Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Perilaku Pencegahan Hiv/Aids Pada Kelompok Wanita Pekerja Seks Dan Waria

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PERILAKU PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA

KELOMPOK WANITA PEKERJA SEKS DAN WARIA

Bambang Murwanto 1)
1)
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
bamurwanto@yahoo.co.id

Abstract: HIV/AIDS Behaviours of Shamales (Transgenders) and Famale Sex Wokers Around
in Kalianda. The growing number of cases of HIV / AIDS each year , both national, provincial and
district/city level . In Kabupaten Lampung Selatan, on 2005 amounted to only 4 people and on 2013 to
be 44 The Man With HIV/AIDS (ODHA) . The geographical position of South Lampung district is
southeast tip of Sumatra island and makes migration into the gate of the island of Sumatra to Java
provides an opportunity occurs of disease transmission, including HIV/AIDS. Improvement of HIV /
AIDS or transmission and chain termination coaching them through high-risk groups . The coaching
has been done through the Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Lampung Selatan, Women groups
including Famale Sex Workers (Wanita Pekerja Seks/WPS)) and behave Shemale (Transgender) in
the prevention of HIV/AIDS. The aim this study is the behavior sex workers (Wanita Pekerja
Seks/WPS) and behave Shemale that has been coaching by the Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
Lampung Selatan. This research method is qualitative with approach Verivikatif-Descriptive, the
group interviewed Female Sex Workers (FSW) and Transgender, with FGD Techniques and
Triangulation and Depth Interviews , with triangulation of sources such as VCT Clinic , KPA and
South Lampung Hospital Kalianda. The results of this study are behavioral prevention of HIV/AIDS
among Female Sex Workers (FSW) and Transgender around Kalianda City. Even though their
knowledge and attitude is not good. However, several other variables that describe as a predictor of
such seriousness, vulnerability, anxiety, benefits and barriers to behavior that illustrate the positive
(good) on the prevention of HIV/AIDS.

Keywords : HIV/AIDS ,WPS , Shemale.

Abstrak: Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS) dan
Waria di Kalianda. Meningkatnya jumlah kasus penyakit HIV/AIDS setiap tahun, baik secara
nasional, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2005 hanya
berjumlah 4 orang, tahun 2013 menjadi 44 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Letak geografis
Kabupaten Lampung Selatan diujung tenggara pulau Sumatra menjadi pintu gerbang pulau migrasi
pulau Sumatra ke pulau Jawa memberi peluang terjadi penularan penyakit termasuk HIV/AIDS.
Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS atau pemutusan mata rantai penularan diantaranya
melalui pembinaan kelompok-kelompok resiko tinggi. Pembinaan yang telah dilakukan tersebut
melalui KPA Lampung Selatan diantaranya kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS) dan Waria dalam
berperilaku terhadap pencegahan penyakit HIV/AIDS. Tujuan penelitain, mengetahui perilaku WPS
danWaria yang telah di bina oleh KPA Lampung Selatan terhadap penyakit HIV/AIDS. Metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan Deskriptif Verivikatif, yaitu mewawancarai kelompok Wanita
Pekerja Seks (WPS) dan Waria, dengan teknik FGD dan triangulasi melalaui wawancara mendalam,
dengan melalui trianggulasi sumber-sumber seperti dari Klinik VCT, KPA dan Dinas Kesehatan
Lampung Selatan.Hasil penelitian, perilaku pencegahan HIV/AIDS pada kelompok WPS dan Waria di
Kalianda dan sekiratnya sangat baik, walaupun pengetahun dan sikap mereka kurang baik. Namun
beberapa variabel lain yang menggambarkan sebagai prediktor seperti keseriusan, kerentanan,
kecemasan, manfaat dan hambatan-hambatan menggambarkan ke arah perilaku positif (baik) terhadap
pencegahan penyakit HIV/AIDS.

Kata Kunci : Pencegahan, HIV/AIDS, WPS, Waria

Tujuan pembangunan di Indonesia pada Indeks Pembangunan Manusia (Human


hakikatnya adalah membangun manusia Development Index) yang merupakan indikator
seutuhnya, dengan kata lain membangun pembangunan manusia atau kesejahteraan
kesejahteraan masyarakat Indonesia, Tujan tersebut. Indeks Pembangunan Manusia yang
pembangunan tersebut digambarkan oleh selanjumya disebut IPM merupakan indikator

