Development Research Research and Development
Development Research Research and Development
Development Research Research and Development
net/publication/325681753
CITATIONS READS
0 13,275
1 author:
Albinus Silalahi
State University of Medan
24 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Albinus Silalahi on 28 July 2018.
Abstrak
Para peneliti selama ini telah menggunakan sejumlah istilah dalam bidang pendidikan
untuk menyebut yang dimaksudkan ”development research” (penelitian pengembangan),
antara lain: design studies, design experiment, design research, developmental research,
formative research, formative inquiry, formative experiment, formative evaluation, action
research, and engineering research. Telah banyak pula publikasi contoh pendekatan
rancangan pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada efektifitas dan
efisiensi pencapaian tujuan pendidikan atau pelatihan. Design-based research sebagai
"serangkaian pendekatan, dengan maksud menghasilkan teori-teori baru, artefak, dan praktik
yang berdampak positif pada keberhasilan pembelajaran secara naturalistik" telah disebut
pula istilahnya dalam berbagai cara, termasuk istilah "development research", ”design
research”, dan "design exsperiment". Hal-hal yang telah dikemukakan ini sangat
membingungkan. Sekaitan dengan hal-hal ini, cukup logislah kalau Akker (1999)
mengemukakan bahwa: 1) para peneliti tersebut memiliki krakteristik umum, yaitu they
interpret education primarily as a ”design science”, emphasizing its problem-oriented and
interdisciplinary orientation; 2) although design & development research would perhaps
serve as a more adequate term to represent all intended research types, we have chosen the
term ”development research as an umbrella term”, because it is shorter and also because
the words design and development are often used interchangeably.
Pengertian istilah development research (penelitian pengembangan) sulit dibedakan
dari research & development (penelitian & pengembangan) karena kedua istilah ini
mengacu pada hal yang sama, yaitu agar hasil pelaksanan penelitian dari kedua
pengertian istilah ini dapat berkontribusi untuk ilmiah (kontribusi teoritis) yang sama
pentingnya dengan dapat juga berkontribusi untuk perbaikan produk (kontribusi
praktis). Misalnya, menurut Tim Puslitjaknov (2008) bahwa pengertian penelitian
pengembangan dalam bidang pendidikan (dalam penelitian pengembangan inovasi
pembelajaran) adalah suatu metode penelitian yang memuat 3 komponen utama, yaitu: (1)
Model Pengembangan, (2) Prosedur Pengembangan, dan (3) Uji coba Model atau Produk
Pengembangan; sementara Borg & Gall (1983) mengemukakan: ”educational research and
development, R & D, is a process used to develop and validate educational products”
(proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk
pendidikan).
1
1. Pendahuluan
Para peneliti selama ini telah menggunakan sejumlah istilah dalam bidang pendidikan
untuk menyebut yang dimaksudkan dengan ”development research” (penelitian
pengembangan), antara lain: design studies, design experiment, design research,
developmental research, formative research, formative inquiry, formative experiment,
formative evaluation, action research, and engineering research. Telah banyak pula
publikasi contoh pendekatan rancangan pengembangan perangkat pembelajaran yang
berorientasi pada efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan atau pelatihan
(Akker,1999). Barab & Squire (2004) mendefinisikan design-based research sebagai
"serangkaian pendekatan, dengan maksud menghasilkan teori-teori baru, artefak, dan praktik
yang berdampak positif pada keberhasilan pembelajaran dan pengajaran secara naturalistik".
"Serangkaian pendekatan" ini telah disebut pula istilahnya dalam berbagai cara, termasuk
istilah "development research", ”design research” (Reeves, et al., 2005), dan "design
exsperiment" (Brown, 1992; Collins, 1992). Design-based research tersebut dipandang
merupakan penelitian pengembangan yang sangat rasional digunakan untuk tujuan
pengembangan teknologi pendidikan, baik untuk pengembangan teoritis maupun untuk
pengembangan hal-hal praktis (Akker, et al., 2006). Penelitian pengembangan teknologi
pendidikan yang berkontribusi untuk pengembangan/meningkatkan pemahaman teoritis dan
yang nyata berdampak positif pada hal-hal praktis dalam dunia pendidikan/pembelajaran
telah lama dipandang oleh para peneliti tersebut merupakaan masalah (Reeves, 2006), namun
para peneliti tersebut juga memandang penelitian pengembangan teknologi pendidikan
merupakan pseudoscientific (Reeves, 2000). Hal-hal yang telah dikemukakan ini sangat
membingungkan. Sekaitan dengan hal-hal ini, cukup logislah kalau Akker (1999)
mengemukakan bahwa: 1) para peneliti tersebut memiliki krakteristik umum, yaitu they
interpret education primarily as a ”design science”, emphasizing its problem-oriented and
interdisciplinary orientation; 2) although design & development research would perhaps
serve as a more adequate term to represent all intended research types, we have chosen the
term ”development research as an umbrella term”, because it is shorter and also because
the words design and development are often used interchangeably.
