarnya kamu ini serius sama hubungan kita ngga?” Gia membuatku tersentak. Tak pernah Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 223 sekalipun dari awal hingga 4 tahun menikah Gia melontarkan pertanyaan seperti itu. “Gia aku tau kamu muak dengan aku yang terus-terusan dirumah tapi aku saat ini butuh kepercayaanmu aja gi…” Kataku terpotong. “kurang percaya apa aku sama kamu Ka, aku kerja sampai ambil double shift buat nutupin kekurangan kita, kita semua tau passion ngga akan berarti tanpa ada kemauan”. “apa aku harus hidup pakai topeng lagi? Kamu bilang aku harus bebas, jadi diriku sendiri? Kenapa sekarang kamu ngeraguin aku? Tak berucap apapun Gia langsung pergi keluar rumah. Aku dan Gia hanya perlu bertahan beberapa waktu lagi, hanya saja mungkin ini memang belum waktuku untuk bekerja. Aku dan Gia sudah berkali-kali melewati permasalahan yang lebih berat daripada ini, aku hanya ingin dia bertahan sekali lagi, dan semua akan baikbaik saja. 224 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra KUNIKAMTI SENJAKU Rohmatul Hanim Maulidia Pagi-pagi sekali kabutnya mulai hilang, kadang rintikan kabutnya mengenai jendela, kadang pula sinar elok langsung menghantam jendela mengenai ranjangku. Memang begitu rasanya setiap pagi setelah adzan subuh membangunkanku. Dari aku masih muda hingga serenta ini tidak pernah sekalipun aku melewatkan pagi. Sebagaimana banyak orang katakan pagi bukan sekedar pagi biasa, pagi adalah awal yang sangat menentukan. Menyambut pagi dengan penuh kebahagiaan, menerima hasil cipta-Nya dengan menghembuskan napas tanda kebersyukuran. Aku di sini, di rumah kecil nan nyaman ini tinggal dengan cucuku, Gentar namanya. Umurnya masih 10 tahun, dia adalah buah cinta anakku, Kinara. Salah satu kebahagiaan tersendiri Kinara menitipkan Gentar padaku setalah Sang Maha Kuasa memanggil suamiku, Mas Mukti 7 tahun lalu. Gentar dan Kinara adalah pemanis hidupku yang benar-benar nyata. Aku bahagia sesungguhnya mereka mampu merasakan keberadaanku, begitu pula aku yang membutuhkan mereka. Semakin hari terasa badanku semakin rapuh, untuk bergerak lama persendian terasa tegang. Memang Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 225 diumurku yang sekarang tidaklah sekuat waktu muda dulu, bermain dengan Kinara kecil, menemani Mas Mukti patroli hutan ataupun memompa air untuk warga sekampung aku bisa melakukannya. Itu dulu waktu jaman muda dan bugarku. Ini akan terus terjadi hingga beberapa tahun lagi ku semakin rapuh. Dan tak mudah bagiku untuk mengingat hal yang detil-detil. Masih terngiang kisahku dulu, namun akan sulit sekali darimana harus menceritakannya. Ketika aku berbaring diatas kasur sembari menatap ke luar jendela, seseorang mengetuk pintu. Siapa kupikir, setelah pintu itu terbuka, ada wanita cantik dibaliknya, iya… itu Kinara anakku. Dia pulang. Anakku Kinara, dia memang bekerja di kota, karena itulah dia menitipkan Gentar padaku. Ditinggalkan suami saat Gentar berumur 5 bulan, entah aku juga tidak tahu kemana dia pergi. Ada yang pernah mengatakan padaku, jika dia sudah menikah lagi. Aku tidak tahu dan tidak ingin menahu. Yang terpenting sekarang hanyalah kebahagiaan Kinara, Gentar dan Aku. Kupeluk erat Kinara, kubangunkan Gentar diranjangnya untuk segera menemui ibunya. Aku tersenyum melihat Kinara dan Gentar berpeluk erat. Memandang mereka, otakku terasa berat mengingat masa laluku saat Mas Mukti masih ada, teringat saat itu duduk bersamanya diteras depan melihat Kinara bermain dengan sepeda mengelilingi pagar bunga matahari yang kutanam. Menoleh sebelah, kulihat Mas Mukti tersenyum lebar 226 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra menatap Kinara. Sulit sekali jika harus mengingat lebih dalam, kepala terasa berat. Namun, rindu sesekali datang yang tidak tahu waktu dan kondisi. Hingga aku tersadar, jika Kinara dan Gentar terus memerhatikan lamunanku. Aku terkaget, sampai akhirnya mereka membawaku duduk di ruang tamu. Kinara menceritakan kondisi pekerjaan barunya. Aku bangga padanya, menjadi seorang ibu dan ayah tunggal Gentar yang tidak pernah mengeluh akan tanggung jawabnyanya. Aku bangga padamu, Kinara. Senja, adalah waktu di mana aku merindukannya. Menunggu sinar tenggelam, menunggu hawa dingin malam, duduk di teras depan, melihat bunga matahariku yang tunduk akan gaya gravitasinya, merindukan tawa seseorang sedang berada di samping namun ternyata haluan. Memikirkan apa yang akan terjadi padaku besok, saat aku terbangun dan membuka mata, apakah aku masih ditempat yang sama atau aku telah berada di ruang yang berbeda? Aku tidak tahu, aku hanya ingin menikmati masa senjaku. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 227 AIR MATA JANUARI Sabrina Zamzamiatul Sofa Langit yang semula cerah berubah menjadi gumpalan awan mendung, membuat sebagian orang memilih untuk tidak beranjak keluar rumah. Suara gemuruh petir disertai gerimis sebagai pertanda kepada penduduk bumi agar tetap berada di dalam rumah, tapi tidak berlaku untuk satu pasangan, mereka tetap berboncengan menuju tempat belajarnya. Saat di jalan tak ada yang berani memulai percakapan, mereka terlalu sibuk dengan pikiran masingmasing. Saat di jalan, hujan mulai mengguyur bumi dengan deras tanpa ampun membuat sebagian umat manusia mengumpat karena bajunya basah terkena hujan. Mereka berteduh di halte yang ada di persimpangan jalan. Mereka duduk bersebelahan sambil menatap air hujan yang mulai memenuhi gorong-gorong jalan. Cipratan air hujan yang membasahi sepatu putih milik Naila, membuatnya mengumpat kesal, “Duh, basah deh.” Candra di sebelahnya Naila hanya bisa terdiam dan menatap sekilas ke arah Naila yang mengumpat kesal karena sepatunya basah terkena air hujan. Candra sedang perang dengan pikiran dan hatinya, pikiran meminta 228 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra untuk mengungkapkan, sedangkan hati meminta untuk memendam agar cinta itu tumbuh dengan subur. Terlihat Naila sedang memasukkan sepatu ke dalam tas plastik, sekarang dia harus bertelanjang kaki. Meskipun harus menahan dinginnnya air hujan dia harus menahannya, karena jika dirinya tetap memakai sepatu maka besok tidak bisa masuk kuliah dengan alasan sepatu basah karena hujan. Naila tak akan pernah membuat alasan seperti itu karena hujan tidak pernah salah, menurut Naila hujan itu sebagai penyalur rasa sedih dan bahagia karena setiap Naila merasakan sedih atau bahagia dia selalu bermain hujan, hanya dengan itulah kesedihan dan kebahagiaannya akan larut dalam rintikan air hujan yang mengalir. Kaki Naila berayun sambil memainkan tampias air hujan, membuat Candra semakin takut mengganggu aktivitas Naila. Saat akan memanggil Naila selalu saja ada halangan, petir menyambar atau suara klakson mobil yang melewati persimpangan. “Ehm,” Candra berdehem untuk mengode Naila agar menoleh, namun sepertinya kode yang diberikan Naila kalah dengan tampias air yang membuat sesekali Naila tertawa. “Eum, NAILA!” teriak Candra membuat Naila menoleh dengan tatapan bingung. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 229 “Apa?” jawab Naila dengan berteriak karena hujan mulai mengguyur dengan deras dan menimbulkan suara di atap halte. “Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!” “Apa?” Tiba-tiba suara petir menyambar-nyambar membuat Candra mengurungkan ucapannya, sedangkan Naila berteriak kaget. Aa! Kemudian mereka kembali sibuk dengan pikiran mereka masing-masing dan melupakan percakapan tadi yang sempat terhenti karena petir yang menyambar. Suara derasnya air ibarat alunan melodi alam mengalun indah mengubah suasana menjadi rileks, terlihat Naila sedang menikmati suara derasnya air hujan sambil sesekali bernyanyi. Bagaimana dengan Candra? Dia juga sedang sibuk dengan pikirannya yang sedari tadi menuntut untuk mengucapkan yang sesungguhnya kepada Naila. Namun, rasa ego Candra lebih besar daripada keinginannya sehingga dia mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal itu. 230 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Satu jam berlalu dengan cepat, hujan mulai mereda sedikit demi sedikit meninggalkan kerikil yang terbawa arus air dan ditinggalkan air masuk ke dalam selokan. “Eh, Naila.” “Iya kenapa Can?” ujar Naila sambil menatap Candra yang sedang merangkai kata-kata yang pas untuk diucapkan. Lima belas menit Naila menanti Candra megucapkan sesuatu namun sepertinya Candra masih berkutat dengan pikirannya untuk merangkai kata, Naila menghela napas kasar. Aku gak salah dengerkan tadi dia manggil aku? Apa guanya aja yang kegeeran? “Ekhem,” deheman suara Candra untuk menetralkan rasa gugupnya, Naila menoleh dengan alisnya diangkat sebelah. “Aku mau ngomong sama kamu.” “Hadeuh, iya mau ngomong apa?” tanya Naila sambil menatap wajah Candra yang sangat bersih tanpa jerawat, sedangkan Candra ditatap oleh Naila malah salah tingkah sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Jangan liat aku, plis.” “Duh ribet banget!” omel Naila karena sedari tadi dia menunggu Candra mengatakan sesuatu yang mungkin Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 231 penting sekali, segera mungkin Naila menatap lurus ke depan melihat mobil berlalu lalang tanpa kena macet. “Aku suka sama kamu.” DEG! Satu kalimat yang membuat badan Naila tegang. Apa yang Candra kata ke aku? Dia suka sama aku? Demi apa tuh anak suka aku! “Bisa gak si bilang gitu sambil natap mataku," ucap Naila karena sedari tadi Candra tak mau melihatnya sedikitpun dia hanya menatap lurus ke depan. “Ga bisa Nai, aku gak bisa,” lirih Candra pelan, karena memang setiap Candra melihat cewe yang dia suka pasti salah tingkah kalau nggak gitu akan sering bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air kecil. “BISA!” Dengan terpaksa dan menahan diri untuk tidak pergi ke toilet, Ardi memberanikan diri melihat wajah Naila yang sangat manis, “Nah gitu dong!” “Nai, aku sayang sama kamu.” “Aku juga sayang sama kamu, tapi cuma sebatas teman, maaf aku harus pergi.” Kemudian Naila pergi meninggalkan Candra sendirian duduk di bangku halte yang mulai berkarat, dadanya terasa sesak, tak terasa air 232 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra matanya menetes bersama derasnya air hujan yang menemani kesendiriannya di halte. Mendengar jawaban dari Naila seketika Candra sadar jika diantara mereka ada sebuah pembatas yang membuat mereka tidak akan pernah menyatu yaitu perbedaan keyakinan. “Tapi apakah cinta berbeda keyakinan itu dibolehkan asalkan keduanya saling percaya?? Ah sudahlah mungkin aku emang ga pentes buat Naila yang sempurna.” “Seharusnya Aku sadar dari dulu kalau di antara kita ada pembatasnya yaitu keyakinan,” lanjut Candra dengan nada sedih sambil mengelap sisa air matanya yang jatuh di pipinya, dia sungguh tidak menyangka akan terjadi seperti ini, Candra baru pertama kali menyatakan perasaannya kepada wanita yang dia suka yaitu Naila. Seseorang yang membuat Candra semakin bersemangat kuliah yaitu Naila. Naila-lah yang memotivasi Candra untuk selalu berubah menjadi lebih baik tapi tidak bisa mengubah keyakinannya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 233 KEKACAUAN MANIS Adella Cahyani Senja di 7 Oktober tahun 2018 menjadi saksi bagaimana awal kisah kami bermula. Senyum yang bersemayam di wajah menjadi bukti betapa bahagianya kita. “Dek, kamu mau enggak kalau aku lamar?” tanyanya yang membuat jantungku bertalu dengan cepat. Aku terdiam dan celingukan. “Hehe kamu yakin mas? Kan kita baru aja akrab”. Aku menertawakan pertanyaannya dan tawaku bukan bermaksud untuk meremehkan niatnya. Kami adalah teman satu SMA yang sudah lama lepas kontak. Walaupun begitu, Aku tidak mengenal banyak tentang dirinya, begitupun juga dirinya terhadapku. Aku yang tidak permah menjalin cinta, merasa terbang dengan niatannya, tak pelak ragu pun menghampiriku. “Gimana dek? Aku enggak