Perilaku Pencegahan Hiv/Aids Pada Kelompok Wanita Pekerja Seks Dan Waria
Perilaku Pencegahan Hiv/Aids Pada Kelompok Wanita Pekerja Seks Dan Waria
Perilaku Pencegahan Hiv/Aids Pada Kelompok Wanita Pekerja Seks Dan Waria
Bambang Murwanto 1)
1)
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
bamurwanto@yahoo.co.id
Abstract: HIV/AIDS Behaviours of Shamales (Transgenders) and Famale Sex Wokers Around
in Kalianda. The growing number of cases of HIV / AIDS each year , both national, provincial and
district/city level . In Kabupaten Lampung Selatan, on 2005 amounted to only 4 people and on 2013 to
be 44 The Man With HIV/AIDS (ODHA) . The geographical position of South Lampung district is
southeast tip of Sumatra island and makes migration into the gate of the island of Sumatra to Java
provides an opportunity occurs of disease transmission, including HIV/AIDS. Improvement of HIV /
AIDS or transmission and chain termination coaching them through high-risk groups . The coaching
has been done through the Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Lampung Selatan, Women groups
including Famale Sex Workers (Wanita Pekerja Seks/WPS)) and behave Shemale (Transgender) in
the prevention of HIV/AIDS. The aim this study is the behavior sex workers (Wanita Pekerja
Seks/WPS) and behave Shemale that has been coaching by the Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
Lampung Selatan. This research method is qualitative with approach Verivikatif-Descriptive, the
group interviewed Female Sex Workers (FSW) and Transgender, with FGD Techniques and
Triangulation and Depth Interviews , with triangulation of sources such as VCT Clinic , KPA and
South Lampung Hospital Kalianda. The results of this study are behavioral prevention of HIV/AIDS
among Female Sex Workers (FSW) and Transgender around Kalianda City. Even though their
knowledge and attitude is not good. However, several other variables that describe as a predictor of
such seriousness, vulnerability, anxiety, benefits and barriers to behavior that illustrate the positive
(good) on the prevention of HIV/AIDS.
Abstrak: Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS) dan
Waria di Kalianda. Meningkatnya jumlah kasus penyakit HIV/AIDS setiap tahun, baik secara
nasional, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2005 hanya
berjumlah 4 orang, tahun 2013 menjadi 44 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Letak geografis
Kabupaten Lampung Selatan diujung tenggara pulau Sumatra menjadi pintu gerbang pulau migrasi
pulau Sumatra ke pulau Jawa memberi peluang terjadi penularan penyakit termasuk HIV/AIDS.
Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS atau pemutusan mata rantai penularan diantaranya
melalui pembinaan kelompok-kelompok resiko tinggi. Pembinaan yang telah dilakukan tersebut
melalui KPA Lampung Selatan diantaranya kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS) dan Waria dalam
berperilaku terhadap pencegahan penyakit HIV/AIDS. Tujuan penelitain, mengetahui perilaku WPS
danWaria yang telah di bina oleh KPA Lampung Selatan terhadap penyakit HIV/AIDS. Metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan Deskriptif Verivikatif, yaitu mewawancarai kelompok Wanita
Pekerja Seks (WPS) dan Waria, dengan teknik FGD dan triangulasi melalaui wawancara mendalam,
dengan melalui trianggulasi sumber-sumber seperti dari Klinik VCT, KPA dan Dinas Kesehatan
Lampung Selatan.Hasil penelitian, perilaku pencegahan HIV/AIDS pada kelompok WPS dan Waria di
Kalianda dan sekiratnya sangat baik, walaupun pengetahun dan sikap mereka kurang baik. Namun
beberapa variabel lain yang menggambarkan sebagai prediktor seperti keseriusan, kerentanan,
kecemasan, manfaat dan hambatan-hambatan menggambarkan ke arah perilaku positif (baik) terhadap
pencegahan penyakit HIV/AIDS.
