1949 239 PB
1949 239 PB
1949 239 PB
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang is an online, open access peer
reviewed journal, which is published twice year every June and December. This journal is for all
contributors who are concerned with a research related to Japanese language education studies.
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang provides a forum for publishing
the original reserach articles, paper-based articles and review articles from contributors, related to
Japanese culture, Japanese literature and Japanese language teaching/learning, which have never
been published before.
Editorial Team
Advisory
Boards : Didi Sukyadi (Universitas Pendidikan Indonesia)
Ari Arifin Danuwijaya (Universitas Pendidikan Indonesia-University of
Adelaide)
Editorial Office:
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154 Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Email : japanedu@upi.edu
Website : http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
JAPANEDU
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
e-ISSN 2528-5548
Volume 5, Issue 2, December 2020
TABLE OF CONTENTS
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian 96-110
works
Nabila Vina Fairuzzahra, Universitas Indonesia
Error Analysis of Japanese Toritatejoshi Nanka, Nante, Nado, and Kurai 111-118
Deajeng Dinda J.D.L, Herniwati, Melia Dewi J., Universitas Pendidikan Indonesia
Gengobot: Chatbot application to enhance N4 level students’ Japanese grammar ability 134-141
Mumu Muhammad Rifai, Nuria Haristiani, Dianni Risda, Universitas Pendidikan Indonesia
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 58-68
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
Mutia Kusumawati
Departement of Teaching Japanese as A Second Language, Graduate School of Education, Hiroshima University
mutia.kusu21@gmail.com
ABSTRACT
A compliment is one of the positive politeness strategies that had a function to bring closer the relationship between the
speaker and the receiver. However, the characteristics and rules of using compliments differ based on language. Nowadays,
communication opportunities between Indonesians and the Japanese had been increasing. If there any differences regarding
compliments in Indonesian and Japanese, then problems that make human relationships not well-formed potentially occur.
Therefore, this study aims to find out what problems are experienced by Indonesian regarding compliments in
communication with Japanese, then find out what kind of action needs to take to avoid these problems. To find out the
things mentioned above, the researcher conducted interviews with five respondents and distributed questionnaires based on
the interview result to 60 respondents. The results of the interview and questionnaires show that Indonesians sometimes feel
that the Japanese often giving compliments, and those compliments are excessive. When receiving compliments, Indonesians
sometimes feel confused because they feel the object of compliment is not worthy of it, and they do not know how to respond.
Moreover, Indonesians rarely feel confused when they try to give compliments to Japanese, but often feel like a failure after
that. Hens, these thoughts can contribute to communication breakdown. These problems can be attributed to compliment
factors and strategies. Hens, it is necessary to provide understanding to both speakers of the language that different factors
that support the emergence of compliment and the use of compliment strategies.
KEYWORDS
Positive politeness; Cross-cultural; Communication; Compliment; Indonesia; Japan; Pujian; Homekotoba
ARTICLE INFO
First received: 19 September 2020 Final proof accepted: 25 November 2020
Available online: 31 December 2020
58 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 58-68
akhirnya akan membuat hubungan penutur peneliti telah melakukan wawancara dan
dengan mitra tutur menjadi senggang. menyebarkan angket. Dari hasil wawancara dan
Akan tetapi, karakteristik dan aturan angket tersebut diketahui permasalahan apa saja
pemakaian pujian memiliki perbedaan pada tiap yang dihadapi oleh orang Indonesia saat
bahasa. Misalnya dalam Wolfson dan Manes berkomunikasi dengan orang Jepang terkait
(1989) dikatakan bahwa dalam Bahasa Inggris dengan pujian serta rekomendasi solusinya.
Amerika pujian diberikan paling banyak kepada
orang yang baru dikenal atau belum terlalu akrab.