bakal mengajak kamu pacaran. Kalau kamu mau sama aku, aku bakal langsung melamarmu”. Ucapnya dengan raut wajah yang serius. Di usia kami sekarang yang sudah berkepala dua, tidak heran jika dia ingin menjalani hubungan yang serius. Selain itu, enam tahun silam di bangku SMA, aku menjadi cinta pandangan pertamanya. Tiga tahun masa S++-MA menjadi jalannya sehari-hari untuk mengejarku. Tetapi, aku selalu menolaknya karena alasan tidak ingin menjalin kisah apapun di bangku SMA. Dua tahun setelah lulus SMA, kami bertemu lagi. Banyak yang berubah, tetapi tidak 234 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra dengan perasaannya padaku. Hingga pada titik keakraban kami, dia mulai mengutarakan keinginannya untuk melamarku. “Dek, Kok diem aja.” Tegurnya padaku. Aku tersentak dari lamunanku tentang masa SMA kami. “Jadi gimana dek?” dengan sabar dia menanti jawabanku. Aku menghembuskan nafasku perlahan, untuk menenangkan diriku. “Mas, boleh aku minta waktu? Aku akan memikirkannya. Karena aku tidak ingin tergesa-gesa dalam memberi keputusan. Bagaimanapun permintaanmu itu sesuatu yang berhubungan dengan masa depan”. Dia terdiam sejenak, kemudian dengan tersenyum ia menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan pintaku. Hari demi hari sudah berlalu, hingga tak terasa sudah tiga bulan kami bersama. Banyak hal yang sudah kami lewati. Perlahan akupun juga mulai mengenal banyak tentang dirinya dan aku benar-benar merasa bahagia bersamanya. Setelah memikirkannya dengan matang selama berbulan-bulan, akupun bersiap untuk menjawab tawaran lamarannya waktu itu. Dia benar-benar memberiku waktu tanpa pernah memburu jawabanku. “Mas, ada yang mau aku omongin”. Ucapku dengan perlahan. “Iya dek, ngomong aja. Ada apa?” jawabnya dengan senyum teduhnya. “Soal niatan mas waktu itu yang ingin melamarku. Aku mau mas”. Ucapku dengan malu-malu. Dia tersenyum lebar dengan matanya yang berbinar. “Beneran dek? Wah…kamu tahu, aku benarbenar bahagia hari ini. Serasa segala bebanku tiba-tiba terangkat. Terima kasih dek, aku sayang kamu.” Ucapnya seraya memegang tanganku. Kebahagiaan yang Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 235 dirasakannya benar-benar menular padaku, akupun ikut tersenyum bersamanya. “Dek, aku janji. Waktu kamu semester 7 nanti, aku akan melamarmu”. “Mas, kamu ngga perlu buru-buru. Niat tulusmu yang ingin melamarku sudah cukup untuk meyakinkanku”. Tiba-tiba dia mengenggam tanganku dengan erat, akupun sedikit tersentak dibuatnya. “Kenapa mas?” tanyaku dengan tenang. “Aku enggak mau lama-lama dek, aku takut kamu didahuluin sama orang lain.” Akupun tertawa renyah dengan apa yang diucapkannya. “Kok kamu ketawa sih dek”. Ucapnya dengan kesal padaku. “Kamu tahu sendiri aku gimana mas. Kamu pacar pertamaku, Ah bukan tapi kamu sekarang udah jadi calon tunanganku. Sebelum kamu, juga tidak ada laki-laki lain yang menjalin hubungan denganku. Jadi kamu tenang aja, aku udah pilih kamu dan aku bakal tetep berhenti di kamu”. Diapun semakin mengeratkan genggaman tangannya padaku, dengan suara rendah dia mengatakan bahwa betapa bersyukurnya dia mendapatkanku. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa lebih bersyukur lagi, karena sudah melabuhkan hatiku pada seseorang yang kurasa tepat untuk menjadi imamku di masa depan. Dia akan menjadi pelengkap di dalam kehidupanku. Semoga ini benar-benar pilihan terbaikmu untukku Tuhan. Selang tujuh bulan kami bersama, perlahan masalah-masalah mulai bermunculan di hubungan kami. Bahkan ada satu hal yang membuatku terkejut dan merasa ragu untuk melanjutkan hubungan ini. Aku mendapati kenyataan bahwa sebelum dia bersamaku, ada seorang 236 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra perempuan yang menjadi kekasihnya. Tetapi, perempuan tersebut dia tinggalkan tanpa sepatah kata. Perempuan tersebut marah, dan yang menjadi pelampiasan atas amarahnya adalah aku. Aku bahkan tidak tahu siapa perempuan itu, tetapi dia banyak mencelaku dengan perkataan-perkataan yang cukup kasar. Banyak fakta-fakta baru yang kuketahui mengenai calon tunanganku dari perempuan itu, hingga fakta terburuk sekalipun. Hari itu, benar-benar serasa lonceng peringatan untukku. Keraguan mulai bermunculan di dalam benakku. Aku hilang arah dan tidak tahu harus bagaimana. Hingga yang terlintas di otakku hanya aku harus bicara dengan calon tunanganku. Aku akan menuntut kebenaran padanya. “Mas, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu.” Ucapku dengan serius. “Iya, apa dek?” jawabnya dengan suara sedikit gemetar. Akupun mulai menceritakan semua hal tentang apa yang dikatakan oleh mantan kekasihnya. Hingga fakta-fakta yang kudapatkanpun tak luput dari tanyaku padanya. Semua jawaban yang dia berikan berbeda dengan apa yang diucapkan mantannya. Tapi ada satu fakta yang dikonfirmasinya bahwa itu benar. Iya, dia dan perempuan itu memang pernah melakukan hubungan yang tidak seharusnya dilakukan oleh pasangan yang belum halal di mata Tuhan. Detik itu juga aku hancur, aku benar-benar buntu. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Perasaan marah kepada Tuhan muncul dalam benakku, aku merasa Tuhan tidak adil kepadaku. Mengapa ketika aku sudah menerima dia dengan segenap hatiku, harus mendapatkan kenyataan pahit ini. “Aku Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 237 minta maaf dek, aku khilaf. Tolong jangan tinggalin aku. Aku benar-benar mau kamu yang jadi pelabuhan terakhirku dek.” Aku menghembuskan nafasku dengan berat. Tuhan, aku benar-benar ingin marah dengan kenyataan ini. Tetapi, aku tidak bisa, yang kulakukan hanya diam membisu. Aku berusaha menenangkan diriku, mencoba mengerti dengan apa yang terjadi. Dalam benakku, aku merapalkan sebuah do’a. Jika ini memang jalanku, semoga Tuhan memberiku kemudahan dalam menjalani hubungan ini bersamanya. Aku menatap matanya dengan senduh, sambil menahan lelehan air mata yang siap terjun kapan saja. “Baik, aku akan tetap bersamamu mas. Kamu melakukan kesalahan dengan perempuan itu disaat belum bersamaku. Maka aku akan mencoba melupakannya. Aku akan berusaha tidak mengungkit bagaimana masa lalumu.” Sambil mengenggam tanganku, dia mengucapkan banyak terima kasih padaku. “Aku janji dek, aku tidak akan membuatmu kecewa. Mari kita tetap menatap masa depan bersama”. Dengan sedikit ragu, akupun menganggukkan kepalaku sebagai jawabannya. Setelah kejadian itu, hubungan kami mulai membaik. Kami semakin dekat, tiada hari tanpa kata cinta dan sayang yang meluncur dari bibir kami. Hingga pada bulan Agustus 2019, kami memulai persiapan untuk lamaran. Kami memesan baju dan membeli semua perangkat yang diperlukan untuk lamaran. Tetapi, seiring 238 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra mendekati waktu lamaran. Aku selalu merasa tidak tenang dengan hubungan kami. Aku merasa dia perlahan mulai berubah, kami mulai jarang bertemu. Komunikasi pun hanya sebatas berkirim pesan. Jika aku menginginkan sebuah pertemuan atau hanya ingin menelfonnya, maka dia akan memberikanku banyak alasan yang lagi-lagi harus kumengerti. Hingga tepat pada tanggal 13 oktober 2019, dia tiba-tiba pergi tanpa berpamitan padaku. Itu hal yang aneh, mengingat selama kami bersama. Berpamitan sebelum pergi kemanapun merupakan sebuah kewajiban bagi kami. Aku mengetahui hal tersebut dari kakaknya yang menanyakan kebaradaannya padaku. Khawatir mulai menyergapku, pikiran buruk mulai melintas di kepalaku. Aku menghubunginya berkali-kali dan tak ada jawaban sekalipun. Bahkan, pesanku pun luput dari balasannya. Aku menyampaikan kepada kakak calon tunanganku, bahwa dia sangat sulit dihubungi. Sampai akhirnya, kakak calon tunanganku memberikanku kabar, bahwa calon tunanganku sudah sampai di rumah. Detik itu juga aku merasa tenang walaupun belum sepenuhnya, karena aku masih belum mengetahui kemana perginya dia seharian tersebut. Bahkan keesokan harinya, dia tetap tidak mau menjawabnya. Aku pun memutuskan untuk tidak bertanya lagi. “Mas, aku berangkat yah. Semangat mas untuk kerjanya hari ini.” Aku mengirim pesan padanya seperti kebiasaan pagi kami sehari-hari, yaitu berpamitan jika aku akan pergi ke sekolah tempatku magang dan memberikan semangat padanya untuk bekerja hari ini. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 239 “Iya, ini aku baru sampai tempat kerja dek. Semangat juga ya”. Balasnya satu jam kemudian kepadaku, dan aku tidak pernah tahu jika itu menjadi pesan terakhirnya untukku. Sejak itu, dia tidak pernah mencariku atau mengubungiku barang sedikitpun. Aku pun rasanya sudah lelah, karena itu bukan hal pertama dia mengabaikanku tanpa alasan yang jelas. Selama setahun aku berada di sampingnya, rasanya aku mulai tidak bisa mengerti lagi dengan keegoisannya. Mulai dari fakta kelamnya bersama mantan kekasihnya, dia yang berselingkuh, dia yang sering menyalahkanku dan mengabaikanku tanpa alasan yang jelas. Tetapi, aku selalu memaafkan semua kesalahannya tersebut, aku berusaha mengerti dengan segala apa yang dia inginkan. Tetapi, rasanya ini sudah keterlaluan. Keikhlasanku menjalani hubungan ini bersamanya, tidak mendapatkan timbal balik yang baik untukku. Jika biasanya aku yang mencarinya ketika diabaikan, maka tidak untuk sekarang. Menunggu dan terus menunggu, namun tetap tidak ada tanda-tanda kemunculan batang hidungnya. Lamaran kami tinggal 14 hari lagi, tetapi masalah kami tidak ada tanda-tanda menuju titik terang. Aku tidak mau menghubunginya, karena ujungnya pasti seperti yang sudah-sudah. Aku mencarinya, mengerti alasannya. Kemudian, kami saling memaafkan, dan dia akan mengulangi kesalahan yang sama. Hubungan kami selalu bersiklus seperti itu dan sekarang aku benar-benar lelah menghadapi keegoisannya yang hanya ingin menang 240 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra sendiri. Dia tidak pernah mau mengerti bagaimana perasaanku. Satu minggu sebelum lamaran, amarah keluargaku mulai memuncak. Karena sudah menjelang detik-detik, baik dia maupun keluarganya tidak ada yang mempunyai niatan baik untuk meluruskan hubungan kami. Akhirnya, tiga hari sebelum tanggal lamaran kami, Ibunya menghubungiku dan hari itu, tepat tanggal 13 November 2019 akan menjadi hari peringatan yang akan kuingat seumur hidupku. Ibunya membatalkan lamaran kami. Tidak hanya itu, ibunya menyalahkanku atas kesalahan gagalnya lamaran kami, bahkan aku tidak tahu letak kesalahanku dimana. Lamaran yang sudah kami persiapkan dari jauh-jauh hari sudah tidak ada gunanya lagi. Hubungan kami berakhir buruk, tanpa kata perpisahan. Aku dibuang layaknya sampah. “Sabar nak, tidak apa-apa. Allah tahu yang terbaik untukmu, yang jelas sekarang kamu harus bersyukur karena sudah terlepas dari laki-laki yang tidak baik.” Ucap ayahku. Ibuku dan semua anggota keluargaku pun juga demikian, mereka semua menyemangatiku. “Yang hilang akan berganti. Kebenaran dan keadilan akan selalu ada, suatu saat nanti. Jadi bersabarlah”. Ucap kakakku dengan senyum lebarnya. Aku sebenarnyan ingin meraung dan menangis hingga tak tertolong untuk mencurahkan seluruh sakit hatiku, tetapi melihat seluruh anggota keluargaku rasanya aku tidak bisa. Aku mencoba menekan sakit hatiku dan bersabar atas Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 241 musibah ini. Selang beberapa bulan, aku mendapatkan kabar jika dia memiliki hubungan dengan seorang perempuan. Aku tersenyum miris, begitu mudahnya dia mencari seseorang untuk menggantikanku. Sampai sekarang masih terasa seperti mimpi untukku, terkadang aku tidak percaya jika 365 hari kami bersama akan berakhir menjadi kekacauan yang terasa manis untuk dikenang selamanya. Karena bagaimanapun dia adalah orang pertama yang mengajariku tentang ketulusan dan keikhlasan dalam cinta. Kegagalan kami, akan menjadi bekal untukku untuk belajar menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih bijak lagi dalam memilih pasangan. 