Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

551 621 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG SUDAH MENDAPATKAN TERAPI DI RUMAH

SAKIT MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Tri Rini Budi Setyaningsih, Kamal Agung Wijayana, Suharmilah1
1

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

E-mail: s_milafilan@yahoo.com

ABSTRACT

Prevalence of depression in Indonesia is currently quite high. Depression is caused by internal and external factors. External factors that can cause depression for example, medical disease . One of the medical illnesses associated with the incidence of depression is breast cancer. Depression in breast cancer can occur because of the sense of loss such as loss of body shape. The purpose of the research was to discover the factors associated with level of depression in breast cancer patients who had therapy at Margono Soekarjo Hospital Purwokerto. The subjects of the research was breast cancer outpatient who had therapy at Margono Soekarjo Hospital Purwokerto in 2011. The dependent variable in this research was level of depression which measured by the BDI questionnaire (Beck Depression Inventory). The independent variables in this research was term of diagnosis, disease stage and therapy in breast cancer patients who had therapy. The Method of this research was an observational analytic with cross sectional design. The sampling technique used consecutive sampling with 66 samples. Univariate analysis was used to see the frequency distribution of variables and Spearman test and the Contingency Coefficient test for bivariate analysis. The result of the statistical analysis revealed that there was no relationship between the term of diagnosis p = 0,289 (p> 0,05) and stage of disease p = 0,354 (p> 0,05) with level of depression, but there was a relationship between therapy with level of depession p = 0,001 (p< 0,05). The conclusion of the research was there was significant correlation between negative direction and therapy with level of depression in breast cancer patients who had therapy at Margono Soekarjo Hospital Purwokerto. Key words: depression, breast cancer, therapy

PENDAHULUAN Prevalensi depresi di Indonesia cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence bisa mencapai 2x lipatnya. Data Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi

beban global penyakit ke-2 di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Menurut hasil survei di 14 negara tahun 1990 menunjukkan depresi merupakan masalah kesehatan dengan urutan ke-4 terbesar di dunia yang mengakibatkan beban sosial.1 Depresi disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berperan yaitu genetik, pengalaman buruk masa lalu dan tipe kepribadian, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh berupa stressor kehidupan, obat terlarang dan alkohol, melahirkan, menopause, penyakit medis dan/ atau pengobatan.2 Salah satu penyakit medis yang berhubungan dengan kejadian depresi adalah kanker payudara. Depresi bisa terjadi karena munculnya rasa kehilangan, misalnya merasa bahwa dirinya akan kehilangan bentuk tubuhnya.3 Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara, seperti kelenjar susu, saluran kelenjar susu, dan jaringan penunjang payudara.4 Kanker payudara merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia dan dapat menimbulkan masalah-masalah fisiologis, psikologis, dan sosial. Reaksi psikologis yang dapat muncul setelah pasien didiagnosis kanker payudara pada umumnya merasa shock mental, takut, tidak bisa menerima kenyataan, sampai pada keadaan depresi.5 Insidensi kanker payudara di seluruh dunia pada tahun 2008 sebanyak 1,4 juta kasus baru berdasarkan The American Cancer Society. Data Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2007 mencatat sebanyak 8.227 kasus kanker payudara atau 16,85%. Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, kanker payudara merupakan jenis penyakit kanker yang mempunyai prevalensi terbanyak pada wanita Indonesia.6 Depresi pada pasien kanker dapat muncul saat pasien mengetahui diagnosis, stadium kanker dan terapi yang diperoleh. Oleh sebab itu penanganan depresi pada setiap pasien kanker tidak selalu sama. Diperlukan pemahaman yang benar dan diagnosis yang tepat agar pemilihan terapi cukup adekuat memperbaiki kualitas hidup pasien.3,7

METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di RSMS Purwokerto pada bulan Maret 2011 sampai April 2011. Rancangan penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini pasien kanker payudara rawat jalan yang sudah mendapatkan terapi di

