Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi Asal Kabupaten Bulukumba Yang Berpotensi Sebagai Antikanker Asni Amin
Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi Asal Kabupaten Bulukumba Yang Berpotensi Sebagai Antikanker Asni Amin
Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi Asal Kabupaten Bulukumba Yang Berpotensi Sebagai Antikanker Asni Amin
Asni Amin
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
email : nienieasni_apt@yahoo.com
Abstract
The use of traditional medicine has long been known and used by the people of South Sulawesi
and recorded since the 15th century in lontara 'pabbura. Bulukumba as one of the areas of south
Sulawesi inhabited by ethnic of Kajang and ethnic of Makassar has also been used plants to treat
several of diseases including. Screening studies pharmacognostic origin Bulukumba conducted
to identify medicinal plants used by the community Bulukumba to treat cancer. The research
location is the village of Bahari Bonto Lembanna District Bulukumba, The research location is
the village Lembana of Bonto Bahari District Regency of Bulukumba, the surveys plants
etnofarmasi through sanro (traditional healers), public figures and society who have knowledge
of traditional medicine with purposive sampling method. Pharmacognosy screening includes
determination etnofarmasi plants that have been collected, organoleptic examination,
morphology, anatomy and identification of chemical constituents using color reagent and
precipitation reactions. The results obtained five plants etnofarmasi potential for the treatment
of cancer, leaf of landep (Barleria prionitis L.) Family Acanthaceae, gewor (Basella rubra L)
Famili Acanhtaceae, pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) Family Loranthaceae, rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa L.) family Rubiaceae dan gondola (Commelina benghalensis L.)
Family Commelinaceae, with chemical ingredients contain flavonoids, saponins, alkaloids, and
tannins. The content of flavonoids and alkaloids in plants has the potential to be used as a
cancer treatment.
Abstrak
Penggunaan obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan
dan dibukukan sejak abad ke-15 dalam lontara’ pabbura. Bulukumba sebagai salah satu wilayah
Sulawesi Selatan dihuni oleh etnis Makassar dan etnis Kajang juga telah menggunakan tanaman
termasuk untuk mengobati berbagai penyakit. Penelitian skrining farmakognostik asal Kabupaten
Bulukumba dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tanaman obat yang digunakan oleh
masyarakat Bulukumba untuk mengobati penyakit kanker. Lokasi penelitian adalah desa
Lembanna Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba, dengan mensurvei tanaman
etnofarmasi melalui sanro (pengobat tradisional), tokoh masyarakat dan masyarakat yang
memiliki pengetahuan tentang obat tradisional dengan metode purposive sampling. Skrining
farmakognosi meliputi determinasi tanaman etnofarmasi yang telah dikumpulkan, pemeriksaan
organoleptik, morfologi, anatomi dan identifikasi kandungan kimia menggunakan pereaksi
warna dan reaksi pengendapan. Hasil penelitian didapatkan lima tanaman etnofarmasi yang
potensial untuk pengobatan kanker yaitu daun landep (Barleria prionitis L.) Famili Acanthaceae,
gewor (Basella rubra L) Famili Acanhtaceae, pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) Famili
Loranthaceae, rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L.) family Rubiaceae dan gondola
(Commelina benghalensis L.) famili Commelinaceae, dengan kandungan kimia mengandung
flavanoid, saponin, alkaloid, dan tanin. Kandungan flavonoid, dan alkaloid dalam tanaman
berpotensi untuk digunakan sebagai obat kanker.
