Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
AKUNTANSI PERPAJAKAN UNTUK BIAYA DOSEN PENGAMPU : Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.,CIQnR., CSRS Disusun Oleh : Theo Unggul S (C0C018043) D3 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pemahaman terhadap konsep biaya sebagai bagian dari akuntansi mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran, penelusuran dan pembebanan. Secara konseptual dan atas dasar konsep kontinuitas usaha, biaya akan diperlakukan sebagai beban pendapatan atau biaya, namun ada elemen laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen biaya. Karekteristik biaya dapat dipahami dengan mengenali batasan atau pengertian yang berkaian dengan biaya. Operasi perusahaan pada umumnya merupakan usaha berlanjut yang kompleks dan yang menuntut pemerolehan jasa bukan untuk jangka pendek melainkan untuk jangka panjang, sehingga jasa tersebut tidak akan segera habis dalam waktu singkat. Dengan kata lain, perusahaan memerlukan fasilitas fisis atau potensi jangka panjang sehingga biaya tersebut harus mengalami dua tahap kritis yaitu pengakuan dan pembebanan. Di antara kedua kedudukan tersebut biaya mungkin mengalami proses penelusuran berupa penggabungan, pemecahan dan reklasifikasi sebelum dibebankan ke pendapatan. Sehingga, secara konseptual biaya diperlakukan terlebih dahulu sebagai asset dan baru kemudian diakui sebagai biaya. Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan. Konsep dasar yang melandasi pembebanan biaya adalah konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil (efforts and accomplishment). Atas dasar konsep tersebut biaya dapat dipisah menjadi dua yaitu : biaya yang masih menjadi potensi jasa (melekat pada aktiva), serta biaya yang potensi jasanya dianggap sudah habis dalam rangka menghasilkan pendapatan. Pembebanan biaya satu periode akuntansi di dasarkan pada kriteria penentuan habisnya manfaat dari biaya tersebut. Pertama, apakah manfaat biaya habis dalam rangka penyerahan produk/jasa, atau sering disebut dengan biaya (expenses). Kedua, apakah manfaat biaya habis karena sebab lain, yang digolongkan sebagai rugi (losses). RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini akan diuraikan perumusan masalah yakni pemaparan secara jelas mengenai materi “Biaya dan Konsep-Konsep yang Berkaitan”. TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : Memaparkan dan menjelaskan secara terperinci mengenai materi dari Biaya dan Konsep- Konsep yang Berkaitan. Pemenuhan tugas mata kuliah Teori Akuntansi. MANFAAT Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan bagi segala pihak terutama bagi mahasiswa yang mempelajari mata kuliah Teori Akuntansi tentang pemahaman mengenai materi Biaya dan Konsep-Konsep yang Berkaitan. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Biaya Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. Dalam SFAC (Statement Of Financial Accounting Concept) No. 6 FASB (Finally Accounting Standart Board) Tahun 1980 mendefinisikan sebagai berikut : “Biaya adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.” Sedangkan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) pada tahun 1994 mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut : “Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengkibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.” Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang terlebih dahulu. Secara konseptual biaya lebih bersifat penurunan aktiva daripada kenaikan hutang. Biaya akan terjadi apabila produk tertentu diserahkan untuk menciptakan pendapatan. Penggunaan aktiva dapat dikatakan sebagai biaya apabila penggunaan tersebut berkaitan langsung dengan penyerahan produk (menghasilkan pendapatan) dan bukan pengubahan aktiva menjadi potensi  jasa (aktiva lain) yang lain. Biaya sebagai lawan dari pendapatan, terdapat dua karakteristik penting yang melekat pada makna biaya yaitu: Aliran keluar atau penurunan asset Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang terus-menerus Selain dua karakteristik tersebut, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai konsekuensi, pendukung, atau penjelas yaitu sebagai berikut : Aliran Keluar atau Penurunan Aset Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan nilai asset atau menimbulkan aliran keluar asset. Asset dalam hal ini harus diartikan sebagai semua asset perusahaan sebagai satu kesatuan yaitu bukan hanya asset tertentu misalnya persediaan bahan baku untuk pembuatan produk yang tidak dapat disebut sebagai biaya apabila produk tersebut belum terjual. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang terus-menerus Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi dalam kegiatan memproduksi/ mengirim barang atau menyerahkan/ melaksanakan jasa. Karena dianggap bahwa perusahaan ingin mendapatkan dan mengukur laba dengan tepat, sehingga harus ada kaitan yang logis antara biaya dan pendapatan. Jadi, sebagaimana berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk kegiatan operasi yang merupakan elemen dari statemen aliran kas yaitu, operasi (operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing). Biaya adalah penurunan asset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan melalui investasi maupun melalui pendanaan. Kenaikan Kewajiban Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna dari biaya tersebut cukup luas untuk mencakupi pos-pos yang timbulkan dalam penyesuaian yang timbul di takhir tahun. Penurunan Ekuitas Definisi APB (Accounting Principles Board) dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan asset akhirnya akan mengubah ekuitas maupun menurunkan ekuitas. Pendefinisian ini sebenarnya menegaskan bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Bila ekuitas akhirnya tidak terpengaruh, jelas turunnya asset bukan merupakan biaya. Walaupun emikian, penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya, pembagian deviden kas merupakan penurunan asset tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Aliran Fisis atau Moneter FASB (Finally Accounting Standart Board) memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya. Bahwa biaya timbul dari penyerahan atau produksi barang atau dari pelaksanaan jasa dengan memberi isyarat bahwa FASB memaknai biaya (penurunan asset) sebagai kejadian fisis yang apabila asset diganti dengan barang dan jasa aliran tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Rugi Seperti halnya untung, argument yang diajukan untuk menjawab perlu atau tidaknya biaya dibedakan dengan rugi. FASB memfokuskan pengertian biaya hanya untuk penurunan asset yang berkaitan dengan operasi utama atau sentral. Biaya yang telah dikorbankan tetapi tidak ada imbalan barang atau jasa yang diterima (tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan) tidak dapat dianggap sebagai rugi begitu saja. Mungkin dari kondisi lingkungan tertentu biaya tersebut dapat dianggap rugi, namun tidak demikian apabila dipandang dari sudut kondisi perusahaan dalam lingkungan ekonomi dan sosial dari tempat perusahaan beroperasi. Pengeluaran tertentu yang diperlukan dalam rangka kegiatan mendapatkan dan pengembangan fasilitas fisis tertentu seringkali menjadi sia-sia atau tidak produktif apabila ditinjau dari segi kegiatan secara individual. Akan tetapi, dari segi kegiatan secara keseluruhan, pengeluaran tersebut mungkin harus diperlakukan sebagai biaya yang memang terjadi. Pengakuan Biaya Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyakut masalah kriteria pengakuan (recognition criteria) yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan (recognition rules atau timing) yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah dipenuhi. Tidak seperti pendapatan atau untung, biaya dan rugi tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Kriteria Pengakuan Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut dipenuhi yaitu : Konsumsi manfaat (consumption of benefits). Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasikan operasi utama atau sentral entitas tersebut. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future benefits). Biaya atau rugi diakui apabila asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik. Kaidah atau Saat Pengakuan Kejadian yang menandai bahwa salah satu dari kriteria di atas telah terpenuhi yaitu kapan dan bagaimana jumlah rupiah biaya yang diperkirakan telah menghasilkan pendapatan telah diakui dapat dilihat dari : Konsumsi Manfaat Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu periode dapat diakui langsung pada saat terjadinya atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik masa datang suatu asset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat di masa yang akan datang. Proses dan Konsep Penandingan Laba akan mempunyai makna kalau laba merupakan selisih pendapatan dan biaya yang mempunyai hubungan tertentu yang bermakna (bukan acak). Dua tahap kritis perlakuan biaya adalah pengakuan (aliran masuk sebagai asset) dan pembebanan (aliran keluar sebagai biaya). Untuk menentukan laba yang bermakna, perlu dipahami dua pengertian penting yaitu proses penandingan dan konsep atau prinsip penandingan. Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu periode dan kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan lebih bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan dalam akuntansi yang disebabkan oleh : Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut. Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi pendapatan terjadi tetapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun. Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya. Sebagai contoh, pemerolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam periode yang sama) dengan penjualan dan pengumpulan kas. Atas dasar konsep upaya dan capaian, konsep penandingan menyatakan bahwa untuk mendapatkan laba periodik yang bermakna maka pendapatan yang diakui untuk suatu periode harus ditandingakan (diasosiasi) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut. Karena pendapatan suatu periode telah ditentukan lebih dahulu, prinsip penandingan akhirnya juga menentukan saat pengakuan biaya. Bila dianalisis, tiap ketentuan selalu didasarkan atas pertimbangan berikut yaitu : Hubungan atau asosiasi dengan pendapatan. Biaya diakui/ dilaporkan dalam periode yang sama dengan periode diakui/ dilaporkannya dengan pendapatan. Kelayakan Ekonomik Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis. Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat asset atau jasa secara fisis tetapi nilai asset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara tepat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu, dasar penandingan yang paling utama adalah kelayakan ekonomik (economic reasonanbleness) bukannya dasar aliran fisis semata-mata. Menandingkan Bukan Mengkompensasi Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang (ekspedisi), dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupiah nettonya dicatat dalam akun penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah nettonya. Perlakuan semacam ini secara teoritis tidak layak. Karena karakteristik yang berbeda, upaya harus dipisahkan dengan hasil. Semua biaya yang mempresentasi upaya harus tetap dicatat sebagai biaya. Sebaliknya, seluruh hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara utuh sebagai pendapatan. Basis Asosiasi Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berikut berbagai basis asosiasi yang digunakan dalam rangka menghubungkan biaya satu dan biaya lainnya sebagai berikut : Asosiasi Sebab dan Akibat Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh karena itu, basis penandingan yang paling masuk akal adalah sebab akibat. Hubungan sebab akibat mempunyai validitas karena pengamatan terhadap operasi perusahaan pada umumnya menunjukkan bahwa pendapatan tidak akan terjadi tanpa penyerahan barang atau jasa. Identifikasi Biaya Produk Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, Biaya produk akan dipecah menjadi dua komponen yaitu Biaya produk yang telah terjual dan Biaya produk yang belum terjual dan masih menjadi aset perusahaan. Biaya yang melekat pada produk terjual akan langsung dibebankan sebagai biaya. Biaya sediaan baru dibebankan sebagai biaya kalau produk tersebut telah terjual. Masalah teknik yang timbul adalah tidak semua Biaya potensi jasa dapat dengan mudah dikaitkan dengan unit produk. Demikian juga, tidak semua unsur Biaya produksi dapat secara langsung dikaitkan dengan unit fisis produk atau dengan suatu angkatan produksi. Produk Usang Atau Musiman Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat adalah adanya produk musiman yang tidak laku dijual. Biaya produk musiman yang tidak terjual bisa merupakan sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi). Dalam keadaan yang khusus sebagai Biaya sediaan barang yang tidak terjual dalam suatu periode secara logis dapat dijadikan komponen Biaya barang terjual. Barang Rusak Persoalan yang sama dengan barang musiman dapat diterapkan untuk produk rusak. Biaya produk rusak dapat dianggap sebagai sebagai upaya atau sebab untuk menimbulkan pendapatan. Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kodisi yang melingkupi suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan merupakan prasyarat. Untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, Biaya barang yang rusak dapat di anggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Biaya Antisipasian Biaya Antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui. Alokasi Sistematik dan Rasional Alokasi sistematik dan rasional merupakan penandingan dengan periode sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan periode (period matching). Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah periode bukannya produk. Dasar penandingan ini sebenarnya merupakan alternatif dasar sebab-akibat karena tidak selalu mudah mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pendapatan dan biaya. Kriteria Penangguhan Kriteria penangguhan merupakan kriteria penguji umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah suatu jenis Biaya jasa yang terjadi pada suatu periode akan dibebankan langsung atau akan ditunda. Karena suatu Biaya jasa yang terjadi memenuhi kriteria tambahan ini, pada umumnya Biaya tersebut dapat dibebankan langsung pada periode terjadinya kecuali untuk sediaan barang dan biaya prabayaran (prepaid expenses). Alokasi Biaya Bergabung atau Bersama Alokasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari untuk mencapai penandingan sebab-akibat. Karena karakteristik operasi perusahaan pada umumnya, penentuan biaya produk secara tepat membutuhkan alokasi untuk biaya bergabung atau biaya bersama. Kedua jenis biaya ini sama-sama merupakan biaya fasilitas, kegiatan, proses, atau departemen jasa yang dinikmati oleh beberapa angkatan produk atau objek biaya lain (misalnya departemen produksi). Akan tetapi keduanya berbeda dalam hal penyerapan oleh produk. Biaya bersama tidak diserap langsung oleh produk tetapi diserap melalui departemen produksi. Biaya bergabung terjadi karena satu fasilitas atau proses proses terpaksa digunakan untuk mengolah beberapa produk sekaligus karena secara teknis atau alamiah beberapa produk tersebut tidak dapat dipisahkan pengolahannya sampai titik tertentu (split pont). Alokasi biaya bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu periode sehingga hasilnya tidak mempengaruhi biaya operasi total untuk periode tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer. Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba Dalam akuntansi manajerial dikenal metode yang disebut pembiayaan normal (normal costing). Dengan metode ini, biaya overhead dibebankan ke produk atas dasar tarif taksiran untuk suatu periode. Tujuannya adalah agar biaya produksi untuk periode interim (bulanan) menggambarkan biaya yang tepat dibanding biaya aktual periode tersebut. Hal ini dilakukan mengingat pos-pos overhead tidak terjadi merata sepanjang tahun. Hampir seluruh alokasi dalam akuntansi bersifat tak terjelaskan yang artinya tidak dapat didukung tetapi dapat ditolak. Lebih tegasnya, para akuntan tidak dapat membuktikan bahwa alokasi memberi informasi yang bermanfaat sementara itu tidak ada bukti yang dapat membantah bahwa informasi hasil alokasi tersebut tidak bermanfaat. Pembebanan Arbitrer Suatu biaya biasanya akan langsung dibebankan dalam periode terjadinya (immediate recognition). Ini berarti bahwa biaya ditandingkan dengan pendapatan secara arbitrer. Konsep yang melandasi pembebanan semacam ini adalah kepraktisan (expediency). Pada umumnya pengakuan segera biaya sebagai biaya atau rugi dilakukan karena manfaat masa datang tidak terukur atau tidak cukup pasti. Penandingan arbitrer tidak selalu berkaitan dengan pengakuan rugi. Biaya suatu potensi jasa akan segera diakui sebagai biaya atau rugi kalau terbukti bahwa manfaat ekonomiknya menjadi lenyap atau berkurang (loss or lack of future benefits). Penandingan dan Penyajian Pos-Pos Biaya Penakar yang ideal adalah unit produk karena pendapatan diciptakan dengan menyerahkan produk (direpresentasi oleh biaya produk). Oleh karena itu, idealnya tiap unit menyerap semua jenis biaya operasi (produksi, penjualan, administrasi, dan pengumpulan piutang). Dengan periode sebagai penakar, biaya objek atau kegiatan sebagai pengukur biaya yang dimasukkan ke dalam penakar tidak harus jelas dan tegas berkaitan dengan pendapatan yang masuk dalam penakar (periode) tersebut. Masalah pembebanan biaya dan basis asosiasi tersebut berlaku untuk semua jenis potensi jasa. Masalah khusus terjadi dalam hal sediaan dan aset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu gedung/prabrik dan perlengkapan (plant and equipments). Berikut Pembahasan masalah teoritis yang terkait hal sediaan dan asset tetap : Sediaan Secara umum masalah teoritis sediaan berkaitan dengan pengukuran biaya barang terjual dalam rangka penandingan dengan pendapatan dan masalah penilaian. Metode Asosiasi Metode asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan biaya yang melekat dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metode asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi aliran biaya dalam mengikuti aliran fisis barang . Metode asosiasi atau asumsi aliran biaya yang telah dikenal adalah : 1.      