24933-Article Text-76366-1-10-20190122 PDF
24933-Article Text-76366-1-10-20190122 PDF
24933-Article Text-76366-1-10-20190122 PDF
ABSTRACT
The development of subak as tourist attraction will be inline within Bali cultural tourism development, since subak and tourism in Bali are both
are Balinese culturally basis. This is an effort to maintain the sustainability of subak while controlling the paddy field conversion and supporting
environmental sustainability. However, the absence of subak strategy as tourist attraction becomes a problem. This paper analyzes the internal and
external environmental factors that influence Subak Padanggalak, Denpasar City, Bali as tourism attraction and designing the subak strategy as
tourism attraction in urban area. To do so, it will be analyzed using SWOT and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The I-E matrix
analysis falls into cell V, namely using maintain subak as tourism attraction dan pushing market penetration and product development. SWOT
analysis produces four alternative strategies, namely: (a) S-O strategy (expansion of tourist markets, provision of subak tourism facilities), (b) S-T
strategy (stressing agricultural activities and rituals as tourist attractions, tourism activities based on subak norms and rules, involving subak
members in subak tourism activities), (c) W-O strategy (subak is more involved in developing tourism attraction and cooperating with government),
and (d) W-T strategy (strict rules for controlling land conversion, limiting the coming of external labor working in subak, and adequate facilities to
empower farmers and foster public appreciation of subak). Priority analysis of the subak strategy successively starts from the development of tourist
attraction based on agricultural activities and rituals in subak through cooperation with the government and entrepreneurs to empower farmers
through providing additional sources of income from tourism activities. To ensure the sustainability of subak, it is necessary to have strict rules to
control the conversion of agricultural land functions, and limit the external workforce to subak. The strategy must be is in line with subak norms and
rules to achieve sustainability of subak-based urban tourism attraction.
ABSTRAK
Pengembangan subak sebagai daya tarik wisata (DTW) akan sejalan dengan pembangunan pariwisata budaya Bali, mengingat keduanya
dikembangkan berbasis budaya Bali. Hal ini menjadi upaya untuk menjaga keberlanjutan subak sambil mengendalikan konversi lahan sawah dan
mendukung kelestarian lingkungan. Namun, tidak adanya strategi subak sebagai DTW menjadi permasalahan. Makalah ini menganalisis faktor
lingkungan internal dan eksternal yang memengaruhi Subak Padanggalak di Kota Denpasar Bali sebagai daya tarik wisata, dan merancang strategi
subak sebagai DTW di perkotaan. Untuk itu, akan dianalisis dengan Teknik SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Analisis
matriks I-E jatuh ke dalam sel V, dimana subak wajib mengembangan daya tarik wisatanya sambil mendorong penetrasi pasar. Analisis SWOT
menghasilkan empat strategi alternatif, yaitu: (a) Strategi SO (perluasan pasar wisata, penyediaan fasilitas pariwisata subak), (b) strategi ST
(menekankan kegiatan pertanian dan ritual sebagai tempat wisata, kegiatan wisata berdasarkan norma dan aturan subak, yang melibatkan anggota
subak dalam kegiatan pariwisata subak), (c) strategi WO (subak lebih terlibat dalam mengembangkan DTW, bekerja sama dengan pemerintah dan
pengusaha), dan (d) strategi WT (aturan ketat untuk mengontrol konversi lahan, membatasi datangnya tenaga kerja eksternal yang bekerja di subak,
dan fasilitas yang memadai untuk memberdayakan petani dan menumbuhkan apresiasi publik terhadap subak). Analisis prioritas dari strategi subak
secara berurutan dimulai dari pengembangan daya tarik wisata berdasarkan kegiatan pertanian dan ritual di subak melalui kerja sama dengan
pemerintah dan pengusaha untuk memberdayakan petani melalui penyediaan sumber pendapatan tambahan dari kegiatan pariwisata. Untuk
menjamin keberlangsungan subak, perlu ada aturan ketat untuk mengontrol konversi fungsi lahan pertanian, dan membatasi tenaga kerja eksternal
ke subak. Strategi ini mesti sejalan dengan norma dan aturan subak untuk mencapai keberlanjutan atraksi wisata perkotaan berbasis subak.
281
Strategi Pengembangan Subak Padanggalak
sebagaimana subak di pedesaan yang telah lebih dulu makanan olahan lainnya. Dalam aspek nonfarm,
berkembang seperti Subak Jatiluwih dan Pulagan. pengembangan sebagai DTW dapat ditawarkan tempat
Subak di Bali pada umumnya merupakan berswafoto dengan latar belakang lanskap persawahan
kelembagaan sosio-agraris-religius di sektor pertanian yang asri.
(Windia 2006; Perda Provinsi Bali No.9 Tahun 2012) Konsep yang sama juga dipraktekkan di tempat
tetapi sangat menarik sebagai DTW dari beragam atraksi lain. Matondang et al. (2017) melaporkan bahwa
yang bisa dikembangkan seperti lanskap persawahan, pemanfaatan Taman Nasional Alas Purwo sebagai DTW
ritual agama, produk pertanian, dan kehidupan sosial ekowisata telah menarik minat wisatawan untuk
petaninya. Salah satu subak yang berusaha berkunjung dan kepuasan wisatawan telah meningkatkan
mengembangkan diri sebagai DTW adalah Subak kesediaan untuk membayar biaya-biaya yang dibutuhkan
Padanggalak, Kecamatan Denpasar Timur, Kota untuk menikmati daya tarik ekowisata tersebut. Hal ini
Denpasar yaitu sejak tahun 2007. berarti memberikan sumber pendapatan bagi masyarakat
Konsep pengembangan subak di perkotaan sebagai sekitar yang terlibat dalam kegiatan ekowisata.
