Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Aspek Sosial Dan Kelembagaan Sebagai Komponen Dan Model

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ASPEK SOSIAL DAN

KELEMBAGAAN SEBAGAI
KOMPONEN DAN MODEL
DALAM SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN
Oleh
Hari Kaskoyo

OUTLINE
1. Evolusi dari Green Revolution menjadi Sistim Pertanian
Berkelanjutan
2. Kedudukan Kelembagaan Kehutanan untuk Sistim
Pertanian Berkelanjutan
3. Kearifan dan Pengetahuan Lokal dalam Sistim
Pertanian Berkelanjutan
4. Dimensi Internal dan Eksternal dalam Sistim Pertanian
Berkelanjutan
5. Dampak Legislasi, kebijakan dan Otonomi terhadap
Sistim Pertanian Berkelanjutan
2

Kuis
1. Apa itu resiko dan ketidak pastian? Jelaskan secara singkat
dan jelas
2. Tuliskan salah satu pembagian resiko!
3. Tuliskan cara-cara menghitung resiko!

Evolusi dari Green Revolution menjadi


Sistim Pertanian Berkelanjutan
Green Revolution was a period when the productivity of
global agriculture increased drastically as a result of new
advances.
During this time period, new chemical fertilizers and
synthetic herbicides and pesticides were created. The
chemical fertilizers made it possible to supply crops with
extra nutrients and, therefore, increase yield. The newly
developed synthetic herbicides and pesticides controlled
weeds, deterred or kill insects, and prevented diseases,
which also resulted in higher productivity.
4

Evolusi dari Green Revolution menjadi


Sistim Pertanian Berkelanjutan
In addition to the chemical advances utilized during this
time period, high-yield crops were also developed and
introduced. High-yield crops are crops that are
specifically designed to produce more overall yield. A
method known as multiple cropping was also
implemented during the Green Revolution and lead to
higher productivity.
Multiple cropping is when a field used to grow two or
farming techniques and advances in agricultural
technology were utilized by farmers all over the world
and when combined, intensified the results of the Green
Revolution.

Evolusi dari Green Revolution menjadi


Sistim Pertanian Berkelanjutan
Benefits of Green Revolution were: able to produce
much larger quantities of food by introduction chemical
fertilizers, synthetic herbicides and pesticides, high-yield
crop varietas, and the method of multiple cropping. Also
by grow more food in the same amount of land will
reduce forest or natural land converted to farmland.
Some issues associated with Green Revolution were:
increasing the pollution by chemical fertilizers and
synthetic herbicides and pesticides then make lower soil
quality and increase the risk of erosion of the topsoil,
influence by the large machine and irrigation system
increased amount of energy 80 times from 1900-2000,

Kedudukan Kelembagaan Kehutanan


untuk Sistim Pertanian Berkelanjutan
Kelembagaan Kehutanan
Kelembagaan formal
Kelembagaan kementrian
Kelembagaan provinsi/kabupaten/kota
Kelembagaan masyarakat: Kelompok Tani Hutan, Kelompok HKm,
Koperasi HTR, Kelompok Hutan Desa, dsb

Kelembagaan informal
Kelembagaan adat
Kelembagaan masyarakat: kelompok tani hutan rakyat

Kedudukan Kelembagaan Kehutanan


untuk Sistim Pertanian Berkelanjutan
7 elemen yg harus diperhatikan dalam upaya pengembangan
kelembagaan lokal:
Pembagian resiko diantara para klien dan penyedia jasa
Keterlibatan para aktor pada berbagai level kegiatan
Keberhasilan dan kemanfaatan yg ditunjukkan oleh teknologi atau
perilaku yg baru atas yg lama
Gaya operasi yg kolaboratif serta tindakan bersama
Penekanan pada belajar
Perangsang yg sesuai
Menggunakan basis sumberdaya yg ada
8

Kearifan dan Pengetahuan Lokal dalam


Sistim Pertanian Berkelanjutan
Kearifan lokal : semua bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau
etika yang menuntun perilaku manusia dlm kehidupan di
dlm komunitas ekologis (Keraf 2002).
Sering dikonsepsikan sbg kebijakan setempat (local
wisdom), pengetahuan lokal (local knowledge) atau
kecerdasan setempat (local genious).
Kearifan lokal bersifat histories tetapi positif (Ataupah
2004). Diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi
dan dpt ditambah atau dikurangi dan diolah shg berlaku
situasional.

Kearifan dan Pengetahuan Lokal dalam


Sistim Pertanian Berkelanjutan
Local knowledge is the knowledge that people in a given
community have developed over time, and continue to
develop.
It is:
Based on experience
Often tested over centuries of use
Adapted to the local culture and environment
Embedded in community practices, institutions,
relationships and rituals
Held by individuals or communities
Dynamic and changing

10

Kearifan dan Pengetahuan Lokal dalam


Sistim Pertanian Berkelanjutan
Local knowledge is a collection of facts and relates to the
entire system of concepts, beliefs and perceptions that people
hold about the world around them. This includes the way
people observe and measure their surroundings, how they
solve problems and validate new information. It includes the
processes whereby knowledge is generated, stored, applied
and transmitted to others.
The concept of traditional knowledge implies that people
living in rural areas are isolated from the rest of the world and
that their knowledge systems are static and do not interact
with other knowledge systems.
Indigenous knowledge systems are often associated with
indigenous people thus rather limiting for policies, projects
and programmes seeking to work with rural farmers in
general. Furthermore, in some countries, the term indigenous
has a negative connotation, as it is associated with
backwardness or has an ethnic and political connotation.

11

Kearifan dan Pengetahuan Lokal dalam


Sistim Pertanian Berkelanjutan
Potensi kearifan lokal tdk akan dapat dikelola dg
baik jika:
Kurangnya pemahaman thd karakteristik resiko
(risk)
Sikap dan perilaku yg mengakibatkan rentannya
kualitas sumber daya alam (vulnerability).
Kurangnya informasi yang berkaitan dengan resiko
sehingga mengakibatkan ketidaksiapan.
Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dlm
menghadapi resiko dan ketidakpastian.

12

Kearifan dan Pengetahuan Lokal dalam


Sistim Pertanian Berkelanjutan
Beberapa contoh kearifan lokal :
Masyarakat repong damar di krui.
Masyarakat di sekitar tahura yang masih menggunakan
pranata mangsa.
Teknologi subak di bali.
Teknologi konservasi yg diterapkan oleh masyarakat di
kawasan kars gunung sewu.
Masyarakat lokal di gunung merapi dapat memprediksi
meletusnya gunung merapi.
Masyarakat dayak
dsb

13

Dimensi Internal dan Eksternal dalam


Sistim Pertanian Berkelanjutan

Matahari
Cahaya
Air
Nitrogen
Nutrisi lain
Gulma dan pengendalian hama
Benih
Teknologi
Tenaga kerja
Modal
Manajemen

14

Dampak Legislasi, kebijakan dan


Otonomi terhadap Sistim Pertanian
Berkelanjutan

Undang-undang berkaitan dengan sistem pertanian berkelanjutan:


UU no 12 th 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
UU no 41 th 1999 tentang Kehutanan
UU no 16 th 2006 tentang Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan
kehutanan.
UU no 41 th 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan
UU no 19 th 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani
UU no no 23 th 2014 tentang pemerintah daerah dan perubahannya (UU no 2
th 2015 dan UU no 9 th 2015)
UU no 6 th 2014 tentang desa

Dampak Positif :
Lingkungan lebih terjaga
Produksi pertanian menjadi lebih sehat
Harga produk pertanian meningkat

Dampak Negatif :
Memerlukan biaya yang cukup banyak pada awal kegiatan
Diperlukan sumberdaya manusia dengan pengetahuan yang cukup

15

You might also like