Identifikasi khusus (specific identification) 2.      Masuk pertama keluar pertama/MPKP (first-in, first-out/FIFO) 3.      Rata-rata berbobot (weighted average) 4.      Sediaan normal/minimal (normal stock) 5.      Masuk terakhir keluar pertama/MTKP (last-in, first-out/LIFO) Dasar pemilihan metode sangat tergantung pada tujuan atau kondisi yang dihadapi perusahaan. Tujuan utama pemilihan metode biasanya adalah mengasosiasi biaya dan pendapatan untuk menentukan laba yang tepat. Tujuan lain adalah menentukan nilai sediaan untuk dicantumkan dalam neraca. Fasilitas Fisis Dalam hal fasilitas fisis, biaya yang terjadi pada saat perolehan pada umumnya diakui sebagai aset dan baru kemudian biaya tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang direpresentasi dengan biaya. Karakteristik dan Tujuan Pelaporan Semua aset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya, Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sebagai berikut : Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu, yang digolongkan dalam kelompok ini adalah aset yang berkaitan dengan operasi. Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian. Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya bukan lantaran hak miliknya. Pada umumnya merupakan aset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeablility). Tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis ini adalah untuk menentukan penggunaan jasa dalam suatu periode yang diperkirakan telah menghasilkan pendapatan. Tujuan yang lain adalah memberi informasi kepada pemakai laporan tentang kuantitas fisis dan kapasitas atau daya (potensi jasa) yang masih melekat pada aset fisis tersebut Implikasi Metode Asosiasi Terhadap Laba Dalam bidang-bidang usaha tertentu yang volume penjualan dan harga bahan bakunya berfluktuasi cukup besar antarperiode, metode MTKP mendapat dukungan yang kuat sebagai salah satu cara untuk menstabilkan laba periodik sampai tingkat tertentu. Dalam suatu sistem perpajakan yang sangat menekankan perhitungan laba periodik, praktik penstabilan laba tersebut menjadi konsekuensi logis yang akhirnya banyak dianut. Namun demikian, laba yang distabilisasi hendaknya tidak dilaporkan sebagai laba sebenarnya untuk tahun tertentu. Istilah Istilah yang digunakan untuk menunjuk aset yang mempunyai karakteristik di atas tentunya harus cukup deskriptif untuk memudahkan klasifikasi. Banyak istilah yang digunakan untuk mendeskripsi aset tersebut yaitu : aset tetap (fixed assets), aset tetap berwujud (fixed tangible assets), aset terwujud (tangible assets), aset operasi (operating assets), aset jangka panjang (long-lived/long-term assets), tanah, pabrik/bangunan, dan perlengkapan (property, plant and equipments), dan fasilitas fisis (plant assets). Aset tetap berwujud memang lebih deskriptif walaupun belum menggambarkan sifat sebagai aset yang digunakan dalam operasi. Aset berwujud mempunyai arti yang terlalu luas dan kurang menggambarkan sifat permanen yang melekat pada aset fisis. Dengan istilah ini, sediaan barang dagangan akan dapat masuk dalam pengertian ini. Aset jangka panjang jelas tidak deskriptif karena istilah ini akan mencakupi pula aset tak berwujud seperti asuransi dibayar di muka dan pembayaran di muka lainnya. Aset operasi jelas terlalu luas karena semua aset baik berwujud atau tidak selama aset tersebut diperlukan dalam operasi dapat disebut sebagai aset operasi. Istilah yang paling deskriptif dan digunakan oleh banyak literatur dewasa ini adalah tanah, pabrik/gedung, dan perlengkapan serta fasilitas fisis. Dapat disebut deskriptif karena dapat merefleksikan karakteristik-karakteristik yang disebutkan di atas. Dalam hal perusahaan non pemanufakturan istilah pabrik dan perlengkapan dapat digunakan. Basis Pembebanan Fasilitas fisis memberi kontribusi jasa ke operasi berupa kapasitas atau daya (misalnya dalam bentuk daya giling untuk mesin giling). Oleh karena itu, biaya daya atau kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian biaya produksi dan akhirnya menjadi beban pendapatan. Masalah unik yang