Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Mengajar di kelas adalah tugas utama guru. Mungkin pekerjaan inimerupakan pekerjaan yang sederhana dan mudah bagi sebagian orang. Namun padakenyataannya, mengajar di kelas bukanlah tugas yang mudah, melainkan tugas yangsangat sulit. Selain mengatasi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, guru jugaharus menjadi manajer, psikolog, konsultan, motivator, moderator, dan evaluator.Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih kompleks daripada di masa lalu.Guru menangani siswa yang jauh lebih beragam, konten pembelajaran lebih kompleksdan sulit, tingkat proses pembelajaran tinggi, dan tuntutan siswa untuk memperolehketerampilan berpikir tinggi. Tantangan pembelajaran di abad 21 dan perubahankurikulum 2013 menuntut keterampilan pendidikan guru sebagai guru untuk lebihmerancang pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif.Perkembangan media teknologi informasi merupakan salah satu fondasiterpenting perkembangan pembelajaran di abad 21. Guru abad 21 tidak hanya dapatsecara efektif me...
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah satu
Guru adala seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasu kepada peserta didik. Di abad ke-21 dimana semua yang terjadi dunia ini terpengaruh oleh globalisasi yang juga menghampiri dunia pendidikan seharusnya guru juga terus berjuang untuk tetap komitmen mendidik anak didiknya dan mengajarkan nilai karakter bangsa. Inovasi pembelajaran sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, maka dari itu munculnya globalisasi harus dimanfaatkan dampak positifnya dan menghindari dampak buruknya bagi pendidikan. Memberikan motivasi kepada siswa, di era globalisasi saat itu semangat belajar siswa harus bertambah tinggi dan lebih baik sehingga memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin canggih ini guru harus dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media sosial dan teknologi, hal ini dapat menambah pengetahuan peserta didik dalam pembelajaran.
2022
Pendidikan adalah urusan semua orang. Ia bukanlah semata urusan pemerintah, atau ahli pendidikan semata. Pepatah lama mengatakan, bahwa dibutuhkan satu desa untuk membesarkan seorang anak. Pendidikan adalah sebuah upaya bersama yang membutuhkan landasan nilai, sekaligus usaha bersama dari seluruh masyarakat. Mutu pendidikan mempengaruhi mutu kehidupan masyarakat di masa kini dan masa depan. Segala bentuk kejahatan, mulai dari pencurian, pembunuhan, pemerkosaan sampai dengan korupsi, berakar pada kegagalan sebuah masyarakat mewujudkan sistem dan filsafat pendidikan yang bermutu tinggi. Mutu pendidikan juga mempengaruhi masa depan sebuah bangsa. Kemampuan sebuah bangsa untuk tetap ada dan terlibat di dalam pembentukan masyarakat global yang adil dan makmur amat ditentukan dari mutu pendidikan di dalamnya. Di Indonesia, pendidikan memiliki berbagai tantangan yang mesti dihadapi. Untuk bisa melakukan ini, beragam tantangan tersebut haruslah dipahami terlebih dahulu. Ada beberapa hal yang kiranya perlu diperhatikan. Pertama, dunia pendidikan Indonesia jatuh ke dalam urusan birokrasi dan administrasi semata. Guru disibukkan dengan beragam bentuk pelatihan, sertifikasi dan beban administrasi. Pengajaran bermutu, yang menjadi salah satu unsur terpenting pendidikan, kerap kali terlupakan. Ini seperti dikatakan oleh Jürgen Habermas, bahwa sistem telah menjajah dunia kehidupan (Lebenswelt) yang penuh dengan makna dan kebebasan.[i] Di beberapa institusi pendidikan, guru juga banyak dibebani oleh pekerjaan di luar bidang akademik, misalnya menjadi panitia acara sekolah. Hal ini kerap kali begitu menyita waktu dan tenaga, sehingga proses pengajaran yang baik, yang justru merupakan unsur utama pendidikan, justru terlupakan. Guru-guru, yang menolak untuk terlalu banyak dilibatkan di dalam acara-acara non-pendidikan sekolah, justru dianggap sebagai guru yang tidak dapat bekerja sama. Hal ini jelas menghambat proses pendidikan di sekolah. Dua, dunia pendidikan juga telah kehilangan esensi utamanya. Pendidikan telah berubah semata menjadi pelatihan, yakni pelatihan untuk mempersiapkan murid memasuki dunia