Pemantauan Terapi Obat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Pemantauan Terapi Obat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Pemantauan Terapi Obat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
3. RIWAYAT
A) Riwayat penyakit : Asma
B) Riwayat penggunaan obat :-
C) Riwayat alergi obat :-
4. SUBJEKTIF
5. OBJEKTIF
a) Tanda-Tanda Vital
Parameter Tanggal
12 13 14 15 16
TD(...mmHg) 110/70 mmHg 90/60 mmHg 120/80 mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
14 Agustus 2019
Hasil Pemeriksaan Radiologi : Cardiomegalia + Tb Paru Aktif
lambung, kemoterapi
mucositis yang diinduksi.
Candesartan 8 mg 8 mg Diabetes Nefropaty , Sesuai
16 mg
CHF, Hipertensi
C) Interaksi Obat
dengan
mempengaruhi hati.
Penilaian
No. Jenis DRP’s Keterangan
(Ada/tidak)
Ada diare tapi tidak ada obat
1. Indikasi tidak diobati Ada
untuk diare.
2. Obat tanpa indikasi Tidak Ada -
3. Dosis Lebih Tidak Ada -
4. Dosis Sub terapi Tidak Ada -
Reaksi Obat
5. Tidak Ada
merugikan
6. Potensi Interaksi obat Tidak Ada
Ketidak patuhan
7. Tidak Ada
pasien
Pemilihan obat tidak
8. Tidak ada -
tepat
9. Duplikasi Tidak ada -
NO MONITORING EDUKASI
8. Pembahasan
Pemantauan terapi obat (PTO) dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat
atau sediaan farmasi yang pernah dan sedang digunakan pasien. Informasi yang diperoleh berasal dari
data rekam medis atau catatan penggunaan obat pasien. Kegiatan yang dilakukan dalam pemantauan
terapi obat yaitu mengkaji pilihan obat oleh dokter, mengkaji pemberian obat, memastikan dosis yang
tepat, mengkaji kemungkinan terjadinya ROTD, dan merekomendasikan perubahan jika diperlukan.
Pemantauan terapi obat dilakukan terhadap pasien bernama Tn. Yuhani usia 85 tahun yang
dirawat di ruangan raudhah 5. Pasien masuk ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung pada tanggal 12 Agustus 2019 dengan keluhan sesak sejak tadi siang. Berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis, diperoleh tekanan darah pasien 110/70 mmHg, nadi 116 x, suhu tubuh 36,6ºC,
diagnosis awal pasien ini adalah Sesak nafas (dispnea), Radang paru (bronco pneumonia), CHF
(gagal jantung) dan PPOK. Sementara diagnosis akhir yang diberikan oleh dokter yaitu CAD
(Coronary Artery Disease)+ Dypepsia.
Awal masuk Rumah Sakit pasien diberikan Nebul Combivent + Flixotide. Nebul Combivent +
Flixotide merupakan obat yang memiliki indikasi untuk mengatasi saluran pernafasa. Selanjutnya
pasien juga diberikan injeksi pantoprazole 40 mg. Pantoprazole merupakan obat saluran cerna
golongan pompa proton inhibitor yang bekerja dengan meghambat asam lambung dengan
menghambat kerja enzim (K+H+ATPase) yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam HCL dari kanalikuli sel parietal kedalam lumen lambung. dan
diberikan infus dextrose 5% drip Aminofilin yang habis dalam waktu 12 jam, pemberian cairan infus
ini untuk pasien yang megalami sesak dan memiliki nilai kadar gula yang rendah ataupun kadar
natrium yang tinggi, selain itu juga untuk mengontrol asupan cairan tubuh.
Pada malam hari pukul 22.00 WIB pasien diberikan 3 macam obat oral yaitu ambroxol, ambroxol
digunakan sebagai mukolitik yang dapat mengencerkan secret saluran pernafasan dengan jalan
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
9. Kesimpulan
10. Daftar Pustaka
https://reference.medscape.com/drug/zyrtec-cetirizine-343384
https://reference.medscape.com/drug/carafate-sucralfate-342006
https://reference.medscape.com/drug/atacand-candesartan-342314
https://reference.medscape.com/drug/coq10-ibedenone-coenzyme-q10-344482