Disfungsi Seks DP 1
Disfungsi Seks DP 1
Disfungsi Seks DP 1
Abstract
Intisari
2
PENDAHULUAN
Ada banyak permasalahan seksual, di antaranya adalah disfungsi
seksual. Disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu
atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal. Disfungsi
seksual dapat dialami oleh pria dan wanita. Telah dilakukan survey di
beberapa negara di dunia mengenai disfungsi seksual. Di Amerika
terdapat 52% pria mengalami disfungsi seksual, 26% pria di Jepang, dan
19% pria di Denmark juga demikian.1,2,3
3
orang campuran antara pria dan wanita berusia 20-40 tahun yang menjadi
responden didapati hasil sekitar 30% responden pria mengeluh disfungsi
seksual seperti ejakulasi dini dan disfungsi ereksi. 8
Kriteria sampel pada penelitian ini ialah pasien pria disfungsi seksual yang
telah didiagnosis oleh dokter spesialis andrologi di Klinik Andrologi Rumah
Sakit Kharitas Bhakti dan Klinik Andrologi Yu Tee. Data yang menjadi
subyek penelitian ini berasal dari data sekunder, yaitu rekam medik
pasien. Kemudian data subyek di kedua klinik andrologi tersebut
dikumpulkan dan dilakukan pencatatan.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Tabel 1. menggambarkan berbagai jenis disfungsi seksual pria yang ditemukan di Klinik
Andrologi Rumah Sakit Kharitas Bhakti dan Klinik Andrologi Yu Tee beserta jumlah
pasiennya sejak tahun 2009-2014. (sumber: data sekunder, 2015)
5
Faktor Resiko Disfungsi Seksual Pria
Gang.Hasrat
- 1 - - - 1 2 (1,3%)
Seksual
Disfungsi
1 53 8 18 - 3 83 (56%)
Ereksi
Disfungsi
- - - - - - 0 (0%)
Orgasme
Ejakulasi Dini - 3 1 - - - 4 (2,7%)
Dispareunia - - - - 2 - 2 (1,3%)
Tabel 2. menggambarkan faktor resiko disfungsi seksual pria kategori internal di Klinik
Andrologi Rumah Sakit Kharitas Bhakti yang di antaranya terdiri dari gangguan
neurogenik, endokrin, vaskuler, seluler, penyakit sistemik, kelainan anatomi dan
penuaan. (sumber: data sekunder, 2015)
Gang.Hasrat
1 - - - - 1 (0,6%)
Seksual
Disfungsi
20 4 - 1 11 36 (24,3%)
Ereksi
Disfungsi
- - - - - 0 (0%)
Orgasme
Tabel 3. menggambarkan faktor resiko disfungsi seksual pria kategori eksternal di Klinik
Andrologi Rumah Sakit Kharitas Bhakti yang di antaranya terdiri dari gangguan
6
psikologik, iatrogenik, trauma fisik, infeksi dan gaya hidup negatif. Gangguan psikologis
menjadi faktor resiko terbanyak pada tabel di atas, dengan jumlah pasien mencapai 40
pasien, sedangkan trauma fisik dan infeksi menjadi faktor resiko paling sedikit yaitu
masing-masing berjumlah 1 pasien. (sumber: data sekunder, 2015)
Faktor resiko ialah hal-hal atau variabel yang terkait dengan peningkatan
suatu penyakit tertentu, dalam hal ini khususnya pada disfungsi seksual
pria. Diketahui gangguan endokrin, penyakit sistemik dan gangguan
vaskuler menjadi riwayat pasien pria terbanyak pada faktor resiko kategori
internal, sedangkan gangguan psikologik, gaya hidup negatif dan
iatrogenic menjadi riwayat pasien pria terbanyak pada faktor resiko
kategori eksternal disfungsi seksual di Klinik Andrologi Rumah Sakit
Kharitas Bhakti.
Gang.Hasrat - 3 - 1 - - 4 (1,8%)
Seksual
Disfungsi 1 26 6 7 - 8 48 (44,8%)
Ereksi
Disfungsi - - - - - - 0 (0%)
Orgasme
Ejakulasi Dini - 3 3 2 - 2 10 (9,3%)
Dispareunia - - - - 1 - 1 (0,9%)
Tabel 4. menggambarkan faktor resiko disfungsi seksual pria kategori internal di Klinik
Andrologi Yu Tee. Gangguan endokrin menjadi faktor resiko terbanyak pada tabel di
atas, dengan jumlah pasien mencapai 32 pasien, sedangkan gangguan neurogenik dan
kelainan anatomi menjadi faktor resiko paling sedikit yaitu masing-masing hanya
berjumlah 1 pasien. (sumber: data sekunder, 2015)
7
Tabel 5. Faktor Resiko Disfungsi Seksual Pria Kategori Eksternal Di Klinik
Andrologi Yu Tee
Faktor Ekternal
Disfungsi Jumlah/
Seksual Psikologis Iatrogenik
Trauma
Infeksi
Gaya Hidup Persentase
Fisik Negatif
Gang.Hasrat
Seksual
- - - - - 0 (0%)
Disfungsi
Ereksi
13 8 - - 9 30 (28%)
Disfungsi
Orgasme - - - - - 0 (0%)
Ejakulasi Dini 8 1 - - 2 11 (10,2%)
Dispareunia - - 2 1 - 3 (2,8%)
Tabel 5. menggambarkan faktor resiko disfungsi seksual pria kategori eksternal di Klinik
Andrologi Yu Tee. Gangguan psikologis menjadi faktor resiko terbanyak pada tabel di
atas, dengan jumlah pasien mencapai 21 pasien dan infeksi menjadi faktor resiko paling
sedikit yaitu 1 pasien. (sumber: data sekunder, 2015)
8
dan juga terganggunya mekanisme timbulnya hasrat seksual pada
pria.10.11
9
Selanjutnya terdapat sebanyak 22 pasien pria disfungsi seksual memiliki
riwayat gaya hidup negatif, terdiri dari 11 pasien obesitas, 7 pasien
perokok berat, 2 pasien konsumsi alcohol berlebih, dan 2 pasien
mengalami kelelahan fisik akibat aktivitas berlebih. Sesuai dengan fakta
hasil penelitian para ahli yang memperoleh hasil sekitar sepertima
penderita disfungsi ereksi disebabkan oleh merokok. Kemudian penelitian
milik Hiola di tahun 2013 diperoleh 54 orang dari total 60 orang pria
responden obesitas mengalami disfungsi ereksi. Lalu penelitian milik
Fabio et al di tahun 2004 menyatakan bahwa konsumsi alkohol berlebih
dalam waktu lama dapat menyebabkan disfungsi ereksi, menurunkan
hasrat seksual dan ginekomastia.14,15,16
10
Persebaran Kasus Disfungsi Seksual Pria di Kalimantan Barat
Disfungsi Seksual
Kabupaten/ Jumlah/
Gangguan
Kota Hasrat
Disfungsi Disfungsi Ejakulasi
Dispareunia
Persentase
Ereksi Orgasme Dini
Seksual
11
Berdasarkan hasil penelitan mengenai berbagai jenis disfungsi seksual
pria di kedua klinik andrologi tersebut, diperoleh sebanyak 16 pasien
disfungsi ereksi memiliki riwayat Diabetes Melitus (DM) dan 14 pasien di
antaranya bertempat tinggal di kota Pontianak. Kemudian diperoleh
sebanyak 8 pasien di Pontianak memiliki riwayat Hipertensi.
Mengacu kepada laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) dan laporan
dari Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan
Kota Pontianak (2010) tercatat ada 761 kasus DM di kota Pontianak yang
kemudian menjadikannya sebagai kota dengan prevalensi dan jumlah
kasus DM tertinggi di Kalimantan Barat. Selain itu menurut data dari Dinas
Kesehatan Kota Pontianak (2010) hipertensi juga tercatat menjadi salah
satu penyakit yang memiliki jumlah kejadian yang banyak di Pontianak,
dengan angka kejadian sebesar 28.083 kasus. Mengingat kedua penyakit
tersebut termasuk ke dalam faktor resiko disfungsi seksual pria, sehingga
cukup relevan bila hal itu dihubungkan dengan fakta persebaran kasus
pada penelitian ini yang diperoleh kasus disfungsi seksual pria terbanyak
di Kota Pontianak.19,20,21
12
Distribusi Usia Pasien Pria Disfungsi Seksual
1. 20-29 - 16 - 11 - 27 (18,2%)
2. 30-39 - 20 - 9 - 29 (19,5%)
3. 40-49 3 27 - 2 1 33 (22,2%)
4. 50-59 - 37 - 1 1 39 (26.3%)
5 60-69 - 18 - - - 18 (12%)
6 70-79 - 1 - - 1 2 (1,3%)
Tabel 7. menggambarkan distribusi usia pasien pria disfungsi seksual di Klinik Andrologi
Rumah Sakit Kharitas Bhakti yang bervariasi mulai dari usia 20 tahun, sampai dengan
usia 79 tahun. Oleh sebab itu distribusi usia ini ditampilkan dalam 6 kelompok kecil
seperti pada tabel di atas. (sumber: data sekunder, 2015)
1. 20-29 - 9 - 5 2 16 (14,9%)
2. 30-39 1 18 - 4 2 25 (23,3%)
3. 40-49 1 19 - 8 - 28 (26%)
4. 50-59 2 19 - 3 - 24 (22,4%)
5 60-69 - 10 - 1 - 11 (10,2%)
6 70-79 - 3 - - - 3 (2,8%)
13
Tabel 8. menggambarkan distribusi usia pasien pria disfungsi seksual di Klinik Andrologi
