Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PENGERTIAN DAN JENIS

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN Dosen Pembimbing: Pak Fujianto, M.Pd.I BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran tingkat satuan pendidikan merupakan wujud pelaksanaan kurikulum tigkat satuan pendidikan yang mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistam yang terdiri dari beberapa unsur yang sistematis yaitu masukan, proses dan keluaran atau hasil. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakterisitik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakterisitik dan kesiapan pendidik, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung. Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan stratategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan dan minat, sikap, serta cara belajar peserta didik. Eveluasi pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan instrument-instrument evaluasi dapat berupa tes dan nontes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik.  RUMUSAN MASALAH A.  Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi? B.  Prinsif-prinsif evaluasi? C.  Langkah-langkah pembuatan instrumen evaluasi? BAB II PEMBAHASAN A.    Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Instrumen dapat dibagi dua yaitu: 1. Tes Yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemempuan akademik. a.       Pengertian Tes Menurut Sudijono dalam Djali dan Muljono (2008), tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes sebagai alat penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran. A.    Tes Uraian (tes subjektif) Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. 2.      Tes objektif Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni: a.      Bentuk jawaban singkat Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau symbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung b.      Bentuk soal benar-salah Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah c.       Bentuk soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang parallel yang berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya menebak. d.      Bentuk soal pilihan ganda Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Fungsi Tes Beberapa fungsi tes diantaranya: -          Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu. -          Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar. -          Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran -          Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. -          Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan sistematis; -          Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving); -          Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa. Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah: -          Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif  yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan; -          Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. -          Tes ini biasanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relative besar. 2. Non-tes Yang termasuk dalam kelompok non-tes ialah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya. a.       Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan. Ada tiga jenis observasi, yakni: 1.      Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. 2.      Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit. 3.      Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan  dengan cara  pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati b.      Wawancara Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan Tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, walaupun dengan arah serta tujuan yang telah dilakukan Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah di siapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah di olah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab jawabanya bias beraneka ragam. Sebelum melaksanakan wawancara perlu di rancang pedoman wawancara,dengan langkah-langkah sebagai berikut ; a)      Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara b)      Tentukan aspek-aspek yang akan di ungkap dari wawancara tersebut c)      Tentukan bentuk pertanyaan yang akan di gunakan. c.       Angket (Kuesioner) Data yang dihimpun melalui angket biasanya data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. d.      Pemeriksaan Dokumen Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, darimana sekolah asalnya, apakah siswa tersebut pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya. B.     Prinsip-Prinsip Evaluasi Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi menurut Suharsimi, yaitu adanya triangulasi hubungan erat tiga komponen, yaitu antara tujuan pembelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dan evaluasi. Begitu juga menurut Ngalim Purwanto, ia berpendapat bahwa hubungan antara proses belajar mengajar, tujuan, dan prosedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya. Kemudian evaluasi juga harus mengacu kepada tujuan yang telah dirumuskan serta bertujuan untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Begitu juga dengan hubungan antara KBM dan evaluasi, yaitu dalam melakukan evaluasi harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa KBM dan evaluasi sama-sama harus merujuk pada tujuan, tujuan juga menyesuaikan KBM serta dijadikan tolak ukur dalam melakukan evaluasi. Mengenai prinsip-prinsip evaluasi Daryanto dan Suke Silvesius mempunyai pendapat yang sama, mereka menyatakan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Menurut mereka, agar evaluasi dapat berjalan seperti yang diharapkan, maka prosedur evaluasi diikuti dan teknik evaluasi diterapkan dan dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1.      