Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Setting Arrester

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 32

BAB III

LIGHTNING ARRESTER

3.1 Pendahuluan

Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu induk dapat

disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindungan terhadap

gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir pada sistem tenaga listrik mencakup

perlindungan Gardu induk serta perlindungan hantaran udara.

Pemasangan peralatan perlindungan yang dipasang pada saluran udara

dimaksud untuk mencegah atau membatasi besarnya gelombang berjalan yang

memasuki Gardu Induk. Peralatan proteksi ini berfungsi untuk melindungi peralatan

tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang dating dan

mengalirkan ke tanah. Berhubung dengan fungsinya tersebut, maka peralatan proteksi

harus dapat menahan tegangan 50 Hz untuk waktu yang tak terbatas dan harus

melewati surja arus ke tanah dengan tidak merusaknya. Selain itu, sebuah alat

30
31

pelindung yang baik harus mempunyai rasio yang tinggi, dalam pengertian

perbandingan antara tegangan maksimum yang diperbolehkan pada waktu pelepasan

dan tegangan sistem 50 Hz maksimal yang dapat ditahan sesudah pelepasn terjadi.

peralatan peralatan proteksi untuk melindungi peralatan Gardu Induk dari

tegangan lebih adalah sela batang ( Rod Gap ), sela sekring ( Fuse Gap ), sela control

( Control Gap ), arrester jenis ekspulsi ( Type Lightning Arrester ), dan arrester Janis

katup ( Valve Type Lightning Arrester).

3.2 Sela Batang

Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi

paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pada rangkaian yang penting

karena tidak dapat memutuskan arus susulan. Artinya jika percikan karena tegangan

lebih, api (arc) timbul terus meskipun tegangan lebihnya sudah tidak ada. Oleh sebab

itu rangkaian harus diputuskan terlebih dahulu untuk menghentikan percikan api

tersebut. Karena hal tersebut, maka sela batang ini digunakan sebagai pelindung

cadangan dalam hal arrester dilepaskan dari saluran karena kerusakan atau sebab lain.

Keuntungan dari sela batang ialah bentuknya yang sederhana, mudah dibuat dan kuat

(rugged). Cacadnya ialah bahwa sekali terjadi percikan karena tegangan lebih api (

arc ) timbul terus meskipun tegangan lebihnya sudah tidak ada, oleh karena itu sirkuit

harus diputuskan terlebih dahulu untuk menghentikan percikan api tersebut. Kecuali

itu tegangan gagalnya naik lebih tinggi dari pada isolasi yang dilindunginya untuk

gelombang berwaktu pendek sehingga diperlukan sela yang sempit untuk gelombang

yang curam.
32

Oleh karena itu sela batang dapat dipakai untuk perlindungan cadangan ( back

up protection ), atau dalam kombinasi dengan CB ( circuit breaker ) yang mempunyai

kecepatan menutup kembali ( sesudah dibuka ) yang tinggi (high speed reclose

operation ). Sekarang sela batang masih dipakai terutama guna melindungi CB

(circuit breaker ) dalam keadaan terbuka terhadap pukulan petir.

Gambar 3.1 Sela Batang

Sela batang ini biasanya dipasang pada :

 Bushing isolator pada tranformator

 Pada isolator hantaran udara berupa tanduk api (arcing horn)

 Pemutus daya ( circuit breaker )

Meskipun sela batang sangat murah dan sederhana, sela ini mempunyai

batasan batasan dalam dalam penggunaanya :


33

 Sela batang tidak berfungsi jika gelombang dating mempunyai

tegangan yang curam

 Sela batang tidak bias memutuskan arus susulan.

 Sela batang bias meleleh akibat energi panas dengan temperature

tinggi yang dilepaskan melalui bunga api.

3.3 Sela Sekring

Sela sekring adalah sela batang yang dihubungkan secara seri dengan sekring

dengan sekring yang digunakan untuk mengiterupsikan arus susulan ( power follow

current ) sehingga sirkuit breaker tidak perlu membuka. Sela sekring mempunyai

karakteristik tembus yang sama dengan sela batang. Meskipun sela sekring ini

menghindarkan adanya pemutusan rangkaian sebagai akibat percikan, sela sekring

tetap memerlukan penggantian dan perawatan sekring yang telah dipakai.

3.4 Sela Kontrol

Sela control ( control gap ) terdiri dari dua buah sela yang diatur sedemikian

rupa hingga karakteristiknya mendekati sela bola yang ditinjau dari segi lengkung

volt waktunya mempunyai karakteristik lebih baik dari sela batang. Sela ini dapat

dipakai bersama atau tanpa sekring meskipun ia dapat dipakai sebagai perlindungan

cadangan atau sekunder, ia dianggap sekelas dengan sela batang.


34

3.5 Lightning Arrester

Lightning Arrester adalah alat proteksi peralatan sistem tenaga listrik terhadap

arus listrik, yang berfungsi sebagai alat yang dapat memby-pass ke ground, pada

keadaan normal, lightning arrester akan bersifat sebagai isolator dan bila timbul surja

Petir akan berfungsi sebagi penghantar/konduktor.

Setelah surja itu hilang lightning arrester harus dengan cepat kembali bersifat

isolator, sehingga circuit braker (CB) tidak sempat membuka. Lightning arrester ini

tidak sama dengan sela batang maupun protection tube, karena arrester bisa

memutuskan arus susulan sehingga tidak menggangu sistem secara keseluruhan.

Pemakaianya pada sistem tenaga listrik bolak balik.

3.6 Jenis Arrester

Lingkup arrester luas, mulai dari penggunaan elektronika hingga pada sistem

transmisi tegangan tinggi maupun ekstra tinggi, lightning arrester pada sistem

transmisi secara umum dapat dikelompokan sebagai berikut :

3.6.1 Arrester Jenis Ekspulsi Atau Tabung Pelindung

Arrester jenis ini pada prinsipnya terdiri dari

A. Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah menghasilkan gas jika

dialiri listrik.
35

B. Sela batang ( external series gap ) yang biasanya diletakan pada isolator porselin,

untuk mencegah arus mengalir dan membakar fiber pada tegangan jala jala

setelaj gangguan diatasi.

C. Sela pemutus bunga api yang diletakan di dalam tabung, salah satu elektroda

dihubungkan ke tanah.

Pada waktu tegangan surja melewati sela batang dan sela bunga api, maka

impedansi tabung akan menjadi rendah sehingga arus surja akan mengair ke tanah.

Arus yang mengalir akan membakar fiber dan menghasilkan gas yang bergerak cepat

ke arah lubang pembuangan di bagian bawah arrester. Tekanan gas ini akan

mematikan bunga api pada saat arus melalui titik nol pertamanya. Waktu pemadaman

busur api ini hanya atau 1 cycle sehingga RRV ( Rate of Recovering Voltage )

lebih lambat dari rate of rise kekuatan dielektrit dari isolasi. Beda waktu ini cukup

pendek untuk dibaca oleh rele pendukung. Sehingga circuit breaker tetap bekerja (

tertutup ) dan pelayanan daya tidak terganggu. Setelah api padam, sistem kembali ke

keadaan normal.

Arrester ini digunakan untuk melindungi trafo distribusi bertegangan 3-15 kV,

tetapi belum memadai untuk melindungi trafo daya. selain itu digunakan juga pada

saluran transmisi untuk mengurangi besar tegangan surja petir yang masuk ke gardu

induk.
36

Gambar 3.2 Arrester Ekspulsi

Kerugian dari lightning arrester jenis ekspulsi adalah :

1. Arus yang sangat besar akan menyebabkan fiber habis terbakar dan arus

yang terlalu kecil tidak cukup untuk menghasilkan gas pada tabung untuk

mematikan bunga api.

