MMR Immunisation Information October 2015 Indonesian Web
MMR Immunisation Information October 2015 Indonesian Web
MMR Immunisation Information October 2015 Indonesian Web
ABSTRACT
Background: Measles is a highly infectious disease caused by the measles virus and is still a
health problem in Indonesia. Based on data the communicable disease surveillance system
from 2014 to January 2016 have been reported cases of measles as many as 200 cases. This
study aims to explain host and environment factors as risk factors for occurrence of measles in
children under five years old.
Method: A case control study, involving 56 cases children under five years old suffer from
measles were registered in form C1 of health center, with 56 sex matched neighborhood
controls. Studied variables were analyzed by multivariate.
Result: Risk factors for measles occurrence were living at unhealthy house (OR=7.5; 95 %
CI=2.64 to 21.19), low of mother’s knowledge (OR=5.7; 95 % CI=2.22 to 14.85), and never
received immunization (OR=3.7; 95 % CI=1.45 to 9.39). Risk factors not proved with
measles occurrence were malnutrition, lack of vitamin A, never had measles, contact history,
breast-fed < 2 years, maternal age < 20 years, low of socio-economic, number of children
under five years old at home > 1 and less parenting.
Conclusion: Risk factors associated with measles were living at unhealthy house, low of
mother’s knowledge and never received vaccination. For elimination, measles vaccination,
home inspection, communication, information and education of measles is required.
Hasil uji statistik menunjukkan ibu yang Tabel 2. Variabel Paling Kuat merupakan
berpengetahuan kurang balitanya berisiko 4,6 Faktor Risiko Campak pada Balita
kali lebih besar terkena campak dibandingkan
ibu berpengetahuan baik (95%CI=2,04-10,15; No Faktor Risiko
Exp(B)/
OR=4,6). Balita yang tinggal di rumah tidak Kejadian B 95% CI
aOR
Campak
sehat berisiko 5,3 kali lebih besar terkena
1 Pengetahuan ibu 1,748 2,22-14,85 5,7
campak dibandingkan balita yang tinggal di
kurang
rumah sehat (95%CI=2,24-12,57; OR=5,3). 2 Tidak 1,304 1,45-9,39 3,7
Balita yang tidak diimunisasi campak berisiko diimunisasi
3,6 kali lebih besar terkena campak campak
dibandingkan balita yang diimunisasi campak 3 Rumah tidak 2,011 2,64-21,19 7,5
(95%CI=1,58-8,00; OR=3,6). Pola asuh ibu sehat
kurang balitanya berisiko 3 kali lebih besar Konstanta -
terkena campak dibandingkan pola asuh ibu 2,612
baik.
Hasil perhitungan persamaan
Faktor yang paling berpengaruh terhadap probability event dari hasil analisis uji
kejadian campak pada balita multiple logistic regression di atas
terbukti bahwa pengetahuan ibu kurang,
Hasil analisis bivariat (Tabel 1) terdapat tidak diimunisasi campak dan rumah
sembilan variabel kandidat untuk analisis tidak sehat memiliki probabilitas
multivariat dengan nilai p<0,25 yaitu rumah menderita campak pada balita sebesar
tidak sehat, pengetahuan ibu kurang, tidak 92,08%.
diimunisasi campak, pola asuh kurang, ada
riwayat kontak, pemberian vitamin A kurang, Pembahasan
gizi kurang, lama diberi ASI < 2 tahun dan
sosial ekonomi rendah. Tidak Imunisasi Campak
Hasil analisis multivariat pada tabel 3,
terdapat tiga variabel yang paling berpengaruh Imunisasi adalah upaya untuk
terhadap kejadian campak pada balita yaitu meningkatkan kekebalan individu agar
pengetahuan ibu kurang, tidak diimunisasi tahan terhadap penyakit yang sedang
campak dan rumah tidak sehat. Ibu mewabah atau berbahaya bagi
berpengetahuan kurang balitanya berisiko 5,7 kesehatan9–11. Tujuan diberikannya
kali lebih besar terkena campak dibandingkan imunisasi adalah untuk mengurangi
ibu berpengetahuan baik (95%CI=2,22-14,85; angka penderita suatu penyakit yang
OR=5,7). Balita tidak diimunisasi campak sangat membahayakan kesehatan bahkan
berisiko 3,7 kali lebih besar terkena campak bisa menyebabkan kematian pada
dibandingkan balita yang diimunisasi campak penderitanya,mencegah penyakit menular
(95%CI=1,45-9,39; OR=3,7). Balita yang dan tubuh tidak akan mudah terserang
tinggal di rumah tidak sehat berisiko 7,5 kali penyakit menular10,11. Hasil penelitian ini
lebih besar terkena campak dibandingkan balita menunjukkan bahwa tidak diimunisasi
yang tinggal di rumah sehat (95%CI=2,64- campak terbukti sebagai faktor risiko
21,19; OR=7,5). terhadap kejadian campak pada balita.
