Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
JURPIKAT (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol. 2 No. 3 (2021) pp. 385-393 https://jurnal.politeknik-kebumen.ac.id/index.php/ p-ISSN : 2746-0398 e-ISSN : 2746-038X Grand Design Rafting dan Tubing di Desa Sukorejo Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang Sebagai Desa Wisata Air Rizqi Fajar Pradipta 1*, Dimas Arif Dewantoro 2, Herlina Ike Oktaviani 3 123 Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang, Indonesia, 65145 E-mail:* rizqi.fajar.fip@um.ac.id DOI : https://doi.org/10.37339/jurpikat.v2i3.670 Info Artikel: Diterima : 2021-08-24 Diperbaiki : 2021-10-06 Disetujui : 2021-10-13 Kata Kunci: Desa Wisata; Desa Sukorejo; Rafting Tubing Keywords: Tourism Village; Sukorejo Village; Rafting Tubing Abstrak: Desa Sukorejo merupakan salah satu desa dari 14 desa yang berada di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Desa Sukorejo memiliki 3 dukuh yaitu Dukuh Mbedali, Dukuh Jengglong, dan Dukuh Diyeng. Batas-batas Desa Sukorejo yaitu sebelah utara dan timur Desa Bulupitu Kecamatan Gondanglegi, sebelah selatan Desa Brongkal Kecamatan Pagelaran dan sebelah barat Desa Kedungpendaringan Kecamatan Kepanjen. Salah satu bentuk wisata yang ingin dibangun oleh pihak Desa Sukorejo adalah wisata rafting dan tubing. Ide ini timbul karena adanya sungai Brantas yang mengalir disepanjang pinggir Desa Sukorejo. Berdasarkan hasil survey dan koordinasi dengan pihak desa, akan mendesain wisata rafting dan tubing Arsa Sewu yang nantinya akan memiliki 4 pos dengan total panjang keseluruhan kurang lebih mencapai 2 km. Abstract: Sukorejo Village is one of 14 villages located in Gondanglegi District, Malang Regency. Sukorejo village has 3 hamlets, namely Mbedali Hamlet, Jengglong Hamlet, and Diyeng Hamlet. The boundaries of Sukorejo Village are to the north and east of Bulupitu Village, Gondanglegi District, to the south of Brongkal Village, Pagelaran District and to the west of Kedungpendaringan Village, Kepanjen District. One form of tourism that Sukorejo Village wants to build is rafting and tubing tours. This idea arose because of the Brantas river that flows along the edge of Sukorejo Village. Based on the results of the survey and coordination with the village, the Arsa Sewu rafting and tubing tour will design which will have 4 posts with a total length of approximately 2 kilometers. 385 Pendahuluan Sungai merupakan pola air yang mengalir melewati bebatuan yang memunculkan sebuah panorama yang indah sehingga mewujudkan sebuah daya tarik untuk dimanfaatkan sebagai wahana wisata alam terbuka (Romaito, dkk., 2014). Hal ini dapat diwujudkan kedalam bentuk sebuah pariwisata yang kegiatannya berbentuk olahraga, menangkap ikan, melihat pemandangan dan lainlain dengan nama aktivitas berwisata air. Inilah sisi lain sungai sebagai wahana berwisata air semakin berkembang dan mulai diminati khalayak masyarakat baik dari dalam dan luar daerah, dan kini sudah merambah sector yang lebih luas dan menjadi faktor peningkatan pendapatan warga setempat (Ramadan, 2017). Pada pengembangannya wahana pariwisata ini khususnya olahraga disebabkan beberapa alasan diantaranya yaitu sumber alam, infrastruktur dan marketing, tidak lupa kapabilitas masyarakat yang semestinya terwadahi dengan baik (FAJI, 2005) (Ramadan, 2017). Tubing merupakan olahraga arung yang juga dikenal dengan kegiatan outdoor selain itu ada jeram dan perahu kayak. Jeram sebagai olahraga liar yang didalamnya terdapat olahraga serta penagalaman alam liar yang penuh resiko (FAJI, 2005). Pesona yang ada disetiap spot sungai menyajikan keindahan hewan dan tumbuhan dan dapat dinikmati saat menjelajah arus