Teori-Teori belajar dalam psikologi
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
Psikologi behavioristik
Psikologi kognitif
Psikologi humanistik
Psikologi sibernetik
Keempat aliran psikologi pendidikan di atas tumbuh dan berkembang secara beruntun dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori- teori tentang belajar, yaitu:
Teori teori belajar dari psikologi behavioristik
Teori teori belajar dari psikologi kognitif
Teori teori belajar dari psikologi humanistik
Teori teori belajar dari psikologi sibernetik
Adapun uraian masing masing kelompok teori belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori teori belajar psikologi behavioristik
Teori belajar behavioristik di kemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut ”Contemporary behaviorist” atau juga disebut ”S-R psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Guru guru yang menganut pandanagan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid murid merupakan reaksi reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang dan Bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku tersebut.[4]
Teori ini juga di sebut dengan aliran tingkah laku. Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.[5]atau dengan kata lain,belajar adalah perubahan yang di alami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai interaksi antara stimulus dan respon.
Teori teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori teori
tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat di dominasi oleh pengaruh Thorndike (1874 – 1949). Teori belajar Thorndike ”connectionism” karna belajar merupakan proses pembentukan koneksi koneksi antara stimulus dan respon. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1990-an, eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Seekor kucing yang lapar di tempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang di lengkapi dengan peralatan seperti tali dan lain sebagainya. Peralatan tersebut di tata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang di sebut puzzle box(peti teka teki)itu merupakan stimulus yang merangssang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu.
Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar dan melompat namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepanya.akhirnya entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengukit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini terkenal dengan nama instrumental conditioning,artinya tingkah laku yang di pelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang di kehendaki.
Bedasarkan eksperimen di atas,thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon,itulah sebabnya teori behavioristik juga di sebut ”S-R psychology of learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan ”trial and Error-learning”.hal ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan eksperimen thorndike tadi,hampir dapat di pastikan bahwa motivasi (seperti rasa belajar)merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.
Dari penelitiannya, thorndike menemukan hukum-hukum:
”law of readiness (hukum kesiapsiagaan)”:pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction unit(satuan perantara).unit unit ini menimbulkan kecendrungan yang mendorong organisme untuk berbuat sesuatu.jelas,hukum ini semata-mata bersikap spekulatif dan hanya bersifat historis.
”law of exercise(hukum latihan)”:generalisasi artinya perilaku(perubahan hasil belajar) sering dilatih atau di gunakan maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat(law of use),begitupun sebaliknya.
”law of effect”:bila mana trerjadi hubungan antara stimulus dan respon dan di barengi dengan ”state of affair” yang memuaskan maka hubungan itu menjadi lebih kuat dan begitu pula sebaliknya.[6]
Teori belajar hasil eksperimen thorndike di atas secara prinsial bersifat behavioristik artinya lebih menekankan timbulnya perilaku jasmani yang nyata dan dapat di ukur.jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar dalm teori behavioristik yang telanjur di yakini sebagian besar ahli pendidikan itu,sesungguhnya mengandung banyak kelemahan, di antaranya:
a. Proses belajar itu dapat di amati secara langsng padahal adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya
b. Proses belajar iti bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot.padahal setiap siswa memilikikemampuan mengarahkan dan mengendalikan diri yang bersifat kognitif
c. Proses belajar manusia yang di analogikan dengan perilaku hewan itu sangat suliy di teima,mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan.
2. Teori-Teori Belajar dalam Psikologi Kognitif
Dalam teori belajar ini berpendapat,tingkah laku seseorang tidak hanya di kontrol oleh ”reward” dan reinforcement”.mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa di dasarkan pada kognisi,yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar,seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh ”insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan,bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insigh terhadap hubungan hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
Awal pertumbuhan teori teori belajar psikologi kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar ”gestalt”.pelatak dari psikologi gestalt adalah Mex Werteimer(1886-1943)yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Suatu konsep yang terpenting dalam psokologi gestalt adalah tentang”insight”,yaitu pengamatan atau pemahaman mendadaka terhadap hubungan hubungan antar bagian bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insigh itu sering di hubungkan dengan pernyataan spontan ”aha” atau ”oh, I see now”.
Menurut pandangan gestaltis,semua kegiatan belajar (baik pada simpase maupun pada manusia)menggunakan insigh atau pemahaman terhadap hubungan hubungan terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan . menurut psikologi gistalt,tingkah kejelasan atau keberartian dari pada yang di amati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang dari pada dengan hukuman atau ganjaran.