23
24 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33

gambungan (Composite Index) dari Umur pemlasalahan tersebut, Sebagai serambi


Harapan Hidup (UHH), Tingkat Partisipasi Sumatra dengan tingkat migrasi keluar
Pendidikan dan Tingkat Pendatapatan (emigrasi) dan migrasi masuk (imigrasi) yang
Masyarakat. Dengan kata lain pembangunan tinggi, maka propinsi Lampung rentan
manusia atau kesejahteraan dibangun tiga terjadinya penularan berbagai penyakit
sektor utama yaitu Kesehatan yang bertanggung termasuk HIV/AIDS sebagai akibat arus
jawab terhadap UHH, Pendidikan yang mobilisasi, baik masuk maupun keluar cukup
bertanggung jawab terhadap Tingkat Partisipasi tinggi. Demikian pula penderita HIV/AID,
Pendidikan dan sektor-sektor lingkup kasus AIDS sejak tahun 2002 sampai 2011
pendapatan yang bertanggung jawab terhadap kecenderungannya makin meningkat. Pada
Tingkat Pendatapatan Masyarakat. IPM tahun 2002 ditemukan 1 kasus dan pada tahun
Indonesia saat ini kendati mengalami 2011 jumlah sebanyak 233 kasus baru ( Dinas
peningkatan dibandingkan dengan beberapa Kesehatan Provinsi lampung, 2012).
tahun lalu (Tempo.com, 2013) namun ini masih Dari hasil wawancara dengan Sdr.
dibawah negara-negara serumpun seperti Zakaria Anwar dari sekretariat Komisi
Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam Penanggulangan Aids (KPA) Lampung Selatan,
Filipina, (UNDP, 2013). pada tauggal 2 Juni 2013 bahwa di Kabupaten
Permasalahan sektor kesehatan sebagai Lampung Selatan kecenderungannya juga
penyebab rendahnya IPM Indonesia adalah semakin meningkat, yaitu Orang Dengan
sangat kompleks. Berbagai penyakit menular HIV/AIDS (ODHA) pada tahun 2005
banyak yang dapat diberantas. Bahkah ditemukan 4 orang, dan pada tahun 2013 ini
penyakit-penyakit yang telah lama diberantas telah menjadi 44 orang baik kelompok Wanita
kini masih muncul dan untuk beberapa tahun Pekerja Seks (WPS) maupun Komunitas Waria.
kedepan sebagai Emerging Infectious Diseases Penyakit HIV/AIDS atau Human
(EID), seperti malaria, Influenza A, SARS, Inmmunodeyfeciency Disease adalah penyakit
termasuk juga HIV/AIDS, dsb. Sementara kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh
penyakit-penyakit tidak menular atau degeratif virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
dan penyakit-penyakit yang berbasis perilaku dan merupakan perilaku yang tidak sehat.
masyakat kini juga mulai bemunculan Perilaku tidak sehat itu diantaranya perilaku
Secara nasional penyakit HIV/AID sejak seks yang menyimpang, perilaku pengguna
tahun 2005 hingga tahun 2011 penemuan kasus narkotik dan obat yang berbahaya seperti Napza
baru semankin meningkat (Kemkes RI, 2012). khususnya yang menggunakan jarum suntik
Tahun 2011 kasus baru ditemukan berjumlah (Praptoraharjo, 2007), di Manado perilaku seks
559 kasus baru dan tahun 2011 ditemukan berkaitan dengan pengetahuan HIV/AIDS pada
4,162 kasus baru, sehingga secara kumulatif WPS dau sikap tentang dan perilaku
jumlahnya menjadi 29,879 kasus. Hal mungkin penggunaan kondom pada pria pelanggan WPS
merupakan penemuan dari Fenomena Gunung (Juliastika, 2011).
ES (Iceberg Phenomena) seperti yang diramal Sebagai pintu gerbang Pulau Sumatra
oleh para ahli dua dekade terakhir. Artinya Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan
kemungkinan kasus tersebut terutama penderita bagian dari Provinsi Lampung, khususnya di
HIV di masyarakat jauh lebih banyak dari Kalianda dan sekitamya dengan tingkat migrasi
angka tersebut di atas. Dan sebagai Emerging keluar (emigrasi) dan migrasi masuk (imigrasi)
Inkcrious Diseases (EID) kedepan dengan ke Kabupaten Lampung Selatan maka hal
metode penemuan kasus Voluntary, Conseling tersebut meperbesar resiko(rentan) penularan
and Testing (VCT), sero survey dan Survei HIV/AID di Kalianda dan sekitarnya.
Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) maka Permasalahan yang dapat dirumuskan
akan terus ditemukan kasus baru maupun lama adalah sebagai berikut, yaitu tingginya resiko
HIV dan AIDS, apalagi sebagai salah satu penularan dan penyebaran HIV/AIDS baik
Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium lingkungan WPS dan Komunitas Waria di
Development Goals (MDGs) sehingga setiap Kalianda dan sekitarnya, Kabupaten Lampung
negara termasuk Indonesia berpacu untuk Selatan.
memberantas penyakit HIV/AIDS. Tujuan penelitian adalah untuk
Propinsi Lampung sebagai propinsi mengetahui gambaran perilaku pencegahan
serambi Sumatra tidak terlepas dari penularan penyakit HIV/AIDS di lingkungan
Murwanto, Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada WPS dan Waria 25

