Analisis Hubungan Antara Sikap, Norma Subyektif, Dan Kontrol Keperilakuan Yang Dirasakan Terhadap Perilaku Berbagi Pengetahuan Manajer: Studi Empiris Pada Perusahaan Di Wilayah Jakarta
Analisis Hubungan Antara Sikap, Norma Subyektif, Dan Kontrol Keperilakuan Yang Dirasakan Terhadap Perilaku Berbagi Pengetahuan Manajer: Studi Empiris Pada Perusahaan Di Wilayah Jakarta
Analisis Hubungan Antara Sikap, Norma Subyektif, Dan Kontrol Keperilakuan Yang Dirasakan Terhadap Perilaku Berbagi Pengetahuan Manajer: Studi Empiris Pada Perusahaan Di Wilayah Jakarta
Frans Warmanto MB
(Dosen tetap Business School Universitas Pelita Harapan)
Handhika Noviant Thenu
(Alumni jurusan Manajemen Universitas Pelita Harapan)
Abstract
Managers have shown an increasing interest in understanding and encouraging knowledge
sharing behaviour in their organizations. However, very few empirical studies have examined
managers’ perceptions of knowledge-sharing behaviour. This study used Ajzen’s theory of
planned behaviour (TPB) to develop and test a research model to assess the factors that
influence encouragement of knowledge-sharing intention and behaviour by managers. The
data from a survey of managers in Jakarta were used empirically to test the proposed
research model. A self-administered questionnaire was distributed to respondents by the
drop-off/pick-up method, resulted 150 respondents. Moreover, confirmatory factor analysis
(CFA) was conducted to examine the reliability and validity of the measurement model, and
the structural equation modelling (SEM) technique was used to evaluate the research model.
The analytical results showed that the research model fitted the data well and the main
determinants of enterprise knowledge-sharing behaviour were the encouraging intentions of
managers. Additionally, managers’ attitudes, subjective norms and perceived behavioural
control were found to positively influence intentions to encourage knowledge sharing.
Finally, research and practical implications were suggested.
Pendahuluan
Dewasa ini, persaingan di lingkungan bisnis semakin ketat (Swa 2005, 23). Hal ini juga
diiringi dengan perkembangan teknologi yang pesat. Dengan demikian, mengharuskan para
pelaku bisnis untuk dapat meningkatkan kualitas perusahaan guna memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen serta mengharuskan anggota dari suatu organisasi untuk dapat saling
ini membawa dampak yang positif. Hal tersebut bisa dilihat dengan ketatnya persaingan antar
1
pelaku bisnis yang ada berusaha untuk tetap bertahan dan menang dalam persaingan (Swa
2005, 25). Kemudian dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang ada, pelaku
bisnis harus bisa meningkatkan kualitas dari perusahaannya. Oleh karena itu untuk
yang telah menyimpulkan bahwa perilaku berbagi pengetahuan dengan efektif adalah hal
pengetahuan dan faktor-faktor keorganisasian yang lain. Sebagai contoh, Macneil (2001,
dalam Lin dan Lee 2004) telah menyarankan bahwa seorang manajer dapat berkontribusi
secara signifikan untuk mengembangkan kompetensi dasar dan keahlian melalui peran
menerapkan pengetahuan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
Lebih jauh lagi, Hislop (2003) mengamati dampak komitmen organisasi dalam sikap
berbagi pengetahuan dan perilaku yang terkait. Walaupun banyak penelitian yang telah
dalam organisasi jarang diteliti secara empiris. Sedangkan saat ini, peneliti dan praktisi
mendapati bahwa kesuksesan dari berbagi pengetahuan bergantung pada eksistensi manajer
dalam mempromosikan situasi berbagi pengetahuan di lingkungan kerja Hislop (2003, dalam
diidentifikasikan ke dalam dua faktor penting. Pertama, strategi harus sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Kedua, harus sesuai dengan strategi guna pencapaian tujuan
perusahaan, menurut Stoddart (2001, dalam Lin dan Lee 2004). Hal inilah yang membuat
peneliti tertarik untuk meneliti ulang permasalahan mengenai persepsi seorang manajer
2
terhadap perilaku berbagi pengetahuan dalam organisasi dengan cara mereplikasi model dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Lin dan Lee (2004).
Theory of planned behavior merupakan salah satu teori yang dapat digunakan untuk
menentukan pengaruh persepsi seorang manager dalam perhatian dan mendorong perilaku
berbagi pengetahuan serta mengembangkan suatu model penelitian. TPB telah dianggap
berguna dalam memprediksi suatu perilaku dalam skala yang luas, dan telah digunakan secara
luas dalam memperkirakan dan menjelaskan perhatian dalam berperilaku dan perilaku
sebenarnya dalam psikologi sosial. Meskipun sudah banyak peneliti yang melakukan
penelitian tentang TPB, namun masih sedikit yang menggunakan perilaku berbagi
pengetahuan seorang manajer sebagai objek penelitiannya dan jarang diteliti secara empiris
(Lin dan Lee 2004). Objek yang dipakai dalam penelitian ini adalah manajer dari setiap level
yang masih aktif bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi di wilayah Jakarta. Karena
kontribusi dan eksistensi dari seorang manajer memegang peranan penting dalam proses
Landasan Teori
produk, jasa, dan gagasan yang mereka harapkan dapat memenuhi kebutuhannya (Schiffman
dan Kanuk 2004). Sedangkan menurut Arnould, Price, dan Zinkhan (2005, 9), perilaku
konsumen adalah tindakan dari individu maupun kelompok yang secara langsung terlibat
dalam pembelian dan proses pertukaran yang meliputi pembelian, konsumsi, dan pembuangan
Mengetahui kebutuhan dan keinginan dari konsumen merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan dalam perilaku konsumen. Kebutuhan konsumen merupakan suatu
3
kondisi tidak puas yang dapat memicu tindakan dari konsumen untuk memperbaiki keadaan
tersebut. Sedangkan keinginan merupakan hasrat untuk mendapatkan kepuasan yang lebih
lagi dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat kepuasan yang dialami oleh konsumen (Sheth
Perilaku konsumen memiliki tiga ide penting, yang pertama perilaku konsumen itu
dinamis. Yang kedua perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh, kognisi,
perilaku, dan kejadian sekitar. Yang ketiga perilaku konsumen melibatkan pertukaran (Peter
Perilaku konsumen itu dinamis berarti perilaku dari seorang konsumen, kelompok
konsumen, juga masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Perilaku
konsumen didalam studinya memiliki implikasi, salah satunya adalah bahwa generalisasi
perilaku konsumen biasanya hanya terbatas untuk jangka waktu, produk, individu, atau
Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian
sekitar, berarti ketika memahami konsumen dan mengembangkan strategi yang tepat juga
harus dapat memahami apa yang dipikirkan konsumen sebagai kognisi, apa yang dirasakan
konsumen sebagai pengaruh, apa yang dilakukan konsumen sebagai perilaku dan apa serta
dimana sebagai kejadian di sekitar yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang
dirasakan. Sikap merupakan variabel utama dalam berperilaku (Peter dan Olson 2005).
