Andi Febrina Sosiawati, Andi Masyitah Irwan, Wa Ode Nur Isnah
Andi Febrina Sosiawati, Andi Masyitah Irwan, Wa Ode Nur Isnah
Andi Febrina Sosiawati, Andi Masyitah Irwan, Wa Ode Nur Isnah
Email: andifebrina12@gmail.com
ABSTRACT
Frekuen Persenta
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan Kategori si (n) se (%)
bahwa mayoritas lansia pasca stroke
yang menjadi responden berada pada Performa Fisik
golongan lansia muda dengan rentan
usia 60-70 tahun dengan jumlah 52 Normal 58 72.5
responden (65.0%) dengan rata-rata
usia 68 tahun. Sebagian besar Rendah 22 27.5
responden berjenis kelamin laki-laki
yang berjumlah 48 responden (60.0%).
Berdasarkan jenis stroke sebanyak 45 Tabel 5.3 menggambarkan mayoritas
responden (56.2%) menderita stroke lansia pasca stroke di wilayah kerja
hemoragik. Karakteristik responden Puskesmas Kota Makassar
berdasarkan riwayat stroke sebanyak berdasarkan performa fisiknya
52 responden (65.0%) first stroke atau didapatkan 58 orang (72.5%)
terkena serangan pertama. Sebanyak mendapatkan nilai performa fisik yang
65 responden (81.2%) menggunakan normal dan sebanyak 22 orang
alat bantu berjalan. (27.5%) mendapatkan nilai performa
fisik yang rendah.
2. Penilaian Kekuatan Otot
4. Penilaian Indeks Massa Otot
Tabel 5.2 Penilaian Kekuatan Otot
Menggunakan Handgrip Tabel 5.4 Penilaian Indeks Massa
Dynamometer Otot Menggunakan Lingkar Betis
Frekuen Persenta
Kategori si (n) se (%) Frekuen Persenta
Kategori si (n) se (%)
Kekuatan Otot
Indeks Massa
Normal 3 3.8 Otot
52 67.5
Rendah 77 96.2 Normal
25 32.5
Rendah
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa
mayoritas lansia pasca stroke di
wilayah kerja Puskesmas Kota
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa Frekuen Persenta
mayoritas lansia pasca stroke di Kategori si (n) se (%)
wilayah kerja Puskesmas Kota
Makassar yaitu sebanyak 52 orang Nilai TUG
(67.5%) nilai indeks massa ototnya
Tidak 3 3.8
normal, sedangkan 25 orang (32.5%)
Berisiko
nilai indeks massa ototnya rendah. 77 96.2
Pada penilaian ini awalnya Risiko Tinggi
responden berjumlah 80, tetapi 3
dari 80 orang tersebut nilai kekuatan
otot dan performa fisiknya normal,
sehingga ke-3 pasien tersebut tidak
perlu untuk dilakukan pengukuran
lingkar betis.
5. Penilaian Sarcopenia