Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pairwisr Exchange

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

PERBAIKAN TATA LETAK DAN MATERIAL HANDLING LANTAI

PRODUKSI PT. HAMSON INDONESIA UNTUK MENCAPAI TARGET


PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAIRWISE
EXCHANGE DAN SIMULASI
Sucipto Adisuwiryo, Parwadi Moengin, Yudhistira Lionel
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti

ABSTRACT
PT. Hamson Indonesia is a national company that manufactures dredger and its components.
The problems that arise on the production floor is the production target is not achieved at the
specified time. This problem is caused by the layout of the production floor is irregular and also the use
of material handling is not optimal. Average production Winches, Cutter, and Steering Gear
produced today are each 1 unit in 42.33 hours while the production target set is 1 unit in 40 hours.
The first methodology used is criteria of layout, material handling checklist and application
type layout. Criteria layout and material handling checklist is used as an analysis of the condition of the
layout and material handling this time on the production floor and also to identify the cause of failure to
achieve production targets. The application type layout is one approach to implement the type of
layout in accordance with the conditions of production floor layout in PT. Hamson Indonesia. Then
evaluate the layout and material handling system using pairwise exchange method and
simulation in order to get the design layout and material handling systems are best in order to
achieve production targets.
It can be concluded that the issues affecting the achievement of production targets are not
laying irregular departments and the use of material handling equipment that is not optimal, so it
needs a revision of the layout and material handling systems. Application of an appropriate type of
layout is the process layout. Then evaluate the layout by using the pairwise exchange method with the
results of the exchange of 3 and 4 departments namely milling machines and drilling machines. The new
layout of the data results of these evaluations are used as a model to be re-evaluated by using
simulation method in order to meet the production target which is completed within 40 hours. There are
3 models of the proposed model first proposed by replacing the manual material handling with trolley,
the proposed model 2 with the addition of 1 machine cutting and 1 drilling machine , and 3 with the
incorporation of the 2 models previously proposed. Proposed model 3 is the best model that requires a
minimum production time which is 38 hours 57 minutes.

Key words : pairwise exchange, layout, material handling, simulation.

1. PENDAHULUAN Indonesia, terlihat bahwa tata letak dari lantai


produksi tidak beraturan. Ada sebagian
PT. Hamson Pelita merupakan salah mesin-mesin yang terlalu dekat sehingga tidak
satu perusahaan konstruksi yang yang bisa dilalui material handling. Terdapat
menjalankan usaha pembuatan atau industri juga pemindahan material yang terlalu
pembuatan kapal keruk (Cutter Suction jauh. Hampir semua pemindahan material
Dredge), spare parts dan dilakukan dengan cara manual dan
komponen-komponen kapal keruk dan menggunakan hoist crane. Hal ini membuat
alat-alat berat, para pekerja antri untuk memindahkan
perlengkapan kontruksi (Construction material karena hanya terdapat satu hoist
Equipment), handling equipment, dan hidrolik crane di satu lantai produksi.
(hydraulic) dan komponennya. Strategi Oleh karena itu, permasalahan yang
penempatan produk yang diterapkannya adalah dihadapi oleh pihak PT. Hamson Indonesia
make to order (sesuai pesanan) dan biasanya adalah tata letak lantai produksi yang tidak
dibuat perjanjian antara konsumen dengan teratur, dan sistem penanganan material yang
perusahaan mengenai waktu yang dibutuhkan masih jauh dari optimal sehingga
dalam menyelesaikan kebutuhan konsumen. menyebabkan keterlambatan produksi rata-rata
Berdasarkan pengamatan yang telah 42.33 jam dari target produksi yang ditetapkan
dilakukan pada sistem produksi PT. Hamson

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 208
yaitu 40 jam per unit. Data deadline proyek produksi PT. Hamson Indonesia dapat dilihat
untuk produk yang diproduksi di lantai pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Deadline Proyek