Sikap. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku (Engel, Blackwell &
Miniard 1995, 338). Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko mana untuk
dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang dievaluasi secara
4
Ada empat definisi sikap. Pertama, bagaimana perasaan mereka terhadap obyek positif
atau negatif, terima atau tidak terima, pro atau kontra. Kedua, sikap sebagai kecenderungan
untuk merespon sebuah obyek atau golongan obyek dengan sikap yang secara konsisten
menerima atau tidak menerima. Ketiga, sikap berorientasi pada psikologi sosial yaitu
motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif yang bertahan lama dengan beberapa aspek dari
masing-masing individu. Keempat, keseluruhan sikap dari seseorang terhadap obyek dilihat
dari fungsi kekuatan dari tiap-tiap sejumlah kepercayaan yang seseorang pegang tentang
beberapa aspek dari obyek dan evaluasi yang diberikan dari tiap-tiap kepercayaan yang
Sikap mengacu pada dampak atau reaksi dari evaluasi secara umum. Secara umum
perasaan menyatakan perasaan dan emosi seseorang ketika seseorang membaca, mendengar,
memikirkan, menggunakan, atau mengatur produk atau jasa. Kedua adalah komponen
yang bersangkutan pada produk dan jasa. Komponen respon ini sangat spesifik misalnya,
respon terhadap kelas produk dan jasa secara umum. Ketiga adalah komponen perilaku.
Komponen perilaku, termasuk keputusan pembelian dan praktek yang berhubungan dengan
konsumsi misalnya tindakan yang melibatkan diri dalam perolehan, penggunaan, dan
pengaturan produk atau jasa (Umar 2003). Antara komponen kepercayaan dan perasaan
adalah sebagai penentu sikap. Dari definisi sikap diatas maka dapat disimpulkan bahwa
keseluruhan evaluasi seseorang terhadap sikap dari obyek ditentukan oleh kepercayaan dan
perasaan seseorang.
Ada beberapa teori-teori sikap. Teori sikap paling awal adalah Theory of Reasoned
Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), kemudian model pada
5
teori sikap yang kedua yaitu Theory of Planned Behavior (TPB) dimana teori ini
Theory of Reasoned Action (TRA). Menurut Arnould, Price, dan Zinkhan (2005, 643), theory of
reasoned action (teori tindakan beralasan) adalah teori yang memiliki asumsi bahwa
mempertimbangkan dan memilih salah satu dari pertimbangan tersebut yang dapat
meramalkan dan mengerti perilaku individu dalam kehidupan sosial. Teori tindakan beralasan
merupakan teori umum tentang psikologi sosial yang telah terbukti dengan baik dengan
menyatakan bahwa suatu keyakinan tertentu dapat mempengaruhi persepsi perilaku dan
perilaku sebenarnya.
perilaku dalam struktur yang telah didesain untuk memprediksi perilaku yang lebih baik.
Variabel-variabel yang ada di dalam teori tindakan beralasan adalah variabel sikap, norma
subyektif, niat, dan perilaku (Ajzen, 1988). Peter dan Olson (2005, 147) mengatakan bahwa
hasil dari proses pilihan yang memiliki alasan ini merupakan satu keinginan untuk terlibat di
dalam perilaku yang dipilih. Niat berperilaku dapat dijadikan sebagai alat ukur perilaku nyata
yang terbaik, dan menyatakan bahwa perilaku tersebut disengaja sehingga cukup rumit untuk
ditentukan oleh keinginan seseorang untuk menyatakan perilaku tersebut. Teori tindakan
beralasan dijelaskan dengan adanya sikap dan norma subyektif yang dapat membentuk niat
pembelian seseorang.