RSMS Purwokerto tahun 2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi dengan umur >30 tahun dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan riwayat psikiatri sebelum terdiagnosis kanker payudara, mempunyai penyakit kronik lain seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit paru dan penyakit ginjal, mengalami stressor kehidupan dalam 6 bulan terakhir dan mencapai skor dengan jawaban tidak 5 pada instrumen Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI). Subyek penelitian berjumlah 66 orang dan dipilih dengan cara consecutive sampling. Variabel bebas adalah lama diagnosis ditegakkan, stadium penyakit, dan terapi. Variabel tergantung adalah tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi di RSMS Purwokerto. Pengumpulan data subyek penelitian menggunakan L-MMPI, Beck Depression Inventory (BDI) dan rekam medis. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat untuk melihat data deskriptif berupa frekuensi dari tiap-tiap variabel yang diukur menggunakan presentase. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman dan uji Contingency Coefficient untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Analisis dibantu dengan program komputer.

HASIL Distribusi subyek penelitan yang terbanyak berdasarkan umur adalah usia 40-49 tahun (37,9%), status perkawinan sudah menikah (84,8%), pendapatan per bulan < 750.000 (63,6%), tidak bekerja (53%), lama diagnosis ditegakkan pada tahun pertama (72,7%), stadium penyakit adalah stadium II (50%), terapi dengan operasi dan kemoterapi (59,1%), tingkat depresi berat (78,8%). Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian (n=66) Karakteristik Umur (tahun) 30-39 40-49 50-59 60-69 70 n 16 25 16 6 3 % 24,2 37,9 24,2 9,1 4,5

Status perkawinan Belum menikah Menikah Janda Pendapatan per bulan < 750.000 750.000 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Lama diagnosis ditegakkan Tahun pertama Tahun kedua Tahun ketiga Tahun keempat Tahun kelima Stadium I II III IV Terapi Operasi Kemoterapi Operasi+kemoterapi Operasi+radioterapi Operasi+kemoterapi+radioterapi Kemoterapi+hormonal Operasi+kemoterapi+hormonal Operasi+kemoterapi+radioterapi+hormonal Tingkat depresi Tidak depresi Ringan Sedang Berat

0 56 10 42 24 35 31 48 12 3 1 2 3 33 28 2 1 5 39 5 5 2 3 6 0 4 10 52

0 84,8 15,2 63,6 36,4 53 47 72,7 18,2 4,5 1,5 3,0 4,5 50,0 42,4 3,0 1,5 7,6 59,1 7,6 7,6 3,0 4,5 9,1 0 6,1 15,2 78,8

Tabel 2. Hubungan antara lama diagnosis ditegakkan, stadium, terapi dengan tingkat depresi Tingkat depresi Karakteristik T R S B Lama diagnosis ditegakkan Tahun pertama 4 (6,1%) 4 (6,1%) 40 (60,7%) Tahun kedua 5 (7,6%) 7 (10,6%) Tahun ketiga 3 (4,5%) Tahun keempat 1 (1,5%) Tahun kelima 1 (1,5%) 1 (1,5%)

Stadium I II III IV Terapi Operasi Kemoterapi Operasi+kemoterapi Operasi+radioterapi Operasi+kemoterapi+radioterapi Kemoterapi+hormonal Operasi+kemoterapi+hormonal Operasi+kemoterapi+radioterapi+hormonal T = Tidak depresi, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat

1 (1,5%) 1 (1,5%) 2 (3,0%) 2 (3,0%) 1 (1,5%) 1 (1,5%) -

7 (10,6%) 3 (4,5%) 2 (3,0%) 2 (3,0%) 1 (1,5%) 5 (7,6%)

2 (3,0%) 25 (37,9%) 23 (34,8%) 2 (3,0%) 1 (1,5%) 5 (7,6%) 35 (53,0%) 2 (3,0%) 4 (6,1%) 2 (3,0%) 2 (3,0%) 1 (1,5%)

Hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya diagnosis ditegakkan (p = 0,289) dan stadium penyakit (p = 0,354) dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi. Sedangkan hasil analisis bivariat menggunakan uji Contingency Coefficient menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara terapi (p = 0,001) dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi. Arah korelasi antara lamanya diagnosis ditegakkan berbanding terbalik (r= -0,132) dengan tingkat depresi. Sedangkan arah korelasi antara stadium penyakit (r= 0,116) dan terapi (r= 0,596) berbanding lurus dengan tingkat depresi.