Penelitian dilakukan pada Oktober 2009– Reaksi warna dilakukan terhadap hasil
Maret 2010. penyaringan zat berkhasiat baik sebagai
hasil mikrosublimasi atau langsung
terhadap irisan serbuk simplisia :
Lokasi Penelitian:
1. Lignin: serbuk simplisia diberi
Penelitian tanaman etnofarmasi dilakukan larutan floroglusin P, tambahkan
asam klorida P, diamati di
di Desa Lembanna, Kec. Bontobahari
mikroskop, positif terdapat sel batu
Kabupaten Bulukumba, dan pengujian
jika dinding sel berwarna merah.
skrining farmakognosi dilakukan di
2. Pati / Aleuron: ditambahkan
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
pereaksi Iodium 0,1 N pada bahan
Fakultas Farmasi UMI.
yang akan diperiksa, pati berwarna
Metode : biru, dan aleuron berwarna kuning
coklat sampai coklat.
1. Pengumpulan data etnofarmasi di desa 3. Suberin, kutin, minyak menguap, dan
Lembanna dilakukan dengan penyebaran minyak lemak : bahan yang akan
kuisener dan wawancara dengan metode diperiksa diletakkan di atas kaca
purposive sampling (informan dipilih objek, tambahkan beberapa tetes
berdasarkan pengetahuan dan sudan III LP, bahan dapat
pengalamannya tentang tanaman obat, dijernihkan dengan klorohidrat,
yaitu dukun/sanro atau keturunannya, kecuali bahan yang mengandung
tokoh adat/masyakarat dan orang yang minyak atsiri.
berpengalaman dalam pengobatan 4. Uji adanya sterol dengan reaksi
tradisional), semua data etno-farmasi Liebermen Bouchard : 10 tetes
dikumpulkan sebagi data inventarisasi minyak lemak dan dilarutkan dalam
tanaman obat. 5 ml kloroform, campur dan amati
2. Pengumpulan sampel tanaman dan warna yang terjadi.
determinasi tanaman. 5. Selulosa: Untuk menentukan adanya
3. Pemeriksaan tanaman meliputi: uji selulosa bahan ditambahkan larutan
Organoleptik (bau, warna, dan rasa) dari seng (II) klorida beriodium,
tanaman dan simplisia, morfologi memberikan warna ungu merah.
tanaman, dan anatomi berupa 6. Zat samak / tannin: Bahan
pemeriksaan penampang melintang dan ditambahkan besi (III) ammonium
membujur dari daun, batang dan akar. sulfat P encer, zat samak dan
4. Pembuatan Simplisia dengan metode
pengeringan.
hepatoprotektor [3], dan pada masyarakat inisiasi, promosi maupun progresi melalui
Bulukumba digunakan juga sebagai obat mekanisme molekuler antara lain inaktivasi
antikanker. senyawa karsinogen, anti proliferatif,
penghambatan angiogenesis, cell cycle
Kandungan glikosida flavonoid pada rumput arrest, induksi apoptosis dan antioksidan
mutiara diduga mampu menghambat proses [11].
karsinogenesis baik secara in vitro maupun
in vivo. Penghambatan terjadi pada tahap
Tabel 1. Data tanaman etnofarmasi meliputi bagian tanaman, kegunaan, dan cara penggunaannya sebagai anti
kanker yang digunakan di etnis Makassar di desa Lembanna Kecamatan Bontobahari Kabupaten
Bulukumba.
No Nama Daerah Bagian yang Nama Simplisia Kegunaan Cara Penggunaan
digunakan
1. Bianta Daun Barleriae Folium peluruh haid, abortivum, dapat 7-10 lembar Daunnya
mengurangi rasa sakit dan direbus dengan 4 gelas
dapat melunakkan tumor. air hingga 1 gelas,
diminum 2 x ½ gelas
sehari.
2. Rumpu’ Herba Hedyotis Herba untuk demam, antiradang, Untuk radang herba
diuretik, menghilangkan racun, ditumbuk dan dibalurkan
tonsilis, Bron-khitis, radang pada bagian yg sakit,
usus buntu; hepatitis, infeksi untuk kan-ker ditumbuk
saluran kemih, bisul, kanker dan perasannya diminum,
payudara sehari 3 x 1
3. Tamba robbo’ Daun Basellae Folium Influenza, radang pada mata, Daunnya direbus dengan
diare, Rematik, radang 2 gelas air hingga 1
kandung kemih, radang usus gelas, diminum 2 x 1.
buntu.analgetik, diuretik, dan
antispermatozoa, tumor.
4. Gawo Herba Commellinae herba Gawo digunakan untuk Herbanya direbus dengan
Herba kanker, mengatasi demam, obat 3 gelas air hingga 1
luka, dan sakit kepala. gelas, diminum 2 x 1.
5. Boyo-boyo Daun Stachytarphetae Infeksi dan batu saluran Daun direbus dengan 3
Folium kencing, Sakit tenggorokan, gelas air hingga 1 gelas,
Rematik, Haid tidak teratur, diminum 2 x 1.
Batuk, Hepatitis dan
antikanker.
Tabel 2. Data etnofarmasi dan determinasi tanaman obat yang berpotensi antikanker asal desa Lembanna
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba
No Nama Daerah Nama Indonesia Spesies Nama Simplisia Famili
1. Bianta Landep Barleria prionitis L. Barleriae Folium Acanthaceae
2. Tamba robbo’ Gendola Basella rubra L Basellae Folium Acanhtaceae
3. Gawo Gewor Commelina Commellinae Herba Commelinaceae
benghalensis L.
4. Boyo-boyo Pecut kuda Stachytarpheta Stachytarphetae Lorantaceae
jamaicensis Folium
5 Rumpu’ Rumput mutiara Hedyotis corymbosa L Hedyotis Herba Rubiaceae
Tabel 3. Data Skrining Farmakognosi tanaman etnofarmasi yang berpotensi antikanker asal desa Lembanna
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba obat
No Spesies Organoleptik Morfologi Anatomi Kandungan kimia
1. Barleria prionitis L. Daun berbau tinggi antara 0,5 – 1,5 Epidermis bawah minyak atsiri, zat-
lemah, rasa agak cm. Batang segi empat pada daun Stomata: zat alkaloida,
kelat. Warna warna coklat. Daun Tipe anomositik, glikosida, tannin
hijau, batang dan yang bawah bertangkai, trikoma banyak katekol, flavonoid
akar warna coklat, helaian daun elips pada permukaan dan alkaloid
tidak berbau, dan hingga bentuk lanset, bawah, bentuk
tidak berasa. pangkal menyempit kerucut panjang
sepanjang tangkai dan rambut 150 µm,
ujung seperti duri. hablur kalsium
Bunga kuning, bunga oksalat berbentuk
tunggal dan sering roset yang besar
berkumpul menjadi dan bentuk prisma.
bulir. Bunga bentuk Kelenjar lisigen
mangkuk. Buah bulat Pada batang dan
telur bentuk berkas pembuluh
memanjang, biji, tiap kolateral, hipo-
ruang 1. Akarnya dermis dan
tunggang. kambium.
2. Basella rubra L Daun tidak Daun tunggal yang Irisan melintang Flavanoid, tannin
berbau, rasa pahit, bentuknya bulat dengan anatomi daun dan saponin.
warna hijau, panjang 2-17 cm, lebar menunjukkan
batang tidak 1 - 13 cm, tepi rata, adanya stomata tipe
berbau, warna saat ujung meruncing, anomositik dan
muda ungu dan pertu-langan menyirip, pada batang
saat tua coklat, warna daun hijau, terdapat berkas
rasa agak dengan batang pengangkut tipe
pahit,dan akar percabangan banyak, kolateral terbuka.
berwarna coklat, dimulai dan berakar
rasa sepat. tunggang.