Niat adalah tendensi seseorang ketika orang tersebut berusaha untuk menggunakan
sikap secara spesifik. Niat dapat diukur dengan menggunakan norma subyektif dan sikap yang
6
oleh keyakinan dan motivasi dimana apakah menginginkan orang lain untuk terlibat di
dalamnya. Oleh karena itu keyakinan, evaluasi, dan motivasi akan mempengaruhi niat dengan
sendirinya. Niat untuk menggunakan kembali dan membentuk perilaku untuk menggunakan
suatu barang atau jasa dapat tercapai apabila konsumen telah membentuk sikap yang positif
terhadap suatu barang atau jasa (Ajzen dan Fishbein 1980, 99). Perilaku dan situasi yang
dihadapi menentukan sejauh mana pentingnya sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku
Menurut Peter dan Olson (2005, 149), perilaku merupakan tindakan yang bersifat
khusus yang ditujukan kepada beberapa target. Pada waktu tertentu, perilaku akan muncul
dalam suatu konteks situasional atau lingkungan. Aspek kejelasan tentang aspek keinginan
berperilaku sangat perlu dipahami oleh pemasar, dengan tujuan agar dapat mengerti bahwa
komponen teori tindakan beralasan harus didefinisikan dan diukur dalam konteks perilaku
khusus. Niat berperilaku (behavioral intention) pada dasarnya adalah suatu proposisi yang
berhubungan dengan diri dan tindakan yang akan datang. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa niat adalah sebuah rencana agar dapat terlibat dalam suatu perilaku yang bersifat
khusus guna mencapai tujuan. Model dari TRA yang dikembangkan Fishbein dan Ajzen
Sikap
Niat Perilaku
Norma
Subyektif
7
Theory of Planned Behavior (TPB). TPB merupakan kelanjutan dari TRA (Arnould, Price, dan
Zinkhan 2005, 647). Sikap dan perilaku tiap orang dipengaruhi oleh segala sesuatu yang
berada di sekililingnya, seperti orang tua, teman, pengalaman, serta pengetahuan yang
dimiliki dalam proses pengambilan keputusan. Tidak adanya keinginan, keuangan yang tidak
lain yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan (Evans 2006, 74).
Model TPB merupakan pengembangan dari model TRA dengan adanya penambahan
satu variabel, yaitu kontrol keperilakuan yang dirasakan. Kontrol keperilakuan secara
langsung mempengaruhi niat untuk melaksanakan suatu perilaku dan juga mempengaruhi
perilaku di mana dalam situasi pengguna berniat untuk melaksanakan suatu perilaku namun
ditunjukan dengan tanggapan seseorang terhadap halangan dari dalam atau halangan dari luar
sewaktu melakukan perilaku atau tingkah laku. Kontrol keprilakuan dapat mengukur
Menurut Ajzen (1991, 3), keinginan dari individu dalam menunjukkan suatu perilaku
merupakan faktor utama dari TPB. Keinginan dapat diasumsikan untuk mendapatkan faktor
seseorang mencoba, bagaimana dampak yang akan berpengaruh akan rencana mendesak jika
semuanya menunjukan perilaku. Keinginan yang kuat dapat melawan perilaku, sehingga
Niat dapat menjelaskan tingkah laku seseorang yang juga dipengaruhi oleh sikap,
norma subyektif, dan kontrol keprilakuan yang dirasakan. Sikap lebih melihat kepada
penilaian dari seseorang bahwa pelaksanaan pada suatu tingkah laku adalah positif dan itu
berlaku pula sebaliknya, sedangkan norma subyektif lebih melihat kepada persepsi seseorang
bahwa orang yang memikirkan orang lain yang dekat dengannya harus atau tidak harus
8
melakukan suatu tingkah laku dalam konteks tertentu. Norma subyektif juga ditujukan kepada
persepsi seseorang terhadap orang lain dimana orang tersebut perlu memberikan atau
menunjukkan tingkah laku tersebut (Evans 2006, 75). Model dari TPB ditampilkan pada
Gambar 2.
Sikap terhadap
perilaku
Kontrol
keperilakuan
Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1995, 390)
yang dirasakan
Gambar 2. Model Theory of Planned Behavior
TPB telah digunakan secara ekstensif untuk memprediksi dan menjelaskan niat perilaku serta
perilaku aktual dalam psikologi sosial (Miliar dan Shevlin 2003, dalam Lin dan Lee 2004).
TPB digunakan dalam penelitian ini untuk memprediksi faktor yang diyakini dapat
mempengaruhi sikap manajer terhadap perilaku berbagi pengetahuan dalam lingkungan kerja
mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya untuk suatu
tujuan. Sedangkan pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan
kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber
pengetahuan bisa berupa banyak bentuk, misalnya koran, majalah, email, kartu nama, iklan,
9
Manajemen pengetahuan pertama kali dikenalkan di dunia bisnis untuk membantu
pengetahuan perusahaan (Nonaka dan Konno 1998, dalam Lin dan Lee 2004).
digunakan untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur
dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang. Sedangkan menurut
McElroy dan Firestone (2003, 3) manajemen pengetahuan adalah kumpulan proses yang
menciptakan hasil yang lebih baik. Jadi manajemen pengetahuan bukanlah suatu fenomena
baru tetapi merupakan suatu cara yang menerapkan integrasi antara teknologi dengan sumber
Ketika suatu proses, keadaan dan aktivitas suatu bisnis para pelaku manajemen
Sumber : www.km-forum.org
10
Namun, tujuan langsung dari manajemen pengetahuan tidak untuk meningkatkan kinerja
pekerja dengan baik, akan tetapi untuk meningkatkan pengolahan pengetahuan yang
diharapkan akan menghasilkan solusi yang lebih baik. Fokus dari manajemen pengetahuan
adalah metode yang sistematik dan inovatif, pelatihan, serta alat untuk mengatur generasi,
akuisisi, pertukaran, proteksi, distribusi, dan utilitas dari pengetahuan. Masalah utama dalam
manajemen pengetahuan adalah mengusahakan seseorang untuk ikut serta dalam berbagi
Fungsi manajemen. Seorang manager harus memiliki kapabilitas untuk mengenali masalah
performa dan kesempatan, membuat keputusan yang baik, dan mengambil langkah yang tepat.
