4.2. Pembahasan
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak hasil olahan dari buah kelapa sawit yang merasal dari serabut (mesokarp). Minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemaknya. Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak berbeda) yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Sumber: Mangoensoekardjo, 2003
CPO yang mengandung trigliserida bereaksi dengan air, maka reaksi akan menghasilkan digliserida dan ALB (Mangoensoekardjo, 2003).
Mutu minyak CPO ditentukan oleh 3 parameter umum, yaitu Asam Lemak Bebas, Air, dan Kotoran. Semakin tinggi kadar ALB di dalam minyak CPO, maka mutu minyak akan semakin rendah yang biasanya ditandai dengan timbulnya bau tengik pada minyak CPO. Parameter umum lain yang mempengaruhi mutu minyak CPO adalah air dan kotoran, namun yang paling kaitannya dengan ALB adalah air karena air merupakan sumber penyebab reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar ALB di dalam minyak CPO.
CPO produksi adalah CPO yang masih dalam tahap pada vacuum oil dryer. Vacuum oil dryer berfungsi untuk mengeringkan CPO dari hasil olahan sampai kadar air seminimal mungkin yaitu maksimum 0,15%, sebelum ditimbun dalam storage tank. Untuk mempercepat pengeringan atau penguapan air dari CPO didalam unit vacuum unit dryer dilakukan pada kondisi vacuum.
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tekanan dalam vacuum oil dryer berkisar antara -630 mmHg s/d -640 mmHg atau 1 atm. Angka rata-rata tekanan yang digunakan sebesar -635 mmHg. Besaran suhu yang tercatat pada saat proses pengeringan CPO dalam vacuum oil dryer berkisar dari 62oC s/d 84oC ddengan angka rata-rata sebesar 84,69oC.
4.2.1. Kadar air
Penentuan kadar air pada CPO dilakukan dengan metode gravimetri yaitu dengan cara penguapan atau pengeringan. Metode gravimetri merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen (penimbangan) dalam keadaan murni (Khopkar, 1990).
Pengeringan adalah suatu metode untuk menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat secara merata dari bahan tersebut dan uap air dikeluarkan dari seluruh permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap diudara mempengaruhi pengeringan. Pada pabrik kelapa sawit PT.CUS ini pengeringan dilakukan dengan menggunakan vacuum oil dryer.
Vacuum oil dryer berfungsi untuk memisahkan air yang masih terkandung dalam minyak dengan cara peguapan hampa udara ruang vacuum ± 760 mmHg. Minyak yang akan dikeringkan dengan pengering pada kondisi hampa udara dapat mengurangi kadar air dalam minyak hingga dibawah 0.08 % dengan kondisi minyak yang akan diproses pada suhu minimal sebesar 90oC dan kadar air tidak mengandung lebih dari 0,8%. Minyak yang akan diproses dari pure oil holding tank kemudian di injeksi ke tangki apung (float tank). Dalam tangki apung ini terdapat kumparan yang runcing berfungsi sebagai katup otomatis menjaga kestabilan vakum dalam ruangan hampa udara secara terus-menerus (Kutovoy V., 2004).
Kadar air yang tinggi didalam CPO dapat disebabkan oleh buah yang rusak atau busuk. Buah yang rusak atau busuk dapat disebabkan pada waktu pemanenan dan pemotongan yang dilakukan tidak baik, yaitu panen yang tidak tepat waktu, misalnya panen yang dilakukan saat buah terlalu masak. Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam sampel. Kadar air dapat mempengaruhi mutu CPO, semakin tinggi kadar air, maka semakin rendah mutu CPO. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan hidrolisis yang akan merubah minyak menjadi asam lemak bebas sehingga dapat menyebabkan ketengikan (Ketaren, 1986).
Hasil analisis kadar air dalam sampel CPO produksi berkisar dari 0,0729% s/d 0,6792% dengan angka rata-rata sebesar 0,209%. Kadar air terendah dan terbesar berturut-turut diperoleh pada pengukuran tanggal 16 Agustus dan 22 Agustus yaitu sebesar 0,072% dan 0,6792%.
Gambar 4.1 Grafik Kadar Air dalam Sampel CPO Produksi Sehubungan dengan Waktu Pengukuran
Dari hasil pengukuran kadar air dalam sampel CPO produksi menunjukan fluktuasi yang cukup besar sedangkan nilai tekanan dan suhu dalam vacuum oil dryer dengan fluktuasi yang kecil. Terdapat lima kali pengukuran dengan kadar air dalam sampel CPO lebih besar dari kadar air di persyaratan (>0,15%) yaitu pengukuran nomor 2, 6, 11, 12 dan 13. Sedangkan 8 (delapan) kali pengukuran lainya diperoleh kadar air lebih rendah dari nilai yang di persyaratan yaitu (<0,15%).
Kandungan air CPO hasil olahan vacuum oil dryer kecuali dipengaruhi temperatur dan tekanan, juga oleh besarnya kadar air awal atau kadar air CPO kedalam vacuum oil dryer. Semakin besar kadar air dalam input CPO vacuum oil dryer semakin besar kadar air dalam output CPO produksi hasil olahan vacuum oil dryer, terutama bila temperatur dan tekanan tidak optimal. Tekanan dan temperatur optimal untuk pengeringan CPO berturut-turut sebesar -760 mmHg dan 95oC.