Yu Tee yang bervariasi mulai dari usia 20 tahun, sampai dengan usia 79 tahun mirip
seperti data usia di Klinik Andrologi Rumah Sakit Kharitas Bhakti, namun jumlah
pasiennya yang berbeda. (sumber: data sekunder, 2015)
14
Xi Xi : Nilai x ke 1 sampai ke n, dalam hal ini berarti
Mean : ---------- seluruh usia responden dalam suatu kelompok
n yang ditentukan
n : Jumlah Responden dalam suatu kelompok yang
ditentukan
Mean : Rata-rata usia responden
Rumus tersebut kemudian digunakan pada data usia pasien yang ada di
kedua klinik tersebut. Maka diketahuilah usia rata-rata pasien pria
disfungsi seksual di setiap klinik. Data ditampilkan secara spesifik
terhadap kelima jenis disfungsi seksual pria yang ada, yaitu gangguan
15
hasrat seksual, disfungsi ereksi, disfungsi orgasme, ejakulasi dini dan
dispareunia
Hal ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Jackson yang pernah
melakukan penelitian pada tahun 2004, menyatakan bahwa variasi
prevalensi disfungsi ereksi antara 33%-75% dari pasien tergantung pada
usia. Menurut Pangkahila di tahun 2006, gangguan hasrat seksual dapat
terjadi pada pria usia 40-60 tahun. Menurut Wibowo dan Gofir di tahun
2007, di Indonesia disfungsi ereksi dapat terjadi pada pria usia 20-75
tahun. Menurut Anurogo di tahun 2012, ejakulasi dini berpeluang terjadi
pada pria berusia lebih dari 18 tahun, sedangkan dispareunia sering
terjadi pada pria usia di atas atau lebih dari 20 tahun. Sehingga hasil yang
didapat dari penelitian ini mengenai distribusi usia pasien pria disfungsi
seksual sejalan atau sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh para ahli di bidang seksologi.22,23
Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 255 pasien pria di Klinik Andrologi
Rumah Sakit Kharitas Bhakti dan Klinik Andrologi Yu Tee yang menderita
disfungsi seksual antara lain gangguan hasrat seksual, disfungsi ereksi,
ejakulasi dini dan dispareunia. Disfungsi seksual pria tersebut tercatat
memilik berbagai faktor resiko sebagai berikut: gangguan neurogenik,
endokrin, vaskular, selular, penyakit sistemik, kelainan anatomi, proses
penuaan, psikologik, iatrogenik, trauma fisik, infeksi dan gaya hidup
negatif. Persebaran kasusnya tersebar di beberapa kota dan kabupaten di
Kalimantan Barat, yaitu di Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya,
Sanggau, Mempawah, Sambas, Singkawang, Ketapang, Sintang,
Bengkayang, Kayong Utara, Sekadau, Kapuas hulu dan Landak. Distribusi
usia pasien pria disfungsi seksual yang terbanyak di Klinik Andrologi
Rumah Sakit Kharitas Bhakti dan Klinik Andrologi Yu Tee ialah pada
kelompok usia 40-59 tahun sebanyak 67 pasien.
Saran
Saran untuk peneliti selanjutnya agar meneliti kasus disfungsi seksual di
daerah pedalaman Kalimantan Barat yang tercatat memiliki jumlah kasus
disfungsi seksual pria terjarang pada penelitian ini. Kemudian saran untuk
instansi pendidikan khususnya Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura agar menjadikan hasil penelitian ini bahan referensi
tambahan kepada seluruh mahasiswa guna menambah waasan
mahasiswa akan bahaya dari pola hidup tidak sehat yang dapat
mengakibatkan disfungsi seksual. Sedangkan untuk instansi pemerintah
khususnya dinas kesehatan kota maupun provinsi agar bersedia
membantu para tenaga medis untuk mensosialisasikan kepada
masyarakat bahwa sebaiknya penyakit disfungsi seksual harus segera
diobati dan ditangani oleh tenaga medis yang sudah terlatih dalam
pengobatan disfungsi seksual. Untuk instansi non-pemerintah khususnya
Asosiasi Seksologi Indonesia cabang Kalimantan Barat agar rutin
menggelar seminar yang bertemakan disfungsi seksual kepada
masyarakat dalam langkah preventif terhadap disfungsi seksual maupun
permasalahan seksual lainnya. Juga untuk seluruh masyarakat umum
disarankan pula agar segera mencari pengobatan terhadap disfungsi
seksual kepada tenaga medis yang ahli dalam bidang seksual, contohnya:
dokter umum, dokter spesialis andrologi atau dokter spesialis obsgyn.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira S. Disfungsi Seksual pada Perempuan. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
2. World Health Organization(WHO). Defining Sexual Health : report of a
technical consultation on sexual health 28-31 January 2002. Geneva:
WHO Press; 2006.
