Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi) p-ISSN : 2745-7141 e-ISSN : 2746-1920 Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Pendidikan EVALUASI PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI Fitra Tamami MTsN 4 Jombang, Jawa Timur, Indonesia Email: fitratamami07@gmail.com INFO ARTIKEL Diterima 17 Juli 2021 Diterima dalam bentuk review 05 Agustus 2021 Diterima dalam bentuk revisi 13 Agustus 2021 Kata kunci: evaluasi; pembelajaran jarak jauh; masa pandemi. Keywords: evaluation; distance learning; pandemic period. ABSTRAK Latar Belakang: Pembelajaran di era pandemi adalah sebuah tantangan baru dalam dunia pendidikan. Selama berjalan setahun lebih pandemi COVID-19 ini pembelajaran di sekolah menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan (daring). Tujuan: Mengevaluasi bagaimana pembelajaran secara daring dalam masa pandemi. Metode: Menggunakan metode observasi selama proses pembelajaran dan kuesioner di akhir tahun pelajaran untuk mendapat data dari sampel peserta didik dan wali peserta didik. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil: Kegiatan pembelajaran tatap muka sangat dibutuhkan bagi peserta didik, guru dan juga orang tua atau wali peserta didik. Meskipun situasi dan kondisi masih dalam masa pandemi pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan dengan tetap menerapkan disiplin ketat protokol kesehatan. Kesimpulan: Pembelajaran tatap muka sebagai penguat hubungan guru dan peserta didik seperti hubungan ayah dan ibu dengan anak serta untuk optimalisasi proses pembelajaran menjadi sangat penting dan harus segera dilaksanakan. ABSTRACT Background: Learning in the pandemic era is a new challenge in the world of education. During this more than a year of the COVID-19 pandemic, learning in schools has implemented a distance learning system or online. Objectives: To evaluate how online learning is during a pandemic. Methods: Use observation methods during the learning process and questionnaires at the end of the school year to obtain data from a sample of students and their guardians. This study uses descriptive analysis. Results: Face-to-face learning activities are needed for students, teachers, and also parents or guardians of students. Even though the situation and conditions are still in the pandemic period, face-to-face learning can be carried out by continuing to apply strict discipline to health protocols. Conclusion: Face-to-face learning as a strengthening of teacher-student relationships such as the relationship between father and mother with children and for optimizing the learning 1332 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi process is very immediately. important and must be implemented Pendahuluan Sudah setahun lebih sejak Februari 2019 pandemi COVID-19 melanda Indonesia namun situasi belum sesuai harapan bahkan data pasien COVID-19 terus meningkat setiap harinya. Dilansir oleh https://covid19.go.id/peta-sebaran pada tanggal 11 Juni 2021 angka sebaran COVID-19 sudah mencapai 1,9 juta pasien terkonfirmasi. Meskipun saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya melaksanakan program vaksinasi ke daerah-daerah akan tetapi melihat laporan angka tersebut masih terbilang tinggi. Ini artinya disiplin protokol kesehatan tetap harus dijalankan oleh masyarakat dengan kesadaran penuh dan peduli satu sama lain. Menyambut datangnya tahun ajaran baru 2021-2022 pemerintah menganjurkan untuk sekolah-sekolah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Hal ini berdasarkan pernyataan mendikbud Nadiem Makarim pada tanggal 30 Maret 2021 secara daring menyatakan "Jadi bukan diterapkan di Juli 2021, tapi aspirasinya semua sekolah sudah belajar tatap muka di Juli 2021. Itu sesuai keputusan SKB 4 Menteri" (Tampilen & Kunarsih, 2021). Jika melihat data penyebaran COVID-19 yang terus meningkat seharusnya pemerintah tidak perlu buru-buru menginstruksikan pembelajaran tatap muka karena ini bertentangan dengan upaya memutus mata rantai penyebaran virus yang selama ini digalakkan. Akan tetapi jika melihat kondisi di lapangan tentang pembelajaran daring selama hampir tiga semester ini maka ada banyak alasan untuk dimulainya kembali pembelajaran tatap muka apalagi saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya menjalankan program vaksinasi. Pembelajaran tatap muka bukan kembali normal seperti masa sebelum pandemi akan tetapi tetap membiasakan adaptasi kebiasaan baru yaitu disiplin protokol kesehatan (Waluyati & Tasrif, 2020). Pembelajaran tatap muka tidak hanya dirindukan oleh peserta didik yang mengalami kebingungan belajar akan tetapi juga dirindukan oleh guru yang dihadapkan pada situasi yang serba dilematis. Berdasarkan permendikbud nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum K13 yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau yang biasa disebut student centred learning (Tangney, 2014), sebenarnya masa pandemi yang membawa pada pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan (daring) adalah tantangan baru bagi dunia pendidikan dimana pada pembelajaran ini peserta didik memiliki kebebasan belajar secara mandiri. (Ekawati, 2019) menjelaskan bahwa prinsip student centred learning sebagai ciri Pembelajaran Kurikulum 2013 perlu diikuti dengan penyempurnaan pola pikir (mindset) sebagai berikut: 1. Perubahan dari pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam (Utami & Dewi, 2020), sumber/media lainnya) pada Pembelajaran Kurikulum 2013; 1333 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami 2. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (Kustijono & HM, 2014) (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet) pada Pembelajaran Kurikulum 2013; 3. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta didik aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains) pada Pembelajaran Kurikulum 2013; 4. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim) pada Pembelajaran Kurikulum 2013; 5. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia pada Pembelajaran Kurikulum 2013; 6. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik pada Pembelajaran Kurikulum 2013; 7. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines) pada Pembelajaran Kurikulum 2013; dan 8. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis pada Pembelajaran Kurikulum 2013 . Penjelasan di atas menjelaskan kondisi pembelajaran daring menjadi kesempatan bagi praktisi pendidikan untuk mengajak peserta didik pada era merdeka belajar sebagaimana slogan yang dicanangkan Mendikbud Nadiem Makarim pada awal periode jabatannya dan juga menjadi ajang pembuktian bahwa pembelajaran yang berpusat pada peserta didik bisa diterapkan dengan baik di mana peserta didik bisa belajar secara mandiri, peserta didik leluasa mengorganisasi waktu belajar, peserta didik dapat membangun kesadaran belajar secara mandiri dan tentunya pembelajaran daring untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 (Kusuma, 2020). Menurut Rofiq (2010) mengungkapkan bahwa kalangan pendidik menyadari peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang melakukannya (visual) dan ada juga yang lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru (auditori). Ada juga karakter peserta didik yang bisa belajar lebih mudah dengan melibatkan diri dalam kegiatan (kinestetik) (Baharun, 2015). Melihat karakter peserta didik yang beragam tersebut praktisi pendidikan harus lebih jeli mengenali peserta didik dan menentukan karakter pembelajaran seperti apa yang sesuai untuk peserta didik. Pembelajaran di era pandemi adalah sebuah tantangan baru dalam dunia pendidikan. Selama berjalan setahun lebih pandemi COVID-19 ini pembelajaran di sekolah menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan (daring) (Sari et al., 2020). Dalam pelaksanaannya tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi guru di era pandemi ini ada banyak pengalaman yang bisa disampaikan sebagai bahan pelajaran dan evaluasi. Oleh karena itu artikel ini mencoba memberikan gambaran singkat mengenai proses pembelajaran daring melalui sebuah artikel ilmiah dengan judul “Evaluasi Pembelajaran di Masa Pandemi” (Herliandry et al., 2020). Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1334 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Penulisan artikel ini dilandasi dengan kesadaran bahwa guru adalah salah satu dari tiga kriteria orang tua sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam berikut ini : ‫ وهى أفضلهم‬,‫ والذي علمك‬,‫ والذي زوجك ابنته‬,‫ أبىك الذي ولدك‬:‫آباؤك ثالثة‬ Habib Zein bin Sumaith mengutip sebuah ungkapan yang artinya “Bapakmu itu ada tiga. satu, bapak yang menyebabkan kelahiranmu. Dua, mertuamu. Tiga, gurumu. Dia yang paling mulia.” (Al-Manhaj al-Sawi, hal 218). Dari hadits di atas dijelaskan bahwa guru adalah bagian dari orang tua dan disebutkan bahwa guru adalah yang paling mulia. Oleh karena itu, artikel ini diharapkan mampu memberikan penilaian yang sesuai terhadap pembelajaran daring sehingga guru mampu memaksimalkan fungsi guru sebagai orang tua peserta didik. Penulisan artikel ini dimaksudkan sebagai testimoni, masukan sekaligus evaluasi pembelajaran daring. Adapun manfaatnya adalah adanya rekomendasi untuk pembelajaran yang akan datang dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Herliandry et al., 2020), karena untuk kondisi saat ini sudah saatnya setiap pelajaran di sekolah peserta didik diajarkan budi pekerti yang luhur (Ainiyah, 2013). Di MTsN 4 Jombang ini kondisi siswa beragam berdasarkan asal-usul siswanya dan juga berdasarkan domisilinya. Ada yang yang tinggal di asrama, umumnya dari luar kota Jombang dan ada yang dari warga sekitar madrasah yang tinggal di rumahnya masing-masing. Santri atau siswa yang tinggal di asrama tidak boleh membawa handphone dan laptop atau dibatasi penggunaan keduanya sehingga ketika belajar daring siswa asrama merasa kesulitan secara teknis. Interaksi dengan guru juga terbatas karena hanya menggunakan satu laptop untuk belajar bersama. Beda dengan kondisi di mana saat pembelajaran tatap muka siswa lebih mudah belajar dan berinteraksi dengan guru karena ada banyak guru yang mengajar di madrasah dan juga mengajar di pondok sehingga hubungan keduanya terjalin dengan baik. Gambar 1 Kedekatan siswa dan guru pada saat kegiatan belajar mengajar. 1335 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan testimoni, masukan sekaligus evaluasi terhadap pembelajaran daring bagi siswa yang sudah berjalan selama kurang lebih 3 semester. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai rekomendasi untuk pembelajaran yang akan datang dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Metode Penelitian Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode observasi selama proses pembelajaran dan melakukan kuesioner kepada peserta didik dan wali peserta didik di akhir tahun pelajaran untuk menjajaki respon masyarakat terhadap pembelajaran daring khususnya di MTsN 4 Jombang. Artikel ini menggunakan analisis deskriptif yaitu “mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum” (Yusuf, 2016). Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pengalaman serta hasil observasi yang telah dilakukan selama 2 (dua) semester di MTsN 4 Jombang ada beberapa temuan yang dapat disampaikan selama proses pembelajaran daring. Di satu sisi pembelajaran daring memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri dan mengeksplorasi sumber belajar dengan jangkauan yang lebih luas dan waktu yang tidak terbatas. Namun disisi lain ada banyak kelemahan dari pembelajaran daring yang perlu dievaluasi lebih dalam lagi di antaranya yaitu pada (1) kegiatan pembelajaran yang kehilangan figur seorang guru; (2) minimnya pendidikan kedisiplinan dan pendidikan karakter; (3) sarana pembelajaran yang terbatas, dan (4) perasaan dilema bagi guru dan peserta didik. A. Kegiatan Pembelajaran yang Kehilangan Figur Seorang Guru Gambar 2 Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Yang Mencerminkan Hangatnya Hubungan Guru Dan Peserta Didik Serta Hubungan Antar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1336 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Dalam kegiatan pembelajaran daring ternyata ada sesuatu yang hilang dari kegiatan pembelajaran tatap muka, yaitu kualitas hubungan belajar antara guru dan peserta didik. Guru yang mengajar dengan tatap muka biasanya bisa mengetahui bagaimana peserta didik tersebut memahami sebuah materi dengan dialog, melihat mimik wajah atau dengan pertanyaan langsung yang itu semua tidak bisa dilakukan pada pembelajaran daring. Kondisi ini juga dialami oleh peserta didik yang menerima materi pembelajaran yang konstruktif dan terkesan kaku karena peserta didik hanya membaca dan mendengar suara tanpa ada kesempatan yang leluasa untuk dialog interaktif. Kegiatan pembelajaran yang instruktif inilah yang menjadikan guru kesulitan menerapkan pendekatan persuasif dalam penyampaian materi kepada peserta didik agar menguasai 4 kompetensi dasar yaitu, spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Tidak hanya itu, pembelajaran daring sebagai cerminan penerapan merdeka belajar menjadikan peserta