Mereka dapat melukan hal tersebut menggunakan the process of management- planning,
organizing, leading, and controlling menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan akhir. Terdapat empat fungsi dan keterhubungan ada pada Gambar 4. semua manager
bertanggung jawab untuk empat fungsi tersebut. Mereka tidak menyelesaikan dalam langkah
yang linier. Dalam kenyataan semua fungsi itu secara berkesinambungan digunakan ketika
manger berpindah dari tugas satu ketugas lain dan dari kesempatan yang satu ke kesempatan
yang lain.
Planning
Leading
11
Gambar 4. Empat Fungsi Manajemen
Planning adalah proses dalam membuat tujuan dan menentukan apa yang harus
dicapai oleh merek. Melalui planning seorang manager dapat mengidentifikasikan apa yang
ingin mereka capai dan apa saja langkah yang harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
Organizing adalah proses dalam menetapkan tugas, mengalokasikan sumber daya, dan
personil, dan menyokong team lewat teknologi dan sumber daya lainnya.
Leading adalah proses menimbulkan gairah dan usaha untuk menginspirasi untuk
mencapai tujuan. Melalui leading seorang manager membangun komitmen untuk visi,
mendorong aktivitas yang mencapai tujuan, dan mempengaruhiyang lain untuk melakukan
Controlling adalah proses mengukur performa dan mengambil aksi untuk memastikan
hasil yang diinginkan. Melalui controlling seorang manager secara aktif memelihara
hubungan dengan orang dalam rangkaian kerja, mengumpulkan dan menafsirkan laporan dari
performa, dan menggunakan informasi tersebut untuk untuk membangun recana tindakan dan
perubahan.
dimana dapat digunakan oleh orang lain yang berada dalam satu organisasi tersebut.
pengetahuan yang dimiliki seseorang diubah kebentuk yang dapat dimengerti, diserap, dan
digunakan orang lain. Peningkatan berbagi pengetahuan pada organisasi bergantung pada
orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut, siapa yang membuat proses berbagi
pengetahuannya, serta proses dari berbagi dan menggunakan pengetahuan tersebut (Ipe 2003).
12
Proses berbagi pengetahuan sangat penting dalam suatu organisasi karena berbagi
pengetahuan yang terletak di individu ke tingkat organisasi dimana nantinya akan diubah ke
arah ekonomis dan nilai kompetitif untuk organisasi Hendricks (1998, dalam Ipe 2003).
Faktor–faktor yang mempengaruhi proses berbagi pengetahuan antara lain sifat pengetahuan,
motivasi untuk berbagi, kesempatan untuk berbagi, dan budaya dalam lingkungan kerja.
Sifat pengetahuan, dibedakan menjadi dua jenis yaitu tacit dan explicit. Masing–
masing dari jenis sifat pengetahuan ini mempengaruhi cara berbagi pengetahuannya pada
perusahaan. Tacit knowledge pertama kali dikenalkan oleh Polanyi (1966, dalam Ipe 2003)
yang menyebutkan bahwa pengetahuan itu tidak mudah untuk dibicarakan dan dibuat
eksplisit. Tacit knowledge dapat juga dianggap sebagai keterampilan yang didapatkan dari
pengalaman seseorang. Oleh karena itu, tacit knowledge sangat sulit untuk dikomunikasikan
kepada orang lain kecuali oleh orang yang memiliki pengetahuan itu sendiri.
Berbeda dengan tacit knowledge, explicit knowledge lebih mudah untuk disusun,
disimpan dalam suatu tempat dan dipindahkan melewati waktu dan tempat individu yang
berbeda. Explicit knowledge juga lebih mudah untuk disebarkan dan di komunikasikan, selain
itu kelebihan dari explicit knowledge adalah kemampuan untuk membagikannya ke setiap
individu lebih mudah dibandingkan tacit knowledge, menurut Schulz (2001, dalam Ipe 2003)
Motivasi untuk berbagi pengetahuan, dibedakan menjadi dua yaitu secara internal dan
eksternal. Secara internal motivasi berbagi pengetahuan berasal dari dorongan yang dirasakan
individu serta timbak balik yang akan diterima oleh individu tersebut setelah dia melakukan
berasal dari hubungan yang dilakukan oleh individu yang menerima dan hadiah yang akan
13
Kesempatan untuk berbagi, dibedakan menjadi dua yaitu proses formal dan informal.
Untuk proses formal berbagi pengetahuan terjadi melalui program pelatihan, pembuatan
struktur, bahkan melalui teknologi seperti internet maupun intranet. Melalui proses informal
berbagi pengetahuan biasanya dilakukan melalui komunitas atau karena adanya hubungan
Budaya dalam lingkungan kerja, sering dikenali sebagai penghalang bagi terjadinya
perilaku berbagi pengetahuan. Budaya dapat diartikan sebagai hasil yang di kembangkan oleh
menunjukkan bahwa budaya pada sebuah organisasi adalah bekerja dengan baik dalam
menyelesaikan masalah itu sudah cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa budaya memiliki
pengaruh dalam sikap pekerja untuk melakukan atau tidak melakukan proses perilaku berbagi
14
Sumber: Ipe (2003, 352)
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka model penelitian dan hipotesis penelitian ini
Sikap terhadap
perilaku berbagi
pengetahuan
Kontrol
keperilakuan
Sumber: Lin dan Lee (2004)
yang dirasakan
Gambar 7. Model Penelitian
15
hipotesis-hipotesis penelitian ini adalah:
H1: terdapat pengaruh positif antara sikap terhadap perilaku berbagi pengetahuan dan niat
H2: terdapat pengaruh positif antara norma subyektif mengenai berbagi pengetahuan dan niat
H3: terdapat pengaruh positif antara kontrol keperilakuan yang dirasakan untuk berbagi
H4: terdapat pengaruh positif antara niat untuk berbagi pengetahuan dan perilaku berbagi
pengetahuan.