DTW dipandang akan mampu melestarikan subak karena Namun, permasalahan empirik yang dihadapi Subak
potensi utama daya tarik subak terletak pada potensi Padanggalak untuk dikembangkan sebagai DTW adalah
aktivitas pertanian sebagai atraksi wisata. Pengembangan belum tersedianya strategi perekayasaan yang integratif
subak sebagai DTW juga akan mendinamisasi subak yang mampu mendiversifikasi potensi fungsi subak
karena anggota subak memperoleh kesempatan berusaha sebagai DTW berbasis pertanian. Menurut Cooper
dan bekerja baik selaku petani dan pengusaha kegiatan (1995); Pitana dan Diarta (2009) sebuah daya tarik
pariwisata di subak secara berkelompok. Subak juga wisata agar bisa berkembang haruslah memenuhi
berfungsi sebagai kawasan konservasi sumberdaya air minimal prinsip 4A yaitu: (a) attraction (atraksi wisata),
(daerah resapan air) yang dimanfaatkan secara ekonomi (b) accessibility (aksesibilitas), (c) amenity (fasilitas),
dengan induksi pariwisata. Prinsip ini misalnya juga dan (d) anciliary (layanan tambahan).
dilakukan di Taman Nasional Baluran dimana Atraksi wisata dengan latar belakang subak belum
masyarakat sekitar memanfaatkan untuk memperoleh dikelola sebagai atraksi utama tapi cenderung sebagai
manfaat ekonomi dari kawasan konservasi (Dewi et al. pendukung Desa Budaya Kertalangu, aksesibilitas ke
2017). Subak Padanggalak sudah baik. Jalur trekking sudah
Subak Padanggalak sebagai subak di daerah terbangun namun belum sepenuhnya mengakses seluruh
perkotaan memiliki tantangan luar biasa akibat alih wilayah subak. Fasilitas pendukung aktivitas pariwisata
fungsi lahan baik untuk kepentingan pemukiman, bisnis, di dalam subak juga belum lengkap, misalnya tempat
dan kepentingan sosial lainnya. Hal ini jika dibiarkan istirahat dan toilet belum tersedia. Tempat khusus unttuk
mengancam eksistensi subak di masa depan. berswafoto belum dikemas dengan baik.
Konsekuensinya, subak sebagai salah satu organisasi Badan pengelola juga belum terbentuk secara
sosial yang juga berfungsi mengkonservasi lingkungan internal dalam Subak Padanggalak tapi selama ini
mengalami ancaman luar biasa. Salah satu upaya yang dikelola oleh Desa Budaya Kertalangu sehingga belum
sangat mendesak untuk mengatasi masalah ini dengan bisa mengelola pariwisata secara mandiri, tetapi
mengendalikan alih fungsi lahan dan transformasi tenaga cenderung sebagai objek dari pengembangan Desa
kerja ke non pertanian melalui perekayasaan subak Wisata Kertalangu. Akibatnya, sampai sekarang Subak
sebagai DTW. Walupun demikian, pengembangan DTW Padanggalak mengalami dinamika yang kurang
berbasis subak masih dikhawatirkan hanya menguntungkan karena kurang berkembangnya sebagai
mengeksploitasi subak tapi melupakan pemberdayaannya DTW padahal rintisan program sudah berjalan hampir
sehingga perlu dicarikan strategi pengembangan dari sepuluh tahun.
perspektif subaknya sendiri mengingat selama ini lebih Berdasarkan kondisi di atas maka tujuan dari tulisan
condong pengembangannya sebagai DTW dominan dari ini yaitu: (1) menganalisis faktor lingkungan internal
perspektif pengusaha atau investor. dan lingkungan eksternal yang menjadi kekuatan,
Perkembangan subak sebagai DTW di perkotaan kelemahan, peluang, dan ancaman Subak Padanggalak
seperti di Subak Padanggalak Denpasar sejak tahun 2007 sebagai daya tarik wisata, (2) merancang strategi
belumlah berjalan baik. Padahal, dengan dikembangkan perekayasaan Subak Padanggalak sebagai daya tarik
menjadi DTW akan memberikan peluang bagi petani wisata, dan (3) menentukan prioritas strategi
menambah pendapatan rumah tangganya baik melalui perekayasaan Subak Padanggalak sebagai daya tarik
kegiatan on farm, off farm, maupun non farm. Misalnya, wisata.
dalam kegiatan on farm petani melibatkan wisatawan Menurut Rangkuti (2016) strategi merupakan alat
untuk secara langsung terlibat dalam aktivitas pertanian untuk mencapai tujuan jangka panjang, program tindak
sebagai atraksi wisata. Petani juga bisa menjual hasil lanjut, dan alokasi sumberdaya. Strategi menjadi alat
pertanian langsung kepada pengunjung. Dalam aspek off yang sangat penting untuk mencapai keunggulan
farm bisa dikembangkan dengan tawaran atraksi wisata bersaing. Penyusunan strategi mengharuskan pihak
berupa kelas memasak dengan bahan-bahan produksi manajemen atau pengelola mengidentifikasi dan
lokal dan atraksi pengolahan produk pertanian menjadi
282
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 281-292
menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal (Pearce penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
dan Robinson 1997). sebanyak tujuh orang yaitu Ketua Subak (pekaseh)
Pitana (1993) mendefinisikan subak sebagai Padanggalak yaitu I Ketut Losen, Sekretaris (penyarikan)
organisasi petani lahan basah yang mendapatkan air Subak Padanggalak yaitu Wayan Tama, Bendahara
irigasi dari suatu sumber bersama, memiliki satu atau (petengen) Subak Padanggalak yaitu Made Kerta, tiga
lebih Pura Bedugul, serta memiliki kebebasan dalam orang Ketua Munduk (sub subak) yaitu Munduk Batuaji
mengatur rumah tangganya sendiri maupun dalam (Nyoman Balok Sunarta), Munduk Kertasari (Wayan
berhubungan dengan pihak luar. Definisi ini mengandung Mongol), dan Munduk Delungdung (I Made Badra). Satu
aspek fisik dan sosial. Aspek fisik subak adalah informan kunci lainnya adalah akademisi pariwisata dari
hamparan persawahan dengan segenap fasilitas Universitas Udayana Bali yang diminta memberikan
irigasinya, sedangkan aspek sosial subak adalah pendapat atas respon pengurus subak.
