Pairwisr Exchange
Pairwisr Exchange
Pairwisr Exchange
ABSTRACT
PT. Hamson Indonesia is a national company that manufactures dredger and its components.
The problems that arise on the production floor is the production target is not achieved at the
specified time. This problem is caused by the layout of the production floor is irregular and also the use
of material handling is not optimal. Average production Winches, Cutter, and Steering Gear
produced today are each 1 unit in 42.33 hours while the production target set is 1 unit in 40 hours.
The first methodology used is criteria of layout, material handling checklist and application
type layout. Criteria layout and material handling checklist is used as an analysis of the condition of the
layout and material handling this time on the production floor and also to identify the cause of failure to
achieve production targets. The application type layout is one approach to implement the type of
layout in accordance with the conditions of production floor layout in PT. Hamson Indonesia. Then
evaluate the layout and material handling system using pairwise exchange method and
simulation in order to get the design layout and material handling systems are best in order to
achieve production targets.
It can be concluded that the issues affecting the achievement of production targets are not
laying irregular departments and the use of material handling equipment that is not optimal, so it
needs a revision of the layout and material handling systems. Application of an appropriate type of
layout is the process layout. Then evaluate the layout by using the pairwise exchange method with the
results of the exchange of 3 and 4 departments namely milling machines and drilling machines. The new
layout of the data results of these evaluations are used as a model to be re-evaluated by using
simulation method in order to meet the production target which is completed within 40 hours. There are
3 models of the proposed model first proposed by replacing the manual material handling with trolley,
the proposed model 2 with the addition of 1 machine cutting and 1 drilling machine , and 3 with the
incorporation of the 2 models previously proposed. Proposed model 3 is the best model that requires a
minimum production time which is 38 hours 57 minutes.
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 208
yaitu 40 jam per unit. Data deadline proyek produksi PT. Hamson Indonesia dapat dilihat
untuk produk yang diproduksi di lantai pada Tabel 1.
Sumber : Perusahaan
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 209
Pairwise-Exchange dengan mesin yang lain. Penggantian lokasi
Pairwise exchange method merupakan dilakukan terhadap 2 mesin atau departemen
salah satu metode perbaikan terhadap layout dengan luas yang sama yang memiliki jarak
yang sudah ada. Metode ini bertujuan untuk dan biaya pemindahan material yang paling
meminimalisasi biaya pemindahan bahan di minimum. Untuk contoh perhitungan
lantai produksi dan antar departemen. Dasar dari perbaikan tata letak dengan menggunakan
metode ini dilakukan dengan mengganti metode ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan
penempatan mesin atau departemen yang satu Tabel 3.
(sumber:Tompkins,2003)
(sumber:Tompkins,2003)
Perhitungan awal atau iterasi pertama pada metode pairwise exchange ini dilakukan dengan
menghitung total biaya yang harus dikeluarkan untuk semua kemungkinan perpindahan yang terjadi.
Hal tersebut juga dilakukan untuk perhitungan iterasi selanjutnya.
Dari hasil iterasi awal di atas terpilihlah pasangan untuk perpindahan 1 dengan 3 yang
memiliki total biaya terkecil yaitu sebesar 95 dengan layout yang dihasilkan adalah layout 3214, yang
mana layout akan digunakan sebagai layout awal pada iterasi selanjutnya.
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 210
TC 3412 (2-4) = 10(1) + 15(2) + 20(1) + 10(3) + 5(2) + 5(2) = 105 TC
4213 (3-4) = 10(1) + 15(1) + 20(2) + 10(2) + 5(1) + 5(3) = 105
Dari hasil iterasi di atas terpilihlah pasangan perpindahan 2 dengan 3 yang memiliki total
biaya perpindahan terkecil, yaitu sebesar 90 dan dengan layout yang dihasilkan adalah layout 2314,
yang mana selanjutnya layout tersebut akan digunakan sebagai layout awal untuk iterasi selanjutnya.