Status imunisasi erat kaitannya dengan
cakupan imunisasi, data Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 bahwa cakupan
imunisasi campak di Kabupaten
Sarolangun sebesar 98,2% dan data Dinas
Kesehatan tahun 2014 sebesr 98% yang artinya dari gangguan iklim dan mahluk
kekebalan komunitas (herd immunity) sudah hidup lainnya. Rumah juga
diatas 95%, tetapi kasus campak masih terjadi. merupakan tempat berkumpulnya
Kemungkinan hal ini dapat disebabkan oleh anggota keluarga untuk
ketidaktepatan dalam membuat perkiraan target menghabiskan sebagian besar waktunya.
sasaran imunisasi, kemungkinan kedua karena Bahkan bayi, anak-anak, orang tua
data laporan kurang valid atau vaksin tidak dan orang sakit menghabiskan
efektif karena pengelolaan vaksin yang salah. hampir seluruh waktunya di rumah.
Pengamatan di lapangan prosedur penanganan Pengertian rumah sehat menurut
vaksin tidak sesuai prosedur, cold chain tidak Kepmenkes nomor 829/1999 adalah
pernah dikalibrasi, pemantauan suhu tidak kondisi fisik, kimia, biologis di dalam
pernah dilakukan bahkan suhu mencapai 220C rumah, lingkungan rumah dan perumahan
dan petugas pengelola vaksin sebanyak 25% sehingga memungkinkan penghuni atau
adalah lulusan SPK dan tidak pernah masyarakat memperoleh derajat
13
mendapatkan pelatihan pengelolan vaksin. kesehatan yang optimal.
Menurut WHO, jika cakupan imunisasi sudah Berdasarkan hasil penelitian ini
mencapai > 90%, tetapi masih terjadi kasus menunjukkan bahwa rumah tidak sehat
campak yang perlu diperhatikan adalah cold terbukti secara statistik sebagai faktor
chain vaksin dan tingkat kebenaran hasil risiko terhadap kejadian campak pada
laporan cakupan imunisasi campak. balita. Rumah tidak sehat berhubungan
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan kejadian campak mungkin
penelitian yang dilakukan oleh Zahidie, et al12 disebabkan karena 64,3% responden
yang menunjukkan bahwa anak yang tidak masih tinggal di rumah tidak sehat, selain
mendapatkan imunisasi campak mempunyai itu data Dinas Kesehatan Kabupaten
resiko sebesar 10,1 kali untuk terkena campak Sarolangun menunjukkan bahwa sekitar
(95%CI=4,5-22,5). Hasil wawancara 41% masyarakat masih memiliki rumah
mendalam menunjukkan bahwa ada beberapa papan dan semi permanen Penelitian ini
alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi, bila dibandingkan dengan penelitian lain
namun yang menjadi perhatian, petugas berdasarkan komponen rumah tidak
kesehatan diharapkan proaktif khususnya berbeda jauh, menurut penelitian Casaeri
bidan desa yang melakukan imunisasi di menunjukkan bahwa kepadatan hunian
posyandu setiap bulan dengan melakukan merupakan faktor risiko kejadian campak
sweeping terhadap bayi yang tidak datang (OR=2,6)14, penelitian Iswandi
imunisasi. Penyampaian informasi jadwal menunjukkan ventilasi rumah merupakan
imunisasi penting diperhatikan oleh petugas faktor risiko campak (OR=44,62)15.
kesehatan dengan bantuan kader-kader Sebuah rumah dikatakan sehat bila
posyandu. Selain itu koordinator imunisasi memenuhi persyaratan pencegahan
puskesmas diharapkan rutin melakukan penularan penyakit antar penghuni rumah
evaluasi pelaksanaan imunisasi di desa dengan penyediaan air bersih,
sehingga target sasaran yang tidak tercapai pengelolaan tinja dan limbah rumah
dapat diatasi dengan baik. tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
Rumah Tidak Sehat cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran,
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok disamping pencahayaan dan penghawaan
manusia, disamping kebutuhan sandang dan yang cukup.16
pangan. Rumah berfungsi sebagai tempat Hasil wawancara mendalam
tinggal serta digunakan untuk berlindung menunjukkan bahwa masyarakat dalam