2
creation of instructional products…” (… adalah studi sistematik, proses pengembangan, dan
evaluasi dengan tujuan menciptakan suatu dasar empiris untuk menciptakan produk-
produk…); dan Gay, Mills & Airasian (2009) mengemukakan: ”… the process of
researching consumer needs and then developing products to fulfill those needs. The purpose
of R&D efforts in education is not to formulate or test theory but to develop effective products
for use in schools” (... proses meneliti kebutuhan pelanggan dan kemudian mengembangkan
produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tujuan R&D dalam pendidikan bukan untuk
memformulasi atau menguji teori tetapi adalah untuk mengembangkan produk-produk yang
efektif untuk digunakan di sekolah).
3
menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen-komponen tersebut
secara rinci, dan menunjukkan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan; Model
teoritik adalah model yang menggambarkan kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-
teori yang relevan dan didukung dengan data empirik. Dalam model pengembangan, penting
diperhatikan tiga hal, yaitu: 1) Menggambarkan struktur model yang digunakan secara
singkat, sebagai dasar pengembangan produk; 2) Apabila model yang digunakan diadaptasi
dari model yang sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan memilih model, komponen-
komponen model yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan model yang diadaptasi
dibanding model aslinya; dan 3) Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka
perlu dipaparkan mengenai komponen-komponen model dan kaitan antar komponen yang
terlibat dalam pengembangan.
Suatu model lainnya, yang juga merupakan model pengembangan, disebut model
normatif yaitu mengkhususkan pada bagaimana secara rasional memberikan gambaran tujuan
dan hubungan antar fungsi-fungsi dalam mencapai tujuan. Model normatif ini merupakan
serangkaian langkah yang harus dilalui untuk memaksimalkan kemungkinan tercapainya
tujuan khusus (Gati & Asher, 2001).
Menurut Marreli, et al. (2005) bahwa ciri-ciri model yang baik antara lain: (1) simple;
(2) applicable; (3) important; (4) controllable; (5) adaptable; (6) communicable. Merujuk
pada ciri-ciri tersebut maka dalam menyusun model harus memenuhi langkah-langkah: (1)
mengidentifikasi kerangka kunci; (2) merinci setiap bagian atau tahapan dalam kerangka; (3)
menyeleksi atau memodifikasi bagian proses yang memerlukan perbaikan; (4) merancang
bagian proses dalam model; dan (5) melakukan revisi model (Draganidis, et al., 2006).
Masing-masing model tersebut harus teruji memenuhi standar teori dan ilmiah. Hal ini
didasarkan pada hasil validasi dari sejumlah pakar, pengambil kebijakan, dan orang yang
terlibat dengan aplikasi model tersebut. Jika memungkinkan, masing-masing model tersebut
sangat perlu diseminarkan. Suatu model dikatakan valid jika hasil model dapat diterima oleh
para pengguna dan mampu menjelaskan aktualitas implementasi. Tahapan validasi
merupakan tahap akhir dari penyusunan model; sebelum tahapan validasi ini perlu dilakukan
verifikasi model. Menurut Hornby (1994) verifikasi model merupakan proses pembuktian
bahwa yang diyakini adalah benar; menurut Law & Kelton (1991) verifikasi model adalah
mengecek keberadaan hal-hal yang terkemas dalam model simulasi konseptual ke dalam
model yang penerapannya telah diprogramkan.
4
Some labels seem related to specific sub-domains of education (e.g. action research was
predominantly used in the area of Teacher Education, and formative evaluation in the areas
of Curriculum and Instructional Development) but they become also fashionable in other
areas (e.g. 'action research' in the area of learning and instruction). Also, 'new' terms (such
as 'design experiments') come to the surface. Clearly, we are dealing with an emerging trend,
characterized by a proliferation of terminology and a lack of consensus on definitions.