didik terkesan terlantar belajar (Handarini & Wulandari, 2020). Kondisi ini terjadi apabila komunikasi guru dan peserta didik terputus sedangkan peserta didik dihadapkan pada materi pelajaran yang dibagikan di aplikasi e-Learning yang digunakan oleh sekolah. Materi berbasis teks sedangkan tugas mandiri peserta didik sangat banyak. Dampak dari terlantar belajar ini dikhawatirkan memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mencari kegiatan lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pembelajaran yaitu, bermain game online atau offline dan atau bermain media sosial. Kondisi ini tidak banyak disadari oleh guru, peserta didik dan wali peserta didik ketika pembelajaran daring bergeser dari menyampaikan materi menjadi memberi tugas sehingga ketika peserta didik sudah menerima materi dan mengumpulkan tugas maka kegiatan belajar dianggap tuntas. Di sisi lain kesibukan sehari-hari dan kapasitas orang tua atau wali peserta didik yang beragam mempengaruhi tingkat perannya dalam mendampingi kegiatan belajar peserta didik. 1337 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami Gambar 3 Kegiatan pembelajaran daring dengan komunikasi melalui media sosial. Komunikasi via media sosial pada tanggal 10 Agustus 2020. B. Minimnya Pendidikan Kedisiplinan dan Pendidikan Karakter Gambar 4 Kegiatan Pendisiplinan Peserta Didik MTSN 4 Jombang Saat Masuk Kelas Mulai Dari Pendisiplinan Waktu, Seragam Dan Atribut Madrasah Serta Kelengkapan Belajarnya Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1338 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Dalam hal kedisiplinan dan pendidikan karakter, peserta didik harus bisa mengorganisasi kedisiplinan belajar dan berperilaku secara mandiri. Faktanya ini tidak sesuai harapan dimana masih banyak peserta didik yang tidak online pada saat jam belajar dan tidak jarang alasan peserta didik tidak mengikuti pelajaran pada jam belajar adalah karena tidur. Pada kondisi seperti ini peserta didik tidak bisa menghukum dirinya sendiri karena peserta didik tidak dihadapkan pada seorang guru sebagai sosok atau figur utama. Jika pada pembelajaran tatap muka peserta didik bisa belajar disiplin dengan melihat sosok atau figur seorang guru yang disiplin, bertutur kata yang baik, sopan, santun juga dari guru maka peserta didik akan kesulitan belajar itu semua kalau tidak bertemu guru. Dalam komunikasi berbasis teks melalui smartphone saja peserta didik banyak yang tidak mengerti etika berkomunikasi yang baik, misalnya pada saat merespon penjelasan guru dengan “OK Pak”, “Makasih Pak”. Belum lagi ada yang suka bermain emoticon-emoticon yang seharusnya itu dibagikan kepada temannya juga dibagikan kepada guru. Kondisi seperti ini menjadikan guru tidak bisa mengenali karakter peserta didik secara utuh kecuali nama peserta didik tersebut. Padahal guru juga harus memberikan penilaian kepribadian peserta didik pada kegiatan penilaian semester. Lalu bagaimana jika nanti pembelajaran tatap muka digelar, tentu ini menjadi rapelan pekerjaan rumah bagi guru dan madrasah secara umum. Gambar 5 Kegiatan Belajar Daring Bersama di Pondok/Asrama serta Cuplikan Komunikasi Antar Peserta Didik dengan Guru Melalui Grup Media Sosial. 1339 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami C. Sarana Pembelajaran yang Terbatas Evaluasi selanjutnya pada pembelajaran daring adalah tentang sarana pembelajaran. Kondisi pandemi yang darurat memaksa sekolah-sekolah menerapkan kurikulum darurat dengan kesiapan sarana pembelajaran yang darurat pula. Akibatnya semua berjalan seperti tanpa persiapan. Guru yang biasa menyiapkan pembelajaran dengan bekal alat tulis dan buku paket kini harus membuat sebuah visualisasi kegiatan pembelajaran menjadi sebuah video pembelajaran. Sebuah tantangan baru bagi guru untuk meningkatkan kemampuan Information Technology (IT). Jika guru gagap teknologi bagaimana dengan peserta didik-peserta didiknya. Tidak sedikit guru yang masih terbatas dalam kemampuan IT-nya sehingga produksi video pembelajarannya terkesan pragmatis, kaku dan to the point. Ini yang menyebabkan menurunnya minat peserta didik untuk mengakses materi video di samping untuk menghemat kuota internet juga terkesan membosankan. Berbicara mengenai sarana belajar smartphone dan kuota internet, ini juga menjadi permasalahan yang serius bagi guru dan tentunya wali peserta didik. Peserta didik yang