Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pemanfaatan Serat Alam Kulit Terap Sebagai Bahan Kombinasi Pembuatan Winglet Sepeda Motor

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

TURBO Vol. 9, No.

1, 2020 p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2477-250X


Jurnal Program Studi Teknik Mesin URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo

Pemanfaatan serat alam kulit terap sebagai bahan kombinasi


pembuatan winglet sepeda motor
Ari Rianto1, Leo Dedy Anjiu2, Suhendra3*

Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas1,2,3


Jl. Raya Sejangkung, Sambas
*
Corresponding author: aka.suhendra@yahoo.com

Abstract
The development of new natural fiber material as a composite reinforcing material
needs to be continued. The use of natural fibers developed in this study was obtained from
applied bark. The applied skin fiber is chosen as a composite reinforcing material because it
has strong characteristics when pulled. This study was conducted to determine the impact
strength of a combination of the arrangement of the composite layer of applied fiber and glass
fiber with a polyester resin matrix in the manufacture of motorcycle winglets. The making of
composite specimens was carried out by hand lay-up and pressing techniques. composite
specimens tested consisted of composite A (100% fiberglass), composite B (100% applied
fiber), composite C (fiberglass, applied fiber, fiberglass), and composite D (applied fiber,
fiberglass, applied fiber). The treatment of the applied fiber was carried out by soaking 5%
NaOH for 2 hours. Impact test specimens and procedures refer to the ASTM D256-00 standard.
The results of the study obtained that the material recommended in the manufacture of
motorcycle winglets is composite C, which is a combination of fiberglass, applied fiber,
fiberglass. The results of the C composite impact strength testing were obtained at 2.6581 J /
mm2. The impact strength of composite C increased by 79% compared to the impact strength
of composite B using pure applied fiber (100% applied fiber). The large void tendency in
natural fiber composites using the hand lay-up method reduces the impact strength so that
fiberglass is more dominant as a determinant of the impact strength increase.
Keywords : Applied fiber, impact test, winglet.

Abstrak
Pengembangan material baru serat alam sebagai bahan penguat komposit perlu terus
dilakukan. Penggunaan serat alam yang dikembangkan dalam penelitian ini diperoleh dari
bahan kulit kayu terap. Serat kulit terap dipilih karena memiliki karakteristik yang kuat saat
ditarik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kekuatan impak dari kombinasi susunan lapisan
komposit serat terap dan fiber glass dengan matrik resin poliester pada pembuatan winglet
sepeda motor. Pembuatan spesimen komposit dilakukan dengan teknik hand lay-up dan
pressing. Spesimen komposit yang diuji terdiri dari : komposit A (100% fiberglass), komposit
B (100% serat terap), komposit C (fiberglass, serat terap, fiberglass) dan komposit D (serat
terap, fiberglass, serat terap). Perlakuan serat terap dilakukan dengan perendaman 5% NaOH
selama 2 jam. Spesimen dan prosedur pengujian impak mengacu pada standar ASTM D256-
00. Hasil penelitian memperoleh bahan yang dianjurkan dalam pembuatan winglet sepeda
motor adalah komposit C yaitu kombinasi lapisan fiberglass, serat terap, fiberglass. Hasil
pengujian kekuatan impak komposit C diperoleh sebesar 2,6581 J/mm2. Kekuatan impak
komposit C naik sebesar 79% dibandingkan dengan kekuatan impak komposit B menggunakan
serat terap murni (100% serat terap). Kecendrungan void yang besar pada komposit serat alam
menggunakan metode hand lay up menurunkan hasil kekuatan impak sehingga fiberglass lebih
dominan menjadi penentu kenaikan kekuatan impak.
Kata kunci : Serat terap, uji impak, winglet.