organisasi petani irigasi yang otonom. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah
Sudarta dan Dharma (2013) membedakan fungsi kekuatan (strengths) yang terdiri atas 9 parameter
subak menjadi fungsi internal dan eksternal. Fungsi pengukuran, kelemahan (weaknesses) yang terdiri atas 9
internal antara lain: (a) pelaksanaan kegiatan ritual, (b) parameter pengukuran, peluang (opportunities) yang
pendistribusian air irigasi, (c) pemeliharaan jaringan terdiri atas 6 parameter pengukuran, dan ancaman
irigasi dan bangunan fisik lainnya, (d) penanganan (threats) yang terdiri atas 5 parameter pengukuran.
konflik, (e) pengerahan sumberdaya, dan (f) Variabel dan parameter pengukuran dapat disimak dalam
pengadopsian inovasi. Sementara itu, fungsi eksternal Tabel 1 dan Tabel 2. Penelitian ini menggunakan
antara lain: (a) penyangga atau pendukung ketahanan instrumen berupa kuesioner (angket) dan pedoman
pangan, (b) pelestarian alam lingkungan, (c) pelestari wawancara (Sugiyono 2014).
kebudayaan Bali dan agraris, (d) penyangga nilai-nilai Tujuan penelitian pertama dianalisis dengan matrik
tradisional, (e) pendukung pembangunan agrowisata, faktor strategi internal (IFAS, Internal Strategic Factor
dan (f) penunjang pembangunan koperasi unit desa Anaylysis Summary), tujuan kedua dianalisis dengan
(KUD). matrik faktor strategi ekternal (EFAS, Internal Strategic
Menurut UU No. 10 tahun 2009 tentang Factor Anaylysis Summary), tujuan ketiga dengan matrik
Kepariwisataan Pasal 1 angka (5) dinyatakan bahwa daya SWOT (Rangkuti 2016), sedangkan tujuan keempat
tarik wisata (DTW) adalah segala sesuatu yang memiliki dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa (David 2012).
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan HASIL DAN PEMBAHASAN
kunjungan wisatawan.
Subak Padanggalak berlokasi di wilayah Desa
Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Bali.
METODE PENELITIAN Batas wilayah bagian utara adalah jalan Gatot Subroto,
Penelitian menggunakan rancangan penelitian bagian barat adalah Tukad Ayung, bagian selatan adalah
deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Subak Tukad Ayung, dan bagian timur adalah Tukad
Padanggalak, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Menguntur. Luas areal sawah di Subak Padanggalak
Denpasar. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu 112 hektar, dengan jumlah anggota sebanyak 213
(purposive) dengan pertimbangan usaha pengembangan orang. Subak Padanggalak sangat gampang dijangkau
Subak Padanggalak sebagai DTW sudah dimulai sejak karena akses masuk bisa melalui Desa Wisata Kertalangu
2007 tetapi belum menjadi DTW mandiri, tetapi masih di Jln. By Pass I Gusti Ngurah Rai. Subak Padanggalak
menjadi salah satu objek daya tarik dari Desa Budaya juga dekat dengan Sanur yaitu di sebelah utaranya, dari
Kertalangu yang merupakan desa budaya yang pusat kota ke arah timur kurang lebih 5 km jalur menuju
dikembangkan pengusaha pariwisata. Ginyar.
Situasi saat ini kelembagaan subak belum Sebagai lanskap pertanian, Subak Padanggalak
memperoleh manfaat yang signifikan terutama bagi mempunyai potensi daya tarik wisata berupa lanskap
pemberdayaan subak dan peningkatan kesejahteraan persawahan yang ditanami tanaman pangan (padi,
petani, dan memiliki potensi baik atraksi, aksesibilitas, jagung, kedelai) dan hortikultura (semangka, tanaman
fasilitas dan layanan tambahan yang mendukung sebagai bunga, melon). Fasilitas penunjang pariwisata juga
daya tarik wisata urban. Penelitian dilaksanakan selama 7 sudah terbangun seperti jogging track, tempat swafoto,
bulan mulai dari bulan April sampai Oktober 2018. tempat istirahat dan toilet, warung makan dan minum,
Penentuan informan kunci penelitian berdasarkan dan tempat bermain anak-anak. Sebagai DTW di
pertimbangan: (a) informan tersebut menguasai atau perkotaan, Subak Padanggalak sudah dikunjungi oleh
memahami seluk beluk Subak Padanggalak, (b) sedang wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri
berkecimpung atau terlibat dalam kepengurusan subak, dan kesehariannya banyak dimanfaatkan untuk tempat
(c) bersedia dan mempunyai cukup waktu untuk rekreasi keluarga, instansi pemerintah dan swasta, dan
diwawancarai. Penentuan informan kunci dalam sebagai tempat olahraga jalan sehat.
283
Strategi Pengembangan Subak Padanggalak
1. Faktor Lingkungan Internal turut yaitu: (1) kegiatan pertanian tetap berjalan dengan
bobot 0,07; (2) kegiatan ritual keagamaan dengan bobot
Berdasarkan analisis matrik IFAS (Tabel 1), empat
0,07; (3) gampang dijangkau dengan bobot 0,06; dan (4)
parameter dominan dari faktor kekuatan Subak
norma sosial (awig-awig) yang kuat dengan bobot 0,06.
