Proposal Hydraulic Fracturing
Proposal Hydraulic Fracturing
Proposal Hydraulic Fracturing
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Disetujui Untuk
Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” ,Yogyakarta
Oleh Dosen Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
Fluida yang dipergunakan dalam test ini adalah fluida yang tidak merusak
formasi (fluida non damage) misalnya air garam (air dengan konsentrasi KCL
tertentu ) atau linier gel untuk formasi dengan permeabilitas besar. Gambar 4.1.
memperlihatkan skema step rate test oleh Nolte (1982).
Gambar 4.2.
Plot P vs Akar Waktu (R.Keck)
5. Back Flow Test
Metode yang paling baik untuk menentukan Pc adalah kombinasi dari step
rate test (dengan perluasan pada akhir langkah) dan backflow test. Prinsipnya
adalah periode aliran balik dengan laju konstan antara 1/6 – ¼ dari laju injeksinya
(misalnya untuk step rate test dihitung dari laju terakhir). Kalau rekahan sudah
terjadi, test ini akan memberikan dua profil, waktu rekahan menutup dan setelah
tertutup sempurna.
6. Minifrac
Minifrac adalah suatu perekahan kalibrasi dan lebih kecil dari perekahan
yang sebenarnya. Dalam operasi ini dipergunakan fluida gel dengan crosslinker dan
fluid loss additive tetapi tanpa proppant. Fluida dipompakan pada laju konstan
sampai terjadi rekahan lalu dihentikan dan semua tekanan dasar sumur dicatat.
Dari analisa minifrac ini diukur besarnya leak-off coefficient (CL), stress
minimum (min), efisiensi (), dan lebar rekahan maksimum (wmax). Gambar 4.3.
menunjukkan grafik tekanan dan laju injeksi vs waktu.
Gambar 4.3.
Grafik Tekanan dan Laju Injeksi untuk Minifrac
7. Leak-off Test
Pada pemboran setelah pemasangan casing kadang-kadang dilakukan leak-
off test. Dalam hal ini tekanan dinaikkan di permukaan sampai lumpur di dasar
lubang sumur masuk dan tekanan mendadak turun. Test semacam ini tidak
menggunakan pengukur tekanan (pressure gauge) di dasar sumurnya dan yang
didapatkan adalah (min) yang biasanya terletak di kaki casing, jadi bukan di formasi
produktif melainkan pada shale atau formasi keras lainnya.
Datafrac digunakan untuk menentukan parameter – parameter setempat
secara tepat. Selain datafrac, kita perlu merencanakan desain operasi perekahan
yang terdiri dari fluida perekah dan additive, material pengganjal (proppant), dan
panjang dan lebar rekahan (geometri rekahan).
1. Rheology
Sifat dari fluida perekah bergantung dari flow regime. Pada perekahan,
fluida mengalir pada beberapa bentuk geometri dengan kondisi shear dan
temperatur yang bermacam-macam, misalnya kalau di frac tank, statik dengan
temperatur sekeliling. Kalau dipompa shearnya tinggi, waktunya singkat saja.
Kalau di tubing, biasanya turbulent dan sering berhenti dari waktu ke waktu sekitar
1 – 10 menit dengan terkena panas dari sekelilingnya, shear rate-nya berkisar 500
– 3000 sec-1. Bila di perforasi, shear akan tinggi dan waktu pemompaan pendek. Di
rekahannya, aliran akan laminer yang terjadi dalam waktu cukup lama yakni sampai
3 – 4 jam lebih.
Sifat rheologi digunakan untuk mendapatkan harga viskositas yang cukup
berdasarkan besarnya harga shear rate dan shear stressnya. Di dalam rheologi
dikenal jenis fluida sebagai berikut : Newtonian, Bingham Plastic dan Power Law.
Untuk fluida Newtonian berlaku hubungan berikut :
τ = μ(du/dy) = μ γ ............................................................................ (4-2)
keterangan : τ = shear stress
γ = shear rate
μ = viskositas (air = 1), cp
Sedangkan untuk fluida Bingham Plastic berlaku :
τ = μ γ + τy ...................................................................................... (4-3)
keterangan :
τy = yield point (fluida Newtonian = 1)
Dan untuk kebanyakan fluida perekah yang berlaku adalah Power Law untuk itu :
τ = K γn ............................................................................................. (4-4)
keterangan : K = consistency index, lbf-secn /ft2
n = power law index
Gambar 4.4.
Harga Shear Rate vs. Shear stress pada Fluida Newtonian
dan Non-Newtonian
Untuk fluida non-Newtonian, viskositasnya bergantung pada laju aliran.
Gambar 4.3. memperlihatkan plot vs. untuk tiga macam fluida.
Power law merupakan fluida non-newtonian yaitu fluida yang mempunyai
viskositas yang tidak konstan, tergantung pada besarnya geseran (shear rate) yang
terjadi. Fluida perekah yang bersifat power law sangat sensitif terhadap temperatur
tinggi, sehingga dapat mengalami degradasi yang cepat dan viscositas turun karena
temperatur. Apabila dinjeksikan kebawah permukaan maka viskositasnya akan
berubah menjadi lebih besar daripada saat dipermukaan yang disebabkan karena
adanya perubahan temperatur.
k φ ΔP
Ct = 0,0469 .................................................................. (4-5)
μ1
keterangan :
k = permeabilitas relatif formasi terhadap material yang leak off, md
φ = porositas batuan, fraksi
μ1 = viskositas filtrat fluida perekah pada kondisi formasi, cp
ΔP = beda tekanan antara fluida didepan dinding dengan tekanan di
pori-pori batuan, psia
2. Compressibility controlled (CH), adalah suatu kehilangan fluida yang
dipengaruhi oleh kompresibilitas. Penentuan besarnya harga CH (ft/menit1/2)
dapat dilakukan dengan persamaan :
k Ct
CH = 0,0374 ΔP ............................................................. (4-6)
keterangan :
Ct = kompresibilitas total formasi, psi-1
μ = viskositas fluida formasi yang bisa bergerak pada kondisi reservoir,
cp
3. Wall building mechanism (CHt), yang terbentuk dari residu polimer di dinding
formasi yang menghalangi aliran ke formasi. Hal ini penting untuk membatasi
fluida yang hilang ke formasi. Harga CHt dihitung berdasarkan percobaan di
laboratorium, dimana harga CHt merupakan kemiringan pada daerah linier.
Dari ketiga mekanisme diatas, maka besarnya koefisien leak-off total adalah
sebagai berikut :
2 C t C H C Ht
Ctot = 1/2
........................... (4-7)
C t C Ht C Ht 2 C t 4C H C t C Ht
2 2 2 2
Jenis Proppant
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah pasir
alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik (Ceramic
Proppant).
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam
kondisi baik sekali, baik, dan dibawah standart. Golongan yang paling baik
menurut standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois,
Minnesota, dan Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”,
“Ottawa Sand”, atau jenis lainnya misalnya “Jordan Sand”.Golongan yang baik
berasal dari Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna
lebih gelap dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy
Sand”, atau “Hickory Sand”. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu
kelebihan pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang lebih
murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata
(tidak tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebih merata di
setiap bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancur karena tidak mampu
menahan beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap
melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal ini
tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan butiran
(fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bisa tereliminasi. Proppant
ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam
efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant mengalir
balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku, proppant ini akan
membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya tahan yang lebih besar.
Gambar 4.6.
Gaya yang bekerja pada suatu bidang
2. Strain
Strain adalah besarnya deformasi suatu material ketika sebuah stress
diterapkan pada material tersebut. Gambar 4.2. di bawah ini memperlihatkan
bagaimana sebuah material terkompresi dan mengalami deformasi akibat gaya F.
Gambar 4.7.
Strain akibat gaya yang bekerja pada suatu bidang
Pada gambar di atas terlihat bahwa seiring dengan gaya F diterapkan pada
material tersebut, tinggi dari material tersebut berubah dari x1 menjadi x2. Secara
kualitatif, strain dapat didefinisikan :
x1 x2
................................................................................ (4-11)
x1
Keterangan :
ε = Strain
Strain merupakan parameter yang tidak berdimensi dan memiliki arah
vektor yang sama dengan gaya F dan tegak lurus dengan bidang yang mengalami
stress.
3. Modulus young
Modulus young merupakan modulus elastisitas, yang didefinisikan sebagai
ukuran seberapa besar suatu material akan mengalami deformasi elastik ketika
suatu gaya diterapkan padanya, hal ini merupakan kata lain dari kekerasan.
Modulus young (E) merupakan perbandingan antara stress dan strain :
E ...................................................................................... (4-12)
Karena strain merupakan parameter yang tak berdimensi, maka modulis
young memiliki satuan yang sama dengan stress.
4. Poisson ratio
Poisson ratio didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah material akan
mengalami deformasi dengan arah tegak lurus dari gaya yang diberikan dan paralel
dengan bidang dimana stress menyebabkan strain.
Pada gambar di bawah ini, strain yang terjadi pada arah x, dan strain ke arah
y didefinisikan oleh persamaan di bawah ini :
x1 x2
x ............................................................................. (4-13)
x1
y1 y2
y ............................................................................. (4-14)
y1
Sehingga Poisson ratio didefinisikan :
y
V (4-15)
x
Keterangan :
εy = Axial Strain
εx = Lateral Strain
5. Modulus Shear
Tegangan geser (shear stress) pada permukaan suatu bidang material akan
mengakibatkan bidang permukaan tersebut berpindah atau bergeser membentuk
suatu bidang baru yang letaknya paralel dengan bidang semula.Perbandingan antara
besar harga shear stress yang diberikan terhadap sudut yang dibentuk akibat
deformasi yang terjadi (kekakuan suatu material) dikenal sebagai Modulus Shear
(G). Secara matematis dapat dituliskan :
6. Modulus Bulk
Beban compressive yang diberikan terhadap semua bagian suatu balok material
pada kondisi hidrostatis, akan mengakibatkan pengurangan volume bulk total.
Perbandingan antara tegangan yang diberikan (gaya per unit luas permukaan suatu
bidang) terhadap perubahan volume untuk setiap satu unit volume awal suatu
material dinamakan Modulus Bulk(K). Secara matematis :
F Gaya / Luas Permukaan lb / in 2
K= A = = ...... (4-17)
v Perubahan Volume / Volume Awal 3 3
v0 in / in
7. Overburden stress
Overburden stress tidak tergantung pada tektonik, dan harganya sama
dengan berat batuan formasi di atasnya. Dengan integrasi pada density log, bisa
diperkirakan harganya :
H
v g ( z ) dz .................................................................................. (4-18)
0
Dimana rata-rata gradient akan disekitar 0,95 – 1,1 psi/ft. Harga 1,1 psi/ft didapat
kalau semua formasi rata memiliki densitas sekitar 165 lb/ft3 maka gradien stress
= 165/144 = 1,1 psi/ft. Karena formasi ada yang tidak rapat atau berpori, maka
harganya bisa saja sampai 0,95. Kalau overburden adalah harga absolut, yang
dialami oleh batuan dan fluida di pori-pori adalah effective stress ( v' ), yang
didefinisikan sebagai :
Stress horizontal absolut berkurang dengan produksi fluida sumurnya. Harga stress
tidak akan sama keseluruh arah horizontal. Stress tersebut adalah harga stress
horizontal minimum absolut, karena harga stress horizontal maksimum absolut
adalah :
H max H min tect .................................................................... (4-23)
dari ketiganya.
Apabila suatu permukaan mengalami erosi, sehingga kedalamannya hilang,
maka tekanan overburden akan mengecil, tetapi stress horizontal minimum absolut
dan maksimum absolut akan tetap, sehingga mungkin saja dapat mengakibatkan
rekahan yang seharusnya vertikal menjadi horizontal.
Pada kedalaman yang dangkal, sering terjadi perekahan horizontal. Untuk
itu Craft, Holden, dan Graves menunjukkan bahwa stress tangensial
(circumferencial) sepanjang tepian sumur adalah dua kali stress horizontal
compressive didekatnya. Untuk membuat rekahan, stress ini dan tensile stress
batuan harus dilawan, sehingga tekanan perekahan adalah :
p bf 2 h To 2v /(1 v) v To ................................................ (4-24)
Dengan anggapan gradien 1 psi/ft, v = 0,25, dan To = 1000 psi, maka kedalaman
maksimum akan 3000 ft.
4.2.4. MODEL GEOMETRI REKAHAN
Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi energi.
Secara umum model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2-D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D)
2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)
Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi (3-D)
Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D
Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,
karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi makan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness matrix, variasi
stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC dan dijual
oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang
paling umum dipakai saat ini.
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Geertsma dan de Klerk (Shell).
x 2C t w
A(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
q = adalah laju injeksi, cuft/men,
W = lebar rekahan, ft,
t = waktu injeksi, menit dan
C = total leak off coeffisient = Ct, ft/V men,
Gambar 4.9.
Model geometri KGD
Model
L(t) w(0,t) p(0,t) - H
Geometri
1/ 5 1/ 5
Gq 3 (1 v) q 2 1/ 4
C1 o
t4/5 4/5 C 3 Gq o 3 L
Model PKN (1 v)h f 4 C2 o
t
Gh H f (1 v) 3
f
1/ 4
G qo3 2 / 3 (1 v) q 3
1/ 4
C4 Gq h 3
1/ 4
C5 o
t1/ 3 o f
Model KGD C4 3
t Gh f 3 2H f (1 v) 3 L2
(1 v)h f
Gambar 4.10.
Kelakuan tekanan secara umum pada perekahan
Pada gambar tersebut, tekanan bertambah sejalan dengan injeksi atau proses
perekahan dan dilanjutkan dengan tekanan penutupan sesaat (ISIP = Instantenous
Shut In Pressure) dimana dimulai fase penurunan sampai rekahan mulai menutup
bersamaan dengan fluid loss sampai rekahan sudah tertutup. Pada fase ini fluid loss
masih berlanjut dengan pola yang berbeda sejalan dengan penurunan laju fluid loss
dan menuju ke tekanan reservoirnya.
Tekanan penutupan sesaat yang diukur dengan cara menghentikan aliran
fluida, bergantung pada lebar rekahan dan juga tekanan yang ada di sekitar rekahan.
Bila fluida yang diinjeksi berada dalam volume yang besar karena keinginan untuk
membuat rekahan yang lebih lebar, maka dalam pengukurannya akan diperoleh
tekanan penutupan sesaat yang besar pula. Sedangkan bila kita ingin mengetahui
adanya pengaruh dari tegangan tektonik (tectonic stress) pada
suatu formasi yang akan direkahkan, maka tekanan penutupan harus diukur setelah
diinjeksikan sejumlah fluida berviskositas rendah (dalam jumlah yang sedikit). Hal
ini karena pada kondisi tersebut di atas, tekanan injeksi fluida belum banyak
berpengaruh terhadap melebarnya rekahan. Besarnya tekanan injeksi fluida tersebut
biasanya kurang dari 3000 Kpa.
Setelah tekanan penutupan dilakukan, karena pengaruh stress yang ada
dalam bumi maka mengakibatkan fluida perekah akan menempel pada dinding
rekahan sampai rekahan tersebut menutup kembali. Dan selanjutnya pada saat
dinding rekahan mulai menutup dan karena adanya pengaruh dari stress bumi dan
juga adanya kebocoran fluida, sehingga mengakibatkan tekanan turun dengan
sendirinya.
Di sini perlu diketahui bahwa perilaku tekanan seperti yang diperlihatkan
pada (Gambar 4.10.) di atas adalah sangat ideal karena dalam prakteknya mungkin
tidak demikian. Sebagai contoh, bila pada suatu formasi yang sebelumnya telah
dilakukan perekahan, maka mungkin tidak akan ada perbedaan antara besar tekanan
rekah dengan tekanan pengembangan.. Dan bila suatu reservoir memiliki tekanan
yang sangat rendah, sumur akan terus membuka pada saat rekahan menutup
sehingga tekanan statis reservoir tidak akan bisa diukur di permukaan.
Bila ISIP adalah tekanan penutupan sesaat yang diukur di permukaan dan
a. Metode Prats
Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat sederhana.
Kelemahan dari metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap ideal. Metode
Prats dijabarkan lewat persamaan :
r
ln e
J
rw
............................................................................... (4-27)
Jo re
ln
0,5 L f
keterangan :
Lf = setengah panjang rekahan dua sayap
Anggapan dalam persamaan Prats adalah :
a. keadaan steady state
b. di daerah silinder
c. fluida incompressible
d. konduktivitas rekahan tidak terbatas
e. tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
Sebagai contoh, bila Lf = 500 ft, re = 2106 ft (spasi sumur 320 acres, segiempat),
rw = 0,354 ft, maka akan menghasilkan J/Jo = 4,08.
b. Metode McGuire-Sikora
McGuire dan Sikora mempelajari tentang efek rekahan vertikal pada
produktifitas pada reservoir dengan tenaga pendorong solution gas. Asumsi
yang digunakan adalah:
a. aliran adalah pseudo steady state
b. laju aliran konstan tanpa ada aliran dari luar batas re
c. fluida inkompressible
d. daerah pengurasan berbentuk segiempat sama sisi
e. lebar rekahan sama dengan lebar formasi
Prosedur metode ini dengan menggunakan grafik McGuire dan Sikora yaitu :
1) Menghitung perbandingan panjang rekahan (xf) dengan jari-jari pengurasan
sumur (re).
2) Menghitung harga konduktifitas relatif (absis pada grafik McGuire dan
Sikora).
12.w.k f 40
......................................................................... (4-28)
k A
3) Dari perpotongan kurva xf/re pada grafik McGuire dan Sikora, maka akan
didapatkan harga pada sumbu y.
4) Menghitung rasio PI sesudah rekahan dengan PI sebelum rekahan (open
hole).
Jf 7.13 ........................................................................... (4-29)
Jo r
ln 0,472. e
rw
keterangan : Jf = Productivity Index setelah rekahan, bbl/day/psi
Jo = Productivity Index open hole, bbl/day/psi
Metode McGuire dan Sikora ini adalah yang paling banyak digunakan
saat ini. Dari grafik McGuire dan Sikora kita bisa mengambil beberapa
kesimpulan:
1. Pada permeabilitas yang rendah (dengan perekahan yang konduktifitasnya
tinggi), maka hasil kenaikan produktifitas akan makin besar terutama
karena panjang rekahan dan bukan dari konduktifitas relatif rekahan.
2. Untuk suatu panjang rekahan Lf akan ada konduktifitas rekahan optimal.
Menaikkan konduktifitas rekahan tidak akan menguntungkan. Misalnya
untuk harga Lf / Lc = 0,5 kenaikkan selanjutnya tak ada artinya untuk harga
konduktifitas relatif diatas 105.
3. Maksimum kenaikan perbandingan produktifitas indeks teoritis untuk
sumur yang tidak rusak adalah 13,6.
Gambar 4.10.
Grafik McGuire Sikora
3. Kriteria keberhasilan berdasarkan kurva IPR
Grafik/kurva inflow performance relationship (IPR) merupakan grafik yang
menggambarkan kemampuan formasi produktif untuk berproduksi (kemampuan
formasi untuk mensuplay fluida ke lubang sumur). Dengan mengamati kurva IPR
sebelum dan sesudah perekahan, maka dapat ditentukan sukses tidaknya pekerjaan
perekahan, yaitu apabila pada tekanan dasar sumur (Pwf) yang sama akan diperoleh
laju produksi yang lebih besar.
Dalam mempelajari tentang kurva IPR, kita perlu mempelajari tentang
Aliran fluida dalam media berpori dipelajari karena hal ini berkaitan dengan
kemampuan formasi produktif untuk dapat mengalirkan fluida dari formasi ke
dalam lubang sumur. Kemampuan formasi produktif untuk dapat mengalirkan
fluida dinyatakan dalam productivity index (PI) dan inflow performance
relationship (IPR).
a. Productivity index (PI)
Indeks Produkrivitas (PI) merupakan indeks yang digunakan untuk
menyatakan kemampuan suatu sumur pada kondisi tertentu untuk berproduksi atau
merupakan perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur
pada suatu harga tekanan alir dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan dasar
sumur dalam kondisi statis (Ps) dan tekanan dasar sumur pada saat terjadi aliran
(Pwf). Secara matematis dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
qo
PI ....................................................................... (4-
( Ps Pwf )
30)
keterangan :
PI = Indeks Produktivitas, bbl/hari/psi
qo = laju produksi minyak, bbl/hari
Ps -Pwf = perbedaan tekanan atau "draw down", psi
Secara teoritis harga PI dapat pula diperkirakan dari persamaan Darcy yang
di subsitusikan dengan persamaan diatas menjadi :
0,00708 k o h
PI ............................................................... (4-
o Bo ln( re / rw )
31)
keterangan :
h = ketebalan lapisan reservoir, ft
ko = permeabilitas batuan terhadap minyak, mD
o = viskositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Apabila terdapat kerusakan formasi yaitu harga faktor skin (S) positif, maka
akan terjadi perubahan produktivitas formasi sehingga persamaan PI menjadi :
q
PI ................................................................. (4-
Ps Pwf Ps
32)
atau
0,00708Kh
PI ....................................................... (4-
o o (ln( re / rw) S )
33)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa semakin besar harga faktor skin (S)
maka akan menurunkan harga indeks produktivity.
34)
Keterangan :
Pd = Pwf/Pr
an = C1 Exp (C2S)+C3 Exp (C4S)
a1, .…., a5 adalah konstanta persamaan yang merupakan fungsi dari
faktor skin
n = 1, 2, 3, 4 dan 5
S = faktor skin
Harga c1 sampai dengan c4 dapat dilihat dari Tabel IV-2
Tabel IV-2.
Konstanta C1, C2, C3, dan C4
an C1 C2 C3 C4
a1 0,182922 -0,364438 0,814541 -0,055873
a2 -1,476950 -0,456632 1,646246 -0,442360
a3 -2,149274 -0,195976 2,289242 -0,220333
a4 -0,021783 0,088286 -0,260385 -0,210801
a5 -0,552447 -0,032449 -0,583242 -0,306962
.................................................................................................................... (4-
43)
keterangan :
CD = perbedaan antara aliran didasar sumur pada titik D dan titik C
( CD = PwfD-PwfC )
CG = perbedaan antara qt dan qomax
Fw = Water Fraction
Fo = Oil Fraction
Pb = Tekanan buble point
WAKTU (BULAN)
NO KEGIATAN 1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Proposal
Karakteristik Reservoar
Berhasil Tidak
Berhasil