3. Commelina Daun, batang Herba, tinggi 30-60 Daun epidermis dan katekol dan
benghalensis L. berbau, rasa pahit, cm. Batang tegak, stomata tipe aleuron, polifenol,
warna hijau dan bulat, beruas-ruas, diasitik, pada flavonoid, dan
akar berwarna lunak, hijau. Daun batang berberkas saponin.
putih kecokalatan tunggal, berseling, pembuluh tipe
dan agak pahit duduk memeluk kolateral terbuka,
batang, lonjong, tepi dengan dindingnya
sedikit berombak, berlignin.
ujung meruncing, Penampang
pangkal tumpul, membujur akar dan
panjang 3-6 cm, lebar batang ditemukan
1-3 cm, pertulangan sel idioblas dan
daun sejajar, calcium oksalat
permukaan berbulu, berbentuk prisma.
hijau. Bunga majemuk,
kelopak 3 helai,
mahkota bentuk
jantung, biru. Buah
kotak, bulat telur,
hijau. Biji bulat, kecil,
hitam. Akarnya
serabut.
Tabel 3. Data Skrining Farmakognosi tanaman etnofarmasi yang berpotensi antikanker asal desa Lembanna
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba obat( Lanjutan)
4. Stachytarpheta Daun, batang dan Daun berhadapan katekol, lignin,
jamaicensis akar berbau khas bentuk bulat telur, dioksiantrakinon
dan tajam, daun tunggal dengan glikosida, flavonoid
warna hijau, rasa panjang 4-4 cm, lebar dan alkaloid.
pedas dan agak 3 - 6 cm, tepi bergerigi,
pahit. Batang ujung runcing, hijau
coklat, rasa agak tua. akar serabut. Pada
pahit. Akar warna batang berbentuk bulat
coklat tua, rasa panjang beruas-ruas.
pahit. Bunga majemuk
tersusun dalam bulir
yang memanjang,
mirip pecut,
panjangnya 4 – 20 cm.
warna ungu. Buah
berbentuk garis, berbiji
2, berbentuk jarum
berwarna hitam.
5 Hedyotis Warna daun hijau, Daun: tunggal, Epidermis bawah katekol, aleuron,
corymbosa L rasa pahit, dan menyirip, berhadap dan stomata tipe diokstrakinon,
tidak berbau. bersilang, ujung diasitik dan sistem alkaloid, steroid,
Bentuk batang runcing, pangkal jaringan dan minyak atsiri.
bulat berwarna hampir duduk, tepi pengangkut pada
coklat, tidak rata, daging daun tipis batang dan akar
berbau dan rasa lunak. Warna pada adalah kolateral
pahit. Pada akar waktu muda hijau terbuka.
berwarna kemerahan dan saat tua
kecoklatan, rasa hijau kemerahan,
pahit, tidak permukaan atas
berbau. berwarna hijau tua,
kasar, permukaan
bawah daun warna
hijau muda. Batang
tidak berkayu, bentuk
bulat, percabangan
banyak, permukaan
batang kasar, warna
batang muda coklat
muda dan batang
coklat tua. Akar
serabut.
Herba gendola (Basella rubra L) merupakan menghemolisis darah merah. Gendola juga
tanaman budidaya yang lebih dikenal memiliki efek menghilangkan panas dalam,
dengan nama Binahong berdaun tunggal racun dan mengeluarkan organisme
letak berhadapan, bentuknya bulat termasuk penyebab sakit dari darah [6]. Senyawa
famili Acanthaceae [7, 17], ini memiliki flavanoidnya berkhasiat sebagai anti oksidan
efek analgetik, diuretik, dan dan diduga juga berpotensi sebagai
antispermatozoa. Saponin pada daun antikanker.
gendola memiliki kemampuan untuk
15. Sutrisno, B., 1998. Taksonomi Spermatophyta Potent Traditional Anti-oxidant Medicinal Plant,
Untuk Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas European Journal of Scientific Research, Vol.
Pancasila, Jakarta 46. No.1.
16. Zafar Z., Muralidhar Talkad, Chinmay 17. Van Steenis, dkk., 2006. Flora, Untuk Sekolah
Bandopadhyay, and Anil Kumar H.V, 2010. A di Indonesia, Pradnya Paramita., Jakarta.
Safety Evaluation of Starchytaperta indica, a