Keterpaduan 2.      Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran. 3.      Keterlibatan peserta didik. 4.      Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak. 5.      Koherensi. 6.      Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur. 7.      Pedagogis. 8.      Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa. 9.      Akuntabel. 10.  Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya. C.     Langkah-langkah Penyusunan Instrumen             Beberapa langkah penyusunan instrument dan saya akan menjelaskan beberapa dari langkah tersebut antara lain: a.       Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb). b.      Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan). c.       Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb). d.      Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistik atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS ). e.       Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu. f.       Setiap menyusun instrumen penilaian terlebih dahulu harus ditentukan ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur pada suatu kompetensi dasar. Ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur ditentukan dengan mengacu pada indikator-indikator pencapaian kompetensi yang dibuat. g.      Setelah ditentukan ruang lingkup kemampuan dan kemampuan esensial yang akan diukur, selanjutnya penyusunan instrumen mengacu pada indikator pencapaian aspek-aspek kompetensi yaitu aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, pemecahan masalah yang terdapat pada Peraturan Dirjen Dikdasmen tertanggal 11 November 2004 tentang Bentuk dan Spesifikasi Buku Laporan Perkembangan Anak Didik dan Buku Laporan Hasil Belajar Siswa. h.      Indikator penulisan butir soal atau indikator soal dibuat dalam rangka menyusun suatu perangkat tes yang akan digunakan untuk ulangan umum atau ulangan harian. Pada umumnya suatu perangkat tes (khususnya pada ulangan umum) mengukur beberapa macam kemampuan (kompetensi dasar). Agar representatif maka perlu dibuat pemetaan berupa kisi-kisi tes. Indikator soal menjadi bagian dari kisi-kisi tes. Mengapa perlu dibuat indikator soal? Perlu diingat bahwa sebelum perangkat tes digunakan, maka lazimnya dilakukan tela’ah dan uji coba. Indikator soal menjadi acuan penting dalam tela’ah butir-butir soal oleh pihak lain. Kecuali itu, ada kalanya penulis butir soal bukan penyusun kisi-kisi tes. Siapapun penulis butir soal, maka adanya indikator soal akan lebih menjamin dihasilkannya butir soal dengan kualitas yang relatif sama. Kesimpulan Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan, bahwa dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik itu tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya. Diantara bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes adalah wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumne (documentaryanalysis). PENUTUP Demikian makalah mengenai instrument evaluasi yang dapat pemakalah sajikan. Namun, pemakalah juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat pemakalah harapan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang budiman. DAFTAR PUSTAKA   Sudijono,Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 76.   Widoyoko,S. Eko Putra, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar: 2009), hlm. 104.   Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. PENGERTIAN INSTRUMEN 1.      Pengertian Instrumen dan Penjelasannya Instrumen penelitian adalah: Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya. Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah: 1.    Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan. 2.    Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable / subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen. 3.    Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya. 4.    Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti. 5.    Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasannya. [1] Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001,ha 166[1] Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. [2]Suharsimi,arikunto,Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik,Jakarta :PT.Asdi Mahasatia,2006,hal 150-160[2] Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut : a)        Tes Sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan,pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. b)        Kuesioner Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. c)        Wawancara (Interview) Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,perhatian, sikap terhadap sesuatu. d)       Observasi Mengadakan pengamatan secara langsung,observasi dapat dilakukan dengan tes,kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara.Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. e)        Skala bertingkat (ratings) Suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar tetapi cukup memberikan informasi tettentu tentang program atau orang.Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran, penampilan, terutama penampilan didalam orang menjalankan tugas yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang harus ditanyakan harus apa yang diamati responden. f)         Dokumentasi Berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tetulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat,dan sebagainya. 2.      Pengujian Instrumen penelitian Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :a. Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti. b. Reliable,reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. [3]Sugiyono.Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009[3] 3.         Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.w Ada 2 sumber data yaitu: 1)        Data Primer Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.Ada 3 cara pengumpul data primer: a.       Observasi b.      Wawancara c.       Kuesioner 2)        Data Sekunder Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang dimiliki perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Instrumen dapat dibagi dua yaitu: 1.      Tes Yang termasuk dalam kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemempuan akademik. a.       Pengertian Tes Menurut Sudijono dalam Djali dan Muljono (2008), tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian  b.      Fungsi Tes Beberapa fungsi tes diantaranya:          Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu          Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar          Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran          Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi 2.      Non-tes Yang termasuk dalam kelompok non-tes ialah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya. a.       Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan b.      Wawancara Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan Tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, walaupun dengan arah serta tujuan yang telah dilakukan Jenis wawancara yang dapat diergunakan sebagai alat evaluasi:          Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga dikenal dengan wawancara berstruktur atau wawancara sistematis          Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara bebas c.       Angket (Kuesioner) Data yang dihimpun melalui angket biasanya data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran, antara lain: cara belajar, fasilitas belajar yang tersedia, bimbingan guru dan orang tua, motivasi dan minat belajar, sikap belajar, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, dan pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, serta sikap siswa terhadap gurunya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada arah afektif d.      Pemeriksaan Dokumen Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, darimana sekolah asalnya, apakah siswa tersebut pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya.   PENGERTIAN, FUNGSI DAN JENIS-JENIS INSTRUMEN TES DALAM PENDIDIKAN Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Instrumen dapat dibagi menjadi dua teknik yaitu tes dan non test. 1.      Tes Pengertian Sebelum sampai pada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini : 1). Tes Tes merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. 2). Testing Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes. 3). Testee Testee adalah merupakan responden yang sedang mengerjakan tes. 4). Tester Tester adalah orang yang melaksanakan pengambilan tes terhadap responden. Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Adapun tugas tester antara lain adalah : a)     Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan. b)     Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan. c)     Menerangkan cara mengerjakan tes. d)     Mengawasi responden mengerjakan tes. e)     Memberikan tanda-tanda waktu. f)      Mengumpulkan pekerjaan responden. g)     Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan. Istilah ‘tes’ diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti untuk menyisihkan logam-logam mulia atau ukuran untuk membedakan emas, perak dan logam lainnya. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Dalam konteks Indonesia, ‘piring’yang dimaksud dapat diartikan sebagai penampi; alat untuk menampi seperti nyiru dan badang, yang digunakan untuk membersihkan/menampi (beras, padi,kedelai,dsb). Jadi, secara etimologis tes berarti suatu “alat”yang digunakan untuk memisahkan atau membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain. Norman (dalam Djaali dan Muljono,2008) mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komperemsif , sistematik, dan obyektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Selanjutnya, Cronbach (1984) mendefinisikaan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untu mengamati dan mendeskripsikan satu aatau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan standar numeric atau system kategori. Dalam penelitian pendidikan, lazim ditemui pengumpulan data melalui tes. Adapun yang dimaksud dengan test ialah: “Test are valuable measuring instruments for educational research. A test is a set of stimuli presented to an individual in order to elicit responses om the basis of which a numerical score can be assigned”. (Ary, Donald, 1985) Berdasarkan batasan Donald Ary yang tertera di atas, menunjukkan bahwa tes merupakan bagian penting dalam penelitian pendidikan. Di samping itu pula,test merupakan instrumen prinsip guna mengukur “human performance”, sehingga sering dikatakan sebagai pengukur paling prinsip “behavior” dari sampel (Moore, Gary W., 1983). Fungsi Tes Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu : 1). Sebagai alat pengukur terhadap anak didik. 2). Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran. Beberapa fungsi tes diantaranya: Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu. Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul obyektif dan sahih, baik secara internal maupun secara eksternal yangb dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melaui tes.   Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui tes penempatan, tes diagnostic dan tes formatif. Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Penggolongan Tes Djaali dan Muljono menggolongkan tes menjadi 6 golongan yang berbeda yaitu: 1). Berdasarkan fungsinya, tes dibedakan menjadi 5 golongan yaitu : Tes Awal (Pre-Test); bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang akan diajarkan telah diketahui oleh siswa. Tes Akhir (Post -Test); bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang penting telah dikuasai dengan baik oleh siswa. Penempatan (Placement Test) Tes jenis ini dilakukan pada awal tahun ajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan. Dengan demikian peserta didik dapat ditempatkan pada kelompok yang tepat, misalnya pada kelompok atas, sedang atau yang lain. Penilaian demikian biasanya menggunakan tes yang disusun dalam lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang bervariasi agar dapat membedakan peserta didik yang sudah atau belum menguasi pelajaran/standar kompetensi tertentu. Formatif (Formative Test) Tes formatif dilaksanakan saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal demikian untuk memantau kemajuan belajar peserta didik agar dapat memberikan umpan balik baik bagi guru maupun pada peserta didik sendiri. Guru dapat melihat apakah metode atau media yang digunakan sudah tepat untuk  pencapaian tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif biasanya mengacu pada kriteria tertentu yaitu tercapainya tujuan, sedangkan pada tes penempatan mengacu pada norma tertentu yaitu norma kelompok. Diagnostik (Diagnostic Test) Tes diagnostik bertujuan untuk mendiagnose kesulitan belajar peserta didik. Karena tujuannya mendiagnose kesulitan belajar maka harus lebih dahulu diberikan tes formatif untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai. Setelah diketahui ada bagian yang belum dikuasai maka dibuatkan butir-butir soal yang lebih memusat pada bagian itu untuk dapat mendeteksi bagian mana pada pokok bahasan atau subpokok bahasan yang belum dikuasai. Untuk tiap unit dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukarannya relatif rendah, Tujuannya agar dapat diketahui bahwa unit tertentu belum dikuasai sehingga soal-soal tidak dapat diselesaikan meskipun soalnya mudah. Sumatif (Summative Test) Tes sumatif dapat mempunyai makna yang sempit sampai yang meluas. Tes sumatif dapat berarti tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan, akhir semester, akhir tahun ajaran atau pada akhir jenjang atau program tertentu. Dalam makna sebagai tes akhir tahun ajaran atau jenjang pendidikan tes sumatif  dimaksudkan untuk memberikan nilai  yang menjadi dasar penentuan kelulusan atau pemberian sertifikat kepada peserta didik. Oleh karena itu tes tersebut biasanya disusun dalam lingkup yang luas mencakup semua pokok bahasan yang telah dipelajari dan dengan tingkat kesukaran yang bervariasi. Berdasarkan Aspek Psikis ynag diungkap, dibedakan menjadi 5 golongan yaitu: Tes Intelegensi (Intelegency test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau memprediksi tingkat kecerdsan seseorang. Tes Kemampuan (Aptitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes. Tes Sikap (Atitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap pre-disposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon terhadap obyek yang disikapi. Tes Kepribadian (Personally Test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang bersifat lahiriah seperti bentuk tubuh, cara bergaul dan cara mengatasi masalah. Tes Hasil Belajar (Achievement test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi belajar. Berdasarkan Peserta, dibedakan menjadi dua golongan: Tes Individual (Individual Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan satu orang peserta saja Tes Kelompok (GroupTest) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan lebih dari satu orang peserta. Berdasarkan Waktu, dibedakan menjadi dua golongan: Power test yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta tidak dibatasi Speed test yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta dibatasi, biasanya singkat dan hanya siswa pandai saja yang dapat menyelesaikan tes sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berdasarkan cara merespon, dibedakan menjadi dua golongan: Tes Verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat. Tes Non-verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban peserta tes bukan dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat melainkan berupa tingkah laku. Berdasarkan cara mengajukan pertanyan, dibedakan menjadi tiga golongan: Tes Tertulis (Pencil and Paper Test)yaitu tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tertulis dan peserta tes memberikan jawaban tertulis juga. Tes Tidak Tertulis (non-Pencil and Paper Test) yaitu tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tidak tertulis /lisan dan peserta tes memberikan jawaban dengan lisan juga. Tes Perbuatan yang diberikan dalam bentuk tugas atau instruksi kemudian peserta tes mengerjakan tugas sesuai instruksi tersebut dan hanya dinilai oleh pemberi tes. DAFTAR PUSTAKA Ary, Donald, Cs., 1985. Introduction to Research in Education. New York: Holt, Rinehart and Company. Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo Moore, Gary W., 1983. Developing and Evaluating Educational Research. Boston: Little, Brown and Company. Suharsimi, A.1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sumarno, Alim. 2011. Fungsi Penilaian. Diakses pada 16 Februari 2011 dari http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/fungsi-penilaian KBBI Online.2008. KBBI Daring. Jakarta: Depdiknas. Diakses pada 16 Februari 2012 dari http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php TEKNIK NON TES DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN, PENGUKURAN DAN EVALUASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN Navel O. Mangelep Pendahuluan Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”. Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono : 2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa contoh dalam pelaksanaan penilaian, pengukuran, dan evaluasi dalam dunia pendidikan. Pengertian Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra (Widiyoko : 2009). Jenis – Jenis Non Tes 1. Pengamatan (Observation) Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Tujuan utama observasi antara lain : Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill) Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya Selain itu, observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain: Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi. Praktis penggunaannya. Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri. Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu: Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti. Sebagai instrumen evaluasi yang lain, observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain: a. Kelebihan Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi. Tidak terikat dengan laporan pribadi. b. Kekurangan Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri. Biasanya masalah pribadi sulit diamati. Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh. Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut: Merumuskan tujuan observasi Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi Menyusun pedoman observasi Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung Mengolah dan menafsirkan hasil observasi Berikut ini contoh format observasi observasi Contoh 1 : FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS MAHASISWA DAN DOSEN DALAM PERKULIAHAN RANCANGAN ITP Pengamat : ............................. Kelas : ........................................... Universitas : ............................. Tanggal : ........................................... Bahan Kajian : ............................. Waktu : ........................................... PETUNJUK Amatilah aktivitas dosen dan setiap mahasiswa dalam kelompok sampel selama kegiatan perkuliahan berlangsung kemudian isilah format observasi dengan prosedur berikut: Sebelum pembelajaran dimulai, observer sudah mengetahui mahasiswa yang ditentukan sebagai sampel sasaran pengamatan Observer duduk pada posisi yang memudahkan pengamatan sampel mahasiswa dan dosen. Observasi dilakukan terhadap semua aktivitas mahasiswa sampel dan dosen ; hasil pengamatan dicatat. Setiap 3 menit observer melakukan pengamatan dan selama 1 menit berikutnya pengamatannya dicatat pada tabel yang disiapkan dengan cara menulis nomor kategori kegiatan Observasi dimulai sejak dosen mulai mengajar hingga pembelajaran selesai. KATEGORI PENGAMATAN Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa Menjelaskan/memberi informasi (masalah) Mengamati kegiatan mahasiswa Memotivasi dan mengarahkan mahasiswa Memberi scaffolding, petunjuk/ membimbing kegiatan mahasiswa, merespon pertanyaan. Perilaku yang tidak relevan dengan KBM Mendengar/memperhatikan penjelasan dosen/teman Membaca (Buku, LKM) Menulis yang relevan dengan KBM (memecahkan masalah pada LKM, membuat catatan, membuat rangkuman) Mengukur dengan memakai mistar dan kertas millimeter blok. Berdiskusi/bertanya antara mahasiswa dan dosen Berdiskusi/bertanya antar mahasiswa dan mahasiswa Perilaku yang tidak relevan dengan Perkulian Contoh 2 : FORMAT OBSERVASI/ PENILAIAN KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN KONSTAD Nama Sekolah : ................................... Nama Guru : ............................................ Mata Pelajaran : .................................. Hari/tanggal : ............................................ Bahan Kajian : ................................. Pukul : ........................................... TUJUAN Tujuan penggunaan Instrumen mi adalah untuk mengukur kemampuan guru mengelola pembelajaran matematika di kelas dengan model Konstad PETUNJUK Objek penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara memberi tanda cek (√) pada lajur yang tersedia. Makna angka penilaian adalah 1 (tidak baik): 2 (kurang balk): 3 (cukup baik); 4 ( baik ) NO ASPEK YANG DIAMATI/PENILAIAN Skala Penilaian 1 2 3 4 I. Fase Persiapan Mental a. Menyampaikan secara lisan hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu memberi penjelasan b. Memotivasi siswa dengan cara memberi informasi tentang pentingnya mengenal manfaat bahan kajian untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain maupun kehidupan sehari. c. Memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu dipahami siswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktifkan dan bagaimana siswa dapat menggunakan pemahaman itu untuk mencapai hasil belajar. II. Fase Advance Organizer a. Mengaktitkan pengetahuan prasyarat siswa dengan cara : 1. Mempersilahkan siswa membaca bagian tertentu Buku Siswa 2. Melakukan komunikasi interaktif dengan siswa. Materi inti dalam komunikasi interaktif itu termuat dalam Lembar Advance Organizer (LAO). b. Mengaktifkan pola berpikir siswa agar lebih terfokus pada bagaimana mengonstruksi pengetahuan baru. III. Fase Kontruksi Pengetahuan Baru a. Penyampaian masalah dalam wujud tertulis kepada siswa, dengan cara: 1. Menyerahkan LKS dan memberi penjelasan tentang bekerja dengan LKS tersebut. 