Sumber : Perusahaan

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki - Mengurangi waktu tunggu (delay)


tata letak lantai produksi agar mendapatkan - Mengurangi proses pemindahan bahan
waktu proses produksi yang optimal. Selain (material handling)
itu, penelitian bertujuan untuk melakukan - Penghematan penggunaan area untuk
perbaikan pada sistem penanganan material produksi, gudang, dan servis
pada lantai produksi. - Pendayagunaan yang lebih besar dari
pemakaian mesin, tenaga kerja, dan
2. LANDASAN TEORITIS fasilitas produksi lainnya
- Mengurangi inventory in-process
Perancangan Tata Letak - Proses manufacturing yang lebih
Tata letak pabrik dapat didefinisikan singkat
sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas - Mengurangi risiko bagi kesehatan dan
pabrik dengan memanfaatkan luas area secara keselamatan kerja dari operator
optimal guna menunjang kelancaran proses - Memperbaiki moral dan kepuasan
produksi (Wignjosubroto, 2003). Pengaturan tenaga kerja
tata letak pabrik yang dapat meningkatkan - Mempermudah aktivitas supervisi
efisiensi dan efektivitas produksi sehingga - Mengurangi kemacetan
kapasitas dan kualitas produksi yang - Mengurangi faktor yang bisa
direncanakan dapat dicapai dengan tingkat merugikan dan mempengaruhi kualitas
biaya yang paling ekonomis. dari bahan baku maupun produk jadi
Adapun kegunaan dari pengaturan tata
letak pabrik menurut adalah memanfaatkan Material Handling
luas area (space) untuk penempatan mesin atau Material handling (MH) merupakan
fasilitas penunjang produksi lainnya, suatu fungsi pemindahan material yang tepat ke
kelancaran gerakan perpindahan material, tempat yang tepat, pada saat yang tepat,
penyimpanan material (storage) baik yang dalam jumlah yang tepat, secara berurutan dan
bersifat temporer maupun permanen, personal pada posisi atau kondisi yang tepat untuk
pekerja dan sebagainya. Dalam tata letak meminimasi ongkos produksi. Tujuannya
pabrik ada dua hal yang diatur letaknya, yaitu adalah untuk mempermudah transportasi dan
pengaturan mesin (machine layout) dan mempercepat proses produksi. Istilah material
pengaturan departemen (department layout) handling sebenarnya kurang tepat kalau
yang ada dari pabrik (Wignjosubroto, 2003). diterjemahkan sekedar memindahkan material.
Tujuan dari tata letak pabrik secara Berdasarkan perumusan yang dibuat oleh
garis besar adalah mengatur area kerja dan American Material handling Society (AMHS),
segala fasilitas produksi seekonomis mungkin pengertian mengenai material handling
untuk operasi produksi yang aman dan dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang
nyaman sehingga dapat menaikkan moral kerja meliputi penanganan (handling), pemindahan
dan performance dari operator (moving), pembungkusan atau pengepakan
(Wignjosubroto, 2003). Berikut ini adalah (packaging), penyimpanan (storing) sekaligus
berbagai keuntungan yang akan didapat pengendalian atau pengawasan (controlling)
apabila perusahaan memiliki tata letak pabrik dari bahan atau material dengan segala
yang baik (Wignjosubroto, 2003) : bentuknya(James Apple, 1990).
- Menaikkan output produksi

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 209
Pairwise-Exchange dengan mesin yang lain. Penggantian lokasi
Pairwise exchange method merupakan dilakukan terhadap 2 mesin atau departemen
salah satu metode perbaikan terhadap layout dengan luas yang sama yang memiliki jarak
yang sudah ada. Metode ini bertujuan untuk dan biaya pemindahan material yang paling
meminimalisasi biaya pemindahan bahan di minimum. Untuk contoh perhitungan
lantai produksi dan antar departemen. Dasar dari perbaikan tata letak dengan menggunakan
metode ini dilakukan dengan mengganti metode ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan
penempatan mesin atau departemen yang satu Tabel 3.

Tabel 2. Material Flow Matrix

(sumber:Tompkins,2003)

Tabel 3. Distance Matrix Based On Existing Layout

(sumber:Tompkins,2003)

Perhitungan awal atau iterasi pertama pada metode pairwise exchange ini dilakukan dengan
menghitung total biaya yang harus dikeluarkan untuk semua kemungkinan perpindahan yang terjadi.
Hal tersebut juga dilakukan untuk perhitungan iterasi selanjutnya.