5
Dalam Sub-Domain Kurikulum: Dalam membahas isu-isu metodologis dalam
penelitian kurikulum, Walker telah menggunakan beberapa istilah yang berhubungan dengan
penelitian pengembangan dalam sub-domain kurikulun ini, seperti ”formative research”
(Walker, 1992) dan ”development research ” (Walker & Bresler, 1993). Akker & Plomp
(1993) mendefinisikan ”development research” dengan tujuan ganda, yaitu: (1) mendukung
pengembangan prototipe produk (termasuk memberikan bukti empiris efektivitasnya) dan (2)
menghasilkan rumusan saran-saran metodologis untuk desain dan evaluasi prototipe produk
tersebut. Dalam pendekatan ini, kontribusi ilmiah atau pertumbuhan pengetahuan (kontribusi
teoritis) dipandang sama pentingnya dengan perbaikan produk (kontribusi praktis).
Kemudian, ide-ide ini telah dicontohkan dalam sejumlah disertasi doktor dalam berbagai
konteks kurikuler, seperti : Voogt (1993) dan Keursten (1994) dalam bidang pengembangan
courseware untuk berbagai mata pelajaran sekolah ; Kessels (1993) tentang standar desain
dalam konteks pendidikan perusahaan; Berg (1996) dan Roes (1997) tentang skenario untuk
teacher in-service education; Nieveen (1997) tentang potensi dukungan komputer untuk
pengembang kurikulum ; Visser (1998) tentang pendukung komunikasi dalam pendidikan
jarak jauh; dan Thijs (1999) tentang pengembangan guru di negara-negara berkembang.
Dalam Sub-Domain Media dan Tehnologi Pendidikan: Akker (1999)
mengemukakan bahwa perkembangan bidang media dan teknologi pendidikan begitu cepat
menempatkan penelitian pengembangan sangat menonjol. Misalnya, Flagg (1990)
menggarisbawahi peran evaluasi formatif untuk (media) peningkatan program dan
penelitian; Richey & Nelson (1996) telah menggambarkan hal yang sama dalam analisis
paling komprehensif dari developmental research dalam sub-domain media dan teknologi
pendidikan (Gambar 2) dan menyatakan sebagai berikut: its ultimate aim: "improving the
processes of instructional design, development, and evaluation based on either situation-
specific problem solving or generalized inquiry procedures". Jadi tujuan penelitian
pengembangan dalam sub-domain media dan teknologi ini adalah untuk menigkatkan proses
desain instruksional, pengembangan, dan evaluasi, baik yang didasarkan pada situasi
pemecahan masalah spesifik maupun pada inquiry procedures yang digeneralisasikan.
6
psikologi pendidikan; di samping itu, menyoroti ” jenis penelitian yang meliputi kerja
pengembangan berkontribusi pada pemahaman ilmiah fundamental"; selanjutnya
mengemukakan bahwa para peneliti seharusnya tidak hanya berkonsentrasi pada pertanyaan
7
products, learning processes of the developers, and (local) instructional theories
(Gravemeijer, 1994; Lijnse, 1995).
Akker (1999) lebih lanjut menyatakan bahwa: The four sub-domains mentioned (all of
them often related to product/program development, in one way or another) show the most
visible and increasing role of development research in education (and also illustrate the
conceptual confusion). Of course, there may also be examples in other sub-domains, but they
often do not (yet) represent a strong trend in research approaches in those areas. Also, there
are exemplary studies that very well reflect development research approaches but that can
not easily be classified under a certain sub-domain.
Penelitian pengembangan teknologi pendidikan yang berkontribusi untuk
pengembangan/meningkatkan pemahaman teoritis dan yang nyata berdampak positif pada
hal-hal praktis dalam dunia pendidikan/pembelajaran telah lama dipandang oleh para peneliti
merupakan masalah. Kemudian, design-based research dinyatakan sebagai "serangkaian
pendekatan, dengan maksud menghasilkan teori-teori baru, artefak, dan praktik yang
berdampak positif pada keberhasilan pembelajaran secara naturalistik"(Barab &
Squire, 2004; Reeves, 2006).. "Serangkaian pendekatan" ini telah disebut istilahnya dalam
berbagai cara, termasuk istilah "development research", ”design research” (Reeves, et al.,
2005) dan "design exsperiment" (Brown, 1992; Collins, 1992); Reeves (2006)
mengemukakan perbedaan diagramnya dengan diagram ”predictive research” sebagaimana
pada Gambar 4.