kerja. Dalam arti ini, pendidikan tidak lagi mengembangkan wawasan dan kepribadian murid, melainkan mengubahnya semata menjadi pegawai-pegawai pabrik dan perusahaan. Pola pendidikan ini jelas salah arah, karena justru dunia profesional sekarang ini amat membutuhkan manusia-manusia yang berwawasan luas dan berkarakter kuat. Kiranya benar, bahwa pola pendidikan di Indonesia tidak banyak berubah, bahkan setelah 76 tahun merdeka. Pola pendidikan yang ada masih menerapkan pola Belanda di masa kolonial yang hanya menekankan kepatuhan dan kemampuan menghafal. Memang, pada masa penjajahan dulu, Pemerintah Belanda membutuhkan tenaga pegawai yang siap pakai. Mereka tidak membutuhkan orang-orang yang mampu berpikir kritis, kreatif dan berwawasan luas. Ironisnya, pola semacam itu masih dipertahankan di masa kini, walaupun kolonialisme sudah lama berlalu. Tiga, pendidikan yang sejati juga semakin sulit dilakukan di tengah perubahan budaya yang begitu cepat, akibat revolusi industri keempat yang terjadi sekarang ini. Di dalam revolusi industri keempat ini, manusia hidup di dunia digital bahkan lebih lama, daripada ia hidup di dalam dunia nyata sehari-hari. Ini tentunya membuat perubahan besar di dalam pemahaman manusia soal kenyataan itu sendiri. Proses pendidikan menjadi sulit, ketika murid lebih suka menghabiskan waktu bermain game atau berselancar di internet, daripada belajar dan berdiskusi dengan gurunya. Penelitian terbaru bahkan membuktikan adanya penyakit kecanduan perangkat teknologi informasi dan komunikasi ini. Hubungan antar manusia di dunia nyata menjadi amat dangkal dan jarang. Sementara, hubungan manusia dengan mesin dianggap menjadi lebih utama. Ini tentunya memberikan tantangan besar bagi dunia pendidikan. Empat, juga dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, informasi menjadi begitu banyak. Bahkan, bisa dibilang, dunia mengalami kebanjiran informasi. Akibatnya, banyak orang kebingungan. Bahkan, banyak juga yang terjebak pada berita palsu yang menyesatkan. Orang sulit untuk membedakan antara kebohongan dan kebenaran, serta antara informasi yang penting dan yang tak penting. Di dalam proses pendidikan, banjir informasi menghasilkan kemiskinan berpikir. Peserta didik hanya menyalin informasi, tanpa menggunakan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Kemampuan mereka untuk melampaui segala tantangan di dunia nyata pun berkurang. Mereka menjadi seperti komputer, yakni pandai menghafal informasi, namun lemah dalam penyelesaian masalah melalui pola pikir analitis dan kritis. Lima, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini juga berdampak pada generasi yang lebih tua. Guru-guru senior seringkali tak mampu mengikuti perubahan pesat yang terjadi. Beberapa ingin terlibat lebih jauh, dan belajar menggunakan teknologi terbaru. Namun, tak sedikit pula yang menolak perubahan, sehingga tak mampu lagi mengikuti perkembangan yang ada. Jurang antar generasi ini membuat proses pendidikan menjadi sulit. Ini juga menjadi hambatan komunikasi antara murid dengan guru-guru senior. Ketika komunikasi terhambat, maka kesalahpahaman akan terjadi. Ini seringkali bermuara pada kekerasan fisik maupun verbal yang terjadi antara guru dan murid. Dampaknya pun beragam, mulai dari putus sekolah, trauma terhadap pendidikan maupun pemecatan terhadap guru senior yang amat merugikan hidupnya. Upaya untuk mempersempit jurang antar generasi ini kiranya perlu dilakukan secara sistematik dan berkelanjutan. Enam, persoalan tentang kesejahteraan guru telah lama menjadi masalah di dunia pendidikan Indonesia. Sebagian guru masih bekerja sebagai guru honorer. Status mereka tidak jelas, dan pendapatan mereka cenderung kecil. Ini membuat banyak guru honorer harus mencari pekerjaan sampingan. Sebagai bagian penting dari sistem pendidikan nasional, ini tentu menjadi persoalan besar. Guru yang mengajar setengah hati tidak akan mampu membentuk karakter sekaligus pikiran anak didik dengan baik. Tidak hanya itu, mereka bahkan seringkali harus meninggalkan kelas, karena harus mencari uang di tempat lain. Ini tentu memberikan teladan buruk, sekaligus membuat seluruh proses belajar mengajar menjadi