Jurnal Statistika
Jurnal Statistika
Jurnal Statistika
Annuriyah Almasuniyah
(18382042026)
Prodi Hukum Ekonomi Syariah IAIN Madura, Jln. Panglegur KM. 04 Pamekasan
Abstrak
Syariat Islam mempunyai keunggulan dalam mengatur jual beli yaitu memberikan hak
memilih (khiyar) untuk pihak yang melakukan akad jual beli. Khiyar merupakan hak pilih
diantara pihak yang melakukan akad untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli. Pada
dasarnya hukum asal jual beli adalah mengikat, karena tujuan jual beli adalah memindahkan
kepemilikan. Hanya saja syariat menetapkan hak khiyar dalam jual beli sebagai bentuk kasih
sayang terhadap kedua pelaku akad. Khiyar mempunyai kandungan hikmah dalam menjaga
kemaslahatan, kepentingan dan kerelaan kedua belah pihak dalam jual beli, serta melindungi
dari kerugian bagi kedua pihak. Sumber-sumber yang melandasi khiyar ada dua macam yaitu:
bersumber dari kedua pihak seperti khiyar syarat dan khiyar ta’yin. Bersumber dari syariat
yaitu: khiyar ‘aib, khiyar ru’yah dan khiyar majelis. Saat ini eksitensi khiyar dalam
berdagang pakain sudah banyak diakui dan dipraktekkan oleh pedagang konveksi di Pasar
Kolpajung Kabupaten Pamekasan sebanyak 0,18% dari 40 pedagang benar-benar telah
memahi fungsi dan tujuan khiyar.
Kata kunci: eksistensi, khiyar, jual beli.
Abstrack
Islamic law has the advantage of regulating buying and selling, which is to give the right to
vote (khiyar) for the party making the sale and purchase contract. Khiyar is the right to
choose between the parties making the contract to continue or cancel the sale and purchase.
Basically, the law of origin of buying and selling is binding, because the purpose of buying
and selling is to transfer ownership. It's just that the Sharia stipulates the right of khiyar in
buying and selling as a form of affection for the two actors of the contract. Khiyar contains
wisdom in safeguarding the benefit, interests and willingness of both parties in buying and
selling, as well as protecting from losses for both parties. There are two kinds of sources that
underlie khiyar, namely: sourced from both parties such as khiyar requirements and khiyar
ta'yin. Sourced from the Shari'a, namely: khiyar 'aib, khiyar ru'yah and khiyar majelis.
Currently, the existence of khiyar in the clothing trade has been widely recognized and
practiced by convection traders at Kolpajung Market, Pamekasan Regency, as much as 0.18%
of the 40 traders have completely fulfilled the function and purpose of khiyar.
Key words: existence, khiyar, buying and selling.
PENDAHULUAN
Allah Swt menciptakan manusia sebagai ciptaan paling sempurna. Di balik
kesempurnaan manusia sebagai makhluk sesungguhnya manusia mempunyai kekurangan
yaitu sifat membutuhkan bantuan sesama manusia sehingga diharuskan untuk tolong
menolong dan saling membantu dalam memenuhi segala kebutuhan baik dalam kepentingan
individu maupun umum. Dengan sistem ini kehidupan masyarakat berjalan teratur dan adil.
Ikatan persaudaraan yang dianjurkan dalam Islam antara satu dengan yang lain pun menjadi
kuat. Dalam kaidah yang disebutkan oleh Bapak Sosiologi, Ibnu Khaldun dalam karya
monumentalnya, ‚Muqaddimah Ibnu Khaldun‛, bahwa “innal insanu madaniyyun tab‘i‛
artinya ‚manusia adalah makhluk sosial”.
Islam membagi fikih muamalah menjadi beberapa sub bagian yang di dalamnya
terdapat sub bagian jual beli. Islam mengajarkan ummat manusia bahwa transaksi jual beli
adalah sebuah cara untuk memenuhi semua kebutuhan hidup. Seperti firman Allah QS. Al-
Baqarah: 275.