51
Pendahuluan 0, 2, 4, dan 6 jam, menunjukkan bahwa
kekuatan dan regangan tarik komposit
Kayu terap (Arthocarpus elasticus)
memiliki harga optimum untuk perlakuan
merupakan salah satu potensi alam
serat 2 jam, yaitu 190,27 MPa dan 0,44%.
Indonesia yang tumbuh subur di pulau
Komposit yang diperkuat serat dengan
Kalimantan khususnya Propinsi
perlakuan 6 jam memiliki kekuatan
Kalimantan Barat. Pemanfaatan kulit kayu
terendah. Penampang patahan komposit
terap oleh masyarakat Kalimantan Barat
yang diperkuat serat pada perlakuan 0, 2,
biasa digunakan sebagai tali, kerajinan dan
dan 4 jam diklasifikasikan sebagai jenis
bahan pakaian oleh suku Dayak. Kekuatan
patah slitting in multiple area. Sebaliknya,
yang baik dalam arah lateral dan struktur
penampang patahan komposit yang
anyam yang alami adalah salah satu
diperkuat serat pada perlakuan 6 jam
kelebihan serat ini sehingga dapat
memiliki jenis patah tunggal [2].
dikembangkan sebagai alternatif material
Penelitian menggunakan serat terap
baru bahan penguat komposit. Pemanfaatan
sebagai bahan penguat komposit telah
serat kulit kayu terap sebagai bahan
dilakukan. Hasil penelitian [3]
penguat komposit perlu dikembangkan
mendapatkan kekuatan impak tertinggi
karena karakteristiknya yang kuat saat
diperoleh pada variasi berat serat 4 gram
ditarik sehingga layak dianalisis lebih
dan panjang serat 5 mm sebesar 0,591
lanjut.
J/mm2. Kekuatan impak cenderung
Perlakuan terhadap serat alam perlu
meningkat seiring bertambahnya berat serat
dilakukan untuk menghilangkan
dan mencapai puncaknya pada berat serat 4
kandungan lignin yang terdapat pada serat
gram.
alam. Kandungan lignin yang terkandung
Berdasarkan latar belakang tersebut,
dalam serat alam menyebabkan ikatan
perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
antara serat dan matrik tidak menyatu
menggabungkan serat alami dan serat
dengan baik sehingga distribusi gaya dari
sintetis. Serat alami yang digunakan adalah
matrik ke serat alam lemah. Modifikasi
serat terap, sedangkan serat sintetis yang
permukaan dapat dilakukan untuk
digunakan adalah fiberglass yang tersusun
meningkatkan sifat adhesif antara serat
secara acak (reinforcing mat).
alam dengan matrik.
Pengembangan material tersebut digunakan
Beberapa penelitian tentang kekuatan
sebagai bahan pembuatan winglet pada
mekanik komposit dengan berbagai jenis
sepeda motor.
serat alam telah dilakukan. Kekuatan
mekanik komposit serat alam dengan
Tinjauan Pustaka
matrik resin epoxy, menggunakan serat
enceng gondok (eichornia crassipes), serat Berdasarkan jenisnya, serat dibagi
daun pandan alas (pandanus dubius), dan menjadi serat alam (nature fiber) dan serat
serat batang pisang raja (musa textilia) sintetis (buatan). Serat sintetis merupakan
menunjukkan bahwa serat enceng gondok serat yang dibuat untuk menghasilkan
memiliki kekuatan tarik terbesar bahan dengan sifat tertentu, namun serat
dibandingkan serat lainnya pada komposisi sintetis memiliki beberapa kelemahan.
serat 40%, yaitu 18,14 kgf/mm2. Serat daun Kelemahan serat sintetis terdapat pada sifat
pandan alas memiliki regangan terbesar biodegradibilitas, pengolahan awal
dibandingkan serat lainnya pada komposisi memerlukan biaya tinggi, konsumsi energi
serat 40%, yaitu sebesar 5%, sedangkan yang besar, abrasi mesin serta dampak
modulus young terbesar diperoleh pada terhadap kesehatan manusia dan
serat enceng gondok pada komposisi serat lingkungan sekitar [4]. Kelemahan serat
50%, yaitu 551,44 kgf/mm2 [1]. sintetis yang banyak merugikan perlu
Penelitian lainnya menggunakan diatasi dengan mengganti jenis serat sintetis
serat rami dengan variasi lama perendaman ke serat alam.

