Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

MTCRE CitraWeb

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 287

Advanced Mikrotik Training

Routing (MTCRE)

Certified Mikrotik Training - Advanced Class (MTCRE)


Organized by: Citraweb Nusa Infomedia
(Mikrotik Certified Training Partner)
Jadwal Training
Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4

Hari 1 Static Route

Hari 2 Tunnel OSPF (1)

Hari 3 OSPF (2) TEST

00-2 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


New Training Scheme 2016
¢  Basic/Essential Training
l  MikroTik Certified Network Associate (MTCNA)

¢  Advanced Training
l  Certified Wireless Engineer (MTCWE)

l  Certified Routing Engineer (MTCRE)

l  Certified Traffic Control Engineer (MTCTCE)

l  Certified User Managing Engineer (MTCUME)

l  Certified Inter Networking Engineer (MTCINE)

l  Certified IPv6 Engineer (MTCIPv6E)

00-3 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Certification Test
¢  Diadakan oleh Mikrotik.com secara online
¢  Dilakukan pada sessi terakhir
¢  Jumlah soal : 25
¢  Nilai minimal kelulusan : 60% Trainer: 75%
¢  Yang mendapatkan nilai 50% hingga 59%
berkesempatan mengambil “second chance”
¢  Yang lulus akan mendapatkan sertifikat yang
diakui secara internasional

00-4 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


License for training program materials and certification
test questions

All content of written materials, specifically questions, answers and diagrams of


the certification tests questions are the proprietary and confidential property of
Mikrotikls SIA. They may not be copied, reproduced, modified, published,
uploaded, posted, transmitted, or distributed in anyway without prior written
permission of Mikrotikls SIA.
You are expressly prohibited from disclosing, publishing, reproducing, or
transmitting any tests and any related information including, without limitation,
questions, answers, worksheets, computations, drawings, diagrams, length or
number of test segments or questions, or any communication, including oral
communication, regarding or related to the tests (known collectively as
“Proprietary Information”), in whole or in part, in any form or by any means, oral
or written, electronic or mechanical, for any purpose.
A disclosure of Proprietary Information by any means in violation of this license
undermines the integrity and security of the MikroTik training programs

Violation of Test Questions license may lead to a temporary or permanent


ban on future MikroTik certification tests and the cancellation of previously
earned MikroTik certifications.

00-5 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Perkenalan
¢  Perkenalkanlah :
l  Nama Anda :
l  Tempat Bekerja :
l  Kota / Domisili :
l  Apa yang Anda kerjakan sehari-hari dan
fitur-fitur apa yang ada di Mikrotik yang
sudah Anda gunakan.
l  Motivasi mengikuti training.

00-6 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Static Route & Policy Route

Certified Mikrotik Training Advanced Class (MTCRE)


Organized by: Citraweb Nusa Infomedia
(Mikrotik Certified Training Partner)
Outline
¢  Basic Config
¢  Routing Concepts
¢  Routing Parameters
¢  Routing Table
¢  Point to Point Addressing
¢  Check Gateway
¢  SCOPE & Target SCOPE
¢  SRC-Routing
¢  Policy Routing
l  Route – Rules
l  Route – Firewall – Route Mark
01-8 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Lakukanlah terlebih dahulu!
¢  Ubahlah nama Router System Identity
menjadi :
“XX-NAMA ANDA”
¢  Aktifkan neighbor interface pada WLAN1
¢  Buatlah username baru untuk anda dan
berilah password (group full)
¢  Proteksilah user admin (tanpa password)
hanya bisa diakses dari 10.10.10.30/31
(group full)
¢  Buatlah user “demo” dengan group read

01-9 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-1] Identitas Router
¢  Supaya tidak membingungkan, ubahlah nama
router Anda.
¢  Format: xx-NamaAnda

01-10 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-2]Neighbor Protocol
Aktifkan Discovery Interface agar router bisa
saling mendeteksi di layer 2 menggunakan
MNDP

01-11 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-3] User Configuration
Persiapkan User di
Router mikrotik supaya
siap di semua kegiatan
lab training.

01-12 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-4] Konfigurasi Dasar

Internet

WLAN1 WLAN1
WLAN1
10.10.10.1/24 10.10.10.X/24
10.10.10.2/24

ETHER1 ETHER1 ETHER1


192.168.1.1/24 192.168.2.1/24 192.168.X.1/24

ETHERNET PORT ETHERNET PORT ETHERNET PORT


192.168.1.2/24 192.168.2.2/24 192.168.X.2/24

MEJA 1 MEJA 2 MEJA X


01-13 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
IP Configuration
¢  Routerboard Setting
l  WAN IP : 10.10.10.x/24

l  Gateway : 10.10.10.100

l  LAN IP : 192.168.x.1/24

l  DNS : 10.100.100.1

l  Services: Src-NAT and DNS Server

¢  Laptop Setting
l  IP Address : 192.168.x.2/24

l  Gateway : 192.168.x.1

l  DNS : 192.168.x.1

01-14 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Configuration
¢  Wlan1 SSID : training (WPA=…………….)
¢  Buatlah file backup! Dan simpan file tersebut ke
laptop

01-15 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Routing
¢  Sebuah metode atau proses untuk meneruskan
paket data dari suatu jaringan ke jaringan lain
yang berbeda segmen (berbeda subnet).
¢  Proses ini dilakukan pada OSI layer 3
(Network).
¢  Pada Mikrotik, fungsi Static Routing sudah
menjadi fitur / fungsi standart dan sudah ada di
paket “System”.

01-16 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Routing Benefits
¢  Memungkinkan kita melakukan pemantauan dan
pengelolaan jaringan yang lebih baik.
l  Pemisahan jaringan menjadi beberapa subnet sesuai
kebutuhan.
l  Pengembangan jaringan menjadi lebih mudah.
¢  Lebih aman (firewall filtering lebih mudah dan lengkap)
l  Trafik broadcast hanya terkonsentrasi di subnet yang
sama.
¢  Jika diimplementasikan pada jaringan wireless,
dibutuhkan perangkat wireless yang mampu
melakukan full routing, atau bisa juga menambahkan
router di wireless BTS.
¢  Untuk network dengan skala besar, bisa
menggunakan protocol Dynamic Routing (RIP/OSPF/
BGP)
01-17 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Routing
192.168.1.0/24
192.168.3.0/24

192.168.2.0/24

ROUTER
GATEWAY
WIRELESS

setiap segment jaringan memiliki 192.168.0.0/24


subnet IP address yang berbeda.

01-18 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Tipe Routing
¢  MikroTik RouterOS tipe routing sbb:
l  dynamic routes
yang akan dibuat secara otomatis:
•  saat menambahkan IP Address pada interface
(Connected Routes)
•  informasi routing yang didapat dari protokol routing
dinamik seperti RIP, OSPF, dan BGP.
l  static routes
adalah informasi routing yang dibuat secara
manual oleh user untuk mengatur ke arah mana
sebuah koneksi akan dilewatkan. Statik default
route adalah salah satu contoh static routes.

01-19 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Tipe Routing
A: Active
S: Static

A: Active
D: Dynamic
C: Connected Setiap memasang IP disebuah interface, secara
otomatis akan dibuatkan routing DAC untuk
networknya dengan preferred source IP tersebut

01-20 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Connected Routes
¢  Dibuat secara otomatis setiap kali kita
menambahkan sebuah IP Address pada
interface yang valid (interface yang aktif).
¢  Jika terdapat dua buah IP Address yang satu
subnet pada satu interface yang sama, maka
hanya akan ada 1 connected route.
¢  Jangan menempatkan dua ip address dari
subnet yang sama tetapi diletakkan pada dua
interface yang berbeda, karena akan
membingungkan tabel dan logika routing di
router.
01-21 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Connected Routes

01-22 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Static Route
¢  Static Routing digunakan untuk melakukan
pengaturan arah paket data yang akan melalui
router, yaitu dengan menentukan gateway untuk
dst-address yang spesifik.
¢  Dst-address=0.0.0.0/0 sering disebut sebagai
“all destination address” karena ip 0.0.0.0/0 bisa
menggantikan/mewakili semua ip address.
¢  Gateway bisa berupa :
l  IP Address
l  Interface (Interface tertentu seperti : PPTP,
L2TP, PPPoE, SSTP, PPP )

01-23 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Menambahkan Routing

01-24 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Static Route

Contoh Implementasi Static Route,


yaitu pemasangan Default Gateway
atau Default Route.

01-25 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Parameter Dasar Routing
¢  Destination
l  Host address – 222.124.211.23

l  Network address – 202.53.246.0/24

l  Semua Network / Semua Host – 0.0.0.0/0

¢  Gateway
l  IP Address gateway, harus merupakan IP Address yang satu subnet

dengan IP yang terpasang pada salah satu interface


l  Gateway Interface, digunakan apabila IP gateway tidak diketahui atau

bersifat dinamik (hanya bisa menggunakan interface ber-type PPP).


¢  Pref Source
l  source IP address dari paket yang akan meninggalkan router,

Biasanya adalah ip address yang terpasang di interface yang menjadi


gateway (juga digunakan untuk proses NAT-Masquerade).
¢  Distance
l  Parameter Beban untuk mengkalkulasi prioritas pemilihan rule routing

yang akan dijalankan router.

01-26 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Konsep Dasar Routing
IP Address Gateway harus merupakan IP Address
yang subnetnya sama dengan salah satu IP Address
yang terpasang pada router (connect directly).
¢  Pada interface yang menghubungkan router A
Internet dan B, pada masing-masing router terdapat
lebih dari 1 buah IP Address.
10.10.0.2/24
¢  Default gateway pada router B adalah router A
A ¢  IP Address yang menjadi default gateway
10.10.1.1/24 10.10.2.1/24
router B adalah 10.10.2.1, karena IP Address
10.10.2.2/24 10.10.3.2/24 tersebut berada dalam subnet yang sama
B dengan salah satu IP Address pada router B
10.10.4.1/24
(10.10.2.2/24)
¢  Setting static route default :
10.10.4.2/24
l  Dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.10.2.1
01-27 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Implementasi Konsep Routing
(DAC) Dst-addr= 10.10.1.0/24 (DAC) Dst-addr= 10.10.2.0/24
pref-source=10.10.1.2 pref-source=10.10.2.2
(DAC) Dst-addr= 10.10.2.0/24 (DAC) Dst-addr= 10.10.3.0/24
Internet pref-source=10.10.2.1 pref-source=10.10.3.1
(AS) Dst-addr= 0.0.0.0/0 gw=10.10.1.1 (AS) Dst-addr= 0.0.0.0/0 gw=10.10.2.1
10.10.0.1/24 (AS) Dst-addr= 10.10.3.0/24 gw=10.10.2.2

10.10.0.2/24
10.10.2.2/24
10.10.1.1/24 10.10.1.2/24 10.10.2.1/24
10.10.3.1/24

(DAC) Dst-addr= 10.10.0.0/24


pref-source=10.10.0.2
(DAC) Dst-addr= 10.10.1.0/24 10.10.3.2/24
pref-source=10.10.1.1 (DAC) Dst-addr= 10.10.3.0/24
pref-source=10.10.3.2
(AS) Dst-addr= 0.0.0.0/0 gw=10.10.0.1
(AS) Dst-addr= 10.10.2.0/24 gw=10.10.1.2 (AS) Dst-addr= 0.0.0.0/0 gw=10.10.3.1
(AS) Dst-addr= 10.10.3.0/24 gw=10.10.1.2

01-28 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Konsep Dasar Routing
Untuk pemilihan routing, router akan memilih
berdasarkan:
l  Rule routing yang paling spesifik dst-address
nya menyesuaikan dengan tujuan paket
•  Contoh: destination 192.168.0.128/26 lebih spesific
dari 192.168.0.0/24 jika tujuan paket menuju ke
host ip 192.168.0.130
l  Distance
•  Router akan memilih yang distance nya paling kecil
l  Round robin (random)

01-29 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Distance
Merupakan salah satu parameter yang digunakan
untuk pemilihan (prioritas) rule routing, nilainya
(0-255) secara default tergantung protocol routing
yang digunakan:
l  Connected routes : 0
l  Static Routes :1
l  eBGP : 20
l  OSPF : 110
l  RIP : 120 Note:
MME : 130
l 
Distance=255
iBGP : 200
l 
berarti “rejected”
01-30 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Contoh Pemilihan
Untuk koneksi dengan destination 192.168.0.9,
manakah urutan prioritas rule yang digunakan ?

DESTINATION DISTANCE GATEWAY

192.168.0.0/24 1 10.10.1.1 2
192.168.0.0/27 2 10.10.2.1 1
192.168.0.0/29 4 10.10.3.1
192.168.0.0/24 5 10.10.4.1 3
0.0.0.0/0 1 10.10.10.100 4

01-31 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Routing Table
¢  Routing Table dibuat oleh router untuk
memetakan jaringan yang ada di sekitar
perangkat router tersebut.
¢  Routing Table terdiri dari 2 bagian :
l  RIB – Routing Information Base
l  FIB – Forwarding Information Base

01-32 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Routing Information Base
Connected
Routes

Static
Routes
All Output
OSPF Routes Filters OSPF

RIP
+ RIP

Protocol’s Input Actives Route


MME Routes Filters Routes Selection MME

BGP - BGP

Instance 1 Instance 1
Discard
Instance 2 Instance 2

Instance n Instance n

01-33 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Routing Information Base
Berisi informasi routing yang lengkap, yang terdiri
dari:
l  Static routes dan Policy Routing Rules
l  Informasi routing dari Dynamic Routing Protocol
(RIP, OSPF, BGP, etc)
l  Informasi Connected Routes

01-34 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Routing Information Base
Digunakan untuk:
l  Memfilter informasi routing
l  Mengkalkulasi best route untuk masing-masing
dst-address/prefix
l  Membuat dan mengupdate Forwarding
Information Base (FIB)
l  Mendistribusikan informasi routing ke routing
protokol lainnya

01-35 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Forwarding Information Base
¢  FIB merupakan tabel yang digunakan untuk
menentukan forwarding packet.
¢  Tabel ini berisi : FIB
l  Active route Routing Tables Rules

Main
l  Policy Routing Rules Connected
Routes
Implicit

Active
Routes
User
Defined

Catch All

01-36 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Forwarding Information Base
•  FIB akan melihat melihat parameter berikut untuk
menentukan routing:
•  Source Address
•  Destination Address
•  Source Interface
•  Routing Mark
•  ToS

•  Kemungkinan decision routingnya meliputi :


•  Paket di tujukan untuk ke router / local delivery
•  Paket di discard
•  Paket di tujukan ke sebuah alamat melalui
•  IP address gateway + interface
•  PPP interface
•  Paket di blok dengan metode
•  ICMP prohibited
•  ICMP host unreachable
•  ICMP network unreachable
01-37 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Forwarding Information Base

+
-
Cache FIB

•  Hasil penentuan routing akan disimpan


kedalam route cache untuk mempercepat
proses forwarding paket-paket berikutnya
•  Jika paket yang memiliki parameter src-
address, dst-address, src-interface, routing
mark dan tos sama, maka router cukup
melihat dari route cache
01-38 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Point to Point Addressing
Adalah sistem pengalamatan IP Address
untuk dua buah perangkat yang terkoneksi
langsung, menggunakan dua buah IP
Address /32

Router 1 Router 2
172.16.0.X1/32 IP Address 172.16.0.X2/32
172.16.0.X2 Network Address 172.16.0.X1
[kosongkan] Broadcast Address [kosongkan]
ether2 Interface ether2

01-39 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-5] P2P Addressing
¢  Hubungkanlah ether2 di router dengan ether2 router rekan
semeja menggunakan kabel ethernet.
¢  Buatlah P2P Addressing dan lakukanlah static route untuk
kedua network laptop melalui ether
¢  Test koneksi dengan ping antar router & test ping antar laptop

Internet

Router Meja X Router Meja X

172.16.0.X1/32 172.16.0.X2/32
Ether2 Ether2

192.168.X.2 192.168.X.2

01-40 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Contoh: P2P Addressing

Router Meja 1

Router Meja 2

01-41 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-5] P2P Addressing

Router Meja 1 Router Meja 2

01-42 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Check Gateway
¢  Adalah sebuah mekanisme pengecekan
gateway yang dilakukan oleh router mikrotik.
¢  Dikirimkan setiap 10 detik, menggunakan ARP
request atau ICMP ping.
¢  Dianggap “Gateway time-out” jika tidak
menerima respon dalam 10 detik dari mesin
Gateway.
¢  Gateway dianggap “unreachable” jika terjadi 2
kali Gateway timeout berurutan dan tidak akan
digunakan didalam pemilihan jalur routing
¢  Jika mengaktifkan fitur check gateway untuk
sebuah rule, maka akan berpengaruh juga untuk
semua rule lain dengan gateway yang sama.
01-43 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Check Gateway Option

01-44 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Backup Gateway
¢  Didalam impelementasi, memungkinkan
untuk menuju ke sebuah network melalui 2
gateway atau lebih yang berbeda.
¢  Dengan bantuan parameter distance dan
check-gateway di routing, kita bisa
menentukan gateway yang akan digunakan
sebagai link Utama ataupun Backup

01-45 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-6] Backup Gateway
¢  Tambahkan routing link backup untuk ke
network laptop teman sebelah melalui
wireless
¢  Atur distance link backup lebih besar
¢  Aktifkan check gateway di link utama
(ether2)
¢  Test dengan traceroute apabila IP ether2 di
salah satu router di disable

01-46 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-6] Backup Gateway

Router Meja 2
Router Meja 1

01-47 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Quiz !
Terdapat kofigurasi
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.10.10.100,10.10.10.101
distance=1
add dst-address=192.168.1.0/28 gateway=10.10.10.100 check-
gateway=ping distance=2
add dst-address=192.168.2.0/28 gateway=10.10.10.101 check-
gateway=ping distance=2

Untuk trafik yang menuju ke 192.168.2.20 akan melewati


gateway?
Untuk trafik yang menuju ke 192.168.1.14 akan melewati
gateway?
Apabila gateway 10.10.10.100 putus? Bagaimana yang
terjadi?

01-48 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Block using Routing
¢  Kita bisa melakukan blok untuk dst-address tertentu
menggunakan static route :
l  Blackhole

•  Memblok dengan diam-diam

l  Prohibit

•  Memblok dan mengirimkan pesan error ICMP

“administratively prohibited” (type 3 code 13)


l  Unreachable

•  Memblok dan mengirimkan pesan error ICMP

“host unreachable” (type 3 code 1)


¢  Ketiga tipe di atas tidak membutuhkan IP Address
gateway.

01-49 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Gateway Interface
¢  Nilai parameter "gateway" selain diisi dengan
IP Address dari router depannya (nexthop)
bisa juga diisikan dengan interface
¢  Interface yang bisa digunakan adalah PPP
interface :
l  pptp
l  l2tp
l  sstp
l  ppp
l  openvpn

01-50 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-7] Gateway Interface
10.10.10.99 Internet

PPTP backup

10.10.10.100

Internet

01-51 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-7] Gateway Interface
¢  Aktifkan PPTP Client ke server, dengan parameter
l  PPTP
•  username : pptp-x
•  password : x
•  server address : 10.10.10.99
¢  Aktfikan NAT Masquerade untuk interface PPTP
¢  Main gateway melalui 10.10.10.100, backup
gateway melalui PPTP
¢  Coba lakukan traceroute
¢  Ketika ada link yang putus dari router utama ke
internet, apa yang terjadi?

01-52 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-7] Gateway Interfaces

01-53 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Check Gateway note!!
¢  Mekanisme Check gateway yang kita gunakan
hanya bisa mendeteksi problem koneksi pada
nexthop (gateway) terdekat.

¢  Jika problem terjadi setelah gateway terdekat


(nexthop), check gateway tidak bisa
mendeteksinya.

¢  Untuk mendeteksi problem koneksi yang


terjadi setelah gateway terdekat, bisa
digunakan teknik scope/target scope.

01-54 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Scope dan Target Scope
¢  Digunakan untuk menentukan gateway / nexthop
yang dibuat recursive (tidak terkoneksi langsung).
¢  Target Scope adalah nilai scope maksimum dari
rule lainnya yang reachable.
¢  Kegunaan:
l  Bisa melakukan pemantauan check gateway ping
untuk gateway yang tidak terhubung langsung
l  Dikombinasikan dengan dynamic routing (misalnya :
iBGP) bila nexthop tidak direct connected
¢  Proses nexthop lookup ini dilakukan hanya di tabel
Main Routing dan untuk gateway yang tipenya
interface akan diabaikan.

01-55 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Scope dan Target Scope
Nilai default scope dan target scope:

01-56 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Scope dan Target Scope
Contoh: dst-address 0.0.0.0/0 dengan gateway
117.20.50.233, recursive via 10.10.10.100
Internet

10.10.10.100/24

10.10.10.1/24 117.20.50.233

Dst-Address Gateway Scope Target Scope


0.0.0.0/0 117.20.50.233 30 30
117.20.50.233 10.10.10.100 30 10

01-57 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-8]Recursive Gateway
¢  Atur agar router bisa mendeteksi jika link ke
mikrotik.co.id terputus, maka trafik dialihkan
via pptp
¢  Evaluasi kembali link utamanya

01-58 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-8] Recursive Gateway
1 2

Target scope lebih besar atau sama dengan scope

01-59 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Load Balance
¢  Metode yang digunakan untuk menyebar
trafik ke beberapa jalur / gateway supaya
penggunaan kapasitas link lebih baik
Metode Per Connection Per Packet
ECMP YES NO
NTH YES** YES
PCC YES NO
Policy Based Route YES NO
BONDING NO YES
RIP , OSPF, BGP YES NO

01-60 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


ECMP
¢  Equal Cost Multi Path, merupakan mekanisme router paling
sederhana pada router untuk meneruskan paket ke banyak
gateway secara adil dalam sebuah tujuan yang sama
¢  Per Connection Based, artinya, untuk koneksi yang memiliki
kombinasi src & dst address yang sama, akan tetap
menggunakan gateway sama, ketika ada kombinasi src & dst
address berbeda, maka koneksi baru tersebut dilewatkan ke
gateway lain
¢  Bisa dibuat dengan cara :
l  Menambahkan static route dengan banyak gateway dalam
sebuah rule
l  Dynamic route : OSPF dan RIP

¢  Apabila bandwidth asimetrik, jumlah gateway bisa


ditambahkan sesuai proporsionalnya
¢  Apabila ada salah satu gateway yang unreachable, maka
trafik akan dialihkan ke gateway lain yang masih reachable

01-61 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-9] ECMP
10.10.10.99

PPTP

Internet
10.10.10.100

SSTP

10.100.100.1

01-62 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-9] ECMP
¢  Dari [LAB-7], aktifkan sstp-client dengan
parameter :
l  user : sstp-x
l  password : x
l  server address : 10.100.100.1
l  Aktifkan masquerade untuk interface sstp
¢  rubah default route menggunakan metode
ECMP
¢  Lakukan traceroute ke dua atau lebih host
di internet dan amati hasil traceroutenya

01-63 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-9] ECMP

01-64 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Policy Based Route
¢  Secara default, router akan menggunakan
table routing “main”
¢  Kita bisa membuat table routing tambahan
dan mengarahkan router menggunakan
table tersebut dengan menggunakan:
l  IP - Route – Rules
l  IP - Firewall - Mangle – Route-mark

01-65 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Policy Route Rules
¢  Route rule digunakan
untuk menspesifikan
trafik yang akan kita atur
routingnya
¢  Route rules hanya dapat
melakukan decision
berdasarkan src-
address, dst-address,
routing-mark, dan
interface.
¢  Untuk parameter yang
lebih detail, gunakanlah
mangle.

01-66 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Policy Route Rules
¢  Route rule akan dibaca sebelum membaca table main
¢  Apabila ada trafik dengan parameter yang sesuai, maka action
pada route rules akan diterapkan
¢  Jika tidak ada parameter yang sesuai pada route rules, maka
router akan membaca table main
¢  Urutan route rules akan berpengaruh

¢  Action pada route rules :


l  drop & unreachable : di blok

l  lookup : mencari gateway di tabel khusus yang ditentukan,

jika tidak ada, maka router akan membaca table main


l  lookup only in table : hanya mencari gateway di tabel khusus
yang ditentukan, tidak akan membaca table main

01-67 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Policy Route Rules

Rule ini berarti semua trafik yang tujuannya ke 202.65.113.16, router


akan mencari gatewaynya di tabel "jalur-khusus"

01-68 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Routing Table

table main

tabel "jalur-khusus"

Trafik yang menuju 202.65.113.16 terkena rule lookup di "jalur khusus", maka
diteruskan melalui sstp-out1 (0.0.0.0/0 sstp-out1), bukan melalui pptp-out1
pada table main

01-69 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-10] Route Rules
10.10.10.99

PPTP

Internet
10.10.10.100

SSTP

10.100.100.1

01-70 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-10] Route Rules
¢  Arahkan default gateway kembali ke
10.10.10.100
¢  Buat route rules, untuk perangkat yang
menggunakan IP 192.168.x.10, ke internet
melalui PPTP
¢  Buat route rules, untuk perangkat yang
menggunakan IP 192.168.x.20, ke internet
melalui SSTP
¢  Rubah laptop menggunakan IP 192.168.x.10
dan 192.168.x.20, lakukan traceroute ke
internet

01-71 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-10] Route Rules

01-72 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-10] Route Rules

01-73 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Mangle Route Mark
¢  Jika didalam route rules, parameter dirasa kurang
memenuhi kebutuhan kita, kita bisa membuat custom
rule menggunakan bantuan fitur Firewall Mangle
¢  Yang perlu diset adalah :
l  chain :
•  prerouting : untuk trafik dari luar atau dari client)
•  output : untuk trafik dari router yang akan keluar
l  action : mark routing
•  mark-routing berfungsi sama dengan action=lookup pada route
rules
l  new-routing-mark : nama table yang digunakan untuk
lookup
¢  Didalam sebuah paket data, hanya bisa memiliki 1
mark-packet
01-74 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Route Mark

01-75 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-11] Route Mark
10.10.10.99

PPTP

Internet
10.10.10.100

SSTP

10.100.100.1
PPTP : Browsing, HTTPS, dan DNS
SSTP : Traceroute dan Ping (iCMP)

01-76 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-10] Route Mark

01-77 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-10] Route Mark (2)

01-78 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-11] Route Mark (3)

01-79 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Pref-source
¢  By default: null, kecuali untuk connected routes
¢  Fungsi :
l  IP Address asal untuk paket data yang berasal dari
router
l  IP Address src-address-to untuk paket data yang
terkena action NAT – masquerade
¢  Jika tidak ditentukan, secara otomatis akan menggunakan
salah satu IP Address yang ada pada output interface
¢  Jika isian pref-src adalah IP Address yang tidak terpasang
pada router, rule ini akan non-aktif.

01-80 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Source Routing
¢  Source Routing adalah sebuah teknik routing
yang memungkinkan Administrator jaringan
menentukan jalur routing balik / incoming
yang akan dilalui oleh paket data.
¢  Perlu diingat bahwa parameter “dst-address”
pada paket header akan selalu diperiksa oleh
router yang dilewatinya untuk menentukan hop
selanjutnya.
¢  Dengan memodifikasi Pref-Source Maka jalur
routing balik bisa dimanipulasi sesuai keinginan
administrator.

01-81 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-12] Pref-Source
Uplink : 1Mbps
10.10.10.99
Downlink : 1Mbps

PPTP

Internet
10.10.10.100

SSTP
Uplink : 512kbps
Downlink : 10Mbps
10.100.100.1

01-82 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-12] Pref-Source

IP dari interface downlink

01-83 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-12] Pref-Source

Pengaturan NAT untuk trafik client

01-84 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Static Route Setting

01-85 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Quiz !
¢  Bagaimana jika ingin mendeteksi jalur
gateway yang putus di >10 hop di depan
router anda ?
¢  Dengan menggunakan metode scope dan
target scope kita tidak lagi memerlukan ip
gateway dari isp. (Benar / Salah)
¢  Kita bisa mengganti Pref-Source
menggunakan ip public dari Router lain
yang masih dalam satu jaringan yang
sama. (Benar/Salah)
01-86 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Tunnel

Certified Mikrotik Training Advanced Class (MTCRE)


Organized by: Citraweb Nusa Infomedia
(Mikrotik Certified Training Partner)
Tunnel
¢  Tunnel adalah sebuah metode penyelubungan
(encapsulation) paket data di jaringan TCP/IP, yang biasanya
digunakan untuk mensimulasikan koneksi fisik antara dua
network melewati jaringan lain (WAN/Internet).

¢  Paket data dari aktifitas transfer data di kedua network


mengalami sedikit pengubahan atau modifikasi. Yaitu
penambahan header dari tunnel di tiap paket data dari traffic
yang terjadi di kedua network tersebut. Walupun ada
pengubahan pada paket data informasi paket yang asli tetap
disertakan (RFC 2003 compliant ).

¢  Ketika data sudah melewati tunnel dan sampai di tujuan


(ujung) tunnel, maka header dari paket data akan
dikembalikan seperti semula (header tunnel dihilangkan).

02-88 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Tunnel Network

WAN

Point 1 tunnel Point 2

1.1.1.1 1.1.1.2
R1 R2

IP Address: 10.0.0.0/24 IP Address: 20.1.1.0/24

Point to point network encapsulation


02-89 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
VPN Networks
Merupakan sebuah jaringan virtual yang dibangun diatas
jaringan yang sudah ada

File Server Aplication Server Aplication Server File Server

Client 1
Server
Office 1 Router Router
Office 2

PC PC WAN PC PC

VPN Networks

File Server

Client 2 Router
Office 3

Mobile Mobile
Client 2 Client 1 PC PC PC PC

02-90 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Tunnel & VPN
¢  Tunnel
l  IPIP – IP Tunnel
l  EoIP – Ethernet Over IP
l  VLAN – Virtual Lan
l  Gre Tunnel
¢  VPN
l  PPPoE – Point To Point Protocol Over Ethernet
l  PPTP – Point To Point Tunnel Protocol
l  L2TP – Leyer 2 Tunnel Protocol
l  OpenVPN – Open Virtual Private Network
l  IPSec – IP Security
l  SSTP – Secure Socket Tunnel Protocol
02-91 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
IPIP Tunnel
¢  IPIP atau IP Tunnel adalah salah satu protocol tunnel
yang paling sederhana dan ringan yang mampu
menghubungkan dua router melewati jaringan TCP/IP.
¢  IPIP Tunnel bisa dibuat di menu Interface dan dianggap
sebagai interface (fisik tetapi virtual) yang independen.
¢  Sudah banyak type router support protocol ini seperti
CISCO dan Linux.
¢  IPIP Tunnel bisa digunakan untuk :
l  Routing antar local network melewati jaringan internet
l  Digunakan untuk menggantikan Source Routing
¢  Interface IPIP tunnel tidak bisa dimasukkan dalam
bridge network (bridge port).

02-92 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


IPIP Packet Header

¢  Test packet sniffer dilakukan untuk mengetahui besar packet


header yang digunakan oleh protocol tunnel IPIP.
¢  Terlihat Tunnel IPIP menggunakan sekitar 20-40 byte pada tiap
packet headernya di setiap paket data yang lewat.
¢  Paket header standardnya adalah 20byte.
¢  (GRE Protocol Packet size) 42 byte = 20 byte (ip header) + 22
(Encap Header)
02-93 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
IPIP Example Internet

¢  Salah satu pengaplikasiannya adalah pada


kondisi sebuah network hanya memiliki Uplink ISP
koneksi VSAT DVB downlink only provider
dan uplink provider yang tidak mengijinkan ip
ISP lain yang melewati networknya.
DVB Provider

Sattelite

IPIP Tunnel

¢  Maka kita bisa membuat sebuah IPIP tunnel


untuk mensimulasi koneksi kabel independen
ke DVB provider.
Our Router
¢  Sehingga traffic uplink melewati Uplink ISP
dan traffic downlink melewati DVB.

02-94 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


IPIP Configuration

02-95 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


IPIP Configuration

¢  Parameter Local Address adalah parameter untuk ip


local router yang digunakan untuk membangun koneksi
IPIP tunnel.
¢  Sedangkan Remote Address adalah parameter dari ip
address router lawan.
02-96 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
[LAB-1] IPIP Tunnels
IPIP1 Address : IPIP1 Address :
192.168.200.1/30 192.168.200.2/30

10.10.10.30/24 10.10.10.100/24 10.10.10.31/24

¢  IPIP Tunnel melewati jaringan WAN.


¢  Tambahkan ip address untuk menghubungkan kedua
interface tunnel.
¢  Tambahkan rule static routing untuk menghubungkan
kedua local network dari masing-masing router.

02-97 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-1] IPIP Tunnels
ROUTER A

ROUTER B

02-98 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-1] IPIP Tunnels
IPIP1 Address : IPIP1 Address :
192.168.200.1/30 192.168.200.2/30

10.10.10.30/24 10.10.10.100/24 10.10.10.31/24

¢  /interface ipip add name=ipip1 local- ¢  /interface ipip add name=ipip1 local-
address=10.10.10.30 remote- address=10.10.10.31 remote-
address=10.10.10.31 address=10.10.10.30
¢  /ip address add ¢  /ip address add
address=192.168.200.1/30 address=192.168.200.2/30
interface=ipip1 interface=ipip1

02-99 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-1] Routing over Tunnel
IPIP1 Address : IPIP1 Address :
192.168.200.1/30 192.168.200.2/30
Meja 1 Meja 2

192.168.1.1/24 10.10.10.100/24 192.168.2.1/24

¢  Static route untuk menghubungkan kedua local network


menggunakan tunnel IPIP.
¢  Routing di Router1 :
l  /ip route add dst-address=192.168.2.0/24
gateway=192.168.200.2
¢  Routing di Router2 :
l  /ip route add dst-address=192.168.1.0/24
gateway=192.168.200.1
02-100 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
EoIP Tunnel
¢  Adalah protocol pada Mikrotik RouterOS yang
membangun sebuah Network Tunnel antar mikrotik
router di atas sebuah koneksi TCP/IP.
¢  Interface EoIP dianggap sebagai sebuah Interface
Ethernet.
¢  Jika Bridge mode diberlakukan pada EoIP tunnel
maka semua protocol yang berbasis ethernet akan
dapat berjalan di Bridge tersebut (Dianggap seperti
hardware interface ethernet yang di bridge).
¢  Hanya dapat dibuat di Mikrotik RouterOS.
¢  Menggunakan Protocol GRE (RFC1701).

02-101 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


EoIP Tunnel (2)
¢  EoIP biasa digunakan untuk :
l  Membuat jaringan bridge diatas jalur internet
l  Membuat jaringan bridge diatas tunnel yang
terenkripsi
l  Membuat jaringan bridge diatas jaringan
wireless

¢  Dalam penggunaan EoIP tunnel akan terjadi


penambahan header sebesar 42byte (8 byte
GRE + 14 byte PPP + 20 byte IP)

02-102 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


EoIP Example
Internet

City A City B
10.0.0.1 10.10.10.2

EoIP
192.168.0.13

192.168.0.3

192.168.0.12 192.168.0.2

Secara Virtual setiap Laptop terletak di dalam satu segmen network yang sama.
02-103 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
EoIP Config

02-104 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-2] EoIP over Wireless
R1 R2
Tunnel-id=100

192.168.y.1/24 192.168.y.2/24

Internet
Tunnel-id=200 Tunnel-id=300

R3 R4

192.168.y.3/24 192.168.y.4/24

02-105 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Virtual LAN (VLAN) 1
¢  VLAN adalah sebuah logical group
(pengelompokan) yang memungkinkan user untuk
berkomunikasi dengan user yang memiiki group
sama tetapi terisolasi dari user lain yang berbeda
group walaupun sebenarnya user-user ini masih
terhubung secara fisik.

¢  Dengan menggunakan protocol Vlan Router dapat


meningkatkan security dan management yang
berbeda terhadap jaringan walaupun masih ada
sharing media fisik.

¢  Bekerja di layer DataLink


02-106 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Virtual LAN (VLAN) 2
¢  VLAN di Mikrotik RouterOS merupakan
implementasi dari standarisasi 802.1Q.
¢  Dengan menggunakan metode VLAN ini Mikrotik
RouterOS memungkinkan membangun beberapa
Virtual LAN untuk memisahkan jaringan (group) di
sebuah interface ethernet atau interface
wireless.
¢  Mikrotik RouterOS secara teoritis mampu
membangun 4095 Interface Vlan di sebuah
Interface ethernet, banyak router termasuk CISCO,
Linux dan Layer2 Switch yang sudah mendukung
protocol ini.

02-107 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


VLAN Configuration

02-108 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


VLAN on Mikrotik

02-109 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Mikrotik Vlan on Manageable Switch

Vlan 1
TRUNK ACCESS

Vlan 2 Vlan 1

Vlan pada Mikrotik bisa bekerja


sama dengan switch manageable
Vlan 2
yang mampu mengimplementasikan
standarisasi 802.1q.

02-110 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Mikrotik Vlan on Manageable Switch

Port 4 – mode Access Vlan 3


Manageable Switch

Port 3 – mode Access Vlan 2


Port 2 – mode Access Vlan 1

Ether 2
Port 1 Vlan 1
Mode Trunk Vlan 2
Vlan 3
02-111 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Vlan Implementation using RB250GS

Detail Config : http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=36


02-112 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Mikrotik Vlan on CISCO Switch

02-113 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-3] Mikrotik Vlan Trunking
R2 VLAN over EoIP R3

Internet ether2
ether2

ether1
ether1

192.168.1.1/24 192.168.1.2/24
R1 R4

VLAN100
VLAN200
ether3 ether3
192.168.2.3/24 192.168.2.4/24

02-114 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-] Create VLAN Interface
R2 + R3

Membangun vlan interface memanfaatkan EoIP Tunnel

02-115 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-4] VLAN Bridge
R2 + R3

02-116 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-4]VLAN Distribution

R1 & R4

02-117 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


VLAN on Switch Chip
¢  Di beberapa perangkat routerboard, ada yang memiliki
komponen switch chip.
¢  Dengan menggunakan switch chip ini, kita bisa
memfungsikan port ethernet kita layaknya switch
manageable.
¢  Selain itu processing paket data juga lebih cepat tanpa
perlu membebani CPU router kita.
¢  Routerboard menggunakan beberapa seri Switch Chip
yang berbeda, kemampuannya pun bervariasi.

02-118 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Switch Chip

Type Switch Chip di routerboard bisa langsung diidentifikasi di


menu “Switch”.

02-119 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Port Switching
¢  Untuk mengaktifkan router kita berfungsi sebagai
switch, kita tinggal menentukan parameter “master-
port” di interface ethernetnya.
¢  Interface Ethernet yang sudah dimasukkan ke
dalam switch group disebut dengan “Slave Port”
tanda “S” di Interface.
¢  Interface ethernet yang menjadi Slave Port seakan-
akan menjadi tidak aktif dan tidak ada traffic yang
melewatinya
¢  Master port berfungsi menjembatani antara port-
port “switch group” dengan router

02-120 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Port Switching (2)

02-121 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Port Switching (3)

02-122 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Diagram Logic

Routerboard

firewall, bridging, qos, routing dsb


software level

Wire speed switching


Hardware Level

1 2 3 4 5

02-123 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Port Mirroring

¢  Kita bisa mengcopy trafik yang berlangsung dari


satu port ke port lain, selama masih dalam satu
switch
¢  Monitoring Purpose !!!
02-124 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
VLAN mode
¢  Switch chip di routerboard juga bisa digunakan untuk implementasi
forwarding packet yang menggunakan vlan (802.1q)
¢  Policy mode yang bisa kita gunakan untuk vlan switch
l  disabled - vlan table tidak dibaca, semua paket dengan vlan

dianggap tidak menggunakan vlan tag


l  fallback - Paket yang tagnya tidak ada di tabel tetap diproses seperti
paket tanpa vlan tag. Paket dengan vlan tag yang ada di vlan tabel,
tetapi port incoming tidak cocok di vlan table tidak didrop
l  check - drop paket vlan yang vlan tagnya tidak ada didalam tabel

vlan. Tetapi untuk paket vlan yang tag nya ada ditabel meskipun
port incomingnya tidak sesuai tidak akan didrop
l  secure - drop paket vlan yang vlan tagnya tidak ada didalam tabel
vlan. Selain itu jika port incomingnya tidak cocok dengan yang di
table, juga akan didrop
¢  Semua paket yang tidak menggunakan vlan-id, dianggap
menggunakan vlan-id 0

02-125 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


VLAN Header

Kita bisa memodifikasi header dari paket yang akan keluar


dari interface dengan pilihan :
•  Leave-as-is : header paket tidak dirubah
•  Add-if-missing : jika tidak ada vlan header , maka akan
ditambahkan vlan headernya
•  Always-strip : vlan header yang ada di paket akan dihilangkan
02-126 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
VLAN Tabel

Didalam tabel ini kita bisa menentukan port-port


interface yang akan menggunakan vlan

02-127 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-5] Vlan Switch
R2 VLAN over EoIP R3

Internet ether2
ether2

ether1
ether1

192.168.1.1/24 192.168.1.2/24
R1 R4

VLAN100
VLAN200
ether3 ether3
192.168.2.3/24 192.168.2.4/24

02-128 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-5] Interface Switch
R1 + R4

02-129 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-5] VLAN Table

02-130 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-5] VLAN Port

Trunk Port Access Port


02-131 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
[LAB-6] VLAN over VLAN
R2 VLAN over VLAN R3

ether3 VLAN1 ether3


ether2 ether2

ether1
ether1

192.168.1.1/24 192.168.1.2/24
R1 R4
VLAN1
VLAN100
VLAN200
ether3 ether3
192.168.2.3/24 192.168.2.4/24

02-132 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-6] VLAN Config
R2 + R3

02-133 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-6] VLAN Config

02-134 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-6] VLAN Interface

02-135 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


L2TP (1)
¢  Layer 2 Tunneling Protocol (L2TP)
pengembangan dari kerjasama Cisco
dengan Microsoft yang menggabungkan
fitur dari PPTP dan Layer 2 Forwarding
(L2F) protocol.
¢  L2TP dapat diimplementasikan pada
jaringan non-TCP/IP clients, seperti
Contoh: Frame Relay dan ATM).
¢  L2TP tidak memiliki mekanisme enkripsi,
biasanya menggunakan protocol enkripsi
lain yang lewat didalam tunnelnya

02-136 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


L2TP (2)
¢  L2TP menggunakan UDP (port 1701)
sehingga pengiriman paketnya lebih cepat.
Sayangnya tidak reliable karena tidak ada
mekanisme pengiriman ulang paket yang
hilang/rusak.
¢  L2TP lebih “firewall friendly” dibandingkan
PPTP — suatu Keuntungan besar jika
menggunakan protocol ini, karena
kebanyakan Firewall tidak mensupport
GRE.
02-137 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
L2TP Configuration - Client

Encription Option – MPPE 128Bit

Akan menyesuaikan Server

02-138 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


L2TP Configuration - Server
Encription Option – MPPE 128Bit

02-139 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-2] Routing over L2TP
Internet

City A City B
L2TP

192.168.1.1 192.168.2.1

192.168.2.2

192.168.1.2 Communication over L2TP

Dari lab IPIP sebelumnya, silahkan rubah routingnya


menggunakan L2TP antar teman.

02-140 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


L2TP Security
¢  L2TP secara default bisa menggunakan
MPPE 128Bit sama seperti yang digunakan
pada PPTP.
¢  Karena MPPE dirasa kurang aman maka
L2TP dikembangkan untuk bisa
digabungkan dengan protocol security yang
lain yaitu IPSec.

02-141 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Overview
¢  Secure Socket Tunneling Protocol (SSTP) adalah
salah satu metode VPN yang membuat tunnel
PPP melalui SSL Channel pada protocol HTTPS.
¢  Kelebihan membuat tunnel diatas protocol HTTPS
adalah bisa melewati hampir semua firewall dan
proxy server.
¢  Selain itu SSL juga digunakan untuk security level
transport (layer4) dengan meningkatkan key
negotiation, enkripsi serta integrity checking.
¢  SSTP baik client ataupun server bisa diterapkan di
Mikrotik.
l  Catatan : SSTP mulai ada di OS Windows vista sp1

02-142 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Process
Open TCP Connection (TCP:443)

SSL Negotiation

SSTP over HTTPS

authentikasi PPP & IP Request

Communication data over SSTP

02-143 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Security
¢  Untuk membuat SSTP yang aman, sertifikat SSL dibutuhkan
di SSTP.
¢  Disisi client, server akan diverifikasi berdasarkan sertifikat
yang dimiliki server dan menentukan metode enkripsi yang
akan digunakan.
¢  Client juga akan menggenerate SSL session key dan
mengenkripsinya dengan publik key dari server.
¢  Server bisa mendecrypt session key tersebut menggunakan
private key yang dimilikinya.
¢  Semua komunikasi client server akan dienkripsi berdasarkan
SSL session key tersebut.
¢  Jika client dan server menggunakan Mikrotik, SSTP bisa
dibentuk tanpa menggunakan sertifikat.
¢  Disisi server, authentikasi hanya dilakukan berdasarkan
username dan password di protocol PPP.

02-144 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSL Certificate
¢  SSL sertifikat bisa dibuat sendiri, dan untuk
verifikasinya bisa menggunakan layanan
berbayar (Signed Certificate) ataupun
diverifikasi sendiri (Self Signed Certificate).
¢  Verifikasi ini menggunakan CA (Certificate
Authority).
¢  Jika menggunakan Self Signed Certificate,
maka CA certificate harus diimport ke client.
¢  Sertifikat bisa kita generate menggunakan
aplikasi “openssl”.

02-145 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


CA Certificate Setup (1)

02-146 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


CA Certificate Setup (2)

02-147 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Server Certificate Setup (1)

02-148 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Server Certificate Setup (2)

02-149 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Server Certificate Setup (3)

02-150 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Client Certificate Setup (1)

02-151 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Client Certificate Setup (2)

02-152 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Client Certificate Setup (3)

02-153 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSL Certificate (2)

Server Side

Untuk keamanan, jangan mengupload CA private key

Client Side

02-154 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSL Certificate (3)

02-155 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Server Setup (1)

02-156 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Server Setup (2)
¢  SSTP Server bisa diatur dengan beberapa
metode :
l  Certificate : None, apabila client juga sama-sama
MikrotikOS
•  (Unsecure, PPP security only)
l  Certificate : [Server Cert], apabila client
MikrotikOS dan Windows (more secure)
¢  Untuk meningkatkan keamanan, aktifkan option
“Verify-Client-Certificate” :
l  CA harus diimport disisi server
l  Client harus menggunakan certificate

02-157 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Client Setup (1)

02-158 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Client Setup (2)
¢  Jika sisi server diaktifkan “Verify-Client-
Certificate”, maka sisi client juga harus
dipasang certificate yang masih dalam 1 chain.
¢  Option “Verify-Server-Certificate” digunakan
untuk mengecek apakah sertifikat server masih
dalam 1 CA yang ada di client.
¢  Option “Verifiy-Server-Address” digunakan
untuk mengecek apakah IP / domain dari server
valid/sesuai dengan isi dari sertifikat.

02-159 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB 3] SSTP Network
Internet

mobile client 10.10.10.x


10.20.20.x

10.10.10.100

SSTP server

Local Remote Office

Local Main Office

02-160 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


SSTP Note
¢  Untuk penggunaan sertifikat, pastikan clock
server dan client benar à sync NTP.
¢  Windows Client, import CA ke trusted
certificate.
¢  Disable “Verify-Client-Certificate” jika clientnya
Windows.

02-161 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


OSPF
Certified Mikrotik Training Advanced Class (MTCRE)
Organized by: Citraweb Nusa Infomedia
(Mikrotik Certified Training Partner
Outline
¢  About OSPF
l  Autonomous System
¢  Basic LAB OSPF
¢  OSPF Neighbour
l  LSP & Instance
¢  OSPF Router Type
¢  OSPF Routing Type
l  Cost & Matric
¢  OSPF Area Type
l  Tipe LSA & Virtual Link
¢  Routing Filter

19-Jul-17
Autonomous System

Area 0 Area 1

AS
Area 2 Area 3

Autonomous System (AS) adalah sebuah gabungan dari beberapa jaringan


yang sifatnya routing dan memiliki kesamaan metode serta policy pengaturan
network, yang semuanya dapat dikendalikan oleh network administrator.
19-Jul-17
Background 1
¢  Karena sebuah Autonomous System (AS)
memiliki skala jaringan yang sangat besar
maka penggunaan routing menjadi sangat
penting dan kritis.
¢  Informasi routing haruslah tepat dan

kesalahan melakukan distribusi informasi


routing harus diminimalisasi sedikit mungkin.
¢  Sangatlah tidak nyaman jika harus

menuliskan rule routing untuk puluhan


bahkan ratusan router secara static.

19-Jul-17
Background 2
¢  OSPF merupakan sebuah routing protokol
yang dapat mendistribusikan informasi
routing secara otomatis.
¢  OSPF juga merupakan routing protokol yang

menggunakan konsep hirarki routing,


dengan kata lain OSPF juga mampu
membagi-bagi jaringan menjadi beberapa
tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini
diwujudkan dengan menggunakan sistem
pengelompokan yaitu area.

19-Jul-17
OSPF ?
¢  Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah
protocol routing otomatis (Dynamic Routing) yang
mampu menjaga, mengatur dan mendistribusikan
informasi routing antar network mengikuti setiap
perubahan jaringan secara dinamis.
¢  OSPF termasuk di dalam kategori IGP (Interior
Gateway Protocol) yang memiliki kemampuan
Link-state dan Algoritma Dijkstra yang jauh lebih
efisien dibandingkan protocol IGP yang lain.
¢  Menggunakan protocol tersendiri yaitu protocol 89.
¢  OSPF digunakan untuk management informasi dan
distribusi routing di dalam sebuah AS.

19-Jul-17
OSPF Feature
OSPF (IPv4 RFC 2838 )
l  Dynamic routing
l  Interior Gateway Protocol (IGP) didalam
sebuah routing domain (AS)
l  Proses convergence yang cepat
l  Link State / Shortest Path Technology
l  Route Authentication
l  Mendukung sistem pembagian Area
l  Mendukung Fail Over

19-Jul-17
[LAB-1] Konfigurasi OSPF
ASBR Internet
Router Gateway

Backbone Area

10.10.10.1/24 10.10.10.x/24
10.10.10.2/24

192.168.1.1/24 192.168.2.1/24 192.168.x.1/24

MEJA 1 MEJA 2 MEJA X


03-169 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
[LAB-1] OSPF Network
¢  Tambahkan Network
yang ingin
dihubungkan ke area
Backbone untuk saling
ditukarkan dengan
router yang lain.

¢  Amati tabel neighbor


router masing-masing
dan neighbor router.

19-Jul-17
[LAB-1] OSPF Neighbor

Tabel neighbor akan berisi informasi mengenai


router-router yang berada dalam 1 area OSPF
beserta kondisi/statusnya

19-Jul-17
OSPF – Neighbor Discovery
¢  OSPF mampu malakukan Pencarian neighbor router
secara otomatis
l  Yaitu Discovery Router yang juga mengaktifkan OSPF

dalam satu area


l  Menggunakan Hello Packet

¢  Sebuah router bisa terdaftar didalam list neighbor


router yang lain apabila :
l  Interface router tersebut berada dalam area (Area-ID)
yang sama
l  Interface router tersebut harus dalam subnet dan
network mask yang sama , kecuali network typenya
diset point to point
l  Authentikasi, Hello dan Dead Interval HARUS SAMA

19-Jul-17
OSPF – Discovery Process
R1 LSAck
LSU
LSR R2

HelloDD
Packet

LSAck
LSR
LSU

Neighbor State Neighbor State


1 DOWN 1 DOWN
2 R1 INIT
3 R2 2-WAY
4 R2 ExStart 5 R1 ExStart
6 R2 Exchange 7 R1 Exchange
8 R2 Loading 9 R1 Loading
10 R2 Full 10 R1 Full

19-Jul-17
OSPF-Neighbor State
Neighbor State Description

Down Hello Packet tidak diterima dari neighbor. Biasanya diawal OSPF berjalan

Attempt Digunakan pada neighbor yang ditambahkan manual pada NBMA

Hello packet diterima dari router lain tetapi router-id penerima yang tertera
Init
dalam hello packet belum ada didalam list neighbor

Hello packet yang diterima dari router lain dan ip router penerima ada
2-Way didalam list neighbor router lain. Dalam state ini komunikasi
bidirectional sudah terbentuk

ExStart DR dan BDR sudah terpilih, pertukaran link-state dimulai

Exchange Router mengirimkan Database Description packet ke neighbor


Router mengirimkan Link State Request packets untuk informasi routing
Loading
dari neighbor
Informasi routing dari neighbor sudah tersinkronisasi dan 2 router sudah
Full
terhubung penuh

19-Jul-17
OSPF Packet Type
¢  Hello – Digunakan untuk membentuk komunikasi
dengan neighbor yang terhubung langsung
¢  Database Descriptor (DD) – Digunakan untuk
mengecek sinkronisasi database routing antar
router.
¢  Link State Request (LSR) – Digunakan untuk
meminta informasi routing terbaru
¢  Link State Update (LSU) – Digunakan untuk
mengirimkan informasi routing terbaru
¢  Link State Acknowledgment (LSAck) –
Digunakan untuk mengkonfirmasi informasi link-
state yang diterima

19-Jul-17
Link State Routing
Langkah-langkah atau cara kerja OSPF :

l  Setiap router membuat Link State packet (LSP).


l  Mendistribusikan LSP ke semua neighbor menggunakan Link
State Advertisement (LSA) type 1 dan menentukan DR dan
BDR dalam 1 area.
l  Masing-masing router menghitung jalur terpendek ke semua
neighbor berdasarkan cost routing.
l  Jika ada perbedaan atau perubahan tabel routing, router akan
mengirimkan LSP ke DR dan BDR melalui alamat multicast
224.0.0.6.
l  LSP akan dididistribusikan oleh DR ke router neighbor
lain dalam 1 area sehingga semua router neighbor akan
melakukan perhitungan ulang jalur terpendek.

19-Jul-17
[LAB-1] OSPF Instance

19-Jul-17
OSPF Instance Setting
¢  Router-id à Memberi pengenal pada router.
l  Berformat 32bit seperti IP, sifatnya unik artinya tiap router

tidak boleh memiliki ID yang sama dalam sebuah jaringan


l  Jika diisi 0.0.0.0 maka router akan otomatis menggunakan IP

terbesar yang ada pada router


¢  Redistribute Default Route à Mendistribusikan default route.
¢  Redistribute Connected Routes à Mendisitribusikan IP network
yang terpasang di interface
¢  Redistribute Static Routes à Mendistribusikan route static yang
ada pada table /ip route
¢  Redistribute RIP Routes à Mendistribusikan route hasil RIP
¢  Redistribute BGP Routes à Mendistribusikan route hasil BGP

19-Jul-17
[LAB-1] OSPF Route

Rule routing yang memiliki Flag DAO menunjukkan


ada rule routing yang didistribusikan menggunakan
protocol OSPF.

19-Jul-17
[LAB-1] OSPF Route Detail

19-Jul-17
[LAB-1] OSPF Interface

¢  Setelah OSPF network


ditentukan maka secara
otomatis mendeteksi interface
yang menggunakan network
tersebut.
¢  Untuk mengubah cost dan
priority interface harus
didefinisikan secara manual.

19-Jul-17
Area DR & BDR
¢  Dalam setiap area, router akan memilih Designated Router (DR)
dan Backup Designated Router (BDR) secara otomatis.
¢  DR berfungsi untuk mengumpulkan dan menyebarkan LSA dalam
satu area menggunakan alamat multicast 224.0.0.5, sehingga
mengurangi proses pertukaran LSA antar router
¢  BDR, akan menggantikan DR jika terjadi error
¢  Dalam permulaan pembentukan OSPF, DR merupakan router
pertama yang mengaktifkan OSPF dan BDR merupakan router
kedua yang mengaktifkan OSPF
¢  Jika OSPF sudah berjalan, maka pemilihan DR dan BDR
selanjutnya ditentukan oleh priority dari interface masing-masing
router dalam 1 area
l  (0 = tidak akan menjadi BR/BDR, 255 = selalu menjadi BR/BDR)
l  Jika priority sama, akan dipilih yang memiliki router-ID paling tinggi

19-Jul-17
[LAB-2] OSPF - Fail Over
ASBR Internet
Router Gateway

Backbone Area

IR IR IR IR
Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4

Backup link Backup link

192.168.1.0/24 192.168.2.0/24 192.168.3.0/24 192.168.4.0/24

MEJA 1 MEJA 2 MEJA 3 MEJA 4


03-183 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
[LAB-2] OSPF - Fail Over detail
ASBR Internet
Router Gateway

Backbone Area

IR IR
Meja 1 Meja 2
Backup link

Ether2 Ether2
10.100.Y.1/24 10.100.Y.2/24
¢  Hubungkan ether2 dari router anda ke ether2 router rekan anda
sebagai link backup.
¢  Pasang ip satu segmen 10.100.Y.0/24 pada link backup tersebut.
¢  Y adalah nomor kelompok.
19-Jul-17
[LAB-2] Interface for Backup

10.100.y.0/24

Tambahkan network baru ke backbone area.


19-Jul-17
Redundant Detected

¢  DR akan menerima perubahan informasi routing dari


masing-masing group dan menyebarkan informasi
tersebut ke router group yang lain
¢  Network baru tersebut bisa dirouting menggunakan 2
jalur yang berbeda

19-Jul-17
[LAB-2] Fail Over Test
ASBR Internet
Router Gateway

Backbone Area

IR
Meja 1
x IR
Meja 2

Backup link

Ether2 Ether2
10.10.1.1/24 10.10.1.2/24

¢  Coba matikan link utama dan test apakah fail over


bisa dilakukan otomatis.
¢  Hidupkan kembali link utama untuk cek terhadap
proses failover.
19-Jul-17
Metric & Cost ….?
¢  Metric adalah salah satu parameter di routing yang
sebenarnya merupakan kumpulan nilai logic yang
digunakan oleh algoritma routing untuk menentukan
jalur routing yang akan dilewati
¢  Nilai Metric ditentukan oleh network administrator
dengan pertimbangan berdasar :
l  Jumlah hop yang akan dilewati
l  Kondisi latency
l  Packet loss (router congestion/conditions)
l  Besar bandwidth
l  Cost
¢  Pada OSPF, untuk menetukan nilai Metric internal
menggunakan parameter Cost pada interface.

19-Jul-17
OSPF Cost
¢  Untuk menetukan jalur terpendek atau bisa juga
diartikan sebagai jalur prioritas, OSPF
menggunakan parameter “Cost”.
¢  OSPF “Cost” akan dijumlahkan di setiap hopnya
pada proses Link State / Shortest Path
Technology.
¢  Setelah semua jalur sudah dikalkulasi dan total
Cost semua jalur sudah dijumlahkan, maka akan
dipilih jumlah akumulasi cost yang terkecil

19-Jul-17
OSPF Cost
Jalur 1 total : 30
10 10

10

40 20

Jalur 2 total : 70

¢  Terlihat ada dua jalur yang bisa menuju ke network tujuan.


¢  Setelah dilakukan perhitungan total Cost, jalur 1 memiliki
total cost terkecil. Maka jalur tersebut yang akan digunakan

19-Jul-17
[LAB-3] OSPF - Cost Internet

¢  Bangun bagan network


berikut dengan kelompok 100
R1 10
terdiri 4 router dan
100
terkoneksi menggunakan 10
ethernet. ?? Backup ??
R4 R2
¢  Gunakan konfigurasi
100
OSPF (manual Interface) 10
sehingga traffic berjalan 10 100
searah jarum jam. R3

¢  Traffic upload melewati


Gunakan koneksi wireless
router bagian kiri dan
¢ 
(ether4) sebagai backup link.
download melewati ¢  Tentukan cost dari backup link
router bagian kanan. supaya traffic tetap searah jarum
jam.
19-Jul-17
[LAB-3] OSPF - Cost
X : Nomor Kursi
Y : Nomor Kelompok
Internet
Tentukan cost pad backup link
supaya traffic tetap berjalan searah jarum jam. 10.10.10.100
Test apakah yang terjadi 10.10.10.X
jika salah satu link mati ?
10.Y.4.2/24 – ether3 ether2 - 10.Y.1.1/24
100 R1 10
10.Y.4.1/24 – ether2 Ether3 - 10.Y.1.2/24
10 100
50 Backup ??
R4 ether4- 10.Y.5.1/24 10.Y.5.2/24 – ether4 R2
100 10
10.Y.3.2/24 – ether3 Ether2 - 10.Y.2.1/24
10 100
10.Y.3.1/24 - Ether2 Ether3 - 10.Y.2.2/24
R3

19-Jul-17
Cost Overwrite

Tambahkan interface untuk link backup dan ubah


“cost” supaya menjadi routing backup.
19-Jul-17
OSPF – Router Type (1)
ASBR
ABR IR
Area 0
Area 1
ABR

Area 2
IR
IR

¢  ASBR – Autonomous System Border Router


¢  ABR – Area Border Router
¢  IR – Internal Router
19-Jul-17
OSPF – Router Type (2)
¢  IR adalah router yang berada dalam sebuah area OSPF
dan tidak terhubung langsung dengan area yang lain.
¢  ABR adalah router yang menjembatani area backbone
dengan dengan area yang lain.
¢  ASBR adalah sebuah router yang biasanya terletak di
perbatasan sebuah AS (Router Terluar dari AS) dan
bertugas untuk menjembatani antara router yang ada di
dalam AS dengan Network lain (Berbeda AS).
l  ASBR juga bisa berarti sebuah router anggota OSPF
yang menjembatani routing OSPF dengan protocol
Routing yang lain (RIP,BGP dll).

19-Jul-17
OSPF Routing Type
Intra-Area routing
l  Menggambarkan route ke network tujuan yang masih
dalam satu area.

Area 1
Area 0

Area 2

19-Jul-17
OSPF Routing Type
Inter-Area routing
l  Menggambarkan route ke tujuan yang membutuhkan
melewati satu atau lebih area OSPF dan masih dalam
satu AS.

Area 1
Area 0

Area 2

19-Jul-17
OSPF Routing Type
External Area routing
l  Menggambarkan route untuk keluar jaringan OSPF
l  Dibedakan menjadi 2 tipe :
•  E1 à E1 route cost merupakan jumlah dari internal cost dan
external ospf metric.
•  E2 à E2 route cost merupakan nilai dari external OSPF metric
saja

RIP
BGP
Other OSPF
dsb Area 0

19-Jul-17
OSPF - External Route Type
TYPE 1
Jalur 1 total : 50
10 10

10
192.168.1.0/24

40 20 192.168.1.0/24

Jalur 2 total : 90
Metric 20
Redistribute as type 1

19-Jul-17
OSPF Metric – as type 1
IR 1 IR 2
OSPF Routing Transaction

Ether2 Ether2
10.10.Y.1/24 10.10.Y.2/24

Metric Route Cost

Cost Metric Route

¢  Ketika OSPF pada IR 1 menggunakan “as-type-1” maka


informasi metric akan diberikan dengan informasi routing ke
IR2.
¢  Sehingga total Metric pada IR2 adalah pejumlahan metric
dari IR1 dengan Cost pada IR2.
19-Jul-17
OSPF - External Route Type
TYPE 2
Jalur 1 total : 30
10 10

10
192.168.1.0/24

40 20 192.168.1.0/24

Jalur 2 total : 70
Metric 20
Redistribute as type 2

19-Jul-17
OSPF Metric – as type 2
IR 1 IR 2
OSPF Routing Transaction

Ether2 Ether2
10.10.Y.1/24 10.10.Y.2/24

Route Cost

Cost Route

¢  Ketika OSPF pada IR1 menggunakan “as-type-2” maka yang


dikirimkan ke IR2 hanyalah informasi routing saja
¢  Sehingga total Metric pada IR2 hanya mengacu pada cost
IR2
19-Jul-17
Metric Overwrite

19-Jul-17
OSPF Network Type (1)
¢  Point-to-Point
l  Adalah jenis jaringan yang paling sederhana, tersusun atas dua router
yang terhubung langsung dan tidak diperlukan DR dan BDR dalam
type ini

neighbor neighbor
¢  Broadcast
l  Type Default yang digunakan pada jaringan ethernet. Satu paket yang
dikirimkan sebuah router akan diterima oleh banyak router

neighbor

DR

19-Jul-17
OSPF Network Type (2)
NBMA – Non-Broadcast-Multiple-Access
l  Mirip dengan broadcast, akan tetapi untuk neighbor harus
ditambahkan secara manual karena tidak semua jaringan
mendukung broadcast, salah satu contohnya adalah ATM dan
Frame-relay.

neighbor

DR neighbor

neighbor

19-Jul-17
OSPF Network Type (3)
Point-to-Multipoint
l  Solusi lain untuk network yang tidak mendukung broadcast,
mengemulasi link point-to-point ke dalam beberapa node dan
mengirimkan paket Halo ke semua node. Biasanya type ini
digunakan untuk jaringan wireless

neighbor

neighbor neighbor

neighbor

19-Jul-17
OSPF Area
ASBR
ABR IR
Area 0
Area 1
ABR

IR
Area 2 Area 3
IR IR IR

Sangat memungkinkan jika pada sebuah AS memiliki lebih dari satu


area menyesuaikan skala dari jaringan yang dimiliki.

19-Jul-17
OSPF Area
¢  Semakin banyak router dan jaringan didalamnya,
semakin besar ukuran Link State Databaseà cpu load,
memory
¢  Internal router akan mendapat LSA hanya dari router
lain yang masih dalam satu area
¢  Area yang ingin mendapatkan informasi LSA secara
lengkap dan bisa terkoneksi dengan jaringan yang ada
di luar AS maka harus terhubung secara logic dengan
Backbone (Area 0).
¢  Untuk area yang tidak secara langsung terhubung ke ke
area backbone bisa menggunakan Virtual Link
memanfaatkan area lain yang sudah terhubung ke
Backbone Area.

19-Jul-17
Area Type
¢  Backbone – Area 0 (Area ID 0.0.0.0)
l  Bertanggung jawab mendistribusikan informasi routing antara
non-Backbone area
l  Semua sub-Area HARUS terhubung dengan backbone secara
logikal
¢  Standart / Default Area
l  Merupakan sub-Area dari Area 0. Area ini menerima LSA intra-
area dan inter-area dari ABR yang terhubung dengan area 0
¢  Stub Area
l  Area yang paling “ujung”. Area ini tidak menerima advertise
external route (digantikan default route)
¢  Not So Stubby Area (NSSA)
l  Stub Area yang tidak menerima external route (digantikan

default route) dari area lain tetapi masih bisa mendapatkan


external route dari router yang masih dalam 1 area

19-Jul-17
OSPF – Backbone Area
¢  Area 0 atau sering juga
ASBR disebut sebagai Backbone
Area merupakan area dimana
Router-Router ABR berkumpul
untuk saling menukarkan
informasi routing dari area-
Area 0 ABR
area yang lain.
Area Backbone juga
ABR
¢ 

merupakan Area Transit


sebelum traffic keluar atau
Area 1 masuk ke dalam sebuah AS.
Area 2 ¢  Sebuah area yang tidak
terhubung langsung ke area
backbone bisa terhubung ke
backbone area menggunakan
Virtual Link.

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – Area
Internet

R1 R2

AREA 0 – BACKBONE AREA


STANDART AREA

R3 R4
AREA 1 AREA 2
NSSA AREA STUB AREA

R5 R6 R7 R8

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – Backbone
Internet

Wlan 2 Wlan 2
10.y.1.1/24 10.y.1.2/24

R1 R2

AREA 0 – BACKBONE AREA


STANDART AREA

Wlan 2 Wlan 2
10.y.1.3/24 10.y.1.4/24
R3 R4

¢  Koneksi antar router backbone gunakan interface WLAN1


¢  Gunakan frekuensi 2.4GHz dengan SSID – “KelompokY”

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – Backbone
¢  Atur Router-ID menggunakan 10.10.10.x pada instances
¢  Tambahkan network 10.y.1.0/24 dan 192.168.x.0/24 ke area
backbone
R1-R4

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – NSSA Area

R3

Ether2 Ether3
10.y.2.1/24 10.y.3.1/24

AREA 1
Ether2 NSSA AREA Ether3
10.y.2.2/24 10.y.3.2/24

R5
R6

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – NSSA
¢  Atur Router-ID menggunakan 10.10.10.x pada instances
¢  Buat Area dengan type NSSA

R3 , R5, R6

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – NSSA
Tambahkan network ke area1

Pada R3

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – NSSA
Tambahkan network ke area1

R5 R6

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – STUB Area

R4

Ether2 Ether3
10.y.4.1/24 10.y.5.1/24

AREA 2
Ether2 STUB AREA Ether3
10.y.4.2/24 10.y.5.2/24

R7
R8

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – STUB
¢  Atur Router-ID menggunakan 10.10.10.x pada instances
¢  Buat Area dengan type STUB

R4 , R7, R8

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – STUB
Tambahkan network ke area1

Pada R4

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – STUB
Tambahkan network ke area1

R7 R8

19-Jul-17
[LAB-4] OSPF – AREA
¢  Amati dan lihat perubahan tabel routing untuk
masing-masing IR di setiap AREA.
¢  Apakah ada perbedaan tabel routing antara IR
pada NSSA dengan STUB area ?
¢  Tambahkan static default gateway pada R1 ke
10.10.10.100 dan aktifkan redistribute-default-
route, kemudian amati perubahan tabel routing di
masing-masing router.
¢  Import route-nice.rsc ke R5 dan R7.
¢  Aktifkan redistribute-static route di R5 dan R7
kemudian cek perubahan tabel routing di masing-
masing router.

19-Jul-17
OSPF - Virtual Link
¢  Virtual Link à digunakan untuk mengatasi
koneksi router yang terpisah (secara fisik) dari
area backbone.
¢  Juga dapat digunakan untuk menyabung area
backbone yang terpisah.
¢  Virtual Link Tidak bisa berjalan sempurna jika
melewati stub area.

19-Jul-17
[LAB-6] OSPF – Virtual Link
ABR
Internet Ether3: Area 1
Ether2:
Ether2: 10.Y.1.2 10.Y.2.1
10.10.10.100 10.Y.1.1 R2
10.10.10.X
R1 Virtual Link Ether3:
10.Y.2.2
Area Backbone
Y = Nomor Kelompok ABR
X = Nomor Meja R3
Ether2:
¢  Karena Virtual Link tidak bisa melewati area yang 10.Y.3.1
bertipe Stub maka ubah type area pada Area1
dan Area2 menjadi type standard (default). Ether2:
IR
¢  Kemudian Aktifkan Virtual Link di R2 dan R3. 10.Y.3.2

Area 2 R4

19-Jul-17
[LAB-6] R2 Configuration

¢  Ubah Area1 menjadi Area


Standard.
¢  Buat Virtual Link melewati Area1

19-Jul-17
[LAB-6] R3 Configuration

19-Jul-17
[LAB-6] R3 Configuration

Aktifkan network OSPF di kedua


area.
19-Jul-17
[LAB-6] R3 Configuration
¢  Tambahkan Virtual Link
memanfaatkan Area1.
¢  Pastikan NeighborID
sama dengan RouterID
yang ada di Area1.

19-Jul-17
[LAB-6] R4 Configuration
¢  Tambahkan Area2 di R4.
¢  Aktifkan Network untuk
Area2.

19-Jul-17
OSPF - Virtual Link

Saat ini Virtual link tidak bisa berjalan


sempurna di ROS v4/v5 !!

Solusi :
1.  Gunakan EoIP antara R3 ke R1
2.  Pasang IP di interface EoIP
3.  Masukkan IP network EoIP tersebut kedalam
network backbone

19-Jul-17
LSA Type
¢  Type 1 (Router link) : LSA yang diterima dari router lain dalam satu
area dan berisi informasi router-id neighbor
¢  Type 2 (Network Link) : LSA yang diterima dan berisi IP dari DR
dalam satu area.
¢  Type 3 (Summary Network Link) : LSA yang dikirimkan oleh ABR
ke neighbor yang berisi ringkasan informasi network area lain dalam
satu AS
¢  Type 4 (Summary ASBR Link) : Menunjukkan link-state ID dari
router ASBR yang mengadvertise LSA type 5
¢  Type 5 (AS External Link) : LSA ini berisi informasi network external
AS yang diimpor ke OSPF diadvertise ke semua area (kecuali Stub
Area dan NSSA Area)
¢  Type 6 (Group Membership) : didefinisikan untuk Multicast OSPF
(MOSPF), routing protocol yang jarang digunakan
¢  Type 7 (Group Membership) : Membawa informasi network external
AS yang melewati NSSA
19-Jul-17
OSPF – LSA Standart Area

AREA 0 STANDART AREA

TYPE 1 & 2 TYPE 1 & 2

TYPE 3

TYPE 5

TYPE 4

19-Jul-17
OSPF – LSA STUB Area

AREA 0 STUB AREA

TYPE 1 & 2 TYPE 1 & 2

TYPE 3

0.0.0.0/0

19-Jul-17
OSPF – LSA NSSA Area

AREA 0 NSSA AREA

TYPE 1 & 2 TYPE 1 & 2

TYPE 5 TYPE 7

0.0.0.0/0

TYPE 4

19-Jul-17
Routing Filter
¢  Hampir sama dengan IP firewall, routing bisa
mengimplementasikan filtering terhadap informasi
routing yang didistribusikan di setiap protocolnya.
¢  Mirip juga dengan IP firewall Urutan penempatan
rule sangat berpengaruh.
¢  OSPF memiliki chain default yang digunakan untuk
meletakkan filter :
l  Chain built in atau chain default “OSPF-IN” adalah
chain untuk meletakkan filter informasi routing yang
masuk.
l  Chain built in atau chain default “OSPF-OUT” aladah
chain untuk meletakkan filter informasi routing yang
keluar.
¢  Custom chain juga bisa dibuat sesuai kebutuhan
dengan menuliskan nama chain baru secara
manual.
19-Jul-17
OSPF-Filter

19-Jul-17
Routing Filter Chain
¢  Beberapa parameter yang diperlukan untuk melakukan
routing filter :
¢  Chain : Nama chain untuk meletakkan rule filter.
l  ospf-in – Lokasi untuk melakukan filter informasi routing OSPF yang
diterima oleh router sebelum dipasangkan di tabel routing
l  ospf-out – Lokasi untuk melakukan filter informasi routing yang akan
diadvertise keluar oleh router dalam OSPF
l  rip-in – Lokasi untuk melakukan filter informasi routing RIP yang
diterima oleh router sebelum dipasangkan di tabel routing
l  rip-out – Lokasi untuk melakukan filter informasi routing yang akan
diadvertise keluar oleh router dalam RIP
l  mme-in – Lokasi untuk melakukan filter informasi routing MME yang
diterima oleh router sebelum dipasangkan di tabel routing
l  connected-in – Letak chain default untuk menempatkan filter routing
Direct Connect (input).
l  dynamic-in – Letak chain default untuk routing dynamic yang lain
(Selain routing protocol dan connect directly). Biasanya untuk routing
yang diinputkan dari ppp daemon.

19-Jul-17
Routing Filter Prefix & Prefix Lenght
¢  Prefix adalah segmen network yang ingin difilter
l  Contoh :
•  0.0.0.0/0 – untuk memfilter default route
•  192.168.0.0/24 – jika tidak ada tambahan setting di preffix-
length maka akan melakukan filter network tersebut secara
spesifik.
•  192.168.0.0 – jika tidak ada prefix segmen maka dianggap
sebagai /32
¢  Prefix-Length adalah filter terhadap prefix-mask
dari parameter Prefix. Contoh :
l  prefix=10.0.0.0/8 prefix-length=8-32
•  Dari rule diatas cocok dengan 10.0.0.0-10.255.255.255
l  prefix=8.8.0.0/16 prefix-length=16-32
•  Dari rule diatas cocok dengan 8.8.0.0-8.8.255.255

19-Jul-17
Routing Filter - Action
¢  Accept – Menerima prefix routing
¢  Discard – tidak memasukkan prefix routing ke proses
pengolahan routing di FIB.
¢  Jump – Melemparkan prefix routing ke chain filter routing
yang lain.
l  Jump Target – Chain tujuan yang baru.
¢  Log – Memasukkan informasi routing ke pesan Log
System.
¢  Passthrough – Meneruskan informasi routing untuk di
periksa di rule dibawahnya dalam chain yang sama.
¢  Reject – jika digunakan di Incoming Filter, prefix yang
masuk akan disimpan di memory tetapi tidak akan diaktif.
Jika Outgoing Filter, prefix tidak akan diproses sama
sekali.
¢  Return – Mengembalikan prefix routing yang sebelumnya
sudah terkena filter jump.
19-Jul-17
[LAB-7] OSPF – PPP Network
Internet Ether3: Area 1
Ether2: Ether2:
10.Y.1.2 STD AREA
10.Y.1.1 10.Y.2.1
10.10.10.100
R2
10.10.10.X
Ether3:
R1 10.Y.2.2
Y = Nomor Kelompok
X = Nomor Meja Area Backbone Ether3:
R3 10.Y.3.1
¢  Bangun network topologi seperti pada gambar
dan aktifkan PPPoE server di Ether3 R4.
¢  Tambahkan Jaringan yang menggunakan
protocol PPP untuk kasus kali ini kita akan
Ether2:
mencoba menggunakan network PPPoE 10.Y.3.2
¢  Gunakan Notebook sebagai client
PPPoE
Network Ether3 R4

19-Jul-17
OSPF – Filter PPP protocol
¢  OSPF juga bisa melakukan distribusi routing untuk
network point-to-point /32 (VPN / point-to-point
addressing).
¢  Karena sifatnya yang sangat dinamis perubahan struktur
jaringan VPN (PPP) akan semakin membebani kerja
protocol OSPF.
¢  Direkomendasikan untuk melakukan filter terhadap
network jenis ini.
¢  Untuk distribusi routing PPPoE di OSPF kita bisa
memasang IP Agregasi ke salah satu interface di router,
biasanya ip agregasi tersebut dipasang di interface
dimana service PPP dipasang.
¢  Atau bisa juga memasang static route dari network
VPN (PPP) mengarah ke router itu sendiri.

19-Jul-17
[LAB-7] OSPF - PPP Filter
Client 3 Client 4

R3
Client 2 Area 1
Ether3:
10.Y.3.1

Client 1
Ether2:
10.Y.3.2

PPPoE / VPN R4
Network Ether3

Gunakan routing filter di OSPF untuk menghilangkan advertise


network /32 karena akan membebani proses update routing.

19-Jul-17
[LAB-7] OSPF-Filter

Filter ini dipasang di semua Router


yang terhubung ke OSPF Network

/routing filter add Chain=ospf-in prefix-leght=32-32 action=discard

19-Jul-17
Load Balancing

Certified Mikrotik Training Advanced Class (MTCRE)


Organized by: Citraweb Nusa Infomedia
(Mikrotik Certified Training Partner)
Konsep Dasar
¢  Load Balancing
l  Membagi trafik ke dua atau lebih jalur
sehingga setiap jalur yang ada bisa
digunakan secara optimal.
¢  Fail Over
l  Sistem proteksi untuk menjaga apabila link
utama terganggu, secara otomatis akan
memfungsikan jalur cadangan.

05-245 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Load Balancing

1+1=2
1+1=1+1
1+1=½+½+½+½
1+1=¼+¼+¼+¼+¼+¼+¼+¼
Semakin banyak user, semakin banyak koneksi, pembagian
Load balance akan semakin rata dan mudah.

05-246 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Konsep Load Balancing
¢  Pembagian trafik dilakukan berdasarkan
probabilitas.
¢  Kita harus mengetahui kapasitas masing-
masing link dan membagi trafik ke setiap
interface sesuai dengan proporsinya.
¢  Misalnya kita memiliki 2 buah gateway, A
dengan kapasitas 1 mbps, dan B dengan
kapasitas 2 mbps, maka kita akan membagi
trafik menjadi 3 = 2:1 = 1 ke A dan 2 ke B.

05-247 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Penggunaan Fitur
¢  Untuk bisa melakukan load balancing
dengan baik, kuasailah fitur-fitur berikut ini:
l  Static route dan policy route
l  Firewall Mangle
l  Firewall src-nat
¢  Untuk yang lebih advanced, perlu juga
menguasai BGP

05-248 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Kunci Load Balancing
¢  Pada jaringan yang sederhana, kita hanya
bisa mengatur jalur uplink.

¢  Kita bisa mengatur koneksi akan lewat ke


jalur (ISP) yang mana, tetapi kita tidak bisa
mengatur jalur yang digunakan untuk
downlink, karena hal tersebut bergantung
pada routing internet secara keseluruhan.

05-249 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Kunci Load Balancing
¢  Untuk “mengatur” jalur downlink, kuncinya
pada penggunaan src-nat pada tiap
gateway, pada saat request dikirimkan ke
internet.
¢  Data yang di NAT dengan IP yang ada
pada gateway A, akan kembali melalui
gateway A.
¢  Jika kita hanya menggunakan masquerade
untuk tiap interface gateway, maka data
akan kembali pada interface yang sama
dengan interface uplink.
05-250 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Skema Kerja Load Balanced

GATEWAY A GATEWAY B

MASQ
MASQ

ALGORITMA
PEMBAGI
TRAFIK

05-251 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Metode Load Balanced
¢  Static Route dengan Address List
¢  ECMP (Equal Cost Multi Path)
¢  NTH
¢  PCC
¢  BGP

05-252 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Contoh dengan Static Route
Berdasarkan Tujuan
l  Gateway A untuk internasional
l  Gateway B untuk trafik lokal Indonesia
•  Menggunakan address-list NICE

05-253 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Contoh dengan Static Route
Berdasarkan source address
l  IP Address client: 192.168.0.0/24
•  192.168.0.0-127 à gateway A
•  192.168.0.128-255 à gateway B

05-254 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


ECMP
¢  Equal Cost Multi Path
¢  Pada saat kita memiliki beberapa gateway
yang ingin di load balance, metode
termudah adalah menggunakan ECMP
¢  ECMP akan memisahkan trafik per
gateway secara random

05-255 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Contoh ECMP (1)
Ada 2 gateway yang sama besar Bandwithya

05-256 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Contoh ECMP (2)
¢  Ada 2 gateway, perbandingan kapasitas
bandwith 2 : 1 Mbps

¢  Karena Kedua gateway berbeda kapasitas


maka perlu adanya penyesuaian sesuai
perbandingan.

05-257 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Contoh ECMP (3)
¢  Ada 3 gateway, gateway A dan B
menggunakan gateway IP Address, dan
gateway C menggunakan pppoe.

¢  Memungkinkan penggunaan kombinasi


dengan gateway interface.

05-258 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


[LAB-1] ECMP & Policy Route
¢  IIX à via WLAN1 dan PPPoE di WLAN2.
l  Kapasitas PPPoE 2 x kapasitas WLAN1
¢  Internasional à PPTP ke server 10.100.100.1

IIX IIX INTERNASIONAL

WLAN1 PPPoE
PPTP

05-259 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Address List
Download nice.rsc dari server mikrotik.co.id

05-260 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


PPTP dan PPPoE Username
Username dan password :
l  PPTP
•  Username : mikrotik-pptp
•  Password : training
l  PPPoE
•  Username : mikrotik-pppoe
•  Password : training

05-261 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Static Route untuk PPTP

05-262 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


PPTP & PPPoE Setting

05-263 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Interface
Pastikan semua interface sudah bekerja
dengan baik

05-264 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


IP Address
Pastikan sudah mendapatkan IP Address
dinamik dari PPTP dan PPPoE

05-265 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Masquerade Setting
Buatlah masquerade untuk ketiga gateway

05-266 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Route-mark Setting

Rule no 0 untuk trafik dari klien


Rule no 1 untuk trafik dari local process di router

Rule no 1 menggunakan parameter


out-interface=pptp-out1 karena secara default,
routing keluar melalui pptp-out1
05-267 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
Route for IIX & Internasional

05-268 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Test dengan traceroute

05-269 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Kekurangan ECMP
¢  Forwarding table di Linux Kernel secara
otomatis akan refresh setiap 10 menit
¢  Hal ini menyebabkan ada kemungkinan
paket data untuk suatu traffic dari sebuah
aplikasi berganti koneksi sehingga
mendapatkan masq address yang berbeda.
Koneksi bisa terputus.
l  Contoh: terjadi pada traffic game online
¢  Info lebih lanjut mengenai hal ini:
–  http://www.enyo.de/fw/security/notes/linux-dst-cache-dos.html
–  http://marc.info/?m=105217616607144
–  http://lkml.indiana.edu/hypermail/linux/net/0305.2/index.html#19

05-270 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Metode NTH
¢  NTH dilakukan dengan mengaktifkan counter
pada mangle, dan kemudian dinamai (route
mark) berdasarkan gateway nya.
¢  Route mark kemudian digunakan sebagai
dasar untuk membuat policy route.

05-271 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Proses NTH pada Mangle
Misalkan kita mempunyai 2 buah gateway (A
dan B)
l  Koneksi pertama à route mark “conn-A”
l  Koneksi kedua à route mark “conn-B”
l  Koneksi ketiga à route mark “conn-A”
l  Koneksi keempat à route mark “conn-B”
l  Koneksi kelima à route mark “conn-A”
l  Dst…..

05-272 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Proses NTH pada Routing
Setelah ada route-mark, maka kita tinggal
mengarahkan route mark tersebut ke
gateway yang sesuai.
l  Route-mark “conn-A” ke gateway A
l  Route-mark “conn-B” ke gateway B

05-273 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Proses NTH pada Routing

05-274 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Kelemahan nth
¢  Nth bekerja berdasarkan “connection
tracking”
¢  Seperti halnya ECMP, nth juga ikut “ter-
refresh” setiap 10 menit
¢  Tidak disarankan penggunaan nth untuk
melakukan load balanced
¢  Untuk “load balanced” yang lebih stabil,
disarankan menggunakan PCC (Per
Connection Classifier)

05-275 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Per Connection Classifier
¢  Adalah parameter firewall yang memiliki
kemampuan untuk membedakan trafik
menjadi dua atau lebih stream berdasarkan
parameter tetap terjaga, meskipun
forwarding table pada kernel ter-refresh
¢  Option yang bisa digunakan adalah: src-
address, src-port, dst-address, dst-port
¢  Informasi lebih lanjut:
l  http://wiki.mikrotik.com/wiki/PCC
¢  Diperkenalkan mulai RouterOS 3.24
05-276 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17
[LAB-2] Load balanced PCC
Dengan konfigurasi network seperti lab
sebelumnya, gunakanlah wlan1, pppoe, dan
pptp untuk load balanced dengan PCC

WLAN1 PPPoE
PPTP

05-277 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Trafik ke Connected Network
¢  Routing ke connected route hanya tersedia
di routing table “main”
¢  Kita harus menjaga jangan sampai trafik ke
network ini berpindah routing table.
¢  Kita membuat address-list untuk connected
network

05-278 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Trafik ke Connected Network

05-279 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Koneksi dari luar
Untuk menjamin bahwa router akan me-reply
setiap connection yang masuk dari luar
sesuai dengan jalur masuknya.
l  Contoh: koneksi winbox ke router

05-280 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Custom Route-mark Chain
¢  Ada dua trafik yang harus di load balanced:
l  Trafik dari client
•  Chain=prerouting
•  In-interface=local (ether1)
•  Connection-mark=no-mark
l  Trafik dari local process
•  Chain=output
•  Connection-mark=no-mark
¢  Kedua trafik ini akan di jump ke chain baru

05-281 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Jump to Custom Chain

05-282 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


PCC Rules

05-283 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Conn-mark à Route Mark

05-284 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


All Mangle

05-285 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Static Route

05-286 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17


Beberapa Problem Lainnya
¢  Hati-hati untuk penggunaan DNS Server
jika kita menggunakan DNS Server ISP dan
menggunakan beberapa gateway dari ISP
yang berbeda.
¢  Hal ini bisa diatasi dengan:
l  membuat static route untuk masing-masing
DNS dan meng-accept IP DNS sehingga
tidak ikut di PCC
l  Menggunakan dns public seperti google-dns

05-287 Mikrotik Indonesia http://www.mikrotik.co.id 19-Jul-17

You might also like