Tabel 3. Hubungan antara variabel luar dengan tingkat depresi Variabel luar Umur Status perkawinan Pekerjaan Pendapatan per bulan a = Uji Spearman b = Uji Contingency Coefficient p 0,744a 0,775b 0,295b 0,470a

PEMBAHASAN Karakteristik demografi seperti umur, status perkawinan, pekerjaan dan pendapatan per bulan dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi di RSMS Purwokerto. Hal ini sesuai dengan penelitian Karakorun-Celik yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik demografi dengan tingkat depresi pasien kanker payudara. Depresi pada pasien kanker timbul seiring dengan progresifitas penyakit.8 Hasil penelitian terhadap hubungan antara lamanya diagnosis ditegakkan dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi di RSMS Purwokerto menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna. Berdasarkan penelitian Osborne lama diagnosis tidak berhubungan dengan skor depresi.9 Hal tersebut berbeda dengan penelitian Sharpley dan Christie bahwa terdapat perbedaan yang signifikan depresi pasien kanker payudara pada saat diagnosis dan 2 tahun setelahnya.10 Pasien yang didiagnosis kanker akan mengalami reaksi penolakan saat pertama mengetahui diagnosisnya. Keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien untuk dapat menerima dirinya sebagai orang yang sakit. Pasien merasakan kesedihan yang terus-menerus, murung, menderita sampai timbul ide atau perilaku pesimistis. Menurut teori eksistensial, depresi terjadi jika perbedaan antara ideal self dan kenyataan terlalu besar. Pasien yang mengalami depresi menyadari bahwa dirinya tidak hidup sesuai dengan idealnya sehingga menyebabkan perasaan tidak berdaya dan putus asa.7,11 Hasil penelitian terhadap hubungan antara stadium dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi di RSMS Purwokerto menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amin bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna sindrom depresi pada pasien kanker payudara berdasarkan stadium klinisnya dan yang paling banyak terjadi pada stadium IIIB (76,5%) berupa sindrom depresi berat.12 Reaksi psikologis pasien kanker payudara stadium lanjut lebih besar dibandingkan stadium dini. Kanker pada stadium lanjut sudah mengalami metastasis ke organ-organ tubuh lain sehingga pasien harus menjalani terapi yang cukup kompleks. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai perubahan pada sistem tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien kanker payudara stadium lanjut akibat proses perjalanan penyakit yang kronik dan efek samping pengobatan dapat mempengaruhi penilaian negatif pasien terhadap dirinya

sendiri yang menyebabkan pasien menjadi pesimistis, memandang dirinya tidak berharga dan merasa bahwa hidupnya sudah tidak mempunyai harapan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi.7,13 Hasil penelitian terhadap hubungan antara terapi dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi di RSMS Purwokerto menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna. Depresi bisa terjadi akibat pengobatan kanker yang sangat membebani pasien dibandingkan penyakitnya sendiri, seperti operasi dan kemoterapi. Pengobatan tersebut dapat mengakibatkan perasaan nyeri setelah operasi, kehilangan payudara, dan kerusakan tubuh yang berpotensi menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yang tidak dapat diperbaiki.7 Respon terhadap kemoterapi berhubungan dengan depresi. Hal ini dikarenakan efek samping kemoterapi yaitu alopesia, mual, muntah dan hot flushes. Alopesia merupakan efek samping yang paling umum, ditakuti dan memberikan aspek traumatis bagi pasien.14,15 Menurut Sigmund Freud, kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi. Pasien kanker payudara yang mengalami depresi disebabkan karena munculnya rasa kehilangan, misalnya merasa bahwa dirinya akan kehilangan bentuk tubuh yang dapat mempengaruhi penampilan fisik. Pasien yang terdepresi akan merasakan penurunan harga diri, perasaan bersalah dan perbuatan mencela diri sendiri.13 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hanya satu variabel yaitu terapi yang mempunyai hubungan bermakna dengan tingkat depresi, sedangkan variabel lain tidak bermakna. Hal ini disebabkan distribusi subyek penelitian yang tidak tersebar secara merata dan didominasi oleh kelompok tertentu. Selain itu, jumlah subyek penelitian yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil penelitian dikarenakan jumlahnya yang lebih sedikit dibanding penelitian sebelumnya. Peningkatan jumlah subyek penelitian diperlukan untuk meningkatkan ketepatan hasil penelitian karena sebagian besar penelitian dengan hasil tidak bermakna secara statistik dikarenakan jumlah subyek penelitian yang sedikit.16 Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Hasil penelitian tidak bisa