2. Mempersilahkan siswa membuka Buku Siswa pada bagian tertentu b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki masalah. dengan cara mempersilahkan siswa membaca Buku Siswa dan dilanjutkan dengan membaca LKS yang sudah diberikan. Guru memantau siswa yang sedang menyelidiki masalah c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan cara mengisi LKS. Selanjutnya guru berkeliling kelas memantau aktivitas siswa dan jika perlu memberi masukan kepada siswa secara individu. Dalam hal ini guru tidak memberikan jawaban kepada siswa tetapi guru mengikuti jawaban siswa. d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan klarifikasi ide, dengan cara: 1. Mempersilahkan siswa duduk dengan formasi kelompok 2. Mempersilahkan siswa berdiskusi dalam kelompoknya tentang hash yang dicapai dalam mengisi LKS. Mengikuti diskusi siswa dan memberi masukan berdasar jawaban siswa. 3. Mempersilahkan wakil dua kelompok yang dipilih secara acak untuk mcrnpersentasikan hasil diskusi mereka. IV. Fase Penguatan Struktur Kognitif Baru Menguji gagasan baru yang dikonstruksi siswa dengan cara : a. Mempersilahkan siswa mengerjakan Soal Tantangan yang sudah ditentukan dalam RP dan memantau pekerjaan siswa b. Membahas bersama siswa soal yang tidak dapat dipecahkan oleh kebanyakan siswa c. Melakukan penarikan kesimpulan menyeluruh tentang pelajaran pada tatap muka ini V. Pengelolaan Waktu VI. Pengamatan suasana kelas : Siswa antusias a. Guru antusias b. .........................., .......................................................... Pengamat/Penilai, ............................................................ Contoh 3. FORMAT OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL KONSTAD Pengamat : ......................................... Kelas : .............................. Sekolah : ......................................... Tanggal : .............................. Bahan Kajian : ......................................... Waktu : ............................. TUJUAN Tujuan penggunaan format observasi ini adalah untuk mengukur tingkat keterlaksanaan model pembelajaran Konstad dalam praktek pembeiajaran matematika di kelas dengan perangkat yang disediakan. PETUNJUK Objek pengamatan adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan perangkat pembelajaran yang disediakan Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian. dengan cara memberi tanda cek (√) pada kolom yang tersedia. 3. Makna point observasi adalah 1 (tidak terlaksana); 2 (kurang terlaksana); 3 (cukup terlaksana); 4 (terlaksana) dan 5 (terlaksana dengan baik) No: Aspek Yang Diobservasi dan Dinilai POINT OBSERVASI 1 2 3 4 5 I. SINTAKS 1. Tingkat keterlaksanaan keseluruhan fase pembelajaran model Konstad. Fase pembelajaran tersebut adalah: a. Fase Persiapan Mental b. Fase Advance Orgenizer Fase Konstruksi Pengetahuan Baru Fase Penguatan Struktur Kognitif Baru 2. Tingkat keterlaksanaan seluruh aktivitas pembelajaran yang telah ditetapkan pada setiap fase: b. Fase Advance Orgenizer c. Fase Konstruksi Pengetahuan Baru d. Fase Penguatan Struktur Kognitif Baru II. SISTEM SOSIAL 1. Tingkat keterlaksanaan sistem sosial yang ditetapkan model pembelajaran Konstad, yaitu : a. Peran guru antara lain memberi kemudahan kepada siswa untuk menjalankan aktivitas konstruksi b. Peran guru menjadi mediator antar siswa, antara kelompok siswa dan bila perlu menjadi mediator samar antar ide siswa yang sedang berkembang dalam rangka aktivitas konstruksi c. Peran siswa dalam pembelajaran konstruktivis adalah subyek dan fokus pembeajaran d. Hubungan peran guru siswa terutama adalah pemberi/penerima bantuan dalam batasan prinsip konstruktivisme 2. Tingkat keterlaksanaan aturan-aturan yang dianjurkan dalam sistem sosial untuk pembelajaran model Konstad Macam-macam aturan yang dianjurkan : C. PENGAMATAN/PENILAIAN 2) Wawancara (Interview) Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi). Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu: Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika. Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan. Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni : Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu. Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ; (1) dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu ; (2) mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber ; (3) Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula ; (4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan ; (5) Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail. Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain ; (1) memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya ; (2) dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi ; (3) keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara. Berikut ini contoh pertanyaan–pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara : Pertanyaan – Pertanyaan : Apakah siswa mengalami kesulitan memahami petunjuk baik arahan dari guru atau petunjuk dalam LKS? ............................................................................................................................ Pada saat mengalami kesulitan apakah siswa berusaha bertanya kepada teman lain atau kepada guru ? ............................................................................................................................ Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan siswa agar dapat memahami materi pelajaran? ............................................................................................................................ Apakah siswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas ? ............................................................................................................................ Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya ? ............................................................................................................................ Apakah materi pelajaran dirasakan siswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak ? ............................................................................................................................ Apakah siswa diluar jam ataupun dirumah berusaha belajar dengan teman yang lain? ............................................................................................................................ Apakah menurut siswa lingkungan disekolah (didalam dan diluar kelas) kondusif untuk belajar ? ............................................................................................................................ Apakah orang tua siswa di rumah menyuruh untuk belajar ? ............................................................................................................................ 10) Apakah siswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya ? .................................................................................................................... 3) Angket (Questionnare) Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data. Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap. Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah : Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika. Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu. Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar. Membantu anak yang lemah dalam belajar. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika. Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010) Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu: Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll. Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar. Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta. Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai. Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu : Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan. Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan. Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu : Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya). Kuesioner dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan pada responden dapat dibedakan atas 2, yaitu : Kuesioner yang dikirimkan (Mail Questionaire) Kuesioner yang dapat dibagikan langsung pada responden. Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu: Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan Sedangkan kelemahan angket, antara lain: Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada halhal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya. Berikut ini contoh angket penelitian tentang pengembangan silabus dan merancang pembelajaran matematika : KUESIONER PENELITIAN TENTANG PENGEMBANGAN SILABUS DAN MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENJELASAN kerjasama Dengan penuh rasa hormat, kami mohon dan batuan Bapak/Ibu Guru Matematika mengisi/menjawab kuesioner ini, dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran Matematika lewat penelitian ini. Kuesioner ini dibuat untuk kebutuhan penelitian khususnya tentang Pengembangan silabus dan merancang pembelajaran di sekolah-sekolah. Penelitian ini sama sekali tidak menilai kinerja anda sebagai guru, tetapi semata-mata sangat hanya untuk pengumpulan informasi untuk kepentingan penelitian, itulah sebabnya dengan diharapkan kesungguhan dan kejujuran anda mengisinya, apa adanya, sesuai kenyataan maupun pengalaman anda sehari-hari sebagai guru di sekolah. atas Kuesioner ini terdiri anda 3 kelompok pertanyaan. Diharapkan tanpa mengisi banyak pengaruh atau bantuan orang lain. Atas kerjasama serta bantuannya disampaikan terima kasih. IDENTIFIKASI Nama lengkap/Jenis Kelamin : .................................................... Pendidikan terakhir : .................................................... Tempat dan tanggal lahir : .................................................... Status kepegawaian : .................................................... Sekolah tempat mengajar : ................................................... Mengajar di kelas : .................................................... Masa kerja sebagai guru : .................................................... Pelatihan yang pernah diikuti : 1)…………………………………. A. Pemahaman Guru tetang kompetensi guru dan perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP) Pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah disebut... Pengawas. c. Dosen Guru d. Supervisi. Seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh gurudalam melaksanakkan tugas keprofesionalannya, berdasarkan PP No.74 tahun 2008 disebut… Kemampuan Guru c. Kompetensi guru. Kemampuan pendidik. d. Kompetensi professional. Dalam PP No. 74 tahun 2008 ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, kecuali… Kompetensi paedagogik c. Kompetensi kemasyarakatan Kompetensi kepribadian d. Kompetensi social. Yang dimaksud dengan kompetensi paedagogik adalah… kemampuan guru dalam c. mampu menjadi seorang pengelolaan pembelajaran pemimpin. mampu berkomunikasi, baik d. kemampuan guru sebagai bagian dengan siswa, sesama guru, dari masyarakat. maupun masyarakat luas. berbagai potensi yang di a. Mengembangan peserta didik milikinya. untuk mengaktualisasikan PP Mendiknas no. 16 tahun 2007 menjelaskan ada kompetensi khusus yang harus dikuasai oleh guru matematika antara lain seperti dibawah ini, kecuali…. Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, perangkat lunak computer, model matematika, dan model statistika. Menggunakan konsep-konsep statistika dan peluang. Menjelaskan sejarah dan filsafat matematika. Mengevaluasi hasil belajar siswa. Pengembangan Silabus dan perancangan pembelajaran adalah hal yang harus dikuasai oleh guru, hal ini merupakan kompetensi guru dalam bidang… Kompetensi Paedagogik. c. Kompetensi Sosial. Kompetensi Profesional. d. Kompetensi Kepribadian. Rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar, disebut… Silabus . c. Modul. Rencanan Pelaksanaan d. Kurikulum. Pembelajaran (RPP). Yang tidak termasuk dalam komponen silabus adalah… Standar kompetensi. c. Alokasi waktu. Scenario pembelajaran. d. Bahan ajar. Komponen-komponen yang didalamnya memuat tentang tujuan umum disebut… a Silabus . c Modul. b Rencanan Pelaksanaan d Kurikulum. Pembelajaran (RPP). Dibawah ini merupakan prinsip-prinsip dalam pengembangan silabus, kecuali… a Ilmiah. c Relevan. b Kreatif. d Sistematis. Konsisten, Memadai ,Aktual dan Kontekstual, Fleksibel, Menyeluruh merupakan prinsip-prinsip dalam… Pengembangan Silabus. c. Pembuatan Modul Perencanaan Pembelajaran d. Membuat Bahan Ajar. Yang dimaksud dengan ilmiah dalam pengembangan silabus adalah… a Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Komponen-komponen silabus saling berhubungan. Adanya hubungan yang konsisten antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. Yang perlu diperhatikan dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, kecuali… urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. Yang bukan langkah-langkah dalam pengembangan silabus, kecuali… Mengkaji kurikulum c. Mengidentifikasi Materi Mengkaji Standar Kompetensi dan Pokok/Pembelajaran Kompetensi Dasar d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasikan materi pokok pelajaran adlah sebagai berikut, kecuali… potensi peserta didik, kontekstualitas, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik. Dibawah ini merupakan pendekatan yang dapat dipakai leh guru dalam perencanaan pembelajaran kecuali… Pendekatan kuisioner b. Pendekatan konstruktivis. c. Pendekatan inquiry. d. Pendekatan personalisasi Dalam menentukan alokasi waktu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru, kecuali… Jumlah kompetensi dasar. c. Tingkat kesulitan materi. Keluasan materi d. Kebutuhan peserta didik. Rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya, disebut… Sumber belajar. c. Alat pembelajaran. Media pembelajaran. d. Strategi pembelajaran. Kompetensi Guru dalam pembuatan Silabus dan Rencana pelaksanaan Pembelajaran. Sesuai dengan yang anda lakukan lingkarlah point-point dibawah ini dengan jujur dan sebenar-benarnya dengan keterangan: 1 . tidak pernah demikian 2 . sangat jarang demikian jarang demikian. sering demikian. selalu demikian. Kemukakan factor-faktor yang menghambat anda untuk mengembangkan kempetensi anda dalam pengembangan silabus dan merancang pembelajaran! Dari segi guru. Dari segi siswa Dari segi fasilitas. Lain-lain Contoh Kisi – Kisi Angket KISI-KISI KUESIONER Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Soal Pemahaman guru matematika dalam kompetensi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Kompetensi guru  Mengetahui dan memahami pengertian guru 1( A )  Mengetahui dan memahami pengertian kompetensi guru 2( A )  Mengetahui dan memahami pengertian kompetensi guru matematika 3( A )  Mengetahui dan memahami 4 kompetensi guru 4(A)-9( A ) Teknologi Informasi dan Komunikasi  Mengetahui dan memahami pengertian teknologi informasi 10(A)  Mengetahui dan memahami pengertian teknologi komunikasi 11(A) Media pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi  Mengetahui dan memahami media pembelajaran 12(A), 15(A)- 23(A)  Mengetahui dan memahami media pembelajaran yang berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi 13(A)-14(A), 24(A)-50() A Kompetensi guru matematika dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi 1(B)-30(B) Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis) Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009). Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkapbagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya. Study Kasus (Case Study) Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu: Mengapa kasus tersebut bisa terjadi? Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut? Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan? Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya. Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja. D. Penutup Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam dunia pendidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya. Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary analysis) dapat kita pakai sebagai alternative dalam melaksanakan evaluasi. DAFTAR PUSTAKA Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-Publikasi. Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar Sudijono,Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 76. Widoyoko,S. Eko Putra, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar: 2009), hlm. 104. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001,ha 166 Suharsimi,arikunto,Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik,Jakarta :PT.Asdi Mahasatia,2006,hal 150-160 Ary, Donald, Cs., 1985. Introduction to Research in Education. New York: Holt, Rinehart and Company. Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo Moore, Gary W., 1983. Developing and Evaluating Educational Research. Boston: Little, Brown and Company. Suharsimi, A.1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sumarno, Alim. 2011. Fungsi Penilaian. Diakses pada 16 Februari 2011 dari http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/fungsi-penilaian KBBI Online.2008. KBBI Daring. Jakarta: Depdiknas. Diakses pada 16 Februari 2012 dari http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php