Pendidikan Lingkungan Siswa SMA Dalam Cerpen Koran Kompas - Pendekatan Ekokritik
Pendidikan Lingkungan Siswa SMA Dalam Cerpen Koran Kompas - Pendekatan Ekokritik
Pendidikan Lingkungan Siswa SMA Dalam Cerpen Koran Kompas - Pendekatan Ekokritik
348-352) 978-602-60766-4-9
ABSTRACT
The purpose of the study was to examine the 2013 curriculum of secondary high school curriculum relating to
short story teaching and explore the phenomenon of environmental education in short stories as revealed in Kompas. This
research is a qualitative research. The data source of this research is six short stories published in Kompas in 2018. Data
acquired through survey reading, focus reading, and verification reading. The research period was January to October
2018. The data obtained are transcribed and analyzed based on content analysis with reference to Garrard's ecocritical
approach. The results of the study showed that the short stories studied were used as an enrichment of teaching materials
in secondary high schools, especially the core competencies and basic competencies of Indonesian high school/vocational
high school /class XI about KD 3.8, 3.9 and 4.8, 4.9. The content of competence in Indonesian language learning in
secondary high school is that students have honesty, responsible, caring and responsive behaviors in using Indonesian
dealing with natural phenomena. Short stories contain things related to natural phenomena, namely: pollution,
wilderness, natural disasters, settlements, and living things.
1. PENDAHULUAN
Ada berbagai tema karya sastra yang dimuat dalam media Kompas edisi mingguan, antara lain:
persoalan lingkungan, korupsi, sosial budaya, dan pendidikan. Keragaman tema tersebut dilatari oleh penulis
yang berasal dari berbagai latar belakang sosial budaya yang tersebar diberbagai pelosok tanah air seperti:
Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Keunikan ekspresi tercermin dalam tulisan para pengarang yang semestinya
dipahami antar etnis agar terjalin hubungan yang komunikatif (Juanda dan Azis, 2018a: 71).
Karya sastra sebagai bentuk bahasa merefleksikan kehidupan dan realitas manusia (Juanda, dan Azis,
2018b: 71) tentu memiliki tema yang berbeda-beda berdasarkan sudut pandang pengarang terhadap realitas.
Tema cerpen yang berkaitan lingkungan sangat tepat dijadikan bahan ajar atau materi ajar oleh guru di
sekolah, khususnya guru bahasa Indonesia di SMA pada saat mengajarkan sastra, khususnya cerpen.
Pemilihan cerpen yang terbaru dalam pembelajaran cerpen di SMA sebagai bahan pengayaan materi
ajar seharusnya disesuaikan dengan isu yang mencuat pada era ini. Isu yang menjadi sorotan dunia pada jaman
sekarang ialah lingkungan. Khusus di Indonesia fenomena bencana alam dan kemerosotan nilai-nilai karakter
generasi penerus bangsa Indonesia menjadi sorotan pada siswa SMA. Hal ini menjadikan revitalisasi
pendidikan karakter sebagai salah satu bagian dalam program Pemerintahan Presiden Republik Indonesia,
Joko Widodo dalam Nawa Cita Joko Widodo–Yusuf Kalla 2014-2019. Terdapat sembilan poin, diktum ke-8
disebutkan melakukan revolusi karakter bangsa. Ada 18 pendidikan karakter versi kemendiknas poin ke-17
ialah Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Salah satu
pengembangan revolusi karakter bangsa adalah sikap peduli lingkungan yang merupakan jati diri bangsa
Indonesia yang perlu munculkan sejak usia dini. Jati diri yang ideal sebenarnya adalah membentuk insan yang
beriman, cerdas, kreatif, inovatif, dan menghasilkan karya yang bermanfaat (Juanda, 2018:11).
Global warming menyebabkan berbagai peristiwa alam yang terjadi di luar kendali manusia. Cuaca
secara cepat berubah yang menimbulkan angin kencang. Angin puting beliung disertai hujan es melanda
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Angin puting beliung ini merusak tujuh rumah (Hag, 2018; Kompas com.