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 211
3. METODOLOGI PENELITIAN dalam melakukan penelitian secara lebih
terarah dan memudahkan dalam menganalisis
Metode penelitian merupakan garis masalah, serta menarik kesimpulan dari
besar dari tahapan-tahapan penelitian yang masalah yang diteliti. Metodologi penelitian
disusun dan ditetapkan terlebih dahulu yang digunakan dalam penelitian ini dapat
sebelum melakukan pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk diagram alir seperti
akan dibahas. Dengan membuat metodologi terlihat pada Gambar 1.
yang sistematis, dapat membantu peneliti
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 212
4. HASIL DAN PEMBAHASAN perpindahan pada departemen dengan luas
yang sama didapatkan kesimpulan pertukaran
Tabel 4 merupakan rekapitulasi data departemen untuk tata letak pabrik baru adalah
dari perhitungan pairwaise exchange. Dengan (3-4) yaitu pertukaran mesin milling dengan
melakukan 3 iterasi yang merupakan mesin bor karena memiliki total biaya terkecil.
Dari hasil perhitungan pairwaise exchange maka yang mengalami perubahan adalah letak dari
mesin milling dan mesin bor yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 213
Gambar 2. Layout Usulan Hasil Perhitungan Pairwise Exchange
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 214
Gambar 3. Model Konseptual Sistem Produksi
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 215
Tabel 5. Distribusi Fitting Waktu Proses Operasi Winches
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 216
Tabel 6. Distribusi Fitting Waktu Proses Operasi Cutter Section Dredge
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 217
Tabel 7. Distribusi Fitting Waktu Proses Operasi Steering Gear
Pada penelitian ini, model awal didefinisikan pada proses pembangunan model
simulasi yang dibangun adalah model dari ini adalah entibies, location, arrival, dan
sistem produksi di lantai produksi PT. Hamson processing. Sedangkan, elemen-elemen
Indonesia. Model dibangun dengan lanjutan yang didefinisikan dalam proses
mendefinisikan sistem menjadi beberapa pembangunan model ini adalah path network
elemen yang terdiri dari elemen dasar dan dan resources. Model awal simulasi yang
elemen lanjutan. Elemen dasar yang sudah dibangun dapat dilihat pada Gambar 4.
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 218
Gambar 4. Model Awal Simulasi Lantai Produksi PT. Hamson Indonesia
Verifikasi merupakan proses antara hasil simulasi dengan data riil sistem.
penentuan apakah model sudah beroperasi Validasi model merupakan suatu proses
sesuai dengan yang dimaksudkan. Program dimana pembuat model mengambil suatu
telah lolos uji verifikasi dimana telah kesimpulan akan akurasi model tersebut
dibuktikan bahwa program tersebut dapat berdasarkan bukti-bukti yang ada (Harrel,
berjalan dimana seluruh bahan baku berhasil di 2003). Pada penelitian ini, yang akan diuji
proses. Disamping itu, proses verifikasi validasi adalah waktu total produksi. Tabel
dilakukan dengan memeriksa output dari perbandingan waktu total produksi system
model yang dapat dilakukan dengan cara nyata dan output model simulasi dapat dilihat
melihat bagian total exit entities pada bagian pada Tabel 8.
entity activity dari general report yang
dihasilkan. Setelah dilakukan uji verifikasi,
selanjutnya model awal dilakukan uji validasi.
Validasi model digunakan uji perbedaan
rata-rata terhadap output dan waktu produksi
di
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 219
Tabel 8. Perbandingan Target Produksi dengan Sistem Nyata
Proses validasi ini dilakukan guna lebih kecil dari yang diinginkan pada penelitian
mengetahui keakuratan model dalam ini sehingga dapat dikatakan bahwa replikasi
merepresentasikan sistem nyata yang untuk produk Winches, Cutter, dan Steering
digunakan. Dari hasil perhitungan diketahui Gear telah mencukupi dan tidak diperlukan
bahwa intervalyang didapatkan, -74.35 ≤ µ(1,2) perhitungan jumlah replikasi yang baru.