Teori belajar ”cognitive- field” dari lewin
Bertolak dari penemuan gestalt psychology,Kurt Lewin(1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar ”cognitive- field” dengan menaruh perhatiankepada kepribadian dan psikologi sosial.
Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan kekuatan,baik yang dari dalam diri individu seperti tujuan,kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu seperti tantangan maupun permasalahan. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitifitu adalah hasil dari dua macam kekuatan satu dari struktur medan kognisi itu sendiri,yang lainya dari kebuthan dan motivasi internal individu.Lewin memberikan peranan yanglebih penting pada motivasi dari pada reward.
3. Teori Teori Belajar dari Psikologi Humanistis
Perhatian teori humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap individu di pengaruhi dan di bimbing oleh maksud maksudpribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman mereka sendiri.menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan dengan persan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkanpotensi potensi yang ada pada diri meraka.
Bagi penganut teori ini,proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Meskipun teoriinisangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik. Teori apapun dapat di manfaatkan asal tujuan untuk ”memanusiakan manusia”(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.
Awal timbulnya psikologi humanistis
Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang orang yang terlibatdalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini,misalnya ahli ahli psikologi klinik,pekerja pekerja sosial dan konselor bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian di kenal sebagai psikologi humanistik.psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si perilaku (behaver) bukan dari pengamat.
Dalam dunia pendidikan aliran humanistis muncul pada tahun 1960 – 1970-an dan mungkin perubahan – perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada arah ini. (Jhon Jarolimak dan Clifford D. Foster 1976, halaman 330).
Pandangan tokoh – tokoh hunanistis
Dari segi isi pelajaran yang harus ada dalam sebuah pembelajaran matri yang dipelajari oleh sisiwa harus mencakup tiga ranah atau kawasan materi. Sebagaimana Bloom dan Krathwohl mengatakan bahwa meteri pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Sedangkan dari segi tahapan belajar yang harus dilalui oleh siswa terbagi menjadi empat tahapan. Hal ini diutarakan oleh Kolb. Menurutnya, tahapan belajar siswa meliputi tahap pengalaman kongkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Dan hal yang paling penting dari teori humanistis adalah bahwa penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
4. Teori Teori Belajar dari Psikologi Sibernetik
Teori ini beanggapan bahwa tidak ada satupun teori yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk karekter setiap siswa. Oleh karena itu titik tekan dari teori ini adalah bagaimana memahami ciri – ciri dari karakter sistem informasi (bahan atau masalah yang akan dipelajari).tujuan dari pemahaman terhadap ciri – ciri informasi ini adalah agar proses belajar sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Bagaimanapun proses juga merupakan hal yang penting dalam teori sibenetik.
Penekanan pada sistem informasi ini didasarkan pada cara berfikir siswa pada umumnya. Menurut Landa cara berfikir siswa ada dua macam. Yaitu algoritmik, yaitu proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju pada satu target tertentu. Dan cara berfikirheuristik, yakni cara berfikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus. Tokoh lain juga berkata demikian, akan tetapi ada perbedaan pada cara berfikir yang kedua. Jika menurut Landa berfikir secara heuristik maka menurut Pask dan Scott adalah berfikir secara Wholistatau menyelurut. Maksudnya ialah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Sebagai contoh ibarat melihat lukisan, bukan detail – detail dari lukisan tersebut yang kita amati, akan tetapi langsung secara keseluruhan lukisan tersebut, baru kemudian pada bagian – bagian kecilnya.
Pendekatan yang berorientasi pada sistem informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory) ingatan jangka panjang (long term memory), dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Selain harus memahami sistem informasi juga harus memahami lingkungan yang memengaruhi mekanisme pembelajaran.[7]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembahasan tentang teori belajar yang telah dipaparkan di depan, memberikan pandangan untuk dapat memberikan kesimpulan tentang poin – poin yang telah dibahas. Antara lain belajar sebagai kegiatan siswa jika dipandang dari teori-teori tersebut adalah perubahan tingkah laku (behavioristik), dan juga sebagai sebuah proses yang didasari oleh kesadaran akan perlunya peroses tersebut.
Keempat teori belajar yang telah dijelaskan di depan memiliki pandangan tersendiri terhadap makna belajar. Yakni, behavioristik mengatakan belajar adalah interaksi stimulus dan respon (S+R), kognitif adalah insigh atau pemahaman hubungan antar situasi, yang dimunculkan oleh medan kognisi (fikiran), humanistik berpendapat bahwa belajar adalah usaha untuk memanusiakan manusia atau, sedangkan sibernetik adalah pengolahan informasi.