Diakses 27 Februari 2018). Berdasarkan data Kompas pada November 2016, bencana alam yang terjadi di
Indonesia pada tahun 2016 mencapai 1.985 kejadian. Korban menderita dan mengungsi mencapai lebih dari
dua juta jiwa dengan angka kematian mencapai 375 jiwa. Oleh karena itu penghuni bumi ini harus menjaga
alam dan melestarikannya. Warga negara memiliki hak ekologi yang diatur oleh hukum untuk berperan serta
dalam upaya pelestarian lingkungan. Hal tersebut sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) pasal 5 ayat (3) yang menyatakan bahwa,
“Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup.”
1
Korespondensi penulis: Juanda, Telp 085255007915, juanda@unm.ac.id
Karena pentingnya pendidikan lingkungan, pemerintah menyusun suatu kebijakan nasional yang
dijadikan acuan semua pihak terkait dengan pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan yang
tertuang dalam memorandum bersama antar Departemen Pendidikan dan Kebudayan dengan Kantor Menteri
Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No. Kep: 89/MenLH/5/1996. Dipertegas pula pada tanggal pada
tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama
No. 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Di dalam keputusan
bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata
ajaran yang telah ada di sekolah.
Fungsi sekolah pada saat sekarang lebih mengarahkan peserta didik sebagai homo economicus yang
menjadikan berbagai sumber daya alam untuk kepentingan ekonomi semata, eksplorasi alam sebesar-
besarnya untuk keperluan ekonomi. Oleh karena itu, perlu kesadaran pelestarian lingkungan melalui
pembelajaran di sekolah. Pembentukan kesadaran ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan sejak usia dini
sehingga siswa dapat menumbuhkan rasa kecintaannya terhadap alam. Proses pendidikan merupakan usaha
sadar yang dilakukan secara terus-menerus (Juanda, 2010: 1).
Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai program untuk penyadaran generasi penerus bangsa
untuk pembentukan karakter yang berkaitan dengan peduli lingkungan, kenyataan di lapangan masih banyak
generasi muda yang tidak menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan kelestarian lingkungan hidup.
Dalam skala luas hal ini dapat menjadi pemicu banjir yang mendatangkan bencana. Padahal siswa SMA
seharusnya menjadi contoh pegiat pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, perlu penegasan dalam pengajaran
sastra di sekolah bahwa guru harus memilih pengayaan materi ajar yang berkitan dengan pembentukan
karakter peduli lingkungan melalui cerpen-cerpen pilihan dari media daring. Masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah gambaran KD kurikulum SMA 2013 yang berkaitan dengan pengajaran cerpen dan
Jenis pendidikan lingkungan apa sajakah yang ada dalam cerpen Kompas edisi daring. Tujuan penelitian
adalah mengkaji KD kurikulum SMA 2013 yang berkaitan dengan pengajaran cerpen dan mengeksplorasi
jenis pendidikan lingkungan yang ada dalam cerpen Kompas edisi daring.
Ekokritik pertama dicetuskan oleh (Rueckert, 1978) dalam artikel “An Ecological Poetics” dalam
Literature and Ecology: An Experiment in Ecocriticism (1978). Teori ekokritik terutama dari buah pikir
(Buell, 1995). Ekokritik sastra ialah kajian sastra dengan lingkungan yang berupa fisik (Glotfelty and H.
Froom, Eds. 1996: xix). Pemikiran Glotfelty menekankan pada dasar kajian ekokritik yang menganalisis
hubungan antara manusia (human) dan lingkungan alam (nonhuman)yang ditemukan dalam teks romantik dan
tulisan tentang alam.
Alam memainkan peran yang sangat besar bagi manusia (human life). Setiap orang memerlukan alam
untuk bertahan hidup, dan alam pun memerlukan orang untuk kelestariannya. Seperti yang dikemukakan
(Barry, 2002) “For the ecocritic, nature really exist, out there beyond ourselves, not needing to be ironized as
a concept by enclosure withing knowing inverted commas, but actually present as en entity wich affecs us, and
wich we can affect, perhaps fatally, if we mistreat it. Nature then isn’t reducible to a deity, for instance and
project it out onto thr universe.”
