ID Proses Berpikir Kritis Peserta Didik Dal
ID Proses Berpikir Kritis Peserta Didik Dal
ID Proses Berpikir Kritis Peserta Didik Dal
Abstract. This research aimeG WR GHVFULEH WKH VWXGHQWV¶ FULWLFDO WKLQNLQJ SURFHVV ZLWK
visual, auditory, and kinesthetic learning style to solve the linear equations system of
two variables. The subjects of this qualitative research were students of IXB class of
SMPN 2 Surakarta year 2015/2016 that were selected by purposive sampling. The data
was collected by interview based task. The data analysis used data reduction, data
display, and conclusion drawing. The results showed: (1) visual students: (a)
identification: the students interprete and examine the problems exactly. (b) analysis:
the students could integrate the informations to formulate the problems to linear
equations system of two variables and determine the solving methods exactly. (c)
evaluation: the students could apply the methods correctly, investigate the answers, and
make conclusion in accordance with problems. (2) auditory students: (a) identification:
the students interprete and examine the problems exactly. (b) analysis: there is student
that could integrate the informations to formulate the problems and determine the
solving methods. There is also student that could not formulate the problems to linear
equations system of two variables. (c) evaluation: there is student that could apply the
methods correctly, investigate the answers, and make conclusion in accordance with
problems. There is also student that could not solve the problems into linear equations
system of two variables. (3) kinesthetic students: (a) identification: the students
interprete and examine the problems exactly. (b) analysis: there is student that could
integrate the informations to formulate the problems and determine the solving
methods. There is also student that could not formulate the problems to a system of
linear equations of two variables. (c) evaluation: there is student that could apply the
methods correctly, investigate the answers, and make conclusion in accordance with
problems. There is also student that could not solve the problems into linear equations
system of two variables.
Keywords: critical thinking process, linear equations system of two variables problem
solving, learning styles
PENDAHULUAN
Teknologi berkembang pesat hingga mampu menciptakan akselerasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan masuknya budaya luar. Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP, 2007) dalam Permen 41 tahun 2007 menyatakan bahwa pendidikan
nasional bertujuan membentuk sumber daya manusia berkualitas dalam menghadapi
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, muncul berbagai
masalah terkait perkembangan teknologi yang mampu mengikis kualitas peserta didik.
Pendidikan diharapkan mampu membentuk karakter setiap pribadi warga negara dalam
menyikapi berbagai bentuk pengaruh budaya luar. Salah satu cara yang dapat dilakukan
melalui pendidikan adalah dengan mengembangkan sikap kritis peserta didik.
622
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
623
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
624
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
menyatakan bahwa gaya belajar, berpikir kritis, dan prestasi akademik berhubungan erat
terhadap satu sama lain. Hauer dalam Lowly (2013) menyatakan bahwa suatu bentuk
gaya belajar dapat didefinisikan sebagai cara yang paling efisien dan efektif bagi pelajar
dalam mengartikan, mengolah, menyimpan dan memanggil kembali materi yang pernah
dipelajari. DePorter dan Hernacki (2002) menyatakan bahwa gaya belajar seseorang
merupakan kombinasi dari bagaimana cara menyerap informasi dengan mudah dan
mengatur, serta mengolah informasi tersebut.
Berdasarkan hasil pra-survey menunjukkan bahwa belum terpenuhinya tahap-
tahap proses berpikir kritis dalam memecahkan masalah sistem persamaan linier dua
variabel oleh peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Surakarta. Hal ini dapat disebabkan
oleh salah satu faktor seperti gaya belajar. Setiap peserta didik memiliki karakteristik
tersendiri dalam menyerap, mengelola, dan mengolah informasi dari masalah yang
dihadapi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses
berpikir kritis peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Surakarta dengan gaya belajar
visual, auditorial, dan kinestetik dalam memecahkan masalah sistem persamaan linier dua
variabel berdasarkan tiga tahap, yaitu identifikasi, analisis, dan evaluasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah peserta didik kelas IX B SMP Negeri 2 Surakarta semester gasal tahun pelajaran
2015/2016. Pemilihan subjek penelitian menggunakan purposive sampling. Subjek
dikelompokkan ke dalam gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik menggunakan
angket. Selanjutnya dipilih dua peserta didik dari masing-masing kelompok dimana
subjek mampu mengomunikasikan alur pikirnya dengan baik baik tulisan maupun lisan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara berbasis tugas,
dimana masalah diberikan kepada subjek untuk diselesaikan. Subjek diminta
menyelesaikan masalah secara tertulis di hadapan peneliti. Kemudian dilakukan
wawancara dimana subjek mengungkapkan proses berpikir kritisnya secara lisan. Hasil
pemilihan subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Penentuan Subjek Penelitian
No. Inisial Gaya Belajar
1. BE Visual
2. FA Visual
3. AN Auditorial
4. AU Auditorial
5. KA Kinestetik
6. KE Kinestetik
Validasi data pada penelitian ini menggunakan triangulasi data. Analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator proses
625
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
berpikir kritis peserta didik dalam memecahkan masalah yang digunakan pada penelitian
ini ditunjukkan Tabel 2. berikut.
Tabel 2. Indikator Proses Berpikir Kritis Peserta Didik Dalam Memecahkan
Masalah
Tahap Berpikir Indikator Berpikir Kritis
kritis
Identifikasi 1) Menafsirkan: peserta didik menjelaskan masalah yang ingin
dijawab.
2) Memeriksa: peserta didik menentukan informasi yang dapat
digunakan memecahkan masalah.
Analisis 1) Peserta didik menggabungkan informasi untuk merumuskan
masalah
2) Peserta didik menentukan metode penyelesaian.
Evaluasi 1) Peserta didik mengaplikasikan metode pemecahan masalah.
2) Peserta didik memeriksa jawaban dan membuat kesimpulan.
626
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
627
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
628
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
mampu merumuskannya ke dalam sistem persamaan linier dua variabel dan menentukan
metode penyelesaian, sedangkan subjek KA tidak.
Proses berpikir kritis pada tahap evaluasi juga dilaksanakan dengan tepat oleh
subjek KE, tetapi tidak oleh subjek KA. Subjek KE mampu mengaplikasikan metode
dengan benar, memeriksa jawaban, dan membuat kesimpulan sesuai dengan masalah. Hal
ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Ennis dalam Rasiman (2011) bahwa berpikir
kritis ditandai dengan menerapkan metode yang telah dipelajari dengan benar dan
mengevaluasi uraian jawaban masalah dengan hati-hati. Bloom dalam Duron et al. (2006)
menyatakan bahwa tahap evaluasi dalam berpikir kritis difokuskan pada penilaian dan
membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang diperoleh. Subjek KA mampu
menjawab pertanyaan dengan benar, tetapi tidak menggunakan sistem persamaan linier
dua variabel dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa peserta didik dengan gaya belajar
kinestetik melaksanakan tahap identifikasi dengan tepat. Namun, ada perbedaan pada
tahap analisis dan evaluasi. Terdapat peserta didik yang melaksanakan tahap analisis dan
evaluasi dengan tepat. Di sisi lain terdapat peserta didik yang tidak melaksanakan tahap
analisis dan evaluasi dengan tepat.
629
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
persamaan linier dua variabel. (c) tahap evaluasi: terdapat peserta didik yang
melaksanakan dengan tepat, yaitu mampu mengaplikasikan metode penyelesaian dengan
benar, memeriksa jawaban, dan membuat kesimpulan sesuai dengan masalah. Terdapat
juga peserta didik yang tidak melaksanakan dengan tepat, karena tidak mampu
menyelesaikan masalah ke dalam sistem persamaan linier dua variabel.
Ketiga, peserta didik dengan gaya belajar kinestetik: (a) tahap identifikasi:
peserta didik menafsirkan dan memeriksa masalah dengan tepat. Peserta didik mampu
menjelaskan masalah yang ingin dijawab dan menentukan informasi yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah. (b) tahap analisis: terdapat peserta didik yang
melaksanakan dengan tepat, yaitu mampu menggabungkan informasi untuk merumuskan
masalah dan menentukan metode penyelesaian. Terdapat pula peserta didik yang tidak
melaksanakan dengan tepat, karena tidak mampu merumuskan masalah ke dalam sistem
persamaan linier dua variabel. (c) tahap evaluasi: terdapat peserta didik yang
melaksanakan dengan tepat, yaitu mampu mengaplikasikan metode penyelesaian dengan
benar, memeriksa jawaban, dan membuat kesimpulan sesuai dengan masalah. Terdapat
juga peserta didik yang tidak melaksanakan dengan tepat, karena tidak mampu
menyelesaikan masalah ke dalam sistem persamaan linier dua variabel.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian dapat disampaikan dua saran. Pertama,
guru diharapkan melaksanakan proses pembelajaran, khususnya dalam menyampaikan
masalah sistem persamaan linier dua variabel sesuai tahap-tahap proses berpikir kritis
agar mampu melatih sikap kritis peserta didik. Selain itu, guru diharapkan menyusun
tugas pemecahan masalah sistem persamaan linier dua variabel sesuai dengan gaya
belajar peserta didik. Bagi peserta didik visual diharapkan guru menyusun tugas berkaitan
dengan masalah sehari-hari dilengkapi gambar/grafik. Bagi peserta didik auditorial
diharapkan guru menyusun tugas dimana perlu adanya diskusi kelompok atau presentasi.
Bagi peserta didik kinestetik diharapkan guru menyusun tugas yang berhubungan dengan
praktek atau simulasi tentang kehidupan sehari-hari. Kedua, peneliti lain diharapkan
mampu menggunakan teknik penelitian dan tinjauan lain, serta wawancara yang lebih
mendalam untuk menganalisis proses berpikir kritis peserta didik dalam memecahkan
masalah matematika.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2007. Standar Proses. Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Budiyono. 2015. Pengantar Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: UPT UNS Press.
630
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Carson, J. 2007. A Problem with Problem Solving: Teaching Thinking without Teaching
Knowledge. Journal of The Mathematics Educator. Vol. 17, No. 2, pp.7-14.
Duron, R., Limbach, B., and Waugh, W. 2006. Critical Thinking Framework for any
Discipline. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education.
Vol. 17, No. 2, pp. 160-166.
Ersoy, E. and Guner, P. 2015. The Place of Problem Solving and Mathematical Thinking
in The Mathematical Teaching. The Online Journal of The Horizon in Education.
Vol. 5, No. 1, pp. 120-130.
Fajari, A. F. N. 2013. Profil Proses Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika Kontekstual Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent
Independent dan Gender. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tidak
Dipublikasikan.
Ghazivakili, Z., Nia, R. N., Panahi, F., Karimi, M., Gholsorkhi, H., and Ahmadi, Z. 2014.
The Role of Critical Thinking Skills and Learning Styles of University Students
in Their Academic Performance. Journal of Advances in Medical Education and
Professionalism. Vol. 2, No. 3, pp. 95-102.
Irfan, M. 2013. Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel Ditinjau dari Math-Anxiety dan Gender. Tesis. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret. Tidak Dipublikasikan.
Karatas, I. and Baki, A. 2013. The Effect of Learning Environments Based on Problem
6ROYLQJ RQ 6WXGHQWV¶ $FKLHYHPHQWV RI 3UREOHP 6ROYLQJ International Electronic
Journal of Elementary Education, Vol 5, No. 3, pp. 249-268.
Lowly, N. 2013. Learning Styles, Critical Thinking Aptitudes, and Immersion Learning in
Physician Assistant Students. Dissertation. Seton Hall University.
Paul, R., and Elder, L. 2007. The Miniatur Guide to Critical Thinking Concepts and
Tools. 27th International Conference on Critical Thinking. Near University of
California at Berkeley. July 23-26.
631
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685
Vol.4, No.7, hal 622-632 September 2016 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Pashler, H., McDaniel, M., Rohrer, D., and Bjork, R. 2009. Learning Styles Concepts and
Evidence. Journal of Psychological Science in The Public Interest. Vol. 9, No. 3,
pp. 105-119.
Peter, E., E. 2012. Critical Thinking: Essence for Teaching Mathematics and
Mathematics Problem Solving Skills. Journal of African Journal of Mathematics
and Computer Science Research. Vol. 5, No. 3, pp. 39-43.
632