terhambat. Tujuh, tantangan terbesar pengembangan pendidikan di Indonesia adalah korupsi di dalam sistem pendidikan itu sendiri. Sebagai pemegang tertinggi otoritas pendidikan di Indonesia, pemerintah kerap kali membuat peraturan-peraturan yang tidak masuk akal. Akibatnya, banyak sekolah harus kesulitan di dalam proses penyesuaian. Salah satunya adalah sikap diskriminatif pemerintah terhadap sekolah-sekolah swasta yang sudah memberikan sumbangan besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Ini juga ditambah dengan peraturan yang terus menerus berubah, sehingga membuat banyak pihak bingung. Tidak heran, bila banyak praktisi pendidikan berpendapat, bahwa pemerintah merupakan “musuh” terbesar pengembangan dunia pendidikan Indonesia. Peraturan yang diterapkan kerap kali amat berat bagi para peserta didik. Mereka diharuskan mempelajari hal-hal yang belum waktunya untuk dipelajari. Delapan, semua ini bermuara pada lemahnya sistem pendidikan di Indonesia, sehingga rapuh terhadap segala bentuk serangan dari luar, seperti virus radikalisme agama dan mentalitas neoliberal yang mengukur segala sesuatu dari kaca mata uang. Keadaan ini membuat dunia pendidikan menjadi penuh dengan diskriminasi, mulai dari diskriminasi terhadap kelompok agama minoritas (akibat radikalisme agama), sampai dengan diskriminasi terhadap kelompok miskin (akibat neoliberalisme). Manusia macam apa yang dihasilkan dari sistem pendidikan semacam itu? Tak heran, dalam banyak hal, Indonesia ketinggalan dari berbagai negara lainnya. Buku ini ditulis sebagai upaya untuk menanggapi beragam tantangan pendidikan Indonesia tersebut. Di abad 21 ini, proses globalisasi dan perkembangan pesat teknologi di berbagai bidang tak lagi dapat dihindari. Dampak baik dan buruknya pun bisa langsung terasa di kehidupan sehari-hari. Diperlukan upaya untuk mengembangkan pendidikan secara menyeluruh di Indonesia, supaya bisa menjawab berbagai tantangan yang muncul di abad 21 ini. Buku ini adalah contoh dari upaya nyata semacam itu. Dalam konteks itu, buku ini merupakan buku pertama yang berbicara soal visi yang menjadi dasar bagi revolusi pendidikan Indonesia abad 21. Ada beberapa buku filsafat dan teori pendidikan. Namun, buku-buku tersebut tidak menawarkan visi nyata bagi pengembangan pendidikan di abad 21 ini. Maka dari itu, terbitnya buku ini merupakan sesuatu yang perlu untuk dimaknai lebih dalam. Buku ini ditujukan untuk para pendidik di berbagai bidang kehidupan, sekaligus kepada semua orang yang peduli pada mutu dan masa depan pendidikan di Indonesia. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, pendidikan adalah urusan dari semua orang, dan bukan hanya urusan para pendidik formal semata. Harapannya, dengan berpijak pada buku ini, dunia pendidikan Indonesia bisa berubah ke arah yang lebih baik, terutama dalam soal pembuatan kebijakan di sistem pendidikan nasional, maupun dari proses pendidikan hidup sehari-hari. Dengan begitu, bangsa Indonesia akan mampu menghadapi tantangan-tantangan baru di abad 21 ini. Buku ini terdiri dari beberapa artikel ilmiah yang telah diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah. Keterangan diberikan di bagian catatan akhir. Selamat membaca. Reza A.A Wattimena
Sekarang ini, pendidikan berada di era pengetahuan dengan akselerasi luar biasa yang meningkat. Pendidikan di abad ke -21 telah menjadi semakin penting untuk memastikan bahwa siswa memiliki keterampilan belajar dan inovasi, keterampilan dalam penggunaan teknologi teknologi dan informasi, dan dapat bekerja, dan bertahan dari penggunaan keterampilan hidup. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah gaya hidup manusia, baik di tempat kerja, sosialisasi, permainan dan pembelajaran. Dengan memasuki abad ke -21, kemajuan teknologi telah memasuki berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik harus memiliki kapasitas untuk mengajar dan 21. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapkan dengan siswa dan guru untuk bertahan dari era pengetahuan pada waktu informasi itu.Abad ke -21 yang diketahui oleh semua orang sebagai abad pengetahuan adalah fondasi utama dari berbagai aspek kehidupan. Paradigma pembela...