52 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 9, No. 1, 2020


Serat alam adalah serat yang meneruskan ayunan hingga mencapai
dibentuk dari bahan dasar tumbuhan atau ketinggian maksimum tertentu h’. Energi
hewan. Serat alam dapat dibentuk dari yang diserap dihitung dari perbedaan h’ dan
berbagai jenis tumbuhan seperti kapas, h (mgh – mgh’), merupakan ukuran dari
pelepah pisang, enceng gondong dan rami energi impak. Posisi simpangan lengan
[5]. Jenis serat alam yang diperoleh dari pendulum terhadap garis vertikal sebelum
hewan adalah wool, sutra dan bulu burung. dibenturkan adalah α dan posisi lengan
Material komposit dibentuk dari pendulum terhadap garis vertikal setelah
kombinasi dua atau lebih bahan untuk membentur spesimen adalah β. Besarnya
mendapatkan sifat yang lebih baik dari sifat energi potensial yang diserap oleh material
bahan penyusunnya [6]. Keunggulan digunakan untuk menghitung kekuatan
penggunaan bahan komposit antara lain impak benda uji [9].
memiliki bobot ringan, relatif tahan
terhadap bahan kimia dan tahan korosi.
Sifat dan karakteristik komposit
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
oleh [7] :
1. Jenis material penyusun dan rule of
mixture.
2. Bentuk dan struktur penyusun
komposit
3. Interaksi antar penyususn komposit.
Sifat mekanik bahan komposit alam
dapat dilihat dari beberapa parameter
seperti kekuatan serat, modulus young,
ikatan antar permukaan serat, matrik
penyusun serat dan panjang serat. Salah
satu metode uji untuk mengetahui sifat
mekanik bahan komposit adalah uji impak.
Pengujian impak (kejut) bertujuan
untuk mengukur besarnya energi yang
dapat diserap oleh suatu bahan komposit
sampai bahan tersebut patah dengan jenis
beban yang diberikan adalah beban tiba-
tiba. Pengujian impak terdiri dari dua teknik
pengujian standar yaitu charpy dan Izod. Gambar 1. (a) Spesimen pengujian impak. (b)
Pengujian impak dilakukan Skematik peralatan uji impak [8]
berdasarkan standar ASTM D256-00.
Spesimen charpy berbentuk batang dengan Metode Penelitian
penampang melintang berbentuk bujur Pengujian impak spesimen
sangkar dengan takikan “v”. Pembuatan komposit dilakukan di laboratorium
takikan dilakukan oleh proses permesinan pengujian bahan Jurusan Teknik Mesin
(Gambar 1.a). Nilai pembebanan uji impak Politeknik Negeri Sambas.
diperoleh dari tumbukan palu pendulum Bahan yang digunakan adalah serat
yang dilepas pada ketinggian “h”. Ujung kulit terap, resin poliester, katalis, talk,
pisau pada palu pendulum akan menabrak NaOH, dempul, mirror glass, pigmen,
takikan pada spesimen hingga patah. aerosil. Peralatan yang digunakan yaitu alat
Takikan pada spesimen merupakan titik cetak, timbangan digital, gelas ukur, kuas,
konsentrasi tegangan untuk pukulan impak gerinda, amplas, siku, gelas plastik, jangka
kecepatan tinggi. Palu pendulum akan sorong, gunting, catter.

