Analisis Dana Pihak Ketiga
Analisis Dana Pihak Ketiga
Analisis Dana Pihak Ketiga
Heni Rohaeni
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Economic growth is a measure of the national development of the world where
banks play an important role in the stability of economic growth. The main function of
banks is as a collector and distributor of public funds that aims to increase the standard
of living people. Successfully collected funds will be channeled back in the form of
credit. Currently, the bank main income is derived from distribution of credit. However,
credit is also one of the factors that caused banking collapse when credit problems
happened. So, management of funds of third parties becomes an important thing that
it is a credit risk from funds distribution. This study aims to (1) Analyze the composition
of third party funds (savings, giro, deposito), and (2) Analyze the development of DPK,
NPL, and profit. Research conducted in the PT Bank X Tbk.
From the research, it was found that the composition of the funds of third parties
on PT Bank X is dominated by deposito that has the largest contribution to the total of
DPK (56,50%), while savings and giro has contributed almost the same, namely that
each of 21,90% and 21,61%. There are fluctuations of DPK, NPL, and profit PT Bank X
during the period 1999-2007. DPK PT Bank X was happening in the year 2007
amounting to Rp 247.355.023 (in million) with growth of 20,25% and the lowest
occurred in 1999, amounting to Rp 148.005.573 (in millions). The lowest NPL
happenned in the year 2004 amounting to 7,10% and the highest occurred in 1999,
amounting to 70,84%. PT Bank X has a relatively large loss in 1999, namely Rp
68.155.446 (in millions) and then experienced a rapid development of year 2000 with
profit growth of 103%. However, in 2005 had experienced a decline of 84% but it could
have been increased again in the years 2006 to 2007 those were 130% and 124%
respectively.
Key words: Non Performing Loan (NPL), credit, third party funds, profit.
97
I.
Pendahuluan
98
memperoleh pendapatan dari bunga kredit atau surat-surat berharga. Pada tahun
2006 dan 2007, pendapatan bunga dari kegiatan penyaluran kredit memberikan
kontribusi paling besar terhadap pencapaian laba PT Bank X. Pendapatan bunga kredit
tersebut memiliki kontribusi masing-masing sebesar 43,1% dan 52,8%. Nilai tersebut
hampir mencapai setengah dari pendapatan bunga total (PT Bank X, 2007).
Dalam upaya pencapaian labanya, PT Bank X harus terus berusaha menghimpun
dana pihak ketiga untuk mendanai kegiatan penyaluran kreditnya dan selalu berusaha
untuk menurunkan tingkat NPL. Semakin banyak dana yang disalurkan tentu saja
semakin besar potensi menimbulkan risiko kredit. NPL yang tinggi akan berpengaruh
terhadap citra perusahaan dan kinerja perbankan. Pengelolaan terhadap kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat penting dan berguna sebagai salah
satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola perusahaan. Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana komposisi dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito) pada PT Bank X?
2. Bagaimana perkembangan dana pihak ketiga, NPL, dan laba pada PT Bank X?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dana pihak ketiga (tabungan,
giro, deposito) dan menganalisis perkembangan dana pihak ketiga, NPL, dan laba
pada PT Bank X.
II. Metode Penelitian
II.1. Kerangka Pemikiran
Sebagai lembaga intermediasi, bank mempunyai kegiatan utama yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana. Sumber dana terbesar yang dimiliki oleh bank berasal dari
simpanan masyarakat yang berupa tabungan, giro, dan deposito. Sumber dana
tersebut akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Atas
simpanan masyarakat tersebut, bank memberikan imbalan berupa bunga. Hampir
semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan fasilitas
kreditnya. Oleh sebab itu, bank mempunyai peranan penting dalam pengelolaan dana
yang beredar di masyarakat. Pendapatan terbesar bank berasal dari pendapatan bunga
dari kredit yang disalurkan (Siamat, 2004). Sedangkan jumlah kredit yang disalurkan
tersebut ditentukan oleh besarnya sumber dana yang diperoleh dari masyarakat.
Namun dalam merealisasikan kegiatan bisnisnya, kredit selalu dihubungkan dengan
prinsip risk and return, di mana kegiatan yang diharapkan akan mempunyai hasil atau
pendapatan yang besar, biasanya mempunyai risiko yang tinggi.
