JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
AKTIVITAS BELAJAR SISWA YANG MENGINDIKASIKAN SISWA BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN
BIOLOGI DI KELAS XI IPA-7 MAN 1 MEDAN
STUDENT LEARNING ACTIVITIES WHICH INDICATE STUDENT CRITICAL THINKING TO LEARNING
BIOLOGY IN XI IPA-7 CLASS MAN 1 MEDAN
*
Nurlaizar Andriani dan Zulkifli Simatupang
Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan
Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate, Medan, Indonesia, 20221
*
E-mail : nurlaizar24@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas belajar siswa yang mengindikasikan siswa
berpikir kritis pada pembelajaran biologi kelas XI IPA-7 MAN 1 Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016.
Populasinya yaitu siswa kelas XI IPA-7 MAN 1 Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016 berjumlah 40
orang. Sampel ditentukan dengan Random Sampling, dimana sampel berjumlah 20 orang. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan
lembar aktivitas belajar siswa sebagai alat pengumpul data penelitian. Pengamatan dilakukan sebanyak
2 kali pertemuan. Dari hasil data yang diperoleh diketahui bahwa kemunculan aktivitas berpikir kritis
sangat rendah dimana aktivitas belajar yang muncul hanyalah aktivitas menjawab pertanyaan. Pada
pengamatan pertama aktivitas berpikir kritis diperoleh dengan persentase sebesar 11,11% dan untuk
pengamatan kedua aktivitas berpikir kritis diperoleh dengan persentase sebesar 16,6%. Ada beberapa
faktor yang melatar belakangi rendahnya kemunculan aktivitas berpikir kritis ini yaitu disebabkan oleh
pertanyaan yang muncul belum mampu mendorong munculnya aktivitas-aktivitas berpikir kritis dan
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu strategi pembelajaran ekspositori yangmana
strategi pembelajaran ini memang tidak didesain untuk memunculkan aktivitas belajar yang lain.
Kata kunci : Aktivitas Belajar, Berpikir Kritis
ABSTRACT
This research aims to determine students 'learning activities that indicate students' critical
thinking in biology class XI IPA-7 class MAN 1 Medan Academic Year 2015/2016. The population of this
research is 40 students of XI IPA-7 class MAN 1 Medan Academic Year 2015/2016. The samples is
determined by random sampling, where samples numbered 20 students. This type of research used in
this research is a descriptive research, using student activity sheets as research instrument.
Observations were made as much as 2 times. From the survey results known that the occurrence of
activity critical thinking is very low, where learning activities that appear only answered questions
activity. In the first observation of critical thinking activity obtained with a percentage of 11.11% and for
the second observation critical thinking activity obtained with a percentage of 16.6%. There are several
background factors lack critical thinking is the emergence of activity that is caused by the questions
raised have not been able to encourage the emergence of critical thinking activities and learning
strategies used by teachers, learning strategies expository learning strategies to which it is indeed not
designed for show activity learning.
Kata kunci : Learning Activities, Critical Thinking
menjelaskan bahwa dalam mempelajari Biologi
mereka masih terlalu teoritis dan kurang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Dimana siswa masih kesulitan menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru dan siswa
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru biologi, kenyataan yang ditemui pada
siswa kelas XI IPA-7 Madrasah Aliyah Negeri 1
Medan
tahun
Pelajaran
2015/2016,
381
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
dimiliki siswa yang mengarah pada kemampuan
berpikir kritis siswa.
Hal
ini
sesuai
dengan
yang
diungkapkan Murti (2013) dalam blok ilmiahnya
bahwa berpikir kritis mencakup keterampilan
menafsirkan
dan
menilai
pengamatan,
informasi, argumentasi, dan penggunaan alasan
yang logis.
Di samping itu, siswa merasa
kebingungan terhadap materi yang diajarkan
oleh guru, sebab guru terlalu fokus berceramah
sehingga mengakibatkan murid mengalami
kesulitan untuk tetap fokus mendengarkan,
murid juga mengaku bosan ketika semua
materi diberikan hanya dengan ceramah saja.
Dari sini dapat diketahui bahwa, metode
pembelajaran yang digunakan tidak sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran
sehingga
mengakibatkan murid sulit untuk berpikir kritis.