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 9, No. 1, 2020 53


1. Spesimen A: 103 gram resin + 1%
katalis + 9 lembar mat.
2. Spesimen B: 103 gram resin + 1%
katalis + serat terap.
3. Spesimen C: 103 gram resin + 1%
katalis dan menggunakan
kombinasi fiberglass, serat terap,
fiberglass.
4. Spesimen D: 103 gram resin + 1%
katalis dan menggunakan
kombinasi serat terap, fiberglass,
Gambar 2. Serat terap yang digunakan dalam serat terap.
pembuatan spesimen
Tahap awal penelitian adalah
mempersiapkan serat terap. Proses
persiapan dilakukan dengan merendam
serat terap pada NaOH yang telah
dilarutkan. Kadar NaOH yang dilarutkan
sebesar 5% dari massa air yang digunakan.
Rendam serat terap yang telah tercampur
merata dengan NaOH selama 2 jam. Angkat
serat terap yang telah direndam, selanjutnya
cuci dengan air bersih untuk
menghilangkan kandungan NaOH.
Lakukan proses pemukulan pada serat terap
hingga serat memanjang dan merenggang,
kemudian jemur hingga kering. Serat terap
yang telah dikeringkan selanjutnya
dipotong dengan ukuran sesuai luas cetakan
yang sudah ditentukan. Suwir serat terap,
agar penampang serat menjadi lebih kecil
sehingga resin mudah mengikat serat.
Susun serat yang sudah disuwir menjadi
susunan acak selebar ukuran cetakan.
Persiapan terhadap fiberglass dilakukan Gambar 3. Diagram alir penelitian
dengan mengukur dan memotong
Potong spesimen berukuran 15 mm
fiberglass reinforcing mat sesuai ukuran
sesuai dengan standar pengujian yang telah
cetakan yang telah ditentukan.
ditetapkan pada ASTM D256-00. Mesin
Tahapan kedua adalah proses
yang digunakan dalam pengujian adalah
pembuatan spesimen uji. Persiapkan
Universal Impact Tester Machine tipe HT-
cetakan spesimen dengan ukuran panjang
8041. Takikan impak (notch) dibuat sesuai
10 cm, lebar 7 cm dan tinggi 1 cm. Oleskan
standar pengujian yaitu dengan kedalaman
mirror glaze pada permukaan cetakan
2 mm dan sudut 45o.
untuk mempermudah proses pelepasan
spesimen. Persiapkan resin yang sudah
dicampur katalis, serat terap dan fiberglass
reinforcing mat.
Pembuatan spesimen uji sesuai
dengan perbandingan bahan sebagai berikut
:

54 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 9, No. 1, 2020


berlebihan pada kosentrasi dan lamanya
perendaman serat alam dapat menurunkan
kekuatan tarik serat karena terjadi proses
delignifikasi dan penetrasi pada rantai
selulosa yang berlebihan sehingga
menyebabkan kelemahan dan kerusakan
serat [11]. Matriks termoseting seperti
epoxy dan poliester kurang cocok jika
dibuat sebagai komposit berpenguat serat
alam. Perlakuan yang tepat perlu dilakukan
pada pembuatan serat menggunakan NaOH
Gambar 4. Spesimen komposit uji impak sehingga dapat meningkatkan gaya tarik
menarik antar molekul tidak sejenis antara
Hasil dan Pembahasan matrik dengan serat alam tersebut [12].
1. Hasil pengujian impak charpy Penggunaan kombinasi lapisan
Data hasil pengujian impak charpy pertama fiberglass, lapisan kedua serat
menggunakan Universal Impact Tester terap dan lapisan ketiga fiberglass
Machine tipe HT-8041 dapat dilihat pada (Spesimen C), menghasilkan kenaikan 79%
Gambar 5. kekuatan impak charpy sebesar 2.6581
J/mm2 dibanding menggunakan 100% serat
4 3,6314
terap. Peningkatan ini sejalan dengan
Kekuatan impak

2,6581
3 kompaknya fiber dan resin dalam menerima
(J/mm2)

