Ipi131357 PDF
Ipi131357 PDF
Ipi131357 PDF
Abstract
Dysmenorrhea is menstrual pain and cramping that usually centered in the lower abdomen
that occurs before or during menstruation. The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia in 2008
was 64.25%, consisting 54.89% primary dysmenorrhea and 9.36% secondary dysmenorrhea. The
results of Novia research at SMA St. Thomas Medan in 2012 showed 84.4% of adolescents had
dysmenorrhea, with mild pain intensity of 46.7%, 30.0% moderate pain, and severe pain 23.3%.
To determine factors associated with dysmenorrhea at SMK Negeri 10 Medan in 2013,
conducted research using cross sectional design. Sample was many 171 students were taken by
simple random sampling. Univariate data were analyzed descriptively and bivariate data were
analyzed using the chi square test with 95% CI.
The result of the research shown that proportion prevalence of dysmenorrhea was 81,30%.
The highest proportion of the dysmneorrhea of the respondent at the category ages 15 – 17 years
old (85,90%), ages of menarche ≤ 12 years old (83,70%), normal menstrual cycles (82.90%), long
periods ≥ 7 days (87.20%), family history (87.10%), underweight (88.00%), and less exercise
(85.80%). the result of bivariate analysis, Generally there is a significant association between age
(p = 0.020), age of menarche (p = 0.031), duration of menstruation (p = 0.046), family history (p =
0.019), nutritional status (p = 0.043), and exercise habits (p = 0.019) and dysmenorrhea. And there
was no significant correlation between menstrual cycle and dysmenorrhea.
It is expected that students who have dysmenorrhea accompanied fast menarche age, long
term periods, irregular menstrual cycles, and family history of dysmenorrhea in order to see a
doctor. And always exercise and keep normal body weight.
Keywords: Dysmenorrhea, Adolescent, Risk Factors
3
menstruasi normal. Hal ini terjadi karena pada Tabel 7 Distribusi Proporsi Responden
umumnya 3 tahun setelah menarche siklus Berdasarkan Status Gizi pada Siswi
menstruasi akan teratur (24 – 31 hari), karena SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013
hormon – hormon reproduksi telah berfungsi Status Gizi Frekuensi Proporsi (%)
dengan baik.19 Underweight 75 43,90
Normal 80 46,80
Distribusi proporsi lama menstruasi pada Overweigth 16 9,30
siswi SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013 Jumlah 171 100,00
dapat dilihat pada tabel di bawah ini Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa
Tabel 5 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan status gizi, proporsi tertinggi
Berdasarkan Lama Menstruasi adalah responden dengan status gizi normal
pada Siswi SMK Negeri 10 Medan (46,80%) dan yang terendah adalah responden
Tahun 2013 dengan status gizi lebih (overweight) (9,30%).
Lama Frekuensi Proporsi (%) Status gizi adalah suatu ukuran
Menstruasi mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
≥ 7 hari 86 50,30 dilihat dari makanan yang dikonsumsi dengan
< 7 hari 85 49,70 penggunaan zat – zat gizi di dalam tubuh.
Jumlah 171 100,00
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa status gizi kurang, gizi normal, dan gizi
berdasarkan lama menstruasi, proporsi lebih.21
tertinggi adalah responden dengan lama
menstruasi ≥ 7 hari (50,30%) dan yang Distribusi proporsi kebiasaan olahraga pada
terendah adalah responden dengan lama siswi SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013
menstruasi < 7 hari (49,70%). dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 8 Distribusi Proporsi Kebiasaan
Distribusi proporsi riwayat dismenore pada Olahraga pada Siswi SMK Negeri
keluarga pada siswi SMK Negeri 10 Medan 10 Medan Tahun 2013
Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah Olahraga Frekuensi Proporsi (%)
Tabel 6 Distribusi Proporsi Responden Jarang 120 70,20
Berdasarkan Riwayat Dismenore Sering 51 29,80
pada Keluarga pada Siswi SMK Jumlah 171 100,00
Negeri 10 Medan Tahun 2013 Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa
Riwayat Frekuensi Proporsi (%) berdasarkan kebiasaan olahraga, proporsi
Keluarga responden tertinggi adalah yang jarang
Ada 101 59,10
berolahraga (70,20%) dan yang proporsi
Tidak ada 70 40,90
Jumlah 171 100,00
responden terendah adalah yang sering
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa berolahraga (29,80%).
berdasarkan riwayat keluarga, proporsi Analisis Bivariat
tertinggi adalah responden yang memiliki Hubungan Umur dengan Dismenore
riwayat keluarga dismenore (59,10%) dan Tabel 9 Tabulasi Silang Hubungan Umur
yang terendah adalah responden yang tidak dengan Kejadian Dismenore pada
memiliki riwayat keluarga dismenore (40,90). Siswi SMK Negeri 10 Tahun 2013
Riwayat penyakit pada keluarga
Kejadian Dismenore
adalah riwayat medis di masa lalu dari Jumlah
Umur p RP (CI
anggota keluarga yang mempunyai hubungan Dismenore Tidak
= 95%)
Dismenore
darah. Pada umumnya terdapat persamaan
kondisi fisik dalam keluarga.20 f % f % f %
1,050
Distribusi proporsi status gizi pada siswi ≤ 14 9 64,3 5 35,7 14 100 (0,917 –
1,203)
SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013 dapat 15 - 17 122 85,9 20 14,1 142 100
0,02
1,611
dilihat pada tabel 7 > 17 8 53,3 7 46,7 15 100
(0,153 –
0,594)
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat
bahwa proporsi dismenore tertinggi pada
4
kelompok umur 15 – 17 tahun yaitu 85,90% Hubungan Umur Menarche dengan
dan yang terendah pada kelompok umur > 17 Dismenore
tahun yaitu 53,30%. Tabel 10 Tabulasi Silang Hubungan Umur
Hasil uji statistik dengan Menarche dengan Kejadian
menggunakan uji chi square diperoleh nilai Dismenore pada Siswi SMK Negeri
p=0,020 yang berarti secara umum terdapat 10 Medan Tahun 2013
hubungan yang bermakna antara umur dengan Kejadian Dismenore
Umur
kejadian dismenore pada siswi SMK Negeri Menar
Jumlah
p RP (CI
Dismenore Tidak
10 Medan tahun 2013. che
Dismenore
= 95%)
Sedangkan jika dibandingkan menurut
kelompok umur ≤ 14 tahun dengan kelompok f % f % f %
1,568
umur 15 – 17 tahun, yang merupakan umur ≤ 12 72 83,7 14 16,3 86 100 (0,598 -
yang berisiko mengalami dismenore, hasil uji 0,031
0,716
13 - 14 60 83,3 12 16,7 72 100 1,117
statistik dengan menggunkan uji chi square (0,539 -
diperoleh nilai p=0,486 yang berarti tidak > 14 7 53,8 6 46,2 13 100 1,026)
terdapat hubungan yang bermakna antara Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat
umur dengan kejadian dismenore. bahwa proporsi dismenore tertinggi pada
Untuk kelompok umur 15 – 17 tahun jika kelompok umur menarche < 12 tahun yaitu
dibandingkan dengan kelompok umur > 17 83,70% dan terendah pada kelompok umur >
tahun dengan menggunakan uji chi square 14 tahun yaitu 46,20%.
diperoleh nilai p=0,001 yang berarti terdapat Hasil uji statistik dengan
hubungan yang bermakna antara umur dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai
kejadian dismenore. Rasio prevalens kejadian p=0,031 artinya secara umum terdapat
dismenore pada kelompok umur 15 – 17 hubungan yang bermakna antara umur
tahun dengan kelompok umur > 17 tahun menarche dengan kejadian dismenore pada
adalah 1,611 (0,513 – 0,594). Artinya siswi siswi SMK Negeri 10 Medan tahun 2013.
pada kelompok umur 15 – 17 tahun memiliki Sedangkan jika dibandingkan menurut
kemungkinan resiko 1,6 kali lebih besar kelompok umur menarche ≤ 12 tahun dengan
mengalami dismenore dibandingkan dengan kelompok umur menarche 13 – 14 tahun,
siswi pada kelompok umur > 17 tahun. yang merupakan umur ideal remaja
Dismenore pada umumnya terjadi 2 – perempuan mengalami menstruasi pertama,
3 tahun setelah menarche, umur menarche hasil uji statistik dengan menggunkan uji chi
yang ideal adalah 13 – 14 tahun, sehingga square diperoleh nilai p=0,037 yang berarti
dismenore lebih banyak terjadi pada usia 15 – terdapat hubungan yang bermakna antara
17 tahun. Selain itu pada usia tersebut terjadi umur dengan kejadian dismenore. Rasio
perkembangan organ – organ reproduksi dan prevalens kejadian dismenore pada kelompok
perubahan hormonal yang signifikan.16 umur menarche ≤ 12 tahun dengan kelompok
Pada awal masa menstruasi sering umur menarche 13 - 14 tahun adalah 1,568
terjadi siklus menstruasi yang anovulatoir (0,598 – 0,716). Artinya siswi yang
atau menstruasi tanpa pelepasan sel telur yang menstruasi pada umur ≤ 12 tahun memiliki
disebabkan kurangnya respons umpan balik kemungkinan resiko 1,6 kali lebih besar
dari hipotalamus terhadap estrogen dan mengalami dismenore dibandingkan dengan
ovarium. Paparan estrogen yang terus siswi yang menstruasi pada umur 13 – 14
menerus pada ovarium dan peluruhan tahun.
endometrium yang berproliferasi Untuk kelompok umur menarche 13 –
mengakibatkan pola menstruasi yang tidak 14 tahun jika dibandingkan dengan kelompok
teratur dan sering disertai dengan rasa nyeri.22 umur menarche > 14 tahun dengan
menggunakan uji chi square diperoleh nilai
p=0,210 yang berarti tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara umur dengan kejadian
dismenore.
5
Pubertas adalah suatu masa transisi Hubungan Lama Menstruasi dengan Kejadian
antara masa anak – anak dan dewasa yang Dismenore
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang Tabel 12 Tabulasi Silang Hubungan Lama
kompleks yang berkaitan dengan Menstruasi dengan Kejadian
pertumbuhan dan perkembangan organ – Dismenore pada Siswi SMK Negeri
organ reproduksi. Salah satu tanda remaja 10 Tahun 2013
wanita sudah memasuki masa pubertas adalah Kejadian Dismenore
Lama RP (CI
menarche. Menarche atau menstruasi pertama Menstru
Jumlah
p =
Dismenore Tidak
pada umumnya dialami remaja pada usia 13 – asi
Dismenore
95%)
14 tahun, namun pada beberapa kasus dapat
terjadi pada usia ≤ 12 tahun.17 f % f % f %
≥ 7 hari 75 87,2 11 12,8 86 100 1,158
Umur menarche yang terlalu muda (≤ (0,746
< 7 hari 64 75,3 21 24,7 85 100 0,046
12 tahun) dimana organ – organ reproduksi –
0,999)
belum berkembang secara maksimal dan
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat
masih terjadi penyempitan pada leher rahim,
bahwa proporsi dismenore tertinggi pada
maka akan timbul rasa sakit pada saat
kelompok siswi dengan lama menstruasi ≥ 7
menstruasi. karena organ reproduksi wanita
hari yaitu 87,20% dan terendah pada
belum berfungsi secara maksimal.23
kelompok siswi dengan lama menstruasi < 7
Hubungan Siklus Menstruasi dengan hari yaitu 73,30%.
Dismenore Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Tabel 11 Tabulasi Silang Hubungan Siklus chi square diperoleh nilai p=0,046 artinya
Menstruasi dengan Kejadian terdapat hubungan yang bermakna antara
Dismenore pada Siswi SMK Negeri lama menstruasi dengan kejadian dismenore.
10 Medan Tahun 2013 Rasio prevalens siswi dengan lama menstruasi
Kejadian Dismenore
≥ 7 hari dan < 7 hari adalah 1,158 (0,746 –
RP (CI
Siklus Jumlah 0,999). Yang berarti siswi dengan lama
p =
Menstruasi Dismenore Tidak
95%) menstruasi ≥ 7 hari kemungkinan berisiko
Dismenore
mengalami dismenore 1,2 kali lebih besar
f % f % f % daripada siswi dengan lama menstruasi < 7
Normal 107 82,9 22 17,1 129 100 1,089 hari.
(0,904
Tidak 32 76,2 10 23,8 42 100 0,33 Semakin lama menstruasi terjadi,
–
normal 1,312) maka semakin sering uterus berkontraksi,
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat akibatnya semakin banyak pula prostaglandin
bahwa proporsi dismenore tertinggi pada yang dikeluarkan. Akibat prostaglandin yang
kelompok siswi dengan siklus menstruasi berlebihan maka timbul rasa nyeri pada saat
normal yaitu 82,90% dan terendah pada menstruasi.24
kelompok siswi dengan siklus menstruasi
tidak normal yaitu 76,20%. Hubungan Riwayat Dismenore pada Keluarga
Hasil uji statistik dengan dengan Kejadian Dismenore
menggunakan uji chi square diperoleh nilai Tabel 13 Tabulasi Silang Hubungan Riwayat
p=0,330 artinya tidak terdapat hubungan yang Dismenore pada Keluarga dengan
bermakna antara siklus menstruasi dengan Kejadian Dismenore pada Siswi
kejadian dismenore. SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013
Kejadian Dismenore RP (CI
Riwayat Jumlah
p =
Keluarga Dismenore Tidak
95%)
Dismenore
f % f % f %
Ada 88 87,1 13 12,9 101 100 1,194
(0,712
0,019
Tidak ada 51 72,9 19 27,1 70 100 –
0,983)
6
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat hubungan yang bermakna antara status gizi
bahwa proporsi dismenore tertinggi pada dengan kejadian dismenore pada siswi SMK
kelompok siswi yang memiliki riwayat Negeri 10 Medan tahun 2013.
dismenore pada keluarga yaitu 87,10% dan Sedangkan jika dibandingkan status
terendah pada kelompok siswi yang tidak gizi rendah (underweight) dengan status gizi
memiliki riwayat dismenore pada keluarga normal, hasil uji statistik dengan menggunkan
yaitu 72,90%. uji chi square diperoleh nilai p=0,006 yang
Hasil uji statistik dengan berarti terdapat hubungan yang bermakna
menggunakan uji chi square diperoleh nilai antara status gizi dengan kejadian dismenore.
p=0,019 artinya terdapat hubungan yang Rasio prevalens kejadian dismenore pada
bermakna antara riwayat dismeore pada siswi dengan status gizi rendah (underweight)
keluarga dengan kejadian dismenore. dengan status gizi normal adalah 1,238 (0,329
Rasio prevalens kejadian dismenore pada – 0,819). Artinya siswi dengan status gizi
siswi yang memiliki riwayat dismenore pada rendah (underweight) memiliki kemungkinan
keluarga dan yang tidak memiliki riwayat resiko 1,2 kali lebih besar mengalami
dismenore pada keluarga adalah 1,194 (0,712 dismenore dibandingkan dengan siswi dengan
– 0,983). Yang berarti siswi yang memiliki status gizi normal
riwayat dismenore pada keluarga memiliki Untuk siswi dengan status gizi normal
kemungkinan berisiko 1,2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan siswi dengan status
mengalami dismenore daripada siswi yang gizi lebih (overweight) dengan menggunakan
tidak memiliki riwayat dismenore pada uji chi square diperoleh nilai p=0,039 yang
keluarga. berarti terdapat hubungan yang bermakna
Riwayat keluarga (ibu atau saudara antara status gizi dengan kejadian dismenore.
perempuan kandung) merupakan salah satu Rasio prevalens kejadian dismenore pada
faktor risiko dismenore. Kondisi anatomi dan siswi dengan status gizi lebih (overweight)
fisiologis dari seseorang pada umumnya dengan siswi yang berstatus gizi normal
hampir sama dengan orang tua dan saudara – adalah 1,117 (0,328 – 0,729). Artinya siswi
saudaranya.24 dengan status gizi lebih (overweight)
memiliki kemungkinan resiko 1,1 kali lebih
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian besar mengalami dismenore dibandingkan
Dismenore dengan siswi yang berstatus gizi normal.
Tabel 14 Tabulasi Silang Hubungan Status Status gizi yang rendah (underweight)
Gizi dengan Kejadian Dismenore
dapat diakibatkan karena asupan makanan
pada Siswi SMK Negeri 10 Tahun
2013 yang kurang, termasuk zat besi yang dapat
menimbulkan anemia. Anemia merupakan
Kejadian Dismenore
RP
salah satu faktor konstitusi yang
Status Gizi
Jumlah
p (CI= menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh
Dismenore Tidak
Dismenore
95%) terhadap rasa nyeri sehingga saat menstruasi
dapat terjadi dismenore.25
f % f % f % Sedangkan status gizi lebih
Under 66 88,0 9 12,0 75 100 1,238
weight (0,729– (overweight) dapat juga mengakibatkan
Normal 63 78,7 17 21,3 80 100 0,819) dismenore karena terdapat jaringan lemak
0,043 yang berlebihan yang dapat mengakibatkan
Over 10 62,5 6 37,5 16 100 1,117 hiperplasi pembuluh darah atau terdesaknya
weight (0,328–
0,729) pembuluh darah oleh jaringan lemak pada
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat organ reproduksi wanita, sehingga darah yang
proporsi dismenore tertinggi pada status gizi seharusnya mengalir pada proses menstruasi
rendah (underweight) yaitu 88,00% dan yang terganggu dan mengakibatkan nyeri pada saat
terendah pada status gizi lebih yaitu 62,50%. menstruasi.23
Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi square diperoleh nilai
p=0,043 artinya secara umum terdapat
7
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kesimpulan dan Saran
Kejadian Dismenore 1. Kesimpulan
Tabel 15 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan a. Proporsi prevalens dismenore pada siswi
Olahraga dengan Kejadian SMK Negeri 10 Medan tahun 2013 adalah
Dismenore pada Siswi SMK Negeri 81,30%.
10 Medan Tahun 2013 b. Proporsi siswi yang mengalami dismenore
Kejadian Dismenore di SMK Negeri 10 Medan tahun 2013 yang
Olahraga
Jumlah
p
RP (CI tertinggi pada kelompok umur 15 – 17
Dismenore Tidak = 95%)
Dismenore
tahun (85,90%), umur menarche ≤ 12
tahun (83,70%), siklus menstruasi normal
f % f % f % (82,90%), lama menstruasi ≥ 7 hari
Jarang 103 85,8 17 14,2 120 100
0,0
1,215
(1,004 –
(87,20%), memiliki riwayat keluarga
Sering 36 70,6 15 29,4 51 100 19
1,473) (87,10%), status gizi rendah (88,00%), dan
Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat jarang berolahraga (85,80%).
bahwa proporsi dismenore tertinggi pada c. Secara umum terdapat hubungan yang
kelompok siswi yang jarang berolahraga yaitu bermakna antara umur dengan kejadian
85,80% dan terendah pada kelompok siswi dismenore pada siswi SMK Negeri 10
yang sering berolahraga yaitu 70,60%. Medan tahun 2013 (p=0,020 ; χ2=12,365).
Hasil uji statistik dengan d. Secara umum terdapat hubungan yang
menggunakan uji chi square diperoleh nilai bermakna antara umur menarche dengan
p=0,019 artinya terdapat hubungan yang kejadian dismenore pada siswi SMK
bermakna antara kebiasaan olahraga dengan Negeri 10 Medan tahun 2013 (p=0,031 ;
kejadian dismenore. χ2=6,968).
Rasio prevalens kejadian dismenore siswi e. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
yang jarang berolahraga dan yang yang antara siklus menstruasi dengan kejadian
sering berolahraga adalah 1,215 (1,004 – dismenore pada siswi SMK Negeri 10
1,473). Siswi yang jarang berolahraga Medan tahun 2013 (p=0,330)
memiliki kemungkinan risiko 1,2 kali lebih f. Terdapat hubungan yang bermakna antara
besar mengalami dismenore daripada siswi lama menstruasi dengan kejadian
yang sering berolahraga. dismenore pada siswi SMK Negeri 10
Adanya hubungan kebiasaan olahraga Medan tahun 2013 (p=0,046 ; χ2=3,990 ;
terhadap kejadian dismenore dapat RP=1,158 (95% CI=0,746 – 0,999).
disebabkan karena olahraga merupakan salah g. Terdapat hubungan yang bermakna antara
satu teknik relaksasi yang dapat digunakan riwayat keluarga dengan kejadian
untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan dismenore pada siswi SMK Negeri 10
saat melakukan olahraga tubuh akan Medan tahun 2013 (p=0,019 ; χ2=5,536 ;
menghasilkan endorphin. Endorphin RP=1,194 (95% CI=0,712 – 0,983)).
dihasilkan oleh otak dan susunan syaraf h. Secara umum terdapat hubungan yang
tulang belakang. Sesuai dengan teori bermakna antara status gizi dengan
Endorfin-Enkefalin mengenai pemahaman kejadian dismenore pada siswi SMK
mekanisme nyeri adalah ditemukannya Negeri 10 Medan tahun 2013 (p=0,043 ;
reseptor opiate di membran sinaps dan kornu χ2=6,273)
dorsalis medulla spinalis. Terdapat tiga i. Terdapat hubungan yang bermakna antara
golongan utama peptide opioid endogen, yaitu kebiasaan olahraga dengan kejadian
golongan enkefalin, beta-endorfin, dan dismenore pada siswi SMK Negeri 10
dinorfin. Beta-endofin yang dikeluarkan saat Medan tahun 2013 (p=0,019 ; χ2=5,468 ;
olahraga sangat efektif untuk mengurangi rasa RP=1,215 (95% CI=1,004 – 1,473).
nyeri.25
2. Saran
a. Diharapkan kepada siswi yang mengalami
dismenore disertai umur menarche yang
cepat, lama menstruasi yang panjang,
8
siklus menstuasi yang tidak teratur, dan 10. Omidvar, S, 2012. Characteristics and
riwayat dismenore pada keluarga agar Determinants of Primary
memeriksakan diri ke dokter. Dysmenorrhea in Young Adults.
b. Diharapkan kepada siswi agar rajin American Medical Journal.
berolahraga karena dapat menurunkan 11. Santoso, 2008. Angka Kejadian Nyeri
kadar prostaglandin dan mengeluarkan Haid pada Remaja Indonesia.
hormon endorphin yang dapat mengurangi Journal of Obstretics & Gynecology.
rasa nyeri serta menjaga berat badan 12. Lestari, H, 2010. Gambaran Dismenorea
normal karena berat badan yang kurang pada Remaja Putri Sekolah
dan lebih merupakan faktor risiko dari Menengah Pertama di Manado.
dismenore. Jurnal Pediatri Volume 2.
c. Diharapkan kepada pihak sekolah agar 13. Mahmudiono, T, 2011. Fiber, PUFA and
dapat memberikan penyuluhan kepada Calcium Intake is Associated With
siswi tentang masalah kesehatan The Degree of Primary
reproduksi khususnya dismenore. Dysmenorrhea In Adolescent Girl
Surabaya, Indonesia. Journal of
Daftar pustaka Obstretics & Gynecology.
1. Kusmiran, E, 2011. Kesehatan 14. Novia, D, 2012. Hubungan Dismenore
Reproduksi Remaja dan Wanita. dengan Olahraga pada Remaja di
Salemba Medika : Jakarta. SMA St. Thomas 1 Medan. Skripsi
2. Ramaiah. 2006, Gangguan Menstruasi. Fakultas Kedokteran Universitas
Yogyakarta : Digiosa Media. Sumatera Utara.
3. Benson, R, 2009. Obstetri Ginekologi. 15. Eriyanto, 2007. Teknik Sampling
Edisi 9. Jakarta :Penerbit Buku Analisis Opini Publik. PT Pelangi
Kedokteran EGC. Aksara : Yogyakarta
4. Edmonds, K, 2007. Gynaecological 16. Baradero, M, 2006. Gangguan Sistem
Disorders of Childhood and Reproduksi dan Seksualitas.
Adolescense : Dewhurst’s Textbook Penerbit Buku Kedokteran EGC :
of Obstetrics and Gynaecological Jakarta.
7thEdition. Blackwell Publishing : 17. Manuaba. 2001, Kapita Selekta
London. Pelaksanaan Rutin Obsterti
5. Fritz, M & Speroff L, 2010. Clinical Ginekologi dan KB. Penerbit
Gynecologic Endocrinology and Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Infertility. Lippincott Williams & 18. Santrock, JW, 2003. Adolenscence,
Wilkins. USA. Perkembangan Remaja. Erlangga :
6. Prawirohardjo, S, 2008. Ilmu Jakarta.
Kandungan. PT Bina Pustaka : 19. Hamilton, P, 1995. Dasar – Dasar
Jakarta. Keperawatan Maternitas. Penerbit
7. Badawi, K. 2005, Epidemiologi of Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Dysmenorrhoea among Adolescent 20. Burnside, J, 1995. Diagnosis Fisik.
Students in Mansoura, Egypt. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Eastern Mediterranean Health Jakarta
Journal,Volume 11. 21. Almatsier, S, 2005. Prinsip Dasar Gizi.
8. Osuga, Y. 2005, Dysmenorrhoea in Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Japanese Women. International 22. Widjanarko, B, 2006. Dismenore
Journal of Gynecology and Tinjauan Terapi pada Dismenore
Obstetrics. Primer. Bagian Ilmu Kebidanan
9. Gui-zhou, H, 2010. Prevalence of dan Penyakit Kandungan Fakultas
Dysmenorrhoea in Female Students Kedokteran Rumah Sakit Unika Atma
in a Chinese University : A Jaya
Prospective Study. Health Journal. 23. Ehrenthal, D, 2006. Menstrual
Disorders. Versa Press : USA.
9
24. Pilliteri, A, 2003. Maternal & Child
Health Nursing, Care of the
Childbearing & Childearing Family
4th Edition. Lippincott William &
Wilkins : Philadelphia.
25. Sylvia, W and M. Lorrainne. 2006.
Patofisologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
10