Dari keempat teori tersebut, bihavioristik adalah teori yang menitik beratkan tujuan dari belajar, ketiga teori yang menitik beratkan pada proses dari belajar itu sendiri. Dapat diambil kesimpulan dari keempat teori tersebut jika digabungkan maka sesuai dengan apa yanng sampaikan oleh UNISCO bahwa untuk meningkatkan atau memajukan manusia harus dengan sistem pendidikan yang mengacu pada learning To Do(behavior) , To Know (kognitif), To Be (humanis), dan To Life Together (sibernetis).
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Dalyono,M.2009.Psikologi pendidikan. Rineka Cipta:jakarta
Dr. Hamzah B. Uno,M.pd.2008.orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. PT bumi Aksara: jakarta
Drs. Soemanto Wasty,M.pd, 2006 psikologi pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta
Drs. Mudzakkir,Ahmad. 2004. Psikologi pendidikan,Jakarta
[1] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.31.
[2] Drs.Muhibbin Syah. M.Ed,op.cit.,hlm.95
[3] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.36
[4] Drs.Wasty soemanto,M.pd.psikologi pendidikan (Jakarta:2006).hlm.123
[5] Ibid., hlm.42.
[6] Dalyono M.psikologi pendidikan (Jakarta:2009).hlm.
[7] B. Uno hamzah.Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran.(jakarta:2008).hlm.
A. TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
Dikemukakan oleh psikolog behaviristik yang sering disebut“contempory behaviorists” atau “S-R psychologists” berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi – reaksi behavioral dengan stimulasinya.
1. Teori Yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi ini mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Teori belajar Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism” atau“trial-and-error” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi – koneksi antara stimulus dan respon. Ciri – ciri belajarnya antara lain :
a. Ada motif pendorong aktivitas.
b. Ada berbagai respon terhadap situasi.
c. Ada eliminasi respon – respon yang gagal/ salah.
d. Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike menemukan hukum – hukum :
1. “Law of readiness” : Jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2. “Law of exercise” : makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”.
3. “Law of effect” : bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan repon dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu terjadi lebih kuat. bilamana terjadi hubungan dibarengi dengan “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkuarang.
Sementara itu di Rusia Ivan Pavlov (1849 – 1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “clasical conditioning” atau “stimulus substitution” berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing yang diberi stimuli bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.
John B. Watson (1878 – 1958) adalah orang AS yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks – refleks dan reaksi – reaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan – hubungan stimulus – respon baru melalui“conditioning”.
Operant conditioning adalah suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement.
2. Skinner’s Operant Conditioning
Skinner’s juga menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Ia berpendapat bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah meramal dan mengontrol tingkah laku
Skinner’s membagi dua jenis respons dalam proses belajar, yakni :
1. Respondents : respons yang terjadi karena stimuli khusus misal Pavlov
2. Operants : respons yang terjadi karena situasi random.
Jenis – jenis stimuli :
1. Positive reinforcement : penyajian stimuli yang meningkatkan probabilitas suatu respons.
2. Negative reinforcement : pembatasan stimuli yang tidak menyenangkan
3. Hukuman : pemberian stimulus yang tidak menyenangkan
4. Primary reinforcement : stimuli pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisiologis
5. Secondary or learned reinforcement
6. Modivikasi tingkah laku guru : perlakuan guru terhadap murid – murid berdasarkan minat dan kesenangan mereka.
Ada 4 cara penjadwalan reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana sutau respons diperbuat?
1. “Fixed – ratio schedule” : yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respons setelah terjadi jumlah tertentu dari respons.
2. “Variable ratio schedule” : yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata – rata respons.
3. “Fixed – interval schedule” : yang didasarkan atas satuan waktu tetap diantara “reinforcement”
4. “Variable interval schedule” : pemberian reinforcement menurut respons betul yang pertama setelah terjadi kesalahan – kesalahan respons.
B. TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF
Para ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement.
1. Teori belajar cognitive field dari lewin
Kurt Lewin (1892 – 1947) mengembangkan suatu teori belajar cognitive field Lewin memandang masing – masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu beraksi disebut life space yang mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi.