semula belajar tanpa smartphone kini wali peserta didik harus memberikannya. Di samping kendala harga, banyak wali peserta didik yang tidak ingin membiarkan anaknya (umumnya peserta didik tingkat dasar dan menengah) memiliki smartphone karena khawatir dampak negatif yang tidak terkontrol dari aktivitas operasi smartphone yang di luar kendali. Belum lagi kendala biaya pulsa internet yang pastinya di luar anggaran biaya belajar. Akibatnya tidak banyak peserta didik yang mengakses materi video atau melalui zoom meeting. Akhirnya mereka memilih mengakses materi teks presentasi dan tentu saja kaku dan memerlukan tanya jawab interaktif. D. Perasaan Dilema bagi Guru dan Peserta didik Evaluasi terakhir dari pembelajaran daring adalah perasaan dilema bagi guru dan peserta didik. Tidak bisa dipungkiri bahwa penilaian hasil belajar secara daring tidak sebaik pembelajaran tatap muka. Hal ini menimbulkan perang batin seorang guru yang dihadapkan pada tanggung jawab moral dan tuntutan KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal (Purwaningsih, 2021). Guru juga kesulitan menilai kejujuran peserta didik saat kuis, tugas, ujian, dan jenis penilaian hasil belajar lainnya karena guru tidak bisa mengamati sebuah proses belajar peserta didik dari awal hingga akhir kecuali dihadapkan pada dokumen tugas dan angka-angka hasil belajar peserta didik. Kondisi ini semakin membingungkan ketika pada ujian pertama nilainya sangat minim sedangkan pada ujian berikutnya mendapat nilai sangat tinggi. Tidak hanya guru dan peserta didik, perasaan dilematis juga dialami oleh orang tua atau wali peserta didik yang sangsi dengan hasil belajar anaknya sehingga menghadirkan guru privat. Kondisi ini sangat ironis karena seolah pembelajaran daring tidak cukup membantu peserta didik belajar secara optimal. Apalagi belajar dengan guru privat juga menambah anggaran biaya pendidikan sang anak sedangkan biaya pendidikan di sekolah masih tetap. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1340 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi 1. Hasil kuesioner peserta didik dan wali peserta didik Berikut ini penulis paparkan hasil penjajakan persepsi peserta didik dan wali peserta didik terhadap proses pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi selama dua semester ini di MTsN 4 Jombang pada tahun pelajaran 2020-2021. Hasil kuesioner mungkin tidak ditampilkan keseluruhan karena ada beberapa data yang berkaitan dengan identitas atau informasi administrasi siswa. a. Durasi belajar daring Gambar 6 Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Durasi Belajar Peserta Didik Dari 135 peserta didik yang sudah merespon kuesioner dapat dipaparkan bahwa mayoritas peserta didik belajar selama 1-3 jam sehari yaitu sebesar 68,1%. Di MTsN 4 Jombang waktu pembelajaran ada 6 jam pelajaran dengan waktu 30 menit per jam pelajaran. Artinya dengan waktu yang tersedia lebih leluasa tidak menjadikan peserta didik belajar dengan waktu yang banyak. Sebesar 15,6% peserta didik yang belajar selama 4-6 jam sehari dan peserta didik yang belajar kurang dari 1 jam sehari sebesar 16,3 %. Penulis berkesimpulan bahwa peserta didik butuh pendampingan dan motivasi yang lebih jika belajar secara mandiri supaya waktu yang tersedia di rumah dapat dimanfaatkan dengan baik untuk belajar minimal sesuai dengan durasi waktu yang disediakan oleh madrasah. 1341 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami b. Interaksi dengan guru Gambar 7 Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Cara Belajar Peserta Didik Secara Daring. Di sisi penulis melihat ada persentase sebesar 80% peserta didik yang belajar dengan fokus mengerjakan soal-soal dari guru sedangkan dari teks pelajaran hanya sebesar 19,3%. Penulis melihat peserta didik tidak atau kurang mampu belajar dengan buku secara mandiri tanpa bantuan atau pendampingan dari guru mata pelajaran sehingga mereka lebih fokus mengerjakan tugas sebagai kewajiban tapi sedikit kesadaran belajar secara mandiri sebagai suatu kebutuhan. Persentase peserta didik yang belajar dari internet sebesar 23% sedangkan peserta didik yang belajar dengan aplikasi E-Learning madrasah sebesar 43%. c. Kelebihan belajar daring dan daya serap siswa yang minim Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1342 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Gambar 8 Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Keuntungan Belajar Daring Dan Daya Serap Siswa Terhadap Materi Pelajaran. Ada temuan menarik dari gambar diagram di atas yaitu persepsi keuntungan belajar daring dan kurangnya kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pelajaran. Di sini penulis melihat peserta didik seperti menghadapi sebuah dilema yang tinggi dimana mereka menikmati keleluasaan dan keuntungan lainnya belajar secara daring namun harus diakui mereka merasa kurang bisa memahami materi yaitu ada Persentase sebesar 68,1% peserta didik yang kurang bisa memahami materi pelajaran. Artinya peserta didik lagi-lagi membutuhkan pendampingan dalam belajar meskipun mereka ditempa untuk siap belajar secara mandiri melalui petunjuk-petunjuk belajar dari guru. Meskipun begitu ada Persentase sebesar 28.1% peserta didik yang mampu menyerap materi pelajaran secara daring sisanya ada 3,8% peserta didik yang tidak bisa menyerap materi dengan baik. d. Belajar daring yang menyenangkan tetapi bukan preferensi yang baik 1343 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami Gambar 9 Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Belajar Daring Yang Menyenangkan Tetapi Bukan Preferensi Yang Baik Bagi Siswa. Ada fakta menarik dari diagram di atas yaitu peserta didik yang senang dengan pembelajaran daring Persentasenya sebesar 60% akan tetapi itu tidak menunjukkan preferensi mereka ketika dihadapkan pada pilihan pembelajaran daring atau tatap muka dimana di diagram itu ditampilkan hanya 21,5% peserta didik yang menyukai belajar secara daring dan 78,5% peserta didik yang tidak menyukai. Dari data ini lagi-lagi menunjukkan bahwa peserta didik terjebak pada situasi di mana mereka merasa nyaman dengan kondisi pembelajaran yang bebas namun dari sisi lain mereka juga merasa keberatan jika kondisi pembelajaran daring ini dilanjutkan. Penulis berpendapat bahwa peserta didik membutuhkan sosok guru pendamping untuk memandu belajar mereka. Hal ini bisa dilakukan secara efektif apabila dilakukan dengan pembelajaran tatap muka. e. Sarana internet yang dibutuhkan Gambar 10 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1344 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Kendala Belajar Secara Daring Di bagian ini penulis tidak menjelaskan secara rinci karena dari data tersebut dapat dibaca langsung bagaimana persepsi peserta didik terhadap kendala pembelajaran daring. Akan tetapi ada satu hal yang perlu untuk dipaparkan yaitu mengenai sarana belajar peserta didik. Ada Persentase sebesar 27,4% peserta didik yang terkendala dalam jaringan atau kuota internet sehingga mengganggu kenyamanan belajar secara daring. Ada juga peserta didik yang tidak memiliki perangkat smartphone yang memadai dengan Persentase sebesar 3%. Tidak besar Persentasenya namun ini juga harus menjadi perhatian untuk menentukan bagaimana model pembelajaran selanjutnya. f. Kritik dan peserta didik Di bagian ini penulis tidak mengulas lebih dalam namun penulis memaparkan persepsi peserta didik dalam pembelajaran daring di MTsN 4 Jombang selama 2 semester ini. Gambar berikut menampilkan kritik dan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran selama masa pandemi serta saran untuk pembelajaran selanjutnya. 1345 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1346 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Gambar 11 Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Kritik Peserta Didik Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Daring 1347 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami Gambar 12 Hasil Kuesioner Melalui Google Form Kepada Siswa-Siswi Yang Penulis Ajar Di Mtsn 4 Jombang Selama Masa Pandemi Tentang Saran Peserta Didik Untuk Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya Beberapa kritik dan saran peserta didik ditampilkan pada gambar 11 dan gambar 12. Namun secara keseluruhan, dari responden siswa yang mengisi kuesioner yang dibagikan pada tanggal 11 Juni 2021 dapat direkapitulasi menjadi tabel di bawah ini : Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1348 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Tabel 1 Rekapitulasi kritik/penilaian terhadap proses pembelajaran daring di MTsN 4 Jombang Kritik/Penilaian terhadap proses pembelajaran daring Jumlah (siswa) Persentase (%) Baik 17 12% Cukup 18 12% Kurang 40 28% Jawaban/kritik lainnya 70 48% Jumlah Responden (siswa) 