Padanggalak sebagai daya tarik wisata urban berturut-
Menurut Pekaseh Subak Padanggalak, kekuatan (pengwiwit), dilaksanakan setelah benih ditabur, (f)
utama Subak Padanggalak untuk menjadi daya tarik Nuasen nandur (mamula), dilaksanakan saat akan
wisata karena masih berjalannya kegiatan pertanian menanam padi, (g) Neduh, dilaksanakan pada saat padi
sepanjang tahun walaupun berada di tengah perkotaan. berumur 27 sampai dengan 35 hari (satu bulan), (h)
Lebih lanjut dikatakan bahwa hal ini menjadi alternatif Nyungsung, dilaksanakan setelah padi berumur 42 hari
DTW bagi pengunjung yang kesehariannya berkutat atau abulan pitung dina, (i) Biyukukung (ngiseh),
dengan urusan bisnis, berdagang, perkantoran, sekolah, dilaksanakan pada saat malai padi mulai keluar kira-kira
dan rutinitas lainnya. Sejauh ini, selain dikunjungi 90%, dan (j) Mebanten manyi (nuduk dewa),
wisatawan nusantara dan mancanegara, Subak dilaksanakan pada saat usai panen. Kegiatan ritual di atas
Padanggalak juga difungsikan menjadi ruang terbuka merupakan ekspresi berjalannya filsafat Tri Hita Karana
hijau untuk melakukan kegiatan olahraga, tempat (THK) di Subak Padanggalak. Narasi mengenai falsafah
berkumpul dan bersosialisasi, tempat edukasi bagi anak- THK ini diupayakan dikapitalisasi sebagai atraksi wisata
anak, dan kegiatan rekreasi lainnya bagi pengunjung. Di non bendawi yang melengkapi lanskap Subak
samping sebagai DTW, pentingnya mempertahankan Padanggalak.
lahan pertanian di Subak Padanggalak dimaksudkan Kuatnya aturan adat subak (awig-awig) di Subak
sebagai penjaga keberlanjutan subak dan pelestarian Padanggalak menjamin bahwa subak akan diusahakan
lingkungan. tetap lestari. Salah satu yang cukup penting misalnya,
Kekuatan berikutnya adalah kegiatan ritual sudah disepakati mengenai penjualan tanah pertanian di
keagamaan yang terkait dengan kegiatan pertanian masih lingkungan Subak Padanggalak tetap diperbolehkan
tetap berjalan sampai saat sekarang yang bisa menjadi tetapi harus tetap difungsikan sebagai lahan pertanian.
atraksi wisata, misalnya: (a) Odalan di Pura Labaan, Menurut Pekaseh Subak Padanggalak, pemilik boleh
dilaksanakan setiap Buda Kliwon Pagerwesi, (b) Odalan berganti, tetapi fungsinya tetap sebagai lahan pertanian.
di Pura Subak, dilaksanakan setiap pangelong sasih Subak secara tidak langsung juga berperan dalam
kadasa, (c) Mendak toya, dilaksanakan saat memasukkan menjaga lingkungan dengan peyediaan sumber oksigen
air ke sawah di Pura Bedugul, (d) Ngendagin (ngendag sepanjang tahun laksana paru-paru kota.
makal), dilaksanakan saat akan pengolahan tanah dengan Dilihat dari faktor kelemahan Subak Padanggalak
cangkul dan belum menggunakan traktor, (e) Ngurit sebagai daya tarik wisata yaitu: (1) kurangnya
284
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 281-292
kemampuan subak dalam menyediakan fasilitas Subak Padanggalak yang difungsikan sebagai usahatani
pendukung dengan bobot 0,09; (2) alih fungsi lahan dan menjadi kawasan resapan air.
karena dianggap hak milik dengan bobot 0,09; (3) Walaupun terdapat fasilitas dasar di atas, namun
banyaknya transformasi tenaga kerja ke luar sektor agar Subak Padanggalak menjadi DTW yang mandiri
pertanian dengan bobot 0,08; dan (4) belum terlibatnya maka masih kekurangan fasilitas berswafoto, toilet dan
anggota subak sebagai pedagang dengan bobot 0,06. tempat berganti pakaian, tempat berjualan bagi petani
Kelemahan utama subak yang dirasakan oleh para yang memproduksi hasil pertanian sehingga bisa
pengurus Subak Padanggalak adalah keterbatasan dalam langsung dijual ke pengunjung. Kelemahan yang begitu
aspek penyediaan fasilitas pendukung kepariwisataan terasa berikutnya adalah belum dikembangkannya atraksi
yang dimiliki subak. Fasilitas pariwisata yang tersedia wisata yang berdasarkan aktivitas di sektor pertanian,
sekarang misalnya tempat bermain anak, tempat misalnya atraksi matekap (membajak), menanam,
pertemuan, lokasi berdagang, dan sebagainya lebih memetik langsung hasil pertanian, dan atraksi
banyak dimiliki oleh PT. Uber Sari yang mengelola Desa pengolahan hasil pertanian yang dihasilkan di subak yang
Budaya Kertalangu, bukan milik Subak Padanggalak. bisa dijual kepada wisatawan.
Untuk mengatasi kendala tersebut, kerjasama dengan
pihak lain sudah berusaha dilakukan misalnya dengan 2. Faktor Lingkungan Eksternal
Pemerintah Kota Denpasar dan Desa Kesiman
Parameter yang menjadi peluang Subak
Kertalangu.