2. Teori belajar cognitive Develop mental dari Piaget
Piaget memandang bahwa proses belajar berfikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
Piaget memakai istilah Scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang yang berhubungan dengan refleks – refleks pembawaan dan Scheme mental.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu :
a. Struktur disebut juga Scheme.
b. Isi atau content yaitu pola tingkah laku spesifik tat kala individu menghadapi suatu masalah.
c. Fungsi atau function yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak yaitu :
1. Kematangan
2. Pengalaman fisik atau lingkungan
3. Transmisi sosial
4. Equalibrium atau self regultion.
3. Jerome Bruner dengan discovely learning-nya
Yang menjaadi dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari Piaget didalam belajar dikelas. Jerome Bruner memakai cara dengan discovery learning, dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reseption learning atau expository teaching dimana guru menerangkan semua informasi dam murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
The act of discovery dari Bruner
1. Adanya suatu kenikan didalam potensi intelektual.
2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4. Murid labih senang mengingat – ingat informasi.
C. TEORI BELAJAR DARI PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Orientai
Perhatian psikologi Humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap – tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud – maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman – pengalaman merekan sendiri dan sesuai perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977, P.148)
2. Awal timbulnya psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an orang – orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini. Misalnya : psikologi klinik, pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini berkembang kemudian dikenal dengan sebagai psikologi Humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilakuseseorang dari sudut si pelaku ( behaver) bukan dari pngamat (observer).
3. Behaviorisme versus humanistik
Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli – ahli Behaviorisme dan humanistik mempunyai pandangan yang sangat berbeda yang dikenal sebagi freedomdetermination issue. Para behaviorist memandang bahwa orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responsnya terhadap lingkungannya. Sebaliknya para Humanistik meemandang bahwa tiap orang itu menentukan perilaku merekan sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori – Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Psikolog behaviristik berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi – reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Psikologi ini dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Teori belajar Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut“connectionism” atau “trial-and-error”. Ciri – ciri belajarnya antara lain :
a. Ada motif pendorong aktivitas.
b. Ada berbagai respon terhadap situasi.
c. Ada eliminasi respon – respon yang gagal/ salah.
d. Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike menemukan hukum – hukum :
1. Law of readiness
2. Law of exercise
3. Law of effect
Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Jenis – jenis stimuli :
1. Positive reinforcement
2. Negative reinforcement
3. Hukuman
4. Primary reinforcement
5. Secondary or learned reinforcement
6. Modivikasi tingkah laku guru
Ada 4 cara penjadwalan reinforcement
1. Fixed – ratio schedule.
2. Variable ratio schedule.
3. Fixed – interval schedule
4. Variable interval schedule
2. Teori – Teori Belajar Psikologi Kognitif
Para ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu : Struktur disebut juga Scheme, Isi atau content dan Fungsi atau function .
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak yaitu :
a. Kematangan
b. Pengalaman fisik atau lingkungan
c. Transmisi sosial
d. Equalibrium atau self regultion.
The act of discovery dari Bruner
1. Adanya suatu kenikan didalam potensi intelektual.
2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4. Murid labih senang mengingat – ingat informasi.
3. Teori Belajar Dari Psikologi Humanistik
Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977, P.148)
Tokoh – tokoh humanistik
1. Combs
2. Maslov
3. Rogers
PENTINGNYA PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Psikologi
Psikolog berasal dari istilah bahas inggris, yaitu psychology kata psychology merupakan rangkaian dua suku kata yang berasal dari bahasa Yunani (greek) yaitu: “psyche” yng berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dalam bahasa ini, psikolog ini lebih memfokuskan dengan mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Gejala-gejala kejiwaan disebut tingkah laku, khususnya tingkah laku manusia. Baik tingkah laku yang tampak maupun tingkah laku yang tidak tampak.
Dilihat dari arti kata tersebut, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, maka seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada syarat-syarat ilmu yaituadanya objek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengrtikan psikolog sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuwatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung. Istilah psikologi dan ilmu jiwa, pada mulanya sering digunakan secara bergantian, karena dianggap memiliki kesamaaan arti. Namun, akhir-akhir ini setelah psikologi berkembang luas dsan berdiri sendiri sbagai disiplin ilmu, maka istilah psikologi dibatasi pada hal-hal yang bersfat ilmiah saja,yaitu objek yang dapat diamati, dll.