berkaitan dengan penyerapan manfaat fasilitas fisis adalah penentuan kapasitas taksiran dalam kondisi tertentu dan pola penyerapan manfaat sampai dapat dikatakan bahwa manfaat tersebut habis. Walaupun konsumsi manfaat disertai dengan keausan fisis (deterioration), tidak ada proses konsumsi secara fisis terhadap fasilitas fisis bersangkutan. Jadi, pembebanan biaya fasilitas fisis untuk suatu periode tidak dapat ditentukan atas dasar pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgment) atas dasar taksiran faktor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai residual) yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif. Makna Depresiasi Kesulitan asosiasi seperti diuraikan di atas tidak menjadi alasan yang kuat untuk membebankan seluruh biaya ke operasi pada saat fasilitas fisis tersebut diperoleh atau diberhentikan. Tujuan memperoleh fasilitas fisis adalah untuk menghasilkan produk dan produk bersangkutan adalah seluruh unit produk yang dihasilkan selama umur efektif fasilitas bersangkutan bukannya selama tahun tertentu. Fasilitas fisis merupakan suatu “sediaan” jasa (service-capacity) dan jasa tersebut akan tersedia sepanjang umur ekonomik aset tersebut. Dengan demikian, pembebanan biaya secara sistematik selama taksiran umur pemakaian akan lebih sesuai dengan keadaan objektif dan masuk akal daripada pembebanan langsung seluruh biaya pada saat pembelian atau pada saat pemberhentian. Bagian dari biaya yang dibebankan untuk periode tertentu disebut depresiasi (amortisasi untuk aset tak berwujud dan deplesi untuk sumber alam). Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi biaya secara sistematika dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian biaya potensi jasa yang dianggap telah dimanfaatkan dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan jenis biaya operasi lainnya. Biaya fasilitas fisis mempunyai kedudukan yang sama seperti biaya manfaat ekonomik lain yang diperoleh dan dimanfaatkan sekaligus dalam periode terjadinya. Depresiasi merupakan biaya yang benar-benar terjadi dan dikeluarkan (out of pocket costs) seperti biaya lainnya. Memang benar bahwa biaya depresiasi untuk periode tertentu tidak menunjukkan pengeluaran pada periode tersebut. Akan tetapi, biaya depresiasi tersebut mengukur bagian pengeluaran masa yang lalu yang dipandang layak dibebankan terhadap kegiatan atau pendapatan periode berjalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa biaya fasilitas fisis merupakan suatu bentuk pengakuan biaya dibayar di muka. Dalam tujuan pengembangan pelaporan keuangan, depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat. Nilai Setara Tunai (current cash equivalents). Melalui basis ini, penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai setara tunai pada awal dan akhir periode. Nilai ini adalah harga pasar aset yang sama dalam kondisi yang sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang stabil. Kalau tidak, dalam hal tertentu nilai pasar dapat naik sehingga nilai tidak turun atau bahkan menjadi lebih tinggi. Untuk mengatasi hal ini kadang-kadang nilai jual ini disesuaikan dengan indeks harga yang berlaku untuk menghilangkan pengaruh kenaikan harga karena perubahan daya beli uang. Kontribusi Pendapatan Netto Diskunan (discounted netrevenue contributin). Melalui penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai diskunan aliran kontribusi pendatan netto pada awal dan akhir periode. Kontribusi pendapatan netto adalah tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis bersangkutan. Penilain ini mirip dengan penerimaan kas masa datang diskunan (discounted future cash receipst) untuk penilaian investasi jangka panjang misalnya obligasi. Bedanya, aliran kas masuk investasi jangka panjang berasal langsung dari investasi yang jumlah dan saatnya cukup pasti sedangkan aliran kas masuk dari fasilitas fisis tidak langsung dan harus ditaksir melalui pendapatan netto (laba tunai) yang dikontribusi oleh penggunaan aset. Penilaian semacam ini merupakan contoh imputasi pendapatan. Tambahan aliran masuk ini juga dapat berupa penghematan biaya (cost saving). Penilaian ini memerlukan informasi tarif diskun yang biasanya didasarkan atas tingkat kembalian (rate of return) investasi bebas risiko atau tingkat bunga umum yang berlaku. Penilaian fasilitas fisis pada tiap awal periode tertentu dapat diformulasi sebagai berikut (nilai diskunan akhir suatu periode sama dengan nilai diskunan awal periode berikutnya): Depresiasi