23
24 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33
WPS dan Waria serta peranan faktor-faktor digunakan dengan teknik Triang-gulasi.
determinannya, di Kalianda dan sekitarnya, Trianggulasi bila mungkin dengan :
Kabuapten Lampung Selatan a. Trianggulasi sumber, misalnya dengan
Cross check sumber data yang lain,
membandingkan dan melakukan kontras
METODE data, dengan gunakan kategori informasi
yang berbeda
Jenis penelitian bersifat kualitatif b. Trianggulasi metode, misalnya bila
dengan desain Deskriptif-Kualitatif, yaitu mungkin dengan metode Indepth Interview
gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku atau Wawancara Mendalam;
pencegahan HIV/ADS yaitu pada kelompok c. Trianggualsi data atau analisis, misalnya
resiko tinggi Wanita Pekerja Seks (WPS) dan minta umpan balik dari Informan Lain;
Waria. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Kalianda dan sekitarya Kabupaten Lampung Penyajian data penelitian kualitatif
Selatan. Waktu penelitian adalah Tahun 2013. disajikan dalam berbagai bentuk yaitu :
Karena penelitian ini bersifat a. Kuotasi adalah kutipan kalimat informan
kualitatif maka sampel diambil secara Purposiv dalam bentuk aslinya berupa kalimat-
(Purposive Sampling), jumlah informan kalimat atau dialog dan terpisah dalam
maksimal masing-masing kelompok WPS 10 paragraph tersendiri bila kalimat atau
orang dan Waria 10 orang, untuk diwawancarai dialog tersebut cukup panjang.
melalui Focus Group Discussion (FGD) atau b. Model yaitu hasil hipotesis hasil
Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dan kesimpulan interaksi berbagai pihak dalam
Wawancara Mendalam (Indepth Interview) penelitian ini.
sebanyak 2 orang sehingga jumlah seluruhnya
20 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik penelitian keulitatif dalam
bentuk Focus Group Discussion (FGD) maka
Hasil
subyek penelitian adalah para informan yang
berasal dari kedua kelompok tersebut (WPS dan
Waria). Untuk pelaksanaan trianggulasi data 1. Karakteristik Informan.
mauapun sumber menggunakan metode Indepth
Interview (Wawancara Mendalam), baik kepada Karakteristik informan yang
informan tersebut maupun kepada informan lain tergambarkan dari informan adalah mulai tamat
seperti petugas kesehatan dan tokoh LSM. SD sampai tamat SLTA. Sebagian besar
Pengumpulan data, Data Primer, informan hanya tamat SD (50%) dan sebgian
dikumpulkan melalui alat perekam (perekam kecil tamat SLTA (15%), umur informan
kaset). Data Sekunder melalui observasi antara 20 tahun-45 tahun, dengan mayoritas
pencatatan dan pelaporan, dan trianggulasi data 20-30 tahun (60%) dan yang palin sedikit umur
maupun sumber dengan pihak-pihak terkait. diatas 40 tahun (15%). Dengan latar belakang
Dsb. Setelah data hasil rekaman dikumpulkan, social ekonomi keluarganya sebagian besar
didiskripsikan dalam bentuk tulisan kedalam petani dan miskin.
bentuk matriks. Langkah berikutnya setelah
data yang diskripsikan adalah yaitu analisis isi 2. Sosiopsikologis.
atau makna kalimat yaitu sebagai berikut :
a. Reduksi data. : rnembuang kata-kata yang Keadaan sosiopsikologis digambarkan
tidak penting dan mengambil kata-kata dengan proses pembentukan kelompok atau
yang mengandung makna atau arti dari komunitas. Pada komunitas WPS terjadi secara
kalimat para informan; spontan, dan informal misalnya dari SMS,
b. Menyimpulkan mengambil kata-kata yang karena rasa kebutuhan dipedulikan, solideritas
mengandung makna kalimat para teman, perasaan senasib dan akibat merasa
informan; minder di masyakat karena tidak ada yang
Untuk memperoleh veritikasi data agar mempedulikan mereka seperti komentar mereka
akurat dalam metode kualitatif, maka Validasi pada Kotak 1 Demikian hal yang sama terjadi
26 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33
pada Komunitas Waria Dimulai dari kumpul- lebih formal mereka merasakan masih ada pro
kumpul merasa senasib. Kelompok Waria ini dan kontra di masyarakat. Lain halnya
mereka beri nama “Gaila”. Dan tidak secara keberadaan komunitas WPS yang belum
formal sehingga lebih cocok disebut diterima di masyarakat keberadaannya (masih
“Paguyuban” (Kotak 2). tertutup), beberapa contoh pernyataan berikut:
Kotak 2 : Kotak 13
....nama kelompok gak ada….….mungkin lebih “...... ya saya pergi dari rumah
tepat disebut komunitas… namanya “Gaila”… …kemana gitu…merantau.......”