Namun, akibat adanya kontak dengan berbagai disiplin ilmu, maka berkembang berbagai macam difinisi psikologi yang berbeda, diantaranya:
Psikologi adalah ilmu yang mengenai kehidupan mental
Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran
Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah lau
Menurut Gleitmen (dalam Dalyono,2011), bahwa psikologi dalam kaitannya dengan manusia, di definisikan psikologi yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan, cara atau motivasi mereka melakukan suatu perbuatan dan juga bagaimana mereka berfikir dan berperasaan. Sedangkan psikologi menurut Bruno (1987), memiliki tiga bagian yang pada dasarnya saling berhubungan, yaitu:
Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental
Psikologi adalah studi atau penyelidikan mengenai roh
Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkkah laku organisme
Menurut Dimyati Mahmud (dalam seri rumini dkk,1993), bahwa gejala-gejala kejiwaan yang merupakan tingkah laku secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1). Gajala pengenalan (kognitif)
2). Gejala perasaan (afektif)
3). Gejala kehendak atau psikomotorik (konatif)
4). Gejala campuran (kombinasi)
Jadi, pengertian psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu yaitu:
Ontologis : objek dari psikologi pendidikan adalah prilaku- prilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung, seperti pserta didik, pendidikan, administrator,orang tua peseta didik dan pmasyarakat pendidikan.
Epistemologi:teori-teori , konsep, prinsip dan dalil. Dalil psikologi pendidikan di lakukan berdasarkan upasa sistematis melalui berbagai studi longgitudinal, studi eross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif
Aksiologis: manfaat dari psikologi penddidikan trutama sekali berkenan dengan pencapaian efisiensi da evektif dalam bidang pendidikan
B. Pengertian Pendidikan
Kata “ pendidikan” menurut etimologi berasal dari kata didik, apabila di beri awalan “Me”, menjadi “ Mendidik” berarti memelihara dan memberi latihan ( ajaran). Sedangkan bila berbentuka kata benda, maka pengertiannya pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku atau kelompok orang dalam usaha mencerdaskan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan, bagi sebagian orang dipahami sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Apabila pengertian pembelajaran dalam hal ini dijadikan acuan maka setiap orang yang berkewajiban mendidik tentuharus melakukan perbuatan mengajar. Sedangkan diketahui bahwa mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dam formal, sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran bagi siswa agar mereka menerima dan menguasai materi pelajan
C. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan menut sebagai ahli adalah sub-disiplin dan bukan psikologi itu sendiri .
Athur s. Reber ( dalam dalyono,2001) salah satu guru besar psikologi di brooklin colege, university of new york city,university of british colombia canada dan juga university of innsbruck australia, menganggap bahwa [sikologi pendidikan sebagai sub-disiplin pendidikan adalah suatu disiplin ilmu psikoloi yang berkiatan dengan teori dan masalah kependidkan yang berguna sebagai penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, tujan dan efaluasi bakat dan kemampuan,dll.
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang menpelajari bagai man manusia belajar dala pendidikan pengaturan , efektifitas , intervensi pendidikan ,psikilogi pengajaran dan psikologi sosial dan sekolah sebagai oganisasi.
Menurut muhibinsyah , (2002)
Psikologi pendidikan adalah suatu disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologi yang terjadi dalam pendidikan.
Menurut ensiklopedia amerika.
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses dalam pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan meerapkan prinsip-prinsip dan cara untu meningkatkan keefisien didalam pendidikan.
Menurut Withherington
Psikolog pendidikan adlah ilmu sistematis tentang proses dan faktor-fakto yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Tardif (dalam syah, 1977:13)
Psikolog pendidikan adalah sebuah bidang study yang berhubungan dengan peneapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha pendidikan.
Jadi, pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang behubungan dengana pendidikan manusia yang tujuannya mengembangkan dan meningkatkan ke efisien didalam pendidikan
Psikologi terbagi kedalam dua bagian yaitu, psikologi umum (general phyychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dn psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya:
Psikologi perkembangan: mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembanagn mulai dan kehidupan sebelum lahir (masa konsepsi) sampai akhir hayat.
Psikologi anak : psikologi yang mempelajari perkembangan pada masa anak-anak.
Psikologi pendidikan: yaitu psikologi yang mempelajari tentang perilaku individu, meliputi sifat, watak atau karakter manusia.
Psikologi sosial: psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku individu dalam hubungannya dalam seuah komunitas atau kelompok, terutama bagaimana tingkah laku individu dipengruhi oleh kelompoknya.
Psikologi klinis: psiklogi yang membahas tentang kelainin-kelainan tingkah laku dan mempelajari individu untuk keperluan penyembuhan.
Psikologi Anormal:psilogi yang mempelajari mengenai perilaku-perilaku menyimpang dari orang-orang yang mengalami gangguan dan kelainan mental.
Psikologi Industri: psikologi yang mempelajari tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan peusahaan dan industri.
Psikologi Pendidikan: psikologi yanag mempelajari tentang penggunaan psikologi dalam masalh pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar.
Psikometri: psikologi yang mempelajari pengukuran dan pengembangan tes (Rumini dkk,1995).