Ekokritik memusatkan kajiannya mengenai kaitan karya sastra dengan lingkungan hidup seperti
realitas sosial dan fisik yang lazimnya sebagai fokus kajian ekologi (Love, 2003: 1). Rachel Carson, ahli
biologi kelautan dan Sastra Inggris sering disebut pemula kritik kontribusi sastra dalam persoalan lingkungan
dengan apa yang telah dikemukakan oleh (Garrard, 2004: 4) sastra adalah replika sikap, pandangan, dan
tanggapan masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Konsep yang berkaitan dengan ekokritik adalah Pencemaran ‘pollution, hutan belantara ‘wilderness’,
bencana alam ‘apocalypse’, pemukiman ‘dwelling’, mahluk hidup ‘Animals’, dan bumi ‘the Earth’ (Garrard,
2004:3). Ekokritik berkembang mengatasi masalah ketidakadilan seperti perusakan hutan belantara, efek
sistem agresif, perubahan iklim, dan sebagainya (Clark, 2011: 11). Ekokritisisme harus dijalankan sejalan
dengan komitmen dan praksis (bukan hanya teori) para pejuang lingkungan hidup (Juanda, 2016:51).
Ekokritik berurusan dengan manusia dan budayanya serta gangguan lingkungan (Sharma, 2017: 25).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Desain penelitian adalah dekriptif kualitatif yang
bertujuan mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyajikan data secara objektif tentang pendidikan
lingkungan dalam teks cerpen media kompas daring. Sumber data ialah cerpen daring Kompas edisi
mingguan. Data berupa kata-kata yang merujuk fenomena lingkungan. Dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2016: 59). Sumber data yang menjadi objek
penelitian ini adalah cerpen Kompas tahun 2018. Pemerolehan data dilakukan dengan cara pembacaan survey,
pembacaan terfokus, dan pembacaan verifikasi. Waktu penelitian Januari hingga Oktober 2018. Data yang
diperoleh ditranskripsikan dan dinalisis berdasarkan analisis isi dengan mengacu pada pendekatannekokritik
Grag Garrard (2004).
Pencemaran ‘pollution’
Pencemaran khususnya pencemaran sungai yang dipenuhi sampah-sampah yang menyebabkan banjir
di perkotaan. Hal ini diperkuat dalam ujaran tokoh Kasno kepada tokoh Maksan. Sampah-sampah dibuang ke
sungai yang menyebabkan air sungai tersumbat (Muttaqin, 2018). Cerpen Slerok menceritakan adanya
pencemaran tanah akibat teknologi pertanian yang menggunakan pemupukan dan berbagai jenis bahan kimia,
pupuk olahan dan penggunaan traktor yang menyebabkan polusi udara (Ahmad, 2018).
menjadikan lingkungan memiliki udara yang segar (Tuama, 2018); Slerok menceritakan tokoh Pak Mat yang
tinggal di perkampungan di kaki Gunung Raung, di Jember dan Banyuwangi dengan pohon pinus yang
berjajar dengan rapi (Ahmad, 2018); cerpen Kematian Kedua menceritakan hutan dan pengrusakan yang
dilakukan oleh gelombolan DI/TII di Kajang, Sulawesi Selatan. Tokoh Sappe berlari meninggalkan kampung
halamannya karena hutan bersama rumahnya dibakar (Abidin, 2018). Ekokritik berkembang mengatasi
masalah ketidakadilan seperti perusakan hutan belantara, efek sistem agresif, perubahan iklim, dan sebagainya
(Clark, 2011: 11).
Pemukiman ‘dwelling’
Fenomena pemukiman yang berkaitan dengan hunian padat penduduk dan fenomena penutupan
resapan air yang diganti dengan bangunan tinggi dalam cerpen Banjir Kiriman. Setiap tahun banjir selalu
menelan korban mungkin karena makin banyak gedung berdiri dan makin sedikit daerah resapan air
(Muttaqin, 2018).