Sedangkan dalam Bahasa Jepang, Furukawa TINJAUAN PUSTAKA
(2003) menyebutkan bahwa pujian paling banyak
diberikan kepada orang yang sudah akrab. Menurut Holmes (1988, hal. 446) definisi pujian
Kemudian dari segi strategi pujian, dalam adalah sebagai berikut:
Bahasa Jepang disebutkan bahwa strategi yang
paling banyak digunakan adalah “apresiasi” tanpa A compliment is a speech act which explicitly or
memandang hubungan penutur dan mitra tutur implicitly attributes credit to someone other than the
(Ohno, 2003). Sedangkan dalam Bahasa Indonesia speaker, usually the person addressed, for some “good”
strategi bervariasi mengikuti tipe hubungan antara (possession, characteristic, skill etc) which is positively
penutur dan mitra tutur (Kinanti, 2014). valued by the speaker and the hearer.
Perbedaan tersebut dapat menimbulkan risiko
terjadinya kesalahpahaman maupun Penelitian pujian telah banyak dilakukan mulai
ketidaknyamanan yang lebih besar sehingga dari fungsi dan faktor (Brown & Levinson, 1987;
berpotensi membuat komunikasi menjadi tidak Wolfson & Manes, 1980; Kodama, 1996;
lancar dalam percakapan antar-penutur dengan Furukawa, 2000; Furukawa, 2003), strategi (Ohno,
bahasa ibu yang berbeda (komunikasi antar- 2003; Qanbar, 2012), maupun alur terjadinya
budaya). Untuk mengatasi hal tersebut dan pujian (Kim, 2007; Kim, 2012; Nagata, 2014).
meminimalisir ketidaknyamanan dalam Dalam Brown dan Levinson (1987) disebutkan
berkomunikasi, pertama harus diketahui terlebih bahwa, pujian merupakan salah satu strategi
dahulu problematika apa saja yang timbul dalam kesopanan positif, khususnya masuk ke dalam
komunikasi antar-budaya, baru setelah itu dicari kategori “menyadari” atau “memperhatikan
solusinya. minat, keinginan, kebutuhan dan kepemilikan
Dalam Nagata (2016) disebutkan bahwa mitra tutur”. Sehingga dengan menyadari atau
pembelajar Bahasa Jepang penutur asli Bahasa memperhatikan minat, keinginan, kebutuhan dan
Mandarin cenderung pasif dalam memuji sehingga kepemilikan mitra tutur, penutur pujian dapat
terjadi ketidakseimbangan muka pada komunikasi menunjukkan bahwa dirinya memiliki kesamaan
antar-budaya. Menurut The Japan Foundation dengan mitra tutur. Pujian juga berfungsi sebagai
(2019) dan JASSO (2019), jumlah pembelajar penanda akhir topik atau dalam Kodama (1996)
bahasa Jepang di Indonesia dan jumlah mahasiswa disebut dengan “conversation concluder”.
Indonesia di Jepang semakin meningkat tiap Selain itu, menurut Furukawa (2000), fungsi
tahunnya. Jika terdapat perbedaan mengenai pujian dibagi menjadi 2, yaitu fungsi dimensi
pujian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa pertama dan fungsi dimensi kedua. Pada dimensi
Jepang, maka akan ada potensi terjadinya pertama pujian memiliki fungsi untuk “memberi
problematika yang membuat hubungan antar- nilai” terhadap objek pujian, atau disebut juga
manusia tidak terbentuk dengan baik. Akan tetapi, fungsi asli dari pujian. Sedang dalam dimensi
sejauh ini belum ada studi yang membahas kedua, pujian memiliki fungsi sebagai pembentuk
mengenai masalah apa saja yang timbul dalam
hubungan (ungkapan terima kasih, pengganti
komunikasi antara orang Jepang dan orang salam, pemantik percakapan dll), pemererat
Indonesia berkaitan dengan pujian. hubungan (menghibur, penyemangat, pelembut
Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis tindakan pengancam muka dll) serta dapat juga
bermaksud mencari tahu apa saja problematika menjadi tindakan pengancam muka itu sendiri
yang dialami orang Indonesia perihal pujian ketika (sindiran).
berkomunikasi dengan orang Jepang. Kemudian Mengenai faktor yang memengaruhi pujian,
mencari tahu tindakan seperti apa yang perlu Furukawa (2000, 2003) menyebutkan terdapat
dilakukan untuk menghindari permasalahan “objek pujian”, “hubungan penutur dan mitra
tersebut. Untuk mengetahui hal-hal tersebut tutur” serta “hubungan penutur dengan objek
59 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Mutia Kusumawati,
What Indonesian Think Of Japanese’s Compliment
pujian”. Furukawa (2000) juga menambahkan terjadi kesemimbangan pujian, dimana ketika
“standar pujian” sebagai faktor yang menjadi dalam topik sebelumnya A memuji B, maka di
acuan bagi seseorang untuk memutuskan apakah topik selanjutnya B akan balas memuji A.
ia akan memberikan pujian kepada lawan tutur Kemudian jika dalam topik sebelumnya A memuji
atau tidak. Hal ini masih terkait dengan Teori B sebanyak satu kali, maka di topik berikutnya B
Kesopanan yang dikemukakan oleh Brown dan akan membalas memuji A sebanyak satu kali.
Levinson (1987) bahwa rumusan besarnya Namun jika A memuji lebih dari satu kali, maka B
ancaman suatu tindak tutur (FTA) tergantung juga akan membalas lebih dari satu kali. Dalam
dengan hubungan kedekatan dan hubungan Nagata (2014) hal ini disebut “home koutai” atau
kekuatan antara penutur dan mitra tutur serta saling memuji. Selain itu terdapat juga “home ai”
norma yang berlaku pada masyarakat. atau memuji bergantian dimana A dan B sama-
Dari segi strategi pujian, dalam Bahasa Jepang sama memuji objek pujian yang sama secara
terdapat strategi “apresiasi”, “penjabaran fakta”, bergantian (Nagata, 2014).
“penjabaran rasa”, “iri”, “terima kasih”, “selamat Namun, dalam Nagata (2016) hal-hal tersebut
dan salam” dan “nonverbal” (Ohno, 2003). Ohno di atas tidak terlihat dalam komunikasi antar-
(2003) juga menyebutkan bahwa tidak terlihat budaya antara penutur asli Bahasa Jepang dengan
perbedaan pemakaian strategi berdasarkan tipe pembelajar Bahasa Jepang penutur asli Bahasa
hubungan penutur dengan mitra tutur. Sedangkan Mandarin. Penutur asli Bahasa Mandarin
dalam Bahasa Indonesia, Kinanti (2014) cenderung tidak membalas kembali pujian yang
menyebutkan terdapat strategi berupa “aklamasi”, diberikan oleh orang Jepang di topik sebelumnya
“pertanyaan”, “perbandingan”, “apresiasi”, sehingga terjadi ketimpangan. Hal ini berpengaruh
“metafora”, “membanggakan” dan “candaan”. terhadap kelancaran pengembangan topik dan
Kinanti (2014) mengungkapkan bahwa terdapat percakapan.
variasi penggunaan strategi berdasarkan hubungan Dari penelitian-penelitian di atas dapat
penutur dan mitra tutur. Contohnya, kepada orang diketahui bahwa pujian memiliki karakteristik
yang lebih tua atau statusnya lebih tinggi, strategi yang berbeda berdasarkan bahasa dan hal tersebut
“aklamasi” paling banyak digunakan. Sedangkan berpotensi menimbulkan masalah dalam
kepada teman sebaya “candaan” lah yang laing komunikasi antar-budaya. Dengan bertambahnya
banyak digunakan. jumlah pembelajar Bahasa Jepang di Indonesia
Ohno (2003) dan Kinanti (2014) menggunakan dan meningkatnya jumlah mahasiswa Indonesia
metode serta jenis data yang berbeda, sehingga yang belajar di Jepang, dapat diprediksi bahwa
tidak dapat begitu saja disamakan dan ditarik kesempatan komunikasi antara orang Indonesia
kesimpulan. Tetapi pada penelitian lain tentang dan orang Jepang akan bertambah, begitu pula
komparasi bahasa dimana digunakan metode yang dengan risiko terjadinya masalah.
sama dan data yang berimbang pada kedua Untuk mencegah masalah tersebut, harus
bahasa, tetap ditemukan perbedaan strategi pujian diketahui terlebih dahulu apa yang orang
pada masing-masing bahasa. Misalnya pada Maíz- Indonesia rasakan ketika berkomunikasi dengan
Arévalo (2010) yang melakukan komparasi antara orang Jepang, khusunya dari segi pujian. Setelah
Bahasa Inggris dengan Bahasa Spanyol, Válková itu baru dapat dilihat tindakan seperti apa yang
(2012) yang melakukan komparasi antara Bahasa dapat diambil sebagai solusi masalah-masalah
Inggris dan Bahasa Cheko serta Sekizaki, Kim dan tersebut. Akan tetapi, sejauh ini belum ada studi
Zhao (2017) yang melakukan komparasi antara yang membahas mengenai kedua hal di atas,
Bahasa Jepang, Bahasa Mandarin serta Bahasa sehingga peneliti bermaksud mengadakan
Korea. Bahkan dalam level wacana pun dapat penilitan dengan tujuan sebagai berikut:
terlihat perbedaan interaksi pada alur terjadinya 1) Mencari tahu apa saja permasalahan yang
dirasakan orang Indonesia ketika
pujian dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Korea
berkomunikasi dengan orang Jepang.
(Kim, 2007; 2012).
Jika melihat perbedaan pujian seperti di atas, 2) Mencari tahu solusi apa yang dapat ditawarkan
ada kemungkinan terjadinya kesenjangan ketika untuk menyelesaikan atau mencegah masalah
dua orang dengan latar belakang bahasa yang tersebut.
berbeda melakukan komunikasi. Hal ini
dibuktikan dalam Nagata (2014, 2016). Dalam
Nagata (2014) terlihat bahwa ketika penutur asli
Bahasa Jepang sedang melakukan percakapan,
60 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 58-68
61 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Mutia Kusumawati,
What Indonesian Think Of Japanese’s Compliment
Dari hasil wawancara pada Tabel 1 di atas Selatan (3), Banten (2), Jakarta (2), Sumatera Barat
dapat disimpulkan bahwa semua responden (2), Papua (1) dan Kalimantan Selatan (1). Dari
merasa orang Jepang sangat sering memuji sini dapat dilihat bahwa responden berasal dari
dibanding orang Indonesia. berbagai macam daerah sehingga kecenderungan
Kemudian hampir semua responden merasa dari satu daerah dapat diminimalisir dan hasil
orang Jepang berlebihan dalam memuji dan angket dapat digeneralisasi.
merasa dirinya tidak layak dipuji atau hal tersebut Jika dilihat dari segi pengalaman komunikasi
tidak lazim dipuji di Indonesia. Kemudian dengan orang Jepang, setengah dari responden
responden juga berharap dapat mengetahui belum genap satu tahun tinggal di Jepang (51%),
bagaimana sesama orang Jepang dalam 37% tinggal 1-2 tahun, 3% tinggal 2-3 tahun, 2%
berinteraksi untuk dijadikan contoh. tinggal 3-4 tahun dan 7% tinggal lebih dari 4 tahun.