Padanggalak sebagai daya tarik wisata yaitu: (1)
Misalnya, Subak Padanggalak memperoleh bantuan
penyedia layanan outbond, rekreasi dan outing dengan
dari Dinas Pekerjaan Umum Denpasar untuk membuat
dengan bobot 0,11; (2) pasar wisatawan sangat besar di
jalur trekking yang menyusuri lingkungan areal pertanian
perkotaan dengan bobot 0,10; (3) adanya dukungan
di Subak Padanggalak. Sayangnya, jalur trekking ini
pemerintah karena sejalan dengan visi pengembangan
belum sampai selesai mengelilingi areal persawahan.
pariwisata dengan bobot 0,09; dan (4) dukungan
Subak juga memperoleh proyek bantuan penyediaan
pemerintah melalui bantuan ke subak dengan bobot 0,08
Balai Subak dari APBDes Desa Kesiman Kertalangu
sebagaimana dapat disimak dalam Tabel 2.
pada tahun 2018. Pemerintah juga membantu dalam
membebaskan pajak bumi dan bangunan bagi lahan
Peluang utama Subak Padanggalak untuk data sampai akhir tahun 2017 mencapai 8.735.633 orang
dikembangkan sebagai daya tarik wisata adalah sebagai (BPS Bali 2018).
penyedia layanan outbond, rekreasi, olahraga, dan Walau tidak terdapat catatan resmi, pangsa pasar
outing. Umumnya, pengunjung memanfaatkan fasilitas DTW Subak Padanggalak selama ini berasal dari
Desa Budaya Kertalangu dan Subak Padanggalak untuk berbagai kalangan baik dari anak-anak sekolah, kalangan
kegiatan rekreasi dan olahraga. Pasar wisatawan DTW pegawai swasta, instansi pemerintah, maupun
Subak Padanggalak yang tersedia cukup besar baik pengunjung umum. Hal ini merupakan peluang besar
wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan bagi pengembangan DTW Subak Padanggalak. Jika
nusantara (wisnus). Sampai bulan Oktober 2018, jumlah Subak Padanggalak dikelola sebagai DTW dengan baik,
wisman mencapai 5.164.929 orang sedangkan wisnus maka menjadi motivasi untuk menggerakkan anggota
285
Strategi Pengembangan Subak Padanggalak
subak agar memperoleh manfaat ekonomi dengan Subak Padanggalak sudah berusaha dikembangkan
menjual produk-produk pertaniannya kepada sebagai DTW berbasis pertanian terutama lanksap
pengunjung. persawahan, aktivitas pertanian, pasar tani, dan arena
Subak juga dapat membudidayakan produk rekreasi keluarga di tengah persawahan melalui jalur
pertaniannya dan dijual ke wisatawan dengan harga yang tracking. Namun, dalam perjalanannya terjadi gejala
lebih mahal dibandingkan dipasarkan ke pasar umum. kurang baik yaitu banyaknya layanan aktivitas
Misalnya, jagung manis yang di pasar umum empat kepariwisataan yang diambil oleh tenaga kerja luar
tongkol seharga Rp 6.000,00 tetapi kalau dijual langsung subak. Misalnya, pedagang yang ada sekarang mayoritas
di sawah kepada pengunjung bisa laku Rp 10.000,00. bukanlah anggota keluarga petani anggota Subak
Selain itu, walau petani subak belum melakukannya, Padanggalak. Demikian juga pedagang yang menjajakan
sebenarnya produk pertanian dapat dipasarkan dalam dagangannya mayoritas menjual produk bukan yang
bentuk produk olahan yang memiliki nilai tambah lebih dihasilkan oleh petani subak.
baik. Misalnya, sayur mayur yang ditanam bisa Petani Subak Padanggalak dan keluarganya karena
dibudidayakan secara organik dan dipetik serta dikemas keterbatasan pengetahuan dan keterampilan cenderung
dengan menarik dan langsung dijajakan saat pengunjung kalah. Padahal, idealnya petani menjual produk hasil
ramai. panennya kepada pengunjung untuk memberdayakan
Hal ini merupakan peluang pasar yang terbuka petani. Hal ini dalam jangka panjang akan menyebabkan
lebar. Subak Padanggalak pernah mengadakan pasar tani masalah sosial bagi anggota Subak Padanggalak karena
yang konsumennya adalah para wisatawan yang mereka akan merasa subak dan petani hanya dijadikan
berkunjung. Namun menurut keterangan Pekaseh Subak objek ekspoitasi tapi manfaat diambil orang luar. Oleh
Padanggalak, kegiatan ini tidak berlanjut sampai karenanya, perlu pelibatan petani atau keluarganya
sekarang karena tidak ada yang mengurus secara sebagai pekerja dengan membekali mereka dengan
berkelanjutan, di samping kalah saing dengan pedagang pelatihan keterampilan yang dipersyaratkan agar bisa
yang berada di Desa Budaya Kertalangu yang dikelola merusaha di sektor pariwisata dengan memanfaatkan
oleh pengusaha pariwisata. Pengembangan subak sebagai produk pertanian yang mereka hasilkan.
DTW merupakan salah satu upaya untuk menahan alih Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 1 dan Tabel 2,
fungsi lahan pertanian dengan mengintegrasikan kegiatan diperoleh total skor strategi internal sebesar 2,77 (posisi
pertanian dengan pariwisata. kekuatan faktor internal ketegori sedang) dan total skor
Parameter yang dominan menjadi ancaman Subak strategi ekternal sebesar 2,45 (posisi kelemahan faktor
Padanggalak sebagai daya tarik wisata sebagaimana internal kategori sedang) sebagaimana dapat disimak
dapat disimak dalam Tabel 2 yaitu: (1) pengusaha dalam Gambar 1 yang menunjukkan bahwa posisi
melihat DTW Subak Padanggalak lebih sebagai strategi Subak Padanggalak sebagai daya tarik wisata
pendukung bisnisnya dibandingkan pemberdayaan subak berada pada jendela V dalam matriks I-E (yaitu strategi
dengan bobot 0,12; (2) lebih banyak layanan diambil pertahankan dan penetrasi pasar serta pengembangan
oleh tenaga kerja luar subak dengan bobot 0,12; (3) produk). Strategi ini mensyaratkan Subak Padanggalak
pengembangan fasilitas mengancam lahan subak dengan melakukan pengembangan DTW, peningkatan
bobot 0,11; dan (4) banyak daya tarik wisata pesaing aksesibilitas ke subak, penambahan fasilitas daya tarik
dengan bobot 0,08. wisata, penguatan kelembagaan subak sebagai penopang
Pengembangan DTW di Subak Padanggalak dan penggerak daya tarik wisata, dan penyadaran
dirasakan terjadi ketidakseimbangan peranan yang anggota subak akan kegiatan kepariwisataan, serta
dimainkan subak sebagai daya tarik utama dengan peningkatan manfaat ekonomi bagi lembaga subak dan
manfaat yang diterima. Pengusaha lebih cenderung fokus anggotanya.