sungai. Olahraga air yang biasa disebut dengan tubing dengan cara penggunaan beberapa teknik dasar tubing yang kemudian diubah menggunakan peralatan sehingga mampu menjadi sarana untuk menyeberangi sungai bagi para wisatawan. Tidak hanya untuk jasmani, olahraga air ini mampu mengembalikan kesehatan jasmani (rekreasi) serta menciptakan kondisi jiwa yang berdampak lebih positif (Ramadhan, 2017). Lembaga pengembangan sumber daya manusia juga menggunakan aktifitaas ini kedalam penilaian untuk menjadi tolak ukur dalam sebuah tim, pengelolaan risiko, latihan dasar pimpinan, dan lain-lain (Soekirno, 2006). Gambar 1. Observasi aliran sungai di Desa Sukorejo (Dok. Pribadi) 386 Desa Sukorejo merupakan salah satu dari 14 desa yang berada di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Desa Sukorejo memiliki 3 dusun, yaitu Dusun Mbedali, Dusun Jengglong, dan Dusun Diyeng. Batas Desa Sukorejo berada di sebelah utara dan timur Desa Bulupitu Kecamatan Gondanglegi, sebelah selatan Desa Brongkal Kecamatan Pagelaran dan sebelah barat Desa Kedungpendaringan Kecamatan Kepanjen. Salah satu bentuk wisata yang ingin dibangun Desa Sukorejo adalah wisata arung jeram dan tubing. Ide ini muncul karena adanya sungai Brantas yang mengalir di sepanjang tepi Desa Sukorejo. Berdasarkan hasil survey dan koordinasi dengan pihak desa, akan dirancang wisata arung jeram dan tubing Arsa Sewu yang akan memiliki 4 posko dengan total panjang kurang lebih 2 km. Solusi yang diberikan pada dasarnya adalah peningkatan pemahaman tentang arung jeram dan tubing melalui program pelatihan dasar sehingga mereka memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas arung jeram yang aman dan nyaman (Ramdani, dkk., 2020). Untuk ketersediaan peralatan arung jeram dan tubing, perlu menjalin kerjasama dengan pihak terkait, baik dari CSR industri maupun gerakan peran masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan material yang dapat digunakan kembali. Selain itu, perlu adanya strategi mengajak warga sekitar sungai untuk turut serta dalam pengembangannya dengan membuka warungwarung khusus di sepanjang sungai sehingga dapat berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat pedesaan. Hal ini akan dilakukan dengan memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang adanya rencana pengembangan desa wisata di daerah tersebut. Yang ketiga merupakan salah satu bagian terpenting karena pemasaran merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan apa yang selama ini belum terlihat oleh masyarakat di luar desa. Karena suatu wisata membutuhkan wisatawan, maka diperlukan suatu sarana untuk memperkenalkan wisata desa kepada calon wisatawan yaitu masyarakat luar desa. Teknologi sekarang cukup canggih melalui media sosial, dalam satu atau dua postingan dapat dikonsumsi oleh banyak pasang mata dalam waktu singkat. Oleh karena itu, nantinya untuk masalah strategi pemasaran, tim akan memperkenalkan pemasaran online dengan media sosial dan website resmi desa sehingga nantinya dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung ke Desa Sukorejo dan menikmati indahnya aliran sungai desa. Berikut ini adalah penjelasan detail dari grand design yang tim rancang untuk menjadikan Desa Sukorejo menjadi Desa Wisata Arung Jeram dan Tubing; 1) melakukan analisa lapangan lewat diskusi 387 dengan perangkat desa dan lapisan masyarakat. Temuan lapangan dapat dijadikan kajian awal antara lain keindahan alam berupa sungai yang akan menjadi arena bermain dan berpetualang, hasil pertanian, sosial budaya, masyarakat, tradisi atau hal-hal yang unik/khas yang tidak dimiliki daerah lain; 2) Identifikasi masalah yang dapat menjadi penghambat dalam mengembangkan desa wisata, secara