242 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra KESABARAN BERBUAH BAHAGIA Tantri Astrida Yunitasari Perkenalkan terlebih dahulu namaku Tantri Astrida Yunitasari biasa dipanggil Tantri. Aku mempunyai pacar yang punya lika liku panjang perjalanan dalam kisah percintaan ini dimulai dari masa cinta monyet semenjak duduk kelas SMA yang bernama Yudha Ady Firmansyah yang biasa dipanggil Yudha. Dia adalah kakak kelasku, meskipun kami berbeda sekolah tetapi aku merasakan akan kehadiran dia dilingkungan sekolah sehingga membuat aku sangat bersemangat untuk menimbah ilmu. Dia sangatlah sosok inspiratif buat aku, sikap optimisnya, percaya dirinya dan dia orangnya tidak mudah untuk menyerah. Dalam pandangan hidupku dia adalah berpengaruh positif dalam kehidupan, selalu memberikan semangat akan cita-citaku dan selalu membantu ketika aku mengalami kesulitan. Aku dan dia sudah bersahabat semenjak masih duduk di Sekolah Dasar karena jarak rumah kita yang sangatlah berdekatan. Aku mempunyai 4 sahabat yang bernama Yudha, Mada, Nurul, Vita. Sepulang sekolah dibawah teriknya matahari aku dan sahabatku bermain bersama hingga langit biru berubah menjadi senja. Dengan berjalannya waktu aku dan sahabatku mulai remaja sehingga jarang untuk berjumpa dan bermain bersama. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 243 Saat-saat itulah yang tidak pernah aku lupakan. Dengan jarangnya kami bertemu sehingga kita lost kontak yang pada jaman dahulu dengan minimnya teknologi masih menggunakan hp jadul yang hanya bisa mendengar lewat suara dan membaca sms saja. Jaman dahulu juga lagi hitsnya teror sms yang beralasan menemukan nomer HP di uang kertas. Tiba-tiba ada seseorang yang boom sms aku, setelah aku tanya dapat nomerku darimana dia dengan beralasan bilang kalau dapat nomerku dari uang kertas lima ribu. Aku langsung mengingat-ingat terus, tapi kenyataannya aku memang gak pernah sekalipun menulis nomerku di uang kertas lima ribu. Seketika aku ketawa mendengar alasan dia dapet nomerku dari uang kertas. Aku tak percaya dengan akan hal-hal teror seperti itu dengan sikap cueknya aku yang tidak pernah membalas smsnya dia. Tetapi dia tetap terus-terusan untuk menelvon dan sms berkali-kali. Aku langsung ketakutan akan teror smsnya meskipun itu teror smsnya hanya berisi manggil namaku. Semakin sering aku diteror, aku langsung bergegas ganti nomer dengan kaki yang bergemeteran karena terus-terusan ditelvon sama orang yang tidak dikenal. Seiring berjalannya waktu setelah aku ganti nomer aku tidak lagi diteror dengan orang yang tidak dikenal itu. Beberapa tahun kemudian, saat aku duduk dikelas 2 SMA. Seiring kemajuan teknologi di Indonesia sudah ada kemajuan aplikasi BBM, Facebook dan LINE untuk alat komunikasi jarak jauh dengan orang tanpa menggunakan 244 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra sms dan telvon lagi. Berawal dari Facebook sahabatku yang namanya Yudha tiba-tiba chatt menanyakan kabar. Kamipun langsung bertukar pin BBM untuk komunikasi lebih lanjut. Awalnya aku tak pernah menyangka akan bertemu dan berkomunikasi lagi dengan sahabat kecilku ini. Tiba-tiba dia minta ingin kumpul reuni dengan aku dan teman-teman. Aku sangat senang sekali bisa bercanda lagi tertawa dengan sahabat kecilku dulu. Setelah reuni itu, Yudha sering chatt aku komunikasi kami berdua lancar setiap hari. Sehingga beberapa minggu kemudian, Yudha ngajak aku nonton bioskop berdua aku berpikiran waktu itu sahabat kecilku sedang rindu ingin bertemu denganku. Namun tak terduga di detik-detik jam menunggu tayangnya bioskop dia menyatakan semua perasaan. Jantungku tiba-tiba terus berdetak seperti tak menyangka kalau dia akan ngomong seperti itu. Aku meminta waktu untuk menjawab itu semua dengan sabarnya dia menunggu jawabannya dalam 5 hari aku baru menerima semua perasaan dia. Setelah aku nerima perasaannya, dia langsung cerita bagaimana pengorbanan dahulu saat mendekatiku dengan sikap dia yang masih malu-malu mangkanya dengan cara boom sms aku berkali-kali. Aku langsung tersipu malu ketika aku mengingat saat ketakutannya aku diteror sama orang dan ternyata orang itu adalah dia. Akhirnya, dia lulus SMA dan aku masih kelas 3 SMA. Semenjak kita menjalin kasih, sering kali kita jalan bareng, dia selalu ngebantu aku ngerjakan PR dan selalu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 245 memberikan aku semangat untuk menggapai cita-citaku yang ingin menjadi seorang guru. Semenjak aku masih 3 SMA dan dia sudah lulus SMA. Dia punya keinginan untuk menggapai cita-citanya menjadi tentara. Dia selalu main kerumah, kumpul dengan keluargaku dan selalu care dengan lingkungan rumahku. Sehingga, tetanggaku mengetahui kalau Yudha bukan lagi sahabat masa kecilku melainkan kekasihku. Dengan kesibukanku di kelas 3 SMA dan dia sibuk menggapai cita-citanya menjadi tentara. Kamipun jadi susah untuk bertemu bisa dikatakan hubungan Long Distance Relationship, ketemua hanya seminggu sekali. Hanya bisa menitipkan lewat angin rinduku kepadanya. Dimana dia harus sering-sering ke malang untuk latihan menjadi tentara. Dia memiliki sikap optimis yang sangat tinggi sehingga akan berusaha apapun yang terjadi dia percaya pasti akan bisa tercapai semua impiannya. Kemudian disaat dia mencoba pertama kali untuk daftar tentara. Kemudian, dia langsung menelvon aku untuk mengabari hasil pengumumannya, Yudha : “Assalamu’alaikum, maaf aku belum bisa ngasih kabar gembira karena aku gagal untuk masuk tentara” dengan suara lemas dan lirih dia. Akupun menjawab, Aku : “Waalaikumsalam, Gak apa-apa ini belum rejekimu pasti Allah menggantikan rejeki yang lebih dari 246 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra ini” dengan mata berkaca-kacaku menguatkan diri. Setelah kegagalan itu, dia langsung pulang dari malang dan menghampiri aku, sangat tak tega melihat sikap optimisnya dia yang hampir saja runtuh karena kekecewaan ini. Namun, aku selalu menyemangati dia untuk selalu terus mencoba karena rejeki sudah Allah yang ngatur dan manusia hanya bisa berdo’a dan berusaha. Setelah beberapa bulan kemudian, aku dinyatakan lulus SMA dan dia masih pengangguran, karena dia masih tetap optimis dan berusaha untuk menggapai cita-citanya menjadi tentara. Setiap hari dia selalu mengantarkanku untuk membantu mencari universitas yang terbaik buat aku. Dia selalu mendukung akan cita-citaku. Akhirnya aku kuliah di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Meskipun dia masih pengangguran tapi kami tetap seperti biasanya sering jalan bareng dan dia sering main kerumahku tidak ada perbedaan sama sekali. Keluargaku pun tidak mempermasalahkan itu. Namun, tetangga ku sangatlah usil, dia selalu mengejek Yudha karena status dia penggangguran. Aku tak menyangka kalau mereka akan setega itu sama Yudha, dia sama sekali tidak memikirkan perasaan kami. Sedangkan aku dan keluargaku tidak mempermasalahkan status Yudha yang masih penggangguran. Dengan lancangnya mereka bilang, Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 247 Tetangga : “Duh nak, kamu itu sudah jadi mahasiswa masak iya mahasiswa masih mau sama cowok pengangguran? Di kasih makan apa nanti anakmu” aku langsung melihat matanya Yudha yang berkaca-kaca mendengar omongan orang itu. Dari kejadian itu sempat membuat trauma Yudha untuk main kerumahku lagi. Namun, dengan sikap optimisnya akan membuktikan ke tetanggaku kalau dia bisa membahagiakanku dari kesuksesan dia. Sehingga dia semakin semangat untuk mencoba daftar tentara yang kedua. Setelah aku kuliah berjalan 4 bulan pendaftaran tentara yang kedua dibuka, dia langsung bergegas untuk mendaftarkan dirinya dengan berpamitan dan minta restu keorang tuanya dan ke orang tuaku. Aku hanya bisa berdoa dari kejauhan di setiap sepertiga malam aku selalu bersujud melantunkan doa yang kupanjatkan akan rahmat yang diberikan Allah terhadap hambanya. Aku percaya akan ada rahmat dari Allah yang akan mengangkat derajat hambanya bagi hambanya yang selalu ingat akan Rabb-nya. Beberapa minggu kemudian, dia menelvon akan kelulusan dia menjadi tentara. Aku tak menyangka, badanku gemeteran akan berita itu seperti mimpi. Aku sangat bersyukur aku percaya akan kuasa Allah. Setelah sebelum berangkat pendidikan dia langsung main kerumah untuk membuktikan ke tetanggaku bahwa dia 248 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra gak selamanya pengangguran yang gak bisa bahagiakan aku. Setelah beberapa tahun kemudian, dia sudah dapat ijin yang sesuai peraturan tentara yang baru bisa menikah setelah kenaikan pangkat. Sungguh nikmat keberkahan Allah dia 4 tahun mengabdi menjadi tentara sudah kenaikan pangkat dan akupun sudah wisuda sehingga dia dijinkan untuk menikah oleh kesatuan TNI. Akhirnya dia cuti langsung melamar aku dan ingin segera menikahiku. Hari-hari yang berlalu kian pasti satu demi satu melangkah untuk menaiki anak tangga untuk menggapai kesuksesan. Berjuang merasakan pahitnya omongan orang demi sebuah cita-cita. Kalau aku bisa kirimkan surat kepada Tuhan, akan aku tulis semua kesedihan yang pernah aku rasakan agar membukakan hati bagi umatnya yang suka menghujat dan mengejek sesama manusia. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 249 BANJIR KIRIMAN Tatak Okta Tri Pangga Matahari pagi berbinar terang menyilaukan mata. Membuatku terheran, padahal malam sebelumnya rintik hujan membasahi genting sampai terdengar jelas dan mengusik tidurku yang nyenyak. Akhir-akhir ini cuaca memang tidak dapat ditebak, meskipun perkiraan cuaca yang ada di ponselku memperlihatkan bahwa akan turun hujan tapi kenyataannya pagi itu sangat cerah, tidak melulu tentang cuaca bahkan perkiraan tentang hal lain saja terkadang meleset. Cuaca yang sangat mendukung untuk menjemur membuat ibu dirumah senang karena dapat mengeringkan pakaian secara alami, lumayan dapat menghemat pengeluaran listrik yang membludak akibat sering menggunakan pengering mesin cuci dalam jangka panjang. Rata-rata didepan rumah tetanggaku pakaian berjejer rapi sedang di jemur, pemikiran yang kompak serentak perkara jemuran. Aroma ikan membuat para kucing berdatangan menghampiri kerupuk ikan yang di jemur yang kucing kira itu aroma dari ikan segar ternyata memang ikan tetapi yang sudah mengering. Hari itu banyak yang beraktifitas didalam maupun diluar rumah seperti biasa berlalu 250 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra seiring berjalannya waktu hingga tak terasa terdengar suara adzan dzuhur. Siang itu setelah melaksanakan shalat dhuhur, aku keluar rumah untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Setelah selesai dan keluar dari supermarket, mendung hitam menyelimuti awan yang sebelumya cerah berwarna kebiruan, secepat itu cuaca silih berganti hanya dengan hitungan menit. Sesampainya dirumah, gerimis mulai berjatuhan dengan angin kencang yang membawa dedaunan mengikuti arahnya membuat semua orang riuh kebingungan mengambil pakaian yang sudah mulai kering. Rintik hujan perlahan semakin deras membasahi pelataran yang sebelumnya kering membuat tanah mengeluarkan aroma yang terhirup wangi. Hujan tak kunjung reda sampai waktu maghrib, waktu yang sangat lama menurutku tidak seperti biasanya. Terdengar suara angin dari luar jendela, membuat bulu kudukku berdiri karena hawa dingin yang menyelimuti. Suasana yang membuat kebanyakan orang sering merasa keroncongan padahal dalam perut terisi penuh dengan makanan. Dingin-dingin rasanya membuat iman goyah tergoda oleh mie instan, hal manusiawi yang dirasakan oleh seluruh umat manusia. Setelah kenyang, penyakit yang sering melanda orang ketika merasa kekenyakan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 251 adalah ngantuk yang luar biasa dirasakan membuat mata tidak lagi kuat menahan untuk tidak terpejam. Tertidur sangat pulas, sampai akhirnya aku dibangunkan oleh suara orang melaju cepat seperti kebingungan dan ternyata memang ibu dan bapakku sedang mengamankan barang berharga. Saat perlahan nyawaku sudah terkumpul dan kembali seperti semula aku melihat ponselku dan waktu masih menunjukkan dini hari tengah malam, aku berjalan dengan bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi. Saat aku melihat kearah luar, di depan rumah penuh dengan air berwarna coklat yang menggenang. Banjir yang deras tidak biasanya terjadi sampai di area perumahan, tempat aku tinggal. Sungguh tak menyangka hal ini terjadi, karena daerah ditempatku tinggal lumayan jauh dari sungai. Hal tersebut terjadi karena sungainya membludak oleh air yang mengalir deras hingga mengakibatkan kiriman banjir datang pada saat yang tak diduga. Seluruh warga perumahan panik tak terhingga karena kiriman banjir yang datang secara mendadak datang tengah malam, di saat seluruh mata terpejam lelap. Seluruh keluarga sedang sibuk mengamankan barangbarang berharga masing-masing, membuat malam itu yang biasa sepi menjadi penuh aktifitas. 252 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Baru kali itu merasakan panik karena banjir dan semoga tidak terjadi lagi, rasanya tidak terbayang orang yang rumahnya dekat bahkan sangat dekat dengan sungai. Panik yang ku rasakan tidak seberapa dengan yang mereka rasakan saat itu, karena itu termasuk banjir yang cukup besar terjadi di daerahku. Arus banjir sangat deras mengakibatkan kendaraan tidak bisa melewati jalan seperti biasanya, apalagi daerah ini termasuk jalan poros yang menjadi lalu lalang berbagai macam kendaraan. Sebuah bencana alam yang terjadi hampir setiap tahunnya di berbagai daerah, karena cuaca yang tak menentu dan seiring berjalannya waktu pepohonan semakin berkurang, saluran air yang tersumbat karena tumpukan sampah berserakan juga menjadi faktor utama terjadi banjir. Aku sangat bersyukur tidak sampai masuk rumah, namun mengotori seluruh halaman depan rumah, ternyata air berwarna coklat itu akibat tanah lempung dan pasir yang ikut hanyut terbawa derasnya arus. Banjir surut perlahan, semakin terihat tanah lempung dan pasir yang ada di halaman depan rumah. Ini membutuhkan kerja ekstra untuk membersihkannya, sungguh tak terbayang jika banjir masuk kedalam rumah. Hewan hewan yang ikut didalam air juga sangat mengganggu, membersihkannya akan membuat jauh Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 253 merasa tidak merasa jijik. Saat semuanya telah selesai dibersihkan membuat hati merasakan lega yang luar biasa, melihat tidak ada lagi kotoran yang tersisa. Meskipun badan ini terasa remuk namun rasanya terbayar oleh kebersihan yang harus dilakukan dan dijaga oleh kita semua. Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan, tidak ada salahnya untuk saling mengingatkan demi kebaikan. Di dunia ini berbagai macam manusia yang ada didalammya, jadi tetap hati-hati karena terkadang salah arti padahal semata-mata demi kenyamanan bersama. 254 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra DERMAGA SORE HARI Tita Nanda Sari Gadis mungil itu masih menggenggam erat tangan ayahnya, seraya diikuti senyum yang mengembang di kedua pipi merah jambunya. Clarisa selalu meluangkan waktu bersama ayahnya di ujung dermaga ketika sore telah tiba. Senada, langkahnya diayunkan pelan sembari berbincang tentang permen gula kesukaan Clarisa di Pantai Carita saat libur sekolah tiba. Sinar jingga yang menunggu di barat setia menghangatkan perbincangan mereka. Clarisa dan ayah sudah sampai di ujung dermaga, disambut angin sepoi dan burung laut yang sedang berbincang mesra menuju arah rumah. Clarisa memandangi langit tiada habis, “Ayah, langitnya indah sekali! Clarisa selalu suka”. “Langit itu namanya senja, Clarisa” balas ayah. “Minggu besok, Clarisa mau pergi ke Carita beli permen gula yang warna senja, kalau begitu” ucap gadis mungil itu dengan polos. Ayahnya yang mendengar ucapan putrinya tersenyum sembari mengusap rambut panjang Clarisa, “Iya, janji. Ayah besok ajak Clarisa beli permen gula warna senja, ya”. Senyumnya mengembang, giginya yang kecil nampak rapi nan putih sekali ditunjukkan kepada ayahnya, “Asyik, nanti Clarisa kasih tunjuk ke temanteman warna senja yang indah”. Ayah tersenyum sembari Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 255 menggendong gadis mungilnya menuju pulang karena petang sudah datang. Senja kesukaan Clarisa sudah hilang, para bintang mulai turun memenuhi langit. Lampu di sisi dermaga mulai menyala, mengantarkan Clarisa dan Ayah pulang menuju rumah. Dalam perjalanan pulang, gadis mungil itu selalu terlelap di bahu ayahnya, entah karena tidak berani dengan petang atau mungkin ia sedang dimanja angin dermaga yang harum dan membuat nyaman. Tepat pukul 19.00 malam mereka tiba di rumah. Kebetulan sekali, dermaga dan rumah jaraknya tidak jauh. Hampir setiap hari Clarisa selalu menyempatkan mengunjungi dermaga sore hari dengan ayah. Pagi telah tiba, rutinitas seperti biasa adalah Clarisa pergi ke sekolah dan ayah kembali bekerja. Meski harus menjalani rutinitas itu setiap hari, Clarisa sangat bersemangat untuk pergi sekolah dan tidak sabar untuk bertemu teman-teman. Ia berbeda dengan gadis seusianya yang kebanyakan diam dan malu. Clarisa di sekolah cukup terkenal sebagai murid yang aktif dan agak cerewet. Setiap temannya disapa dan diajak berbicara. Membahas hal tentang warna bunga di kebun pak Raden, menyusun puzzle di ruang bermain, atau mengajak temannya untuk memperhatikan bu guru saat membacakan dongeng putri salju. Seperti itulah tingkah Clarisa setiap di sekolah, sehingga ia juga tidak merasa asing dengan temantemannya, bahkan Clarisa selalu membantu teman yang kesulitan dan suka saling berbagi. Selepas jam sekolah 256 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra berakhir, Mrs. Ann sebagai guru kelas selalu mengantar Clarisa pulang. Kebetulan rumah Mrs. Ann searah dengan rumah Clarisa. Biasanya, sebelum pulang ke rumah, Mrs. Ann mengajak Clarisa untuk bermain di rumahnya bersama brownie, anjing kecil milik Mrs. Ann dan membuat roti lapis keju dan cokelat hangat untuk Clarisa. Baginya, Mrs. Ann adalah malaikat yang baik, yang suka ia ajak berbincang mengenai segala hal, oh—ya! termasuk warna senja dan permen gula yang dijanjikan ayah. Maklum, gadis mungil itu merasa dekat dengan Mrs. Ann, karena semenjak usia dua tahun ia kehilangan ibu, terlebih Mrs. Ann yang selalu bersemangat untuk mendengar cerita Clarisa yang kadang imajinatif. Clarisa suka bercerita tentang dermaga sore hari dan warna senja kesukaannya, kepiting pantai yang suka terbang, kuda poni yang mengirimkan kado setiap malam natal, dan selai rasa pelangi di atas roti setiap pagi. Mrs. Ann jadi asyik ikut berimajinasi membayangkan cerita gadis itu. Selepas membagi cerita dengan Mrs. Ann, Clarisa pulang. Di rumah, ia tinggal dengan nini yang usianya sudah memasuki senja. Nini adalah ibu dari ayah Clarisa. Biasanya sepulang sekolah, nini berterimakasih kepada Mrs. Ann dan mengajak cucunya untuk istirahat siang sembari menunggu ayah untuk pergi ke dermaga saat sore tiba. Namun, saat sore telah tiba hingga petang turun, ayah belum kunjung datang. Clarisa mulai cemberut, senyum pipi merahnya tidak nampak. Ia sudah terlalu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 257 lama menunggu ayah di teras rumah. Nini sudah bilang untuk menunggu di dalam rumah saja, “Ayo masuk Risa, ayah mungkin pulang agak malam, banyak kerjaan”. “Tidak mau nini, Risa mau tunggu ayah disini sampai pulang” balas Clarisa sembari menggendong boneka kuda poninya. “Dermaga sudah petang, tidak ada langit oren disana. Mungkin besok saja Risa kesana, ya” saran nini seraya mengelus kepala cucunya. “Langit oren itu langit senja, nini. Hari minggu Risa mau beli permen gula warna senja di Carita” ucap Clarisa. “Iya, kalau begitu ayo masuk dulu, menunggu hari minggu untuk beli permen gula, oke?” ucap nini merayu. Clarisa akhirnya mau, menuju masuk ke rumah. Menunggu ayah dan hari minggu memang lama, jadi Clarisa lebih baik memutuskan untuk meminta dibacakan dongeng tentang hutan jamur dan naga baik. Setelah nini membacakan dongeng yang panjang itu, akhirnya Clarisa terlelap. Jam di dinding menunjukkan pukul 02.00 dini hari, nini yang terbangun dari tidurnya merasa aneh karena anaknya yang belum pulang. Ia khawatir kalau sampai pagi datang dan Clarisa terbangun. Ia membayangkan cucu kecilnya tidak akan mau berangkat sekolah jika tidak dengan ayahnya. Hari terus berganti, tidak ada pagi yang lebih baik dibanding kemarin. Clarisa sudah beranjak remaja, hari ini ulang tahunnya. Gadis mungil itu tumbuh cantik, usianya sekarang 15 tahun. 258 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Tidak ada lagi hari yang lebih bahagia baginya, selain kemarin. Tidak ada lagi dermaga sore hari, tidak juga dengan permen gula warna senja di Carita. Semua hilang dibawa pergi, ayahnya pergi. Semalaman Clarisa tidur terlalu lelap dengan dongeng yang dibacakan nini, namun sayang justru mimpi buruk menyambutnya saat ia terbangun. Hari itu, ayahnya pergi dari dunia, membawa senja yang sudah dijanjikan akan menjadi warna di permen gula Clarisa di hari minggu nanti. Semenjak itu, Clarisa seperti tumbuh bersama mimpi buruk yang bahkan tidak pernah dimimpikan sebelumnya. Gadis itu masih percaya bahwa langit dan dermaga sore masih baikbaik saja. Sebelum hari ulang tahunnya, ia sempatkan untuk melihat dermaga sekali lagi, sebelum ia harus meninggalkan kota ini untuk pindah sekolah. Ia memastikan bahwa senja yang dilihatnya kemarin pasti masih ada. Seumur hidupnya, sampai saat ini, ia memastikan kalau senja tidak hilang. Dari kejauhan, Clarisa yang dibalut dress warna krem berjalan mengunjungi dermaga untuk terakhir kali. Dibawanya setangkai mawar putih yang segar melewati dermaga. Sesampainya di dermaga, ia sejajarkan kedua kakinya di pinggiran dermaga, duduk di atas dermaga yang cat-nya mulai pudar. Kakinya sengaja dibiarkan telanjang agar disapu dinginnya air surga di bawah dermaga. Tatapannya tentu mengarah pada langit. Angin masih segar menyapu rambut panjangnya, burung-burung di laut pulang menuju rumah, dan senja tidak lagi ada. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 259 Dalam pandangannya, Clarisa selalu melihat langit yang abu-abu. Tidak ada kuda poni atau naga baik yang bersembunyi di balik langit. Sekarang ia percaya bahwa senja hanyalah warna semu. Sebelum pergi meninggalkan dermaga, Clarisa ingat untuk menitipkan mawar putih pada dermaga agar dibawa senja sebagai salam terakhirnya sebelum ia pergi dari kota ini. Tidak ada air mata perpisahan hari ini, Clarisa sudah percaya bahwa senja memang warna abu-abu. 260 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra UCIL DARI DESA NGULIK Vilga Retya Guguh Vamanda Saat itu adalah hari yang gelap muram dan dingin di bulan Januari, dan jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Angin berhembus begitu halus, membuat daun-daun kering berterbangan. Gemercik air membuat kedamaian di setiap tetesannya. Indah, tenteram dan sejuk itulah yang tergambar dalam desa Ngulik. Desa yang terletak di daerah pegunungan, dikelilingi oleh hutan pinus yang lebat. Sungguh asri tempatnya. Penduduknya sangat ramah, suasana gotong royongnya sangatlah kental. Di rumah Pak Ucil Petugas perusahaan : ini pak (sambil menyerahkan amplop putih berisikan uang) Pak Ucil : apa ini ? (sambil melihat isi amplop tersebut) untuk apa ini? Petugas perusahaan : ini sebagai pengganti pohon yang akan kami tebang. Pak Ucil : maksudnya? Petugas : jadi saya akan membeli pohon di sekeliling rumahmu, untuk diambil kayunya. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 261 Pak Ucil berkata dalam hati,” semudah ini akan mendapatkan uang, tanpa harus kukeluarkan keringat”. Petugas perusahaan : “Bagaimana pak? Pak Ucil : “ok saya setuju”. Kemudian setelah itu para petugas mulai melakukan penebangan pohon-pohon yang ada di sekitar rumah Pak Ucil semakin hari semakin banyak pohon yang ditebang, sehingga hutan pun sudah tak lagi hijau seperti dahulu, kini yang tersisa hanyalah lahan kosong. Pada suatu hari yang mendung. Langit tak lagi cerah seperti biasanya, awanpun mulai bergerombol dengan tean-temannya. Langit yang biasanya biru sekarang mulai berubah menjadi abu-abu. Namun yang tetap sama adalah para petugas perusahaan yang selalu menebang pohon. Hutan hijau milik wargapun sekarang telah menghilang, semakin siang bukan semakin terang, namun semakin gelap, dan akhirnya hujan pun turun dari siang hingga petang. Hujan tidak juga mereda, hanya bertambah deras, entah mengapa hal ini terjadi. Hujan kali ini adalah hujan pertama di musim penghujan kali ini. Namun pada esok harinya saat hujan belum lagi reda, tibatiba para warga mersasakan tanahnya terasa bergerak. Tidak kencang namun tetap terasa. Warga pun mulai panik dan berhamburan keluar dari rumah sambil berteriak “gempa, gempa, gempa !!!” namun gempa yang terjadi tidaklah bertahan lama dan setelah merasa cukup aman warga pun mulai kembali ke dalam rumahnya 262 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra samsing-masing untuk kembali membereskan rumahnya ataupun kembali beristirahat. Namun pada saat malam hari hujan pun mulai turun kembali. Hujan turun sepanjang malam hingga pagi hingga tanahpun sudah tidak dapat menampung air karena terlalu banyak air yang turun sedangkan sudah tidak ada lagi pohon yang menyerap air dan memperkokoh tanah hingga akhirnya saat siang tiba dan hujan masih deras terjadilah longsor. Itu terjadi disekitar disekitar rumah Pak Ucil (terjadi longsor) (proses longsor, suara bergemuruh binatang2 dan burung2 yang berterbangan meninggalkan sarangnya). Warga : longsor!!! Longsor!!! meninggalkan rumahnya Sambil berlarian Warga I : ya Allah ampuni kami Warga II : tolong!!! Tolong!!! Tolong!!! Warga III : Duh Gusti ada apa ini, sambil membawa barang2 penting Dari arah yang berlawanan datanglah Pak Ucil dengan santainya turun dari mobilya lalu Pak Ucil dihampiri oleh seorang warga Warga III : pak, Pak Ucil ayo pak kita pergi di atas sana sudah longsor pa kayo kita menyelamatkan diri Pak Ucil : apa??? Longsor??? Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 263 Warga II : iya pak longsor pak, ayo pak cepat Pak Ucil : mau pergi kemana? Barang2 saya masih ada disana, saya mau mengambilnya dulu Warga :sudahlah pa kayo??? Jangan memilirkan itu dulu yang terpenting kita selamat dahulu… Pak Ucil : tapi, tapi uang saya masih disana Warga : sudahlah pak itu gampang. Lalu wargapun lansung menarik Pak Ucil dan mengajak Pak Ucil berlari mencari tempat yang aman Setelah 1 ja, kemudian barulah warga berani pergi meninggalkan pengungsian dan mengecek keadaan longsor, Pak Ucil pun ikut serta memastikan TKP, namun saat sampai tempat longsor tiba2 Pak Ucil pingsan Pak Ucil : Rumahku!!! Lalu Pak Ucil tiba2 kehilangan kesadaran Warga2 : loh Pak Ucil, Pak Ucil kenapa Pak??? Warga : ayo pak kita bawa ke tempat pengungsian saja Setelah 1 jam Pak Ucil pingsan akhirnya Pak Ucil pun sadar Pak Ucil: huhuhuhu rumahku mana rumahku uangku mana, mobilku mana?? Sambil terus menangis 264 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Halimah : sudah Pk, sudah, ikhlaskan saja yang terpenting bapak selamat Pak Ucil : tapi tetap saja, bagaimana saya mau hidup kalau semua sudah tidak ada sambil menangis Halimah : kita semua ada disini sama pak, kita disini sama2 menjadi korban. Sekarang Pak Ucil istirahat dahulu, nanti kita bicarakan lagi pak dengan warga. Malam harinya Pak Ucil, Halimah dan para warga berkumpul Halimah : Pak Ucil apa saya boleh bertanya sesuatu Pak Ucil: iya mbk, boleh Halimah : maaf Pak sebelumnya, apakah Pak Ucil yang telah menjual pohon2 pada…. Pak Ucil : tidak!!! Jangan menuduh sembarangan ya…. Halimah : tapi pak banyak warga yang bertanya pada petugas dan mereka menjawab telah membeli pohon pada bapak. Pak Ucil : tidak, saya tidak menjualnya Halimah : iya pak saya percaya pada bapak, maafkan saya ya pak, menurut sepengetahuan saya menebang pohon bahkan menggunduli hutan itu tidak baik karena dapat menyebabkan bencana alam longsor pak, karena tugas pohon itu sendiri adalah sebagai penyerap air dan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 265 memperkokoh tanah. Jika tidak ada pohon maka air hujan tidak bisa diserap dan tanah sudah tidak kokoh lagi, sehingga dapat membahayakan manusia. Pak Ucil : maafkan saya, saya mengaku bersalah ini semua salah saya. Saya yang menjual pohon – pohon itu. Halimah : iya pak sudah, semuanya sudah terjadi. Besok kita mulai mencari barang yang tertimbun longsor, dan setelah itu lahan yang kosong akan kita tanami kembali agar desa kita tetap aman. 266 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra PUISI Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 267 Chabibati Rosidah CARAMU Ku tatap pelangi. Menunggu sejuknya. Namun, ku dapat indah warnanya. Ku tatap barisan bintang. Menunggu merdu suaranya. Namun, ku dapat terang kilaunya. Kini, ku tatap dirimu. Karna ku tau, Kau juga akan bersinar dengan caramu. DEKORASI HIDUP Hidup… Tak kan selalu ada senyum disana. Pun tak selalu membuat jatuh airnya mata. Kau kan melihat dekorasi. Entah itu goresan luka, Atau sebuah ukiran bahagia 268 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Debora Natalia Prastica MENERAWANG MASA DEPAN Dunia tenggelam dalam kelarutan Menghilang tanpa ingatan Pudar dan hampa tak terbendung Sudah tak terngiang batin kesempurnaan Mati raga tak bernyawa, penantian hidup tak kunjung sampai Jalan terjal sulit tuk diarungi, meliku tanpa arah Mencari sesuatu yang jauh, sejauh ku tak dapat melihat Kelenturan batin melesat bagai anak panah Terbang melayang menuju titik kehidupan Memendam, terkubur bayangan hitam yang menutupi kalbu Terkekang dalam pelabuhan rasa, tertinggal jauh impian Pupus sudah kelenturan jiwa, lemas sudah gairah hidup Menghela nafas tanda penyesalan Ingin rasa ku gapai tangan bintang penerang Tak sampai ku gapai penghalau datang Masa lalu menggugah perasaan ini Gemerlap masa depan kian datang Takkan terenggut oleh tangan sang pengahalau Kenangan tak ku harapkan, terbelenggu dalam suatu pengalaman Terdiam dan termenung dalam kekosongan Hingga ku tersentak dan terbangun, hidup ini sangatlah berharga Tuk dijadikan sebuah permainan Tujuan tak jelas impianpun telah menghilang Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 269 Bayangan jalan kehidupan meraih kesuksesan telah menghilang Lenyap dekapan kunci masa depan Telah menjadi pedoman dan lambing yang bersinar terang O… Tuhan… keajaibankah ini? Dunia telah bernyanyi menggempar seluruh isi kehidupan Naungan masa depan cemerlang Telah menanti didepan pintu kemenangan Kemenangan, kemenangan… Akan ku genggam erat dalam batin kehidupan Kehidupanku adalah kehidupan yang tak pernah terjaga siang dan malam Kuharus melantukan berlaksa-laksa kesiapsiagaan Agar dapat menghadang penghalau Masa depan ku, kunci harapanku Matahari terbit untuk dapat menyinari Betapa berartinya masa depan 270 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra INDONESIAKU INDONESIA KITA Ada yang selalu harus kita camkan Kita ini satu bangsa Meski berbeda bahasa, adat, dan keturunan Meski berbeda warna kulit dan keyakinan Ada yang selalu harus kita ingat Kita ini satu tanah air Meski tinggal didaerah yang berbeda Meski terpisah selat dan lautan Ada yang harus kita hayati Kita ini satu negara Yang berdasarkan pancasila Undang-Undang Dasar Empat Lima Bhineka Tunggal Ika Indonesia… Itulah janji dan sumpah kita Di hadapan Tuhan Di haribaan Ayah Bunda Ditekad dan jasad pahlawan Kusuma Bangsa Di harkat martabat dan kehormatan anak manusia Indonesia… Merah putih bendera dan semangatnya Merah putih jiwa dan rohnya Merah putih nafas dan harapannya Indonesia… Itulah komitmen kita Prasasti dan sumpah kita Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 271 Dian Pratiwi SUKSES Hari ini aku bernafas Saat masih ada waktu Sekarang ini aku akan bertindak Membangun kesuksesan yang kuinginkan Tidak ada kata besok ataupun nanti Karena mati tidak selalu pasti Gagal adalah awal kesuksesan Kata kata yang ku dapat dari seorang ilmuwan Ini bukan janji ataupun mimpi Pasti sukses akan terjadi Aku berdo’a, berusaha dan percaya Selama masih hidup kemungkinan pastilah bisa 272 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra KELABU Langit kita makin kelabu Tatkala telu tak lagi jadi candu Dan tunggu, kandas tersingkir waktu Langit kita makin kelabu Sementara jiwa masih mengadu rindu Tapi katamu, kita hanyalah lalu Jauh di fikiran hati Tertulis suatu suratan hati Tentang kesimpulan kehidupan Suatu nikmat anugerah Biar suatu saatnya Kita imbas semula Rasa hati ini Buat titipan hari seterusnya Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 273 Dian Tri Puji Utami DIA IBUKU NF singkatan dari nama ibuku Dia adalah makhluk Tuhan yang sangat berarti Tanpanya aku tak bisa lahir ke bumi ini Ibu… aku sangat menyayangimu Ibu kau membuatku sadar akan artinya pengorbanan Pengorbanan yang selama ini kau lakukan demi anakanakmu Cinta dan kasih sayangmu Seolah tak pernah surut kau berikan Ibu… Di kala pagi, kau selalu terbangun dari tidurmu Demi menyiapkan makanan untuk anakmu Dengan keikhlasan hati yang tak pernah jemu Ibu… Disaat aku kelelahan menghadapi peliknya dunia Kau selalu menjadi tempatku untuk berkeluh kesah Kau membimbingku disaat aku kehilangan arah Dan kau berikan aku semua yang terbaik Ibu… Engkau adalah makhluk Tuhan yang berhati peri Terima kasih atas semua yang sudah kau beri Aku sungguh menyayangimu ibu... 274 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra KETIDAKMUNGKINAN Di kala bulan sedang tersenyum indah Aku mengingat seorang lelaki Lelaki yang dulu pernah singgah Singgah di hati Tak pernah sedikitpun tersirat dibenakku Dan tak pernah menjadi bayangan langkahku Bisa berkenalan dengamu Seorang lelaki primadona hatiku Semua ini bagaikan mimpi Kau adalah ketidakmungkinan yang ingin ku gapai Karena aku tau Banyak perempuan yang ingin menjadi kekasihmu Kau datang kepadaku dengan sopan Seolah memberi harapan Bahwa aku ini cerminan Cerminan segala keindahan Kata demi kata pengaduan keseharian Dan sapaan kehangatan Tak lagi ku dapatkan Bagai membalikkan telapak tangan Semua hilang dalam sekejap mata Seakan aku kehilangan permata Kini kusadari Aku sendiri Berdiri tegak melawan sepi Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 275 Dinda Kurnia A ARTI KATA MERELAKAN Aku terperangkap dalam sebuah hal yang berlebihan memaksa ku menjadi pribadi yang tak pernah aku ingini. Aku tau diriku banyak sekali kekurangan yang membuat mu letih atas diriku. Tapi bukan berati bermain perasaan menjadi pilihan mu. Dengan rasa menjadi pemenang atas permainan perasaan yang kamu jalani. Mengertilah, kadang aku lelah menuruti kata sabar. Merasakan harus baik-baik saja padahal keadaannya berbalik. Aku terus belajar Untuk bisa mengetahui ingin mu Untuk bisa memahami setiap perilaku mu Untuk bisa saling menerima kekurangan Untuk bisa selalu mendampingi apa yang kamu citacitakan Hingga akhirnya kamu mendapatkan impian mu. Tapi kenapa aku tergantikan? Apakah aku terlalu kurang untuk mu? Surabaya, 27 Maret 2020 276 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra PERNAH Aku yang selalu larut dalam tutur katamu Aku pernah terlena oleh dialog manismu Adanya dua jiwa yang terikat dengan sedih pun bahagia Saling tumbuh dengan rasa percaya, Jauh dari rasa curiga Telah aku sampaikan padamu berkali-kali Perihal percaya adalah kunci dari aku dan kamu Karena aku ingin kita tetap bersama Sampai pada suatu hari Ada yang benar-benar mengkhianati