8
strengthen the interaction in the conceptualization and evaluation cycle. Sekaitan dengan hal-
hal tersebut, dinyatakan lebih lanjut bahwa kontribusi ilmiah untuk pertumbuhan
pengetahuan (kontribusi teoritis) dipandang sama pentingnya dengan perbaikan produk
(kontribusi praktis).
9
Dari keterangan tambahan Borg & Gall (1983) terkait tentang pengertian R & D
tersebut, yaitu ”The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which
consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing
the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used
eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more
rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the
product meets its behaviorally defined objectives” berarti ada 4 prinsip dasar yang
merupakan karakteristik/ciri R & D yaitu: (1) Studying research findings pertinent to the
product to be developed (melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-
temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan); (2) Developing the
product base on this findings (mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian
tersebut); (3) Field testing it in the setting where it will be used eventually (dilakukannya uji
lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nantinya digunakan);
dan (4) Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage (melakukan
revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji
lapangan). Penelitian awal tersebut merupakan prinsip dasar yang utama membedakan
R & D dari penelitian lainnya.
Langkah-langkah R & D dengan mengacu pada Borg & Gall (1983) meliputi 10
langkah, yaitu: (1) Research and information collection (melakukan penelitian dan
pengumpulan informasi) sebagai penelitian awal terkait dengan produk pendidikan yang
akan dikembangkan, termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan
dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan
persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian; (2) Planning (membuat
perencanaan): termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang meliputi
merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan
tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, desain atau langkah-langkah penelitian dan jika
mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas; (3) Develop Preliminary
form of Product (mengembangkan bentuk awal produk): yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan, termasuk dalam langkah ini persiapan
komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi
terhadap kelayakan alat-alat pendukung (misalnya pengembangan bahan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi); (4) Preliminary Field Testing (melakukan uji
lapangan awal): yaitu melakukan uji coba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan
melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah 6-12 subyek, pada langkah ini
pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi, atau
angket; (5) Main Product Revision (melakukan revisi produk utama): yaitu melakukan
perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan uji coba awal, perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam uji coba terbatas
sampai diperoleh draft produk utama yang siap diuji coba lebih luas; (6) Main Field Testing
(melakukan uji lapangan untuk produk utama): biasanya disebut uji coba utama yang
melibatkan khalayak lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30 sampai
dengan 100 orang, pengumpulan data dilakukan sebelum dan sesudah penerapan uji coba,
hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah sebagai hasil evaluasi terhadap pencapaian hasil
uji coba produk yang dibandingkan terhadap pencapaian kelompok control, dengan demikian
pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen; (7) Operational
Product Revision (melakukan revisi produk operasional): yaitu melakukan
perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang
dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi; (8)
Operational Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap produk): yaitu langkah uji
10
validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan, dilaksanakan pada 10 sampai
dengan 30 sekolah, melibatkan 40 sampai dengan 200 subyek, pengujian ini dilakukan
melalui angket, wawancara, observasi dan analisis hasilnya, tujuan langkah ini adalah untuk
menentukan apakah desain model yang dikembangkan sudah dapat dipakai di sekolah tanpa
harus dilakukan pengarahan atau pendampingan oleh peneliti/pengembang model; (9) Final
Product Revision (melakukan revisi produk final): yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap
model yang dikembangkan agar menghasilkan produk akhir; (10) Disemination and
Implementation (diseminasi dan implementasi): yaitu langkah menyebarluaskan
produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas, langkah ini adalah
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan produk, baik dalam bentuk seminar hasil
penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan kepada skakeholders yang terkait
dengan produk tersebut.