visual dan non visual dengan kata lain sikap penerimaan kegaiatan pengembangan ini yang bisa saja berasal dari dalam ataupun luar. Bahkan menjadi masalah apabila tidak ada tindak lanjut dengan diproses menggunakan strategi tertentu maka akan mengantarkan masalah potensial; 3) Membangun kesadaran masyarakat, karena dibutuhkan kesadaran dalam sebuah pencapain sebuah visi dan tujuan, mengakomodir seluruh pemikiran masyarakat untuk menjadi desa wisata. Kesadaran inilah yang nantinya merupakan support sistem terselenggaranya visi serta keberlanjutan desa wisata; 4) Mengidentifikasi efek samping yang akan berkenaan langsung dengan masyarak mengingat keberagaman menurut keunikan di setiap wilayah. Setiap daerah dengan karakteristiknya masing-masing yang memunculkan variasi penunjukan sikap antar masyarakat, khususnya dinamika masyarakat dengan budaya; 5) kesadaran penuh aparatur desa guna memaksimalkan sumber daya warga itu sendiri untuk pengembangan wilayah yang dalam hal ini diperlukan penguatan keuangan atau kas Desa; 6) merancang peraturan yang diperlukan/peraturan normatif dengan ditujukan sebagai rambu rambu perkembangan wilayah pariwisata serta pengawasan adanya penyalahgunaan. Sistem disusun untuk kegiatan pariwisata dan efeknya sebagai acuan sistem hukum; 7) merancang kegiatan peningkatan kapabilitas dalam hal kepariwisataan kepada masyarakat desa, tidak lupa aparatur desa dalam hal pengelolaan wisata, cara pengelolaan daya tarik wisata, pengelolaan wisatawan, serta arah pengembangan selanjutnya, perlu diingat bahwa seperti halnya industry lain pariwisata juga fluktuatif dan dapat terjadi ”saturasi" ; 8) Memanfaatkan pola marketing yang modern namun sudah tersedia, penggunaan alat promosi yang cetak maupun non cetak. Internet saat ini merupakan pilihan yang dapat dijadikan sarana promosi karena dapat menyusuri bagian wilayah – wilayah di dunia. Dimana lokasi yang berada di lokasi yang belum dikenal juga dapat dikunjungi secara virtual oleh masyarakat di bagian wilayah dunia manapun dengan menggunakan internet; 9) melalui pembelajaran dari pengalaman pengembangan wisata di desa lain, dapat dijadikan refrensi, terutama yang serupa. Persamaan masalah serta problematika yang muncul akan menjadi masalah bersama. Yang membedakan adalah cara pengelolaan yang memiliki komitmen 388 untuk berkembang dan berdaya saing serta lulus dalam fase regional internal, eksternal dan internasional. Metode 1. Tahapan Kegiatan Pada dasarnya dalam menyusun kegiatan untuk tercapainya target dalam kegiatan pengabdian masyarakat maka perlu adanya tahapan kegiatan sebagai berikut: a) Satgas menjalin kerjasama dengan Perangkat Desa Sukorejo Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang melalui ijin Dinas terkait ataupun surat tugas dari Universitas Negeri Malang b) Tim melakukan studi terkait dengan ketersediaan sarana prasarana dan kesiapan masyarakat, serta demografi Desa Sukorejo Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang terkait dengan wisata air yang hendak di jadikan lokasi wisata. c) Satgas bersama mitra memberikan paparan materi tentang Grand Desain Pengembangan Desa Wisata Air dalam hal ini Rafting dan Tubing d) Peserta melakukan tindak lanjut sesuai dengan hasil paparan yang telah disampaikan oleh pemateri e) Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi pada seluruh peserta kemudian memberikan informasi lanjutan. 2. Metode Adapun metode yang digunakan dalam pelatihan meliputi : a) Ceramah dan Tanya terkait dengan Grand Desain untuk pemahaaman peserta b) Diskusi digunakan untuk acuan dasar evaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Dasar memasukkan metode ini disebabkan pelatihan ini berfokus dalam konteks pendalaman visi tim dan peserta maksud dan tujuan juga dibekali dengan pengalaman lapangan yang diperoleh dari aktualisasi setelah diberikan pemahaman yang mendalam. 