ID Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dan T
ID Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dan T
Abstract
459
Cakrawala Pe.didih., November 2004, Th. XXIII. No. 3
Pendahuluan
460
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik Pengembangannya di Seko/ah
461
Cakrawa/a Pendidikan, November 2004, Th. XXIII, No. 3
Bahasa (language) dan bicara (speech) adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bahasa mencakup setiap bentuk
komunikasi yang ditimbulkan olehpikirandan perasaan untuk menyampaikan
makna kepada orang lain (Hurlock, 1988). Dalam bahasa tersebut, diperlukan
penggunaan tanda-tanda atau simbul ke dalam sebuah tatabahasa yang berada
dalam struktur aturan tertentu. Anak akan mengerti ungkapan seseorang karena
melalui perbendaharaan kata yang disampaikan. Akan
tetapi, apabila tidak dimiliki sejumlah perbendaraan kataatau kosa kata,
yang akan digun~an sebagai elemen berbicara, anak tid~dapat berbicara
atau berkata-kata. Dengan demikian, meskipun sarana lain untuk berbicara
terpenuhi, jika tidak memiliki kosakata, seseorang/anak tidak dapat
berbicara (Tarmansyah, 1966). Jadi, bahasa tidak sama dengan bicara.
Pada mulanya anak belajar berbicara, agar ia dapat memenuhi
kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan tersebut tampak pada saat anak
menggunakan kata-kata yang diperlukan. Anak akan lancar berbicarajika
anak sudah memiliki kesiapan berbicara. Ada dua bentuk proses yang
menentukan kesiapan anak dalam berbicara. Kedua hal tersebut adalah (i)
perkembangan kognitif dan (ii) perkembangan bahasa (Dworetzky,1990).
1. Perkembangan KognitifAnak
Menurut pandangan Piaget, kognitifadalah hasil aktivitas asirnilasi
dan akornodasi dari kernatangan otak dan sistern syarafterhadap
pengalarnan-pengalarnan ketika individu berinteraksi (Dworetzky,
1990). Selanjutnya dinyatakan bahwa, sernua rnanusia secara genetik
mengalarni tahap perkernbangan yang sarna, dan mereka siap
rnenerirna pengalarnan-pengalaman tersebut dari lingkungannya
462
Perkembangan Bahasa Anak l!sia Dini dan Teknik Pengembangannya di Sekolah
463
Cakrawala Pendidikan, November 2004. Th. XXIII.· No. 3
464
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik Pengembangannya di Sekolah
(disebut "quasi" karena tidak sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat
berikutnya). Kuasi vokal dibentuk dari suara yang mirip bahasa pertama
(Dworezky, 1990). Antara usia 2 dan 4 bulan, bayi biasanya berada pada
going stage, yaitu bayi mengucapkan kata sejenis dengan kombinasi quasi
vokal dengan keras, sebagai tanda'awal konsonan. Antara 4 dan 7 bulan anak
memproduksi beberapa kata baru, disebut masa expansion stage.
Tabap kedua, setelah anak belajar mengeluarkan suara dalam bentuk
tangis, anak mulai mengoceh (bablingstage). Bunyi yangmuncul pada masa
ini, yakni antara 7 sampai 10 bulan, berupa bunyi yang dapat dipisahkan
antara vokal dan konsonannya, namun belum ada bunyi yang membedakan
makna. Antara usia 7 dan 10 bulan tersebut, oceban bayi semakin meningkat
karena dia mulai menghasilkan sukukata dan menirukan seperti
ucapan'bababa' atau 'mamama'. Ini disebut tahap kononikal (cononical stage).
Yang menarik adalah, ba)'i yang mampu mendengar segera miilai mengoceh suku
kata kononikal,'sedangkan bayi tuli yangjuga berada pada masa mengoceh, tidak
dapat mengucapkan bunyi kononikal tersebut (Oller
& Eiler, dalamDworetzky, 1990:214).
Tabap ketiga, bayi setelah melalui masakononikal, secara meningkat
bayi mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada fonem yang
akan mereka gunakan daIam bahasa yang merekapelajari. Ini disebut
dengan tabap kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara
usia 10 dan 14 bulan. Pada masa ini bayi juga memperoleh langkah dan
irama bahasa. Tampaknya balikan diperlukan sebelum masa kontraksi
dimulai. Bayi belajar meniru apa yang mereka dengar.
Jalongo (1992:8) mengelompokkan perkembangan bahasa anak tahap
pralinguastik ini, sejak bayi lahir sampai usia II bulan. Pada tahap
perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam tarafberlatih mengenal
lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya.
Ketika anak merasakan sesuatu, sementara diabelum mampu mengucapkan
sesuatu, anak hanya mampu memberikan pertanda bahwa dia senang atau tidak
senang. Ungkapan rasa tidak senang, ditunjukkan dengan menangis atau
menunjukkan kegelisahannya. Ketika anak senang, dia mampu
465
Cakr2wa/a Pendidikan, November 2004, Th. XXIII, No. 3
466
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik Pengembangannya di Sekofah
467
Cakrawa/a Pendidikan. November 2004. Th. XX!IJ. No.3
468
Perkembangan Baha.')a Anak Usia Dini dan Teknik Pengembangannya di Seko/ah
Pada akhirnya anak mernpunyai harga diri, karena orang lain memiliki
persepsi, perasaan, dan sikap yang positifterhadap dirinya. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran, guru perlu menciptakan lingkungan belajar
yang aman dan nyaman bagi anak, baik secara emosional maupun sosial,
.sehingga anak rnerniliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya
diri yang tinggi dapat mernpengaruhi anak ketika belajar B2.