..Tapi.. kalu ngumpul-2 sih dah sering.. dimana WP06
gitu… diSalonnya Syukur yg paling sering....
di masyarakat ini artinya lebih terbuka, berarti secara tidak sadar mereka terhubung
dibandingkan kelompok informan dari WPS dengan jaringan penanggulangan penyakit
yang lebih tertutup keberadaannya seperti juga HIV/AIDS (termasuk IMS) yaitu Klinik VCT
terjadi di Lokalisasi Sunan Kuning, Kota RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM (RSUD
Semarang (Macmudah, dkk, 2011 sehingga Kalianda dahulu) Kab. Lampung Selatan
lebih sulit dalam pengendalian dan pencegahan (pernyataa Kotak 19), dengan Dinas Kesehatan
penyakit IMS maupun HIV/AIDS. Kabupaten Lampung Selatan dan pihak-pihak
Dengan demikian mereka dalam menja- lain yang terkait.
lankan tugas lebih bersifat terselubung (diam- Hambatan-hambatan yang mereka rasakan
diam) yang oleh Iryanto dalam Yuniarti D., dalam penanggulangan penyakit HIV/AIDS
2012 disebut WPS Tidak Langsung. adalah selain keberadaan mereka yang belum
diterima oleh masyarakat (khususnya WPS)
4. Kerentanan Terhadap HIV/AIDS Yang adalah konsumen mereka yang tidak mau
Dirasakan menggunakan kondom. Namun dengan mereka
mempunyai taktik dan komitmennya. Taktiknya
Walaupun mereka merasa rentan terhadap adalah dengan menaikan tarif dan komitmen
penyakit HIV/AIDS (sebagai kelompok resiko mereka “No Condom, No Sexs”.
tinggi) dan menjadi ancaman namun mereka
menggagap penyakit tersebut hal yang biasa- 7. Peranan Media Dalam Kampanye
biasa saja, tidak asing lagi karena sudah ada HIV/AIDS
diantara mereka yang menderita HIV/AIDS
(ODHA), seperti pernyataan mereka pada Peranan media dalam kampanye
Kotak 14 dan 15. Perasaan kerentanan juga HIV/AIDS dalam penanggulangan penyakit
merupakan hal wajar dilingkungan para WPS, HIV/AIDS dikelompok ini yang mereka
contohnya terjadi WPS di Lokalisasi Sunan rasakan paling dominan adalah media-media
Kuning, Kota Semarang, Jawa Tengah berasal dari KPA (poster, brosur, alat peraga)
(Machmudah, dkk., 2011), seperti pada contoh dibandingkan sumber-sumber lain seperti TV,
pernyataan berikut : Surat Kabar. Media-media luar gedung (out
doors) seperti spanduk, billboard, baliho,
“Saya bisa terkena penyakit kelamin ….bahkan mereka rasakan sedikit peranannya.
penyakit seperti AIDS”. (R2) Peranan KPA dalam penyebaran informasi
sangat besar kepada mereka karena memang
5. Keseriusan Terhadap HIV/AIDS Yang tugas KPA adalah memberikan penyuluhan dan
Dirasakan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
penyakit HIV/AIDS. Selain frekuensi tingkat
Demikian juga dalam hal keseriusan pertemuan mereka yang dilaksanakan oleh KPA
terhadap penyakit HIV/AIDS yang dirasakan cukup tinggi. Menurut keterangan Sdr. Zakaria
para informan WPS maupun Waria, mereka Anwar selaku Asisten Koordinator KPA
menganggap serius terhadap ancaman penya-kit Lampung Selatan dalam setahun rata-rata
HIV/AIDS namun mereka merasakan dan dilakukan pertemuan 4 kali yaitu Pelatihan PE
menanggapinya biasa-biasa saja. (Peer Edicator). Menurut Zakaria Anwar
diperkirankan kelompok yang dibinanya
6. Manfaat dan Rintangan Yang Dirasakan mencapai tiga ratusan orang untuk WPS dan
seratusan orang untuk Waria.