َواَ َح َل هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّب َوا
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”1
2 Jual beli hakikatnya diperbolehkan selama tidak ada dalil yang mengharamkan,
sesuai dengan kaidah fikih yaitu:
األ صل فى المعمالت األ باحت اال ان يدل دليل على تحريمها
“Pada dasarnya semua akad dalam muamalah itu hukumnya sah sampai ada dalil yang
membatalkan dan mengharamkannya.”2
Berdasarkan makna kaidah fikih di atas dapat dipahami bahwa semua yang
berhubungan dengan muamalah adalah boleh sampai terdapat dalil yang melarangnya, Islam
memberikan kebebasan kepada manusia untuk mengaturnya sesuai dengan kebutuhan dan
kemaslahatan masing-masing, dengan syarat tidak melanggar ketentuan-ketentuan umum
yang ada dalam syara’. Islam mengatur semua aspek dalam muamalah, baik aturan dan
larangan seperti jual beli, utang piutang, sewa menyewa, wakaf dan sebagainya. Suatu akad
dalam muamalah tidak boleh terlepas dari syariat Islam karena mengandung semua
1
Departemen RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Pustaka Agung, 2006), 58.
2
Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 283.
kemaslahatan seluruh manusia. Jika pada suatu transaksi terdapat indikasi-indikasi
kemaslahatan berarti di situ terdapat hukum Allah. Untuk itu dengan cara apapun
kemaslahatan itu bisa dicapai, maka syarat-syarat itupun disyariatkan. Kajian tentang jual beli
merupakan bagian kecil dari muamalah yang semakin berkembang pesat seiring dengan
perkembangan zaman, bentuk dan model dalam sistem jual beli. Semakin berkembangnya
zaman jual beli dalam hukum Islam juga mengalami perubahan karena hukum Islam bersifat
fleksibel, dinamis dan adil demi mencapai kemaslahatan.
Syariat Islam mempunyai keunggulan dalam mengatur jual beli yaitu memberikan hak
memilih (khiyar) untuk pihak yang melakukan akad jual beli. Khiyar merupakan hak pilih
diantara pihak yang melakukan akad untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli. Pada
dasarnya hukum asal jual beli adalah mengikat, karena tujuan jual beli adalah memindahkan
kepemilikan. Hanya saja syariat menetapkan hak khiyar dalam jual beli sebagai bentuk kasih
sayang terhadap kedua pelaku akad.3 Khiyar mempunyai kandungan hikmah dalam menjaga
kemaslahatan, kepentingan dan kerelaan kedua belah pihak dalam jual beli, serta melindungi
dari kerugian bagi kedua pihak. Sumber-sumber yang melandasi khiyar ada dua macam yaitu:
bersumber dari kedua pihak seperti khiyar syarat dan khiyar ta’yin. Bersumber dari syariat
yaitu: khiyar ‘aib, khiyar ru’yah dan khiyar majelis.4
Hikmah yang terkandung dalam khiyar muncul ketika seseorang yang membeli
barang, terkadang barang yang sudah dibeli mempunyai cacat dan keadaan cacat bisa dilihat
jika diteliti oleh ahli sehingga jika melihatnya dengan sekilas cacat tidak terlihat. Pembeli
memiliki masa khiyar selama tiga hari untuk mengetahui kondisi barang yang sudah dibeli.
Allah menentukan waktu dengan tiga hari karena pada umumnya digunakan untuk
menentukan beberapa masalah hukum yang ada. Jika masa tenggang waktu habis, maka akad
dibatalkan dahulu untuk memperbarui akad guna mendapatkan hak khiyar. Barang-barang
yang diperjualbelikan tidak semua dapat dilihat secara langsung, hanya beberapa disebutkan
spesifikasinya saja, jadi kondisi barang masih tersegel. Dalam khiyar barang yang dapat
dilihat pun bervariatif seperti pembeli dapat melakukan khiyar terhadap barang yang dibeli,
jika tidak sesuai maka dapat dibatalkan ditempat akad. Demikian pembeli juga dapat
melakukan khiyar terhadap barang yang dibeli jika ternyata ada kerusakan atau aib. Inilah
hikmah yang dapat menghilangkan permusuhan dan perselisihan antara sesama umat muslim.
Di Pasar Tradisional Kolpajung Pamekasan, sesuai dengan namanya, pasar tradisional
terdapat bermacam-macam penjual mulai dari penjual makanan, minuman, peralatan dapur,
3
Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islami wa Adillatuh, terj. Abdul Hayyie al-kattani (Jakarta: Gema Insani, 2011),
Jilid 5, 28.
4
Ibid, 3104.
peralatan sehari-hari dan tentunya pakaian. Dalam hal ini penulis memilih kepada pembeli
pakaian, karena terdapat beberapa pelaksaan jual beli yang sedikit mengganjal. Pakaian yang
dijual di Pasar Tradisional Kolpajung Pamekasan beraneka ragam dari pakaian balita, pakaian
anak-anak dan pakaian dewasa, baik laki-laki maupun perempuan.
Pemahaman masyarakat terhadap praktek khiyar dalam membeli pakaian di pasar
Kolpajung Pamekasan belum sepenuhnya disadari secara tepat, pasalnya masih banyak
barang yang mereka beli tidak sesuai dengan ekspektasi. Misalnya, masih saja terdapat
pakain yang rusak, tidak sesuai ukuran, selain itu masih terdapat pedagang konveksi yang
belum bisa memperhatikan kenyamanan, kepuasan, sikap ramah, tranparansi ataupun
kejujurannya terhadap pembeli, hal yang seperti inilah yang membuat pembeli enggan untuk
berbelanja, bahkan bisa merugikan pembeli. sehingga terkadang bisa merugikan pembeli.
Maka dengan alasan inilah saya tertarik untuk meneliti seperti apa Eksistensi Praktek Khiyar
Dalam Masyarakat Terhadap Jual Beli Pakaian Di Pasar Kolpajung Kabupaten Pamekasan.
METODELOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode field research atau penelitian
lapangan dengan jenis penelitian yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif dari hasil
observasi dan menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan penelitian dengan
populasi semua pedagang konveksi yang ada di Pasar Kolpajung Kabupaten Pamekasan,
sedangkan sampel yang diambil hanya 20 pedagang dari Jumlah pedagang konveksi di pasar
Kolpajung mencapai 343 pedagang yang terdiri dari pedagang toko, kios dan bahkan los.
Adapun teknik dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
slovin dengan tingkat kelonggaran ketelitian sebesar 10% adalah sebagai berikut:
Dimana:
= Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
Jumlah populasi (N) pada penelitian ini adalah 343 pedagang yang terdiri dari pria dan
wanita. Sedangkan tingkat kesalahan 0,15 (15%). Sehingga sampel (n) adalah:
=
Adapun sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) yang
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian, ada dua metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data primer yaitu: metode survei dan metode observasi
berupa data jawaban responden dari kuesioner yang diberikan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eksistensi
Dalam buku kamus ilmiah arti kata eksistensi adalah keberadaan wujud yang tampak.
Eksistensi juga bisa diartikan keberadaan, dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya
pengaruh atas ada atau tidak adanya sesuatu yang diusahakan. 5 Eksistensi merupakan
pembuktian akan hasil kerja (performa) di dalam suatu kejadian. Eksistensi juga dapat
diartikan suatu keberadaan yang -selain diakui oleh diri sendiridiakui juga oleh pihak lain.
Kata eksistensi berasal dari kata Latin Existere, dari ex yang berarti keluar, dan sitere yang
berarti membuat berdiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa yang
dialami. Konsep ini menekankan bahwa sesuatu itu ada. Dalam konsep eksistensi, satu-
satunya faktor yang membedakan setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal yang
ada itu mempunyai eksistensi atau ia adalah suatu eksisten.
Sedang menurut Loren Bagus (1996: 183), eksistensi berasal dari kata existence yang
berasal dari Bahasa Latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, atau memiliki
keberadaan aktual. Existere sendiri berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sistere yang
berarti tampil atau muncul. Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan.
Dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita.
Eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari
5
Maritfa Nika Andriani Dan Mohammad Mukti Ali, Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Kota Surakarta, Jurnal
Teknik PWK, No. 02, 2013, 255-256.
orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaankita diakui. Tentu akan terasa
sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang menganggap kita ada, oleh
karena itu pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan
kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan kita jika kita tidak ada.6 Masalah keperluan
akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini merupakan pembuktian akan hasil kerja
kita (performa) kita di dalam suatu lingkungan. Perkuliahan misalnya, dosen akan lebih
mengenal dan mengetahui keberadaan kita setelah dosen tahu performa kita baik (dengan
nilai yang bagus, aktif, dan komunikatif) dan cenderung sedikit memperhatikan orang-orang
yang pasif. Dalam suatu keorganisasian eksistensi hanya perlu dilakukan dengan sebuah
apresiasi terhadap kerja seseorang. apresiasi yang sangat sederhana, yaitu ucapan terima
kasih. Hanya itu, hanya sebuah ucapan terima kasih yang mampu membuat seseorang yang
merasakan keberadaannya, merasakan eksistensinya.
Kesimpulan dari pembahasan diatas yakni eksistensi adalah paham yang cenderung
memandang manusia sebagai objek hidup yang memiliki taraf yang tinggi, dan keberadaan
dari manusia ditentukan dengan dirinya sendiri bukan melalui rekan atau kerabatnya, serta
berpandangan bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dapat eksis dengan
apapun disekelilingnya karena manusia disini dikaruniai sebuah organ urgen yang tidak
dimiliki oleh mahluk hidup lainnya sehingga pada akhirnya mereka dapat menempatkan
dirinya sesuai dengan keadaan dan selalu eksis dalam setiap hidupnya dengan organ yang
luar biasa hebat tersebut.
B. Pengertian Khiyar
Khiyar (hak pilih) secara bahasa adalah kata nama dari ikhtiyar yang artinya mencari
yang baik dari dua urusan baik antara meneruskan akad atau membatalkannya. Sedangkan
menurut istilah kalangan ulama fiqih yaitu mencari yang baik dari dua urusan baik berupa
meneruskan akad atau membatalkannya.7 Dari sini terlihat bahwa khiyar menurut istilah dan
bahasa tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, sebagian ulama terkini mendefinisikan khiyar
secara syar‟i sebagai:“hak orang yang berakad dalam membatalkan akad atau
meneruskannya karena sebab sebab secara syar‟i yang dapat membatalkannya sesuai
dengan kesepakatan ketika berakad”.
6
Ibid, 258.
7
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta:
Penerbit Amzah, 2010), 99.
Penjual dan pembeli berhak memilih khiyar sebelum keduanya berpisah (khiyar
majelis). Keduanya boleh mensyaratkan khiyar selama tiga hari. Jika barang yang dibeli
tersebut mengandung cacat, maka pembeli boleh mengembalikannya (khiyar syarat).8
Selain khiyar majelis dan khiyar syarat adapula yang disebut dengan khiyar ‘aib.
Khiyar ‘aib adalah antara pembeli dan penjual mempunyai kesepakatan apabila barang yang
dibeli ada cacatnya, maka mereka sepakat untuk membatalkan jual belinya. Dasar hukum
khiyar adalah dibolehkan berdasarkan hadits Rasulullah Saw: Dari Ibnu Umar r.a ia berkata:
Telah bersabda nabi saw: “penjual dan pembeli boleh melakukan khiyar selama keduanya
belum berpisah, atau salah seorang mengatakan kepada temannya: Pilihlah. Dan kadang-
kadang beliau bersabda: atau terjadi jual beli khiyar.” (HR. Bukhori).9
Jual beli secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad
saling mengganti. Sedangkan menurut istilah definisi jual beli adalah akad saling mengganti
dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan terhadap satu benda atau manfaat untuk
tempo waktu selamanya dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah.10
Jual beli disyariatkan oleh Allah berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut; Firman Allah
dalam surat al-Baqarah ayat 275 : Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.11
Rukun-rukun Jual beli, pengertian rukun adalah sesuatu yang merupakan unsur pokok
pada sesuatu, dan tidak terwujud jika ia tidak ada. Misalnya, penjual dan pembeli merupakan
unsur yang harus ada dalam jual beli. Jika penjual dan pembeli tidak ada atau hanya salah
8
Mustafa Diib Al- Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam Madzhab Syafi‟i (Solo:
Penerbit Media Zikir, 2009), 264.
9
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2010), 217.
10
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh, 24.
11
Siti Mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna’, Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, No .
2, September 2013, 204.
satu pihak yang ada, jual beli tidak mungkin terwujud. Adapun rukun-rukun jual beli adalah
sebagai berikut :
a. Ada Penjual
b. Ada Pembeli
c. Ada uang
d. Ada barang
e. Ijab kabul (serah terima) antara penjual dan pembeli.
Syarat-syarat Jual beli, pengertian syarat adalah sesuatu yang bukan merupakan usnur
pokok tetapi adalah unsur yang harus ada di dalamnya. Jika ia tidak ada, maka perbuatan
tersebut dipandang tidak sah. Misalnya; suka sama suka merupakan salah satu syarat sahnya
jual beli. Jika unsur suka sama suka tidak ada, jual beli tidak sah menurut hukum. Syarat-
syarat sahnya jual beli adalah sebagai berikut:12
a. Penjual dan pembeli adalah orang yang sudah baligh dan berakal. Minimal sudah
mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk). Kirakira usianya 7
(tujuh) tahun.
b. Atas kehendak sendiri, bukan karena paksanaan orang lain. Jika dipaksa oleh orang
lain , jual belinya tidak sah.
c. Penjual dan pembeli haruslah minimal 2 (dua) orang, dan tidak sah jual beli sendirian.
d. Barang yang dijual haruslah milik sempurna ( milik sendiri).
e. Barang yang dijual harus jelas wujudnya dan dapat diserahkan.
f. Barang yang dijual harus suci zatnya menurut syara’. Tidak sah jual beli sesuatu yang
haram zatnya. Misalnya, jual beli babi, bangkai, minuman keras, ganja dan lain-lain.
g. Barang yang diperjualbelikan haus diperoleh dengan cara yang halal. Tidak sah jual
beli barang hasil rampokan, pencurian, korupsi dan lain-lain.
Tabel 1
T KT TT ST
1. Saya mengetahui fungsi dan tujuan khiyar 18 12 7 3
12
Ibid, 206.
2. Saya selalu memperhatikan kenyamanan20 10 6 4
dan kepuasan pembeli sesuai prinsip khiyar
3. Saya selalu memperhatikan sikap yang 20 13 5 2
ramah, baik dan menghargai pembeli
dalam transaksi jual-beli sesuai prinsip
khiyar.
4. Saya selalu memperhatikan transparansi dan17 10 8 5
kejujuran dalam transaksi jual beli sesuai
prinsip khiyar
TOTAL 40 PEDAGANG
Tabel 2
Penilaian Pedagang Pakaian (Responden) Terhadap Eksistensi
Prinsip Khiyar Dalam Jual Beli Pakaian
NO PERTANYAAN Distribusi
Relatif %
T KT TT ST
1. Pengetahuan tentang fungsi dan tujuan 0,18% 0,12% 0,07% 0,03%
khiyar.
2. Memperhatikan kenyamanan dan kepuasan0,2% 0,1% 0,6% 0,4%
pembeli sesuai prinsip khiyar
3. Memperhatikan sikap yang ramah, baik0,2% 0,13% 0,05% 0,02%
dan menghargai pembeli dalam
transaksi jual-beli sesuai prinsip khiyar.
4. Selalu memperhatikan sikap yang 0,17% 0,1% 0,08% 0,05%
Pada uraian tabel diatas pedagang atau penjual pakaian yang mengetahui fungsi dan
tujuan khiyar sebanyak 18 orang dengan distribusi relatifnya yakni 0,18% yang merupakan
hasil dari = 0,18%. Sedangkan yang menjawab kurang tahu sebanyak 0,12% tidak tahu
13
Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 125.
14
Ibid.
Syariat Islam mempunyai keunggulan dalam mengatur jual beli yaitu memberikan hak
memilih (khiyar) untuk pihak yang melakukan akad jual beli. Khiyar merupakan hak pilih
diantara pihak yang melakukan akad untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli. Pada
dasarnya hukum asal jual beli adalah mengikat, karena tujuan jual beli adalah memindahkan
kepemilikan. Hanya saja syariat menetapkan hak khiyar dalam jual beli sebagai bentuk kasih
sayang terhadap kedua pelaku akad.
Mayoritas pedagang pakaian atau konveksi di Pasar Kolpajung Kabupaten Pamekasan
sudah banyak mengetahui dan memahami fungsi dan tujuan khiyar, terlebih eksistensi khiyar
dalam cara berdagang pakaian di Pasar Kolpajung Kabupaten Pamekasan juga sudah banyak
diakui dan dipraktekkan oleh pedagang konveksi.
E. Daftar Pustaka
Al- Bugha, Mustafa Diib. Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam Madzhab
Syafi‟i (Solo: Penerbit Media Zikir, 2009).
al-Zuhaily, Wahbah. Al-fiqh al-Islami wa Adillatuh, terj. Abdul Hayyie al-kattani (Jakarta:
Gema Insani, 2011), Jilid 5.
Andriani, Maritfa Nika Dan Mohammad Mukti Ali. Kajian Eksistensi Pasar Tradisional Kota
Surakarta, Jurnal Teknik PWK, No. 02, 2013.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam,
(Jakarta: Penerbit Amzah, 2010).
Departemen RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Pustaka Agung, 2006).
Khosyi’ah, Siah. Fiqh Muamalah Perbandingan (Bandung: Pustaka Setia, 2014).
Mujiatun, Siti. Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna’, Jurnal Riset Akuntansi
Dan Bisnis, No . 2, September 2013.
Muslich, Ahmad Wardi. Fiqih Muamalat, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2010).
Syafei, Rachmad. Ilmu Usul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 1999).