Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

1 PB PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Alhidayati & Asmuliyanti Perilaku Ibu dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu

Tahun 2016
PERILAKU IBU DALAM MEMILIH TENAGA PENOLONG
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMBILAHAN
HULU TAHUN 2016
Alhidayati1, Asmuliyanti2

ABSTRACT
Background: Maternal Mortality Rate (MMR) is an indicator of health development in Indonesia. Some
effort have been done to decrease maternal mortality ie to increase range labor by health personnel. The
target coverage of labor by health personnel in Tembilahan Hulu Public health center has yet to reach the
target of 80%. its coverage was only 45%. The number of maternal mortality in Tembilahan Hulu Health
center in 2016 was 1 cases and the number of infant maternal mortality was 5 cases.
Objective: The purpose of this study was to determine the mother’s behavior in selecting birth attendants
in health center in the region of the upstream Tembilahan Hulu.
Method: This research used qualitative method to gain the in depth information on how to Mother’s
Behavior In Selecting Birth Attendants In Health Centers Working Area Tembilahan Hulu 2016. The data
are analysed by using content analysis, which is comparing the result from the research with the theories
in the literature.
Result and Discussion: There were 13 informants in this research. This study’s result showed that the
decision for birth attendants were closely related to knowledge, attitude, socio-cultural, access to health
center, and support from family.
Advise to relevant agencies, namely health centers Tembilahan Hulu order to further increase coverage
deliveries by health care and in personels villages to which access is far from health facilities to build Birth
Waiting Homes (BWH).
Conclusion: The Decision for birth attendants were closely related to knowledge, attitude, socio cultural,
acces to health center and support from family.

Keywords: birth attendant, community health center, pregnant women behavior

ABSTRAK
Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan di
Indonesia. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya penurunan
angka kematian ibu. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Tembilahan
Hulu masih belum mencapai target 90%. Target Puskesmas Tembilahan Hulu yaitu 80% tetapi yang tercapai
hanya 45%. Jumlah Kematian Ibu di Puskesmas Tembilahan Hulu tahun 2016 sebanyak 1 kasus dan Jumlah
Kematian Bayi sebanyak 5 Kasus, salah satu penyebab kematian ditangani oleh dukun bayi.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong
persalinan di wilayah kerja puskesmas Tembilahan Hulu.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, untuk mendapatkan informasi yang
lebih mendalam tentang bagaimana Perilaku Ibu dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2016. Data dianalisis dengan menggunakan analisis isi yaitu
membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang ada di kepustakaan.

1,2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru

155
Vol. 3 | No. 3 | Desember 2016| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 155-162

Hasil dan Pembahasan: Informan dalam penelitian ini sebanyak 13 informan. Hasil penelitian menunjukkan
keputusan ibu memilih penolong persalinan sangat berkaitan dengan pengetahuan, sikap, sosial budaya,
akses ke pelayanan kesehatan, dukungan keluarga.
Disarankan ke instansi terkait yaitu Puskesmas Tembilahan Hulu agar lebih meningkatkan cakupan
pertolongan persalinan di tenaga kesehatan dan di setiap desa yang aksesnya jauh dari fasilitas kesehatan
agar dibuat Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
Kesimpulan: Perilaku ibu memilih tenaga kesehatan berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan aspek
sosial budaya, akses ke fasilitas kesehatan dan dukungan keluarga.

Kata kunci: tenaga penolong persalinan, puskesmas, perilaku ibu hamil

PENDAHULUAN kualitas tenaga penolong. Masih ada pertolongan


Pemilihan penolong persalinan merupakan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi
salah satu upaya yang dilakukan untuk dengan menggunakan cara-cara tradisional.
mencari pertolongan dalam menghadapi Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat
proses persalinan. Pemilihan tenaga penolong dalam mencari informasi tentang kesehatan ibu,
persalinan merupakan salah satu hak reproduksi keterbatasan perempuan mengambil keputusan
perorangan dalam menentukan dimana akan untuk kepentingan kesehatan dirinya ditengarai
melahirkan serta siapa yang akan menolong menyebabkan keterlambatan tersebut. Oleh
persalinan. Persalinan yang aman memastikan karena itu semua ibu hamil agar dilanjutkan
bahwa semua penolong persalinan mempunyai bersalin ke tenaga kesehatan agar jika terjadi
pengetahuan, keterampilan dan alat untuk komplikasi dapat segera diatasi.2
memberikan pertolongan yang aman dan bersih, WHO meluncurkan strategi Making Preg-
serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu nancy Safer (MPS). MPS membantu untuk
dan bayi.1 meningkatkan kesehatan ibu, membantu
Pemilihan tenaga penolong persalinan pada negara-negara untuk menjamin tenaga
tenaga non kesehatan (dukun bayi) seringkali kesehatan terampil sebelum, selama dan
menimbulkan dampak yang akan menyebabkan setelah kehamilan. Setiap menit, setidaknya satu
angka kesakitan ibu dan bayi, juga komplikasi perempuan meninggal akibat komplikasi yang
persalinan, bahkan kematian pada ibu bersalin berhubungan dengan kehamilan atau persalinan
dan bayinya. Dapat dipahami bahwa dukun bayi yang berarti 529.000 orang ibu pertahun (WHO,
tidak dapat mengetahui tanda-tanda bahaya 2009). Penyebab utama kematian ibu, tidak
persalinan, akibatnya terjadi pertolongan tersedianya sarana kesehatan, jauh dari sarana
persalinan yang tidak adekuat. Hal ini merupakan kesehatan, tidak terjangkau fasilitas kesehatan,
salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu atau buruknya kualitas perawatan dari petugas
dan bayi baru lahir.1 kesehatan (Depkes RI, 2014). Cakupaan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Penyebab langsung kematian ibu, antara
secara Nasional adalah sebesar 90,88%. Hasil
lain perdarahan, infeksi, eklampsia, persalinan
Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2012,
lama dan keguguran. Namun, faktor lain yang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
menyebabkan kematian ibu adalah kuantitas dan
tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup dan

156
Alhidayati & Asmuliyanti Perilaku Ibu dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2016

Angka Kematian Bayi (AKB) 32/1000 kelahiran secara benar, dibentuk oleh kata-kata
hidup. Di Indonesia Persalinan yang ditolong berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis
oleh tenaga non kesehatan adalah 25-35%3, data yang relevan yang diperoleh dari situasi
sementara target cakupan persalinan oleh tenaga yang alamiah.
kesehatan tahun 2015 adalah 90%.4 Rancangan penelitian yang digunakan
Provinsi Riau cakupan persalinan oleh adalah fenomenologi. Penelitian fenomenologi
tenaga kesehatan adalah 79,86% dan ditolong berorientasi untuk memahami, menggali, dan
oleh non kesehatan adalah 20,14%. Penyebab menafsirkan arti dari speristiwa-peristiwa,
kematian ibu yaitu perdarahan 42,7%, lainnya fenomena-fenomena dan hubungan dengan
30%, hipertensi 27,3% (Profil Kesehatan Provinsi orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu. Ini
Riau, 2015). Masyarakat Indonesia lekat dengan biasa disebut dengan penelitian kualitatif dengan
segala macam tradisi, termasuk dalam hal menggunakan pengamatan terhadap fenomena-
melahirkan. Peran dukun bayi di Daerah terpencil fenomena atau gejala-gejala sosial yang
bahkan nyaris tak tergantikan. Dukun bayi selalu alamiah (nature). Penelitian ini dilaksanakan di
ada dalam setiap peristiwa kelahiran, terutama Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu yang
pada masyarakat pedesaan. Padahal bukan dilakukan pada bulan April sampai Juni 2016.
rahasia lagi jika dukun bayi sebetulnya memiliki Pengambilan data dilaksanakan selama 3 bulan
kompetensi yang minim. Kompetensi yang minim dari bulan April sampai dengan Juni 2016. Subjek
meningkatkan resiko ibu mengalami perdarahan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa kriteria
bahkan kematian. Namun kenyataan ini tak sebagai berikut: Informan utama penelitian yaitu
menyurutkan niat ibu melahirkan menggunakan Ibu nifas 0-40 hari masa nifas, sedangkan yang
jasa dukun bayi. menjadi informan pendukung dalam penelitian
Berdasarkan survey awal di Puskesmas ini adalah suami informan utama, bidan,
Tembilah Hulu, ditemukan beberapa ibu bersalin pemegang program PWS-KIA, kepala puskesmas.
yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tembilahan Hulu, melakukan persalinan pada
dukun bayi. Mertua/orang tua yang memutuskan Pada penelitian ini peneliti melakukan
untuk melakukan persalinan dengan dukun bayi wawancara mendalam kepada informan utama
dengan pertimbangan lebih berpengalaman, dan informan pendukung. Informan utama
budaya turun temurun dari orang tua, dan berjumlah 5 orang yang terdiri dari ibu nifas
mudah dipanggil ke rumah serta biayanya 0-40 hari. Informan pendukung berjumlah 8
yang murah. Penelitian ini bertujuan untuk orang yang terdiri dari suami ibu nifas, bidan,
mengetahui perilaku ibu dalam memilih tenaga pemegang program PWS-KIA puskesmas, dan
penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas Kepala Puskesmas.
Tembilahan Hulu. a. Perilaku Ibu dalam Memilih Tenaga
Penolong Persalinan
METODE Dari hasil wawancara mendalam informan
Penelitian ini menggunakan metode utama tentang mengapa ibu memilih tenaga
deskriptif kualitatif, yaitu suatu pendekatan penolong persalinannya ke bidan atau ke dukun
penelitian yang mengungkap situasi sosial bayi karena akses yang sulit dan sudah turun
tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan temurun.

157