H5: terdapat pengaruh positif antara kontrol keperilakuan yang dirasakan untuk berbagi
Metode Penelitian
Jenis penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif pada
penelitian ini berusaha untuk menggambarkan hubungan antara niat berbagi pengetahuan,
3 indikator (Lee 2001). Sebagai contoh indikator perilaku berbagi pengetahuan adalah:
”Mendorong berbagi pengetahuan dengan rekan kerja merupakan tugas saya diperusahaan”.
Niat berbagi pengetahuan menggunakan 3 indikator (Bock dan Kim 2002). Sebagai contoh
indikator niat berbagi pengetahuan adalah: ”Saya akan menerima apabila perusahaan ini
16
Sikap terhadap perilaku berbagi pengetahuan menggunakan 3 indikator (Bock dan
Kim 2002). Sebagai contoh indikator sikap terhadap perilaku berbagi pengetahuan adalah:
subyektif mengenai berbagi pengetahuan menggunakan 3 indikator (Ryu et al. 2003). Sebagai
contoh indikator norma subyektif mengenai berbagi pengetahuan adalah: ”Atasan saya,
mereka dengan rekan kerja lain”. Kontrol keperilakuan yang dirasakan menggunakan 3
indikator (Chau dan Hu 2001). Sebagai contoh indikator kontrol keperilakuan yang dirasakan
adalah: ”Mendorong berbagi pengetahuan dengan rekan kerja adalah hal yang berharga”.
Untuk mengukur jawaban responden dalam kuisioner digunakan skala interval. Jenis
skala interval yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan
suatu metode pengukuran yang akan mengindikasikan jawaban dari para responden atas sikap
mereka terhadap suatu obyek. Metode pengukuran dengan menggunakan skala likert tersebut
terdiri dari kisaran jawaban 5 poin yaitu dari ”sangat tidak setuju” (1) sampai ”sangat setuju”
(5).skala likert dipakai karena merupakan metode pengukuran sikap yang termasuk sederhana
dan memiliki banyak kemudahan. Selain itu, penggunaan skala likert dilakukan karena
Desain sampel. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode sampel non
probabilitas, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan atau peluang
yang sama kepada subyek penelitian untuk dijadikan sampel (Cooper dan Schindler 2006,
455). Metode sampel non probabilitas dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Maksud dari purposive sampling di sini adalah peneliti dengan keputusannya dalam memilih
sampel dengan mencocokkan beberapa kriteria (Cooper dan Schindler 2006, 456). Sampel
yang dianggap memiliki kriteria atau kesamaan ciri-ciri dengan populasi yang akan diamati
17
dalam penelitian ini yaitu seorang manajer dari setiap level yang masih aktif bekerja minimal
Jumlah sampel. Jumlah sampel yang diggunakan pada penelitian adalah 150 responden. Hal
ini didasarkan karena jumlah indikator dalam penelitian adalah 15 dan jumlah indikator dikali
sepuluh. Penentuan jumlah ini mengikuti pendapat Ferdinand (2002) yang menunjukan bahwa
Studi pendahuluan. Sebelum kuesioner untuk sampel utama digunakan maka terlebih dahulu
dilakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan adalah proses penilaian atau penaksiran
pertanyaan-pertanyaan sebelum penelitian dimulai (Davis 2005, 219). Studi pendahuluan ini
digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan dan validitas dari kuesioner yang akan
digunakan, dengan adanya studi pendahuluan peneliti dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan kuesioner akan uji keandalan dan validitas terlebih dahulu (Churchill dan
Cronbach alpha. Metode Cronbach alpha merupakan teknik pengujian keandalan kuesioner
yang paling populer (Sekaran 2003, 205). Keandalan atas variabel-variabel yang ada
didasarkan pada nilai koefisien alpha yang dihasilkannya. Menurut Hair et al. (2006, 137)
suatu variabel dapat dikatakan andal apabila memiliki koefisien alpha diatas 0,70. Apabila
koefisien alpha yang didapat mendekati angka 1, maka dapat dikatakan bahwa pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam kuesioner memiliki tingkat keandalan yang tinggi.
Selain Cronbach alpha, uji keandalan juga dapat dilihat berdasarkan corrected item-
total correlation. Corrected item-total correlation dipakai untuk mengetahui kemampuan dari
indikator yang akan diuji untuk dapat bertahan bersama sebagai suatu variabel. Selain itu,
18
corrected item-total correlation juga berguna untuk menghapus indikator yang tidak andal
dalam suatu variabel (Hair et al. 2006, 138). Dimana nilai dari corrected item-total
correlation yang tinggi menunjukkan bahwa indikator itu telah mewakili variabel bentukan
yang dikembangkan dengan baik (Ghozali 2004, 135). Untuk itu perlu kita tentukan nilai
minimal untuk corrected item-total correlation yaitu 0,50 (Hair et al. 2006, 137). Penelitian
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (contruct
validity), yaitu apabila setiap indikator mengukur setiap aspek berpikir yang disebut dalam
tujuan khusus penelitian. Keuntungan dari validitas konstruk adalah dapat mengetahui
komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan pengujian tersebut (Nasution 2001,
77). Validitas konstruk dapat dinilai melalui validitas konverjen (convergent validity) dan
apakah dua atau lebih konstruk atau faktor yang diuji memang berbeda dan masing-masing
pengukuran model yang dikembangkan dalam penelitian apakah setiap indikator yang
(EFA) dan confirmatory factor analysis (CFA). EFA adalah suatu pendekatan multivariat
untuk menentukan dimensi atau variabel dari suatu konsep atau faktor tanpa berdasarkan
teori. Menurut Hair et al. (2006, 129), dalam EFA, loading yang lebih besar dari 0,50 dapat
dianggap signifikan secara praktikal. CFA adalah suatu cara untuk menguji seberapa baik
Teknik analisis data. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program AMOS 5.0. SEM
19
tersebut digunakan untuk menguji model yang terdiri dari beberapa variabel dan menjawab
hipotesis yang telah dirumuskan. Alasan penggunaan SEM dalam penelitian ini karena SEM
dapat menggabungkan variabel bebas dan variabel terikat dalam pelaksanaannya (Byne 2001).