Manfaat yang dirasakan dari kedua
kelompok ini (WPS dan Waria) setelah 8. Perilaku Pencegahan HIV/AIDS
bergabung KPA Lampung Selatan, minimal
untuk diri membantu sendiri memahami apa itu Perilaku pencegahan HIV/AIDS bagi
HIV/AIDS, bagaimana cara-cara kedua kelompok ini sangat baik, walaupun dari
pencegahannya dan menghilangkan stigma- segi pengetahuan HIV/AIDS relatif masih
stigma. Kemudian dapat membanu orang lain kurang. Sebagian besar mereka tidak bisa
(teman sebaya) yang merasa kesulitan menjawab pertanyaan tentang “Apa itu penyakit
mengadapi penyakit HIV/AIDS maupun IMS. HIV/AIDS ?”. Demikian pula tentang penyebab
Dengan bergabungnya mereka dengan KPA penyakit . Namun tentang cara penularan
Murwanto, Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada WPS dan Waria 31
penyakit mereka dengan sigap menjawab informan, struktur social, keseriusan penyakit,
dengan baik, demikian pula tentang empat kerentanan terhadap penyakit, hambatan-
terjadinya penyakit. hambatan dan manfaat serta peranan media
Tentang sikap para informan tampak akhirnya terakumulasi dalam bentuk perilaku
“ambigu”, atau mungkin “ragu-ragu”. Dilain yang positif dalam mencegah tertularnya
pihak mereka mengangap penyakit tersebut penyakit HIV/AIDS. Program HIV/AIDS
menakutkan namun sikap mereka biasa-biasa lainya ke masya-rakat melalui Dinas Kesehatan
saja dengan berbagai alasan. Kab. Lampung Selatan selalu bekerja sama
Namun yang menarik adalah perilaku dengan KPA dan Klinik VCT RSUD Dr. H.
mereka sangat positif terhadap penanggu- Bob Bazar, SKM.
langan dan pencegahan penyakit HIV/AIDS. Menurut keterangan pengelola Klinik
Misalnya semboyan “No Condom No Sexs” VCT RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM yaitu dr.
seolah menjadi jargon mereka sehari-sehari, Reni Indrayani, MKM dan Bambang Riyanto,
karena hampir semua jawaban tentang SKM, dalam menjalankan tugasnya terkadang
pencegahan penyakit HIV/AIDS yang utama bersifat “mobile” yaitu memberi layanan
menajawab “dengan memakai kondom”, konseling dan pemeriksaan di lapangan, seperti
kemudian jarum suntik pengguna narkoba dan di Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni. Klinik
yang lainnya. Demikian juga terjadi pada WPS VCT RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM . Klnik
di Kota Manado, Sulawesi Utara, dimana VCT sekrang sudah berfungsi sebagai PITC
mereka selalu menawarkan dan mewajibkan atau Provider Iniciative Testing and Conceling.
pelanggan untuk menggunakan kondom saat Kalau Klinik VCT hanya mengandalkan
berhubungan seks (Juliastika, dkk, 2011). kesukarelaan (Volunteery) yang bersangkutan
Mereka juga mengerti tentang cara untuk diperiksa, kalau PITC pemeriksaan
pencegahan yang disemboyankan oleh KPA insiatif dari pihak petugas bila dicurigai atau
yaitu “ABCDE” atau A berarti Abstenence masuk dalam kelompok resiko tinggi (para
(hindari hubungan seks), B artinya Being supir truk transit di Pelabuhan Penyebrangan
Faithful (setia pada pasangannya bila ingin Bakaheni, para penjual/ pedangan asongan, dan
berhubungan seks), C (Condom) menggunakan para pekerja pelabuhan lainnya).
kondom bisa tidak bisa setia pada pasangannya, Kondom dan lumbricant didistribu-sikan
D (Drugs) tidak mengkonsumsi narkoba, kepada kelompok WPS maupun Waria melalui
terutama dengan penggunaan jarum suntik 3 orang penjangkau yang masing-masing setiap
(penasun), E (education) memberi penyuluhan orangnya membawa 3 kotak kondom dan
pada teman sebaya (peer education) dan orang lubricant. Bila di KPA cadangan (stok) kondom
lain, setelah kita sendiri melakukannya, habis maka mereka juga bisa mendapatkan dari
walaupun secara tidak lengkap karena Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
keterbatasan bahasa Inggris sebagai akibat Berencana (BP2KB) KabLampung Selatan.