4. KESIMPULAN
1) Cerpen yang dikaji dalam penelitian ini tepat dijadikan pengayaan materi ajar di SMA khususnya
kompetensi inti dan kompetensi dasar Bahasa Indonesia SMA/SMK/MAK kelas XI tentang KD 3.8, 3.9
dan 4.8, 4.9. KD 3.8 mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerita
pendek yang dibaca. KD 3.9 menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan
cerita pendek. Selanjutnya isi kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah siswa
memiliki perilaku jujur, tanggung jawab, peduli dan responsif dalam menggunakan bahasa Indonesia
dalam menangapi fenomena alam.
2) Cerpen yang bertemakan lingkungan dalam harian Kompas terbitan 2018 berisi hal-hal yang berkaitan
dengan fenomema alam, yaitu: Pencemaran ‘pollution, 2) hutan belantara ‘wilderness’, 3)
bencana alam ‘apocalypse’, 4) pemukiman ‘dwelling’, dan 5) mahluk hidup ‘Animals.’
5. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Aslan. 2018. “Kematian Kedua.” Kompas 23 September.
Ahmad, Fandrik.2018. ”Slerok.” Kompas 15 Juli.
Aleida, Martin.2018. Ziarah Kepayang.” Kompas, 18 Februari
Barry, Peter. 2002. Beginning Theory: An Introduction to Literary and Cultural Theory, Second Edition. UK
Wales University Press.
Buel, Lawrence. 1995. The Environmental Imagination. Cambridge: Harvard University Press.
Clark, Timothy. 2011. The Cambrige Introduction to Literature and Environment, Cambridge: Cambridge
University Press.
Garrard,Greg. 2004. Ecocriticism. New York: Routledge.
Glotfelty, C. and H. Froom, Eds. 1996. The Ecocriticism Reader: Landmark in Literary Ecology. London:
University of Georgia Press.
Hag, Abdul. 2018. “Hujan Es dan Puting Beliung Landa Wajo” http://regional.kompas.com., dinduh 1
Maret 2018.
Juanda, Juanda. (2010). “Peranan Pendidikan Formal dalam Proses Pembudayaan.” Lentera Pendidikan,
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 13(1), 1-15. https://doi.org/10.24252/lp.2010v13n1a1
Juanda, Juanda. 2016. “Pendidikan Lingkungan Peserta Didik Melalui Sastra Anak Berbasis Lokal.”
Prosiding Pendidikan Lingkungan Melalui Sastra. Konferensi Internasional Kesusatraan XXV,
Yogyakarta 13-15 Oktober 2016.
Juanda, Juanda, and Azis Azis. (2018a) "Wacana Percakapan Mappitu Etnis Bugis Wajo Sulawesi Selatan,
Indonesia Pendekatan Etnografi Komunikasi." JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia) 3.2 (2018): 71-76. http://sci-hub.tw/10.26737/jp-bsi.v3i2.725.
Juanda, Juanda dan Azis, A. (2018b). Penyingkapan Citra Perempuan Cerpen Media Indonesia: Kajian
Feminisme. LINGUA: Journal of Language, Literature and Teaching, 15(2), 71-82. http://sci-
hub.tw/10.30957/lingua.v15i2.478
Juanda, Juanda. (2018). Revitalisasi Nilai dalam Dongeng Sebagai Wahana Pembentukan Karakter Anak Usia
Dini. Jurnal Pustaka Budaya, 5(2), 11-18. Retrieved from
https://journal.unilak.ac.id/index.php/pb/article/view/1611
Love, Glen A. 2003. Practical Ecocriticism, Literatur, Biology, and the Environment. USA: University of
Virginia Press.
Muttaqin, Zainul.2018. “Banjir Kiriman.” Kompas 4 Februari 2018.
Permendikbud No. 021 tahun 2016 tentang Stadar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
Rueckert, William. 1978. “Literature and Ecology: An Experiment in Ecocriticism,” in Glotfelty and Fromm
(1996): 105-123.
Sharma, Vivin K. 2017. “Thoreau’s Ecocriticism: An Improved Means to Unimproved Ends.” American
Journal of Arts and Design. Vol. 2, No. 1, March 6, 2017, pp 24-29.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Turama, Rizki.2018. “Durian Ayah.” Kompas, 18 Maret.
Tohari, Ahmad. 2018. “Lelaki yang Menderita bila Dipuji.” Kompas 7 Oktober