2 1,4856 1,3091 beban Impak sehingga gaya terdistribusi


dengan baik pada ikatan serat fiberglass
1
dan resin sebagai matrik komposit.
0 Penggunaan kombinasi lapisan
100 % F 100 % T FTF TFT
pertama serat terap, lapisan kedua
Jenis spesimen
fiberglass dan lapisan ketiga serat terap
(Spesimen D) terjadi penurunan kekuatan
100% F = 100% fiberlass impak sebesar 50% dengan nilai 1.3091
100% T = 100% serat terap
FTF = Kombinasi fiberglass, serat terap, fiberglass
J/mm2. Penggunaan kombinasi tersebut
TFT = Kombinasi serat terap, fiberglass, serat terap kurang baik karena serat terap lapisan
pertama dan lapisan ketiga memiliki
Gambar 5. Hasil pengujian impak charpy
kekuatan impak yang rendah yang akhirnya
Penggunaan 100% fiberglass menurunkan kekuatan Impak karena beban
menghasilkan kekuatan impak charpy pada yang diterima cepat menyebabkan crack
spesimen uji sebesar 3,6314 J/mm2. pada beban yang kecil.
Penggunaan bahan 100% fiberglass
menghasilkan kekuatan impak cukup besar. 2. Model Patahan
Penelitian lain menyatakan fiberglass lebih Model patahan spesimen yang
mudah menyerap resin, menghilangkan terbuat dari 100% fiberglass pada
cacat dan ketidak sempurnaan kristal yang pengujian impak adalah jenis patahan ulet
biasa terdapat pada bahan berbentuk atau dikenal dengan patahan sikat (brush
padatan besar, sehingga dapat fracture). Kondisi ini dapat terjadi karena
menghasilkan kekuatan yang besar [10]. belum terserapnya fiberglass dan resin
Penggunaan 100% serat terap pada dengan sempurna sehingga terjadi
spesimen uji menurunkan 60% kekuatan debounding dan delaminating pada
impak charpy yaitu sebesar 1,4856 J/mm2 komposit yang mengakibatkan kekuatan
dibanding menggunakan 100% fiberglass. impak kurang maksimal. Patahan yang baik
Hal ini disebabkan perlakuan alkali yang pada komposit fiberglass seharusnya
patahan getas karena sifat kompak antara

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 9, No. 1, 2020 55


matrik yaitu resin dan fiberglass cukup
baik.

Gambar 8. Patahan spesimen kombinasi fiberglass,


serat terap, fiberglass

Gambar 6. Patahan spesimen 100% fiberglass


Spesimen B yang terbuat dari 100%
serat terap pada pengujian impak adalah
jenis patahan getas (brittle fracture).
Patahan jenis ini sebenarnya jenis patahan
yang diharapkan pada komposit dengan Gambar 9. Patahan spesimen kombinasi serat terap,
matrik resin poliester karena membuktikan fiberglass, serat terap
tidak terjadinya debounding dan
delaminating, akan tetapi kekuatan impak Winglet merupakan sayap kecil
yang dihasilkan belum mampu yang menempel pada bodi sepeda motor
mengalahkan kekuatan impak dengan berfungsi memberikan gaya tekan ke
100% fiberglass. bawah. Bahan alternatif pada pembuatan
winglet sepeda motor dapat dipilih dari
spesimen komposit C yaitu kombinasi
fiberglass, serat terap dan fiberglass.
Alasan pemilihan karena serat ramah
lingkungan, lebih ringan, dan kekuatan
yang masih baik untuk material winglet.
Pembuatan winglet menggunakan
Gambar 7. Patahan spesimen 100% serat terap 100% fiberglass mempunyai massa lebih
Keadaan ini diperkirakan terjadi ringan dibanding serat kombinasi antara
karena perlakuan serat dengan 5% NaOH fiberglass dengan serat terap. Bobot
membuat serat lebih rapuh walaupun serat winglet pada 100% fiberglass diperoleh
yang dihasilkan memiliki permukaan yang sebesar 106,76 gram, sedangkan kombinasi
lebih bersih dari lignin, hemiselulosa dan fiberglass dengan serat terap menghasilkan
pengotor lainnya [13]. winglet dengan bobot 210,88 gram.
Model patahan kombinasi
fiberglass, serat terap, fiberglass (Spesimen
C) dan patahan kombinasi serat terap,
fiberglass, serat terap (Spesimen D) pada
pengujian menghasilkan jenis patahan getas
(brittle fracture) dan patahan sikat (brush
fracture). Ciri-ciri patahan hasil pengujian Gambar 10. Winglet dengan spesimen komposit C
mendapati bahwa terdapat butir-butir halus
pada permukaan patahan spesimen,
permukaan patahan spesimen uji mengkilap
Kesimpulan
dan terdapat serabut-serabut kasar pada
permukaan patahan berbentuk seperti sikat. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, kekuatan impak komposit C
dengan kombinasi susunan lapisan
fiberglass, serat terap, fiberglass sebesar