Sebagai Sarana Penandingan Biaya dengan Kontribusi Pendapatan Netto Pemaknaan depresiasi ini sebenarnya sama dengan pemaknaan depresiasi secara konvensional yaitu alokasi biaya atas dasar pola penyerapan. Perbedaannya adalah pola penyerapan tidak langsung didasarkan atas penyerapan jasa tetapi atas dasar pendapatan netto yang dihasilkan oleh fasilitas fisik bersangkutan. Pendapatan netto di sini adalah pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisik dikurangi biaya pengoperasian fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan merefleksi variasi penyerapan jasa fasilitas fisik. Dengan kata lain, pola penyerapan sejalan dengan pola kontribusi pendapatan netto. Dengan pemaknaan ini, biaya disebar selama umur aset atas dasar proporsi atau rasio biaya terhadap kontribusi pendapatan netto total sebagai berikut : Atas dasar rasio di atas, depresiasi untuk suatu periode (Dp) dapat ditentukan sebagai berikut : Dp = R x Kp Metode Alokasi Bila depresiasi dimaknai sebagai alokasi biaya secara sistematik dan rasional bukan sebagai proses penilaian, maka Metode yang paling rasional adalah metode yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan kapasitas jasa tersebut. Dengan kata lain, metode yang paling tepat adalah metode unit produksi (production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metode ini adalah penentuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik aset bersangkutan. Di samping itu, keausan fisis tidak selalu proporsional dengan intensitas penggunaan dan juga pengaruh faktor keusangan (obselescence) sama sekali tidak ada hubungannya dengan fluktuasi produk yang dihasilkan. Untuk kebanyakan situasi metode perhitungan depresiasi tahunan secara garis lurus merupakan metode alternatif yang paling banyak digunakan karena kepraktisannya dan juga karena dalam banyak hal pola penyerapan tiap periode cukuk seragam. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penggunaan metode garis lurus tidak menghalangi pengalokasian depresiasi tahunan ke dalam beberapa periode interim atas dasar fluktuasi musiman selama satu tahun tersebut. Keberatan terhadap metode garis lurus terletak pada sifatnya yang mengabaikan hubungan antara tingkat kembalian investasi (rate of return) dan sisa nilai investasi seperti yang dicontohkan sebelum ini. Dapat juga depresiasi ditentukan dengan cara melakukan taksiran (appraisal) pada tiap periode atas dasar inspeksi fisis untuk mengukur keausan. Metode ini memberikan hasil yang sama sekali kurang memuaskan. Biaya depresiasi bukan semata-mata didasarkan atas hasil pengamatan fisis ada kemungkinan tidak konsisten dari periode ke periode. Jadi yang paling diperlukan adalah suatu kebijakan depresiasi yang sistematik dan logis didasarkan atas berbagai kemungkinan dan faktor yang melingkupi fasilitas fisis bersangkutan. Hubungan Depresiasi dan Laba Besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan dalam periode tertentu. Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam penundaan biaya depresiasi atau “tahun gemuk menutup tahun kurus.” Sekali depresiasi telah di program secara sistematik dan rasional, depresiasi hendaknya tidak ditunda pembebanannya semata-mata karena “pendapatan tidak dapat menutup biaya.” Alasannya adalah bahwa proses keausan/kerusakan tidak akan berhenti karena aset fisis tidak digunakan dan perkembangan teknologi juga tetap berjalan selama periode depresiasi. Alasan lain adalah bahwa penentuan laba haruslah merupakan akibat suatu upaya untuk mengungkapkan kenyataan objektif yang ada tanpa memperhatikan berapa akhirnya laba yang terjadi. Lagi pula, walaupun akuntansi menganut asas himpun (aktual), hal ini tidak mengisyaratkan bahwa laba periodik harus sama tiap tahunnya. Jadi, meskipun tetap dituntut untuk menaksir depresiasi tahunan secara saksama, rasional, dan objektif, hendaknya tidak ada pikiran sama sekali untuk mempengaruhi besarnya laba. Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran Seringnya terjadi kesulitan dalam meramalkan saat pemberhentian unit fasilitas fisis, program depresiasi tidak memberikan hasil yang sama persis dengan kenyataannya setelah berjalannya waktu. Misalnya, fasilitas fisis menjadi usang lebih cepat dari yang diantisipasi sehingga tahun-tahun yang telah berjalan dibebani terlalu sedikit dengan depresiasi. Sebaliknya, fasilitas fisik yang seharusnya sudah dihentikan dari pemakaian (dan habis didepresiasi) ternyata masih berfungsi dengan baik sehingga depresiasi telah dibebankan terlalu tinggi. Apabila program depresiasi yang dijalankan tersebut ditentukan secara seksama dan objektif dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada, perbedaan antara taksiran dan kenyataan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Perbedaan dapat juga disebabkan oleh ketaksaksamaan atau kekeliruan. Apapun sebabnya, perbedaan yang akhirnya muncul paling tidak merupakan suatu indikasi bahwa kesalahan telah terjadi sehingga koreksi taksiran harus dilakukan. Program depresiasi harus direvisi bilamana kenyataan jelas menunjukkan bahwa revisi tersebut diperlukan. Kalau misalnya ada bukti yang makin kuat tentang kemungkinan pemberhentian lebih awal sebagai akibat kemajuan teknologi atau faktor lainnya maka akselerasi depresiasi harus segera dilakukan demikian pula sebaliknya. Yang penting adalah semua penyesuaian yang berlaku surut harus dilaporkan melalui statemen laba rugi. Dalam kasus tertentu, penghapusan fasilitas fisis (write-down) yang cukup besar dapat dibenarkan sebagai cara untuk menunjukkan adanya rugi yang sebenarnya telah terhimpun beberapa periode tetapi belum masuk dalam biaya operasi tiap periode tersebut karena rugi ini baru diketahui kemudian. Kalau suatu fasilitas fisis tidak lagi digunakan dan kemungkinan membangun atau memperbaiki kembali untuk diaktifkan adalah kecil, penghapusan seluruh sisa nilai buku sekaligus dapat dibenarkan meskipun fasilitas tersebut belum dibongkar. Penghapusan tersebut harus dilaporkan sebagai rugi dalam statemen laba-rugi tahun berjalan bukan sebagai penyesuai laba ditahan. Bila penghapusan tersebut berkaitan dengan pembelian fasilitas fisis baru, penghapusan tersebut sering diperlakukan sebagai biaya fasilitas fisis baru. Perlakuan ini tidak layak. Meskipun menaikkan harga barang atau jasa di periode berikutnya merupakan pemecahan masalah yang terbaik untuk menutup rugi masa lampau, tidak berarti bahwa nilai buku fasilitas fisis yang dihentikan dapat dibebankan ke periode-periode yang tidak menikmati jasa fasilitas fisis tersebut. Sehingga, apabila pemberhentian dari penggunaan sudah pasti terjadi maka biaya yang melekat pada fasilitas tersebut juga harus dihentikan, artinya tidak dapat lagi dibebankan ke produksi setelah pemberhentian. Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal adanya rugi tersebut. Sekali diputuskan untuk dihentikan biaya yang belum dikonsumsi akan hilang selamanya (menjadi rugi). Biaya yang harus dibebankan ke operasi selama umur fasilitas fisis yang baru adalah terbatas pada biaya unit baru tersebut. Sisa kapasitas fasilitas fisis lama tidak menambah daya atau kapasitas fasilitas fisis baru. Penyajian Biaya Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan sehingga sarana untuk penyajiannya yaitu melalui Laporan Laba Rugi. Penyajian elemen pendapatan, biaya, laba maupun rugi bergantung pada konsep tentang apa saja yang menyebabkan terbentuknya biaya yang akhirnya menghasilkan laba atau rugi bagi entitas. BAB III P E N U T U P Kesimpulan Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu aliran atau penurunan aset atau kenaikan kewajiban dan berkaitan dengan operasi utama yang menerus. Rugi dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang secara tidak langsung berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Rugi berasal dari transaksi, kegiatan, atau sumber berupa kegiatan periferal, transfer non timbal-balik, penahanan aset, atau faktor lingkungan. Kriteria pengakuan biaya adalah pemanfaatan dan kelenyapan. Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam rangka penyerahan barang atau jasa untuk mendatangkan pendapatan atau bilamana manfaat ekonomik masa datang telah lenyap. Biaya diukur dengan biaya yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat dipandang sebagai bagian dari biaya yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan pendapatan. Bagian biaya yang terhabiskan dapat dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab-akibat, alokasi sistematik dan rasional, atau pengakuan segera. Basis asosiasi atas dasar sebab-akibat atau penandingan langsung atas dasar produk merupakan basis yang paling ideal. Akan tetapi, alasan kepraktisan dan ketaktersediaankanan (univentoriability) beberapa faktor biaya (administrative dan pemasaran) menjadikan akuntansi beralih ke penandingan tak langsung atau penandingan periode. Dengan kata lain, takaran penandingan bukan lagi produk melainkan periode. 24