Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
METODE FARMAKOLOGI “ACE Inhibitor” OLEH NAMA : IRMA JAYANTI STB : 13.201.283 KELAS : F.13 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2014 PENDAHULUAN Di negara-negara industri penyakit jantung dan pembuluh seperti angina pectoris, infark jantung, gagal-jantung dan hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar. (Tjay, 2007). Gangguan pembuluh yang berperan sangat penting pada terjadinya penyakit jantung dan pembuluh adalah atherosclerosis yang bercirikan menebal dan mengerasnya dinding arteri besar dan sedang. Keadaan ini diakibatkan oleh endapan dari antara lain kolestrol, lemak, kalsium dan fibrin di dinding pembuluh. (Tjay, 2007). Hipertensi merupakan suatu salah satu faktor resiko untuk terjadinya penyakit jantug dan pembuluh. Penyebabnya antara lain akibat penyakit ginjal dan penciutan aorta/arteri ginjal, juga akibat tumar di anak-ginjal dengan efek overproduksi hormon-hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan tekanan darah. (Tjay, 2007). Resiko hipertensi yang tidak diobati adalah besar sekali dan dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, otak, dan mata. Penanganan dasar hipertensi terdiri dari penganggulangan overweight dengan diet, pembatasan garam serta peningkatan aktivitas fisik. Selain itu, pada hipertensi lebih berat perlu ditambahkan obat-obat hipertensi untuk menormalkan tekanan darah. (Tjay, 2007). Untuk penanganan hipertensi rekomendasi WHO menganjurkan lima jenis obat dengan daya hipotensif dan efektivitas kurang lebih sama. Salah satu jenis obat yang direkomendasikan adalah Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors. (Tjay, 2007). Beberapa kombinasi obat ACE Inhibitor dengan obat antihipertensi lain yang dianjurkan dapat mengobati hipertensi yang disertai dengan penyakit diabetes tipe-2, gagal jantung, angina pectoris, retinopati diabetis, setelah infark jantung, lansia dengan tekanan darah sistolis tinggi. (Tjay, 2007). PENGERTIAN Antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk mengatasi hipertensi, yaitu gejala yang terjadi oleh karena tekanan darah arteri melebihi normal. Salah satu golongan obat dari Antihipertensi adalah golongan obat ACE Inhibitor (Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor). (ISO Indonesia, 2013). Obat-obatan penghambat ACE (ACE inhibitor) adalah segolongan obat yang menghambat kinerja angiotensin-converting enzyme (ACE), yakni enzim yang berperan dalam sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume ekstraseluler (misalnya plasma darah, limfa, dan cairan jaringan tubuh), dan vasokonstriksi arteri. (Anonim, 2014). Inhibator ACE merupakan pilihan obat yang utama berdasarkan pada penelitian dimana terjadi penurunan morbiditas dan kematian. Pada penderita gagal jantung terjadi kadar renin dan angiotensin II yang tinggi, maka terapi seharusnya diawali dengan dosis rendah untuk menghindari hipotensi ortostatik. Inhibitor ACE meningkatkan fungsi jantung dan mengurangi kejadian kardiovaskular setelah infark miokardial. Penderita diabetes dan hipertensi seharusnya mendapatkan pengobatan yang mengandung inhibitor ACE karena menyebabkan nefroproteksi dan mengurangi resiko kardiovaskular. Inhibator ACE menurunkan kombinasi resiko dari kematian atau perawatan rumah sakit, progres lambat dari gagal jantung, dan menurunkan laju timbulnya reinfark. Inhibator ACE dapat dikombinasikan dengan hidralazin/isosorbid dinitrat sebagai vasodilator. Inhibator ACE juga efektif untuk pencegahan gagal jantung (Sukandar, dkk, 2008). ACE memiliki dua fungsi utama di tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi angiotensin II yang merupakan senyawa vasokonstriktor kuat. Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin, yang merupakan vasodilator kuat. Kedua fungsi ACE tersebut menjadikan penghambatan ACE penting perannya dalam perawatan penyakit tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan diabetes mellitus tipe 2. Penghambatan ACE akan berakibat menurunnya pembentukan angiotensin II dan menurunnya metabolisme bradikinin, dengan demikian akan terjadi dilasi (pelebaran) sistematik pada arteri dan vena, serta penurunan tekanan darah arteri. Akan tetapi penghambatan ACE, yang juga secara langsung akan menghambat pembentukan angiotensin II dapat menyebabkan pengurangan sekresi aldosteron (yang dimediasi angiotensin II) dari korteks adrenal. Hal