Profil responden. Kebanyakan responden penelitian ini adalah pria (82,7%). Lebih lanjut,
(88%) berusia 30 tahun keatas, dan (86,7%) responden adalah manajer level menengah (Tabel
1).
Wanita 26 17,3
Bawah 14 9,3
Hasil studi pendahuluan. Pada studi pendahuluan dilakukan uji korelasi, keandalan, dan
20
responden. Hasil uji keandalan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Cronbach alpha tiap
variabel berkisar dari 0,740 sampai 0,851 dan nilai untuk corrected item-total correlation
berkisar dari 0,577 sampai 0,839. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa indikator-
indikator penelitian ini andal karena nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,7 dan untuk
Hasil analisis korelasi antara variabel pada studi pendahuluan tidak terjadinya
multikolinearitas karena tidak ada nilai korelasi yang diatas 0,80. hasil analisis korelasi ini
keperilakuan subyektif
Kontrol Keperilakuan 1
Uji validitas konverjen dilakukan dengan menggunakan EFA. Hasil analisis EFA
tinggi dan mengumpulnya setiap variabel pada satu komponen. Selain itu, hasil yang didapat
adalah signifikan karena seluruh nilai yang ada dalam Tabel 3 bernilai diatas 0,75. Hasil uji
validitas EFA dinyatakan signifikan jika nilai yang dihasilkan berada pada nilai 0,75 untuk
jumlah sampel 50 (Hair et al. 2006). Karena validitas konverjen dan validitas diskriminan
21
telah tercapai, maka dapat dikatakan bahwa validitas konstruk juga telah tercapai. Secara
Component
1 2 3 4 5
Sikap 1 0,903
Sikap 2 0,870
Sikap 3 0,899
Niat 1 0,784
Niat 2 0,856
Niat 3 0,830
Perilaku 1 0,768
Perilaku 2 0,843
Perilaku 3 0,806
Hasil studi aktual. Studi aktual meliputi 150 responden. Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis, penelitian ini melakukan uji keandalan, validitas, dan korelasi. Hasil keandalan
dengan seluruh nilai cronbach alpha diatas 0,70 dan nilai corrected item-total correlation
22
Variabel/Indikator Keandalan Cronbach’s Alpha Corrected Item-Total Correlation
Sikap 0,809
- Sikap 1 0,672
- Sikap 2 0,806
- Sikap 3 0,730
Niat 0,709
- Niat 1 0,602
- Niat 2 0,676
- Niat 3 0,563
Perilaku 0,780
- Perilaku 1 0,679
- Perilaku 2 0,653
- Perilaku 3 0,778
Hasil analisis korelasi antar variabel didapat korelasi yang signifikan seperti korelasi
antar norma subyektif mengenai berbagi pengetahuan dan kontrol keperilakuan yang
23
dirasakan dan korelasi antara niat untuk berbagi pengetahuan dengan kontrol keperilakuan
keperilakuan subyektif
Kontrol Keperilakuan 1
Sedangkan berdasarkan hasil uji validitas diskriminan dapat dilihat melalui korelasi
Pearson dalam Tabel 5. Dimana validitas diskriminan dapat terjadi jika nilai korelasi antara
variabel yang berbeda tidak melebihi 0,75 (Hair et al. 2006, 189). Selain itu kita juga dapat
melihat validitas nomologikal melalui pengujian korelasi. Menurut Malhotra (2004, 269),
validitas nomologikal merupakan validitas yang terjadi pada korelasi signifikan antar
konstruk yang didasari oleh prediksi hubungan dari konstruk tersebut dan didukung oleh
teori-teori.
Mengacu pada pernyataan tersebut maka pada uji validitas penelitian aktual inipun
tidak terjadi validitas nomologikal, karena korelasi antar variabel dalam teori pengukuran
semuanya sesuai dengan teori akan tetapi nilai korelasinya tidak semuanya signifikan.
Berdasarkan Tabel 5 dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian aktual ini telah tercapai
validitas konverjen dan validitas diskriminan. Karena hasil tersebut maka validitas konstruk
24
Hasil uji validitas yang didapatkan dari 150 responden menunjukkan bahwa EFA
tersebut valid karena memiliki korelasi yang tinggi dan berkumpul pada salah satu komponen,
serta nilai yang ada memenuhi batasan minimal factor loading. Dimana pada sampel sebesar
150 responden maka batasan minimal factor loading yang digunakan adalah sebesar 0,45
(Hair et al. 2006, 128). Berdasarkan hasil uji validitas EFA yang terdapat pada Tabel 6,
makan dapat dikatakan bahwa validitas konverjen telah tercapai. Dengan tercapainya validitas
konverjen dan validitas diskriminan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa validitas konstruk
telah tercapai.
Component
1 2 3 4 5
Sikap 1 0,846
Sikap 2 0,805
Sikap 3 0,770
Niat 1 0,753
Niat 2 0,784
Niat 3 0,748
Perilaku 1 0,799
25
Perilaku 2 0,775
Perilaku 3 0,759
Analisis faktor konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori dipakai untuk menguji sebuah
konsep yang ada dengan menggunakan indikator-indikator yang terukur. Teknik ini disebut
sebagai teknik analisis faktor konfirmatori karena pada tahap ini model akan memberikan
konfirmasi terhadap kemampuan variabel yang diamati untuk mencerminkan faktor yang
dianalisis. Menurut Ghozali (2004, 60), hasil data analisis faktor analisis dapat dikatakan
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa hasil data analisis faktor konfirmatori adalah
valid karena nilai kritis yang dihasilkan pada setiap variabel adalah di atas ± 1,96. Hal itu
menandakan adanya hubungan yang signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa validitas
Regression Weight
26
CMIN/DF = 0,747
CFI = 1,000
Pengujian hipotesis. Setelah analisis faktor konfirmatori, maka selanjutnya yaitu melakukan
pengujian pada Tabel 8 menunjukan semua jalur yg di analisis menunjukan adanya hubungan
yang signifikan.