WPS dan Waria serta peranan faktor-faktor digunakan dengan teknik Triang-gulasi.
determinannya, di Kalianda dan sekitarnya, Trianggulasi bila mungkin dengan :
Kabuapten Lampung Selatan a. Trianggulasi sumber, misalnya dengan
Cross check sumber data yang lain,
membandingkan dan melakukan kontras
METODE data, dengan gunakan kategori informasi
yang berbeda
Jenis penelitian bersifat kualitatif b. Trianggulasi metode, misalnya bila
dengan desain Deskriptif-Kualitatif, yaitu mungkin dengan metode Indepth Interview
gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku atau Wawancara Mendalam;
pencegahan HIV/ADS yaitu pada kelompok c. Trianggualsi data atau analisis, misalnya
resiko tinggi Wanita Pekerja Seks (WPS) dan minta umpan balik dari Informan Lain;
Waria. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Kalianda dan sekitarya Kabupaten Lampung Penyajian data penelitian kualitatif
Selatan. Waktu penelitian adalah Tahun 2013. disajikan dalam berbagai bentuk yaitu :
Karena penelitian ini bersifat a. Kuotasi adalah kutipan kalimat informan
kualitatif maka sampel diambil secara Purposiv dalam bentuk aslinya berupa kalimat-
(Purposive Sampling), jumlah informan kalimat atau dialog dan terpisah dalam
maksimal masing-masing kelompok WPS 10 paragraph tersendiri bila kalimat atau
orang dan Waria 10 orang, untuk diwawancarai dialog tersebut cukup panjang.
melalui Focus Group Discussion (FGD) atau b. Model yaitu hasil hipotesis hasil
Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dan kesimpulan interaksi berbagai pihak dalam
Wawancara Mendalam (Indepth Interview) penelitian ini.
sebanyak 2 orang sehingga jumlah seluruhnya
20 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik penelitian keulitatif dalam
bentuk Focus Group Discussion (FGD) maka
Hasil
subyek penelitian adalah para informan yang
berasal dari kedua kelompok tersebut (WPS dan
Waria). Untuk pelaksanaan trianggulasi data 1. Karakteristik Informan.
mauapun sumber menggunakan metode Indepth
Interview (Wawancara Mendalam), baik kepada Karakteristik informan yang
informan tersebut maupun kepada informan lain tergambarkan dari informan adalah mulai tamat
seperti petugas kesehatan dan tokoh LSM. SD sampai tamat SLTA. Sebagian besar
Pengumpulan data, Data Primer, informan hanya tamat SD (50%) dan sebgian
dikumpulkan melalui alat perekam (perekam kecil tamat SLTA (15%), umur informan
kaset). Data Sekunder melalui observasi antara 20 tahun-45 tahun, dengan mayoritas
pencatatan dan pelaporan, dan trianggulasi data 20-30 tahun (60%) dan yang palin sedikit umur
maupun sumber dengan pihak-pihak terkait. diatas 40 tahun (15%). Dengan latar belakang
Dsb. Setelah data hasil rekaman dikumpulkan, social ekonomi keluarganya sebagian besar
didiskripsikan dalam bentuk tulisan kedalam petani dan miskin.
bentuk matriks. Langkah berikutnya setelah
data yang diskripsikan adalah yaitu analisis isi 2. Sosiopsikologis.
atau makna kalimat yaitu sebagai berikut :
a. Reduksi data. : rnembuang kata-kata yang Keadaan sosiopsikologis digambarkan
tidak penting dan mengambil kata-kata dengan proses pembentukan kelompok atau
yang mengandung makna atau arti dari komunitas. Pada komunitas WPS terjadi secara
kalimat para informan; spontan, dan informal misalnya dari SMS,
b. Menyimpulkan mengambil kata-kata yang karena rasa kebutuhan dipedulikan, solideritas
mengandung makna kalimat para teman, perasaan senasib dan akibat merasa
informan; minder di masyakat karena tidak ada yang
Untuk memperoleh veritikasi data agar mempedulikan mereka seperti komentar mereka
akurat dalam metode kualitatif, maka Validasi pada Kotak 1 Demikian hal yang sama terjadi
26 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33

pada Komunitas Waria Dimulai dari kumpul- lebih formal mereka merasakan masih ada pro
kumpul merasa senasib. Kelompok Waria ini dan kontra di masyarakat. Lain halnya
mereka beri nama “Gaila”. Dan tidak secara keberadaan komunitas WPS yang belum
formal sehingga lebih cocok disebut diterima di masyarakat keberadaannya (masih
“Paguyuban” (Kotak 2). tertutup), beberapa contoh pernyataan berikut:

Kotak 2 : Kotak 13
....nama kelompok gak ada….….mungkin lebih “...... ya saya pergi dari rumah
tepat disebut komunitas… namanya “Gaila”… …kemana gitu…merantau.......”
..Tapi.. kalu ngumpul-2 sih dah sering.. dimana WP06
gitu… diSalonnya Syukur yg paling sering....

WR 04 4. Kerentanan HIV/AIDS Yang


Dirasakan.
Pada dasarnya mereka aktif dalam
Kerentanan terhadap penyakit
melaksanakan peranan dalam kelompok. Hal ini
HIV/AIDS yang digambarkan dengan perasaan
karena mereka mempunyai berbagai
mereka terhadap keberadaan, dan keganasan.
kepentingan, baik secara pribadi (solidaritas)
Tentang keberadaan penyakit HIV/AIDS
maupun organisasi terutama dengan KPA,
mereka menggapanya biasa-biasa saja, sudah
termasuk minta perhatian pemerintah. Karena
tidak asing lagi, diantara mereka sudah ada
ajang kumpul-kumpul selai untuk perluan KPA
yang menjadi ODHA (Kotak 15). Namun
mensuplai kondom dan lubrikan, juga untuk
demikian mereka tetap waspada dalam
ajang silatuhami, curhat, dsb. Dengan adanya
menghadapai penyakit HIV/AIDS dengan
KPA selain untuk mendapat informasi tentang
berperilaku mencegah penyakit HIV/AIDS
HIV/AIDS dan mendapatkan jatah alat
(Kotak 16).
pencegahan penularan HIV/AIDS seperti
kondom, lubricant, alat peraga, dan sebagainya. Kotak 15
KPA juga menjadi tempat berkumpul mereka “..maksudnya yang penting kalau ada teman yg
jika ada pertemuan yang diadakan oleh KPA dah jadi ODHA.. … yang positif temen kita ada
sendiri. Namun yang lebih penting bagi mereka 3.. tadinya ada 5 yg 2 dah meninggal…”
adalah mereka sekarang mulai merasa ada yang WR10
mempedulikan mereka yaitu KPA. Peduli yang
dimaksud adalah perhatian secara psikis.
Kotak 16
3. Struktur Sosial. “…biasa aja tentang AIDS..gak ada yang kita
cemaskan…. Yang penting kita atau gimana
mencegahnya itu aja…”
Semua kelompok baik Komunitas WPS
WR06
maupun Waria mempunyai panutan. Untuk
Komunitas WPS adalah Bunda Sully (Suliyati)
5. Keseriusan HIV/AIDS Yang Dirasakan.
yang merupakan mucikari mereka. Dari
komunitas Waria adalah Zahri dengan julukan Dari kelompok Waria mereka
“Bunda Ratu” seorang penjangkau di KPA dan menyatakan tetap serius menghadapi penyakit
Syukur yang dijuluki “Madam” yang memiliki HIV/AIDS didepan mata mereka (sebagai
Salon Kecantikan dimana tempat sering kelompok resiko tinggi), contoh pernyataan
komunitas Waria mangkal. Seorang petugas mereka pada Kotak 17. untuk itu mereka tetap
KPA pun Zakaria Anwar mereka menganggap waspada untuk tetap menjaga agar tidak
sebagai panutan. ketularan dengan berperilaku mencegah
Komunitas Waria keberadaannya di ketularan penyakit HIV/AIDS (Kotak 18).
masyarakat sudah lebih terbuka atau dianggap
hal yang biasa saja, terutama tetangga. Kecuali Kotak 17
ada orang baru yang masih menganggapnya “….penyakit yang mematikan, menyeramkan,
asing, itu pun dilihat dari ekspresi wajahnya mengerikan......”
bila pas berjumpa misalnya serombongan anak WR07
remaja yang kadang menggoda. Namun secara
Murwanto, Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada WPS dan Waria 27