dengan sepenuh hati Sungguh jangan coba kamu tanya perasaan ku saat itu. Hancur, tak berbentuk. Surabaya, 12 April 2020 Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 277 Dini Nurazizah SEDEKAH Dan janganlah kamu hanya memandang fisiknya saja… Hingga penilaianmu terhadap si fakir salah berprasangka Sedekahmu hanya sisa sisa dari yang telah kamu pakai Bagaimana bisa dianggap sebagai sang kaya jika yang kau beri seharga sisa sisa Sesungguhnya jika engkau tau Si fakir yang kau pikir itu mana pernah dia memberi hasil sisa sisa kepada lainya Demi wujud syukurnya dengan dada sesak dia terima 278 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Dinny Yustika Herdiyanti TERUNTUK KAMU Teruntuk kamu… Kasih yang pernah berjarak karena waktu Pernah memulai, jua pernah mengakhiri Meniadakan diri dari lain hati Teruntuk kamu… Kisah yang pernah hadir Memasuki lubukku tanpa permisi Meninggalkanku tanpa kata pamit Tenang… aku masih di sini Meratapi kepergian yang tiada henti JARAK Jarak… Tanpamu rindu takkan menyapu Rasa takkan menggebu Pertemuan takkan jadi syahdu Entah pada siapa diri ini mengadu Hanya doa yang selalu ku sanjung setiap waktu Kapan? Ya pertanyaan yang selalu ku pinta untuk bertemu Kenangan, yang selalu ku peluk Menenteskan deraian air mataku Dalam bayanganku selalu memeluk Janji manismu untuk kita bersatu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 279 Dyah Ayu Setyawati KENANGAN Entah sudah berapa kali jarum jam berputar Melewati angka demi angka Membuat kejadian menjadi kenangan Sudah 1.560 detik ku memikirkan Berharap jawaban datang disela rentetan hujan Hujan…. Disini sudah terang Tapi entah kenapa diri ini masih bimbang Membuat raga sudah tak kuat tuk bertahan Berharap waktu kita bisa putar ulang Memperbaiki kejadian yang menyebalkan Kita sama-sama belajar Kau belajar bersabar Dan aku belajar berjuang Selanjutnya kita ciptakan kenangan manis yang tak perlu dihapuskan Dalam sebuah memori ingatan 280 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra LEMBAYUNG SENJA Senja… Mewarnai keindahan langit pada setiap sudut cakrawala Menambah elok pemandangan bak surga Perlahan… Kegagahan matahari yang ditelan bulat-bulat oleh kejamnya bumi Kilau kemuning tersapu bersih lembayung senja Warna indah kebiruan seakan berduka digatikan kelamnya malam Tergantilah dengan separuh bulan yang seakan tersenyum Aku masih disini… Menatap rangakaian bintang yang mengankasa sendiri Ditemani duka yang kian menusuk kalbu Mengenang kisah aku dan kamu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 281 Elsa Desinta SEBUAH KETULUSAN Mencintaimu tidak pernah ada dalam rencana hidupku. Namun, pada suatu hari dengan alasan yang masih belum kupahami, Tuhan menempatkanmu menjadi bagian terbaik dalam hidup ini. Ketika nanti kau menanyakan alasan mengapa aku bisa sejatuh ini dalam mencintaimu, Maaf… aku tidak bisa menjawabmu, Sebab, sampai hari ini pun aku sudah berusaha mencari jawabannya. Aku hanya berharap, perasaan-perasaan terbaik dan terburukku dalam mencintaimu, tidak pernah merepotkanmu. Semoga perjalanan sulit ini menjadi sesuatu yang dihitung baik oleh Tuhan. Sebagai bentuk perjuangan, kesetiaan, serta ketulusan. Aku tidak ingin apa-apa, Aku hanya ingin dipercaya Tuhan, Jika di hatiku, cintamu akan tenang dan aman. 282 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra LUKA LAMA Hari ini aku ingin melipat-lipat perasaanku. Seribu kenangan tiba-tiba datang secara bersamaan. Aku terdiam, kemudian sadar bahwa kehilanganmu telah menjadi sesuatu yang menyakitkan dalam ingatan. Aku tidak bisa bergerak, Masih sulit untukku menerima kenyataan, jika kita memang telah berjarak. Padahal, sebelum hari ini aku pernah begitu percaya malaikat begitu baik menjaga cinta kita. Tetapi, ternyata itu hanya sementara. Bila bagimu cinta hanyalah aku, lalu… dia kah sisanya? Percayalah, bahwa aku pernah begitu bangga dengan caramu bersetia. Sampai akhirnya, kamu sendiri yang membuatku sadar, bahwa memang kamu tidak pantas untuk menerimanya. Dia yang kau panggil sayang, silahkan dipeluk erat-erat. Kemudian, aku yang pernah percaya bahwa kau belahan jiwa, lupakan saja. Waktu telah mengajakku berjalan dan untuk berbahagia, aku harus lepas dari paku-paku masa lalu yang menyakitkan. Kau hanya cukup dikenang, bukan untuk kembali diinginkan. Suatu hari, ingatlah aku sebagai masa lalu yang pernah mengantarkanmu bahagia, Meski kau harus melukai aku. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 283 Farah Dina Nur Azizah COVID-19 Hai... kenalkan penghuni baru di bumi… Dia dikenal banyak orang di seluruh belahan bumi. Manusia takut akan dirinya, terutama di belahan bumi Indonesiaku. Penyebab kematian terbesar dengan waktu singkat. Penyebab manusia tak beraktivitas di luar. Menjadikan manusia yang individu. Penyebab manusia tak bekerja, tak memiliki pemasukan. Penyebab krisis ekonomi melanda. Karena, dia lebih kejam dari sebuah narkoba. Pembasmian akan dirinya, dilakukan di mana-mana. Perkenankan aku memperkenalkan dia... Dia adalah virus corona yang datang di akhir tahun 2019. Hai corona, Kedatanganmu tak melulu soal kenegatifan. Dengan kehadiranmu, semua manusia belajar arti sebuah kebersihan dan kesehatan. Menyadarkan manusia yang lupa akan arti kemanusian. Membuat semua lebih patuh pada tuhannya Semenjak kehadiranmu, bumiku beristirahat sejenak dari kesibukan manusia yang membuat polusi dimana-mana. Menghirup udara segar disetiap pagi hingga menjelang siang, masih kurasa. Kesejukan udara dibumi semakin kurasa. 284 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Oh mengapa, tak bisakah dirimu pergi lantas tak menghantui manusia di muka bumi? Do'a ku dengan manusia lain, inginkan menyambut ramadhan dengan penuh suka cita.. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 285 HATI Ah… entahlah… Setan sedang menyerang ragaku. Apa daya, aku hanya manusia biasa yg juga memiliki seonggok kekurangan.. Tatkala setan menyerang perasaan dan fikiranku, Aku hanya bisa pasrah menerima itu. Walau kalam ilahi telah ku serukan.. Tuhan, apa kau tak cemburu? Melihat aku sedang cemburu dengan makhlukmu... 286 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Fatimah Ayu D.S WAHAI BAJING DUNIA Bajing… Kau sangat pintar bersilat lidah Lidah yang semestinya engkau gunakan untuk beristighfar Malah engkau gunakan untuk membujuk rayu calon korban Bajing… Muka lugumu seperti tidak ada artinya Fisikmu saja yang berpenampilan religi Padahal hati busuk bak penuh duri Bajing… Kau manusia ataukah hewan? Suka loncat kesana kemari cari mangsa Untuk mengenyangkan dan memuaskan nafsu duniawimu saja Bajing… Ingatlah bahwa dunia ini hanya sementara Semoga kau segera mendapat hidayah Sebelum ajal kan menjemputmu jua Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 287 SEMPURNAKAN LANGKAH Lama tak kujalani Hidup jauh darimu Terlalu kunikmati Keindahan syurga duniawi Tuhan… Ku rindu akan belaian-Mu Yang telah lama hilang dari hidupku Tuhan… Bantu aku, tunjukkan jalanku Agar aku bisa sempurnakan langkahku Tuhan… Hanya kepada-Mulah Aku bersimpuh Dan Memohon ampunanmu 288 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Fitri Ayu Larasati RINDUKU Rintik rinai menemuiku dengan mengebu Semoga rintik rinai mengabulkan harapanku Menghapus batas antara aku dan engkau Agar ku dapat berlari menemuimu Bercengkrama dengan ombak yang malu-malu Dibelai bayu yang mengoda nyiurmu Menikmati hangatnya sang surya bersamamu Pantai…. Ku merindukanmu Kapankah aku dapat menemuimu? Apakah harapan ini hanya bayang-bayang semu? Kapankah pandemik ini meninggalkanku? Sehingga tak ada lagi batas tuk menemuimu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 289 LALAI Semilir angin mengelitik wajahku Menyadarkan ku akan kelalaian masa lalu Kesombongan ku menghancurkan keindahanmu Membuatmu murka dan meninggalkan ku Tuhan telah mencipkan mu nan sempurna Dengan warna-warna indah nan menyejukkan Warna-warna indah itu telah musnah Berganti dengan warna kemarahan Bumi maafkan kebodohanku Bumi maafkan kesombonganku Ku akan berusaha menyembuhkan mu bumi Menjaga alammu tetap lestari 290 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Fitri Widya Wailandini ELEGI SANUBARI Butuh jeda untuk sementara waktu Memulihkan dahan hati yang ringkih Sejenak rasa terasa asing Hati meronta lekas meramu bunga Sakit? Bukan, namun kecewa Bersambut dengan dinginnya malam menusuk kalbu Bersama dengan derasnya air jatuh di pipi Pikiranku berkecamuk, kalut Kali ini ego dan hati tak selaras Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 291 AKSA KATARSIS Aku tidak mencarimu Di setiap sudut kota tempat anak rantau Menawarkan matanya kepada takdir Dan aku tidak mencarimu Ketika diri ini telah pandai menyulap sepi Aku tidak mencarimu dan kau tidak mencariku Di ruas-ruas jalan yang menyukai selamat datang Atau di musim – musim yang mencintai keraguan Aku tidak ingin mencarimu Jika yang pasti, aku mengecup ketiadaan dan sia – sia Dan kau tidak mencariku Sebab yang pasti aku ini adalah seperti mata angin Kita sama-sama tidak mencari Langkah dilucuti supaya sadar diri Aku masih menjembatani titik-titik yang paling kita kasihi sendiri Lalu ingatlah, semesta merangkum keinginan diri Cukuplah mencari diri sendiri Sebelum mencari yang lain 292 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Friska Alfianita Efendi Putri TERIMAKASIH Terimakasih.... Untuk lisan selembut madu Untuk perhatian seramai ombak Untuk tawa sekacau remah Untuk omelan seberisik kenari Engkau hadir dengan berjuta emosi Yang memberi noda indah selama ini Ingin rasanya hati mengucap beribu-ribu cinta Sebelum menutup mata KEDAI Malam ini hatiku terasa gundah Ku lewati bersama asap yang mengepul Tak ada yang lebih hebat dari obrolan kedai Yang mampu melupakan rasa gundah di hati Entah memesan secangkir kopi Ataupun segelas iced tea Tak ada emosi Tak ada kacau di hati Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 293 Indah Wahyu N CEPAT SEMBUH BUMIKU Di negeri ini aku berpijak. Diatas pertiwi cantik nan indah. Di mana kehidupan bergantung pada sang Ilahi. Kini, Bumiku menopang beban terlalu berat. Seakan manusia begitu serakah akan kekayaan. Tanpa terima kasih, tanpa belas kasih. Sampai sampai lupa dengan sang Pemberi. Alam semakin sengsara Manusia sudah tidak takut dosa Hanya ambisis nafsu durjana merajalela Adidaya saling berlomba Menunjuk taring sok kuasa Dari ketamakan sampai keserakahan Mengundang bala bencana Mendatangkan virus yang bengis Membungkam ramai, tebarkan cemas Kematian mengintai setiap insan. Ketakutan mengambil kendali Derita memeluk asa Cakrawalapun meneteskan air mata. Seketika kegetiran alam menyentak kesadaran Bumiku tidak sedang baik baik saja. Seakan memberi pesan tersirat, Kini kau mau berlindung, atau Lari atas nama takdir semesta? Hanya penyesalan yang tersisa. 294 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Tuhan, kami para insan lemah. Dengan tangan ternganga penuh pasrah Lewat sisa-sisa secuil gairah Kami memohon secercah cerah Untuk kembalinya hidup yang indah Semoga segalanya lekas membaik Selamat beristirahat bumiku Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 295 Lailatul Fadilah AMANAH BESARMU Suamiku, Amanah taklah kecil bagimu, Yang Tuhan Titipkan kepadamu, Di sepenggalan sisa usiaku. Dia hadirkan aku untukmu, Yang haus akan bimbinganmu, Secercah semangat terbit dimatamu, Meski segumpah gundah jua menjamu. Kaulah Suamiku, Penghibur sedih dan laraku, Pelarai cemas dan gelisahku, Pengusir lara dan dukaku.. Wahai suamiku tercinta, Bimbinglah aku menuju Surga-Nya, Begitu besar harapan tercurah, Disetiap kali kedua tangan mengadah.. Hai suamiku tersayang, Kehadiranmu membuatku tenang, Semula haru berubah girang, Untuk jalani hidup yang panjang… 296 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra TETAPLAH DI SINI Kau bukan pahlawan, kau suamiku, Menemani siang dan malamku, Dalam suka dan dukaku, Dalam gelak dan tangisku.. Kau bukan Khalifah, kau suamiku, Ayah dari anak-anakku, Tulang punggung keluargaku, Pembimbing menuju surgaku.. Kau hanya manusia biasa, Namun cintaku padamu luar biasa, Kesabaran dan kelembutan kata, Membawaku menuju bahagia.. Tetaplah disini, aku butuh akanmu, Cinta, kasih sayang dan pengorbananmu, Semua yang ada pada dirimu, Bersama menuju surga yang dirindu.. Tetaplah memegang kesabaran, Setialah untuk menjadi panutan, Semoga kelak dipersatukan Tuhan, Di dalam Surga-Nya yang kekal. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 297 Linda Dwi N KEHILANGAN ORANG YANG DICINTAI Air mataku terus mengalir ketika aku ingin melupakannya, Sakit rasanya tuk ku perjuangkan demi 1 nama dihati, Biarkanlah dia pergi tuk tersenyum, Mungkin dengan itu,, Aku bisa merasakan kebahagiaan dirinya, Walau sakit kurasa.. Kehilangan orang yang dicintai, Bagaikan jari yang terluka goresan pisau.. Apalagi bila kita mempunyai sebuah kenangan dengan dirinya, Maka hanya air mata dan hati, Yang bisa merasakan kenangannya.. 298 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra PADAMU, SENJAKU Seperti bayang hitam dalam gelapnya pekat malam Hanya ada siluet senja nan temaram Tak ada kepastian yang dapat digenggam Layaknya pelangi dalam ruang hitam Jingganya senja memang begitu menawan Tapi hanya singgah sebentar, sesudahnya ketiadaan Dan terkadang senja terlihat kelabu Hingga yang ada hanya bisa memendam rindu Senja pernah berkata: Bahwa rindu tidak hanya soal jumpa Tetap menunggu meski tau akhirnya tak bersua Tetap bertahan meski pada akhirnya luka Karena senja bukan tentang memiliki Lebih kepada rela melepas hati untuk pergi Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 299 Masyatul Rohmatin IBU, MALAIKATKU Ibu… Di sini kutulis cerita tentangmu Nafas yang tak pernah terjerat dusta Tekad yang tak koyak oleh masa Seberapa pun sakitnya kau tetap penuh cinta Ibu… Tanpa lelah kau layani kami Dengan segenap rasa bangga dihati Tak terbesit sejenak fikirkan lelahmu Kau terus berjalan diantara duri-duri Ibu… Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia Selalu kuharapkan kau terus bersamaku Dengan cinta berikan petuahmu 300 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra AYAH SEGALANYA UNTUKKU Ayah… Beribu kata telah kau ucapkan Beribu cinta tlah kau berikan Beribu kasih tlah kau berikan Hanya untuk anakmu Ayah… Kau ajarkan ku tentang kebaikan Kau tunjukanku tentang arti cinta Kau jelaskanku tentang makna kehidupan Dan kau mendidikku dengan sungguh kasih sayang Ayah… Betapa mulianya hatimu Kau korbankan segalanya demi anakmu Kau banting tulang hanya untuk anakmu Kini ku berjanji tuk semua kerja keras hanya untukmu Ku berjanji tuk semua kasih sayangmu Dan ku berjanji untuk ketulusan hatimu Bahwa aku akan selalu menjagamu Aku akan selalu menyayangimu hingga akhir hidupku Terima kasih ayah untuk semua kasih sayangmu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 301 Mita Fatmawati PENYESALAN DOSA Lusuhnya sajadah serta mukenah yang rindu nonanya Kitab suci berdebu, seakan lupa tersentuh oleh jemari Sewindu bibir ini tak pernah berirama Melantunkan bait bait ayat suci Aku benar-benar seorang pendosa Terpikat dengan tampannya maksiat Tergiur akan cantiknya dunia dusta Bahkan berpijak kuat dalam jalan yang sesat Beribu kali kekhilafan terulang Lagi....lagi.... Hingga aku terlupa Bahwa setiap langkahku adalah dosa Kuserukan nama-Mu dalam tiap sumpahku Dan ku mulai terlena tanpa tegur-Mu Asyik tanpa tampar-Mu Namun dengan kuasa-Mu Sekejap mampu kau hilangkan dosa hamba-Mu Penyesalan datang menamparku, sadar Betapa aku sangat ingkar Inginku beralih ke masa kecilku Maka ikhlasku atas dosaku pada-Mu ... 302 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra WISH Kamu manis, tapi hatiku kembali mengikis Memberiku harapan, setelahnya kau jatuhkan Terpotong... Tapi bukan hilang... Hanya merelakan yang baik Untuk menyambut yang terbaik Semoga kamu tidak menyesal Meninggalkanku dengan bebal Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 303 Mita Setiya Ningrum JAWABAN SEBUAH DOA Aku, dan sebuah doa Ssat semuanya berwarna hitam dimataku Saat semuanya sia-sia bagiku Hanya Nama-Nya yang selalu aku ingat Duduk di teras Saat matahari mulai di telan bumi Dan, berganti Bulan yang menyinari dunia Hanya seucap doa yang aku lantunkan dihatiku Aku masih ingat bekas luka yang tak terlihat itu dikepalaku Aku, dan sebuah doa .... Tidak ada harapan tanpa usaha Tidak ada masalah tanpa jawaban Bahkan hutan yang lebat dapat ditemukan jalan keluarnya Tidak usah panik Jangan risau Kita punya Tuhan Dan, segala jawabannya 304 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra LUKA LAMA Membekas Tidak mudah untuk menghapusnya Sulit untuk melupakannya Masalah yang bertubi-tubi Gertakan dari sisi lain Semakin kacau susanaku kala itu Geram, putus asa dan menyerah Rasaku kala itu Luka lama yang tidak mudah kulupakan Kini menjadi pelajaran bagiku Melangkah maju mendaki setaapak demi setapak Jalan yang tidak semua mulus Kini aku bisa mencapai puncak Dengan beban yang berat dipundak Aku berhasil Terima kasih Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 305 Muhammad Shokhid AKHIR DARI SEBUAH TULISAN Dengan ku menulis tentangmu di hari ini Mungkin ini yang terakir ku menuliskanmu Aku mengerti bahwa kau selalu bahagia Meskipun dengan seorang yang mengharuskanku Untuk melupakanmu… Dariku yang tersadar Dariku yang terihklaskan Bahwa kamu telah pergi meninggalkan Ku… LOCKDOWN ARUS BALIK Kabar demi kabar berlalu Ku dengar berita radio di pagi hari Pasar ditutup Kulihat berita ditelevisi Masjid ditutup Apa karena hal itu? Kuliahku juga ditutup 1,2,3,4 hari tak masalah 1,2 minggu tak masalah 1 minggu lebih 2 hari Rakyat menderita rakyat sengsara Kita butuh makan tetapi kita juga butuh menghindari Konsumsi bertambahnya sebuah peti mati Kita harus bangkit, anggap saja dia tantangan Pasrah kepada pembuat hal yang wajib, Menghidupi diri kita juga wajib Serah-serah kamu saja, Lockdwon… 306 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Nadlatul Ilma INDONESIAKU Indonesia bumi pertiwiku Sebuah tempat yang istimewa Sudah 22 tahun hidup di pertiwi Masih saja terlihat mempesona Satu titik awal permulaan Bukti kayanya negeri Indonesia Melintang terhampar luas dari Sabang sampai Merauke Indahnya warna-warni Indonesia Diwujudkan beragam macam karya Ragam corak, ragam arti didalamnya Karya asli selalu memberi inspirasi NALURI Ketika akan beranjak pulang Aku menentukan jalan ke rumah Menyatukan tenaga dan pikiran Rasa rindu telah menggenggam di hati Sebab tujuanku ialah kepadamu Ketika aku harus pergi Aku tetap kembali ke rumah Sebab ke pulanganku ada padamu Ibu… Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 307 Nafiatul Ilmiyah IMPIAN Aku… pernah punya mimpi yang tinggi Harapanku pun mejulang tinggi Katanya usaha tidak menghianati hasil Tapi yang kulihat jauh dari kata adil Saat aku mulai menaiki anak tangga Keringat bercucuran dan mulai terengah-engah Tapi mereka yang memegang tiket di tangannya Dapat dengan mudahnya melangkah HAI Kubuka pintu yang menjadi awal pertemuan yang menarik Selayaknya sebuah magnet yang saling tarik-menarik tanpa sadar retinaku menangkap sebuah gambar… wajahmu yang sebenarnya sudah hilang terkikis waktu menatapmu, serasa Tuhan sedang senghentikan waktu mampu memporakporandakan isi kepalaku seketika pandanganku membeku kala telingaku mendengar sebuah suara… hai, aku rindu 308 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Nuzul Fitri Wulandari FILOSOFI EMBUN Berawal dari pagi yang indah, sejuk hawa nan segar tertiup Burung-burung bernyanyi dengan merdunya Bunga pun turut tersenyum menyambut setiap kebahagiaan Tanda mentari kan datang hangatkan alam raya Percikan di pagi buta itu, menebarkan bau basah Selembut embun pagi nan memukau Menghapus perih hati, beri arti diri pada aktivitas hari Bersama kedipannya yang manja, bersama tetesannya yang syahdu Embun tersenyum dan menguap bersama mentari pagi Oh alangkah damainya hidup, apabila seiring seirama Menatap senja di langit yang indah, suka cita kian tercipta Filosofi embun kian merona dalam dada Tulus hati berbagi pada sesama tanpa terbiasa puji dan puja Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 309 Kulihat embun menghilang layaknya fatamorgana Seolah-olah ia berkata dan bercerita Hidup tak hanya berkelana, tebarkan cinta pada seisi dunia Pagi biarkan memburu senja Senja biarkan merangkul malam Karna waktu takkan mampu menyapu kehangatanmu Embun pagiku sampai jumpa esok nanti Wahai, embun… Kamu adalah inspirasi dari segala filosofi 310 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra RINTIHAN PENANTIAN Rintikan air hujan turun dengan derasnya membasahi kota kecil ini Namun, kali ini ia tidak sendirian Ia hadir bersama segala kenangan Seolah memaksa pikiran dan hatiku untuk mengingat semuanya kembali Disini ada segenggam rindu yang datang mengancam Membuat hati kecil ini riuh tak berdaya Menahan sebak dalam dada Semakin hari, semakin saja menggelora Rindu ini tidak bertuan, entah kepada siapa hendak berlabuh Aku tidak tahu, bahkan rapuh termakan oleh kepedihan Jika asa diri semakin larut Aku semakin takut Menjadi debu yang bertaburan Tak berguna dan begitu menyakitkan Seperti inikah rasa yang begitu pelik Mencintai seseorang namun tak berbalas Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 311 Seperti inikah rasa rindu yang datang mengancam dibalik tepi kepedihan Dalam rintihan aku menanti, entah untuk apa dan kepada siapa Kapan rasa manis itu menyambut Tuhan, aku mulai letih mendamaikan Hatiku yang selalu mencoba untuk tenang 312 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Oktavia Fatma Yudianti BERHARGA Pedagang bilang... Emas adalah harta yang berharga... Aku setuju… Profesor bilang… Ilmu jauh lebih berharga… Aku setuju… Guru ku pun bilang… Pengalaman yang paling berharga… Aku setuju… Pedagang, Profesor dan Guruku pun setuju… Saat aku bilang… Oktavia Fatma Yudianti yang paling berharga… Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 313 RINDU Tentang rindu yang mengusik… Biarlah ini jadi tanggung jawabku… Pagi biarkan memburu senja… Senja biarkan merangkul malam… Karna waktu takkan mampu menyapu rinduku… Tapi kamu… Kamu adalah tujuan akhir rinduku Berlabuh… 314 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra KERINDUAN Seandainya hati ini bisa di tuliskan… Entah sudah berapa juta kata berisi namamu… Seandainya Rindu ini bisa di gambarkan… Entah sudah berapa ratus lukisan Tergambar wajahmu… Kita memang berjauhan… Namun percayalah... Ini hanyalah jarak… Bukan hati. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 315 Pawestri Sekar Wilujeng MENCINTAIMU Kau bagaikan cahaya dikegelapan Menerangiku yang tak tau jalan Dan menemaniku yang sendirian Dalam heningku menatap senja Yang semakin jingga dan Nampak berpaling muka, kembali ke peraduannya senjaku menemani detik-detik kau memeluk tubuhku senjaku menarik erat tangan indah sang kekasih pemilik hati 316 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra JARAK Setiap hari yang ku lewati, selalu menatap akan wajahmu Setiap hembusan nafas ini, selalu menceritakan keindahan dalam dirimu Setiap jantung berdetak, selalu merindu akan dirimu Setiap langkah yang berpijak, selalu mengalirkan cinta untukmu Entah bagaimana lagi caraku menebus rindu ini Rindu ini seakan berkecambuk di relung hati Mungkin saat ini rinduku sepi menguyur Tapi yakinlah esok pasti melebur Dan saat itu tiba kunantikan Senyummu yang indah menawan Bagaikan senja di langit jogja Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 317 Putri Nur Hidayati SEMILIR Matahari telah berganti tugasnya dengan sang rembulan Namun sang rembulan belum juga memunculkan dirinya Langit mulai cerewet, Ia merengek dan menampilkan awan pekatnya, Ia pun menangis, Suara gemericik, aroma hujan, dan semilir angin Yang melewati kulitku, membuatku meremang Ku bisikkan suaraku kepada sang angin Untuk bertitip salam pada seseorang yang jauh disana Angin tolong sampaikan suaraku padanya Agar setidaknya dia bisa merasakan kehadiranku Katakan padanya bahwa doa baikku mengahantarkannya Untuk melalui dunia yang keras ini 318 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra PEMBERHENTIAN Ada kalanya kegelapan, mulai merasuk kedalam relung jiwa Merampas dan menghempaskan segala macam cahaya kebahagiaan Kebuntuan mulai merambati diri, memaksa masuk kedalam dirimu Menguncimu didalamnya, tidak ada siapapun, hanya ada dirimu Tidak ada yang peduli, tidak ada yang mengerti Tidak ada yang mendengar suara jeritan hati dan otak pilumu Mereka tidak mendengar atau memang pura-pura tak mendengar? Ketika dunia mencampakkanmu Tak ada tangan manusia yang menarikmu keluar dari sana Lantas kemana kau akan pergi? Beribu pertanyaan menghantam pemikiranmu Apa yang bisa kau lakukan? Menangis? Ya tentu saja Tapi itu sama sekali tidak membebaskan jiwamu dari sana Ketika kau sudah sangat lelah yang tidak bisa dijelaskan lagi Tapi didalam hatimu yang paling dalam, masih tersimpan nama Tuhan Dia akan datang, mengulurkan tangannya padamu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 319 Memberikanmu cahaya tuk berjalan walau dengan tertatih sekalipun Kau akan sampai diujung sana dan tak akan pernah melepaskan tanganmu Ketika banyaknya manusia yang pergi mencampakkanmu di dunia Tapi tidak dengan Tuhan, dia akan mengenggam tanganmu Tuhan akan selalu bersama mereka yang membutuhkan pertolongannya 320 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Ratih Puspita Hadi IBU Tuhan membuat ibu yang luar biasa Seorang ibu yang tidak pernah menjadi tua Dia membuatnya tersenyum bagai sinar matahari Dan Dia membentuk hatinya dari emas murni Di matanya Dia menempatkan bintang-bintang yang bercahaya Di pipinya, mawar-mawar cantik jelita Tuhan membuat ibu yang luar biasa Dan Dia membErikan ibu terkasih itu kepada saya Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 321 HANYA GADIS KECIL Ada seorang gadis kecil Yang punya tahi lalat kecil Tepat di tengah dahinya Kapan dia baik-baik saja? Dia memang sangat baik Tetapi ketika dia buruk dia akan sangat mengerikan. Namun apa maksud bagiku, Lebih dari yang bisa ku ungkapkan. Dia membuat kita untuk satu sama lain, Untuk berbagi senyum dan air mata kehidupan. Terkadang kita marah, Atau kita mungkin mulai bertarung, Tapi itu bagian yang menyenangkan tentang memiliki saudara perempuan, Kami berdua berpikir kami selalu benar! 322 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Rizkika Madya LANGKAH SORE Daun berguguran di musim semi Hati diselimuti rasa dingin Pahit getir rasa tak henti tertawa mengejek bekas luka Tangis? Jauh lebih pedih Merangkai puing kaca yang hancur tak berbentuk Sinar matahari tak lagi elok Juga senja di langit sore, semua kalah Lebih indah goresan luka cinta Semua hanya pilu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 323 KATAKAN Cukupkah waktu yang kupunya Untuk menyelamatkan cinta ini? Berseluncur diatas es yang tipis Tak terlihat jelas Kuatkah untuk menahan kita? Teriakan dan jeritannya Mencabik asa Merobek satu sama lain Katakan sayang, Katakan ini tidak akan berakhir Meski ditengah keraguan sekalipun 324 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Rohmatul Hanim RINDU SENJA Aku, Senja dan Kamu Saat sedang bersamamu Bersama senja dan kamu Duduk berdua diteras rumah Menikmati senja dan tawamu Aku masih ingat betapa bahagianya dirimu Aku masih ingat saat kamu bersandar dibahuku Aku masih ingat saat senja tiada kamu menarik lenganku Dan mengucapkan “Terima Kasih, telah menemani diriku, Ruth” Aku mengingatnya Aku, Senja dan Kamu Aku duduk seorang diri Hanya senja yang menemaniku Tiada tawamu, tiada lagi ucapan Terima Kasihmu Aku dan senja sekarang Dimasa senja yang begitu dingin Tiada lagi yang bisa menghangatkan Tiada lagi pengharapan Tiada lagi seseorang yang selalu dalam pelukan Sekarang, waktu ini, aku rindu senja dan dirimu Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 325 WAKTU ITU Aku menemuinya dibalik tenggelamnya surya Saat itu, diwaktu itu kita bercengkrama Kita saling menyapa, Kita saling tersenyum Benar, itulah awalnya kuberjumpa dengannya Waktu itu, aku sangat kagum padanya Waktu itu, aku mulai terbiasa akan keberadaanya Waktu itu, hatiku semakin yakin padanya Hari demi hari, bulan demi bulan kita lalui Aku dan dengannya mulai terbiasa bersama Aku dan dia Aku mencintanya diwaktu itu juga Jika memang inilah jalannya, tolong jaga dia Tolong biarkan aku terus bersamanya Tolong berikan senjanya kepadaku pula Benar, aku sudah mencintainya di waktu itu 326 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Sabrina Zamzamiatul Sofa SEMESTA TAK RESTU Kini udara kian memanas Segala harap mulai meretas Di ujung kota, tampak angin yang tak lagi syahdu Mengirim berita pedih tentangmu Sesekali ia menyelinap di kedua telingaku Mengoyak dada Memaksa mata tuk berduka Sejenak kaki membeku kehilangan arah Menemani jiwa yang goyah Kau dulu bintang di hati Tapi hadirnya kini bagai duri Telah kurelakan bintang itu pergi Jauh bersama pelangi Biarlah aku bersama sepi Bersama mimpi Yang tak lagi hidup di sanubari Seperti pahitnya secangkir kopi Yang pernah kusuguhkan mesrah di bibirmu Tak pernah ku beri gula Tapi kutuang dengan sejuta cinta Mungkin semesta punya cara Untuk kembali menyatukan kita Diiringi dengan doa yang bernyanyi saat tahajud tiba Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 327 SEMANGAT YANG TAK TERBENDUNG Kuliah bukanlah drama Bukan tempat untuk bersandiwara Namun tempat merajut cita-cita Impiannya tak sekedar canda Semangat yang berkobar mengawali langkahnya Membusungkan dada Serta mengejar cita Karena akan memanggul gelar maha dari para siswa Begitulah semangat yang tumbuh dalam dirinya Dan kemudian impianku kan segera nyata 328 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Adella Cahyani KEHILANGAN Pada hari, bulan, dan tahun itu Lonceng perpisahan terdengar olehku Bagai petir di siang bolong Aku menangis hingga tak tertolong Anganku, mimpiku, hidupku lebur Hingga tak perlu aku yang mengubur Tawa, senyum, sedih yang terlewati Hilang lenyap bagai buih Takut dan trauma berkawan denganku Hingga aku tak memupuk rasa baru Sang waktu terus berjalan Akupun tidak bisa melawan Semua yang terjadi bukan ilusi Hingga tak harus kusesali Kata Maha Kuasa, harus kuyakini Bahwa yang hilang, akan berganti Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 329 REBAHAN Tujuh hari dalam seminggu Dua puluh empat jam dalam sewaktu Aktivitas menjadi rutinitas Yang digerakkan hingga lupa batas Ada selingan waktu untuk manusia Melunakkan otot kakunya Rebahan adalah jalan ninjanya Tenang dan bahagia titik akhirnya Akhir pekan, malam, hujan, dan musik Menjadi teman rebahan yang asyik Tiba-tiba kerinduanpun mengusik Akibatnya begadang hingga terik Gravitasi kasur menjadi daya tarik Agar jasad tidak berbalik Rebahan adalah liburan yang elit Jika terusan, kamu yang sulit 330 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Tantri Astrida Yunitasari TERUS MELANGKAH Kehidupan kita terdiri dari banyak pilihan Ada yang baik ada yang buruk Jangan larut dalam penyesalan Perubahan itu pasti datang pelan-pelan Jangan terlalu memaksa untuk sebuah keadaan Jalani saja dengan penuh kepasrahan Menapaki kehidupan selangkah demi selangkah Sambil bersyukur mengharap sebuah berkah Berhasil dan gagal itu merupakan satu paket Semuanya hanyalah untuk ujian hidup Tetaplah optimis jangan buat hati menjadi redup Hidup ini terlalu singkat untuk sebuah penyesalan Keluarlah dari lembah kebodohan Pompalah kesadaran untuk sebuah perubahan Buktikan diri, tunjukkan potensi Jangan mau terjebak dalam halusinasi Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 331 BANGKIT DAN BERJUANG Kesalahan seringkali terjadi Tantangan hidup senantiasa dihadapi Dengan langkah besar terus berjalan menggapai mimpi Jangan pernah takut dengan caci maki dan persekusi Kekurangan materi jangan dijadikan alasan Tampilkan senyum ikhlas penuh kesan Namun jika kepenatan menguasai diri Beristirahatlah tetapi jangan tuk berhenti Keberhasilan dan kegagalan itu saling melengkapi Keyakinan jangan dibalut dengan ketakutan Jangan berkecil hati karena kelemahan Bangkit dan teruslah lawan keragu-raguan 332 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Tatak Okta Tri Pangga HALU YANG NYATA Kala itu aku sendiri Melihat megah sebuah pertujukan Keindahan bakat yang dimiliki Membuat hati ingin merasakan Kerinduan raga dalam diri Menari didepan ribuan orang Kenyamanan gerakan yang menjiwai Menyatu dengan segala tantangan Kenangan membawa jalan ini Menunjukkan bakat yang terpendam Kurasa ini seperti misteri Menghantui bayangan dan ingatan Ku bergerak silih berganti Merasa ragu terbentur dengan impian Kata hati terus menjalani Menjadi kenyataan dari sebuah harapan Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 333 BOSAN Di rumah cukup lama Terdiam tak tau berbuat apa Dengan kerinduan yang terus meronta-ronta Bertemu teman dan sanak keluarga Terus menjadi tanda tanya Semua ini ingin berakhir segera Tetap saling melindungi dan menjaga Untuk kebaikan kita semua Yakin ini tak akan berlangsung lama Terus berusaha dan berdoa Tetap tenang ketika melewatinya Secepatnya kita akan berjumpa 334 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Tita Nanda Sari AYAH Fajar dan rembulan adalah sambutan. Dari tubuh yang wangi berselimutkan dingin. Hingga peluh yang penuh didekap angin. Dingin menelisik, Menusuk raga. Tak menjadi alasan padamnya semangat. Bara semangatmu berubah menjadi api bergejolak. Pikirmu penuh tanggung jawab. Tangismu datang dalam sujud sepertiga malam. Memohon pada pencipta untuk dimudahkan. Ragamu laksana batu karang, Kuat menerjang besarnya ombak sendirian. Berusaha mati-matian, Untuk mencukupi kebutuhan pangan. Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 335 SILAM Jingga tak lagi elok Beradu kelabu yang suram Di sepanjang jalan yang berbelok Sinar redup temaram Telah nyenyak mimpi terjamah Tenang tentram menyatu Menderu melesak peluru timah Gemuruh menderu risau Laksana harimau garang Surabaya murka menggeram Semangat bangkit menyerang Menerkam pengusik malam Debu dan darah menyatu Jenat sudah sang sekutu Menjadi saksi bisu Kemenangan sang rakyatmu 336 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra Vilga Retya Guguh Vamanda BERLABUH Perihal aksara yang ku rangkai dengan penuh makna Perihal rindu yang kau acuhkan Adalah aku, buaian rasa dari segala keluh kesah Dan kau, sehangat-hangatnya dekap saat sendu dan sembab Titik yang sedikit berbekas Jatuh di pelupuk mata dengan angkuh Lelahmu serapuh rintik, perlahan namun melengkapi Meski diabaikan, kau tau cara untuk kembali Binar lampu dermaga menyeka mata Remang-remang membias sendu Raga tertampar degup jantungmu Tanpa spasi tak bertepi Tak usah bersua Aku menunggu sisa-sisa aksaramu Di tengah kabut di ujung pelabuhan Tempatmu singgah dan berlabuh, Tuan! Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya 337 PERGIMU Aku sangat jatuh. Saat cinta tak dapat ku genggam lagi. Tiba-tiba kau menghilang. Tanpa ucap. Tanpa kabar. Tanpa firasat. Aku bertanya... Adakah cinta yang dulu? Apa yang membuat pergi? Kau tau, pergimu merusak hati. Merusak pikiran. Merusak jiwa. Sedangkan rute yang berat dan melelahkan Adalah menunggu… Aku tak perlu mencurigaimu. Hanya kabar yang ku mau. Tapi singkat saja Kau harus tau. Aku mencintaimu… 338 Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra