Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi)
p-ISSN : 2745-7141 e-ISSN : 2746-1920
Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Pendidikan
EVALUASI PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI
Fitra Tamami
MTsN 4 Jombang, Jawa Timur, Indonesia
Email: fitratamami07@gmail.com
INFO ARTIKEL
Diterima
17 Juli 2021
Diterima dalam bentuk
review 05 Agustus 2021
Diterima dalam bentuk
revisi 13 Agustus 2021
Kata kunci:
evaluasi; pembelajaran jarak
jauh; masa pandemi.
Keywords:
evaluation;
distance
learning; pandemic period.
ABSTRAK
Latar Belakang: Pembelajaran di era pandemi adalah sebuah
tantangan baru dalam dunia pendidikan. Selama berjalan
setahun lebih pandemi COVID-19 ini pembelajaran di sekolah
menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan
(daring).
Tujuan: Mengevaluasi bagaimana pembelajaran secara daring
dalam masa pandemi.
Metode: Menggunakan metode observasi selama proses
pembelajaran dan kuesioner di akhir tahun pelajaran untuk
mendapat data dari sampel peserta didik dan wali peserta didik.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Hasil: Kegiatan pembelajaran tatap muka sangat dibutuhkan
bagi peserta didik, guru dan juga orang tua atau wali peserta
didik. Meskipun situasi dan kondisi masih dalam masa pandemi
pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan dengan tetap
menerapkan disiplin ketat protokol kesehatan.
Kesimpulan: Pembelajaran tatap muka sebagai penguat
hubungan guru dan peserta didik seperti hubungan ayah dan ibu
dengan anak serta untuk optimalisasi proses pembelajaran
menjadi sangat penting dan harus segera dilaksanakan.
ABSTRACT
Background: Learning in the pandemic era is a new challenge
in the world of education. During this more than a year of the
COVID-19 pandemic, learning in schools has implemented a
distance learning system or online.
Objectives: To evaluate how online learning is during a
pandemic.
Methods: Use observation methods during the learning process
and questionnaires at the end of the school year to obtain data
from a sample of students and their guardians. This study uses
descriptive analysis.
Results: Face-to-face learning activities are needed for
students, teachers, and also parents or guardians of students.
Even though the situation and conditions are still in the
pandemic period, face-to-face learning can be carried out by
continuing to apply strict discipline to health protocols.
Conclusion: Face-to-face learning as a strengthening of
teacher-student relationships such as the relationship between
father and mother with children and for optimizing the learning
1332
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
process is very
immediately.
important
and
must
be
implemented
Pendahuluan
Sudah setahun lebih sejak Februari 2019 pandemi COVID-19 melanda Indonesia
namun situasi belum sesuai harapan bahkan data pasien COVID-19 terus meningkat
setiap harinya. Dilansir oleh https://covid19.go.id/peta-sebaran pada tanggal 11 Juni
2021 angka sebaran COVID-19 sudah mencapai 1,9 juta pasien terkonfirmasi.
Meskipun saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya melaksanakan program
vaksinasi ke daerah-daerah akan tetapi melihat laporan angka tersebut masih terbilang
tinggi. Ini artinya disiplin protokol kesehatan tetap harus dijalankan oleh masyarakat
dengan kesadaran penuh dan peduli satu sama lain.
Menyambut datangnya tahun ajaran baru 2021-2022 pemerintah menganjurkan
untuk sekolah-sekolah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Hal ini berdasarkan
pernyataan mendikbud Nadiem Makarim pada tanggal 30 Maret 2021 secara daring
menyatakan "Jadi bukan diterapkan di Juli 2021, tapi aspirasinya semua sekolah sudah
belajar tatap muka di Juli 2021. Itu sesuai keputusan SKB 4 Menteri" (Tampilen &
Kunarsih, 2021).
Jika melihat data penyebaran COVID-19 yang terus meningkat seharusnya
pemerintah tidak perlu buru-buru menginstruksikan pembelajaran tatap muka karena ini
bertentangan dengan upaya memutus mata rantai penyebaran virus yang selama ini
digalakkan. Akan tetapi jika melihat kondisi di lapangan tentang pembelajaran daring
selama hampir tiga semester ini maka ada banyak alasan untuk dimulainya kembali
pembelajaran tatap muka apalagi saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya
menjalankan program vaksinasi. Pembelajaran tatap muka bukan kembali normal
seperti masa sebelum pandemi akan tetapi tetap membiasakan adaptasi kebiasaan baru
yaitu disiplin protokol kesehatan (Waluyati & Tasrif, 2020).
Pembelajaran tatap muka tidak hanya dirindukan oleh peserta didik yang
mengalami kebingungan belajar akan tetapi juga dirindukan oleh guru yang dihadapkan
pada situasi yang serba dilematis. Berdasarkan permendikbud nomor 81A tentang
Implementasi Kurikulum K13 yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau
yang biasa disebut student centred learning (Tangney, 2014), sebenarnya masa pandemi
yang membawa pada pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan (daring) adalah
tantangan baru bagi dunia pendidikan dimana pada pembelajaran ini peserta didik
memiliki kebebasan belajar secara mandiri. (Ekawati, 2019) menjelaskan bahwa prinsip
student centred learning sebagai ciri Pembelajaran Kurikulum 2013 perlu diikuti
dengan penyempurnaan pola pikir (mindset) sebagai berikut:
1. Perubahan dari pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam
(Utami & Dewi, 2020), sumber/media lainnya) pada Pembelajaran Kurikulum 2013;
1333
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
2. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (Kustijono & HM,
2014) (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet) pada Pembelajaran Kurikulum
2013;
3. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta
didik aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains) pada Pembelajaran Kurikulum 2013;
4. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim) pada Pembelajaran
Kurikulum 2013;
5. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia pada Pembelajaran Kurikulum 2013;
6. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta
didik pada Pembelajaran Kurikulum 2013;
7. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran
ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines) pada Pembelajaran Kurikulum 2013; dan
8. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis pada Pembelajaran Kurikulum
2013 .
Penjelasan di atas menjelaskan kondisi pembelajaran daring menjadi kesempatan
bagi praktisi pendidikan untuk mengajak peserta didik pada era merdeka belajar
sebagaimana slogan yang dicanangkan Mendikbud Nadiem Makarim pada awal periode
jabatannya dan juga menjadi ajang pembuktian bahwa pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik bisa diterapkan dengan baik di mana peserta didik bisa belajar secara
mandiri, peserta didik leluasa mengorganisasi waktu belajar, peserta didik dapat
membangun kesadaran belajar secara mandiri dan tentunya pembelajaran daring untuk
memutus rantai penyebaran COVID-19 (Kusuma, 2020).
Menurut Rofiq (2010) mengungkapkan bahwa kalangan pendidik menyadari
peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan
sangat baik hanya dengan melihat orang melakukannya (visual) dan ada juga yang lebih
suka menuliskan apa yang dikatakan guru (auditori). Ada juga karakter peserta didik
yang bisa belajar lebih mudah dengan melibatkan diri dalam kegiatan (kinestetik)
(Baharun, 2015). Melihat karakter peserta didik yang beragam tersebut praktisi
pendidikan harus lebih jeli mengenali peserta didik dan menentukan karakter
pembelajaran seperti apa yang sesuai untuk peserta didik. Pembelajaran di era pandemi
adalah sebuah tantangan baru dalam dunia pendidikan. Selama berjalan setahun lebih
pandemi COVID-19 ini pembelajaran di sekolah menerapkan sistem pembelajaran
jarak jauh atau dalam jaringan (daring) (Sari et al., 2020). Dalam pelaksanaannya tentu
ada kelebihan dan kekurangannya. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi
guru di era pandemi ini ada banyak pengalaman yang bisa disampaikan sebagai bahan
pelajaran dan evaluasi. Oleh karena itu artikel ini mencoba memberikan gambaran
singkat mengenai proses pembelajaran daring melalui sebuah artikel ilmiah dengan
judul “Evaluasi Pembelajaran di Masa Pandemi” (Herliandry et al., 2020).
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1334
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Penulisan artikel ini dilandasi dengan kesadaran bahwa guru adalah salah satu dari
tiga kriteria orang tua sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
Sallam berikut ini :
وهى أفضلهم, والذي علمك, والذي زوجك ابنته, أبىك الذي ولدك:آباؤك ثالثة
Habib Zein bin Sumaith mengutip sebuah ungkapan yang artinya “Bapakmu itu
ada tiga. satu, bapak yang menyebabkan kelahiranmu. Dua, mertuamu. Tiga,
gurumu. Dia yang paling mulia.” (Al-Manhaj al-Sawi, hal 218).
Dari hadits di atas dijelaskan bahwa guru adalah bagian dari orang tua dan
disebutkan bahwa guru adalah yang paling mulia. Oleh karena itu, artikel ini diharapkan
mampu memberikan penilaian yang sesuai terhadap pembelajaran daring sehingga guru
mampu memaksimalkan fungsi guru sebagai orang tua peserta didik.
Penulisan artikel ini dimaksudkan sebagai testimoni, masukan sekaligus evaluasi
pembelajaran daring. Adapun manfaatnya adalah adanya rekomendasi untuk
pembelajaran yang akan datang dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional
sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Herliandry et al., 2020), karena untuk kondisi saat ini sudah saatnya
setiap pelajaran di sekolah peserta didik diajarkan budi pekerti yang luhur (Ainiyah,
2013).
Di MTsN 4 Jombang ini kondisi siswa beragam berdasarkan asal-usul siswanya
dan juga berdasarkan domisilinya. Ada yang yang tinggal di asrama, umumnya dari luar
kota Jombang dan ada yang dari warga sekitar madrasah yang tinggal di rumahnya
masing-masing. Santri atau siswa yang tinggal di asrama tidak boleh membawa
handphone dan laptop atau dibatasi penggunaan keduanya sehingga ketika belajar
daring siswa asrama merasa kesulitan secara teknis. Interaksi dengan guru juga terbatas
karena hanya menggunakan satu laptop untuk belajar bersama. Beda dengan kondisi di
mana saat pembelajaran tatap muka siswa lebih mudah belajar dan berinteraksi dengan
guru karena ada banyak guru yang mengajar di madrasah dan juga mengajar di pondok
sehingga hubungan keduanya terjalin dengan baik.
Gambar 1
Kedekatan siswa dan guru pada saat kegiatan belajar mengajar.
1335
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan testimoni, masukan sekaligus
evaluasi terhadap pembelajaran daring bagi siswa yang sudah berjalan selama kurang
lebih 3 semester. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai rekomendasi untuk
pembelajaran yang akan datang dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Metode Penelitian
Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode observasi selama
proses pembelajaran dan melakukan kuesioner kepada peserta didik dan wali peserta
didik di akhir tahun pelajaran untuk menjajaki respon masyarakat terhadap
pembelajaran daring khususnya di MTsN 4 Jombang. Artikel ini menggunakan analisis
deskriptif yaitu “mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku umum” (Yusuf, 2016).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengalaman serta hasil observasi yang telah dilakukan selama 2
(dua) semester di MTsN 4 Jombang ada beberapa temuan yang dapat disampaikan
selama proses pembelajaran daring. Di satu sisi pembelajaran daring memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri dan mengeksplorasi sumber
belajar dengan jangkauan yang lebih luas dan waktu yang tidak terbatas. Namun disisi
lain ada banyak kelemahan dari pembelajaran daring yang perlu dievaluasi lebih dalam
lagi di antaranya yaitu pada (1) kegiatan pembelajaran yang kehilangan figur seorang
guru; (2) minimnya pendidikan kedisiplinan dan pendidikan karakter; (3) sarana
pembelajaran yang terbatas, dan (4) perasaan dilema bagi guru dan peserta didik.
A. Kegiatan Pembelajaran yang Kehilangan Figur Seorang Guru
Gambar 2
Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Yang Mencerminkan Hangatnya
Hubungan Guru Dan Peserta Didik Serta Hubungan Antar Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1336
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Dalam kegiatan pembelajaran daring ternyata ada sesuatu yang hilang dari
kegiatan pembelajaran tatap muka, yaitu kualitas hubungan belajar antara guru dan
peserta didik. Guru yang mengajar dengan tatap muka biasanya bisa mengetahui
bagaimana peserta didik tersebut memahami sebuah materi dengan dialog, melihat
mimik wajah atau dengan pertanyaan langsung yang itu semua tidak bisa dilakukan
pada pembelajaran daring. Kondisi ini juga dialami oleh peserta didik yang
menerima materi pembelajaran yang konstruktif dan terkesan kaku karena peserta
didik hanya membaca dan mendengar suara tanpa ada kesempatan yang leluasa
untuk dialog interaktif. Kegiatan pembelajaran yang instruktif inilah yang
menjadikan guru kesulitan menerapkan pendekatan persuasif dalam penyampaian
materi kepada peserta didik agar menguasai 4 kompetensi dasar yaitu, spiritual,
sosial, pengetahuan dan keterampilan. Tidak hanya itu, pembelajaran daring sebagai
cerminan penerapan merdeka belajar menjadikan peserta didik terkesan terlantar
belajar (Handarini & Wulandari, 2020). Kondisi ini terjadi apabila komunikasi guru
dan peserta didik terputus sedangkan peserta didik dihadapkan pada materi pelajaran
yang dibagikan di aplikasi e-Learning yang digunakan oleh sekolah. Materi berbasis
teks sedangkan tugas mandiri peserta didik sangat banyak. Dampak dari terlantar
belajar ini dikhawatirkan memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mencari
kegiatan lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pembelajaran yaitu,
bermain game online atau offline dan atau bermain media sosial. Kondisi ini tidak
banyak disadari oleh guru, peserta didik dan wali peserta didik ketika pembelajaran
daring bergeser dari menyampaikan materi menjadi memberi tugas sehingga ketika
peserta didik sudah menerima materi dan mengumpulkan tugas maka kegiatan
belajar dianggap tuntas. Di sisi lain kesibukan sehari-hari dan kapasitas orang tua
atau wali peserta didik yang beragam mempengaruhi tingkat perannya dalam
mendampingi kegiatan belajar peserta didik.
1337
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
Gambar 3
Kegiatan pembelajaran daring dengan komunikasi melalui media sosial.
Komunikasi via media sosial pada tanggal 10 Agustus 2020.
B. Minimnya Pendidikan Kedisiplinan dan Pendidikan Karakter
Gambar 4
Kegiatan Pendisiplinan Peserta Didik MTSN 4 Jombang Saat Masuk Kelas
Mulai Dari Pendisiplinan Waktu, Seragam Dan Atribut Madrasah
Serta Kelengkapan Belajarnya
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1338
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Dalam hal kedisiplinan dan pendidikan karakter, peserta didik harus bisa
mengorganisasi kedisiplinan belajar dan berperilaku secara mandiri. Faktanya ini
tidak sesuai harapan dimana masih banyak peserta didik yang tidak online pada saat
jam belajar dan tidak jarang alasan peserta didik tidak mengikuti pelajaran pada jam
belajar adalah karena tidur. Pada kondisi seperti ini peserta didik tidak bisa
menghukum dirinya sendiri karena peserta didik tidak dihadapkan pada seorang guru
sebagai sosok atau figur utama. Jika pada pembelajaran tatap muka peserta didik bisa
belajar disiplin dengan melihat sosok atau figur seorang guru yang disiplin, bertutur
kata yang baik, sopan, santun juga dari guru maka peserta didik akan kesulitan
belajar itu semua kalau tidak bertemu guru. Dalam komunikasi berbasis teks melalui
smartphone saja peserta didik banyak yang tidak mengerti etika berkomunikasi yang
baik, misalnya pada saat merespon penjelasan guru dengan “OK Pak”, “Makasih
Pak”. Belum lagi ada yang suka bermain emoticon-emoticon yang seharusnya itu
dibagikan kepada temannya juga dibagikan kepada guru. Kondisi seperti ini
menjadikan guru tidak bisa mengenali karakter peserta didik secara utuh kecuali
nama peserta didik tersebut. Padahal guru juga harus memberikan penilaian
kepribadian peserta didik pada kegiatan penilaian semester. Lalu bagaimana jika
nanti pembelajaran tatap muka digelar, tentu ini menjadi rapelan pekerjaan rumah
bagi guru dan madrasah secara umum.
Gambar 5
Kegiatan Belajar Daring Bersama di Pondok/Asrama serta Cuplikan
Komunikasi Antar Peserta Didik dengan Guru Melalui Grup
Media Sosial.
1339
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
C. Sarana Pembelajaran yang Terbatas
Evaluasi selanjutnya pada pembelajaran daring adalah tentang sarana
pembelajaran. Kondisi pandemi yang darurat memaksa sekolah-sekolah menerapkan
kurikulum darurat dengan kesiapan sarana pembelajaran yang darurat pula.
Akibatnya semua berjalan seperti tanpa persiapan. Guru yang biasa menyiapkan
pembelajaran dengan bekal alat tulis dan buku paket kini harus membuat sebuah
visualisasi kegiatan pembelajaran menjadi sebuah video pembelajaran. Sebuah
tantangan baru bagi guru untuk meningkatkan kemampuan Information Technology
(IT). Jika guru gagap teknologi bagaimana dengan peserta didik-peserta didiknya.
Tidak sedikit guru yang masih terbatas dalam kemampuan IT-nya sehingga produksi
video pembelajarannya terkesan pragmatis, kaku dan to the point. Ini yang
menyebabkan menurunnya minat peserta didik untuk mengakses materi video di
samping untuk menghemat kuota internet juga terkesan membosankan. Berbicara
mengenai sarana belajar smartphone dan kuota internet, ini juga menjadi
permasalahan yang serius bagi guru dan tentunya wali peserta didik. Peserta didik
yang semula belajar tanpa smartphone kini wali peserta didik harus memberikannya.
Di samping kendala harga, banyak wali peserta didik yang tidak ingin membiarkan
anaknya (umumnya peserta didik tingkat dasar dan menengah) memiliki smartphone
karena khawatir dampak negatif yang tidak terkontrol dari aktivitas operasi
smartphone yang di luar kendali. Belum lagi kendala biaya pulsa internet yang
pastinya di luar anggaran biaya belajar. Akibatnya tidak banyak peserta didik yang
mengakses materi video atau melalui zoom meeting. Akhirnya mereka memilih
mengakses materi teks presentasi dan tentu saja kaku dan memerlukan tanya jawab
interaktif.
D. Perasaan Dilema bagi Guru dan Peserta didik
Evaluasi terakhir dari pembelajaran daring adalah perasaan dilema bagi guru
dan peserta didik. Tidak bisa dipungkiri bahwa penilaian hasil belajar secara daring
tidak sebaik pembelajaran tatap muka. Hal ini menimbulkan perang batin seorang
guru yang dihadapkan pada tanggung jawab moral dan tuntutan KKM atau Kriteria
Ketuntasan Minimal (Purwaningsih, 2021). Guru juga kesulitan menilai kejujuran
peserta didik saat kuis, tugas, ujian, dan jenis penilaian hasil belajar lainnya karena
guru tidak bisa mengamati sebuah proses belajar peserta didik dari awal hingga akhir
kecuali dihadapkan pada dokumen tugas dan angka-angka hasil belajar peserta didik.
Kondisi ini semakin membingungkan ketika pada ujian pertama nilainya sangat
minim sedangkan pada ujian berikutnya mendapat nilai sangat tinggi. Tidak hanya
guru dan peserta didik, perasaan dilematis juga dialami oleh orang tua atau wali
peserta didik yang sangsi dengan hasil belajar anaknya sehingga menghadirkan guru
privat. Kondisi ini sangat ironis karena seolah pembelajaran daring tidak cukup
membantu peserta didik belajar secara optimal. Apalagi belajar dengan guru privat
juga menambah anggaran biaya pendidikan sang anak sedangkan biaya pendidikan di
sekolah masih tetap.
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1340
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
1. Hasil kuesioner peserta didik dan wali peserta didik
Berikut ini penulis paparkan hasil penjajakan persepsi peserta didik dan wali
peserta didik terhadap proses pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi selama
dua semester ini di MTsN 4 Jombang pada tahun pelajaran 2020-2021. Hasil
kuesioner mungkin tidak ditampilkan keseluruhan karena ada beberapa data yang
berkaitan dengan identitas atau informasi administrasi siswa.
a. Durasi belajar daring
Gambar 6
Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar
di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Durasi Belajar
Peserta Didik
Dari 135 peserta didik yang sudah merespon kuesioner dapat dipaparkan
bahwa mayoritas peserta didik belajar selama 1-3 jam sehari yaitu sebesar
68,1%. Di MTsN 4 Jombang waktu pembelajaran ada 6 jam pelajaran dengan
waktu 30 menit per jam pelajaran. Artinya dengan waktu yang tersedia lebih
leluasa tidak menjadikan peserta didik belajar dengan waktu yang banyak.
Sebesar 15,6% peserta didik yang belajar selama 4-6 jam sehari dan peserta
didik yang belajar kurang dari 1 jam sehari sebesar 16,3 %. Penulis
berkesimpulan bahwa peserta didik butuh pendampingan dan motivasi yang
lebih jika belajar secara mandiri supaya waktu yang tersedia di rumah dapat
dimanfaatkan dengan baik untuk belajar minimal sesuai dengan durasi waktu
yang disediakan oleh madrasah.
1341
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
b. Interaksi dengan guru
Gambar 7
Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar
Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Cara Belajar
Peserta Didik Secara Daring.
Di sisi penulis melihat ada persentase sebesar 80% peserta didik yang
belajar dengan fokus mengerjakan soal-soal dari guru sedangkan dari teks
pelajaran hanya sebesar 19,3%. Penulis melihat peserta didik tidak atau kurang
mampu belajar dengan buku secara mandiri tanpa bantuan atau pendampingan
dari guru mata pelajaran sehingga mereka lebih fokus mengerjakan tugas
sebagai kewajiban tapi sedikit kesadaran belajar secara mandiri sebagai suatu
kebutuhan. Persentase peserta didik yang belajar dari internet sebesar 23%
sedangkan peserta didik yang belajar dengan aplikasi E-Learning madrasah
sebesar 43%.
c. Kelebihan belajar daring dan daya serap siswa yang minim
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1342
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Gambar 8
Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis
Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Keuntungan
Belajar Daring Dan Daya Serap Siswa Terhadap Materi Pelajaran.
Ada temuan menarik dari gambar diagram di atas yaitu persepsi
keuntungan belajar daring dan kurangnya kemampuan peserta didik dalam
menyerap materi pelajaran. Di sini penulis melihat peserta didik seperti
menghadapi sebuah dilema yang tinggi dimana mereka menikmati keleluasaan
dan keuntungan lainnya belajar secara daring namun harus diakui mereka
merasa kurang bisa memahami materi yaitu ada Persentase sebesar 68,1%
peserta didik yang kurang bisa memahami materi pelajaran. Artinya peserta
didik lagi-lagi membutuhkan pendampingan dalam belajar meskipun mereka
ditempa untuk siap belajar secara mandiri melalui petunjuk-petunjuk belajar
dari guru. Meskipun begitu ada Persentase sebesar 28.1% peserta didik yang
mampu menyerap materi pelajaran secara daring sisanya ada 3,8% peserta
didik yang tidak bisa menyerap materi dengan baik.
d. Belajar daring yang menyenangkan tetapi bukan preferensi yang baik
1343
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
Gambar 9
Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis
Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Belajar Daring
Yang Menyenangkan Tetapi Bukan Preferensi Yang Baik Bagi Siswa.
Ada fakta menarik dari diagram di atas yaitu peserta didik yang senang
dengan pembelajaran daring Persentasenya sebesar 60% akan tetapi itu tidak
menunjukkan preferensi mereka ketika dihadapkan pada pilihan pembelajaran
daring atau tatap muka dimana di diagram itu ditampilkan hanya 21,5% peserta
didik yang menyukai belajar secara daring dan 78,5% peserta didik yang tidak
menyukai. Dari data ini lagi-lagi menunjukkan bahwa peserta didik terjebak
pada situasi di mana mereka merasa nyaman dengan kondisi pembelajaran
yang bebas namun dari sisi lain mereka juga merasa keberatan jika kondisi
pembelajaran daring ini dilanjutkan. Penulis berpendapat bahwa peserta didik
membutuhkan sosok guru pendamping untuk memandu belajar mereka. Hal ini
bisa dilakukan secara efektif apabila dilakukan dengan pembelajaran tatap
muka.
e. Sarana internet yang dibutuhkan
Gambar 10
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1344
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar
Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Kendala Belajar Secara
Daring
Di bagian ini penulis tidak menjelaskan secara rinci karena dari data
tersebut dapat dibaca langsung bagaimana persepsi peserta didik terhadap
kendala pembelajaran daring. Akan tetapi ada satu hal yang perlu untuk
dipaparkan yaitu mengenai sarana belajar peserta didik. Ada Persentase sebesar
27,4% peserta didik yang terkendala dalam jaringan atau kuota internet
sehingga mengganggu kenyamanan belajar secara daring. Ada juga peserta
didik yang tidak memiliki perangkat smartphone yang memadai dengan
Persentase sebesar 3%. Tidak besar Persentasenya namun ini juga harus
menjadi perhatian untuk menentukan bagaimana model pembelajaran
selanjutnya.
f. Kritik dan peserta didik
Di bagian ini penulis tidak mengulas lebih dalam namun penulis
memaparkan persepsi peserta didik dalam pembelajaran daring di MTsN 4
Jombang selama 2 semester ini. Gambar berikut menampilkan kritik dan
penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran selama masa pandemi serta saran
untuk pembelajaran selanjutnya.
1345
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1346
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Gambar 11
Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar Di
Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Kritik Peserta Didik Terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran Daring
1347
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
Gambar 12
Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar
Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Saran Peserta Didik Untuk
Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya
Beberapa kritik dan saran peserta didik ditampilkan pada gambar 11 dan
gambar 12. Namun secara keseluruhan, dari responden siswa yang mengisi
kuesioner yang dibagikan pada tanggal 11 Juni 2021 dapat direkapitulasi
menjadi tabel di bawah ini :
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1348
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Tabel 1
Rekapitulasi kritik/penilaian terhadap proses pembelajaran daring
di MTsN 4 Jombang
Kritik/Penilaian terhadap
proses pembelajaran daring
Jumlah
(siswa)
Persentase
(%)
Baik
17
12%
Cukup
18
12%
Kurang
40
28%
Jawaban/kritik lainnya
70
48%
Jumlah Responden (siswa)
145
100%
Tabel 2
Rekapitulasi saran terhadap proses pembelajaran berikutnya di MTsN 4
Jombang
Saran/Rekomendasi
Jumlah Persentase
terhadap pembelajaran
(siswa)
(%)
berikutnya
Daring
7
5%
Tatap muka
79
54%
Jawaban/saran lainnya
59
41%
Jumlah Responden
(siswa)
145
100%
Kesimpulan
Dari beberapa evaluasi di atas, maka kegiatan pembelajaran tatap muka sangat
dibutuhkan bagi peserta didik, guru, dan juga orang tua atau wali peserta didik.
Meskipun situasi dan kondisi masih dalam masa pandemi pembelajaran tatap muka bisa
dilaksanakan dengan tetap menerapkan disiplin ketat protokol kesehatan. Penerapan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sebagai prinsip kurikulum K13 akan
berjalan lebih efektif apabila dilaksanakan pembelajaran tatap muka. Pandemi ini adalah
ujian bersama namun pandemi tidak menghalangi peserta didik untuk belajar secara
bersama pada ruang belajar yang sama dan waktu yang sama pula.
1349
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
Jika dalam pendidikan di lingkungan keluarga peserta didik setiap hari bergaul
dengan saudara dan ayah ibu maka untuk pendidikan lingkungan sekolah juga
demikian. Oleh karena itu, dalam menyambut Tahun Pelajaran 2021-2022 mendatang
pembelajaran tatap muka sebagai penguat hubungan guru dan peserta didik seperti
hubungan ayah dan ibu dengan anak serta untuk optimalisasi proses pembelajaran
menjadi sangat penting dan harus segera dilaksanakan.
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1350
Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
Bibliografi
Ainiyah, N. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Al-Ulum,
13(1), 25–38.
Baharun, H. (2015). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Di Madrasah. Pedagogik: Jurnal Pendidikan, 1(1).
Ekawati, L. (2019). Pelaksanaan Kurikulum Pandemi Antara Regulasi Dan Kondisi.
Teks: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 4(2), 8–16.
https://doi.org/10.26877/teks.v4i2.8275
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran daring sebagai upaya study
from home (SFH) selama pandemi covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), 8(3), 496–503.
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran
pada masa pandemi covid-19. JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70.
https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
Kustijono, R., & HM, E. W. (2014). Pandangan guru terhadap pelaksanaan kurikulum
2013 dalam pembelajaran fisika SMK di Kota Surabaya. Jurnal Penelitian Fisika
Dan Aplikasinya (JPFA), 4(1), 1–14. http://dx.doi.org/10.26740/jpfa.v4n1.p1-14
Kusuma, D. A. (2020). Dampak penerapan pembelajaran daring terhadap kemandirian
belajar (self-regulated learning) mahasiswa pada mata kuliah geometri selama
pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19. Teorema: Teori Dan Riset
Matematika, 5(2), 169–175. http://dx.doi.org/10.25157/teorema.v5i2.3504
Purwaningsih, H. (2021). Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Melayani
Peserta Didik Di Masa Pandemi COVID-19. Educational: Jurnal Inovasi
Pendidikan
&
Pengajaran,
1(1),
36–44.
https://doi.org/10.51878/educational.v1i1.53
Rofiq, M. N. (2010). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam pengajaran
pendidikan agama Islam. Jurnal Falasifa, 1(1), 1–14.
Sari, W., Rifki, A. M., & Karmila, M. (2020). Analisis Kebijakan Pendidikan terkait
Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Darurat COVID 19. Jurnal
Mappesona, 2(2).
Tampilen, T., & Kunarsih, S. (2021). Peningkatan Kualitas Pendidikan Dalam Masa
Pandemi Lewat Pembelajaran Online. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan,
12(2).
Tangney, S. (2014). Student-centred learning: a humanist perspective. Teaching in
Higher Education, 19(3), 266–275.
1351
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021
Fitra Tamami
Utami, Y. P., & Dewi, P. S. (2020). Model Pembelajaran Interaktif SPLDV dengan
Aplikasi Rumah Belajar. Mathema: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 24–31.
https://doi.org/10.33365/jm.v2i1.572
Waluyati, I., & Tasrif, T. (2020). Penerapan New Normal dalam Masa Pandemi Covid
19 di Sekolah. EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi), 3(2), 50–61.
https://doi.org/10.33627/es.v3i2.362
Yusuf, A. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan.
Prenada Media.
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021
1352