145 100% Tabel 2 Rekapitulasi saran terhadap proses pembelajaran berikutnya di MTsN 4 Jombang Saran/Rekomendasi Jumlah Persentase terhadap pembelajaran (siswa) (%) berikutnya Daring 7 5% Tatap muka 79 54% Jawaban/saran lainnya 59 41% Jumlah Responden (siswa) 145 100% Kesimpulan Dari beberapa evaluasi di atas, maka kegiatan pembelajaran tatap muka sangat dibutuhkan bagi peserta didik, guru, dan juga orang tua atau wali peserta didik. Meskipun situasi dan kondisi masih dalam masa pandemi pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan dengan tetap menerapkan disiplin ketat protokol kesehatan. Penerapan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sebagai prinsip kurikulum K13 akan berjalan lebih efektif apabila dilaksanakan pembelajaran tatap muka. Pandemi ini adalah ujian bersama namun pandemi tidak menghalangi peserta didik untuk belajar secara bersama pada ruang belajar yang sama dan waktu yang sama pula. 1349 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami Jika dalam pendidikan di lingkungan keluarga peserta didik setiap hari bergaul dengan saudara dan ayah ibu maka untuk pendidikan lingkungan sekolah juga demikian. Oleh karena itu, dalam menyambut Tahun Pelajaran 2021-2022 mendatang pembelajaran tatap muka sebagai penguat hubungan guru dan peserta didik seperti hubungan ayah dan ibu dengan anak serta untuk optimalisasi proses pembelajaran menjadi sangat penting dan harus segera dilaksanakan. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1350 Evaluasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Bibliografi Ainiyah, N. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Al-Ulum, 13(1), 25–38. Baharun, H. (2015). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Madrasah. Pedagogik: Jurnal Pendidikan, 1(1). Ekawati, L. (2019). Pelaksanaan Kurikulum Pandemi Antara Regulasi Dan Kondisi. Teks: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 4(2), 8–16. https://doi.org/10.26877/teks.v4i2.8275 Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran daring sebagai upaya study from home (SFH) selama pandemi covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), 8(3), 496–503. Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran pada masa pandemi covid-19. JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286 Kustijono, R., & HM, E. W. (2014). Pandangan guru terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 dalam pembelajaran fisika SMK di Kota Surabaya. Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA), 4(1), 1–14. http://dx.doi.org/10.26740/jpfa.v4n1.p1-14 Kusuma, D. A. (2020). Dampak penerapan pembelajaran daring terhadap kemandirian belajar (self-regulated learning) mahasiswa pada mata kuliah geometri selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19. Teorema: Teori Dan Riset Matematika, 5(2), 169–175. http://dx.doi.org/10.25157/teorema.v5i2.3504 Purwaningsih, H. (2021). Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Melayani Peserta Didik Di Masa Pandemi COVID-19. Educational: Jurnal Inovasi Pendidikan & Pengajaran, 1(1), 36–44. https://doi.org/10.51878/educational.v1i1.53 Rofiq, M. N. (2010). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam pengajaran pendidikan agama Islam. Jurnal Falasifa, 1(1), 1–14. Sari, W., Rifki, A. M., & Karmila, M. (2020). Analisis Kebijakan Pendidikan terkait Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Darurat COVID 19. Jurnal Mappesona, 2(2). Tampilen, T., & Kunarsih, S. (2021). Peningkatan Kualitas Pendidikan Dalam Masa Pandemi Lewat Pembelajaran Online. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 12(2). Tangney, S. (2014). Student-centred learning: a humanist perspective. Teaching in Higher Education, 19(3), 266–275. 1351 Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 Fitra Tamami Utami, Y. P., & Dewi, P. S. (2020). Model Pembelajaran Interaktif SPLDV dengan Aplikasi Rumah Belajar. Mathema: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 24–31. https://doi.org/10.33365/jm.v2i1.572 Waluyati, I., & Tasrif, T. (2020). Penerapan New Normal dalam Masa Pandemi Covid 19 di Sekolah. EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi), 3(2), 50–61. https://doi.org/10.33627/es.v3i2.362 Yusuf, A. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan. Prenada Media. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), Vol. 2 No. 8 Agustus Juli 2021 1352