Terlepas dan konsep sebaai ilmu terapan atau ilmu yang berdiri sendiri, teapi yang penting adalah isi dan kajiannya itu sendiri. Fokus utama kajian psikologi pendidikan adalah interaksi antar a pendidik(guru) dengan peserta didik (siswa) untuk meningkatkan kemampuan para peserta. Didik , dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu. Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan paikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologi tentang anak didik menjadi hal yang sengat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharunya menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi tiap orang yang menyadari peranannya sebagai pendidik. Mengenai pengembangan subjek didk dapat dilakukan dengan penerapan psikologi pendidikan. Psikologi tergolong kedalam kelompok ilmu perilaku dan dengan sendirinya mempelajari tingkah laku manusia.
D. Ruang Lingkup Psikologi
Ruang lingkup psikologi pendidikan menurut Good dan broopy (1997) adalah sebagai berikut :
Hubungan antara psikologi dengan guru
Manajemen kelas: perkembangan dan sosialisasi anak kepemimpinan dan dinamika kelompok, modeling, reward, punishment, extinction. Hasil-hasil penelitian manajemen kelas, persiapan dan pelaksanaan dan pengajaran yang baik .
Mengurangi masalah belajar: pengertian, prinsip, perbedaan individu dalambelajar, model dan desain balajar dan prinsip pengajaran.
Pertumbuhan dan perkembangan dalam pendididkan: prinsop dalam perkembanagn fisik, kognitf, sosial dan kepribadian, kratifitas dan aplikasinya dalam pendidikan.
Motifasi: pengertian , teori dan aplikasinya dalam pendidikan
Evaluasi dalam belajar: pengertian, macam, cara menyusun, prosedur penilaian, monitoring begitu banyak hal yang harus dipelajari seorang guru dalam melakukanproyek siswa. Kemampuan keilmuan seorang guru sngat berbnding lurus dengan hasil out put siswa. Guru yang tidak bermutu akan menghasilkan siswa tidak bermutu.
Menurut Samuel Smith sebagaimana dikutipoleh Suryabarata, menetapkan ada 16 topik yang dibatasi dalam psikologi pendidikan, yaitu:
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of education psychology).
Hereditas atau karakteistik pembawaan sejak lahir(heredity).
Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
Perkembangan siswa (growth).
Proses-proses tingkah laku (behavior process).
Hakikat dan ruanglingkup belajar (nature and scope of learning).
Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theoris of learning).
Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan baasan-batasan pengukuran /evaluasi (measurement:basic princeples snd definitions).
Transfer belajar, meliputi mat pelajaran (transfer of learning subject matters).
Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurment).
Ilmu statistik dasar (element of statistics).
Kesehatan rohani (mental hyglene).
Pendidikan membentuk watak (character education).
Pengetahuan psikologi tentang mat pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subject).
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psycology of elementary school subjects).
E. Manfaat Psikologi Pendidikan
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psilokogi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangat besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang didalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebgai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantarnya peseta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peseta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibata dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memeahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembiming, pendidik dan pelatih bagipara peseta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama peilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secaraefektif, yang pada dilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapain tujuan pendidikan di sekolah.
Disinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang paikologi pendidikan merupkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi paedagogik. Muhibbin syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasi guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang eratkaitannya dengn proses belajar mengajar pesertadidik”
Dengan memeahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akandapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebgai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusah mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkanny dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metote pembelajaran yang sesuai
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan atrategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling
Tugas dan pean guru, disamping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memhami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotifasi belajar peserta didik
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotifasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yag memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motiafator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif
Efektifitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yangkondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memdai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berineraksi secara tepat dengan siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil
Pemahan furu tentang psikologi pendidikan dapat membantuguru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsippenilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Peran Psikologi Pendidikan Di Sekolah
Menurut Crow and Crow (1987), bahwa pendidikan terbagi atas dua, yaitu pendidikanformal dan pendidikaninternal
a. Pendidikan Formal
Yang dimaksud pendidikan formal adalah pendidikan yang didapat dari belajar yang mempergunakan program terencana, biasanya disebut pendidikansekolah. Para ahli psikologi dan pendidikan tentu saja tidak meremehkan pendidikan informal, akan tetapi meraka beranggapan bahwa nilai kegunaan prinsip-prinsip psikologis adalah usaha untuk membantu anak-anak atau orang dewasa mendapat pengalaman-pengalaman dari pendidikan formal
Guru adalah eorang pendidik di sekola, dan sebagai seorang pendidik perlu menggunakan hasil-hasil penyelidikanpsikologi dalam tugasnya, sehingga dapat memahami anak didiknya dan dapat mencari jalan keluar dalam suatu permasalahan yang dihadapi peserta didik.