ini akan mengakibatkan penurunan penyerapan kembali air dan natrium, serta pengurangan volume ekstraseluler. (Anonim, 2014). GOLONGAN OBAT Terdapat 3 kelompok obat penghambat ACE, yang dibagi berdasarkan struktur molekulnya, yakni: Kelompok yang mengandung sulfidril, contohnya kaptopril dan zofenopril Kelompok yang mengandung dikarboksilat, contohnya enalapril, ramipril, quinapril, perindopril, lisinopril, dan benazepril. Kelompok yang mengandung fosfonat, contohnya adalah fosinopril. Penggolongan ACE Inhibitor menurut Tjay dan Rahardja (2007) : Kaptopril (Capoten, Capozide) Kaptopril digunakan pada hipertensi ringan sampai berat dan pada dekompensasi jantung. Diuretika memperkuat efeknya, sedangkan kombinasinya dengan beta-blockers hanya menghasilkan adisi. Resorpsi dari usus cepat untuk 75%, efeknya sudah maksimal setelah 1,5 jam dan bertahan 12-24 jam tergantung pada dosis. Ekskresinya lewat kemih, separuhnya sebagai metabolit inaktif dan separuh utuh. Efek sampingnya yang tersering terjadi adalah hilangnya rasa, batuk kering dan exanthema. Efeknya dapat ditiadakan oleh indometasin dan NSAID lainnya. Enalpril (Renitec, Tenace, Tenazide) Khasiat dan penggunaannya sama dengan kaptopril. Resorpsi prodrug ini dari usus cepat sampai 65%, di dalam hati dihidrolisa menjadi enalaprilat aktif dengan PP kurang lebih 55% dan paruh waktu kurang lebih 11 jam. Efeknya maksimal setelah 4-6 jam dan bertahan lebih kurang 24 jam. Ekskresinya melalui kemih dan sebagian dalam bentuk utuh. Efek sampingnya berupa umum dan tidak menimbulkan hilangnya rasa; efeknya tidak dipengaruhi oleh NSAID. Lisinopril (Zestril, Zestoretic) Khasiat dan penggunaan sama seperti Enalpril dengan waktu paruh 12 jam. Fosinopril (Acenor-M, Newace) Fosinopril adalah derivat-prolin dengan atom-fosfor dalam rumusnya, yang khusus digunakan pada hipertensi. Di dalam tubuh, zat ini dihidrolisa menjadi metabolit aktifnya fosinoprilat. Perindopril (Prexum, Coversyl) Digunakan pada hipertensi dan gagal jantung, bersifat long-acting berhubung pengikatan kuat pada ACE, walaupun waktu paruhnya hanya kurang lebih 4 jam. Quinapril (Acupril) Derivat isochinolin yang di dalam hati dihidrolisa menjadi quinaprilat, juga bersifat long-acting akibat pengikatan kuat pada ACE dengan waktu paruh 2,5 jam. Penggunaannya sama dengan perindopril. Ramipril (Triatec, Tritace) Derivat pyrrolkarboxilat yang dalam hati dihidrolisa menjadi ramiprilat aktif, yang juga bersifat long-acting. Benazepril (Cibacen, Cibadrex) Digunakan pada hipertensi dan gagal jantung. Resorpsinya dari usus lebih kurang 37%, efek maksimalnya tercapai setelah 2-4 jam dan bertahan minimal 24 jam. PP nya 95%, plasma waktu paruhnya kurang lebih 23 jam, ekskresinya lewat kemih ecara utuh. Cilazapril (Vascase) Derivat diazepin long-acting ini di dalam hati dihidrolisa menjadi zat aktif cilazaprilat dengan waktu paruh rata-rata 40 jam. Khususnya digunakan pada hipertensi. MEKANISME KERJA ACE membantu produksi angiotensin II (beperan penting dalam regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Inhibitor ACE mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor potensial dan stimulus sekresi aldosteron). Inhibitor ACE ini juga mencegah degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis senyawa vasodilator lainnya termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin. (Sukandar, dkk, 2008). Mekanisme kerja dari ACE Inhibitor adalah dengan menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin). (Anonim, 2011). Indikasi dari golongan obat ACE Inhibitor adalah hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan renin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak dipengaruhi. (Anonim, 2011). Efek yang tak diinginkan dari golongan obat ACE Inhibitor adalah dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria, ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia. (Anonim, 2011). DAFTAR PUSTAKA Anonim. “Mengenal Obat-Obatan Penghambat ACE”. 3 Juli 2014. http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/penghambat_ACE.htm. Anonim. “Kardiovaskular”. 3 Juli 2014. http://cardiovascularvloe.blogspot.com/ Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. ISO INFORMASI SPESIALITE OBAT INDONESIA Vol. 48 – 2013 s/d 2014. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. Tjay, Tan Hoan, dkk. 2007. OBAT-OBAT PENTING. Jakarta : PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO.