Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Jurnal Maserasi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No.

4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN KARAKTERISASI SENYAWA


FRAKSI SPONS Lamellodysidea herbacea YANG
DIPEROLEH DARI TELUK MANADO

I Made Dwijendra1), Defny Silvia Wewengkang1), Frenly Wehantou1)


1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

This study was done to determine antibacterial activity and characterization Lamellodysidea herbacea
fractions obtained from Manado bay. Extraction was done by maceration and fractionation using
n-hexane, chloroform and methanol as solvent. Test of antibacterial activity was done using agar
diffusion method and characterization of sponge fraction using Mayer reagent, spectrophotometer
UV-Vis and FTIR. The result shows that all fractions possess antibacterial activity. N-hexane fraction
exhibit inhibitory activity against Staphylococcus aurous by 7.53 mm, and Escherichia coli by
7.17 mm, chloroform fraction exhibit inhibitory against Staphylococcus aurous by 6,70 mm and
Escherichia coli by 6,50 mm, and methanol fraction exhibit inhibitory against Staphylococcus aurous
by 6,47 mm, and Escherichia coli by 6,27 mm. Mayer test gives red precipitate indicate of alkaloids,
supported by UV-Vis absorption wavelength of 271 nm and 281 nm which are caused by group C = O
and N-H reinforced. Infra red spectrum shows that hexane fraction contains N-H on uptake
3394,72 cm-1 which characteristic of alkaloids.

Keywords : Lamellodysidea herbacea, antibacterial, Staphylococcus aurous, Escherichia coli,


spectrophotometer UV-Vis, FTIR.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan karakterisasi gugus fungsi fraksi
Lamellodysidea herbacea. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol dan
fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, kloroform dan metanol. Pengujian antibakteri mengunakan
metode difusi agar dan identifikasi senyawa mengunakan uji Mayer, spektrofotometer UV-Vis dan
FTIR. Hasil penelitian menunjukkan semua fraksi memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Fraksi
n-heksan memiliki daya hambat terhadap Staphilococus aureus sebesar 7,53 mm, Escherchia coli
sebesar 7,17 mm, fraksi kloroform memiliki daya hambat terhadap Staphilococus aureus sebesar 6,70
mm, Escherchia coli sebesar 6,50 mm dan fraksi metanol memiliki daya hambat terhadap
Staphilococus aureus sebesar 6,47 mm, Escherchia coli sebesar 6,27 mm. Uji Mayer memberikan
endapan merah menunjukkan adanya senyawa alkaloid, didukung oleh serapan UV-Vis panjang
gelombang 271 nm dan 281 nm yang disebabkan oleh gugus C = O dan N-H. Spektrum infra merah
menunjukkan bahwa fraksi heksana mengandung gugus N-H yang merupakan karakteristik alkaloid
pada serapan 3394,72 cm-1.

Kata kunci : Lamellodysidea herbacea, antibakteri, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,


spektrofotometer UV-Vis, FTIR.

1
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN Pencegahan terhadap serangan infeksi


Perkembangan dunia pengobatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
semakin pesat telah memunculkan beragam antibiotik. Seiring dengan meningkatnya
jenis obat-obatan baru. Penelitian untuk resistensi bakteri di dunia kesehatan, maka
menemukan sumber metabolit sekunder, yang perlu adanya penemuan obat baru. Sumber
dapat digunakan untuk berbagai macam jenis antibakteri baru dapat diperoleh dari senyawa
bahan obat juga terus dilakukan. Sejak satu bioaktif yang terkandung dalam organisme laut,
dekade terakhir ini, perhatian dunia pengobatan salah satunya dari spons.
mulai terarah pada organisme laut sebagai Bakteri uji yang digunakan dalam
sumber daya yang sangat potensial. Penelitian penelitian ini merupakan flora normal dalam
terhadap aktivitas suatu senyawa baik sebagai tubuh manusia, tetapi pada keadaan tertentu
antibakteri merupakan suatu langkah awal dapat berpotensi membahayakan dan menjadi
untuk mengetahui kegunaan senyawa tersebut. patogen. Bakteri ujinya adalah Escherichia coli
Adanya senyawa aktif antibakteri dibidang dan Staphylococcus aureus yang menyebabkan
kesehatan merupakan informasi penting untuk penyakit yang berkaitan dengan eksotoksin dan
penanggulangan suatu penyakit yang produksi enzim yang dihasilkan (Volk WA dan
disebabkan oleh bakteri. Wheeler MF 1993). Tujuan penelitian ini yaitu
Berbagai penelitian menunjukkan untuk menguji aktivitas antibakteri spons
bahwa organisme laut memiliki potensi yang Lamellodysidea herbacea. dan Menentukan
sangat besar, dalam menghasilkan senyawa- karakteristik golongan senyawa fraksi spons
senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai Lamellodysidea herbacea.
bahan baku obat-obatan. Beberapa organisme
laut yang diketahui dapat menghasilkan METODOLOGI PENELITIAN
senyawa aktif antara lain ialah spons, moluska, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
bryozoa, tunikata dan lain-lain. Organisme- Februari 2014 sampai Agustus 2014 di
organisme ini diketahui dapat menghasilkan Laboratorium Fitokimia dan Farmakognosi
sejumlah besar produk laut yang bersifat alami, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika
juga mampu menunjukkan keragaman senyawa dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam
kimia yang sangat besar (Thakur dan Muller, Ratulangi.
2004). Alat-alat yang digunakan antara lain
Spons adalah organisme laut yang Erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, rak
memiliki potensi cukup besar dalam tabung reaksi, pipet tetes, timbangan analitik
menghasilkan senyawa aktif. Sejumlah senyawa (AND), corong pisah, batang pengaduk, stirer
metabolit pada spons yang mempunyai (nesco), cawan petri, paper disc 6 mm, rotary
bioaktivitas telah diisolasi dan diidentifikasi. evaporator (Steroglass Strike 300), jarum ose,
Senyawa triterpen dan senyawa steroid diisolasi pinset, inkubator (incucell), autoklaf (alp),
dari spons Callyspongia sp. yang toksik mikropipet, jangka sorong, spektrofotometer IR
terhadap larva udang Artemia salina dan sel (shimadzhu Prestige 21), dan alat fotografi
telur bulubabi (Acta, 2012). Senyawa terpenoid (Canon D50).
diisolasi dari spon Axinella carteri yang Bahan-bahan yang digunakan antara
memiliki potensi sebagai antibakteri yang lain spons Lamellodysidea herbacea, bakteri uji
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Ralstonia solanacearum (Lubis, 2011). Spons akuades, etanol, metanol, kloramfenikol,
Callyspongia sp. telah diisolasi sehingga kloroform, n-heksan, natrium klorida, nutrient
diperoleh senyawa golongan alkaloid yang agar, pepton, kertas saring, dan beef ekstrak.
memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Hanani, Bentuk penelitian ini ialah eksperimen
2005). Senyawa -sitosterol merupakan laboratorium yang menguji spons
senyawa yang mampu menghambat Lamellodysidea herbacea sebagai antibakteri.
pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus dan
Escherichia coli serta toksik terhadap larva Pengambilan Sampel
udang Artemia salina yang diisolasi dari spons Sampel spons diambil dari perairan
Petrosia alfiani dari Kepulauan Barrang Lompo pantai Malalayang kota Manado menggunakan
(Rahman, 2008). alat bantu (masker, snorkel dan fins). Sampel
yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong
plastik, kemudian langsung dibawa ke
2
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Laboratorium Fitokimia dan Farmakognosi dalam corong pisah sampai homogen.


Program Studi Farmasi Fakultas Metematika Dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan yaitu
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam lapisan metanol dan lapisan kloroform. Masing-
Ratulangi. Sampel difoto dan sebagian dari masing lapisan ditampung dalam wadah yang
sampel disimpan dalam wadah kaca untuk berbeda. Lapisan kloroform selanjutnya
diawetkan sebagai voucher dan diberi label dievaporasi menggunakan rotary evaporator
serta nomor sampel, selanjutnya dideterminasi hingga kering lalu ditimbang dan hasil inilah
di Fakultas Ilmu Kelautan. yang dinamakan fraksi kloroform. Lapisan
metanol dievaporasi menggunakan rotary
Pembuatan Ekstrak evaporator hingga kering lalu ditimbang
Ekstrak Spons Lamellodysidea (Modifikasi Harborne, 1987). Ketiga fraksi
herbacea dibuat dengan cara maserasi. Sampel yang diperoleh akan digunakan dalam
sebanyak 120 g dipotong kecil-kecil pengujian antibakteri.
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian
direndam dengan pelarut etanol dengan Sterilisasi Alat
perbandingan 1:5 (b/v) ditutup dengan Alat-alat yang digunakan dalam
aluminium foil selama 24 jam. Sampel yang penelitian aktivitas antibakteri ini disterilkan
direndam disaring menggunakan kertas saring terlebih dahulu. Alat-alat gelas disterilkan
menghasilkan filtrat 1 dan debris 1. Debris 1 dalam autoklaf pada suhu 171oC selama 15
kemudian ditambah dengan pelarut etanol menit, pinset dibakar dengan pembakaran di
dengan perbandingan 1:5 (b/v), ditutup dengan atas api langsung dan media disterilkan dalam
aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Lay
sampel tersebut disaring menggunakan kertas dan Hastowo, 1992).
saring menghasilkan filtrat 2 dan debris 2.
Debris 2 kemudian ditambah dengan pelarut Pembuatan Medium cair B1
etanol dengan perbandingan 1:5 (b/v), ditutup Pepton 0,5 g, beef ekstrak 0,3 g,
dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 Natrium klorida 0,3 g dan akuades sebanyak
jam, sampel tersebut disaring menggunakan 100 mL diaduk sampai rata kemudian
kertas saring menghasilkan filtrat 3 dan debris disterilkan diautoklaf pada suhu 1210C selama
3. Filtrat 1, 2 dan 3 dicampur menjadi satu 15 menit, Kemudian didinginkan. Setelah
kemudian disaring, lalu dievaporasi dingin media cair B1 tutup dengan aluminium
menggunakan rotary evaporator hingga kering foil (Ortez, 2005).
dan selanjutnya ditimbang mengunakan
timbangan analitik (Modifikasi Harborne, Pembuatan Media Uji B1
1987). Selanjutnya ekstrak kasar Spons Pepton 0,5 g, beef ekstrak 0,3 g,
digunakan dalam pengujian antibakteri. Natrium klorida 0,3 g, Nutrient Agar 1,5 g dan
akuades sebanyak 100 mL diaduk sampai rata
Pembuatan Fraksinasi kemudian disterilkan diautoklaf pada suhu
Ekstrak kasar spons yang diperoleh 1210C selama 15 menit, Kemudian didinginkan
dimasukkan kedalam corong pemisah, sampai suhu 400C. Setelah dingin dipindahkan
kemudian dilarutkan dengan metanol 80%, dan pada cawan petri (Ortez, 2005).
ditambahkan pelarut n-heksan dengan
perbandingan 1 : 1 v/v setelah itu dikocok Pembuatan Larutan Uji
dalam corong pisah sampai homogen. Dibuat larutan uji dengan cara
Dibiarkan hingga terbentuk lapisan metanol ditimbang ekstrak kasar spons sebanyak 25 mg
lapisan n-heksan. Masing-masing lapisan kemudian dilarutkan dalam 5 mL sehingga
ditampung dalam wadah yang berbeda. Lapisan menghasilkan konsentrasi larutan uji sebesar
n-heksan selanjutnya dievaporasi menggunakan 250 g/50 L. Perlakuan yang sama dilakukan
rotary evaporator hingga kering, lalu ditimbang pada fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan
dan hasil inilah yang dinamakan fraksi n- fraksi metanol (Ortez, 2005).
heksan. Selanjutnya lapisan metanol Kontrol positif digunakan obat
ditambahkan akuades 100 mL kemudian kloramfenikol 250 mg sedangkan untuk kontrol
dipartisi dengan pelarut kloroform dengan negatif digunakan metanol.
perbandingan 1 : 1 v/v setelah itu dikocok

3
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Kultur Bakteri dipotong kecil-kecil. Hal ini bertujuan untuk


Bakteri yang akan digunakan yaitu memperluas permukaan yang berinteraksi
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. dengan pelarut sehingga lebih banyak senyawa
Bakteri yang akan dikultur diambil dari lemari yang dapat terekstrak. Sampel yang telah
pendingin kemudian dipipet sebanyak 100 L dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 120
ke dalam masing-masing tabung reaksi yang g dan diekstraksi dengan metode maserasi
berisi B1 media cair sebanyak 1 mL, kemudian menggunakan pelarut etanol selama 24 jam, dan
ditutup dengan menggunakan alumunium foil dilakukan pengulangan dengan penggantian
dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C pelarut sebanyak tiga kali, bertujuan untuk
selama 24 jam (Ortez, 2005). mengekstrak seluruh senyawa kimia yang ada
dalam sampel dan menghasilkan ekstrak encer
Pengujian Antibakteri berwarna biru. Tujuan pemilihan metode
Pengujian antibakteri dilakukan dengan maserasi karena pengerjaan dan peralatan yang
metode difusi agar. Larutan uji ekstrak kasar digunakan sederhana, mudah diusahakan,
spons dipipet 50 L diresapkan pada paper mampu menarik senyawa-senyawa yang
disc. Paper disc yang telah diresapkan larutan berkhasiat, dan untuk menghindari kerusakan
uji kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri zat aktif akibat pemanasan yang berlebih.
berisi bakteri. Perlakuan yang sama dilakukan Pelarut etanol merupakan pelarut yang bersifat
pada fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan selektif, tidak beracun, dan bersifat universal
fraksi metanol. Kemudian cawan petri yang cocok untuk mengekstrak semua golongan
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C senyawa metabolit sekunder (Kristanti dkk.,
selama 24 jam. Setelah itu diobservasi dan 2008).
diukur diameter dari zona bersih (clear zone) Ekstrak encer berwarna biru disaring
dari masing-masing paper disc (Ortez, 2005). dengan kertas saring, kemudian filtratnya
dievaporasi pada suhu 400C, untuk memisahkan
Karakterisasi Senyawa ekstrak dari pelarutnya sehingga diperoleh
Fraksi yang memiliki aktivitas ekstrak kering. Selanjutnya dilarutkan kembali
antibakteri paling tinggi dilanjutkan dengan dengan pelarut etanol untuk memisahkan garam
identifikasi senyawa mengunakan pereaksi dari ekstrak dengan tujuan, agar dalam
Mayer, spektrofotometer UV-Vis dan FTIR. pengujian antibakteri garam tidak mengganggu
Skrining fitokimia dilakukan dengan cara f penghambatan bakteri, selanjutnya dievaporasi
raksi spons Lamellodysidea herbacea sebanyak kembali hingga ekstrak kering. Ekstrak kering
0,50 g dilarutkan dengan 2 mL etanol lalu dikeruk dan ditempatkan dalam wadah tertutup.
hasilnya dibagi menjadi dua bagian yang sama. Hasil penguapan tersebut diperoleh massa total
Untuk bagian pertama digunakan sebagai ekstrak kering sebanyak 4,3 g, dari massa awal
blanko dan bagian kedua ditambahkan 2 tetes dengan prosentase zat yang terekstrak sebesar
pereaksi Mayer. Hasil uji positif mangandung 3,58%. Ekstrak kasar etanol ini digunakan
alkaloid jika terbentuk endapan (Modifikasi sebagai sampel untuk pengujian antibakteri dan
Harborne, 1987). kerja selanjutnya.
Setelah diperoleh ekstrak kering etanol
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari hasil maserasi, tahap yang dilakukan
Determinasi Sampel
selanjutnya adalah fraksinasi dengan
Determinasi spons Lamellodysidea
menggunakan pelarut organik yang memiliki
herbacea dilakukan di Fakultas Perikanan dan
kepolaran berbeda, yaitu n-heksan dan
Ilmu Kelautan Program Studi Ilmu Kelautan.
kloroform. Ekstraksi cair-cair menggunakan
Hasil determinasi menunjukkan bahwa jenis
corong pisah bertujuan untuk memisahkan
spons yang diteliti ialah Lamellodysidea
senyawa memiliki kepolaran berbeda yang
herbacea. Determinasi dilakukan dengan tujuan
terkandung dalam ekstrak etanol. Kandungan
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan
kimia dari suatu sampel hanya dapat terlarut
sampel yang akan digunakan pada uji aktivitas
pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga
antibakteri.
suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari
Ekstraksi dan Fraksinasi senyawa lainnya (Kochhar dan Rossel 1990).
Sampel spons yang diambil dari Rendemen ekstrak yang diperoleh dapat dilihat
perairan pantai Malalayang kota Manado, pada Tabel 1 di bawah ini.

4
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Penggunaan kedua bakteri tersebut bertujuan


Tabel 1. Rendemen ekstrak dan fraksi spons untuk mengetahui spektrum dari senyawa
Lamellodysidea herbacea antibakteri yang terdapat pada ekstrak etanol
Berat dan fraksi spons, di mana dikatakan
Prosentase berspektrum luas apabila dapat menghambat
No Pelarut Ekstrak Warna
(%)
(g) pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri
1 EE 4,3 Biru tua 3,58 Gram negatif, berspektrum sempit apabila
hanya menghambat pertumbuhan dari salah satu
2 FH 1,50 Biru tua 47,55
bakteri tersebut (Gram negatif atau Gram
3 FK 0,37 Biru 11,72 positif saja) (Pelezar dan Chan, 1998).
4 FM 1,28
Kuning
40,37
Uji aktivitas antibakteri dilakukan
kecoklatan secara aseptik. Ekstrak etanol dan masing-
Keterangan : EE : Ekstrak etanol, FH : Fraksi masing fraksi spons diresepkan sebanyak 50 L
n-heksan, FK : Fraksi kloroform, FM : Fraksi yang mengandung 250 g sampel pada paper
metanol. disc. Media uji yang berisi paper disc
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
Tahap awal yang dilakukan dalam Setelah diinkubasi muncul daerah bening
proses fraksinasi adalah melarutkan 3,17 g disekitar paper disc yang berbentuk lingkaran.
ekstrak kering etanol hasil maserasi dengan Diameter daerah bening merupakan daerah
menggunakan pelarut metanol. Massa total inhibisi dari ekstrak sampel terhadap mikroba
yang terekstrak dari fraksi n-heksan sebesar uji. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap
1,50 g dari massa awal dengan prosentase zat bakteri masing-masing fraksi dan ekstrak etanol
yang terekstrak pada pelarut n-heksan sebesar dengan menggunakan metode difusi cakram
47,55%, sedangkan massa total yang terekstrak ditunjukkan pada Gambar 1.
dari fraksi kloroform sebesar 0,37 g dari massa
awal dengan prosentase zat yang terekstrak
sebesar 11,72% dan fraksi metanol diperoleh A B
ekstrak kering yang berwarna kuning 4 4
kecoklatan sebesar 1,28 g dari massa awal 5
dengan prosentase zat yang terekstrak sebesar 5
40,37%. Fraksi n- heksan, fraksi kloroform dan 1 2 1 2
fraksi metanol yang diperoleh digunakan 6 6
sebagai bahan untuk pengujian antibakteri. 3 3

Uji Aktivitas Antibakteri


Gambar 1. Uji antibakteri ekstrak etanol, fraksi
Metode yang dipilih pada pengujian
n-heksan, fraksi kloroform, dan fraksi metanol
aktivitas antibakteri adalah metode difusi agar
spons Lamellodysidea herbacea terhadap
Kirby Bauer. Dasar pemilihan metode ini
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
adalah karena cepat, mudah dan sederhana
coli.
dalam pengerjaannya. Sebagai kontrol positif
digunakan kertas cakram yang berisi Keterangan : A : Staphylococcus aureus, B
Kloramfenikol 250 g dalam 50 L untuk : Escherichia coli, 1 : Kontrol negatif, 2:
kedua bakteri. Kontrol positif berfungsi sebagai Kontrol positif, 3 : Ekstrak etanol, 4 : Fraksi n-
kontrol dari zat uji, dengan membandingkan heksan, 5 : Fraksi Kloroform, 6 : Fraksi
diameter daerah hambat yang terbentuk dan metanol
kontrol negatif yang digunakan adalah metanol.
Kontrol negatif berfungsi untuk mengetahui Tabel 2. Hasil rata-rata pengujian ekstrak
ada tidaknya pengaruh pelarut terhadap etanol dan fraksi spons Lamellodysidea
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus herbacea terhadap bakteri Escherichia coli dan
dan Escherichia coli, sehingga dapat diketahui Staphilococus aureus.
bahwa yang mempunyai aktivitas antibakteri Diameter zona hambat (mm)
adalah zat uji bukan pelarut. terhadap bakteri uji
Uji aktivitas antibakteri dalam No. Sampel
Staphilococus Escherichia
penelitian ini menggunakan bakteri aureus coli
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

5
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

1 EE 7,40 6,53 terkandung dalam ekstrak etanol dan masing-


2 FH 7,53 7,17 masing fraksi spons memiliki sifat spektrum
3 FK 6,70 6,50 luas. Artinya ekstrak tersebut memiliki aktivitas
4 FM 6,47 6,27 antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan
5 KP 27,17 24,77 Gram negatif (Pelezar dan Chan, 1998).
Keterangan : EE : Ekstrak etanol, FH : Fraksi
n-heksan, FK : Fraksi kloroform, FM : Fraksi Karakterisasi Senyawa
metanol, KP : Kontrol positif Skrining Fitokimia
Dari hasil pengujian antibakteri yang
Berdasarkan hasil penelitian uji telah dilakukan, Fraksi n-heksan spons
aktivitas antibakteri di atas, fraksi n-heksan Lamellodysidea herbacea memiliki aktivitas
menunjukkan diameter zona bening paling paling tinggi maka fraksi n-heksan dilanjutkan
tinggi dibandingkan dengan ekstrak yang dengan uji fitokimia, identifikasi senyawa
lainnya. Dengan adanya zona bening yang menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan
dihasilkan pada bakteri Gram positif maupun FTIR. Uji fitokimia dengan menggunakan
bakteri Gram negatif maka hal ini menunjukkan pereaksi Mayer terbentuk endapan berwarna
bahwa ekstrak spons dapat menghambat merah yang menandakan fraksi n-heksan positif
pertumbuhan bakteri Gram positif maupun mengandung alkaloid. Endapan yang terbentuk
Gram negatif. Hasil yang diperoleh pada uji terjadi karena adanya penggantian ligan. Atom
aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa nitrogen yang mempunyai pasangan elektron
diameter zona bening untuk bakteri bebas pada alkaloid yang dapat mengganti ion
Staphylococcus aureus yang mewakili bakteri iod dalam pereaksi Mayer (Dewi dkk., 2005).
Gram positif lebih besar (7,53 mm) bila
dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli N + KHgI4 Hg-N
yang mewakili bakteri Gram negatif (7,17 mm). Alkaloid Reagen Mayer Endapan
Secara umum dinding bakteri Gram negatif
berbeda dengan bakteri Gram positif dan hal ini
dapat menjelaskan bahwa banyak zat
antibakteri yang tidak sensitif terhadap bakteri
Gram negatif.
Menurut Davis dan Stout (1971)
menyatakan bahwa apabila zona hambat yang
terbentuk pada uji difusi agar berukuran kurang
dari 5 mm, maka aktivitas penghambatannya
dikategorikan lemah. Apabila zona hambat
berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang, 10- Gambar 2. Uji fitokimia fraksi n-heksan spons
19 mm dikategorikan kuat dan 20 mm atau Lamellodysidea herbacea.
lebih dikategorikan sangat kuat. Spektrofotometer UV-Vis
Diameter zona bening yang ditunjukkan Hasil spektrometer UV-Vis senyawa
pada ekstrak etanol lebih kecil bila isolat fraksi n-heksan dapat di lihat pada
dibandingkan dengan ekstrak fraksi n-heksan. gambar 3.
Walaupun pada ekstrak etanol, mengandung
senyawa metabolit sekunder yang lebih banyak
daripada fraksi n-heksan. Hal ini mugkin
disebabkan karena adanya kerja yang tidak
sinergis antara senyawa metabolit sekunder
dalam ekstrak etanol dalam peranannya sebagai
antibakteri. Sedangkan pada ekstrak fraksi n-
heksan, kemungkinan disebabkan karena
adanya kerja yang sinergis antara senyawa
metabolit sekunder sebagai antibakteri.
Dari hasil uji aktivitas antibakteri Gambar 3. Hasil spektrum UV-Vis Fraksi n-
ekstrak etanol dan masing-masing fraksi spons, heksan spons Lamellodysidea herbacea
menunjukkan bahwa senyawa antibakteri yang

6
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

yang berbeda akan mempunyai spektra yang


berbeda dan sangat kecil kemungkinan dua
senyawa mempunyai spektra yang sama
Tabel 3. Spektrum UV-Vis fraksi n-heksan (Hayati, 2007). Spektra FTIR dari fraksi
spons Lamellodysidea herbacea. n-heksan spons Lamellodysidea herbacea dan
No. p/v Wavelength Abs. interpretasinya dapat dilihat pada Gambar 4 dan
Tabel 4.
1 271 0,449

2 281 3,233

Hasil analisis spektrofotometri UV-Vis


dari fraksi n-heksan memberikan serapan pada
panjang gelombang 271 nm, dan 281 nm yang
diindikasikan bahwa senyawa tersebut termasuk
dalam golongan alkaloid indol. Menurut Nessel
dan Febriany (2008), terbentuknya serapan
yang berdekatan menunjukkan ciri khas dari
senyawa alkaloid indol. Gambar 4. Spektra FTIR dari fraksi n-heksan
spons Lamellodysidea herbacea.
Spektrofotometer FTIR
Spektra FTIR mempunyai sifat fisik
dan karakteristik yang khas, artinya senyawa

Tabel 4. Interpretasi spektra FTIR dari fraksi n-heksan spons Lamellodysidea herbacea

Bilangan
Range Intensitas
No Gelombang Gugus Jenis Senyawa
(cm-1) Referensi
(cm-1)
1 3394,72 3300-3500 Sangat kuat N-H Amina
2 2922,16 2850-2960 Sangat kuat C-H Alkana
Aldehid,keton,asam
3 1737,86 1690-1760 Sangat kuat C=O karboksilat, ester
4 1645,28 1640-1680 Sedang C=C Alkena
5 1456,26 1350-1470 Sedang C-H Alkana
6 1367,53 1350-1470 Sedang C-H Alkana
7 1236,37 1180-1360 kuat C-N Amina
8 1055,06 500-3000 Kuat O-H Asam karboksilat
9 968,27 675-1000 Sedang C-H Alkena
10 727,16 675-870 Kuat C-H Aromatik

Berdasarkan spektra FTIR fraksi aldehid, sedangkan serapan pada bilangan


n-heksan pada Tabel 5 dapat dilihat adanya pita gelombang 1645,28 cm-1 merupakan akibat dari
serapan yang menunjukkan adanya vibrasi ulur vibrasi tekuk C=C. Vibrasi ulur C-N dalam
N-H yang melebar pada daerah panjang bidang dari amina memberikan serapan pada
gelombang 3394,72 cm-1. Vibrasi ulur C-H bilangan gelombang 1236,37 cm-1. Pita serapan
asimetris dari gugus alkana memberikan pada bilangan gelombang 1055,06 cm-1
serapan pada bilangan gelombang 2922,16, merupakan vibrasi ulur O-H dari asam
1456,26 dan 1367,53 cm-1. Pita serapan pada karboksilat. Pita serapan pada bilangan
bilangan gelombang 1726,86 cm-1 merupakan gelombang 968,27 cm-1 merupakan vibrasi
akibat dari vibrasi ulur C=O keton alifatik dan tekuk C-H dari alkkena dan Vibrasi ulur dari

7
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

C-H dari aromatik bilangan gelombang 727,16


cm-1. Interpretasi spektra FTIR dari fraksi
n-heksan berdasarkan hasil pengamatan spektra
FTIR dapat diketahui bahwa pada fraksi
n- heksan terdapat gugus N-H, C-H, C=O, C-C,
C-N dan OH.

8
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

Berdasarkan hasil uji fitokimia, Lamellodisydea herbacea untuk


analisis senyawa menngunakan mengetahui manfaat secara ilmiah.
spektrofotometer UV-Vis dan FTIR bahwa
senyawa hasil isolat diduga merupakan DAFTAR PUSTAKA
senyawa golongan alkaloid dengan uji Acta, M. C. 2012. Isolasi, Karakterisasi dan
fitokimia menggunakan pereaksi Mayer yang Uji Bioaktifitas Metabolit Sekunder dari
memberikan hasil positif dengan terbentuknya Spons Callyspongia sp. Jurnal Kimia.
endapan berwarna merah (Harborne, 1987). 12: 2-7.
Didukung adanya serapan UV-Vis yang Davis dan Stout. 1971. Disc Plate Method Of
memberikan serapan pada panjang gelombang Microbiological Antibiotic Essay.
271 nm dan 281 nm yang diakibatkan oleh Journal Of Microbiology. 22 : 4 - 9.
gugus C=O dan gugus N-H (Nessel dan Dewi, S. M., Suryanti, V. dan Suyono. 2005.
Febriany, 2008). Dugaan ini diperkuat spektra Skrining Fitokimia dan Analisis
FTIR dengan adanya gugus fungsi N-H pada Kromatografi Lapis Tipis Komponen
serapan 3394,72 cm-1 yang merupakan ciri Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule
khas dari alkaloid (Idrus dkk., 2013). Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol.
Jurnal Biofarmasi 3 : 26-31.
KESIMPULAN DAN SARAN Hanani, E. 2005. Identifikasi Senyawa
Kesimpulan Antioksidan Dalam Spons Callyspongia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Sp dari Kepulauan Seribu. Jurnal
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Farmasi. 2: 127 133.
1. Ekstrak dan fraksi spons Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia
Lamellodysidea herbacea mempunyai Penuntun Cara Modern Menganalisis
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Tumbuhan, Edisi kedua. diterjemahkan
Staphylococcus aureus, dan Escherichia oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
coli, dilihat dari zona hambat ekstrak Soedira, ITB Press, Bandung.
etanol dan masing-masing fraksi spons Hayati, E. K. 2007. Dasar-Dasar Analisis
Lamellodysidea herbacea mampu Spektroskopi. Universitas Islam Negeri,
menghambat pertumbuhan bakteri Malang.
Staphylococcus aureus dan Escherichia Idrus, B. R., Bialangi, N. dan Alio, L. 2013.
coli. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
2. Senyawa hasil isolat diduga merupakan Alkaloid dari Biji Tumbuhan Sirsak
senyawa golongan alkaloid dengan uji (Annona muricata Linn). Isainstek.
fitokimia menggunakan pereaksi Mayer 7 : 6-12
yang memberikan hasil positif dengan Kochhar, S. P. dan Rossel, S. B. 1990.
terbentuknya endapan berwarna merah. Detection, Estimation, and Evaluation
Didukung adanya serapan UV-Vis yang of Antioxidant in Food System. Food
memberikan serapan pada panjang Antioxidant. Elsevier Sci Publ Ltd.
gelombang 271 nm dan 281 nm yang London, New York.
merupakan pola spektrum dari gugus Kristanti, A. N., Aminah, N. S., Tanjung, M.
C=O dan gugus N-H. Dugaan ini dan Kurniadi, B. 2008. Buku Ajar
diperkuat spektra FTIR dengan adanya Fitokimia. Unair Press, Surabaya.
gugus fungsi N-H pada serapan 3394,72 Lay, B. W. dan Hastowo, S. 1992. Analisis
cm-1 yang merupakan ciri khas dari Mikroba di Laboratorium. Edisi I. Raja
alkaloid. Grafindo Persada, Jakarta.
Lubis, R. T. 2011. Isolasi dan Uji Aktivitas
Saran Antibakteri Fraksi Non Polar Spon Laut
1. Perlu dilakukan pengujian berbagai Axinella carteri Terhadap Bakteri
konsentrasi untuk mengetahui Ralstonia solanacearum [Skripsi].
konsentrasi efektif, pada fraksi n-heksan Fakultas Farmasi Universitas Andalas,
spons Lamellodysidea herbacea yang Padang.
aktif sebagai antibakteri. Nessel dan Febriany, M. 2008. Isolasi
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Alkaloid Utama dari Tumbuhan Lerchea
tentang uji khasiat lain dari spons

9
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 No. 4 November 2014 ISSN 2302 - 2493

interrupta Korth. Jurnal pdii- lipi


11: 13-21
Ortez, J. H. 2005. Disk Diffusion Testing. In: Thakur, N. L. dan Mller, W. E. G. 2004.
Manual of Antimicrobial Susceptibility Biotechnological potential of marine
Testing. Marie B. Coyle (Coord. Ed.). sponges. Jurnal Current Science. 86:
American Society for Microbiology. 1506-1512.
Pelczar, M. J. dan Chan, S. 1998. Dasar-dasar Volk WA dan Wheeler MF. 1993.
Mikrobilogi 2. Universitas Indonesia, Mikrobiologi Dasar. Jilid 1, edisi 5.
Jakarta. Erlangga. Jakarta.
Rahman. 2008. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Bioaktivitas Metabolit Sekunder
Eekstrak Kloroform Spons Petrosia
alfiani dari Kepulauan Barrang
Lompo, Jurnal Kimia 3-14.

10

You might also like