Vol. 3 | No. 3 | Desember 2016| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 155-162

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada Hasil wawancara mendalam terhadap 5
5 ibu nifas terhadap perilaku ibu dalam memilih orang informan utama, mengenai pengetahuan
tenaga penolong persalinan diketahui bahwa 3 ibu tentang pengertian persalinan, tanda-tanda
informan utama masih memilih tenaga penolong persalinan dan tanda bahaya persalinan sudah
persalinan ke dukun bayi, sementara 2 informan baik, semua ibu sudah mengetahui apa itu
utama memilih tenaga pertolongan persalinan ke pengertian persalinan, tanda-tanda persalinan
tenaga kesehatan (bidan). dan tanda bahaya persalinan tetapi belum
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan, memahami lebih mendalam lagi.
bahwa perilaku ibu dalam memilih tenaga Penelitian ini sesuai dengan penelitian
penolong persalinan masih banyak memilih ke Buyandaya yang menemukan bahwa responden
tenaga non kesehatan (dukun bayi) dibandingkan yang berpengetahuan cukup, memilih tenaga
ke tenaga kesehatan (bidan) dikarenakan ada kesehatan sebagai penolong persalinannya
beberapa alasan antara lain : karena sudah dan responden yang berpengetahuan kurang,
terbiasa dengan dukun bayi, akses yang sulit dan memilih tenaga non kesehatan sebagai
kurangnya dukungan suami untuk bersalin ke penolong.5 Penelitian lain yang mendukung
tenaga kesehatan (bidan). adalah Penelitian Asriani yang menunjukkan
adanya hubungan antara pengetahuan dengan
b. Pengetahuan pemilihan tenaga penolong persalinan. Semakin
Dari hasil wawancara mendalam informan tinggi tingkat pengetahuan ibu, semakin tinggi
utama tentang pengertian persalinan, tanda- singkat pemamfaatan penolong persalinan.6
tanda persalinan, dan tanda bahaya persalinan
didapatkan bahwa sebagian besar ibu nifas c. Sikap
sudah mengetahui pengertian persalinan itu Dari hasil wawancara mendalam terhadap
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin 5 orang informan utama tentang bagaimana
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau sikap ibu nifas dalam memilih tenaga penolong
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan persalinan didapatkan, bahwa ada 3 orang yang
lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan memilih bersalin ke dukun bayi dan 2 orang ke
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Tanda- bidan.
tanda persalinan antara lain adalah sakit Hasil wawancara mendalam dan observasi
pinggang menjalar ke ari-ari, keluar air-air, lendir pada informan tentang sikap ibu dalam memilih
bercampur darah, ibu merasa ingi meneran tenaga penolong persalinan dapat dilihat dengan
bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu jawaban yang diberikan tentang pertanyaan
merasakan adanya peningkatan pada anus dengan siapa ibu memilih bersalin, bagi ibu
atau vaginanya, perinium menonjol. Adapun yang bersalin dipetugas kesehatan (bidan) tetap
tanda bahaya persalinan adalah bayi tidak lahir memilih bidan, dengan alasan bahwa anak
dalam 12 jam sejak terasa mules, tali pusat atau pertama sudah sama bidan, dan kalau ada apa-
tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat apa bidan bisa langsung merujuk ke rumah sakit.
mengejan atau mengalami kejang, air ketuban Lain halnya dengan ibu yang bersalin di dukun
keruh dan berbau, setelah bayi lahir, ari-ari tidak bayi, perasaan aman dan percaya sudah turun
keluar, ibu gelisah atau mengalami kesakitan temurun.
yang hebat, sesak atau asma serta perdarahan.

158
Alhidayati & Asmuliyanti Perilaku Ibu dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2016

Penelitian ini didukung oleh teori yang temurun. Masyarakat Tembilahan hulu yang
dikemukakan oleh Yeyeh bahwa sikap merupakan berada di wilayah kerja puskesmas tembilahan
reaksi tertutup seseorang dan dapat dipengaruhi hulu, pada umumnya masih memegang teguh
oleh pengetahuan, keyakinan, pikiran dan emosi tradisi dan budaya saat ibu mulai hamil,
sehingga sikap dapat berubah menjadi positif persalinan, sampai selesai masa nifas. Agama
dan negatif.7 Sikap ibu dalam memilih petugas yang dianut oleh masyarakat setempat, yakni
kesehatan (bidan), adalah bahwa bidan sudah 99,9% agama islam dan suku yang berada di
menempuh pendidikan, sehingga pengetahuan wilayah kerja Puskesmas Tembilahan hulu ini
dalam menolong persalinan sudah dipahami berbeda-beda, sehingga tradisipun tergantung
oleh bidan dan jika terjadi suatu komplikasi maka suku masing-masing.
dapat ditangani dengan cepat. Lain halnya sikap Penelitian ini didukung oleh teori yang
ibu yang bersalin didukun bayi, perasaan aman dikemukakan oleh Saifuddin1 bahwa salah satu
mereka dapatkan dimana perawatan dari mulai kebudayaan Indonesia yang masih ada adalah
persalinan sampai selesai dilakukan oleh dukun persalinan dan kelahiran dengan bantuan dukun
bayi yang didalamnya juga terdapat tradisi dan bayi, terutama pada masyarakat pedesaan.
budaya yang dijalankan, faktor pengalaman Hal ini sulit dihilangkan karena merupakan
dukun yang lebih dan keramahan dukun bayi tradisi yang sudah berjalan lama dan turun
serta sentuhan-sentuhan yang diberikan. temurun. Sementara bidan desa meski sudah
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sodikin profesional belum mampu menciptakan pamor
yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara seperti dukun bayi. Didesa masih banyak yang
sikap terhadap pelayanan kesehatan dengan beranggapan bahwa apabila orang tuanya dulu
pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga bersalin di rumah maka anak-anaknya diharapkan
kesehatan. Apabila individu memiliki sikap yang melahirkan keturunan di rumah juga.
mendukung terhadap pelayanan kesehatan maka
cendrung akan mencari dan memanfaatkan Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
pelayanan kesehatan.8 Penelitian ini juga sesuai Syarief dan Nilakesuma yang mengatakan bahwa
dengan Pangemanan yang menunjukkan bahwa sosial budaya memiliki ikatan yang kuat terhadap
ada hubungan antara sikap terhadap pelayanan seseorang dalam mengambil keputusan,
kesehatan dengan pemanfaatan penolong terutama pemilihan tenaga penolong persalinan
persalinan oleh tenaga kesehatan.9 oleh ibu. Budaya yang kental dengan adat
istiadat daerah dapat merubah suatu keputusan,
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan, sehingga budaya sangat mempengaruhi tingkat
bahwa sikap informan utama terhadap pemilihan pemilihan penolong persalinan.10
tenaga penolong persalinan berdasarkan
pengalaman dari anak pertama. Jika informan e. Akses Ke Pelayanan Kesehatan
merasa nyaman terhadap penolong persalinan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
tersebut (dukun bayi/bidan) maka selanjutnya
oleh peneliti, terhadap kondisi geografis
akan tetap bersalin ke tenaga penolong tersebut.
khususnya akses menuju ke pelayanan kesehatan
sangat tidak memungkinkan, apalagi yang di Desa
d. Sosial Budaya
Sungai Intan, dengan kondisi alam pasang surut
Dari hasil wawancara mendalam terhadap yang penghubungnya adalah parit dan sungai
5 orang informan utama tentang sosial budaya menyebabkan transportasi yang sulit. Jarak
bersalin ke dukun bayi memang sudah turun pelayanan kesehatan yang tidakterjangkau oleh

159
Vol. 3 | No. 3 | Desember 2016| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 155-162

masyarakat dapat mengakibatkan masyarakat f. Dukungan Keluarga


memilih untuk mencari pertolongan persalinan Dari hasil wawancara mendalam kepada
yang lebih dekat. Jawaban dari informan utama lima orang informan utama tentang bagaimana
maupun informan pendukung yang mengatakan dukungan suami/keluarga dalam kehamilan dan
bahwa yang menyebabkan persalinan dengan persalinan ibu. 3 ibu nifas mendapatkan dukungan
dukun bayi di wilayah kerja puskesmas dari suaminya, sementara 2 ibu nifas lainnya
Tembilahan Hulu, dikarenakan jarak dan waktu tidak mendapatkan dukungan dari suaminya.
tempuh yang jauh dari fasilitas kesehatn. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
Seperti di Desa Sungai Intan berjarak 2 kilo dengan informan utama tentang dukungan
dengan berjalan kaki, kemudian naik pompong suami/keluarga di wilayah kerja puskesmas
melewati parit-parit, selanjutnya sungai, itupun Tembilahan Hulu, bahwa suami/keluarga sangat
kalau air pasang, kalau air surut pompong tidak berperan, suami dan keluarga yang memilihkan
bisa lewat. Karena lokasi rumah penduduk yang penolong persalinan.
terpencil, jauh dari fasilitas kesehatan, sehingga
masyarakat lebih memilih bersalin dirumah. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
Selain minimnya sarana transportasi, persepsi Sufiawati yang menunjukkan bahwa perilaku
yang salah tentang keamanan persalinan di pemilihan penolong persalinan oleh ibu sangat
rumah juga menyebabkan masyarakat memilih tergantung pada suami/dukungan keluarganya,
untuk melahirkan di rumah. bisa dilihat pada keluarga yang suaminya/
keluarganya tidak mendukung untuk ditolong
Penelitian ini didukung oleh teori yang oleh tenaga kesehatan, maka ibu tersebut akan
dikemukakan Model McGarthy dalam Saifuddin mempertimbangkan pilihannya untuk bersalin
bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan atau pada dukun bayi.
dipengaruhi oleh lokasi dan kondisi geografis, Sebaliknya bila suami/keluarganya mendukung
jenis pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan, persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan
transportasi, dan akses terhadap informasi.1 maka ibu tersebut termotivasi untuk memilih
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.12
Jahidin dkk di polewali Mandar bahwa aksebilitas Karena dukungan suami/keluarga sangat kuat
ketempat pelayanan kesehatan merupakan dalam memberikan motivasi pada perilaku ibu
penghambat untuk memamfaatkan pelayanan dalam memilih tenaga penolong persalinannya,
kesehatan tertentu seperti sarana transportasi, maka tenaga kesehatan harus melakukan upaya-
keadaan geografis dan waktu tempuh untuk upaya pendekatan pada suami/keluarga sejak
menuju tempat pelayanan kesehatan.11 masa kehamilan melalui penyuluhan persalinan
yang bersih dan aman.
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan,
bahwa akses ke pelayanan kesehatan sangat sulit,
KESIMPULAN DAN SARAN
dari 5 desa yang ada di wilayah kerja tembilahan
hulu, Desa Sungai Intan yang aksesnya sangat Berdasarkan hasil wawancara dan pem-
sulit. Untuk menuju ke fasilitas kesehatan bahasan, dapat disimpulkan bahwa tentang
membutuhkan waktu yang sangat lama serta perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong
transportasi yang sulit, mulai dari jalan kaki, naik persalinan di wilayak Puskesmas Tembilahan
pompong (nunggu air pasang), sampai akhirnya Hulu, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
harus naik mobil/ojek. Oleh karena itu bagi 1. Perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong
masyyarakat yang tinggal di Desa Sungai Intan persalinan masih banyak ke dukun bayi
akan memilih bersalin ke dukun bayi. dibandingkan ke tenaga kesehatan/bidan.

160
Alhidayati & Asmuliyanti Perilaku Ibu dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2016

2. Pengetahuan informan tentang persalinan d. Di setiap desa ada Rumah Tunggu


di wilayah kerja Puskesmas tembilahan Hulu Kelahiran (RTK), agar setiap ibu-ibu yang
sudah baik, walaupun ibu belum mengetahui ingin bersalin tidak perlu jauh-jauh ke
secara mendalam. fasilitas kesehatan lagi.
3. Sikap informan, kebanyakan masih bersikap e. Di desa yang jauh dari jangkaun
acuh tak acuh terhadap pelayanan kesehatan, puskesmas atau pustu agar dapat
ini dapat dilihat pada hasil penelitian menempatkan bidan desa sesuai dengan
pemilihan tenaga penolong persalinan jangkaun masyarakat.
masih ada beberapa yang memilih bersalin
ke dukun bayi.
4. Pemilihan tenaga penolong persalinan masih 2. Bagi Pemegang Program PWS-KIA
kental dengan tradisi turun temurun bersalin a. Menggalakkan program P4K (Program
ke dukun bayi. Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
5. Akses ke pelayanan kesehatan masih sangat Komplikasi) di wilayah kerja puskesmas
susah, dapat dilihat di satu desa yaitu Desa Tembilahan Hulu.
Sungai Intan, dimana masyarakat jika ingin ke b. Merevitalisasi kembali kemitraan
pelayanan kesehatan harus menempuh jarak bidan dan dukun bayi diwilayah
yang jauh, selain itu harus menggunakan kerja Puskesmas Tembilahan Hulu
transportasi yang berbeda, dan mengikuti dalam rangka meningkatkan cakupan
kondisi alam pasang surut. persalinan oleh tenaga kesehatan.
6. Masih ada beberapa yang tidak mendukung c. Memberikan pelatihan kepada kader
istrinya untuk bersalin ke tenaga kesehatan. guna meningkatkan kualitas dan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah kemampuan kader dalam pendataan
dilakukan, peneliti merekomendasikan beberapa ibu hamil guna meningkatkan cakupan
saran kepada: persalinan ke tenaga kesehatan.

3. Bagi Bidan
1. Kepala Puskesmas Tembilahan Hulu
a. Memperhatikan penyuluhan tentang
a. Melakukan evaluasi/penilaian kerja
persalinan, tanda-tanda persalinan, bahaya
terhadap pemegang program PWS-
persalinan, pemilihan tenaga penolong
KIA dan Bidan yang berada di wilayah
persalinan sehingga penyuluhan dan
kerja Puskesmas Tembilahan Hulu agar
pengawasan dilapangan dapat berjalan
dapat optimal dalam pemilihan tenaga
lebih optimal sehingga meningkatkan
penolong persalinan.
pengetahuan keluarga maupun ibu yang
b. Kualitas pelayanan pertolongan persalinan akan bersalin.
ditingkatkan melalui peningkatan kompe-
b. Mampu menjalin hubungan yang baik
tensi bidan puskesmas melalui pelatihan.
dengan masyarakat (terutama ibu hamil).
c. Sebaiknya sebelum bidan ditugaskan perlu
c. Memberikan penyuluhan-penyuluhan ke-
pembekalan pengetahuan budaya kepada
pada masyarakat tentang Persalinan dan
bidan melalui orientasi puskesmas sebelum
pemilihan tenaga penolong per-salinan
melaksanakan tugas di masyarakat.
yaitu ke tenaga kesehatan (bidan).

161
Vol. 3 | No. 3 | Desember 2016| Jurnal Kesehatan Reproduksi: 155-162

DAFTAR PUSTAKA 8. Sodikin, Ova Emilia, Koentjoro. Determinan Perilaku


1. Saifuddin (Eds). Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Suami yang Mempengaruhi Pilihan Penolong
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009. Persalinan Bagi Istri. Berita Kedokteran Masyarakat
Vol. 25, No. 1, Maret, 2009.
2. Eka Puspita, Anik Maryunani. Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). 9. Pangemenan, Relik Diana Parenden, Kandau.
Jakarta : CV. Trans Info Media, 2013. Analisis Keputusan Ibu Memilih Penolong Persalinan
di Wilayah Puskesmas Kabila Bone. Jurnal, 2015.
3. Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, 10. Syarief dan Nilakesuma. Faktor Predisposi
Jakarta : EGC,2010. Dalam Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan di
Kabupaten Solok Selatan. Skripsi : Mercubaktijaya
4. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI).
Padang, 2013.
Angka Kematian Ibu Melahirkan. (http:/share.
pdfoline.com), 2012. 11. Jahidin, Koentjoro. Nilakusuma . Faktor Determinan
yang Mempengaruhi Alternative Pemilihan
5. Buyandaya. Tahir Abdullah, Syamsir S. russeng
Persalinan Dukun Beranak di Kacamatan Limboro
Faktor Determinan Pemilihan Tenaga Penolong
Kabupaten polewali Mandar. Stikes Bina Generasi
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Palasa
Polewali Mandar. Fakultas Kesehatan Masyaarakat:
Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal. Sulawesi Tengah
Universitas Hasanuddin Makassar. Vol. 14, No. 2,
,2012.
juni 2012.
6. Asriani. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
12. Sufiawati, W. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin di
dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan
Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kelurahan
di Puskesmas Cibadak Kabupaten Lebak Provinsi
Barombong. Jurnal Kesehatan Volume II No. 4
Banten. Jakarta. Skripsi : Universitas Indonesia,
Tahun 2009.
2012.
7. Sujiyatini Ai Yeyeh, Dewi Purwaningsih. Asuhan
Kebidanan 2 (Persalinan). Jakarta : Trans Info
Media, 2009.

162

You might also like