pendidikan mereka yang rendah. Namun bentuk Demikian kerjasama dengan pihak-pihak terkait
aksi lain adalah peer education atau lainnya sesuai dengan peranannya seperti
memberikan pengetahuan dengan teman Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
sebayanya, seprofesinya, misalnya dengan (BPMD), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
menberi tahu koseling ke Klinik VCT bila (Disnakertrans), Satuan Polisi Pamong Praja
mengalami keluhan-keluhan yang dicurigai (Sat. Pol PP). Untuk menjangkau para resiko
penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). tinggi yang belum terjangkau oleh KPA, Klinik
Peranan peer education ini sangat penting juga VCT/PITC yang bersifat Mobile di lapangan
terjadi Kota Pontianak (Suwarni, 2009). bekerjasama dengan PT. ASDP Cab. Bakaukeni
Sedangkan pengetahuan dan perilaku dan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
HIV/AIDS tidak mempunyai hubungan Kalianda, yaitu untuk menjangkau para supir
bermakna juga ditemui para WPS di Kota truk, pedagang asongan, dan pekerja pelabuhan
Manado (Juliastika, dkk., 2011), demikian pula lainnya serta para narapidana. Secara singkat
hubungan pengetahuan dengan sikap. hubungan kerjasama penanggulangan
Jadi walaupun factor-faktor yang HIV/AIDS di Lampung Selatan (di Kalianda
beresiko untuk terjadinya kasus HIV/AIDS, dan Sekitarnya) dapat dilihat Gambar berikut:
seperti faktor demografi atau karakteristik
32 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33
Lembaga
Pemasyarakatan Komunitas Komunitas
Kelas II Kalianda WPS Waria
PT ASPD
Indonesia Ferry
Cab. Bakaheni
9. Gambaran Kontradiksi Perilaku itu bukan kasus baru, artinya mereka terinfeksi
Penanggulangan HIV/AIDS dengan dari sebelum dibina oleh KPA, KPA dan Klinik
Jumlah Kasus HIV/AIDS VCT RSUD Dr. H. Bob bazaar, SKM, sertaj
ajaran Pemdakab. Lampung Selatan saat ini
Keadaan kasus HIV/AIDS positif belum ada laporan kasus baru penderita
(ODHA) di Lampung Selatan makin tahun HIV/AIDS.
makin meningkat, seolah tidak ada hasil
pembinaan jajaran Pemda Lampung Selatan, SIMPULAN
khususnya pihak KPA, dengan kata lain
perilaku pencegahan HIV/AIDS yang sudah 1. Perilaku pencegahan penyakit HIV/AIDS
baik yang dilaksanakan oleh komunitas WPS oleh kelompok WPS dan Waria sudah baik.
dan Waria di Kalianda dan sekitarnya tidak ada Hal ini terbukti tidak ada kasus baru
gunanya. Sebagai contoh dalam bulan Januari penderita HIV/AIDS dari kalngan mereka
2014 menurut informasi dari KPA maupun (WPS dan Waria);
Klinik VCT RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM, 2. Kinerja KPA, Klinik VCT/PITC RSUD Dr.
kasus baru ada 3 orang. H. Bob Bazar, SKM, sudah baik namun
Setelah peneliti mencari informasi bahwa terus ditemukan penderita baru HIV/AIDS
3 orang tersebut bukan dari kelompok WPS dan dari kalangan luar, yang belum terjangkau
Waria binaan KPA dan Klinik VCT RSUD Dr. oleh pembinaan dari KPA, Klinik
H. Bob bazaar, SKM, serta jajaran Pemdakab. VCT/PITC RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM.
Lampung Selatan sebagaimana tergambar pada 3. Jaringan kerjasama antar pihak terkait dalam
Gambar 1. Memang seperti yang telah penanggulangan penyakit HIV/AIDS sudah
dikatakan oleh para informan tentang terbentuk di lingkungan Pemerintah
keberadaan teman mereka yang telah menjadi Kabupaten Lampung Selatan.
ODHA (Kotak 14), bahwa mereka
32 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33