3. Evaluasi Pelatihan Evaluasi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan terhadap proses pelatihan dan hasil pelatihan. 389 a) Evaluasi proses pelatihan meliputi : b) Keaktifan peserta, sebagai indikator dan tolok ukurnya yaitu : • Antusiasme peserta terhadap setiap kegiatan • Aktivitas dilihat dari keterlibatan peserta dalam proses aktualisasi c) Kerjasama, sebagai indikator dan tolok ukurnya yaitu : • Inisiatif dalam memimpin , mengorganisir peserta lain • Memunculkan ide kreatif diikuti peserta lain • Toleransi dan menghargai ide peserta lain d) Keterampilan, sebagai indikator dan tolak ukurnya yaitu : • Kecekatan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan • Ketepatan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan • Ketelitian dalam menyelesaikan setiap pekerjaan • Efisiensi waktu dalam menyelesaikan setiap pekerjaan e) Evaluasi hasil pelatihan meliputi: 1) Penguasaan teori materi pelatihan, sebagai indikator dan tolok ukurnya yaitu: • Penerapan teori dalam unjuk kerja 2) Penguasaan keterampilan kerja, sebagai indikator dan tolak ukurnya yaitu : • Peserta memenuhi kriteria penilaian tidak kurang dari 80% dari 4 aspek Persipan Metode pelaksanaan Evaluasi Gambar 2. Digram Kegiatan Hasil dan Pembahasan Rancangan dalam mengembangkan Desa Wisata di Desa Sukorejo mengacu pada potensinya. Rancangan dalam mengembangkan desa wisata dilakukan dengan aktifitas pendukung dalam pengembangannya yang diperoleh berdasarkan analisis SOAR terkait Potensi Desa Wisata Air Sukorejo dengan berdasar pada potensi alam yang tersedia di wilayah tersebut (Widiyarta, dkk., 2021). Faktor keberhasilan Community Based Tourism merupakan berasal dari bentuk lokasi yang menjadi keunggulan untuk melakukan kegiatan pariwisata (Dangi & Jamal, 2016). Wilayah 390 tersebut memiliki keunggulan sumber daya alam yang bisa dijadikan sebuah peluang (Senjawati, dkk., 2020). Sumber Daya Alam di Desa Sukorejo adanya temuan potensi, peluang, aspirasi dan hasil yang dapat dijadikan kegiatan dalam peningkatannya seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Matrik analisis SOAR Potensi Desa Sukorejo Strenght 1. Debit air sungai yang deras namun masuk kategori layak untuk digunakan olahraga air 2. Spot / Lokasi sepanjang aliran sungai yang luas dan memiliki daya Tarik Opportunity 1. Banyak pelaku usaha UMKM yang menjajakan jajanan khas Sukorejo Aspiration Aliran sungai brantas yang mengalir deras di sepanjang Desa Sukorejo. Results Pengembangan Sumber Daya Alam menjadi destinasi wisata 1. Pemanfaatan sungai sebagai destinasi wisata Desa Sukorejo Rafting dan Tubing 1. Pelatihan pengelolaan dan pemanfaatan rafting dan tubing sebagai data Tarik desa wisata di Desa Sukorejo 2. Pendampingan penataan lokasi sebagai upaya dukungan optimalisasi pengembangan desa wisata rafting dan tubing 1. Pembuatan stand untuk kelompok UMKM Desa Sukorejo menjajakan jajanan Khas Desa Sukorejo 1. Pembentukkan kelompok UMKM Desa Sukorejo khusus lokasi Desa Iwsata Rafting dan Tubing Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam perencanaan dan pengembangan desa wisata di Desa Salamrejo dalam bidang potensi Desa Sukorejo. Kegiatan yang diperoleh berupa pemanfaatan sungai sebagai arung jeram dan tubing untuk wisata air Sukorejo, pendampingan pengelolaan arung jeram dan tubing, pendampingan perencanaan wilayah, pembuatan stand kelompok UMKM di Desa Sukorejo dan pembentukan kelompok tani budidaya serat alam. Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam harus menjaga kondisi lingkungan agar tetap alami, melindungi budaya lokal, dan memberikan manfaat ekonomi (Suasapha, 2016). Untuk itu diperlukan tindakan pengelolaan yang melibatkan pemerintah, LSM, peneliti, swasta dan masyarakat lokal (Keliwar, 2013). 391 Gambar 3. Desain Peta Wisata Rafting dan Tubing Desa Sukorejo Pengembangan SDM untuk pembentukan Desa Wisata Desa Sukorejo berupa pelatihan penggunaan dan perawatan peralatan rafting dan tubing, perawatan aliran sungai, pengelolaan atau penataan stand UMKM di sekitar lokasi aliran sungai agar dapat dipasarkan dengan baik dan merata bagi pelaku UMKM di Desa Sukorejo. Perlu adanya tindak lanjut dalam bentuk kegiatan latihan dengan professional lain yang mendukung sehingga dapat mengoptimalkan seluruh aspek dalam perwujudan wilayah pariwisata bersama UKM Sukorejo, hingga mengikuti paguyuban UKM di Desa Wisata Arung Jeram dan Tubing Desa Sukorejo. Kesimpulan Perencanaan dan pengembangan desa wisata di Desa Sukorejo bidang Sumber Daya Alam dengan memanfaatkan aliran sungai Brantas untuk destinasi wisata. Pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat sebagai awal untuk dapat mengelola dan mengembangkan potensi desa memiliki peran yang positif, serta memotivasi masyarakat khususnya UKM di Desa Sukorejo untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan Desa Wisata ini, adalah suatu keharusan agar dapat berjalan beriringan dan mendapatkan masukan dan dampak positif akan perkembangan Desa Wisata di Sukorejo ini. Penguatan kelembagaan dengan mensinergikan seluruh kelembagaan yang ada. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan sungai agar dapat terpelihara dengan baik. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kami ucapkan pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang, Pusat Sumber Daya Wilayah Dan Kuliah Kerja Nyata (PSWKKN), serta tim pengabdian di Desa Sukorejo Kabupaten Malang, atas seluruh dukungan hingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik. 392 Referensi Dangi, T. B., & Jamal, T. (2016). An integrated approach to “sustainable communitybased tourism”. Sustainability, 8(5), 475. Keliwar, S. (2013). Pola pengelolaan ekowisata berbasis komunitas di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Jurnal Nasional Pariwisata, 5(2), 110-125. Romaito, R., Patana, P., & Harahap, Z. A. (2014). Kajian kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara. Jurnal Aquacoastmarine, 52-59. Ramadan, W. C., & Rosyidi, S. (2017). Perbandingan Norma Produksi Islam Dengan Produksi Pada Industri Bordir di Kecamatan Bangil (Studi Kasus Pada Perusahaan Faiza Bordir). Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 4(9), 684. Ramdani, A. R., Julia, A., & Haviz, M. (2020). Strategi Pembentukan Desa Wisata di Desa Karamatwangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut (Aplikasi Model SOAR). Senjawati, N. D., Widowati, I., & Wardoyo, S. S. (2020). Grand Desain Pengembangan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal (Studi Kasus Di Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo). Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi, 20(2), 188-200. Sekretariat, PB FAJI (2005) Sejarah Arung Jeram. http://www.faji.org/?go=organisasi&p=sejarah_arung_jeram. 16/1/13). Online (Accesed Soekirno, A. M. (2006). Arung jeram: menelusuri tantangan, membangun kematangan. Insight. Suasapha, A. (2016). Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat dalam Pengelolaan Pantai Kedonganan. Jurnal Master Pariwisata (Jumpa). Widiyarta, A., Hakim, M. B. A., Setyaningrum, M. D., & Tantriani, T. (2021). Strategi Pengembangan Desa Wisata Migas di Geopetroleum Teksas Wonocolo Kabupaten Bojonegoro. jurnal of admiration, 2(5), 756-761. 393