Weight Hipotesis
27
H1 Niat Sikap 0.350 2,756 GFI = 0,940 Didukung
Subyektif
Keperilakuan
RMSEA = 0,036
Niat
Keperilakuan
positif antara niat dengan sikap serta signifikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis
didukung karena factor loading = 0,350, CR= 2,756. Hipotesis 2 menyatakan terdapat
keterhubungan positif antara niat dengan norma subyektif. Berdasarkan hasil penelitian,
hipotesis 2 juga menunjukkan bahwa adanya keterhubungan positif antara niat dengan norma
subyektif namun tidak signifikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis tidak didukung
karena factor loading = 0,062, CR= 0,476. Tidak didukungnya hipotesis tersebut dapat
dijelaskan melalui hasil wawancara dengan beberapa orang manajer berikut ini :
“Atasan saya menyarankan bahwa saya seharusnya berbagi pengetahuan dengan rekan
kerja. Namun saya tidak akan langsung serta merta menjalankannya meski atasan saya yang
28
kami, kemampuan individu sangat diperhitungkan. Adapun kemungkinan hal tersebut
memang diharuskan, saya mungkin akan melakukanya tapi tidak dengan membagi semua
kemampuan yang saya miliki karena dalam lingkungan kerja kawan juga bisa menjadi
lawan”.
keterhubungan positif antara niat dengan kontrol keperilakuan namun tidak signifikan. Hasil
analisis menunjukkan bahwa hipotesis tidak didukung karena factor loading = 0,078, CR=
0,546. Tidak didukungnya hipotesis tersebut dapat dijelaskan melalui hasil wawancara dengan
dengan rekan kerja di waktu yang akan datang. Akan tetapi, hal tersebut tidak sepenuhnya
dapat terealisasikan dalam lingkungan pekerjaan. Hal itu dikarenakan karyawan ditempat saya
bekerja masih kurang dapat menerima, baik untuk membagikanya ataupun untuk menerima
berbagi pengetahuan tersebut. Bahkan sebagian ada yang merasa dipandang sebelah mata
apabila ada rekan kerjanya yang berbagi pengetahuan untuk bidang pekerjaan yang sama”.
positif antara perilaku dengan niat serta signifikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
hipotesis didukung karena factor loading = 0,489, CR= 4,267. Hipotesis 5 menyatakan
terdapat keterhubungan positif antara perilaku dengan kontrol keperilakuan. Berdasarkan hasil
penelitian, hipotesis 5 juga menunjukkan bahwa adanya keterhubungan positif antara perilaku
dengan niat serta signifikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis didukung karena
29
Simpulan Penelitian dan Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka didapat
simpulan sebagai berikut, yaitu tidak terdapat pengaruh yang positif antara norma subyektif
mengenai berbagi pengetahuan dan niat untuk berbagi pengetahuan; tidak terdapat pengaruh
yang positif antara kontrol keperilakuan yang dirasakan untuk berbagi pengetahuan dan niat
untuk berbagi pengetahuan; terdapat pengaruh positif antara sikap terhadap perilaku berbagi
pengetahuan dan niat untuk berbagi pengetahuan; terdapat pengaruh positif antara niat untuk
berbagi pengetahuan dan perilaku berbagi pengetahuan; dan terdapat pengaruh positif antara
kontrol keperilakuan yang dirasakan untuk berbagi pengetahuan dan perilaku berbagi
pengetahuan.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diuraikan implikasi teoritis dari hasil
penelitian ini. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara
norma subyektif terhadap niat berbagi pengetahuan, dan antara kontrol keperilakuan terhadap
niat untuk berbagi pengetahuan. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Lin dan Lee (2004) yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif antara norma subyektif terhadap niat untuk berbagi pengetahuan, dan antara
Hasil penelitian juga memberikan beberapa implikasi manajerial. Pertama adalah pada
penelitian ini terbukti bahwa niat untuk berbagi pengetahuan memiliki keterhubungan
terhadap sikap berbagi pengetahuan. Kedua adalah niat untuk berbagi pengetahuan dan
perilaku berbagi pengetahuan memiliki keterhubungan. Ketiga adalah niat untuk berbagi
keterhubungan. Menurut Riemenschneider et al. (2003, dalam Lin dan Lee 2004), norma
subyektif mampu memprediksi niat berbagi pengetahuan seorang manajer. Dimana hal
30
tersebut dapat dilihat pada saat proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang
manajer.
Oleh karena itu perusahaan atau organisasi sebaiknya melakukan evaluasi berupa
perbandingan hasil atau kinerja organisasi yang telah berhasil dicapai atau belum tercapai
dalam proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan oleh manajer berhubungan dengan
manfaat yang diterima oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan tersebut, contohnya
apabila terdapat dua pilihan rencana katakan rencana A dan B ketika seorang manajer
memutuskan rencana A yang akan dijalankan maka manajer juga perlu untuk melakukan
evaluasi kinerja selama proses rencana A dijalankan dalam periode waktu tertentu (tiga bulan
atau enam bulan) untuk melihat kembali apakah keputusan yang diambil sudah mampu
Keempat adalah niat untuk berbagi pengetahuan dan kontrol keperilakuan yang
Riemenschneider et al. (2003, dalam Lin dan Lee 2004), kita juga dapat melihat pengaruh
kontrol keperilakuan yang dirasakan dengan niat untuk berbagi pengetahuan seorang manajer
melalui tingkat pengetahuan, kemampuan atau keahlian dan pengalaman dari seorang
manajer. Oleh karena itu, pengalaman kerja dari setiap manajer menyangkut bidang
pekerjaannya dalam perusahaan harus dapat di tingkatkan misalnya dengan cara memberikan
Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini. Pertama, metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non probabilitas. Dimana
pada penelitian yang bersifat non-probabilitas hasil yang didapat dalam penelitiannya hanya
dapat mewakili sampel yang dipakai saja dan tidak dapat digeneralisasi. Karena hanya
menggunakan sampel sebesar 150 manajer, maka hasil penelitian ini tidak menggambarkan
31
populasi dari manajer yang berada di wilayah Jakarta. Kedua, obyek yang diggunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah Jakarta. Ketiga, subyek
penelitian dilakukan tidak hanya sebatas pada manajer level atas saja namun meliputi manajer
Referensi
Alvin C, Burns dan Ronald F. Bush. Marketing Research, 3rd ed. Upper Saddle River, NJ:
Prentice-Hall, Inc., 2000.
Arbuckle, J. L. Amos User’s Guide, Version 3.6. Chicago, IL: Smallwaters Corporation, 1997.
Arnould, Eric., Price, Linda and Zinkhan, George. Consumers, 2nd ed. New York, NY: Mc
Graw Hill, 2005.
Burns, Alvin C. dan Ronald F. Bush. Marketing Research: Online Research Applications, 4th
ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 2005.
Churchill, Jr., Gilbert A. and Tom J. Brown. Basic Marketing Research, 5th ed. Mason, Ohio:
South-Western, 2004.
Cooper, Donald and Pamela S. Schindler. Business Research Methods International Edition.
New York: Mcgraw – Hill Companies,inc. 2003.
Cooper, Donald R. and Pamela S. Schindler. Marketing Research. New York: McGraw Hill
Companies Inc., 2006.
Davis, Duane. Business Research for Decision Making, 6th ed. Mason OH: Thomsons South-
Western, 2005.
Engel, J.F., Blackwell, R.D., and Miniard, P.W. 1995. Consumer Behavior. 8th Ed. Forth
Worth, Texas: The Dryden Press.
Evans, Martins, Ahmad Jamal, and Gordon Foxall. Consumer Behaviour. Chichester: John
Wiley & sons,Inc. 2006.
32
Garson, G.D. (2008). Structural Equation Modeling : Statnotes, from North Carolina State
University, Public administration Program. Retrieved March 8, 2008, from North
Carolina State University Web site,
http://www2.chass.ncsu.edu/garson/pa765/structur.htm
Ghozali, Imam. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS
ver.5.0. Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2004.
Hair, J. F., et al. Multivariate Data Analysis, 5th ed. Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1998.
Hair, Joseph. F. JR., Robert P.Bush, and David J. Ortinau, Marketing Research International
Edition. Singapore: McGraw-Hill, 2006.
Hanna, Nessim. Consumer Behavior: An Applied Research. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall
Inc. 2001.
Hart, Allison E., and Philip J. Rosenberger III. “The Effect of Corporate Image in the
Formation of Customer Loyalty”, Australasian Marketing Journal, vol 12. no.3: 88-96.
2004.
Lin H. Fen and Lee G.Guang. “Perceptions of Senior Managers toward Knowledge-Sharing
Behaviour”. Journal of Management Decisions, Vol. 42 No. 1, (2004): 108-125.
Malhotra, N. K. Marketing Research: An Applied Orientation, 4th ed. Englewood Cliffs, NJ:
Prentice-Hall, Inc, 2004.
McElroy Mark W. and Firestone Joseph M. “Doing Knowledge Management”. Journal The
Learning Organization, Vol. 12 No. 2, (2005): 189-212.
McGivern, Yvonne. The Practice of Market and Social Research : An Introduction, 7th ed.
London : Prentice Hall, 2006.
Mulyono, Sri. Statistika untuk Ekonomi, edisi kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.
33
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Nazir, Mohammad. Metode Penelitian, edisi keempat. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.
Peter, Paul and Jerry C. Olson. Consumer Behavior and Marketing Strategy, 6th ed. NY:
McGraw-Hill. 2005.
Romaniuk, Jenni., Byron Sharp, et al. “Brand and Advertising Awareness: A Replication and
Extension of a Known Empirical Generalisation,”Australasian Marketing Journal, Vol.
12, No 3 (2004), 70-79.
Salomon, M.R. Consumer Behavior, 4th ed. Upper Saddle, NJ : Prentice Hall., 1999.
Sandjaja, B. dan Albertus Heryanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Santoso, Singgih. SPSS versi 10. cetakan pertama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2001.
Schiffman, L. G., Kanuk, L. L. Consumer Behavior, 8th ed. Upper Saddle River,NJ: Phipe -
Prentice Hall. 2004.
Sekaran, Uma. Research Methods for Business : A Skill-Building Approach , 4th ed. New
York, NY: John Wiley and Sons, 2003.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Simamora, Bilson. Riset Pemasaran: Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2004.
Supranto, J. Metode Riset: Aplikasi dalam Pemasaran, 6 ed. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.
Umar, Husein. Metode Penelitian: Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Zikmund, William G. “Exploring Marketing Research”, 8th ed. Mason, OH: South Western –
Thomson Learning, 2003.
34
“The Knowledge Management Forum,” Web site www.km-forum.org;
Swasembada. 2005. Mencermati Peta Kepuasan yang selalu Bergeser. No. 19/XXI/15-28
September 2005.
35