3. Wibowo AF, Yuliadi I, Karyanta NA. Perbedaan Derajad Disfungsi
Ereksi Pria Dewasa Awal Ditinjau Dari Tingkat Stres di Kelurahan
Jagalan Surakarta. JIPC. 2013. 2(4):83-92.
4. American Psychiatric Association(APA). Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders. 4th ed. Washington DC: APA; 2000.
5. World Health Organization(WHO). International Classification of
Diseases (ICD). 2014. http://www.who.int/classifications/icd/en/.
diakses pada tanggal 18 november 2014.
6. Moreira ED. Hartmann U. Glasser DB. Gingell C. et al. A Population
Survey of Sexual Activity, Sexual Dysfunction and Associated Help-
seeking Behavior in Middle-aged and Older Adults in Germany,
EJMR. 2005. 10(10):434-43.
7. Pangkahila W. Seks, Health Condition and Quality of Life. Di dalam:
Siauw, AF (ed). Proceeding of the Sexology Training at the
Pontianak
5th Sexual Intensive Education; Pontianak, 22-25 Mei 2014. Pontianak:
ASI; 2014.
8. Hastuti L. Hakimi M. Dasuki D. Hubungan Antara Kecemasan Dengan
Aktivitas Dan Fungsi Seksual Pada Wanita Usia Lanjut Di Kabupaten
Purworejo. BKM. 2008. 24(4):176-190.
9. Siauw, Ali Fuchih (komunikasi pribadi).
10. Mustofa S. Sindrom Metabolik Dan Defisiensi Testosteron. MKPM.
2010. 2(2):165-170.
11. Gurbuz N. Mammadov E. Usta MF. Hypogonadism And Erectile
Dysfunction: an overview. AJA. 2008. 10:36-43.
12. Samberka AZ. Hubungan Usia Dan Lama Menderita Diabetes Melitus
Dengan Kejadian Disfungsi Ereksi Pada Pasien Pria Diabetes Melitus
Di Poliklinik Khusus Endokrinologi RS.DR.M.Djamil Padang Tahun
2010. Universitas Andalas; 2010. (Skripsi).
13. Antou EKR. Satiawati L. Tendean L. Pengaruh Hipertensi Terhadap
Disfungsi Ereksi. JeBM. 2014. 2(3):1-8.
14. Roan. Ilmu Kedokeran Jiwa. Jakarta: Rajawali Press; 1979.
15. Dwianti D. Widiastuti R. Hubungan Obesitas dengan Andropause di
RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo. Purwokerto: Mandala of Health;
2011.
16. Fabio PF. Lucon AM. Sobreiro BP. Pasqualotto EB. Arap S. Effects Of
Medical Therapy, Alcohol, Smoking, And Endocrine On Male Infertility.
RHCFMSP. 2004. 59(6):375-382.
17. Eardley I. Pathophysiology of Erectile Dysfunction. BJDVD. 2002.
2:272-276.
18. Tobing NL. Seks Tuntunan Bagi Pria : mengembalikan harga diri
suami dan kebahagiaan istri. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2006.
19. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI(BP2K DepKes RI). Laporan Nasional Riset Kesehatan
Dasar tahun 2007. Jakarta; 2008.
20. Bidang Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan
Kota Pontianak(BP3 DinKes Pontianak). Data Kasus Penyakit
Diabetes Melitus di Kota Pontianak. Pontianak; 2010.
21. Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Profil Kesehatan Kota Pontianak
2010. Pontianak; 2011.
22. Pangkahila W. Seks Yang Membahagiakan: menciptakan
keharmonisan suami istri. Jakarta: Penerbit Buku Kompas; 2006.
23. Anurogo D. Ejakulasi Dini. CDK. 2012 39(11):823-828.
24. Ginting RR. Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Stabil Dengan Disfungsi Ereksi. Universitas Sumatera Utara; 2011.
(Tesis).