Sedangkan dari kelompok WPS Kotak 22


menganggapnya sebagai hal biasa-biasa saja.
Menurut mereka bukan hal yang asing lagi. “….…istilahnya no condom no
Mungkin mereka menganggap biasa karena sex……maksudnya ..caranya… ya kita masukin
mereka terbiasa menghadapi dan yang lebih melalui mulut kita waktu ngisep
barangnya…….”
penting sudah terbiasa melakukan pencegahan. WP04
Kotak 18
7. Peranan Media Dalam Kampanye
“….ya gmn lagi perasaan kita kita ..sy pribadi HIV/AIDS.
biasa aja tuh. ..maksudnya dah biasa perasaan
sy bukan hal yag asing…” Media yang sangat berperan disini adalah
WP07 media yang berasal dari KPA sendiri termasuk
klinik VCT. Hampir setiap pertemuan di KPA
dia mendapatkan media-media terutama berupa
6. Manfaat dan Rintangan Yang Dirasakan. brosur/leaflet yang paling banyak kemudian
poster serta dari penyampaian langsung jika ada
Manfaat yang dirasakan terutama adalah
pertemuan. Sedangkan dari sumber lain mereka
minimal pengetahuan tentang cara-cara
rasakan masih sedikit, seperti melalui televisi,
pencegahan penyakit HIV/AIDS bagi dirinya
atau mediamedia luar gedung seperti Poster,
sendiri. Selain itu juga manfaat bagi orang lain,
Baliho, Billboard, dan sebagainya.
bagi yang belum mengetahui. Bagi pendatang
baru (baik yang baru bergabung di komunitas Kotak 24
maupun yang baru menjadi WPS), maka “…betul selain brosur poster yang banyak ttg
sebagai teman yang sudah tahu kemana bila AIDS… ada juga apa namanya yg kaya iklan
mengalami keluhan sakit, dengan gejala-gejala itu……..oh ya baliho, Billboard juga
yang dipersepsikan oleh mereka sebagai banyak…..”
kelompok penyakit Infeksi Menular Seksual WP07
(IMS), maka mereka akan membawa ke klinik
VCT di RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM., dan 8. Perilaku Pencegahan HIV/AIDS.
untuk yang berikutnya mereka diajak KPA bila
ada pertemuan. Selain itu secara manfaat Secara keseluruhan perilaku pencegahan
kelompok yang dirasakan adalah dalam rangka HIV/AIDS baik dari komunitas WPS maupun
silaturahmi kelompok. waria sudah baik, walaupun masih ada
kekurangan sedikit bila dilihat dari bagian.
Kotak 20 Kekurangan tersebut misalnya bagian atau
“…….. kalau ada yg kerasan gak enak di badan segmen dari pengetahuan dari komunitas WPS.
yak ke klinik VCT…… Sebagian besar dari mereka tidak bisa
WP06 menjawab pertanyaan apa itu penyakit
HIV/AIDS, seperti digambarkan pada kotak-
Sedangkan hambatan dalam pencegahan kota berikut ini.
penyakit HIV/AIDS yang utama adalah dari
para pengguna/pelanggan, sebagian dari mereka Kotak 29
dalam kelompok Waria disebut “Kucing”, “….…menurut saya penyakit menular yang
“Brondong”, tidak mau meng-gunakan mematikan….karena kekurangan daya tahan
kondom. Untuk kelompok WPS taktik mereka tubuh………”
agar mereka mau adalah dengan menaikan tarif WR06
kencan mereka dua kali lipat. Bila tetap tidak
mau menggunakan kondom, mereka
berkomitmen tidak mau main dengan semboyan Kotak 30
mereka “No Condom, No Sex”. Taktik kedua “…..… penyakit akibat berhubungan seks…
supaya nyaman menggunakan kondom adalah jarum suntik narkoba juga……..”
dengan dimasukan melalui mulut WPS yang WR07
bersangkutan.
28 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33