digeneralisasikan secara umum. Besar sampel minimal yang digunakan masih kurang dalam menggambarkan populasi yang sebenarnya dan tidak semua rekam medis yang dibutuhkan oleh peneliti tercantum pada rekam medis, seperti riwayat psikiatri sebelum terdiagnosis kanker payudara.

KESIMPULAN 1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama diagnosis ditegakkan dan stadium penyakit dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi di RSMS Purwokerto. 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara terapi dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi di RSMS Purwokerto.

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Data Prevalensi Depresi di Dunia dan Indonesia. Available at: www.depkes.go.id. Acessed: November 7, 2010. 2. Maramis A., S. Darmono., M. Maramis. 2003. Depresi. Dalam: Penanganan Depresi dan Anxietas di Pelayanan Primer. Surabaya: Indopsy. Hal 20-2. 3. Konginan, Agustina. 2008. Depresi pada Penderita Kanker. Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo Surabaya. Available: http://www.palliativesurabaya.com/gambar/pdf/buku_pkb_vi-bagian_1408082008.pdf. Acessed: November 10, 2010. 4. Mardiana, L. 2007. Kanker pada Wanita; Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman Obat. Cetakan V. Jakarta: Panebar Swadaya. 5. Hartati, Arika Suci. 2008. Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Penderita Kanker Payudara di Poli Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Available at: http://www.repository.usu.ac.id. Acessed: November 9, 2010. 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang di Dunia Menderita Kanker. Available at: www.depkes.go.id. Acessed: November 7, 2010. 7. Mintian, Yang, dan Wang Yi. 2008. Psikoterapi Pasien Kanker. Dalam: Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi II. Editor: Wan Desen. Jakarta: FKUI. Hal: 230-245. 8. Karakoyun-Celik, O., I. Gorken, S. Sahin, E. Orcin, H. Alanyali, dan M. Kinay. 2010. Depression and Anxiety Levels in Woman Under Follow-Up for Breast Cancer: Relationship to Coping with Cancer and Quality of Life. Journal of Medical Oncology. 27:108113.

9.

Osborne, R. H., G.R. Elsworth, M.A.G. Sprangers, F.J. Oort, dan J.L. Hopper. 2004. The value of the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) for Comparing Women with Early Onset Breast Cancer with Population-Based Reference Women. Journal of Quality of Life Research. 13: 191206.

10. Sharpley, C. F. dan D. R. H. Christie. 2007. Current and Retrospective Self-Reports of Anxiety and Depression in Australian Women with Breast Cancer. Journal of PsychoOncolog. 16: 752762 11. Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 424-5; 428429. 12. Amin, Mustafa Mahmud. 2008. Sindrom Depresi pada Penderita Kanker Payudara. Available at: www.repository.usu.ac.id. Acessed: November 7, 2010. 13. Gabbard, Glen O. 2010. Gangguan Mood. Dalam: Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi VII, Jilid I. Editor: Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb. Binarupa Aksara: Jakarta. Hal 802. 14. Chintamani, Anupriya G., Rohan K., Megha T., Sidharth J., Yashwant K. et al. 2011. The Correlation of Anxiety and Depression Levels with Response to Neoadjuvant Chemotherapy in Patients With Breast Cancer. Journal of The Royal Society of Medicine. 2: 315. 15. Shaheen, Ghazala, Muhammad Arshad, Tahira S., Shafia A., Muhammad Akram, Zareena Y. 2011. Effects of Breast Cancer on Physiological and Psychological Health of Patients. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology. 2: 236-243. 16. Madiyono, B., Moeslichan M, S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., dan Purwanto, S.H. 2008. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi III. Editor: Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Jakarta: Sagung Seto. Hal 302, 313.

You might also like