2. Setiap lightning arrester bekerja permukaan tabung akan rusak karena

terbakar

3.6.2 Arrester Jenis Katup

Pada dasarnya lightning arrester ini terdiri dari dua buah unsur, yaitu : sela api

( spark gap ) dan tahanan tak linier atau tahanan kran ( valve resistor ) yang keduanya

dihubungkan secara seri. Batas atas dan batas bawah dari tegangan percikan

ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang
37

dilindungi. Sebenarnya arrester ini terdiri dari tiga unsur, yaitu sela api, tahanan non

linier dan sistem pengaturan atau pembagi tegangan. ( Gradling system ).

Arrester jenis ini dinamakan valve arrester, sebab impedansinya dapat

mengatur sendiri untuk aliran arus dan tegangan terbatas. Perbadaan utama kedua

type expiltion dan valve yaitu untuk valve besarnya arus dibatasi oleh arrester itu

sendiri dan tidak tergantung pada kapasitas sistem. Sedangkan tipe expultion

ditentukan oleh karakteristik sistem, dari sini terlihat bahwa arrester type valve

mempunyai tingkat pengaman yang lebih tinggi.

Arrester jenis ini ummunya dipakai untuk melindungi alat-alat yang mahal

pada rangkaian, biasanya dipakai untuk melindungi trafo daya. Arrester katup ini

dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut. :

A. Arrester Katup Jenis Gardu

Pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar untuk melindungi

alat-alat yang mahal pada rangkaian mulai dari 2,4-287 kV.

Gambar 3.3 Arrester Katup Jenis Gardu


38

B. Arrester Katup Jenis Saluran

Arrester jenis saluran lebih murah dari arrester gardu. Arrester jenis

saluran ini dipakai pada sistem tegangan 15-69 kV.

C. Arrester Katup Jenis Distribusi

Seperti namanya arrester ini digunakan untuk melindungi

transformator pada saluran distribusi. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan

dengan tegangan 120-750 volt.

D. Arrester Katup Jenis Gardu untuk Mesin – mesin

Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin

berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4-15 kV.

Prinsip kerjanya arrester ini terdiri dari dua unsur sela api ( spark gap ) dan

tahanan tak linier atau tahanan kran ( valve resistor ). Keduanya dihubungkan secara

seri, batas atas dan bawah dari tegangan percik ditentukan oleh tegangan sistem

maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Seringkali persoalan ini

dapat dipecahkan hanya dengan mengetrapkan cara cara khusus pengaturan tegangan

( voltage control ) oleh karena itu sebenarnya arrester ini terdiri dari tiga unsur : sela

api, tahanan kran atau tahanan katup dan sistem pengaturan atau pembagian tegangan

( granding sistem ). Setelah diutarakan bila persoalan nya hanya tidak melindungi

isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan dengan tidak memperdulikan

akibat terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang memungkinkan

terjadinya percikan pada waktu tegangan dalam keadaan bahaya.


39

Dalam hal ini tegangan sistem bolak balik akan tetap mempertahankan busur

api sampai pemutus bebannya dibuka dengan menyambung sela api ini dengan

sebuah tahanan, maka apinya dapat dipadamkan. Tetapibila tahananya mempunyai

sebuah harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar. Pengecilan tahanan

berlangsung cepat sekali yaitu selama tegangan lebih mencapai harga puncaknya.

Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan penurunan drastis dari pada tahanan

sehingga jatuh tegangannya dibatsi meskipun arusnya besar.

3.6.3 Arrester Jenis Seng Oksida

Arrester seng oksida yang disebut juga metal oxide arrester (MOA)

merupakan arrester yang tidak memiliki sela seri, terdiri dari satu atau lebih unit yang

kedap udara, yang masing – masing berisikan blok-blok tahanan katup sebagai

elemen aktif dari arrester.

Pada dasarnya prinsip kerja arrester ini sama dengan arrester katup. Karena

arrester ini tidak memiliki tahanan sela seri, maka arrester ini sangat bergantung pada

tahanan yang ada dalam arrester itu sendiri. Apabila terkena petir, tahanan arrester

akan langsung turun sehingga menjadi konduktor dan mengalir petir ke bumi. Namun

setelah petir lewat, tahanan kembali naik sehingga bersifat isolator.


40

Gambar 3.4 Arrester seng oksida

3.7 Prinsip Kerja Arrester

Alat pelindung yang paling sempurna adalah arrester, pada pokoknya arrester

terdiri dari dua unsur : sela api ( spark gap ) dan tahanan tak linier atau tahanan kran.

Keduanya dihubungkan secara seri batas atas dan batas bawah dari tegangan percikan

ditentukan oleh tegangan sistim maksimum dan tingkat isolasi peralatan yang

dilindungi. Bila persoalannya hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan

karena gangguan tidak memperdulikan akibatnya.


41

Dalam hal ini tegangan sistim bolak balik akan tetap mempertahankan busur

api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan

sebuah tahanan mungkin apinya dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya

mempunyai sebuah harga tetap maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali

sehingga maksud untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana.

Oleh sebab itu dipakailah tahanan kran yang mempunyai sifat khusus bahwa

tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya besar. Proses pengecilan

tahanan berlangsung cepat sekali yaitu selama yaitu selama tegangan lebih mencapai

harga puncak puncaknya, tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan penurunan

drastis daripada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya

besar.
42

Gambar 3.5 Spark Gap

Bila tegangan-lebih habis dan tegangan normal tinggal, tahanannya naik lagi

sehingga arus susulannya ini akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan

sistimnya mencapai titik nol yang pertama sehingga alat ini bertindak sbagai sebuah

keran yang menutup arus. Dari sini didapatkan nama tahanan kran. Karakteristik arus

tegangan dari tahanan kran pada Gambar 3.6.


43

Gambar 3.6 Arus tahanan dari tegangan kran

Keterangan Gambar 3.6

= arus surja

= arus susulan

V = tegangan dasar

= tegangan gagal sela

= tegangan sisa

a = arus menaik

b = arus menurun

1,2 = tahanan linier

3 = tahanan tidak linier


44

Pada arrester modern pemadaman arus susulan yang cukup besar ( 200-300 A)

dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, maka baik ampiltudo

maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadamannya dapat dilakukan

sebelum tegangan sistem mencapai harga nol.

3.8 Karakteristik Arrester

Arrester dipakai untuk menetapkan BIL, maka karakteristiknya perlu

diketahui dengan jelas, sebagai berikut:

1. Mempunyai tegangan dasar (rated) 50 c/s yang tidak boleh dilampaui.

2. Mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan ( voltage – limiting)

bila dilalui oleh berbagai macam petir

3. Mempunyai batas termis.

Sudah jelas bahwa arrester adalah sebuah peralatan tegangan dan mempunyai

dasar rating (rating) tegangan, maka ia tidak boleh dikenakan tegangan yang melebihi

dasar ini, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan hubung singkat, sebab

arrester ini menjalankan fungsinya harus menanggung tegangan sistim normal dan

tegangan transien 50 c/s. karakteristik pembatas tegangan impulsdari arrester adalah

harga yang dapat ditahannya pada terminalnya bila menyalurkan arus tertentu, harga

ini dapat berubah dengan besarnya arus. Karakteristik ini harus dapat dikenal pada

waktu singkat, misalnya pada waktu terjadi percikan pada sela bila arrester mulai

bekerja (dengan adanya surja), sebelum arusnya mengalir


45

Ciri ketiga yang dulu kurang mendapat perhatian cukup adalah batas

termisnya yaitu kemampuan untuk melalukan arus surja yang berwaktu lama atau

terjadi berulang ulang, misalnya surja hubung tanpa menaikan suhunya. Meskipun

kemampuan arrester untuk menyalurkan arus sudah mencapai 65.000 – 100.000

ampere, tetapi kemampuannya untuk melalukan surja hubung, terutama bila sauran

menjadi panjang dan berisi tenaga besar adalah hal lebih penting lagi.

Berhubungan dengan hal hal diatas, maka agar supaya tekanan (stresses) pada

isolasi dapat dibuat serendah mungkin, suatu sistem perlindungan tegangan lebih

perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Dapat melepaskan tegangan lebh ke tanah tanpa menyebabkan hubung singkat

ke tanah ( saturated ground fault )

2. Dapat memutus arus susulan

3. Mempunyai tingkat perlindungan ( protection level ) yang rendah artinya

tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.

Karakteristik pelindung daripada arrester sudah dikenal sejak tahun 1937 dan

sesuai dengan perbaikan perbaikan yang dialaminya mengalami perubahan

perubahan. Yang menonjol dalam perubahan ini ialah bahwa perbandingan

perlindungannya (protective ratio) konstan dalam seluruh jangkauan (range)

tegangannya, berarti bahwa tegangan gagal sela dan tegangan pelapasan

maksimumnya sebanding dengan tegangan dasarnya untuk suatu bentuk surja

tertentu.
46

Tegangan gagal sela, disebut juga tegangan percikan pada frekuensi sistim 50

c/s harus mempunyai harga yang tinggi untuk mengurangi seminimum mungkin

pelepasan yang disebabkan oleh adanya hubung singkat ke tanah dan surja hubung.

Di dalam tabel yang dimasukan sebagai tegangan percikan ialah tegangan percikan

pada muka gelombang untuk surja yang mempunyai kecuraman muka 100 kV/µs/12

kV arrester yang diterangkan dalam standar amerika.

Tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisa (residual) atau jatuh tegangan

IR adalah tegangan antara terminal terminal arrester bila sedang melalukan arus surja.

Yang dimasukan dalam tabel biasanya ialah tegangan sisa untuk surja arus 10 x 20µs

yang besarnya 5.000 dan 10.000 A.

Tabel 3.1 perbandingan sela gagal untuk Swedia

Tegangan Dasar Arrester * Tegangan Sela Gagal **) Tegangan Pelapasan

(kV) (kV) (sisa)***) (kV)

4 16 14.5

6 22 22

8 30 29

11 37 24

13 46 44

20 63 65

26 80 79

32 98 101
47

40 125 123

45 143 144

53 165 166

66 205 202

80 250 245

92 285 280

106 325 325

Tabel 3.2 perbandingan sela gagal untuk Perancis

Tegangan Nominal Tegangan Sela Gagal **) Tegangan Pelapasan (sisa)

Arrester (kV) (kV) (kV)

3.75 20 17

6.25 30 25

7.5 37 31

12.5 56 47

20 88 76

27.5 118 100

32.5 134 117

40 165 144
48

Tabel 3.3 perbandingan sela gagal untuk Amerika

Tegangan Dasar Arrester IR pada 5.000 A *) (kV) Tegangan Sela Gagal **)

* (kV) (kV)
(1940) (1955)

3 9 14

6 18 24

9 26 35

12 36 50

15 44 60

20 58 80

25 71 100

30 88 120

37 105 145

40 115 150

50 141 180

60 176 220

73 210 260
49

97 280 335

109 417 315 410

121 351 445

145 420 525

169 495 620

195 568 700

242 700 880

264 765 960

Kegagalan sela yang dipengaruhi oleh kecuraman tegangan yang datang

menentukan tegangan pelepasan permulaan pada arrester. Jatuh tegangan pada

elemen kran yang tergantung pada kecuraman dan besarnya arus surja menentukan

tegangan arrester pada waktu pelepasan.


50

Gambar 3.7 Berubahnya tegangan pelepasan terhadap besar dan kecepatan naiknya

arus surja

3.9 Parameter parameter Dalam Arrester

Ada beberapa parameter dalam arrester yang perlu diketahui sebagai berikut :

3.9.1 Arus pelepasan nominal ( Nominal Discharge Current )

Arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang tertentu yang

digunakan untuk menentukan kelas dari arrester yang sesuai dengan kemampuannya

melewatkan arus.

Untuk gelombang berjalan yang datang dari saluran, arus pelepasan dalam

arrester ditentukan oleh tegangan maksimum yang diteruskan oleh isolasinya, oleh
51

ompedansi surja pada kawat, dan oleh karakterisrik dari arrester, dapat dilukiskan

dengan persamaan sebagai berikut :

Iα= ………………………………………………………….(3.1)

Dimana :

Iα = Arus pelepasan arrester (kA/µs)

E = Besarnya tegangan surja yang datang (Kv/µs)

Eα = Tegangan terminal arrester (Kv)

Z = Impedansi surja (Ω)

Dengan kecuraman gelombangnya :

…………………………………………………………………………..(3.2)

Menurut IEC, bentuk pelepasan arus gelombang adalah 8µs/ 20 us dengan

kelas arrester :

 Kelas arus 10 kA

Untuk perlindungan gardu induk yang besar dengan frekuensi sambaran petir

yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70 kv

 Kelas arus 5 kA

Untuk tegangan sistem dibawah 40 kV


52

 Kelas arus 2,5 kA

Untuk gardu gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah 22 kV, dimana

pemakaian kelas 5 kA tidak ekonomis lagi.

 Kelas arus 1,5 kA

Untuk melindungi trafo trafo kecil di daerah – daerah pedalaman.

3.9.2 Tegangan Pengenal Lightning Arrester

Untuk menentukan tegangan pengenal arrester dapat menggunakan rumus :

= ( V kerja arrester x koefisien pentanahan ) x 110 % …………..(3.3)

Dimana,

Ea : Tegangan pengenal arrester

V kerja arrester : Tegangan sistem

Koefisien pentanahan : 0.8 untuk sistem yang ditanahkan langsung

: 1.0 untuk sistem yang tidak ditanahkan langsung

3.9.3 Tegangan Frekuensi Jala Jala (power frequensi spark over voltage)

Arrester tidak boleh bekerja pada gangguan tegangan lebih dalam amplitude

yang rendah karena dapat membahayakan sistem. Untuk alasan ini maka ditentukan

tegangan frekuensi jala jala minimum.

Menurut standar IEC tegangan frekuensi jala jala minimum adalah :


53

1,5 X tegangan pengenal arrester ………………………………………...(3.4)

3.9.4 Tegangan Percikan Impuls Maksimum (Maximum Impuls Spark Over

Voltage)

Tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada terminal arrester

sebelum arrester bekerja. Hal ini menunjukan jika tegangan puncak surja petir yang

datang mempunyai harga yang lebih tinggi atau sama dengan tegangan percikan

maksimum dari arrester, maka arrester tersebut akan bekerja memotong surja petir

dan mengalirkannya ke tanah.

3.9.5 Tegangan Sisa (Residual Voltage)

Tegangan yang timbul diantara terminal arrester pada saat arus petir mengalir

ke tanah. Tegangan sisa dari suatu arrester tertentu tergantung pada kecuraman

gelombang yang datang ( dalam A/µs ) dan amplitude dari arus pelepasan. Untuk

harga arus pelepasan yang lebih tinggi maka tegangan sisa ini tidak akan naik lebih

tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena karakteristik tahanan yang tidak linier dari

arrester. Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi TID ( Tingkat Isolasi Dasar )

atau BIL ( Basic Insulation Level ) dari peralatan yang dilindungi.

3.9.6 Arus Pelepasan Maksimum (Maximum Discharge Current)

Arus surja maksimum yang dapat mengalir melalui arrester sebelum

tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari arrester.

3.10 Kordinasi Isolator


54

Kordinasi isolator didefinisikan antara kemampuan peralatan peralatan listrik

dan rangkaian listrik dari satu pihak dan alat alat proteksi di lain pihak yang

dihubungkan sedemikian rupa sehingga isolasi dari peralatan peralatan tersebut

terlindung dari bahaya tegangan lebih.

Secara keseluruhan isolasi peralatan harus dikoordinasikan sedemikian rupa

sehingga menjamin peralatan tersebut tetap aman ketika terjadi gangguan tegangan

lebih. Koordinasi isolasi yang baik akan menjamin bahwa isolasi peralatan akan

mampu menahan tegangan kerja sistem yang normal dan tidak normal yang mungkin

terjadi pada sistem.

Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga menyangkut :

1. Penentuan tingkat isolasi dari isolasi hantaran

2. Menentukan Tingkat Isolasi Dasar (TID) dari peralatan

3. Pemilihan dan letak arrester.

3.10.1 Penentuan Tingkat Isolasi Hantaran

Penentuan isolasi dari hantaran harus mempertimbangkan kemungkinan

terjadinya tegangan lebih petir, tegangan lebih swithing dan tegangan lebih frekuensi

jala jala. Isolasi hantaran udara harus cukup tinggi untuk mencegah terjadinya

kegagalan yang disebabkan oleh tegangan lebih switching dan tegangan lebih

frekuensi jala-jala dengan memperhatikan pengaruh lingkungan atau alam yang

dapat menurunkan tegangan tembus dari isolator


55

1. Usaha Penanggulangan Terhadap Sambaran Petir Langsung

Diantara tegangan lebih akibat petir, sambaran langsung pada rel suatu gardu

induk atau saluran transmisi dekat kepada gardu induk merupakan bahaya besar

terhadap gardu induk. Lagi pula sangat sukar mengamankan gardu induk itu

sepenuhnya dengan menggunakan arrester. Sambaran langsung itu memang sangat

kecil, tetapi jika terjadi keruakan yang ditimbulkan sangat hebat sekali. Oleh karena

itu gardu gardu yang penting dan saluran – saluran di dekatnya harus diamankan

terhadap sambaran langsung dengan mengadakan perlindungan yang cukup dengan

kawat tanah dan pengtanahan yang rendah

2. Usaha Penanggulangan Terhadap Gelombang Yang Datang Dari Saluran

Penanggulangan terhadap gelombang petir yang memasuki gardu induk dari

saluran transmisi dilakukan dengan mengamankan peralatan terhadap tegangan lebih

itu dengan menggunakan arrester dan dengan memberikan kepada peralatan itu

kekuatan isolasi terhadap tegangan impuls yang lebih besar dari tingkatan

pengamanan arrester.

3.10.2 Menentukan Tingkat Isolasi Dasar (TID) Dari Peralatan Pada Gardu

Induk

Berdasarkan pada kesepakatan komite bersama AIEE – IEC – NEMA,

Tingkat Isolasi Dasar (TID) didefinisikan sebagai berikut : “ tingkat isolasi dasar

adalah suatu tingkat referensi yang dinyatakan dalam tegangan puncak dengan

standar gelombang dari 1,2 x 50µs, sehingga isolasi dari peralatan peralatan listrik
56

mempunyai karakteristik tahanan impuls sama atau lebih tinggi dari isolasi dasar

tersebut”.

Sebagian besar peralatan di Gardu Induk sperti trafo, pemutus daya, saklar

pemisah, trafo arus, trafo tegangan dibuat dengan tingkat isolasi yang sama kecuali

tarafo yang kadang kadang diproduksi dengan isolasi yang rendah dengan alas an

ekonomis dan trafo umumnya dilindungi langsung oleh arrester.

Peralatan peralatan ayang terletak di luar daerah lindung arrester akan di

berikan TID satu tingkat lebih tinggi . pada umumnya tingkat isolasi dari peralatan di

gardu seperti pemutus daya, busbar, saklar pemisah, trafo pengukuran mempunyai

TID 10% lebih tinggi dari TID trafo.

3.10.3 Pemilihan Dan Letak Lightning Arrester

Untuk penyederhanaan dalam pemilihan arrester ditetukan terlebih dahulu

langkah langkah yang diperlukan :

1. Menentukan besarnya tegangan lebih satu phasa ke tanah atau tegangan lebih

lain sebagai akibat kerja sistem yang tidak normal pada lokasi dimana arrester

dipasang.

2. Membuat perkiraan besarnya tegangan arrester (Eα).

3. Memilih arus impuls yang diperkirakan akan dilepas melalui arrester.

4. Menentukan tegangan pelepasan maksimum ( tegangan kerja, tegangan sisa )

dari arrester untuk arus impuls dan jenis penangkap petir yang dipilih.
57

5. Menentukan tingkat ketahanan tegangan impuls gelombang penuh dari

peralatan yang akan dilindungi.

6. Memastikan bahwa tegangan kerja arrester berada dibawah TID peralatan

dengan faktor perlindungan yang cukup.

7. Menentukan jarak perlindungan antara arrester dengan peralatan yang akan

dilindungi.

Tabel 3.4 jarak maksimum antar arrester beragam tingkat tegangan

Daya pengenal arrester


Tegangan

Nominal BIL (kv) Jarak maksimum yang di izinkan

(kv)
80 % 90% 100%

66 350 35 30 25

550 35 - -

132 650 60 45 35

900 60 - -

220 1050 100 75 55

Untuk menentukan tegangan arrester terdapat 2 hal yang harus diperhatikan yaitu:
58

1. ketahanan arrester terhadap frekuensi kerja yaitu terutama pada saat terjadi

gangguan satu fasa ke tanah, tegangan fasa yang tidak terganggu akan naik

tergantung sistem pentanahannya.

2. Didasarkan pada pengaman terhadap alat yang diamankan, apa yang disebut

sebagai savety margin.

3.10.4 Penempatan Arrester Pada Gardu Induk Gandul 150 Kv

Arrester yang berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan lebih dari

sambaran petir secara langsung maupun secara induksi harus dapat mengamankan

peralatan utama pada instalasi gardu induk seperti transformator, pemutus tegangan,

trafo arus, trafo tegangan, peralatan untuk sistem informasi pada GI (wafe trap) serta

peralatan lainnya.

Penempatan arrester harus dirancang sedemikian rupa sehingga peralatan

tenaga listrik yang diamankan (dilindungi) pada gardu induk terhadap tegangan lebih

akibat sambaran petir tidak mengalami kerusakan.

Gambar 3.8 konstruksi pemasangan arrester pada gardu induk gandul


59

Gardu induk gandul 150 kv merupakan salah satu jenis gardu induk tipe

konvensional yaitu gardu yang terdiri dari semua instalasi peralatan gardunya (switch

yard ) dipasang pada lapangan terbuka. Keuntungan menggunakan gardu induk tipe

konvensional adalah bersifat fleksibel.

Pemeliharaan pada setiap peralatan dapat dilakukan dengan mudah,

sedangkan kerugian menggunakan gardu induk tipe konvensional adalah lahan yang

lebih luas dan lebih sering mengalami gangguan.

3.10.5 Jarak Maksimum Arrester

meskipun yang paling baik adalah menenpatkan arrester sedekat mungkin

dengan alat yang dilindungi, tetapi dalam praktiknya kadang kadang hal ini tidak

dimungkinkan. Jika jarak itu terlalu jauh, tegangan abnormal yang sampai pada

terminal dari peralatan akan lebih tinggi dari pada tegangan pelepasan arrester.

Gambar 3.9 Jarak tansformator dan arrester


60

Hubungan antara tegangan terminal dari alat yang dilindungi dan jarak dari

arrester adalah sebagai berikut:

= + 2.µ.x/ v……………………………………………………………….(3.5)

Dimana :

= Tegangan terminal dari peralatan yang dilindungi (kV)

= Tegangan pelepasan dari arrester (kV)

µ = Kecuraman gelombang dari gelombang yang datang (Kv/µs)

V = Kecepatan rambat gelombang yang datang (m/µs)

X = Jarak dari arrester ke alat yang dilindungi (m)

3.10.6 Kegagalan Arrester

Pada keadaan normal arrester harus berfungsi sebagai isolator, tetapi dalam

keadaan gangguan ( terjadinya tegangan lebih ) maka arrester dengan secepat

mungkin akan berfungsi sebagai konduktor untuk mem by pass tegangan lebih yang

timbul dan mampu memutus arus susulan yang terjadi maka dengan secepat mungkin

arrester berfungsi kembali sebagai isolator.

Kegagalan arrester untuk mengalirkan tegangan lebih ketanah akan

mengakibatkan rusaknya peralatan pada gardu induk. Beberapa faktor yang


61

mengakibatkan gagalnya arrester bekerja untuk mengamankan peralatan tegangan

lebih yaitu :

1. Tahanan pada arrester

2. Tabung arrester

3. Tegangan dasar maximum

4. Penurunan tingkat isolator

You might also like