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Kadar Air dan ALB dalam Sampel CPO Produksi
Dari hasil analisis antara kadar air dan ALB tersebut dapat dilihat dari grafik diatas (Grafik 4.2) yang menunjukkan adanya hubungan yang bernilai kecil dari kedua parameter tersebut. Menurut Hutahaean (2008), dalam tugas akhirnya yang berjudul “Pengaruh Proses Pengolahan Terhadap Mutu Crude Palm Oil (CPO) yang Dihasilkan di PTPN IV PKS Adolina Perbaungan-Medan” menyatakan bahwa parameter kadar air sangat berpengaruh terhadap ALB. Semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam CPO maka ALB nya semakin tinggi pula. Hubungan yang kecil pada grafik di sebabkan waktu analisis yang hanya 13 hari sehingga tidak terlihat hubungan yang signifikan antara kadar air dan ALB.
4.2.2 Asam Lemak Bebas (ALB)
Asam lemak bebaas (ALB) merupakan asam yang dihasilkan dari proses hidrolisis lemak. Semakin tinggi ALB dalam CPO akan menyebabkan turunnya mutu CPO misalnya menyebabkan ketengikan pada minyak, membuat rasanya tidak enak, terjadinya perubahan warna dan juga rendemen minyak menjadi turun. Asam lemak bebas (ALB) merupakan parameter awal yang menentukan kerusakan CPO. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan buah dipanen hingga tandan diolah dipabrik.
Tandan buah segar (TBS) mengandung enzim lipolitik yang dapat menghidrolisa trigliserida membentuk asam lemak bebas dan gliserol. Secara alami, hidrolisa terjadi secara biokimia ketika tandan dipisahkan dari pohon sawit. Enzim ini dapat diinaktifkan dengan panas, yaitu proses sterilisasi pada suhu 55°C selama 90 menit di PKS. Proses ini diharapkan dapat menghambat kenaikan ALB pada CPO
Semakin banyak kandungan air pada CPO maka akan mempercepat hidrolisa trigliserida, memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan mikroba dan mempengaruhi densitas CPO. Ketengikan dapat diartikan sebagai kerusakan atau bau flavor dalam minyak, akibat aktivitas enzim-enzim oksidasi, enzim lipase dan enzim peroksidase yang dapat menghidrols molekul lemak. ALB dapat di analisis dengan metode titrimetri. Titimetri merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang di analisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsug secara kuantitatif.
Metode titrimetri ini menggunakan pelarut isopropil alkohol dalam CPO karena bersifat nonpolar sehingga memudahkan CPO larut. Isoprofil alkohol yang digunakan adalah yang telah di standarisasi dengan NaOH untuk menetralkan isopropil alkohol agar tidak bersifat asam dimana NaOH bersifat basa. Setelah itu, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi larutan dan agar larutan menjadi homogen. Larutan yang telah larut sempurna, dititrasi menggunakan NaOH dengan penambahan indikator fenolftalein (PP). Titrasi bertujuan untuk melihat titik ekivalen yang menunjukkan angka perhitungan kadar ALB pada CPO produksi. Titik ekivalen adalah titik dimana jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa. Indikator PP digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan berubahnya warna sampel yang telah di campur dengan indikator pp menjadi warna merah muda. Titik akhir titrasi adalah titik dimana tepat terjadinya perubahan warna yang dibantu dengan bantuan indikator pada metode titrimetri. Titik akhir titrasi akan terjadi setelah larutan mencapai titik ekivalen.
Dari hasil analisis sampel CPO produksi selama penelitian diperoleh angka kisaran kadar ALB antara 2,066% s/d 3,491% dengan kadar rata-rata sebesar 2,732%. Kadar ALB terendah dan tertinggi berturut-turut diperoleh pada sampel CPO produksi tanggal 2 Agustus dan 22 Agustus. Tingginya kadar ALB pada tanggal 22 Agustus disebabkan karena kadar air yang tinggi yitu sebesar 0,6792% (Tabel, 4.1). Makin tinggi kadar air dalam CPO akan meningkatkan kadar asam lemak bebas. Hal ini menunjukkan bahwa kadar ALB CPO produksi pada vacuum oil dryer bermutu baik jika dilihat dari standar ALB yang ditetapkan dari AOCS (American of Chemist Society) yaitu sebesar 5%.
Kadar ALB yang tinggi dapat di minimalisir dengan menaikan tekanan dan suhu pada vacuum oil dryer sehingga menurunkan kadar air CPO dimana semakin rendah kadar air maka semakin rendah pula kadar ALB CPO produksi. Tekanan optimal yang digunakan sebesar 1 atm atau -760 mmHg dengan suhu optimal sebesar 100oC. Namun, pada vacuum oil dryer rata-rata digunakan tekanan ssebesar -640 mmHg dan suhu rata-rata 84oC. Hal tersebut dikarenakan pada vacuum oil dryer seimbang pada tekanan dan suhu tersebut dimana untuk mencapai tekanan dan suhu optimal dibutuhkan kinerja mesin yang besar.
6