Demikian pula tentang penyebab


Kotak 39
penyakit HIV/AIDS, sebagian besar mereka
juga tidak mengerti tentang penyebab penyakit “…....kalau kita main di rumah atau di kebon
HIV/AIDS. juga bias..pokoknya dimana aja bisa…….”
WR07
Kotak 32
“… hubungan seks yg ganti-2 pasangan… Kotak 40
kalau gak ganti pasangan gak kena……”
WR08 “…. Dimana aja sih sekarang… klu mau
ketularan…. Gak harus di tempat
pelacuran…..maksudnya di pantai..di gubuk
Kotak 33 …di rumah….”
WP01
“…seks bebas atau ganti-2 pasangan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi…”
WR04 Sikap informan terhadap penyakit HIV
AIDS sebagian besar biasa saja. Namun
Sedangkan tentang cara penularan mereka demikian meraka tetap waspada terhadap
mengerti semua yaitu tidak pake kondom, penularannya. Kenapa mereka menganggap
jarum suntik pengguna narkoba yang digunakan biasa saja, karena sebagian dari teman mereka
bergantian, seks bebas, ganti pasangan bahkan sudah terjangkiti penyakit tersebut atau telah
ada yang mengerti juga dapat melalui air susu mejadi ODHA yaitu berjumlah lima orang dan
ibu kepada anaknya, dsb. Hal ini wajar karena yang dua orang telah meninggal dunia.
hal tersebut merupakan jargon mereka sehari-
Kotak 41
hari dalam melaksanakan pencegahan, sehingga
sering disalahartikan kepada bagian perilaku “……..ya biasa-2 aja mas sekarang mah..lha
yang lain yaitu tentang apa arti dan penyebab diantara kita udah ada yang kena AIDS
HIV/AIDS tersebut diatas. kok..biasa aja tuh sikap kita………”
WR03
Kotak 35
Kotak 42
“…..… macam-2 bang ….. main ama cewek..
.dari narkoba.. …maksudnya jarum “… ya biasa-2 aja tuh mas …. Abis gmn
suntiknya……..” lagi…… maksudnya sih kita menentang..tapi
kakalu tau-2 kita ketularan gmn… yg penting
kita tetap puasa untuk mencegahnya…”
WP01
Kotak 36
“…....seks bebas atau ganti-2 pasangan gak Dari semuanya yang menarik adalah
peke kondom, melalui cairan vagina, air susu perilaku pencegahan penularan penyakit
ibu…….” HIV/AIDS, telah positif atau baik tingkat
WR04 perilakunya. Sebagian besar informan telah
memahami usaha-usaha pencegahan penyakit
Tempat terjadinya penularan HIV/AIDS tersebut. Penggunaan kondom adalah jargon
sebagian besar informan mengerti yaitu dimana dalam melayani pasangannya. Bahkan jargon “
saja dapat terjadi, artinya tidak harus ditempat No Condom, No Sex” telah melekat dihati
khusus atau pelacuran. Menurut mereka dapat mereka. Jargon yang lain menu-rut informan
terjadi dimana saja misalnya di Hotel, di rumah, untuk tidak menghindari penggunaan jarum
dan sebagainya. suntik (penasun) secara bergantian terutama
bekas penggunaan Narkoba.
Kotak 38 Mereka telah mengenal semboyan
penyuluhan dari KPA yaitu “ABCDE”. A ber-
“….sekarang diamana aja bisa..la ibu rumah arti Abstimen (menjauhi hubungan seks), B
tangga aja bisa kena kok…..”
artinya Being Faithful (setia pada pasangannya
WR04
bila ingin berhubungan seks), C (condom)
menggunakan kondom bila tidak bisa setia pada
Murwanto, Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada WPS dan Waria 29

pasangannya, D (Drugs) tidak mengkonsumsi Pembahasan


narkoba, terutama penggu-naan jarum
suntik (penasun), E (education) member 1. Kondisi Karakteristik (Demografi)
penyuluhan pada teman dan orang lain, setelah
Kondisi demografis yaitu keadaan sosial
kita sendiri melakukannya. Namun semboyan
ekonomi yang sangat rendah (pendapatan dan
“ABCDE” sulit secara tepat para informan
pendidikan) dengan umur yang relatif muda
karena keterbatasan tingkat pendidikan
para informan memberi peluang khususnya
khususnya bahasa Inggris walaupun prinsipnya
untuk menjadi WPS, demikian juga terjadi di
informan tersebut mengerti, seperti pada kotak
Crotia dimana resiko atau rentan penderita
berikut ini.
HIV/AIDS (Stullhofer, A., et. al. 2005),
Didukung oleh kondisi georgafi Kec. Kalianda
Kotak 46 dan sekitarnya yang merupakan pintu gerbang
“….. apa itu istilahnya ABCDE… sy lupa Provinsi Lampung sekaligus Pulau Sumatra ke
lagi....maksudnya A itu Abstinen tidak Pulau Jawa untuk mencari pekerjaan. Tingginya
berhubungan seks..B setia dgn pasangannya… C mirgrasi penduduk dan mudahnya akses
..condom alias pake kondom, D jangan pake berjumpa berbagai kelompok resiko tinggi
Jarum suntik narkoba.. E …..…” penyakit IMS dan HIV/AIDS, misalnya para
Khusus untuk komunitas Waria ada WR08 sopir truk lintas dan kelompok lainnya. Hasil
triangulasi data melalui wawan-cara mendalam
satu lagi cara pencegahan setelah menggunakan
pada WP02, memang menun-jukan bahwa para
kondom yaitu menggunkan pelicin berupa
WPS berasal dari yang jauh mulai dari
Lubricant yang didapat dari KPA. Lubricant
Palembang (Sumsel), panjang Bandar
digunakan untuk menghindari terjadinya
Lampung, maupun dari Pulau Jawa, misalnya
kondom robek akibat gesekan. Namun jumlah
dari Jakarta dan Wilayah Banten, walaupun dari
lubricant yang di berikan dari KPA tidak
dekat juga seperti dari Kalianda atau sekitar
sebanding dengan jumlah kondom yaitu hanya
Gayam kecematan penengahan.
1/12 nya (1 Kotak Lubricant berisi 1 lusin atau
12 buah, sedangkan kondom 1 kotak berisi 1 2. Sosiopsikologis
gross atau 144 buah). Bila kehabisan Lubricant
mereka menggunakan Hand Body. Pembentukan kelompok atau komunitas
baik WPS maupun Waria yang lansung
Kotak 48 dibawah pembinaan KPA berdampak positif
“…..semua kondom dan lumbrican dapet dari terhadap pengendalian dan pencegahan
KPA, tiap bulan… kondom dapet 1 pak 144 tapi penyakit IMS maupun HIV/AIDS. Namun yang
pelicinya itu cuma 20 biji perkotak……” lebih berfanfaat lagi justru memberi dampak
WR08 psikologis positif juga bagi mereka seperti
tempat bersilaturahmi, “curhat” mem-bangun
kebersamaan diantara mereka mereka juga
Khusus informan dari komunitas WPS mempunyai orang-orang yang menjadi panutan
salah satu yang persepsikan sebagai pence- dan mereka sekarang merasa ada yang
gahan adalah cuci vagina namun jarang mempedulikan seperti pernyataan mereka pada
dilakukan. Kalaupun dilakukan bukan dengan Kotak 3, 4 dan 5 diatas.
dokter tetapi dilakukan sendiri menggunakan Orang-orang yang menjadi panutan
sabun atau daun-daun pohon tertentu. tersebut dapat menjadi penjangkau di KPA.
Klinik VCT dan KPA merupakan Dampak positif secara psikologis tersebut
tumpuan akhir mereka bila mereka menghadapi akhirnya kembali lagi memberi dampak positif
masalah misalnya tertular dengan penyakit IMS kepada pengendalian dan pencegahan penyakit
(Infeksi Menular Seksual) seperti sifilis, IMS maupun HIV/AIDS.
gonoerhoe, dsb. Selain untuk mengantar teman
(biasanya orang baru) yang mengalami 3. Struktur Sosial
masalah penyakit IMS atau HIV/AIDS dan
belum tahu ada klinik VCT dan KPA. Secara struktur social kelompok informan
Waria relatif merasa lebih diakui keberadaanya
30 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33

di masyarakat ini artinya lebih terbuka, berarti secara tidak sadar mereka terhubung
dibandingkan kelompok informan dari WPS dengan jaringan penanggulangan penyakit
yang lebih tertutup keberadaannya seperti juga HIV/AIDS (termasuk IMS) yaitu Klinik VCT
terjadi di Lokalisasi Sunan Kuning, Kota RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM (RSUD
Semarang (Macmudah, dkk, 2011 sehingga Kalianda dahulu) Kab. Lampung Selatan
lebih sulit dalam pengendalian dan pencegahan (pernyataa Kotak 19), dengan Dinas Kesehatan
penyakit IMS maupun HIV/AIDS. Kabupaten Lampung Selatan dan pihak-pihak
Dengan demikian mereka dalam menja- lain yang terkait.
lankan tugas lebih bersifat terselubung (diam- Hambatan-hambatan yang mereka rasakan
diam) yang oleh Iryanto dalam Yuniarti D., dalam penanggulangan penyakit HIV/AIDS
2012 disebut WPS Tidak Langsung. adalah selain keberadaan mereka yang belum
diterima oleh masyarakat (khususnya WPS)
4. Kerentanan Terhadap HIV/AIDS Yang adalah konsumen mereka yang tidak mau
Dirasakan menggunakan kondom. Namun dengan mereka
mempunyai taktik dan komitmennya. Taktiknya
Walaupun mereka merasa rentan terhadap adalah dengan menaikan tarif dan komitmen
penyakit HIV/AIDS (sebagai kelompok resiko mereka “No Condom, No Sexs”.
tinggi) dan menjadi ancaman namun mereka
menggagap penyakit tersebut hal yang biasa- 7. Peranan Media Dalam Kampanye
biasa saja, tidak asing lagi karena sudah ada HIV/AIDS
diantara mereka yang menderita HIV/AIDS
(ODHA), seperti pernyataan mereka pada Peranan media dalam kampanye
Kotak 14 dan 15. Perasaan kerentanan juga HIV/AIDS dalam penanggulangan penyakit
merupakan hal wajar dilingkungan para WPS, HIV/AIDS dikelompok ini yang mereka
contohnya terjadi WPS di Lokalisasi Sunan rasakan paling dominan adalah media-media
Kuning, Kota Semarang, Jawa Tengah berasal dari KPA (poster, brosur, alat peraga)
(Machmudah, dkk., 2011), seperti pada contoh dibandingkan sumber-sumber lain seperti TV,
pernyataan berikut : Surat Kabar. Media-media luar gedung (out
doors) seperti spanduk, billboard, baliho,
“Saya bisa terkena penyakit kelamin ….bahkan mereka rasakan sedikit peranannya.
penyakit seperti AIDS”. (R2) Peranan KPA dalam penyebaran informasi
sangat besar kepada mereka karena memang
5. Keseriusan Terhadap HIV/AIDS Yang tugas KPA adalah memberikan penyuluhan dan
Dirasakan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
penyakit HIV/AIDS. Selain frekuensi tingkat
Demikian juga dalam hal keseriusan pertemuan mereka yang dilaksanakan oleh KPA
terhadap penyakit HIV/AIDS yang dirasakan cukup tinggi. Menurut keterangan Sdr. Zakaria
para informan WPS maupun Waria, mereka Anwar selaku Asisten Koordinator KPA
menganggap serius terhadap ancaman penya-kit Lampung Selatan dalam setahun rata-rata
HIV/AIDS namun mereka merasakan dan dilakukan pertemuan 4 kali yaitu Pelatihan PE
menanggapinya biasa-biasa saja. (Peer Edicator). Menurut Zakaria Anwar
diperkirankan kelompok yang dibinanya
6. Manfaat dan Rintangan Yang Dirasakan mencapai tiga ratusan orang untuk WPS dan
seratusan orang untuk Waria.
Manfaat yang dirasakan dari kedua
kelompok ini (WPS dan Waria) setelah 8. Perilaku Pencegahan HIV/AIDS
bergabung KPA Lampung Selatan, minimal
untuk diri membantu sendiri memahami apa itu Perilaku pencegahan HIV/AIDS bagi
HIV/AIDS, bagaimana cara-cara kedua kelompok ini sangat baik, walaupun dari
pencegahannya dan menghilangkan stigma- segi pengetahuan HIV/AIDS relatif masih
stigma. Kemudian dapat membanu orang lain kurang. Sebagian besar mereka tidak bisa
(teman sebaya) yang merasa kesulitan menjawab pertanyaan tentang “Apa itu penyakit
mengadapi penyakit HIV/AIDS maupun IMS. HIV/AIDS ?”. Demikian pula tentang penyebab
Dengan bergabungnya mereka dengan KPA penyakit . Namun tentang cara penularan
Murwanto, Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada WPS dan Waria 31