GURU DAN REVOLUSI DIGITAL, 2018
Banyak kalangan mengatakan bahwa saat ini kita hidup di fase awal Revolusi Industri Keempat. Pendiri dan sekaligus juga Executive Chairman World Economic Forum (WEF), Klaus Schwab (2016) melihat bahwa Revolusi Industri Keempat ini mengubah secara radikal cara hidup, bekerja dan berinteraksi manusia satu dengan yang lain. Revolusi industri sebelumnya membebaskan manusia dari kekuatan hewan, memungkinkan produksi massal serta membawa kemampuan digital ke miliaran orang. Revolusi Industri Keempat ini, bagaimanapun, pada dasarnya berbeda dengan situasi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan berbagai teknologi baru yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologis, mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri, pendidikan dan bahkan ide-ide yang menantang tentang apa artinya menjadi manusia. Inovasi terknologi mutakhir seperti komputer super, robotik, artificial intelligence, 3D-Printing, nanoteknologi, dan bioteknologi mempercepat revolusi industri keempat menjadi kenyataan. Kemajuan ini berdampak sangat besar bagi kehidupan manusia dalam segala bidang. Bukan hanya dalam dunia industri, bisnis, kesehatan, transportasi dan komunikasi, tapi juga dalam dunia pendidikan. Kemunculan bisnis berbasis aplikasi digital seperti Uber dan Gojek misalnya, bukan hanya merubah cara masyarakat melakukan mobilitas, tapi juga berdampak menggangu (disrupt) bisnis moda transportasi konvensional seperti taksi dan ojek pangkalan. Gojek bukan hanya sekedar jasa transportasi, tapi juga menyediakan pelayanaan lainnya seperti pengantaran, peminjatan, belanja dan lain sebagainya. Dalam konteks pendidikan, muncul fenomena Massive Open Online Course (MOOC) disediakan oleh kampus-kampus terbaik dunia di Amerika Serikat, seperti Massachussett Institute of Technology (MIT), Stanford University, Harvard University dan lainnya. Tanpa harus berkuliah di kampus-kampus tersebut, orang di seluruh dunia bisa mengikuti. Selain kampus, penyelenggara mandiri seperti edX, FutureLearn, Udemy, Coursera, Educity menawarkan berbagai macam program kuliah yang sangat variatif dan bisa ikuti oleh siapapun. Serta paling sederhana, setiap orang bisa mengikuti kuliah, ceramah ilmiah, serta pengajaran via Youtube atau Facebook secara online. Melalui google, hampir semua pertanyaan dalam segala hal diajukan dan dibantu mencari jawabannya. Google ibarat kantong ajaib Doraemon.
Anuario Colombiano de Historia Social y de la Cultura, 2014
Proceedings - The Tenth International Symposium GRID 2020
Review of Mülke, Markus, Aristobulos in Alexandria. Jüdische Bibelexegese zwischen Griechen und Ägyptern unter Ptolemaios VI. Philometor (Untersuchungen z. antiken Literatur u. Geschichte (UaLG) ; Bd. 126; De Gruyter, 2018)
Conservation Plans in Action: Proceedings of the Oxford Conference, 1998
AIP Advances, 2016
Direito UNIFACS – Debate Virtual, 2019
Geografies literàries. Noves mirades socials i educatives, 2024
Biomolecules, 2018
InMediaciones de la Comunicación
Tehnicki vjesnik-Technical Gazette, 2015
Rosa dos Ventos -Turismo e Hospitalidade, 2024