Empati. rnerupakan perwujudan kepedulian seseorang terhadap
orang lain. Zuchdi (2003:52-53) rnenyatakan bahwa ernpati adalah
pemahaman sepenuhnya dan secara mendalam terhadap orang lain,
bail< secara intelektual rnaupun secara ernosional. Dalam kehidupan,
anak yang kurang dapat berempati akan sulit juga dalam belajar B2.
Sebaliknya anak yang dapat berempati, ia akan mudah belajar B2.
Untuk itu, guru harus dapat memberikan terhadap orang lain, termasuk
terhadap anak-anak bayi anak yang sedang beiajar berbahasa ini.
Kecenderungan analitis, menggambarkan seseorang yang biasa hidup dan
bergaul di mana saja. Orang yang bebas lingkungan (field independent),
mempunyai kepribadian terbuka dan rnudah bel.ajar bahasa kedua. Namun
sebaliknya, orang yang terikat dengan iingkungan (field dependent) mempunyai
kepribadian tertutup dan rasa empatinya kurang, karena kurang memiliki
lingkungan/pergaulan yang luas. Oleh karena itu, orang yang bebas lingkungan
mereka biasanya lebih berhasil dalarn belajar bahasa kedua.
Jadi kepribadian anak akan mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar B2. Apabila anak merniliki rasa percaya diri yang tinggi,
dalam belajar B2 lebih berhasil, apalagijika anak rnemiliki kesadaran
belajar bahasa yang tinggi, tentu akan lebih berhasil.
Umur anak yang lebih muda akan lebih berhasil dalam belajar bahasa,
terutama BI. Dinyatakan oleh Chomsky dan Marshall dalam Simanjuntak
(1990) bahwa bahasa itu sebenamya tumbuh di dalam otak si bayi setelah
mengalami proses "triggering" (pemicuan), yakni dengan cara menggiring
si bayi kepada bahasa melalui pertumbuhan biologisnya, yaitu interaksi
antara ,. struktur nurani dengan kondisi sekitamya. Lebih lanjut
Chomsky menyatakan bahwa perturnbuhan bahasa boleh disamakan
dengan pertumbuhan sesuatu anggota tubuh lainnya. Tanpa adanya
proses "pernicuhan" ,pemerolehan bahasa anak tidak akan sempuma.
469
Cakrawala Pendidikan, November 2004, Th. XXII1, No.3
I KEPRiB,ADIAN I I U~UR !
- -. -.- .
-
..
Penampilan
Lingkungan '--+'0:..RGANlSER~~t ,I/ONITOR ----- b
FfLTER
470
Perkembangan Bahasa Anak Usia Din; dan Teknik Pengembangannya di Seko/ah
471
CakrawaJa Pendidikan. November 2004, Th. xxm, No.3
472
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik Pengembangannya di Sekofat:
473
Cakrawa/a Pendidikan. November 2004. Th XXIII. No.3
474
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik Pengembangannya di Seko/ah
Dalam kegiatan ini, anak diminta menebak dengan menjawab secara cepat
nama anak binatang yang disebutkan guru. Dengan cara adu cepat dalam
menjawab pertanyaan, mereka menyebut dan menjawab pertanyaan guru
dengan bebas. Guru kemudian menyampaikan tebakannya melalui cerita,
selanjutnya anak-anak menjawabnya secara bersahut-sahutan. Dengan sebutan
nama yang diminta guru itulah anak mengenal dan mengembangkan bahasanya
secara nyata. Kegiatan ini akan lebih bagus lagi jika guru menunjukkan alat
peraga sambil menirukan nama atau suara dari yang ditanyakan atau di
contohkan dalam tebak-tebakan tersebut. Tebak-tebakan
475
Cakrawa/a Pendidikan. November 2004. Th. XXIII. No.3
b. MetodeMengucapkan Syair
Penutup
476
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik Pengemb?ngannya di Seko/ah
lain. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari
luar dan dari dalam diri anak. Dari mana pun asalnya faktor tersebut, guru
sebagai orang yang berada di lingkungan anak ketika anak bersekolah
hendaklah mampu dan mau menjadi pengarah, pembimbing, penyejuk, dan
model bagi anak, agar mereka mampu dan terampil berbicara dengan
kemampuan bahasanya.
Pengembangan berbahasa padaAUD di sekolah, lebih ditujukan pada
(i) kesanggupan menyampaikan pikiran kepada orang lain, (ii)
mengembangkan perbendaharaan kala, (iii) menangkap pembicaraan orang
lain, dan (iv) keberanian untuk mengemukakan pendapat. Pengembangan
bahasa ini agar dapat dilakukan dengan baik, dan tujuan dapat tercapai, maka
guru hendaklah pandai memilih teknik pembelajaran yangrelatifsesuai. Metode
tersebut adalah, bercerita, permainan bahasa, sandiwara boneka,
._ bercakap-cakap, tanyajawab, dramatisasi, mengucapkan syair, bermain ,_, peran,
dan karya wisata. Dengan pemilihan metode yang tepat, diharapkan anak akan
mampu berbahasa secara alamiah. Untuk itu, guru hendaklah memiliki
pengetahuan tentang perkembangan bahasa anak, dan metode pengembangan
bahasa anak.
Daftar Pustaka
477
Cakrawala Pendidikan, November 2004, Th.. XXIII, No.3
478
Perkembangan Baha~a Anak Usia Dini dan Teknik Pengembangannya di Sekolah
t·- •
• b-
479