≤44.75, memuat bilangan nol (0), dengan Pemilihan model usulan yang terbaik
demikian diputuskan bahwa Ho diterima. dapat ditentukan dengan melihat jumlah output
Dengan diterimanya Ho maka disimpulkan produksi yang dapat mencapai target produksi
bahwa model awal yang telah dibuat ini dapat yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu
dikatakan valid atau akurat dalam dilihat juga biaya perpindahan material
merepresentasikan sistem nyata yang diamati. handling dan waktu produksi yang terkecil.
Dalam penelitian ini, untuk model Hasil perolehan data tersebut dapat dilihat
awal dilakukan 5 kali replikasi. Berdasarkan lebih ringkas dan jelas pada Tabel 9 sehingga
hasil perhitungan, nilai hw yang didapatkan dapat ditentukan model usulan terbaik yang
untuk 5 kali replikasi adalah sebesar 0,38 jam akan direpresentasikan untuk perbaikan ke
dan nilai error ini sudah cukup minimal karena depan.
Untuk model usulan I dilakukan mesin bor untuk meminimasi besarnya jarak
pengembangan dengan cara sebagai berikut: antar departmen tersebut; Melakukan
Memperbaiki rancangan tata letak pabrik perubahan alat material handling yang
sesuai dengan metode pairwaise exchange digunakan dimana operator manual digantikan
dimana merubah posisi area (3-4) yaitu trolley. Hasil simulasi model usulan I dapat
pertukaran antara area mesin milling dan dilihat pada Tabel 10.
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 220
Tabel 10. Hasil Simulasi Model Usulan I
Pada model usulan II dilakukan perhitungan routing sheet agar sesuai dengan
pengembangan dengan cara sebagai berikut : jumlah mesin yang sebenarnya dibutuhkan
Memperbaiki rancangan tata letak pabrik oleh lantai produksi PT. Hamson Indonesia.
sesuai dengan metode pairwaise exchange Penambahan jumlah mesin ini tentu
dimana merubah posisi area (3-4) yaitu berpengaruh pada penambahan jumlah
pertukaran antara area mesin milling dan operator sesuai dengan penambahan jumlah
mesin bor untuk meminimasi besarnya jarak mesin yaitu 1 operator untuk mesin cutting dan
antar departmen tersebut; Menambah jumlah 1 operator untuk mesin bor. Hasil simulasi
mesin cutting dan mesin bor masing-masing 1 model usulan II dapat dilihat pada Tabel 11.
unit. Perbaikan ini berdasarkan hasil
Untuk model usulan III ini merupakan mesin bor masing-masing 1 unit. Perbaikan ini
gabungan dari beberapa bentuk usulan I dan II, berdasarkan hasil perhitungan routing sheet
pengembangan yang dilakukan yaitu sebagai agar sesuai dengan jumlah mesin yang
berikut: Memperbaiki rancangan tata letak sebenarnya dibutuhkan oleh lantai produksi
pabrik sesuai dengan metode pairwaise PT. Hamson Indonesia. Penambahan jumlah
exchange dimana merubah posisi area (3-4) mesin ini tentu berpengaruh pada penambahan
yaitu pertukaran antara area mesin milling dan jumlah operator sesuai dengan penambahan
mesin bor untuk meminimasi besarnya jarak jumlah mesin yaitu 1 operator untuk mesin
antar departmen tersebut; Melakukan cutting dan 1 operator untuk mesin bor. Hasil
perubahan alat material handling yang simulasi model usulan III dapat dilihat pada
digunakan dimana operator manual digantikan Tabel 12.
trolley; Menambah jumlah mesin cutting dan
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 221
Tabel 12. Hasil Simulasi Model Usulan III
Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 222