Pelatihan Edukator Sebaya Dan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Siswa Di Smun 16 Makassar
Pelatihan Edukator Sebaya Dan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Siswa Di Smun 16 Makassar
Pelatihan Edukator Sebaya Dan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Pada Siswa Di Smun 16 Makassar
ABSTRACT
Adolescents are susceptible to nutritional problems for many reasons. One way to
overcome these nutritional problems is to apply a balanced lifestyle nutrition.
Peers become one of the prospective mediators to seek to change the value and
behavior of health in adolescents. But before peer educators educate their friends,
they need to improve their knowledge of balanced nutrition. This study would like
to see the effectiveness of peer educator training on students' knowledge about
balanced nutrition. This research was conducted in SMUN 16 Makassar. This
study is an intervention study. Sampling was done by purposive sampling method
and the number of selected samples was 40 students. Data analysis was
performed with SPSS version 16 using paired T test to assess the difference of
respondent knowledge before and after intervention. The results showed that after
peer education training, there was an increase in respondents' knowledge of well-
balanced nutrition in the good category, from 17.5% before training to 70% after
training, an increase of 52.5%. knowledge of the respondents in the category
quite decreased, ie from 45% before training to 25% after training, decreased by
20%. Knowledge of respondents in the category of less decreased as well, ie from
37.5% before training to 5% after training, decreased by 32.5%. From this study
concluded, that the training is done effectively to improve the knowledge of
respondents. Nutrition educators who have been trained are expected to transmit
the knowledge they have to their peers. In addition, health promotion programs,
especially balanced nutrition should be aggressively conducted in schools,
considering the school is a place to form healthy behaviors that are expected to
continue to survive until adolescence into adulthood phase
1
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
Remaja rentan mengalami masalah perubahan itu telah terjadi hampir 20 tahun
gizi karena berbagai hal. Pertama, remaja lamanya. Melihat hal tersebut perlu ada
mengalami percepatan pertumbuhan dan upaya untuk menyebarluaskan informasi
perkembangan tubuh sehingga dalam pesan gizi seimbang, sehingga
memerlukan energi lebih banyak. Kedua, semua lapisan masyarakat termasuk remaja
remaja suka mengikuti perubahan gaya siswa sekolah menengah pertama dapat
hidup dan kebiasaan makan yang belum mengetahui pesan-pesan yang terkandung
tentu sehat. Ketiga, kehamilan, dalam pesan gizi seimbang serta dapat
keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
alkohol dan obat-obatan meningkatkan hari.
kebutuhan energi dan zat gizi(Jafar, N. Teman sebaya (peer group)
2012). merupakan remaja yang memiliki tingkat
Berbagai faktor yang memicu kematangan yang kurang lebih sama.
terjadinya masalah gizi pada usia remaja Mereka saling berinteraksi dan masing-
antara lain adalah kebiasaan makan yang masing memiliki peran yang unik. Remaja
buruk di mana remaja makan seadanya cenderung memiliki kelompok-kelompok
tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai sebaya. Dalam kelompok tersebut akan
zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya berkembang iklim dan norma-norma
kebutuhan zat gizi tersebut terhadap tertentu. Pada masa ini, remaja lebih
kesehatan mereka, pemahaman gizi yang mementingkan perannya sebagai anggota
keliru yang menyebabkan remaja kelompok dari pada pola pribadinya. Pada
menerapkan pengaturan pembatasan saat yang bersamaan, remaja cenderung
makanan secara keliru sehingga memisahkan diri dari orang tuanya
kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi, (Santrock, 2003).
kesukaan yang berlebihan terhadap Remaja memiliki kebutuhan yang
makanan tertentu terkait trend yang marak kuat untuk disukai dan diterima oleh teman
di kalangan remaja menyebabkan sebayanya. Interaksi diantara teman sebaya
kebutuhan gizi tak terpenuhi. Selain itu sangat berperan penting dalam
promosi yang berlebihan melalui media perkembangan sosial seseorang. Salah satu
massa yang dimanfaatkan oleh pengusaha fungsi terpenting dari teman sebaya adalah
makanan untuk mempromosikan produk sebagai sumber informasi mengenai dunia
mereka dengan cara yang sangat di luar keluarga. Termasuk dalam hal ini
mempengaruhi remaja. Padahal, produk adalah informasi kesehatan. Karena itu,
makanan tersebut bukanlah makanan yang beberapa intervensi kesehatan melibatkan
sehat bila dikonsumsi dalam jumlah yang peran teman sebaya dalam menyampaikan
berlebihan. pesan kesehatan ataupun membentuk nilai
Untuk mencegah timbulnya dan perilaku tertentu. Seperti studi yang
masalah gizi tersebut, perlu dilakukan oleh Setyawati di Yogyakarta,
disosialisasikan pedoman gizi seimbang menemukan bahwa upaya pencegahan
yang bisa dijadikan sebagai pedoman HIV-AIDS pada remaja dapat melibatkan
makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan peran teman sebaya. Remaja lebih terbuka
mempertahankan berat badan normal. dalam membicarakan tentang seks dan
Penyebarluasan informasi mengenai perilaku-perilaku berisiko tertular
“pedoman gizi seimbang” selama ini HIV/AIDS. (Setyawati et al., 2015).
dianggap kurang begitu berhasil, banyak Demikian pula yang ditemukan
masyarakat tidak mengetahui perubahan oleh Aisah yang mengkaji pengaruh
slogan empat sehat lima sempurna ke edukasi kelompok sebaya terhadap
pedoman umum gizi seimbang meskipun perubahan perilaku pencegahan anemia
2
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
gizi besi pada wanita usia subur di Kota Makassar. Pemilihan sampel dilakukan
Semarang. Studi tersebut menemukan secara purposive sampling sesuai dengan
bahwa pengetahuan, sikap dan kriteria inklusi yang ditetapkan. Kriteria
keterampilan responden tidak dipengaruhi inklusi pada studi ini adalah (1). Siswa
oleh umur dan tingkat pendidikan. Namun kelas X dan XI (2). Berkepribadian supel
dipengaruhi oleh intervensi edukasi teman dan menarik (3). Bersedia Mengikuti
sebaya. (Aisah, 2008) Pelatihan (4) Bersedia menjadi educator
Di Makassar, studi yang dilakukan sebaya Berdasarkan kriteria yang telah
oleh Suriah di Kecamatan Tallo terhadap ditetapkan terpilih 40 siswa
60 orang responden berusia 15-19 tahun Metode pengumpulan data
tentang peran teman sebaya dalam Pengumpulan data dilakukan oleh
meningkatkan pengetahuan tentang enumerator terlatih. Data pengetahuan
pernikahan dini menemukan bahwa terjadi responden diukur dengan kuesioner yang
peningkatan pengetahuan pada kelompok telah divalidasi. Selain itu, dikumpulkan
intervensi dibandingkan kontrol. juga data tentang status gizi.
Peningkatan pengetahuan remaja yang Analisis data
diedukasi oleh teman sebayanya juga Data penelitian diolah
cukup tinggi. Studi tersebut menggunakan SPSS versi 16. Untuk
merekomendasikan pelibatan teman sebaya mengetahui perbedaan pengetahuan
pada program yang menyasar remaja. responden sebelum dan setelah intervensi
(Suriah, 2013) digunakan uji t berpasangan
Teman sebaya menjadi mediator
yang cukup prospektif dalam HASIL
mengupayakan perubahan perilaku pada Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa
remaja. Termasuk dalam hal ini adalah responden pada penelitian ini paling
perilaku gizi seimbang. Namun, hal banyak berusia 15 tahun yaitu 67,5% dan
penting yang dibutuhkan untuk merubah paling sedikit berusia 16 tahun, yaitu
perilaku adalah melalui peningkatan 12,5%. Berdasarkan jenis kelamin,
pengetahuan. Meski pengetahuan yang sebagian besar responden adalah
baik tidak serta merta akan diikuti oleh perempuan, yaitu 67,5% dan selebihnya
perilaku yang baik pula. Sebelum remaja adalah laki-laki yaitu 32,5%. Berdasarkan
bisa menularkan pengetahuan tersebut agama, responden paling banyak beragama
pada orang lain, maka mereka perlu Islam yaitu 82,5%. Berdasarkan suku,
memperbaiki pengetahuannya sendiri. responden paling banyak berasal dari suku
Penelitian ini dilakukan untuk melihat Bugis yaitu 57,5%, namun ada juga
efektifitas pelatihan edukator sebaya responden yang berasal dari Suku Jawa
terhadap pengetahuan gizi seimbang pada dan Alor, yaitu masing-masing 2,5%.
siswa calon edukator sebaya di SMUN 16 Berdasarkan status gizi, sebagian besar
Makassar. responden normal, yaitu 85%, tetapi ada
juga yang memiliki masalah gizi.
METODE Responden ada yang berstatus gizi kurang,
Lokasi dan Rancangan Penelitian yaitu 7,5%, gizi lebih 2,5% dan obesitas
Penelitian ini dilaksanakan di 5%.
SMUN 16 Makassar. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah studi intervensi
Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X di SMUN 16
3
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
Tabel 2.
Pengetahuan Responden tentang Gizi Seimbang Sebelum Pelatihan Edukator Sebaya
4
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa dijawab salah oleh responden adalah cara
pengetahuan tentang gizi seimbang yang mempertahan berat badan normal yaitu
paling banyak tidak diketahui responden 30% . Pertanyaan yang paling banyak
adalah tentang pola konsumsi pangan dijawab benar oleh responden adalah
hewani dan nabati yaitu 22,5%. Sedangkan tentang pentingnya ASI untuk bayi serta
yang paling sedikit tidak diketahui oleh pentingnya konsumsi sayur dan buah untuk
responden, adalah pentingnya konsumsi mencegah SM, yaitu 95%.
sayur dan buah untuk mencegah SM yaitu
2,5%. Pertanyaan yang paling banyak
Tabel 3.
Pengetahuan Responden tentang Gizi Seimbang Setelah Pelatihan Edukator Sebaya
5
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
45% sebelum pelatihan menjadi 25% hasil uji statistic yang dilakukan,
setelah pelatihan, menurun sebesar 20%. menunjukkan nilai p=0,000, yang berarti
Demikian pula, pengetahuan responden terdapat perbedaan yang bermakna pada
pada kategori kurang mengalami pengetahuan responden sebelum dan
penurunan juga, yaitu dari 37,5% sebelum setelah dilakukan pelatihan edukator
pelatihan menjadi 5% setelah pelatihan sebaya.
dilakukan, menurun sebesar 32,5%. Dari
Tabel 4.
Perubahan Pengetahuan Responden Tentang Gizi Seimbang
Setelah Pelatihan Edukator Sebaya
6
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
manfaatnya, tidak suka rasanya yang dibandingkan remaja yang aktifitas sedang
hambar ataupun karena tidak tersedia di (3,1%) dan tinggi (2,6%).Mark, dkk,
rumah ataupun sekolah. Hasil temuan menemukan bahwa waktu menonton
tersebut serupa dengan studi yang berhubungan dengan peningkatan risiko
dilakukan pada mahasiswa obesitas di SM pada remaja. Penemuan tersebut
Universitas Hasanuddin. Bahkan dalam merekomendasikan intervensi gaya hidup
studi tersebut ditemukan bahwa meskipun sehat pada remaja harus mengikutsertakan
pengetahuan dan sikap responden dalam komponen yang bertujuan untuk
kategori baik namun pola konsumsi sayur mengurangi waktu menonton (screen
dan buah responden masih kurang dari time). McMurray, dkk, (2008) menemukan
standar gizi seimbang (Muchtar NL. et al., bahwa remaja yang mengalami SM
2015). sepertinya 6,08 kali lebih kurang
Studi yang dilakukan pada siswa melakukan senam aerobic di waktu kecil
SMAN 2 Rantepao Toraja Utara dan 5,16 kali memiliki tingkat aktifitas
menemukan bahwa meski remaja telah fisik yang rendah.
terpapar dengan informasi tentang Aktivitas fisik secara teratur atau
pentingnya konsumsi sayur dan buah rutin memiin efek ringan sampai moderat
namun belum dapat meningkatkan terhadap penurunan sejumlah risiko
konsumsi sayur dan buah pada remaja gangguan metabolisme, penyakit jantung
(Welti et al., 2015). Demikian pula studi dan pembuluh darah, dan SM. Aktivitas
yang dilakukan pada remaja siswa SMPN fisik yang rutin juga mencegah terjadinya
1 Kesu’ Toraja Utara, menemukan bahwa diabetes mellitus type 2 serta berpengaruh
konsumsi sayur dan buah masih dibawah terhadap berbagai komponen SM seperti
rekomendasi minimum. Selain itu, studi memberikan efek positif terhadap
tersebut menemukan adanya hubungan resistensi insulin, intoleransi glukosa,
yang bermakna antara sikap dan konsumsi dislipidemia, dan hipertensi serta
sayur buah pada remaja (Khatima H., et penurunan berat badan (Lakka dan
al., 2015) Laaksonen, 2007).
Aspek pengetahuan lain yang Sejumlah penelitian epidemiologi
paling banyak tidak diketahui responden menunjukkan bahwa aktifitas fisik yang
adalah pentingnya aktivitas fisik dalam teratur maupun latihan aerobik dapat
mencegah penyakit tidak menular. Salah memperbaiki metabolisme tubuh sekaligus
satu masalah yang dijumpai pada remaja menurunkan risiko SM dan diabetes
zaman sekarang adalah kurang beraktifitas mellitus tipe 2. Sampai tahun 1990an,
fisik. Berbagai kemudahan serta fasilitas aktifitas fisik yang paling banyak
yang mereka jumpai dalam kesehariannya, direkomendasikan untuk mencegah
menyebabkan mereka kurang melakukan penyakit tidak menular (degeratif)
aktifitas fisik. Penggunaan gadget telah berfokus pada latihan aerobik kuat. Akan
menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan tetapi, berjalan kaki juga merupakan salah
dari keseharian remaja. Padahal, aktivitas satu bentuk aktifitas fisik yang banyak
fisik sangat dibutuhkan untuk menjaga dilakukan di berbagai negara. Hasil
agar tubuh tetap sehat dan bugar. Terutama penelitian terbaru merekomendasikan
untuk mencegah terjadinya penyakit tidak bahwa jalan cepat (berjalan kaki dengan
menular. SM berhubungan dengan aktifitas cepat, bukan berjalan kaki santai) dan
fisik dan sedentary. Pan, dkk, (2008) bentuk aktifitas fisik lain yang melibatkan
menemukan bahwa SM lebih sering gerakan aerobik intensitas sedang dapat
ditemukan pada remaja yang tingkat memberikan efek yang sama dengan
aktifitas fisiknya rendah (4,3%) melakukan latihan aerobik kuat dalam
7
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
8
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
9
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang
10