TC 2134 (1-2) = 10(1) + 15(1) + 20(2) + 10(2) + 5(3) + 5(1) = 105 TC


3214 (1-3) = 10(1) + 15(2) + 20(1) + 10(1) + 5(2) + 5(3) = 95 TC
4231 (1-4) = 10(2) + 15(1) + 20(3) + 10(1) + 5(1) + 5(2) = 120 TC
1324 (2-3) = 10(2) + 15(1) + 20(3) + 10(1) + 5(1) + 5(2) = 105 TC
1243 (3-4) = 10(1) + 15(3) + 20(2) + 10(2) + 5(1) + 5(1) = 125

Dari hasil iterasi awal di atas terpilihlah pasangan untuk perpindahan 1 dengan 3 yang
memiliki total biaya terkecil yaitu sebesar 95 dengan layout yang dihasilkan adalah layout 3214, yang
mana layout akan digunakan sebagai layout awal pada iterasi selanjutnya.

TC 3124 (1-2) = 10(1) + 15(1) + 20(2) + 10(1) + 5(1) + 5(3) = 95 TC


1234 (1-3) = 10(1) + 15(2) + 20(3) + 10(1) + 5(2) + 5(1) = 125 TC
3241 (1-4) = 10(2) + 15(3) + 20(1) + 10(1) + 5(1) + 5(2) = 110
TC 2314 (2-3) = 10(2) + 15(1) + 20(1) + 10(1) + 5(3) + 5(2) = 90

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 210
TC 3412 (2-4) = 10(1) + 15(2) + 20(1) + 10(3) + 5(2) + 5(2) = 105 TC
4213 (3-4) = 10(1) + 15(1) + 20(2) + 10(2) + 5(1) + 5(3) = 105

Dari hasil iterasi di atas terpilihlah pasangan perpindahan 2 dengan 3 yang memiliki total
biaya perpindahan terkecil, yaitu sebesar 90 dan dengan layout yang dihasilkan adalah layout 2314,
yang mana selanjutnya layout tersebut akan digunakan sebagai layout awal untuk iterasi selanjutnya.

TC 3214 (1-2) = 1091) + 15(2) + 20(1) + 10(1) + 5(2) + 5(3) = 95


TC 1324 (1-3) = 10(2) + 15(1) + 20(3) + 10(1) + 5(1) + 5(2) = 120 TC
3421 (1-4) = 10(1) + 15(3) + 20(2) + 10(2) + 5(1) + 5(1) = 125 TC
2134 (2-3) = 10(1) + 15(1) + 20(2) + 10(2) + 5(3) + 5(1) = 105 TC
3142 (2-4) = 10(2) + 15(1) + 20(1) +1093) +5 (1) + 5(2) = 100
TC 4123 (3-4) = 10(1) + 15(2) + 20(1) + 10(1) + 5(2) + 5(3) = 95