56 TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 9, No. 1, 2020


2,6581 J/mm2 belum mampu mengalahkan Materials science and engineering:
kekuatan komposit menggunakan 100% An introduction (2nd edition).
fiberglass dengan 3,6314 J/mm2. Kekuatan Materials & Design. United States of
impak komposit C naik sebesar 79% America: John Wiley & Sons, Inc.;
dibanding kekuatan impak komposit B 2010.
menggunakan serat terap murni (100% [9]. ASTM Standard D256. Determining
serat terap). Kecendrungan void yang besar the Izod Pendulum Impact Resistance
pada komposit ketika menggunakan serat of Plastics. 2010;1–20.
alam pada metode hand lay up menurunkan [10]. Nurudin A. Potensi Pengembangan
hasil kekuatan impak sehingga fiberglass Komposit Berpenguat Serat Kulit
lebih dominan menjadi penentu kenaikan Waru (Hibiscus Tiliaceus) Kontinyu
kekuatan impak karena kompaknya serat Laminat Sebagai Material Pengganti
dengan resin dan penampang serat yang Fiberglass Pada Pembuatan Lambung
lebih kecil dibandingkan serat terap. Kapal. Info Tek. 2011;12(2):1–9.
[11]. Kabir MM, Wang H, Aravinthan T,
Referensi
Cardona F, Lau K-T. Effects of
[1]. Rohmawati L, Setyarsih W. Studi Natural Fibre Surface on Composite
Kekuatan Mekanik Komposit Serat Properties. Energy, Environ Sustain.
Alam/Resin Epoxy. Berk Fis 2011;94–9.
Indones. 2014;6(2):40–6. [12]. Aziz SH, Ansell MP. The effect of
[2]. Diharjo K. Pengaruh Perlakuan alkalization and fibre alignment on
Alkali terhadap Sifat Tarik Bahan the mechanical and thermal
Komposit. J Tek Mesin. 2006;8(1):8– properties of kenaf and hemp bast
13. fibre composites: Part 1 - polyester
[3]. Rianto A, Anjiu LD. Kekuatan resin matrix. Compos Sci Technol.
Mekanik Komposit Berpenguat Serat 2004;64(9):1219–30.
Kulit Terap Kontinu Sebagai [13]. Witono K, Irawan YS, Soenoko R,
Pengembangan Material Teknik Suryanto H. Pengaruh Perlakuan
Ramah Lingkungan. Positron. Alkali (NaOH) Terhadap Morfologi
2018;8(1):21–6. dan Kekuatan Tarik Serat Mendong.
[4]. Efendi R. Pengembangan Komposit Rekayasa Mesin. 2013;4(3):pp.227-
Berbahan Ebonit dengan Kandungan 234.
Sulfur 40 PHR yang Diperkuat Serat
Bambu untuk Komponen Otomatif.
Jurusan Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2017.
[5]. Fajri RI, Tarkono, Sugiyanto. Studi
Sifat Mekanik Komposit Serat
Sansevieria Cylindrica dengan
Variasi Fraksi Volume Bermatrik
Polyester. J Fema. 2013;1(2):85–93.
[6]. Campbell F. Structural Composite
Materials. United States of America:
ASM International; 2010. 612 p.
[7]. Pramono A. Komposit sebagai Trend
Teknologi Masa Depan, Kajian Teori
dan Aplikasi. Fakultas Teknik
Metalurgi dan Material, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa; 1989.
[8]. Callister WD, Rethwisch DG.

TURBO p-ISSN: 2301-6663, e-ISSN: 2447-250X Vol. 9, No. 1, 2020 57

You might also like