mengembangkan usahanya dibandingkan Strategi pengembangan DTW urban di Subak
memberdayakan subak. Pemberian bantuan fasiltas Padanggalak bisa didekati dengan pengembangan produk
penunjang pariwisata juga cenderung berada di wilayah dan layanan baru atau mendiversifikasi produk dan
usaha pengusaha, bukan dibangun di subak. Pengusaha layanan pariwisata yang sudah ada saat ini. Strategi
cenderung merasa berhak melakukan kegiatan untuk menunjang penetrasi pasar wisatawan urban dapat
kepariwisataan sesuai pertimbangan-pertimbangan bisnis dilakukan dengan melakukan promosi yang lebih baik
dan agak kurang memikirkan fungsi sosialnya agar mencakup perluasan target pasar yang lebih luas. Tidak
secara bersama petani bisa maju bersama-sama. Subak kalah pentingnya adalah melakukan kerjasama dengan
Padanggalak sendiri membangun tempat istirahat berupa pihak penyedia wisatawan seperti hotel, vila, dan biro
balai subak atas bantuan APBDes Desa Kesiman perjalanan. Tentu, hal ini bisa dilakukan jika perbaikan
Kertalangu dan jalur trekking atas bantuan pemerintah. subak terkait pengembangannya sebagai daya tarik
Sedangkan fasilitas penunjang pariwisata yang dibangun wisata sudah dilakukan
pengusaha berada di luar sisi barat areal persawahan
yang dikelola oleh pengusaha sendiri, bukan oleh subak.
286
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 281-292
Gambar 1. Matrik internal-ekternal (I-E) strategi Subak Padanggalak sebagai daya tarik wisata urban.
287
Strategi Pengembangan Subak Padanggalak
IV yaitu menguatkan kegiatan pertanian dan ritual di sebagai pengejawantahan pariwisata budaya, (g) prioritas
subak sebagai daya tarik wisata untuk memberdayakan VII yaitu subak bekerjasama dengan pemerintah dan
petani dan menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap pengusaha untuk penyediaan fasilitas daya tarik wisata
subak, (e) prioritas V yaitu memadukan kegiatan urban di subak asalkan selaras dengan aturan subak dan
pertanian dengan pariwisata di subak dengan aturan yang (h) prioritas VIII yaitu memastikan pengembangan daya
ketat untuk mengendalikan alih fungsi lahan, tranformasi tarik wisata di subak tetap dalam kerangka norma dan
tenaga kerja, dan membatasi tenaga kerja luar ke subak, aturan subak sehingga tidak mengancam kelestarian
(f) prioritas VI yaitu ekspansi pasar wisatawan dengan subak dan eksploitatif atau justru lebih bermanfaat bagi
menonjolkan daya tarik aktivitas pertanian dan ritualnya orang luar subak.
Secara singkat, prioritas strategi pengembangan subak melalui kerja sama dengan pemerintah dan
subak sebagai DTW dimulai dari pengembangan daya pengusaha untuk menahan alih fungsi lahan dan
tarik wisata berbasis aktivitas pertanian dan ritual di transformasi tenaga kerja ke sektor lain disertai
288
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 281-292
penyediaan fasilitas memadai untuk dapat mendorong didukung melalui kerja sama dengan pemerintah dan
pemberdayaan petani melalui penyediaan sumber pengusaha yang berkomitmen tinggi untuk
pendapatan tambahan dari kegiatan pariwisata. Untuk memberdayakan subak dan untuk menahan alih
menjamin kelestaruan subak yang telah dikembangkan fungsi lahan dan transformasi tenaga kerja ke sektor
sebagai DTW maka perlu adanya aturan yang ketat untuk lain karena mengancam eksistensi subak.
mengendalikan alih fungsi lahan, tranformasi tenaga Pengembangan Subak Padanggalak sebagai DTW
kerja, dan membatasi tenaga kerja luar ke subak. Intinya, juga harus disertai penyediaan fasilitas wisata yang
asalkan selaras dengan aturan subak atau pengembangan memadai bagi pengunjung. Hal ini pada gilirannya
daya tarik wisata di subak tetap dalam kerangka norma dapat mendorong pemberdayaan petani subak
dan aturan subak sehingga tidak mengancam kelestarian melalui penyediaan sumber pendapatan tambahan
subak dan eksploitatif atau justru lebih bermanfaat bagi dari kegiatan pariwisata disamping pendapatan dari
orang luar subak. usahatani. Untuk menjamin kelestarian Subak
Padanggalak yang dikembangkan sebagai DTW
SIMPULAN maka perlu adanya aturan adat subak (awig-awig dan
perarem) yang ketat untuk mengendalikan alih
Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka dalam fungsi lahan, dan membatasi tenaga kerja dari luar ke
strategi pengembangan Subak Padanggalak sebagai daya subak tetapi mengutamakan tenaga kerja lokal dari
tarik wisata sebagai berikut: keluarga petani yang tentunya dibekali keterampilan
(1) Kekuatan Subak Padanggalak untuk dikembangkan yang diperlukan. Intinya, semua strategi
sebagai DTW terletak pada keajegan usaha tani dan pengembangan Subak Padanggalak sebagai DTW
aktivitas ritual keagamaan di subak serta ditunjang harus selaras dengan aturan dan falsafah subak
lanskap subak. Kondisi ini ditopang keberadaan sehingga tidak mengancam kelestarian subak dan
norma sosial (awig-awig) subak yang kuat yang mampu memberdayakan subak untuk menjadi subak
dipatuhi anggota subak. lestari, bukan sebaliknya Subak Padanggalak hanya
(2) Kelemahannya Subak Padanggalak untuk sebagai objek eksploitasi bisnis yang hanya
dikembangkan sebagai DTW terletak pada menguntungkan pihak luar.