Dari hasil iterasi di atas diketahui


bahwa total biaya terkecil dimiliki oleh layout Simulasi
4123 dengan total biaya sebesar 95. Akan Simulasi merupakan teknik dimana
tetapi, dari hasil iterasi sebelumnya didapatkan hubungan sebab akibat atau masukan keluaran
total biaya yang lebih kecil, yaitu 90. Oleh direpresentasikan atau digambarkan dalam
karena itu, proses iterasi untuk layout ini bentuk model dalam komputer untuk
berhenti pada iterasi ketiga dan layout mengamati (sejumlah) perilaku dalam sistem
perbaikan yang digunakan adalah layout 4123 (Law, 2007).
dengan total biaya yang dihasilkan sebesar 90. Beberapa tujuan simulasi, yaitu : 1.
Mendeskripsikan suatu sistem.
Sistem 2. Menganalisis sistem dengan
Sistem merupakan kumpulan elemen melakukan pengamatan terhadap
yang bekerja bersama atau berinteraksi untuk unjuk kerja.
mencapai tujuan yang diharapkan (Harrel, 3. Mendesain atau merancang sistem
2003). baru.
Komponen sistem: 4. Melakukan prediksi terhadap perilaku
- Entitas - objek yang sedang diamati sistem berdasarkan model yang
dari sistem. dibangun.
- Atribut - identitas dari entitas. Simulasi dibutuhkan karena memberikan
- Aktivitas - suatu masa yang mewakili beberapa manfaat, yaitu :
proses suatu entitas 1. Secara umum dapat menyelesaikan
- Status - kumpulan variabel yg masalah yang kompleks atau stokastik
dibutuhkan untuk menggambarkan yang relatif sulit untuk diselesaikan
- Kejadian - Kejadian yg mengubah dengan cara analisis.
status sistem. 2. Lebih mudah untuk mengevaluasi
unjuk kerja suatu sistem sebagai reaksi
Model terhadap adanya sekumpulan
Model diartikan sebagai representasi masukan.
atau penggambaran dari sekumpulan objek 3. Mudah untuk membadingkan
atau ide dalam bentuk tertentu sebagai beberapa alternatif yang ada untuk
visualisasi dari suatu sistem nyata yang sedang mendapatkan alternatif yang optimal.
diamati. Model sangat beragam, bisa dalam 4. Mudah untuk mengamati suatu sistem
bentuk ikon, analog atau simbol. Model ikon yang secara teknis sulit diamatai karena
meniru sistem nyata secara fisik, seperti globe terbentur masalah waktu (dapat
(model dunia), planetarium (model sistem diterapkan untuk sistem yang rentang
ruang angkasa), dan lain-lain. Model analog waktunya lama atau sistem yang sangat
meniru sistem hanya dari perilakunya. Model singkat).
simbol tidak meniru sistem secara fisik, atau
tidak memodelkan perilaku sistem, tapi
memodelkan sistem berdasarkan logikanya
(Miftahol, 2009).

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 211
3. METODOLOGI PENELITIAN dalam melakukan penelitian secara lebih
terarah dan memudahkan dalam menganalisis
Metode penelitian merupakan garis masalah, serta menarik kesimpulan dari
besar dari tahapan-tahapan penelitian yang masalah yang diteliti. Metodologi penelitian
disusun dan ditetapkan terlebih dahulu yang digunakan dalam penelitian ini dapat
sebelum melakukan pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk diagram alir seperti
akan dibahas. Dengan membuat metodologi terlihat pada Gambar 1.
yang sistematis, dapat membantu peneliti

Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 212
4. HASIL DAN PEMBAHASAN perpindahan pada departemen dengan luas
yang sama didapatkan kesimpulan pertukaran
Tabel 4 merupakan rekapitulasi data departemen untuk tata letak pabrik baru adalah
dari perhitungan pairwaise exchange. Dengan (3-4) yaitu pertukaran mesin milling dengan
melakukan 3 iterasi yang merupakan mesin bor karena memiliki total biaya terkecil.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pairwise Exchange

Dari hasil perhitungan pairwaise exchange maka yang mengalami perubahan adalah letak dari
mesin milling dan mesin bor yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 213
Gambar 2. Layout Usulan Hasil Perhitungan Pairwise Exchange

Model konseptual merupakan hasil Dredge, proses Operasi Steering Gear.


dari usaha pengumpulan data dan merupakan Berdasarkan waktu proses untuk setiap
hasil gambaran pemikiran tentang bagaimana operasi, langkah selanjutnya adalah memilih
suatu sistem seharusnya berjalan distribusi teoritis yang paling cocok dengan
(Harel,2003).Model konseptual sistem data numerik yang akan digunakan dengan
produksi yang digunakan dalam penelitian ini cara distribution fitting.Hasil distribution
dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan Fitting waktu proses operasi Winches, proses
model konseptual ada 3 proses yang akan operasi Cutter Section Dredge, dan proses
ditentukan jenis variable distribusi untuk operasi Steering Geardapat dilihat pada Tabel
waktu prosesnya, yaitu proses operasi 5, 6 dan 7.
Winches, proses Operasi Cutter Section

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 214
Gambar 3. Model Konseptual Sistem Produksi

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 215
Tabel 5. Distribusi Fitting Waktu Proses Operasi Winches

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 216
Tabel 6. Distribusi Fitting Waktu Proses Operasi Cutter Section Dredge

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 217
Tabel 7. Distribusi Fitting Waktu Proses Operasi Steering Gear

