Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
PEMBAHASAN A. Definisi Kepemimpinan Definisi yang pas tentang kepemimpinan dapat dirangkum dengan satu kata yang umum di kenal di semua budaya dan bahasa, kata itu adalah Boss. Menjadi boss atau pemimpin, menurut Concise Oxford Dictionary berarti mendominasi atau menguasai orang lain. Rupert Eales-White, The Effective Leader, alih bahasa Emilia Sekti, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 1. Namun dalam pengertian lain, Leadership Is A Process Not A Position, yaitu kepemimpinan itu bukanlah semata-mata sebuah posisi yang diberi, tetapi posisi pemimpin adalah proses kerja dengan mengarahkan segala segala kemampuan. M. Mas’ud Sa’id, KEPEMIMPINAN, hlm. 183. Berdasarkan paradigma tersebut mempengaruhi persepsi atau cara pandang kita mengenai orang-orang yang menempati posisi istimewa dan menjadi boss untuk mempengaruhi orang banyak. Hal ini tidak terlepas dari karateristik kualitas IQ dan Emotional Inteligent seorang pemimpin sebagai pribadi yang luar biasa yang membedakannya dari manusia-manusia lain. Winardi Winardi. Kepemimipinan dalam Manajemen. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 47. mengartikan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam, faktor-faktor intern maupun ekstern, diantaranya meliputi orang-orang; bekerja dari sebuah posisi organisatoris; dan timbul dalam sebuah situasi yang spesifik. Sehingga kepemimpinan timbul, apabila ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain yaitu situasi dan posisi ada, orang-orangnya juga ada. Sudah menjadi suatu kesepakatan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi sangat begantung pada kualitas kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif akan melahirkan suatu organisasi yang efektif pula. M. Mas’ud Sa’id, KEPEMIMPINAN, hlm. 161. Gitosudarmo dan Sudita Gitosudarmo Indriyo & I Nyoman Sudita. Perilaku Keorganisasian. (Yogyakarta: BPFE, 2000), hlm. 127. mengartikan bahwa kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi, karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama, untuk dicapainya tujuan organisasi. Dari pengertian ini kepemimpinan didefinisikan sebagai salah satu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. James M. Black dalam bukunya Management, A Guide To Executive Command, menerangkan bahwa “leadership is capability of persuading others to work together under their direction as a team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu). Veithzal Riva’I, Arviyan Arifin, Islamic Leadership (membangun super leadership melalui kecerdasan spiritual), (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2009) hal. 106 Dari definisi ini, nampak bahwa kepemimpinan adalah suatu proses, bahwa orang yang meliputi faktor pemimpin pengikut dan faktor situasi untuk menghasilkan prestasi dan kepuasan. Kusnadi Kusnadi dkk. Pengantar Manajemen (Konsepsual & Perilaku). (Malang: Univeritas Brawijaya, 2005), hlm. 353. mengemukakan bahwa kepemimpinan tidak saja berarti pemimpin dan mempengaruhi orang-orang, tetapi juga pemimpin terhadap perubahan dan sumber aspirasi serta motivasi bawahan. Dalam hal ini, pemimpin selalu di kaitkan dengan kemampuan memberi “pengaruh” yang menurut kamus besar bahasa Indonesia Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id/pengaruh. di akses pada 15 Oktober 2014 pukul 01:28 Wib. adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu baik orang atau benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Tujuan sebenarnya dari sikap mempengaruhi seorang pemimpin adalah untuk pengembangan organisasi. Berkaitan dengan tujuan pengembangan organisasi, dikutip oleh Soenyoto Rais dalam M. Mas’ud Sa’id M. Mas’ud Sa’id, KEPEMIMPINAN, hlm. 290. Garry Desler mengemukakan bahwa meskipun banyak digunakan teknik-teknik organisasi yang berlainan, teknik-teknik tersebut di maksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: a) meningkatkan tingkat bantuan (dorongan) dan kepercayaan di antara partisipan, b) mengangkat konfrontasi permasalahan organisasi secara terbuka, c) meningkatkan keterbukaan dan kebenaran komunikasi dalam berorganisasi, d) meningkatkan kegairahan pribadi dan pengendalian diri. Sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pegaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat striktur, mmfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi. Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi: edisi Kelima, alih bahasa:Budi Supriyanto, (Jakarta; PT Indeks, 2009) hal. 3. B. Tipe Kepemimpinan Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan menyebutkan beberapa tipe kepemimpinan: Tipe Kharismatis Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Tipe Paternalistis dan maternalistis Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar. Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan. Tipe Militeristis Jika dilihat dengan seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Hendaknya di pahami, bahwa tipe kepimimpinan militeristis berbeda sekali dengan kepemimpinan organisasi militer (seorang tokoh militer). Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah. Tipe Otokratis (Outhoritative, Dominator) Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh. Tipe Laissez Faire Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. Ringkasnya, pemimpin tipe ini pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya. Sebab bawahan dalam situasi kerja sedemikian itu sama sekali tidak terpimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin; masing-masing orang bekerja semau sendiri dengan irama dan tempo “semau gue”. Tipe Populistis Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri (asing). Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) sikap nasionalisme. Dan oleh professor S.N. Eisentadt populisme erat dikaitkan dengan modernitas tradisional. Tipe Administratif atau Eksekutif Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat. Tipe Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan Demokratis juga sering disebut sebagai kepemimpinan group developer. Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998) hal. 69-74. Sedangkan untuk gaya kepemimpin menurut teori Path-Goal, (merupakan teori yang menganalisa pengaruh kepemimpinan (terutama perilaku pemimpin) terhadap motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja) ada empat gaya kepemimpinan, yaitu: Kepemimpinan Direktif Memberi tahu kepada pengikut mengenai apa yang diharapkan dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan dan memberikan bimbingan khusus terkait dengan cara menyelesaikan berbagai tugas tersebut. Kepemimpinan yang suportif Pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikut. Pemimpin yang partisipatif Berunding dengan para pengikut dan menggunakan saran saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Pemimpin yang berorientasi pencapaian Menetapkan tujuan-tujuan yang besar dan dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat baik. Rahmad Hidayat, Kepemimpinan,( http://www.academia.edu/6807356/Kepemimpinan) diakses pada 14 November 2014 pukul 05.44 WIB. Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat. C. Kepemimpinan yang Efektif Rhenald Kasali dalam bukunya Self Driving mengatakan “bangsa yang hebat adalah a driver nation. “Driver nation ” sendiri hanya bisa di hasilkan oleh pribadi-pribadi yang di sebut “driver”, yang menyadari bahwa ia adalah mandataris kehidupan, dan pemimpin-pemimpinnya sadar bahwa ia mendapat mandataris dari rakyat untuk melakukan perubahan. Rhenald Kasali, Self Driving, (Bandung; Mizan, 2014) hal. 7. Dari penjelasan ini maka seorang pemimpin bisa juga di sebut driver atau sopir yang mendapat mandat untuk melakukan perubahan di mana tempat dia berada. Berubah berarti memperbaiki diri, memperbaiki kehidupan. Maka seorang pemimpin atau driver harus memiliki prinsip: Inisiatif. Bekerja tanpa ada yang menyuruh. Berani mengambil langkah berisiko, responsive dan cepat membaca gejala. Melayani. Orang yang berpikir tentang orang lain, mampu mendengar, mau memahami, peduli, berempati. Navigasi. Memiliki keterampilan membawa gerbong ke tujuan, tahu arah, mampu mengarahkan, memberi semangat, dan menyatukan tindakan. Memelihara “kendaraan” untuk mencapai tujuan. Tanggung Jawab. Tidak menyalahkan orang lain, tidak berbelit-belit atau menutupi kesalahan diri sendiri. Rhenald Kasali, Self Driving,. Hal. 41-42. Dalam hal ini kami akan mengaitkan denga pemimpin yang ada dalam lembaga pendidikan, tidak lain adalah kepala sekolah. Marno dan Triyo Supriyatno menyebutkan bahwa keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Karena ia merupakan pemimpin di lembaganya, maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang ditetapkan, ia harus mamp melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global. Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidika Islam, (Bandung; PT Refika Aditama, 2008), hal. 33. Kepala sekolah sebagai pemimpin di tuntut untuk selalu: Bertanggung jawab kepada guru, staf, dan siswa untuk menyadari akan tujuan sekolah yang telah di tetapkan. Betanggung jawab menyediakan segala dukungan, peralatan, fasilitas, berbagai peraturan dan suasana yang mendukung, agar para guru, staf, dan siswa melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran. Memahami motivasi setiap guru, staf, dan siswa. Menjadi sosok yang dihargai, terpercaya, diteladani, dituruti segala perintahnya sehingga menjadi sumber inspirasi bawahannya. Menjaga dan memelihara keseimbangan antara guru, staf, dan siswa di satu pihak dan kepentingan sekolah serta kepentingan masyarakat di pihak lain. Sehingga tercapai keseimbangan kehidupan sekolah dengan masyarakat. Harus sadar bahwasanya kepemimpinan tidak akan terjadi apabila tidak ada bawahanya. Sehingga tidak semena-mena terhadap guru, staf, dan siswa. Memberi bimbingan, koordinasi kegiatan, mengadakan pengendalian atau pengawasan dan mengadakan pembinaan agar masing-masing anggota memperoleh tugas yang wajar dalam beban dan hasil usaha bersama, Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik Dan Permasalahannya , (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 81. BAB III PENUTUP Kesimpulan kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi, karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama, untuk dicapainya tujuan organisasi. Dari pengertian ini kepemimpinan didefinisikan sebagai salah satu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. konsepsi leadership inilah sebenarnya yang perlu kita pelajari lebih mendalam dan akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan dari perilaku seseorang untuk menjadi pemimpin yang efektif sesuai dengan posisi dan peran kita sekarang.