penyakit mereka dengan sigap menjawab informan, struktur social, keseriusan penyakit,
dengan baik, demikian pula tentang empat kerentanan terhadap penyakit, hambatan-
terjadinya penyakit. hambatan dan manfaat serta peranan media
Tentang sikap para informan tampak akhirnya terakumulasi dalam bentuk perilaku
“ambigu”, atau mungkin “ragu-ragu”. Dilain yang positif dalam mencegah tertularnya
pihak mereka mengangap penyakit tersebut penyakit HIV/AIDS. Program HIV/AIDS
menakutkan namun sikap mereka biasa-biasa lainya ke masya-rakat melalui Dinas Kesehatan
saja dengan berbagai alasan. Kab. Lampung Selatan selalu bekerja sama
Namun yang menarik adalah perilaku dengan KPA dan Klinik VCT RSUD Dr. H.
mereka sangat positif terhadap penanggu- Bob Bazar, SKM.
langan dan pencegahan penyakit HIV/AIDS. Menurut keterangan pengelola Klinik
Misalnya semboyan “No Condom No Sexs” VCT RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM yaitu dr.
seolah menjadi jargon mereka sehari-sehari, Reni Indrayani, MKM dan Bambang Riyanto,
karena hampir semua jawaban tentang SKM, dalam menjalankan tugasnya terkadang
pencegahan penyakit HIV/AIDS yang utama bersifat “mobile” yaitu memberi layanan
menajawab “dengan memakai kondom”, konseling dan pemeriksaan di lapangan, seperti
kemudian jarum suntik pengguna narkoba dan di Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni. Klinik
yang lainnya. Demikian juga terjadi pada WPS VCT RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM . Klnik
di Kota Manado, Sulawesi Utara, dimana VCT sekrang sudah berfungsi sebagai PITC
mereka selalu menawarkan dan mewajibkan atau Provider Iniciative Testing and Conceling.
pelanggan untuk menggunakan kondom saat Kalau Klinik VCT hanya mengandalkan
berhubungan seks (Juliastika, dkk, 2011). kesukarelaan (Volunteery) yang bersangkutan
Mereka juga mengerti tentang cara untuk diperiksa, kalau PITC pemeriksaan
pencegahan yang disemboyankan oleh KPA insiatif dari pihak petugas bila dicurigai atau
yaitu “ABCDE” atau A berarti Abstenence masuk dalam kelompok resiko tinggi (para
(hindari hubungan seks), B artinya Being supir truk transit di Pelabuhan Penyebrangan
Faithful (setia pada pasangannya bila ingin Bakaheni, para penjual/ pedangan asongan, dan
berhubungan seks), C (Condom) menggunakan para pekerja pelabuhan lainnya).
kondom bisa tidak bisa setia pada pasangannya, Kondom dan lumbricant didistribu-sikan
D (Drugs) tidak mengkonsumsi narkoba, kepada kelompok WPS maupun Waria melalui
terutama dengan penggunaan jarum suntik 3 orang penjangkau yang masing-masing setiap
(penasun), E (education) memberi penyuluhan orangnya membawa 3 kotak kondom dan
pada teman sebaya (peer education) dan orang lubricant. Bila di KPA cadangan (stok) kondom
lain, setelah kita sendiri melakukannya, habis maka mereka juga bisa mendapatkan dari
walaupun secara tidak lengkap karena Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
keterbatasan bahasa Inggris sebagai akibat Berencana (BP2KB) KabLampung Selatan.
pendidikan mereka yang rendah. Namun bentuk Demikian kerjasama dengan pihak-pihak terkait
aksi lain adalah peer education atau lainnya sesuai dengan peranannya seperti
memberikan pengetahuan dengan teman Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
sebayanya, seprofesinya, misalnya dengan (BPMD), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
menberi tahu koseling ke Klinik VCT bila (Disnakertrans), Satuan Polisi Pamong Praja
mengalami keluhan-keluhan yang dicurigai (Sat. Pol PP). Untuk menjangkau para resiko
penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). tinggi yang belum terjangkau oleh KPA, Klinik
Peranan peer education ini sangat penting juga VCT/PITC yang bersifat Mobile di lapangan
terjadi Kota Pontianak (Suwarni, 2009). bekerjasama dengan PT. ASDP Cab. Bakaukeni
Sedangkan pengetahuan dan perilaku dan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
HIV/AIDS tidak mempunyai hubungan Kalianda, yaitu untuk menjangkau para supir
bermakna juga ditemui para WPS di Kota truk, pedagang asongan, dan pekerja pelabuhan
Manado (Juliastika, dkk., 2011), demikian pula lainnya serta para narapidana. Secara singkat
hubungan pengetahuan dengan sikap. hubungan kerjasama penanggulangan
Jadi walaupun factor-faktor yang HIV/AIDS di Lampung Selatan (di Kalianda
beresiko untuk terjadinya kasus HIV/AIDS, dan Sekitarnya) dapat dilihat Gambar berikut:
seperti faktor demografi atau karakteristik
32 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33