Selain itu, psikologi pendidikan sebagai bagian dari studi psikologi, bersaha sejauh mungkin untuk lebih berhasil dalam memformulasikan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan pengorganisasian proses belajar mengajar. Oleh karena itu, menurut Suryobroto (dalam Rumini,1993) psikologi pendidikan disekolah berusaha memecahkan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar
b. Teori dan proses belajar
c. Hubungan antara taraf kematangan dengan taraf kesiapan belajar
d. Perbedaan individu dan pengaruhnya terhadap hasil pendidikan
e. Perbahan batiniah yang terjadi selama belajar
f. Teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yang kicapai anak didik
g. Hubungan teknik antara mangajar dan hasil belajr
h. Perbandingan hasil pendidikan formal dan pendidikan yang dimiliki para petugas pendidikan (guru)
i. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima
b. Pendidikan Informal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang didapat dari belajar yang secara relatif kurang atau tanpa disadari, yang berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari.
Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan Bagi Guru Dan Calon Guru
1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajarn pada kondisi yang berbeda-beda seperti dibawah ini:
Memahami Perbedaan individu (Peserta Didik)
Seorang guru harus berhdapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati, karena karakteristik masing-masing siswa bebeda-beda. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologdan calon guru dalam memehami perbedaan karaki pendidikan dapat membantu guru dan calon guru memahami karakteristik siswa tersebut.
Penciptaan Iklim Belajar Yang Kondusif Di DalamKelas
Pemahaman yang baika tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses belajar mengajar bisa belajar efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses blajar mengajar. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu gur agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
Pmilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mapu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajrar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peseta didik.
Memberikan Bimbingan Pada Pesera Didik
Seorang guru harus memainkan peran yang berbed di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tatapi juga berperan sebagai pembimbing bagi pesertadidik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tenyang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yag diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbed-bed.
Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiaan penting di dalam kelas seperti mengajar dan evaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajr siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi, penemuan prinsip-prinsip evaluasi maupun menenukan hasil-hasil evaluasi.
2. Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru
Guru sebagai pengajar, perlu memiliki beerapahal sebagai syarat mengajar dengan baik, agar tujuan pendidikan tercapai. Guru hanya sebai salah satu faktor yang mempengaruhi pedidikan di sekolah sisamping faktor yang lain seperti: faktor murid, faktor sekolah sebagai sistem sosial, sekolah sebagai institusi dan faktor-faktor situasional.
Berikut ini diuraikan masing-masingfaktor tersebut secara singkat
1. Faktor murid terdiri dari
a). Faktor psikis
1.intlegensi siswa
Intelegensi pada umunnya dapat diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menuasaikan diri dengan lingkungan, dengan cara yang tepat. Intelegensi bukan hanya mencakup pada kualitas otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa, maka semaikin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
Oleh karena itu, tindakan yang dipandang lebih bijaksana yaitu dengan cara memindahkan siswa dan memberikan tempat bagi yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi agar memberikan pendidikan khusus guna memberikan kepada siswa yang mempunyai intelegensi rendah.
2. Sikap siswa
Sikap adalah gejal internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secra positif maupun yang negatif. Sikap siswa yang positif terutama pada anda atau pada mata pelajaran yang anda sajikan merupakan bertanda awal yang baik bagi proses awal belajar siswa tersebut. Jadi makna sikap yang terpenting apabila di ikuti oleh objeknya, misalnya sikap terhadap undang-undang pemilu. Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu, sikap bukan tindakan nyata melainkan masih bersifat tertutup.
Dalam istilah kecendrungan, terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Tindakan mendekati atau menjauhi suatu objek (orang,benda,ide,lingkunagn dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek tersebut.
3. Bakat siswa
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimilki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertenru, sehingga bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestai belajar bidang-bidang studi tertentu.
4. Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecendrungan dan kegeirahan yang tinggi atau keinginana yang besar terhadap sesuatu. Minat yang seperti di pahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa sesuai dengan bidang-bidang studi tersebut.
Jadi, minat dapat di ekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan di proleh kemudian.
5. Motifasi siswa
Pengertian dasar motifasi ialah keadaan internal organisme, baik maupun ataupun hewan, yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motifasi berarti pemasok daya untuk brtingkah laku secara terarah.
Implikasi motifasi untuk bidang pendidikan yang lain ialah dalam hal memutifasi pelayanan. Pelayanan yang dimaksud adalah proses memberi bantuan dengan sepenuh hati pada konsumen dengan menyisihkan untuk memahami orang lain dan peduli terhadap persaan mereka.