Dalam penelitian ini, sumber pendanaan bank yang digunakan adalah sumber dana
yang berasal dari pihak ketiga yang terdiri dari tabungan, giro, dan deposito. Besarnya
risiko kredit ditunjukkan dalam nilai Non Performing Loan (NPL). Tingginya NPL
menunjukkan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu
atas pinjaman kreditnya. Sedangkan laba bank yang digunakan adalah laba bersih
sebelum dikurangi pajak.
99
100
Gambar 2. Grafik Perkembangan DPK dan Kredit periode 1999-2007. Sumber: PT Bank
X (Data Diolah)
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui perkembangan DPK yang dihimpun oleh PT
Bank X selama jangka waktu sembilan tahun yaitu mulai tahun 1999 sampai dengan
tahun 2007, Deposito selalu menjadi pemberi kontribusi terbesar terhadap total DPK
yang berhasil dihimpun PT Bank X dibandingkan dengan giro dan tabungan. Giro dan
tabungan memiliki kontribusi yang tidak berbeda jauh setiap tahunnya.
Besarnya kontribusi deposito terhadap DPK disebabkan oleh tingkat suku bunga
deposito yang lebih besar dari dua jenis DPK lainnya. Seperti terlihat pada Gambar 3,
sepanjang tahun 1999 sampai 2007 tingkat suku bunga deposito selalu lebih besar
daripada dua produk simpanan lainnya sehingga para nasabah lebih tertarik untuk
menyimpan uangnya pada produk simpanan ini walaupun memiliki jangka waktu yang
lebih lama daripada produk tabungan maupun giro. Tingkat suku bunga simpanan
selalu lebih rendah daripada tingkat suku bunga pinjaman atau kredit sehingga
menghasilkan spread (selisih) yang positif.
Gambar 3. Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Dana dan Suku Bunga Kredit PT
Bank X periode 1999-2007. Sumber: PT Bank X (Data Diolah
101
Tingkat
Pertumbuhan
-2.27%
12.00%
35.76%
16.09%
24.35%
13.15%
10.21%
17.66%
Kredit yang disalurkan mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai dari tahun
2001-2007, walaupun pada awalnya sempat mengalami penurunan yaitu pada tahun
2000. Pada tahun 2000 penyaluran kredit menurun sebesar 2,27% dan berhasil
ditingkatkan kembali di tahun 2001 sebesar 12%. Peningkatan tersebut berlangsung
hingga tahun 2007. Hal ini terjadi karena PT Bank X mempunyai dana pihak ketiga yang
besar sehingga dapat memenuhi permintaan uang yaitu dalam bentuk kredit yang
besar pula. Penyaluran kredit tersebut dipengaruhi oleh penawaran uang yang besar.
III.3. Kredit Bermasalah
Masalah yang dihadapi perbankan adalah ketika debitur tidak mampu membayar
kembali baik pokok maupun bunganya kepada pihak bank. Ketidakmampuan tersebut
dinamakan kredit bermasalah atau kredit gagal bayar yang dapat ditunjukkan oleh
rasio Non Performing Loan (NPL). Bank Indonesia mengklasifikasikan kualitas kredit
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 2, Agustus 2010
102
dalam lima kolektibilitas. Kredit diklasifikasikan menjadi kredit kualitas lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit dengan kualitas lancar,
dan dalam perhatian khusus digolongkan ke dalam kredit tidak bermasalah, sedangkan
kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan dalam kredit
bermasalah.
NPL adalah kredit yang tidak diikuti oleh pelunasan pembayaran pokok atau
angsuran sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian kredit. Kredit
dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPL. Rasio
NPL diperoleh dari pembagian antara NPL dengan total kredit yang diberikan. Semakin
besar rasio NPL, semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh pihak bank dan
menunjukkan kegagalan bank dalam mengelola dana yang ada. Nilai NPL akan
mempengaruhi laba yang diperoleh dan akan menentukan posisi bank tersebut
dinyatakan sehat atau tidak. Berdasarkan aturan BI, bank wajib memiliki NPL neto
dibawah 5 persen. Jika tidak, bank akan masuk dalam program pengawasan intensif
atau pengawasan khusus oleh BI.
NPL PT Bank X mengalami fluktuasi setiap tahunnya. NPL terendah terlihat pada
tahun 2004 yaitu sebesar 7,10 % untuk NPL bruto dan 1,87% untuk NPL neto dan
tertinggi ditunjukan pada tahun 1999 yaitu sebesar 70,84% dengan NPL neto 20,57%.