Gambar 1. Model Hubungan Kerjasama dan keterkaitan Penaggulangan HIV/AIDS di


Kalianda dan Sekitarnya Kabupaten Lampung Selatan

Lembaga
Pemasyarakatan Komunitas Komunitas
Kelas II Kalianda WPS Waria
PT ASPD
Indonesia Ferry
Cab. Bakaheni

Klinik VCT/ PITC


Komisi Penanggulngan
RSUD Dr. H. Bob Dinas
AIDS (KPA)
Bazar, SKM Kesehatan
Kab. Lampung Selatan

Dinas Tenaga Badan Badan Pemerdayaan Dinas Tenaga


Kerja dan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Kerja dan
Transmigrasi Masyarakat Desa Berencana (BP2KB) Transmigrasi
(Disnakertrans) (BPMD) (Disnakertrans)

9. Gambaran Kontradiksi Perilaku itu bukan kasus baru, artinya mereka terinfeksi
Penanggulangan HIV/AIDS dengan dari sebelum dibina oleh KPA, KPA dan Klinik
Jumlah Kasus HIV/AIDS VCT RSUD Dr. H. Bob bazaar, SKM, sertaj
ajaran Pemdakab. Lampung Selatan saat ini
Keadaan kasus HIV/AIDS positif belum ada laporan kasus baru penderita
(ODHA) di Lampung Selatan makin tahun HIV/AIDS.
makin meningkat, seolah tidak ada hasil
pembinaan jajaran Pemda Lampung Selatan, SIMPULAN
khususnya pihak KPA, dengan kata lain
perilaku pencegahan HIV/AIDS yang sudah 1. Perilaku pencegahan penyakit HIV/AIDS
baik yang dilaksanakan oleh komunitas WPS oleh kelompok WPS dan Waria sudah baik.
dan Waria di Kalianda dan sekitarnya tidak ada Hal ini terbukti tidak ada kasus baru
gunanya. Sebagai contoh dalam bulan Januari penderita HIV/AIDS dari kalngan mereka
2014 menurut informasi dari KPA maupun (WPS dan Waria);
Klinik VCT RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM, 2. Kinerja KPA, Klinik VCT/PITC RSUD Dr.
kasus baru ada 3 orang. H. Bob Bazar, SKM, sudah baik namun
Setelah peneliti mencari informasi bahwa terus ditemukan penderita baru HIV/AIDS
3 orang tersebut bukan dari kelompok WPS dan dari kalangan luar, yang belum terjangkau
Waria binaan KPA dan Klinik VCT RSUD Dr. oleh pembinaan dari KPA, Klinik
H. Bob bazaar, SKM, serta jajaran Pemdakab. VCT/PITC RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM.
Lampung Selatan sebagaimana tergambar pada 3. Jaringan kerjasama antar pihak terkait dalam
Gambar 1. Memang seperti yang telah penanggulangan penyakit HIV/AIDS sudah
dikatakan oleh para informan tentang terbentuk di lingkungan Pemerintah
keberadaan teman mereka yang telah menjadi Kabupaten Lampung Selatan.
ODHA (Kotak 14), bahwa mereka
32 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 1,April 2014, hlm 23-33

DAFTAR PUSTAKA Stullhofer, A., et. al. 2005. HIV/AIDS-


Realted Knowledge, Attitudes and
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Sexual Behaviors as Preditors of
Profil Keseharan Propinsi Lampung Condom Use Among Young Adult in
Tahun 2011. Lampung : Dinas Croatia; Croatia: International Family
Kesehatan Propinsi Lampung. Planning Prespectives, Zagreb, Croatia
Juliastika, dkk. 2011. Hubungan
Suwarni, L., 2009. Monitoring Parental
Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan
danPerilaku Teman Sebaya Terhadap
Sihap dan Tindakan Penggun Kondom
Perilaku Seksiual Remaja SMA di Kota
Pria dan Wanita Pekerja Seks di kota
Pontianak. Jurnal Promosi Kesehatan
Manado, Fakultas Kesehatan
Indonesia Vol4/No.2/Agustus 2009.
Masyamkat. Manado : Universitas Sam
Ratulangi.
Tempocom. 2013. Indeks Pembangunan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Manusia Indonesia Naik. UNDP.
2012. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI. UNDP. 2013. Human Development Indexs
Report, 2013.
Praptorahaijo, L, dkk. 2007. Jaringan
Seksual dan Perilaku Berisiko Yuniarti, D. 2012. Hubumgan Karakrersitik
Pengguna Napsa Suntik :Episode lain Wuniia Pekerja Seks (WPS) Dengan
Penyebaran HIV di Indonesia, Berita Kejadian infeksiMenuIar Seksual
Kedokteran Masyarakat, Vol. 23 No. 3 (IMS) Dan Human Immunodefeciency
September 2007. Virus (HIV) di Wilayah Puskesmas
Bakauheni Kecamatan Bakaukeni
Machmudah, dkk. 2011. Studi Etno- Kabupaten Iampung Selatan Tahun
metodologi Wanita Penjaja Seks 2012. Lampung: Program Pasca
(WPS) dan Infeksi Menular Seksual Sarjana, Magister Kesehatan
(IMS) di Lokalisasi Sunan Kuning, Masyarakat Stikes Mitra Lampung.
Kota Semarang;http://jurnal.unimus.ac

You might also like