Hasruddin (2009) menjelaskan bahwa
siswa hari ini, sebagai pemimpin atau ilmuwan
di masa depan perlu dipersiapkan dengan
membiasakan mereka melakukan kebiasaan
berpikir kritis. Mereka perlu dipersiapkan
dalam menghadapi tantangan dan persoalan
yang semakin kompleks di masa depan.
Masalah-masalah akan menjadi sangat banyak
dan sangat rumit, oleh sebab itu pembelajaran
semestinya memberikan kesempatan kepada
pelajar untuk berpikir kritis agar mereka
tumbuh dan berkembang dan mampu
menghadapi berbagai tantangan.
Akan tetapi untuk melihat aktivitasaktivitas belajar yang mengindikasikan siswa
berpikir kritis ini tidak dapat dilihat ataupun
dimunculkan pada semua materi pelajaran
biologi sebab jika dilihat dari segi materi
pelajaran ada beberapa materi pelajaran yang
sangat berpotensi untuk memunculkan
aktivitas berpikir kritis seperti halnya pada
materi: 1) Ruang lingkup biologi, manfaat, dan
bahayanya; 2) Keanekaragaman hayati; 3) Ekosistem; 4) Sistem Reproduksi manusia dan lain
sebagainya. Hal ini dikarenakan strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat
berupa strategi pembelajaran yang cenderung
belum menunjukkan pengembangan yang
sesuai dengan potensi serta kemampuan
mereka. Selain itu, terdapat beberapa siswa
yang masih sulit dalam belajar kelompok,
berkomunikasi, memecahkan masalah ketika
diajukan contoh suatu permasalahan yang
nyata, serta belum bisa mengambil keputusan
sebagai solusi yang tepat dari suatu
permasalahan.
Keadaan ini mengindikasikan bahwa
selama ini siswa terbiasa belajar hanya dengan
mendengarkan informasi yang disampaikan
oleh guru saja tanpa mereka tahu kondisi yang
sebenarnya terjadi dalam kehidupan seharihari. Ini sesuai dengan pendapat Noviyanti
(2015) dalam artikel ilmiahnya bahwa Metodemetode seperti ini diduga kurang memfasilitasi
siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya, sebab siswa hanya diam
mendengarkan penjelasan guru, diskusi tidak
efektif karena hanya bersifat informatif saja,
latihan soal tidak optimal karena siswa hanya
mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat
dalam buku yang tersedia di perpustakaan
sekolah dengan cara memindahkan jawaban
yang sudah tersedia di buku tersebut,
sedangkan praktikum umumnya bersifat
pengujian teoritis dasar saja, sehingga mengakibatkan keterampilan proses sains dan
kemampuan berfikir kritisnya kurang tergali.
Sementara itu dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan siswa/siswi kelas XI IPA7 Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan Tahun
Pelajaran 2015/2016, ditemukan fakta bahwa
siswa sangat mengalami kesulitan menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, dimana
guru bertanya mengenai perihal yang berkaitan
dengan mengidentifikasi suatu masalah, selain
itu siswa mengaku bahwa pertanyaan yang
diberikan guru sangat sulit, sehingga murid
mengalami
kesulitan
untuk
menjawab
pertanyaan. Kesulitan ini diduga karena
pertanyaan yang diajukan guru membutuhkan
jawaban
analisis
dan
argumentasi
menggunakan berbagai pengetahuan yang
382
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
dalam sampel di beri kode (S). Pemilihan
sampel tersebut dengan cara random (acak)
dan menggunakan teknik sampling acak
sederhana (simple random sampling). Arikunto
(2003) mengungkapkan bahwa sampling acak
sederhana (simple random sampling) yaitu
apabila peneliti mengambil sampel dengan
melakukan lotre terhadap semua populasi.
Semua objek yang termasuk dalam populasi
mempunyai hak untuk dijadikan anggota
sampel. Masing-masing subjek diberi nomor
urut sesuai dengan abjad nama atau nomor
semula. Dengan kertas gulungan yang yang
berisi nomor-nomor subjek, dilakukan lotre
seperti cara lotre yang sudah umum dikenal.
Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian Deskriptif,
Penelitian ini secara spesifik lebih diarahkan
pada penggunaan teknik survei. Teknik survei
ini merupakan suatu teknik penelitian yang
berupaya untuk menjelaskan kondisi apa yang
ada saat ini (Arikunto, 2013).
Pada dasarnya penelitian deskriptif
dengan teknik survei bertujuan untuk
menjelaskan dan menggambarkan suatu
kondisi secara apa adanya. Maka dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan
teknik survei untuk mengungkap tentang
aktivitas belajar siswa yang mengindikasikan
siswa berpikir kritis dalam pembelajaran biologi
di kelas XI IPA-7 MAN 1 Medan.
Prosedur penelitian merupakan tahaptahap kegiatan yang dilakukan peneliti dalam
proses penelitian sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai (Arikunto, 2006). Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
Mensurvei tempat penelitian di MAN 1 Medan,
Membuat Proposal Penelitian, Seminar
Proposal Penelitian, Memvalidasi lembar
observasi aktivitas belajar siswa kepada
validator ahli, Mengurus surat izin penelitian ke
fakultas MIPA dan Jurusan Biologi; 2) Tahap
Pelaksanaan: Melakukan simulasi pengamatan
aktivitas belajar siswa di kelas XI IPA-7 MAN 1
berbasis
masalah
yangmana
strategi
pembelajaran tersebut memang bertujuan
untuk memunculkan aktivitas-aktiviatas yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis. Namun
ada beberapa materi pelajaran yang kurang
sesuai ataupun kurang tepat jika digunkan
untuk melihat aktivitas-aktivitas belajar yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis ini, seperti
halnya: 1) Kingdom protista; 2) Kingdom fungi;
3) Kingdom plantae; 4) Enzim; 5) Metbolisme
dan lain sebagainya. Karena pada umumnya
materi ajar ini cenderung lebih mengarahkan
siswa pada mengingat dan menghafal sehingga
aktivitas-aktivitas lain yang diharapkan seperti
aktivitas
bertanya,
aktivitas
menjawab
pertanyaan, aktivitas argumentasi, aktivitas
mengkomunikasikan,
dan
aktivitas
menyimpulkan akan sangat sulit untuk ditemukan pada saat pembelajaran biologi
dengan materi-materi pelajaran tersebut. Dan
sejauh ini kemampuan berpikir kritis hanya
dapat dilihat maupun diukur menggunakan
serangkaian tes yang dikembangkan melalui
indikator-indikator berpikir kritis.
Mencermati latar belakang di muka,
perlu dilakukan penelitian mengenai bentukbentuk aktivitas belajar siswa yang muncul
selama pembelajaran biologi, dimana aktivitas
belajar tersebut mengindikasikan siswa berpikir
kritis.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan yang
beralamat Jln. Willem Iskandar No.7B Medan
Kode Pos: 20222. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei sampai Juli 2016. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang
ada di satu kelas XI IPA-7 Madrasah Aliyah
Negeri 1 Medan Tahun Pembelajaran
2015/2016 yang terdiri dari 40 siswa.
Sampel penelitian ditetapkan 50% dari
total populasi untuk meyakinkan keabsahan
data, dimana 50% dari total populasi yaitu
sebanyak 20 orang antara lain siswa (S1; S2;
S3;...; S20) dan bagi siswa yang tidak masuk ke
383
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
yang telah tercatat dalam catatan lapangan.
Sampel yang telah didapat secara random
sebanyak 20 orang kemudian diamati aktivitas
belajarnya pada saat pembelajaran biologi
berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas belajar siswa; 2) Dalam
penelitian ini data yang diperoleh adalah data
tentang
aktivitas
belajar
siswa
yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis selama
pembelajaran
biologi
berlangsung;
3)
Menganalisis aktivitas belajar siswa yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis yang
muncul selama proses pembelajaran biologi; 4)
Data diolah dan dianalisis menggunakan rumus
deskriptif presentase, yaitu untuk mengetahui
seberapa banyak aktivitas belajar siswa yang
muncul,
dimana
aktivitas
tersebut
mengindikasikan siswa berpikir kritis pada
pembelajaran biologi yang dinyatakan dalam
bentuk seberapa banyak sikap tersebut
muncul, kemudian data tersebut dibuat dalam
bentuk persentase dengan menggunakan
perhitungan presentase sebagai berikut: a.
Teknik analisis data untuk Aktivitas Berpikir
Kritis :
Medan, Melaksanakan penelitian pada siswa
kelas XI IPA-7 MAN 1 Medan; 3) Tahap
Pengumpulan Data, Data dalam penelitian ini
diperoleh dari catatan lapangan, lembar
observasi siswa kelas XI IPA-7 MAN 1 Medan,
antara lain: Mencatat kondisi yang ada pada
pembelajaran biologi yang berlangsung, dalam
bentuk catatan lapangan, Melakukan simulasi
pengisian lembar observasi dengan observer,
hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi,
Mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa
sesuai dengan pengamatan yang dilakukan dii
lapangan, dengan jumlah observer 2 orang
dengan waktu 2 x 90 menit; 4) Tahap
Pengolahan Data. Pada tahap ini, hal-hal yang
dilakukan adalah: Merapikan catatan lapangan
tentang kondisi dan aktivitas belajar siswa yang
muncul pada pembelajaran biologi, Menyusun
data aktivitas siswa belajar siswa yang muncul,
yang mengindikasikan siswa berpikir kritis
berdasarkan pada lembar observasi aktivitas
belajar siswa, Menganalisis data aktivitas
belajar yang muncul dengan menggunakan
teknik analisis data deskriptif.
Untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian maka digunakan
instrumen pengumpul data, yaitu sebagai
berikut : 1) Catatan Lapangan (Field note),
seluruh kegiatan atau aktivitas yang terjadi
selama proses pembelajaran yang berlangsung
akan dijelaskan kembali dalam catatan
lapangan; 2) Lembar observasi aktivitas belajar
siswa, pengamatan dilakukan selama proses
pembelajaran
berlangsung,
pengamatan
dilakukan oleh peneliti dan satu orang observer
dengan menggunakan lembar observasi.
Observasi dilakukan pada saat pembelajaran
biologi berlangsung yakni selama 90 menit atau
dua jam pelajaran dengan intensitas
pengamatan sebanyak 2 kali terhadap aktivitas
belajar siswa yang dapat terlihat.
Adapun beberapa teknik analisis data
yaitu sebagai berikut: 1) Melihat kembali
kondisi pembelajaran biologi yang berlangsung
dan aktivitas apa saja yang muncul selama
proses pembelajaran biologi di kelas XI IPA-7
x 100%
b.Teknik analisis data untuk keseluruhan
presentase siswa yang berpikir kritis maka
digunakanlah rumus sebagai berikut:
:
x 100%
HASIL PENELITIAN
Data Aktivitas Pengamatan Pertama
Pada hari Rabu, tanggal 4 Mei 2016,
pukul. 09.35-11.05. dilakukan proses belajar
biologi di kelas XI IPA-7 dimana saya dan 2
orang teman saya sebagai observer yang
mengamati kegiatan pembelajaran. Kegiatan
awal guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyapa anak-anak.
Kemudian
guru bertanya mengenai topik
pembelajaran semalam. Selama proses
pembelajaran terjadi, terdapat beberapakali
kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh guru
dan siswa. Dimana bagi siswa yang dapat
384
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
menjawab pertanyaan akan menulis jawaban
pada papan tulis dan jawaban tersebut tidak di
ungkapkan secara verbal. Akan tetapi ditunjuk
siswa lain untuk membaca jawaban tersebut
sambil menilai apakah jawaban tersebut benar
atau salah.
dari 20 orang siswa yang menjadi sampel, yaitu
dengan presentase 10%.
Pengamatan Kedua
Pada hari Selasa, tanggal 10 Mei 2016,
pukul. 10.20-11.50. dilakukan proses belajar
biologi di kelas XI IPA-7 dimana saya dan 2
orang teman saya sebagai observer yang
mengamati kegiatan pembelajaran. Kegiatan
awal guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyapa anak-anak.
Kemudian
guru bertanya mengenai buku
kendali yang telah ditugaskan minggu lalu.
Guru mempersilahkan siswa untuk
membaca buku selama 10 menit. Kemudian
guru mulai mengemukakan pertanyaan tentang
proses atau fase yang terjadi pada saat
menstruasi. Hanya seorang siswa saja yang
berani maju menghadap guru di depan
mejanya tanpa membawa buku, yaitu S3.
Setelah S3 duduk ke bangkung S12 mengangkat
tangannya dan maju ke depan menghadap guru
tanpa membawa buku. Siswa-siswa lain luput
dari perhatian guru sibuk bertanya dan sibuk
menghafal. Suasana kelas mulai ribut. Setelah
itu guru kembali bertanya “siapa lagi yang mau
maju ke depan?” semua siswa tampak tak acuh
sambil sibuk menghafal jawaban mereka
masing-masing. Karena terlihat tak ada lagi
siswa yang berani maju ke depan menjawab
pertanyaan. Ibu guru mulai menjelaskan
jawaban dari pertanyaan yang diajukannya.
Refleksi
Pada penelitian ini terlihat guru
menggunakan
strategi
pembelajaran
ekspositori, dimana strategi pembelajaran
ekspositori ini memadukan metode ceramah,
tanya jawab. Pada pengamatan ini dapat
diketahui bahwa aktivatas berpikir kritis seperti
aktivitas argumentasi, aktivitas menyimpulkan
pembelajaran,
dan
aktivitas
mengkomunikasikan tidak muncul dalam
pengamatan pertama hal ini dikarenakan
aktivitas berpikir kritis tersebut memang tidak
didesain untuk muncul selama proses
pembelajaran berlangsung.
kegiatan awal membuka pembelajaran
yang di lakukan oleh guru cukup baik sehingga
membuat siswa terfokus pada guru, akan tetapi
siswa masih merasa ketakutan untuk maju ke
depan tiap kali di arahkan guru untuk menulis
jawaban dipapan tulis, saat proses tanya jawab
kelas sangat ribut. Akan tetapi siswa-siswa
tampak semangat membaca karena merasa
takut jika dipilih untuk menuliskan jawaban di
papan tulis. adapun serangkaian pertanyaan
yang diajukan oleh guru selama proses belajar
mengajar dalam pertemuan pertama belum
mendorong kemunculan aktivitas berpikir kritis.
Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa aktivitas belajar siswa yang muncul pada
pengamatan pertama hanyalah aktivitas
menjawab pertanyaan dengan presentase
11,11% dari 20 orang siswa yang menjadi
sampel. Pada pengamatan pertama ini dapat
diketahui bahwa siswa yang melakukan
aktivitas belajar siswa yang mengindikasikan
siswa berpikir kritis adalah sebanyak 2 orang
Refleksi
Selama
proses
pembelajaran
berlangsung guru menggunakan strategi
pembelajaran yang sama seperti pada
pertemuan
pertama
yaitu
strategi
pembelajaran ekspositori, dimana strategi
pembelajaran ekspositori ini memadukan
metode ceramah, dan metode tanya jawab.
Pada pengamatan ini dapat diketahui bahwa
aktivatas berpikir kritis seperti aktivitas
argumentasi, aktivitas menyimpulkan pembelajaran, dan aktivitas mengkomunikasikan
tidak muncul dalam pengamatan pertama hal
385
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
ini dikarenakan aktivitas berpikir kritis tersebut
memang tidak didesain untuk muncul selama
proses pembelajaran berlangsung.
Dalam pengamatan kedua ini tampak
banyak sekali siswa yang sibuk sendiri ada yang
sibuk menghafal, tapi ada juga yang acuh tak
acuh, ada juga yang sibuk bertanya. Akan tetapi
ada hal yang menarik disini bahwa S3, siswi
yang pertama sekali maju ke depan untuk
menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh ibu
guru ternyata mampu menjelaskan kembali
kepada beberapa temannya, tiap kali temannya
bertanya ia berusaha menjelaskannya secara
berulang-ulang kemudian ia kembali bertanya
terhada temannya “udah ngerti” jika temannya
menjawab “belum” S3 akan kembali
menjelaskannya.
Sayangnya
aktivitas
mengkomunikasikan yang dilakukan oleh S3 ini
masih luput dari perhatian guru.
Adapun pertanyaan yang muncul
dalam proses pembelajaran ketika Pengamatan
Berlangsung adalah sebagai berikut: “Sebutkan
dan jelaskan proses-proses yang terjadi selama
menstruasi?” akan tetapi pertanyaan ini belum
tergolong dalam pertanyaan yang memicu
aktivitas berpikir kritis.
Dengan demikian dapat diketahui
bahwa aktivitas belajar siswa yang muncul pada
pengamatan kedua
hanyalah aktivitas
menjawab pertanyaan dengan presentase
16,6% dari 20 orang siswa yang menjadi
sampel. Pada pengamatan pertama ini dapat
diketahui bahwa siswa yang melakukan
aktivitas belajar siswa yang mengindikasikan
siswa berpikir kritis adalah sebanyak 2 orang
dari 20 orang siswa yang menjadi sampel, yaitu
dengan presentase 10%.
Hal ini dapat diketahui karena aktivitas yang
muncul hanyalah aktivitas yang didesain oleh
guru saja. Akan tetapi aktivitas yang tidak
didesain tidak muncul sama sekali dengan kata
lain aktivitas belajar anak sangat bergantung
pada pembelajaran yang telah didesain oleh
guru mata pelajaran.
Dalam penelitian ini, yaitu sebanyak
dua
kali
pengamatan
guru
tampak
menggunakan
strategi
pembelajaran
ekspositori dimana strategi pembelajaran ini
memadukan metode ceramah dan tanya jawab.
Sehingga ketika strategi ini diterapkan dalam
pembelajaran biologi maka aktivitas yang
diharapkan seperti aktivitas argumentasi,
aktivitas menyimpulkan pembelajaran, dan
aktivitas mengkomunikasikan tidak muncul
sebab aktivitas ini memang tidak di desain
dalam strategi pembelajaran ekspositori.
Sehingga
selama
proses
pembelajaran
berlangsung aktivitas yang muncul hanyalah
aktivitas menjawab pertanyaan saja sebab
aktivitas tersebutlah yang didesain dalam
strategi pembelajaran ekspositori.
Sebenarnya strategi pembelajaran
ekspositori ini sangat efektif jika materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas, dan strategi ini sangat cocok
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas
yang besar, selain itu guru bisa mengontrol
urutan dan keluasan materi pembelajaran,
mengetahui sampai sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
Hasil Penelitian Pengamatan Pertama
Intensitas siswa melakukan aktivitas
menjawab pertanyaan pada pengamatan
pertama memiliki presentase sebesar 10% dan
Sementara
aktivitas
belajar
yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis lainnya
tidak muncul. Dapat dilihat dalam catatan
lapangan bahwa aktivitas belajar yang muncul
adalah aktivitas yang mendorong siswa untuk
menjawab pertanyaan saja sehingga aktivitas
lain yang tidak didesain tidak muncul sama
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis terhadap data
hasil penelitian diperoleh petunjuk bahwa
kemunculan aktivitas belajar siswa yang
diamati sangatlah rendah bahkan beberapa
aktivitas pembelajaran tidak muncul sama
sekali, hal ini dikarenakan siswa belum
diarahkan untuk melakukan aktivitas tersebut.
386
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
Pada pengamatan kedua ini intensitas
siswa
melakukan
aktivitas
menjawab
pertanyaan memiliki presentase sebesar 10%.
Dapat diketahui bahwa aktivitas yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis yang
lainnya tidak muncul sama sekali, sama halnya
dengan pengamatan sebelumnya bahwa
aktivitas belajar yang muncul hanyalah aktivitas
yang didesain oleh guru saja. Selain itu pada
pengamatan kedua siswa tampak sangat pasif
terlihat ada yang saling diskusi, tiduran, bahkan
mengobrol, namun ada juga siswa yang sibuk
menghafal agar dapat maju kedepan kelas
untuk menjawab pertanyaan. Siswa yang tidak
bersemangat dalam belajarnya, akan terlihat
dari aktifitas ia dalam belajar, ia terlihat malasmalasan, sering ngobrol dengan temannya,
perhatian tidak fokus ke pelajaran, membuka
buku tapi bukan buku yang sedang dipelajari,
tidur di kelas, sibuk sendiri dengan HP-nya,
atau bahkan siswa tersebut pandangannya
kosong.
Sehingga
untuk
meningkatkan
aktivitas berpikir kritis siswa ini, pembelajaran
perlu didesain untuk memunculkan aktivitas
berpikir kritis yang diharapkan yaitu dengan
memberiakan strategi ataupun metode
pembelajaran yang sesuai yaitu metode
pembelajaran yang dapat memunculkan
aktivitas-aktivitas belajar yang mengindikasikan
siswa berpikir kritis, selain itu perlu adanya
pertanyaan yang mampu mendorong aktivitas
berpikir kritis siswa yaitu dengan memberi
pertanyaan alternatif seperti yang terdapat
pada bab 2 di depan.
Adapun model pembelajaran yang
sesuai untuk memunculakan aktivitas berpikir
kritis yang lain seperti aktivitas argumentasi,
aktivitas menyimpulkan pembelajaran, dan
aktivitas mengkomunikasikan yang tidak
muncul dalam pengamatan yaitu dengan
menggunakan
model
Pembelajaran
Cooperative Script. Hal ini karena model
Pembelajaran Cooperative Script merupakan
model pembelajaran yang penyampaian materi
ajarnya diawali dengan pemberian wacana atau
sekali. Hal ini disebabkan karena pada
pengamatan
pertama
guru
tampak
menggunakan
strategi
pembelajaran
ekspositori yang hanya memadukan antar
metode ceramah dengan metode tanya jawab,
jelas saja aktivitas berpikir kritis yang lain tidak
muncul dalam pengamatan ini karena memang
aktivitas tersebut tidak didesain untuk muncul.
Hal lain yang menjadi penyebab
rendahnya
aktivitas
belajar
yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis adalah
pertanyaan yang muncul selama proses
pembelajaran belum mampu mendorong
aktivitas berpikir kritis. Seperti yang telah
dipaparkan dalam
data pada pertemuan
pertama dapat dilihat bahwa dari 7 pertanyaan
yang diajukan hanya 2 pertanyaan yang mampu
mendorong aktivitas berpikir kritis. Peratnyaan
yang mendorong aktivitas berpikir kritis ini
sangat erat kaitannya dengan motivasi belajar,
dimana motivasi memiliki pengaruh terhadap
perilaku belajar siswa, yaitu motivasi
mendorong meningkatnya semangat dan
ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar
memegang peranan yang penting dalam
memberi gairah, semangat belajar, selain itu
motivasi ini merupakan daya penggerak dalam
diri seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas guna mencapai tujuan tertentu. Dari
sini dapat diketahui bahwa pertanyaan yang
mampu memicu kemunculkan aktivitas berpikir
kritis ini akan memotivasi siswa sehingga dapat
memunculkan
aktivtas-aktivitas
yang
mengindikasikan siswa berpikir kritis.
Hasil Penelitian Pengamatan Kedua
Sama halnya seperti pada pengamatan
pertama, pada pengamata kedua ini guru
tampak menggunakan strategi pembelajaran
ekspositori yang hanya memadukan antara
metode ceramah dengan metode tanya jawab,
hal ini menjadi salah satu faktor penyebab
aktivitas berpikir kritis seperti aktivitas
argumentasi, aktivitas menyimpulkan pembelajaran, dan aktivitas mengkomunikasikan
tidak muncul.
387
JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 5 NO. 4
Andriani, N., Simatupang, Z
Halaman : 381 - 388
pISSN : 2338 - 3003
eISSN : 2502 - 3217
Hasruddin.,
(2009),
Memaksimalkan
Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Pendekatan
Kontekstual,
Jurnal
Tabularasa Pps Unimed, 6 (1):48-60.
ringkasan materi ajar siswa yang kemudian
diberikan kesempatan kepada siswa untuk
membacanya
sejenak
dan
memberikan/memasukkan
ide-ide
atau
gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar
yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dalam meteri yang ada secara
bergantian sesama pasangan masing-masing.
Dengan model pembelajaran Cooperative
Script, siswa akan terlatih mengembangkan ideidenya sehingga siswa dapat mengkonstruksi
sendiri pengetahuan. Disamping itu model ini
juga akan merangsang aktivitas belajar siswa
karena dalam model pembelajaran Cooperative
Script, setiap siswa terlibat dalam dalam proses
pembelajaran dengan peran dan tugasnya
masing-masing.
Murti, B., (2013), Berpikir Kritis (Critical
Thinking), seri kuliah Blok Budaya
Ilmiah,
fakultas
kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Noviyanti, R., (2015), Pengaruh Pendekatan
Keterampilan Proses Sains Terhadap
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Ekosistem, Artikel, FMIPA, Universitas
Lampung, Lampung.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diuraikan pada Bab IV, maka kesimpulan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Terdapat satu aktivitas berfikir kritis yang
muncul, yaitu aktivitas menjawab pertanyaan;
2) Aktivitas berpikir kritis yang dominan muncul
adalah aktivitas menjawab pertanyaan, dimana
aktivitas ini muncul sebanyak 5 kali dalam 2 kali
pengamatan; 3) Intensitas kemunculan aktivitas
berpikir kritis hanya tampak pada aktivitas
menjawab pertanyaan. Dimana aktivitas
menjawab pertanyaan ini pada pertemuan
pertama memiliki presentase sebesar 11,11%
dan pada pengamatan kedua memiliki
presentase sebesar 16,6%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada Bapak Kepala Sekolah MAN 1 Medan,
kepada Bapak/Ibu guru Biologi yang telah
membantu serta seluruh siswa di MAN 1
Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2000), Manajemen Penelitian.
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
388