Teori ini banyak di kembangkan antara lain oleh patricia patton yang mengatakn bahwa pelayana sepenuh hati adalah kecerdasan emosional yang terfokus kepada memanusiakan manusia menjadi manusia. Bahwa motifasi adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas ornag lain secara langsung dan memerlukan intensi hsrmonis.
b). Faktor fisiologis
faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini di bedakan menjadi dua yaitu:pertama, keadaan tonos jasmani. Keadaan tonos jasmani pada umunya sangat mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat akan meberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologis. Selama proses blajar berlangsung pean fungsi fisiologis pada tubuh sangat mepengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang di terima dan di tangkap oleh manusia. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktifitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara prefentiv maupun secra kurativ. Dengan mentediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksa kesehatn fungsi mata dan telinga secara periodik, mengunsomsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya.
2. faktor guru, dalam hal ini meliputi semua efektifitas guru dalam proses mengajar.
3. faktor sosial di sekolah antara lain:
a. lingkungan sosial sekolah, seperti guru, adminitsrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat terjadi motifasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Prolaku yang simpatik dapat menjadi teladan seorang guru atau adminitsrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. lingkuang sosial masyarakata, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa, paling tidak, siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yaang kebetulan belum dimilkinya.
c. lingkungan sosial keluarga, lingkuangan ini sangat mempengaruhi ketenangan keluarga, sifat-sifat orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga, semua dapat memberi dampak terhadap aktifitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktifitas belajar dengan baik.
4. faktor lingkungan non sosial/ situasional
Faktor-faktor yang termasuk lingkunan non sosial adalah:
a. Lingkungan lamiyah, seperti kondisi udra yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, tidak terlalu lemah / gelap, suasana yang sejuk dan tenang.lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas siswa. Sebaliknya bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat pelajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua,software,seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajran (yang diajarkan siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkemangan siswa. Begitu juga denganmetodemengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
d. Karena itu agar guru dapat memberikan kontribusi yang positifterhadap aktifitas belajr siswa, maka guru hars menguasai materi pelajran dan berbagaimetode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondii siswa.
Sedangkan menurut Mahmud (1989). Agar guru dalam mengajar bisa efektif makaada beberapa hal yan harus ditempuh, yaitu:1. Langkah sebelum mengajar, 2. Langkah ketika pelaksanaan mengajar dan 3. Langkah sesudah mengjar.
Adapun langkh-langahtersebut diatas akan dibahas di bawah ini:
a.1. langkah sebelum mengajar, yaitu
Menentukan tujuan pengajaran / pembelajaran
Memilih strategi mengajar dan mengumpulkanbahan-bahan pengetahuan untuk mengajar
Guru harus menyadari tingkat desiapan murid
Merencanakan cara penilaian
a.2. langkah pelaksanaan mengajar
langkah ini meliputi strategi-strategi yna telah dirancang agar tercapai tujuan pengajaran. Langkahnya adalah komunkasi, motivasi dan kntrol.
A.3. langkah sesudah mengajar
Langkah berupa ini pengkuran dan penilain asil mengjar. Dalam hal ini tmapaklebih jelas bahwa mengaja khususnya cara mengajar yang efektif adalah sesuatu tugas yang tidak ringan.
Selanjutnya, menurut Winkel (dalam Rumini dkk.1993), agar guru dapat mengajar dengan efektif, mak harus memiliki keterpilan didaktis dan meggunakan gaya-gaya memimpin kelas, oleh karena itu, guru harus bertindak sebagai:
Seorang inspirator
Seeorangpenddik yang baik, bersikap empati yaitu berusah menyelami alam pikiran dan peerasaan siswa.
Seorangpengelola proses belajr yan mampu
Seorangpemegang reinforcement yang bijaksana
Namun, ebelum menjadi seorang guru, Maka ada beberapa persiapan yang ersifat psikologis diantarany:
a. Sebagai calon guru, harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang ddasar-dasar psikolo gi perkembangan dan perilaku manisis.
b. Mempunyai keterampilan mnimal dalam menggunakan teknik-teknk yang tepat untuk mempelajari kemampuan, minat dantingkat kesiapan belajar muridnya.
c. Mampu mempertimbangkannilai-niai psikologi dari bermacam-macam prosedur mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Haryu islamuddin, 2011.psikologi pendidikan, stain jember press
2. Drs Wasty Soemanto,M.Pd. 2006, psikologi pendidikan, rineka cipta