Pada penelitian ini, model awal didefinisikan pada proses pembangunan model
simulasi yang dibangun adalah model dari ini adalah entibies, location, arrival, dan
sistem produksi di lantai produksi PT. Hamson processing. Sedangkan, elemen-elemen
Indonesia. Model dibangun dengan lanjutan yang didefinisikan dalam proses
mendefinisikan sistem menjadi beberapa pembangunan model ini adalah path network
elemen yang terdiri dari elemen dasar dan dan resources. Model awal simulasi yang
elemen lanjutan. Elemen dasar yang sudah dibangun dapat dilihat pada Gambar 4.

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 218
Gambar 4. Model Awal Simulasi Lantai Produksi PT. Hamson Indonesia

Verifikasi merupakan proses antara hasil simulasi dengan data riil sistem.
penentuan apakah model sudah beroperasi Validasi model merupakan suatu proses
sesuai dengan yang dimaksudkan. Program dimana pembuat model mengambil suatu
telah lolos uji verifikasi dimana telah kesimpulan akan akurasi model tersebut
dibuktikan bahwa program tersebut dapat berdasarkan bukti-bukti yang ada (Harrel,
berjalan dimana seluruh bahan baku berhasil di 2003). Pada penelitian ini, yang akan diuji
proses. Disamping itu, proses verifikasi validasi adalah waktu total produksi. Tabel
dilakukan dengan memeriksa output dari perbandingan waktu total produksi system
model yang dapat dilakukan dengan cara nyata dan output model simulasi dapat dilihat
melihat bagian total exit entities pada bagian pada Tabel 8.
entity activity dari general report yang
dihasilkan. Setelah dilakukan uji verifikasi,
selanjutnya model awal dilakukan uji validasi.
Validasi model digunakan uji perbedaan
rata-rata terhadap output dan waktu produksi
di

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 219
Tabel 8. Perbandingan Target Produksi dengan Sistem Nyata

Proses validasi ini dilakukan guna lebih kecil dari yang diinginkan pada penelitian
mengetahui keakuratan model dalam ini sehingga dapat dikatakan bahwa replikasi
merepresentasikan sistem nyata yang untuk produk Winches, Cutter, dan Steering
digunakan. Dari hasil perhitungan diketahui Gear telah mencukupi dan tidak diperlukan
bahwa intervalyang didapatkan, -74.35 ≤ µ(1,2) perhitungan jumlah replikasi yang baru.
≤44.75, memuat bilangan nol (0), dengan Pemilihan model usulan yang terbaik
demikian diputuskan bahwa Ho diterima. dapat ditentukan dengan melihat jumlah output
Dengan diterimanya Ho maka disimpulkan produksi yang dapat mencapai target produksi
bahwa model awal yang telah dibuat ini dapat yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu
dikatakan valid atau akurat dalam dilihat juga biaya perpindahan material
merepresentasikan sistem nyata yang diamati. handling dan waktu produksi yang terkecil.
Dalam penelitian ini, untuk model Hasil perolehan data tersebut dapat dilihat
awal dilakukan 5 kali replikasi. Berdasarkan lebih ringkas dan jelas pada Tabel 9 sehingga
hasil perhitungan, nilai hw yang didapatkan dapat ditentukan model usulan terbaik yang
untuk 5 kali replikasi adalah sebesar 0,38 jam akan direpresentasikan untuk perbaikan ke
dan nilai error ini sudah cukup minimal karena depan.

Tabel 9. Usulan Perbaikan Pada Setiap Model Usulan

Untuk model usulan I dilakukan mesin bor untuk meminimasi besarnya jarak
pengembangan dengan cara sebagai berikut: antar departmen tersebut; Melakukan
Memperbaiki rancangan tata letak pabrik perubahan alat material handling yang
sesuai dengan metode pairwaise exchange digunakan dimana operator manual digantikan
dimana merubah posisi area (3-4) yaitu trolley. Hasil simulasi model usulan I dapat
pertukaran antara area mesin milling dan dilihat pada Tabel 10.