keterbatasan kemampuan sumberdaya manusia dan
keterbatasan kemampuan subak dalam menyediakan
fasilitas pendukung pariwisata. Kelemahan lainnya DAFTAR PUSTAKA
berupa banyaknya transformasi tenaga kerja dari
Antara M, Wijaya GNK, Windia W. 2017. Ekowisata
keluarga petani ke luar sektor pertanian sehingga
Subak Jatiluwih, Tabanan, Bali. Denpasar (ID):
mengancam eksistensi subak. Kurang terlibatnya
Pelawa Sari
anggota keluarga petani subak sebagai pelaku usaha
BPS Bali. 2018. Statistik Pariwisata Bali. Tersedia
wisata di subak menyebabkan petani kurang
online di:
memperoleh manfaat langsung dari pariwisata.
https://bali.bps.go.id/subject/16/pariwisata.html#sub
(3) Peluang bagi Subak Padanggalak untuk
jekViewTab3
dikembangkan sebagai DTW yaitu penyedia layanan
Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Fyall A, Wanhill S.
outbond, rekreasi, olahraga, dan outing. Peluang
1995. Tourism Principles & Practice. England
besar juga dari pasar wisatawan sangat besar di Bali.
(GB): Longman Group Limited.
Peluang juga mucul dari dukungan pemerintah
Dewi EC, Sunarminto T, Arief H. 2017. Nilai ekonomi
karena sejalan dengan visi pengembangan pariwisata
pemanfaatan sumberdaya alam hayati Taman
budaya dan dukungan pemerintah melalui bantuan
Nasional Baluran oleh masyarakat Desa Wonorejo
bebas pajak bumi dan bangunan bagi subak yang
Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Media
difungsikan sebagai lahan pertanian.
Konservasi. 22 (3): 277-285
(4) Ancaman bagi Subak Padanggalak untuk
David RF. 2012. Manajemen Strategi. Jakarta (ID): PT.
dikembangkan sebagai DTW yaitu lebih dilihat oleh
Prendhalilindo.
pengusaha sebagai lahan bisnis dan kurang
Matondang MA, Bahruni, Hermawan R. 2017. Pengaruh
memikirkan pemberdayaan subak melalui pelibatan
tingkat kepuasan pengunjung terhadap willingness
subak terintegrasi dengan usaha pariwisata yang
to pay di Plengkung Taman Nasional Alas Purwo.
dikembangkan. Tenaga kerja yang terlibat dalam
Media Konservasi. 22 (2): 164-170
kegiatan wisata di Subak Padanggalak mayoritas
Perda Propinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang
oleh tenaga kerja dari luar subak bukan dari keluarga
Kepariwisataan Budaya Bali
petani. Ancaman berikutnya datang dari banyak daya
Perda Provinsi Bali No. 9 tahun 2012 tentang Subak
tarik wisata pesaing di perkotaan.
Pearce AJ, Robinson BR. 1997. Manajemen Strategi
(5) Analisis prioritas strategi pengembangan Subak
Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta
Padanggalak sebagai DTW berturut-turut dimulai
(ID): Penerbit Binarupa Aksara.
dari pengembangan daya tarik wisata berbasis
Pitana IG. 1993. Subak Sistem Irigasi Tradisional di Bali
aktivitas pertanian dan ritual di subak. Hal ini
Sebuah Canangsari. Denpasar (ID): Upada Sastra
289
Strategi Pengembangan Subak Padanggalak
Pitana IG, Diarta IKS. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Pengabdian Masyarakat. Bali (ID): Kerjasama
Yogyakarta (ID): Andi Offset Dinas Kebudayaan Kota Denpasar dengan Program
Rangkuti F. 2016. Analisis SWOT: Teknik Membedah Ekstensi Fakultas Pertanian UNUD.
Kasus Bisnis, Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan Sugiyono. 2014. Business Research Methods. Bandung
OCAI. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama (ID): Alfabeta.
Sarita AF, Windia IW, Sudarta IW. 2013. Persepsi Undang Undang No 10 tahun 2009 tentang
petani terhadap penetapan subak sebagai warisan Kepariwisataan
budaya dunia (Studi kasus Subak Pulagan Kawasan Windia W. 2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak
Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar). E- yang Berlandaskan Tri Hita Karana. Denpasar
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 2(4): (ID): Pustaka Bali Post.