Pada tahun 1999 merupakan tahun di mana PT Bank X mencatat tingkat NPL Bruto
tertinggi sepanjang tahun 1999 sampai tahun 2007. Tingginya NPL yang di alami PT
Bank X merupakan dampak dari terjadinya krisis ekonomi dan moneter Negara
Indonesia pada tahun 1997. Krisis ekonomi tersebut merapuhkan dunia perbankan dan
salah satunya PT Bank X. Akibat dari krisis ekonomi tersebut, tingkat inflasi melonjak
begitu tinggi pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,56% yang mendorong peningkatan
indeks harga konsumen, sehingga puluhan bahkan ratusan perusahaan mulai dari skala
kecil hingga konglomerasi mengalami kebangkrutan. Sekitar 70 persen lebih
perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent (bangkrut) dan akhirnya
menurunkan kemampuan mereka untuk melunasi baik pokok maupun bunga yang
dibebankan kepada pihak debitur.
Tabel 2. Persentase Non Performing Loan (NPL) kredit periode 1999-2007 (dalam jutaan rupiah)
Penyaluran Kredit
(Rp)
1999
31.186.141
44.022.662
2000
8.518.665
43.022.539
2001
4.712.146
48.185.786
2002
4.763.823
65.417.248
2003
6.541.812
75.942.620
2004
6.703.613
94.434.739
2005
27.013.758
106.852.946
2006
19.261.927
117.757.322
2007
11.968.108
138.553.552
Sumber: PT Bank X (Data Diolah)
Tahun
NPL (Rp)
NPL Bruto
PPAP
NPL neto
70,84%
19,80%
9,78%
7,28%
8,61%
7,10%
25,28%
16,36%
8,64%
22.131.786
12.499.948
6.098.717
8.906.545
8.890.383
8.471.343
11.823.614
14.388.695
13.041.696
20,57%
9,25%
2,88%
6,33%
3,09%
1,87%
14,22%
4,14%
0,77%
Pada tahun 2000, tingkat inflasi mulai turun sampai 9,35% dan PT Bank X mulai
merestrukturisasi kreditnya sehingga pada tahun ini dapat menekan tingkat NPL
sampai 19,80% dengan NPL neto 9,25%. Penurunan NPL tersebut terus dialami sampai
103
tahun 2004, dan kembali meningkat pada tahun 2005 sampai mencapai 25,28%
dengan NPL neto 14,22%. Perkembangan rasio NPL dapat dilihat pada Gambar 4.
104
gambar 5. Namun setelah penurunan tersebut, pada tahun 2006 sampai 2007 laba PT
Bank X kembali meningkat.
Tabel 3. Laba PT Bank X periode 1999-2007 (dalam jutaan rupiah)
Tahun
1999
-68,155,446
2000
2,023,479
2001
3,850,438
2002
5,809,970
2003
7,031,524
2004
7,525,002
2005
1,232,553
2006
2,831,196
2007
6,333,383
Sumber: PT Bank X (Data Diolah)
Tingkat Pertumbuhan
103%
90%
51%
21%
7%
-84%
130%
124%
105
V. Daftar Pustaka
Gumayantika, R. 2008. Analisis Manajemen Risiko Kredit dan Pengaruhnya Terhadap
Laba Perusahaan dengan Penerapan Program Komputer (Studi Kasus PT. Bank
Jabar Cabang Ciamis). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Juanda, B. 2003. Metode Statistik. Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
PT Bank X. 2000. Laporan Keuangan Tahun 1999. Jakarta. PT Bank X
___________. 2001. Laporan Keuangan Tahun 2000. Jakarta. PT Bank X
___________. 2002. Laporan Keuangan Tahun 2001. Jakarta. PT Bank X
___________. 2003. Laporan Keuangan Tahun 2002. Jakarta. PT Bank X
___________. 2004. Laporan Keuangan Tahun 2003. Jakarta. PT Bank X
___________. 2005. Laporan Keuangan Tahun 2004. Jakarta. PT Bank X
___________. 2006. Laporan Keuangan Tahun 2005. Jakarta. PT Bank X
___________. 2007. Laporan Keuangan Tahun 2006. Jakarta. PT Bank X
Rivai, V. dan A.P. Veithzal. 2005. Credit Management Handbook. RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Zulfikar. 2008. BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2009. www.zulfikargroup.
blogspot.com. [17 Februari 2009].