Untuk melakukan penelitain & pengembangan ini, peneliti dituntut harus mampu
memilih dan mengkombinasikan berbagai metode penelitian yang relevan. Pada saat
penelitian awal, mungkin peneliti akan menggunakan metode survey, studi kasus, kajian hasil
penelitian sebelumnya, dan lain lain. Pada saat pengembanganpun dalam rangka uji coba,
validasi, dan revisi diperlukan metode penelitian lain seperti survey, eksperimen dan lain-lain
disamping evaluasi formatif seperti uji lapangan yang berulang-ulang (Brog & Gall, 1983)
atau jenis evaluasi lain seperti small group evaluation, expert review, focus group discussion,
dan lain-lain. Produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D dalam bidang
pendidikan (dalam pengembangan inovasi pembelajaran) diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan
dengan kebutuhan. Sekaitan dengan hal ini, sekaligus diharapkan agar hasil penelitian dengan
metode yang dilakukan untuk penyusunan disertasi Mahasiswa Program Doktor dapat
berkontribusi untuk ilmiah (kontribusi teoritis) yang sama pentingnya dengan dapat
juga berkontribusi untuk perbaikan produk (kontribusi praktis).
REFERENCES
Akker, J. van den (1999) Principles and methods of development research. In J. van den
Akker, N. Nieveen, R.M. Branch, K.L.Gustafson & T. Plomp (Eds.), Design
methodology and developmental research in education and training (pp. 1-14). The
Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Akker, J. van den, Gravemeijer, K., McKenney, S., & Nieveen, N. (2006). Introducing
educational design research. In J. van den Akker, K. Gravemeijer, S. McKenney &
N. Nieveen (Eds.), Educational design research (pp. 3-7). London: Routledge.
Akker, J. van den & Plomp, T. (1993) Development research in curriculum: Propositions
and experiences, Paper presented at AERA meeting, April 12-16, Atlanta.
Barab, S., & Squire, K. (2004) Design-based research: Putting a stake in the ground. The
Journal of the Learning Sciences, 13(1), 1-14.
Borg. W.R. & Gall, M.D. (1983) Educational Research: An Introduction, New York:
Longman.
11
Brown, A.L. (1992) Design experiments: Theoretical and methodological challenges in
creating complex interventions in classroom settings, Journal of the Learning
Sciences, 2, 141-178.
Elliott, J. (1991) Action research for educational change, Open University Press, Milton
Keynes.
Flagg, B.N. (1990) Formative evaluation for educational technologies. Lawrence Erlbaum
Associates, Hillsdale, NJ.
Greeno, J.G., Collins, A. & Resnick, L. (1996) Cognition and learning, In Berliner, D.C. and
Calfee, R.C. (Eds.), Handbook of educational psychology (pp. 15-46), Macmillan,
New York.
Kessels, J.W.M. (1993) Towards design standards for curriculum consitency in corporate
education, Doctoral dissertation, University of Twente, Enschede.
Law, A.M & Kelton, W.D. (1991) Simulating Modelling and Analysis. New York: Mc. Graw
Hill. Inc.
Marreli, Anne F., Janis Tondora & Michael A. Hoge (2005) Strategies for Developing
Competency Models; Administration and Policy in Mental Health, Vol. 32 No. 5/6.
Nieveen, N.M. (1997) Computer support for curriculum developers: A study on the potential
of computer support in the domain of formative curriculum evaluation, Doctoral
dissertation, University of Twente, Enschede.
Reeves, T.C. (2006) Design research from a technology perspective. In J. van den Akker, K.
Gravemeijer, S. McKenney & N.Nieveen (Eds.), Educational design research (pp.
52-66). London: Routledge.
12
Reeves, T.C., Herrington, J., & Oliver, R. (2005) Design research: A socially responsible
approach to instructional technology research in higher education. Journal of
Computing in Higher Education, 16(2), 97-116.
Reigeluth, C.M. & Frick, Th.W. (1999) Formative research: A methodology for creating and
improving design theories, In C. Reigeluth (Ed.), Instructional-design theories and
models. A new paradigm of instructional theory, Volume II (pp. 633-651), Lawrence
Erlbaum Associates, Mahwah, NJ.
Richey, R.C. & Klein ( 2007) Design and Development Research. London: Lawrence
Erlbaum Associates. Inc.
Richey, R.C. & Nelson, W.A. (1996) Developmental research, In D. Jonassen (Ed.),
Handbook of research for educational communications and technology (pp. 1213-
1245), Macmillan, London.
Thijs, A. (1999) Supporting science curriculum reform in Botswana: The potential of peer
coaching, Doctoral dissertation, University of Twente, Enschede.
13