Sudarta W, Dharma IP. 2013. Memperkuat Subak
Anggabaya dari Segi Kelembagaan. Laporan
290
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 281-292
Lampiran 1. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Strategi Subak Padanggalak sebagai daya tarik wisata urban
FAKTOR UTAMA STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 STRATEGI 6 STRATEGI 7 STRATEGI 8
BOBOT
NO AS1 TAS1 AS2 TAS2 AS3 TAS3 AS4 TAS4 AS5 TAS5 AS6 TAS6 AS7 TAS7 AS8 TAS8
FAKTOR INTERNAL
1 Kegiatan pertanian tetap
berjalan 0,07 4 0,29 4 0,29 4 0,29 4 0,29 4 0,29 3 0,22 4 0,29 4 0,29
2 Kegiatan ritual
keagamaan 0,07 4 0,30 3 0,22 4 0,30 4 0,30 4 0,30 3 0,22 4 0,30 4 0,30
3 Lanskap dan view subak
menarik 0,05 4 0,19 3 0,14 4 0,19 4 0,19 3 0,14 3 0,14 4 0,19 4 0,19
4 Aktifitas sosial dan
olahraga sering
dilaksanakan di subak 0,03 3 0,08 2 0,05 3 0,08 3 0,08 3 0,08 2 0,05 2 0,05 4 0,11
Kekuatan 5 Gampang dijangkau
0,06 2 0,13 2 0,13 3 0,19 4 0,25 3 0,19 2 0,13 2 0,13 4 0,25
6 Trekking track sudah
tersedia 0,05 2 0,09 2 0,09 3 0,14 4 0,19 3 0,14 2 0,09 3 0,14 4 0,19
7 Saling percaya tinggi
0,05 2 0,11 3 0,16 3 0,16 4 0,21 3 0,16 3 0,16 3 0,16 3 0,16
8 Norma sosial(awig-awig)
yang kuat 0,06 4 0,26 4 0,26 4 0,26 4 0,26 4 0,26 4 0,26 4 0,26 4 0,26
9 Ada tokoh panutan
sebagai penggerak 0,05 3 0,16 3 0,16 3 0,16 4 0,21 4 0,21 4 0,21 3 0,16 4 0,21
10 Atraksi wisata belum
berkembang baik 0,05 2 0,10 2 0,10 4 0,20 4 0,20 3 0,15 3 0,15 2 0,10 4 0,20
11 Variasi atraksi wisata
masih sedikit 0,04 3 0,12 3 0,12 4 0,16 4 0,16 3 0,12 3 0,12 2 0,08 4 0,16
12 Belum ada pemasaran luas
0,05 3 0,15 3 0,15 4 0,19 4 0,19 3 0,15 2 0,10 2 0,10 4 0,19
13 Jalan akses belum
menjangkau ke seluruh
area Subak Padanggalak 0,03 2 0,06 3 0,09 3 0,09 3 0,09 2 0,06 3 0,09 2 0,06 4 0,12
14 Belum terlibatnya anggota
Kelamahan subak sebagai pedagang 0,06 3 0,17 3 0,17 3 0,17 4 0,23 2 0,12 3 0,17 3 0,17 3 0,17
15 Kurangnya kemampuan
subak dalam menyediakan
fasilitas pendukung 0,09 3 0,26 4 0,35 4 0,35 4 0,35 3 0,26 2 0,17 3 0,26 4 0,35
16 Belum ada pemandu
wisata lokal 0,02 3 0,05 3 0,05 4 0,07 4 0,07 2 0,03 2 0,03 2 0,03 4 0,07
17 Alih fungsi lahan karena
dianggap hak milik 0,09 4 0,36 3 0,27 4 0,36 4 0,36 2 0,18 3 0,27 3 0,27 4 0,36
18 Banyak transformasi
tenaga kerja ke luar sektor
pertanian 0,08 3 0,24 2 0,16 4 0,32 4 0,32 3 0,24 2 0,16 3 0,24 4 0,32
FAKTOR EKSTERNAL - - - - - - - -
19 Pasar wisatawan sangat
besar di perkotaan 0,10 4 0,40 4 0,40 4 0,40 4 0,40 4 0,40 3 0,30 3 0,30 4 0,40
20 Adanya dukungan
pemerintah karena sejalan
Peluang dengan visi
pengembangan pariwisata
budaya 0,09 3 0,28 4 0,38 3 0,28 4 0,38 3 0,28 3 0,28 3 0,28 4 0,38
21 Dukungan pemerintah
0,08 3 0,23 4 0,30 4 0,30 4 0,30 3 0,23 3 0,23 3 0,23 3 0,23
291
Strategi Pengembangan Subak Padanggalak
FAKTOR UTAMA STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 STRATEGI 6 STRATEGI 7 STRATEGI 8
BOBOT
NO AS1 TAS1 AS2 TAS2 AS3 TAS3 AS4 TAS4 AS5 TAS5 AS6 TAS6 AS7 TAS7 AS8 TAS8
melalui bantuan ke subak
22 Adanya beberapa
pengusaha yang ingin
terlibat dan meyediakan
fasilitas pendukung
pariwisata 0,07 2 0,15 4 0,29 4 0,29 4 0,29 3 0,22 2 0,15 2 0,15 3 0,22
23 Sebagai penyedia layanan
outbond, rekreasi, atau
outing 0,11 2 0,22 3 0,32 4 0,43 4 0,43 3 0,32 3 0,32 3 0,32 3 0,32
24 Sudah ada jejaring dengan
pihak pengusaha eksternal 0,05 3 0,15 3 0,15 4 0,20 4 0,20 3 0,15 2 0,10 3 0,15 3 0,15
25 Banyak daya tarik wisata
pesaing 0,08 3 0,25 2 0,16 4 0,33 4 0,33 2 0,16 3 0,25 3 0,25 3 0,25
26 Kurangnya apresiasi
masyarakat terhadap
DTW Subak 0,07 2 0,14 2 0,14 2 0,14 3 0,20 3 0,20 3 0,20 2 0,14 2 0,14
27 Pengembangan fasilitas
mengancam lahan subak 0,11 3 0,34 2 0,23 3 0,34 4 0,45 3 0,34 2 0,23 3 0,34 3 0,34
28 Lebih banyak layanan
Ancaman
diambil oleh tenaga kerja
luar subak 0,12 3 0,36 2 0,24 3 0,36 4 0,48 3 0,36 3 0,36 4 0,48 3 0,36
29 Pengusaha melihat DTW
Subak Padanggalak
sebagai lahan bisnis
semata kurang
memikirkan
pemberdayaan subak 0,12 3 0,36 2 0,24 3 0,36 4 0,47 3 0,36 3 0,36 4 0,47 4 0,47
Total 5,96 5,80 7,09 7,88 6,09 5,51 6,08 7,13
Peringkat
VI VII III I IV VIII V II
Keterangan:
AS = attractive score (nilai daya tarik)
TAS = Total attractive score (jumlah nilai daya tarik)
292