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 220
Tabel 10. Hasil Simulasi Model Usulan I

Pada model usulan II dilakukan perhitungan routing sheet agar sesuai dengan
pengembangan dengan cara sebagai berikut : jumlah mesin yang sebenarnya dibutuhkan
Memperbaiki rancangan tata letak pabrik oleh lantai produksi PT. Hamson Indonesia.
sesuai dengan metode pairwaise exchange Penambahan jumlah mesin ini tentu
dimana merubah posisi area (3-4) yaitu berpengaruh pada penambahan jumlah
pertukaran antara area mesin milling dan operator sesuai dengan penambahan jumlah
mesin bor untuk meminimasi besarnya jarak mesin yaitu 1 operator untuk mesin cutting dan
antar departmen tersebut; Menambah jumlah 1 operator untuk mesin bor. Hasil simulasi
mesin cutting dan mesin bor masing-masing 1 model usulan II dapat dilihat pada Tabel 11.
unit. Perbaikan ini berdasarkan hasil

Tabel 11. Hasil Simulasi Model Usulan II

Untuk model usulan III ini merupakan mesin bor masing-masing 1 unit. Perbaikan ini
gabungan dari beberapa bentuk usulan I dan II, berdasarkan hasil perhitungan routing sheet
pengembangan yang dilakukan yaitu sebagai agar sesuai dengan jumlah mesin yang
berikut: Memperbaiki rancangan tata letak sebenarnya dibutuhkan oleh lantai produksi
pabrik sesuai dengan metode pairwaise PT. Hamson Indonesia. Penambahan jumlah
exchange dimana merubah posisi area (3-4) mesin ini tentu berpengaruh pada penambahan
yaitu pertukaran antara area mesin milling dan jumlah operator sesuai dengan penambahan
mesin bor untuk meminimasi besarnya jarak jumlah mesin yaitu 1 operator untuk mesin
antar departmen tersebut; Melakukan cutting dan 1 operator untuk mesin bor. Hasil
perubahan alat material handling yang simulasi model usulan III dapat dilihat pada
digunakan dimana operator manual digantikan Tabel 12.
trolley; Menambah jumlah mesin cutting dan

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 221
Tabel 12. Hasil Simulasi Model Usulan III

5. KESIMPULAN Irma Dewi, Andini, ”Perencanaan Ulang Tata


Letak Fasilitas Berdasarkan Hasil Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi dapat Proses Produksi
dilihat untuk hasil produksi yang dapat Rokok,” 2013, Jurnal Teknik Industri,
mencapai target produksi adalah pada model Universitas Brawijaya, Malang.
usulan II dan model usulan III dengan total Law, A.M, & Kelton, D.W. (2007). Simulation
waktu produksi kurang dari 40 jam yaitu 39 Modeling and Analysis. Second edition.
jam 54 menit dan 38 jam 57 menit. Model McGraw Hill
yang terbaik adalah model usulan III dengan Higher Education. Singapore.
biaya material handling yang terkecil yaitu Rp Meyers, F.E. (2003). Plant Layout and
81.616,66. Material Handling. Prentice Hall, New Jersey.
Miftahol, A. (2009). Simulasi Sistem Industri.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakata. Penerbit : Graha Ilmu.
Simatupang, T.M. (1994). Teori Sistem : Suatu
Apple, J.M. (1990). Tata Letak Pabrik dan Perspektif Teknik Industri. Yogyakarta.
Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Penerbit Penerbit Andi
ITB. Bandung. Offset.
Hadiguna, R.A, & Setiawan, H. (2008). Tata Sutalaksana, I.Z., Ruhana, A, & John, H.T.
Letak Pabrik. Penerbit CV. Andi Offset, (2006). Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan
Yogyakarta. Teknik Industri ITB.
Harrel, C., Biman, K., Ghosh, R.O, & Bandung.
Bowden, Jr. (2003). Simulation Using Tompkins, J.A. (2003). Facilities Planning
Promodel. Second Edition. Second Edition. Canada : John Wiley & Sons,
Mc. Graw Hill International Edition. Inc.
New York. Wignjosoebroto, S. (2003). Tata Letak Pabrik
dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga :
Cetakan Ketiga, Guna Widya, Surabaya.

Perbaikan tata letak (Sucipto, dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 222

You might also like