Anggapan-anggapan orang Indonesia terhadap Kemudian untuk pengalaman belajar bahasa
pujian orang Jepang seperti ini dapat Jepang sebanyak 41% responden belajar kurang
menimbulkan ketidaknyamanan dalam dari 1 tahun, 25% belajar 1-2 tahun, 2% belajar 2-3
komunikasi antar-budaya yang dapat tahun, 5% belajar 3-4 tahun dan 27% belajar lebih
mengakibatkan kurang lancarnya percakapan dan dari 4 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan
terhambatnya pembentukan hubungan antar- meskipun kebanyakan kurang dari satu tahun,
manusia. Akan tetapi, hasil wawancara tersebut namun terdapat responden dari berbagai latar
hanya berdasarkan lima orang responden, belakang.
sehingga belum dapat digeneralisasi. Oleh karena
itu, selanjutnya perlu diadakan pengambilan data Permasalahan Saat Dipuji
dengan sampel yang lebih banyak dan luas.
Sehingga pada langkah berikutnya penulis Pada kategori permasalahan saat dipuji, terdapat
menyebarkan angket dengan mengacu pada hasil enam jenis pertanyaan yaitu:
wawancara di atas. 1) Frekuensi memuji orang Jepang dibandingkan
dengan orang Indonesia
Hasil Angket 2) Perasaan bahwa orang Jepang berlebihan saat
memuji
Karakteristik Responden 3) Perasaan bingung harus menjawab apa ketika
dipuji orang Jepang
Berdasarkan jenis kelamin, responden yang 4) Perasaan tidak pantas dipuji dan merasa senang
mengisi angket terdiri dari 36 orang (61%) dipuji.
perempuan dan 23 orang (39%) laki-laki. 5) Perasaan senang ketika dipuji
Sedangkan berdasarkan daerah asal, paling banyak 6) Orang Indonesia lebih pandai memuji
responden berasal dari provinsi Jawa Barat (22),
Jawa Timur (10) dan Sulawesi Selatan (6). Selain Gambar 1 berikut menunjukkan jawaban
itu terdapat pula responden yang berasal dari Jawa responden terhadap enam pertanyaan di atas.
Tengah (5), Yogyakarta (3), Bali (3), Sumatera
62 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 58-68
Dapat dilihat pada Gambar 1, bahwa lebih dari memuji dibanding orang Jepang. Sehingga dapat
50% responden merasa orang Jepang “sangat dikatakan jawaban dari responden konsisten.
sering”, “sering”, dan “agak sering” dalam Untuk pertanyaan yang lain juga dapat dilihat
memberikan pujian. Ditambah lagi seperti pada bahwa jawaban “sangat sering”, “sering” dan
Gambar 2, lebih dari 50% responden menyatakan “agak sering” juga mencapai lebih dari 50%. Akan
“sangat tidak setuju”, “tidak setuju” dan “agak tetapi ini hanya perhitungan kasar, sehingga perlu
tidak setuju” bahwa orang Indonesia lebih pandai dilihat nilai rata-rata setelah jawaban dikalikan
dengan bobot skala dan diinterpretasikan hasilnya.
1 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju Agak Tidak Setuju Agak Setuju Setuju Sangat Setuju
Gambar 2: Jawaban angket “Apakah orang Indonesia lebih pandai memuji dibanding orang Jepang”.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa bobot kadang merasa kebingungan saat dipuji orang
pertanyaan 2, 3, 4 bernilai di antara 0,01 dan 1 Jepang, mereka tetap merasa senang.
sehingga dapat dikatakan bahwa secara Berikutnya akan dijelaskan mengenai masalah
keseluruhan orang Indonesia agak sering merasa ketika orang Indonesia memuji orang Jepang.
orang Jepang berlebihan dalam memuji dan
merasa bingung harus menjawab apa ketika dipuji. Permasalahan Saat Memuji
Ditambah lagi orang Indonesia agak sering merasa
tidak layak dipuji. Sebelum memasuki pertanyaan megenai
permasalahan saat memuji, penulis menanyakan
Tabel 2: Bobot rata-rata tiap pertanyaan kategori terlebih dahulu apakah responden pernah
masalah ketika dipuji orang Jepang. mencoba memuji orang Jepang. Hanya orang yang
Jumlah Jumlah Bobot pernah mencoba memuji orang Jepang yang
Pertanyaan berhak mengisi lanjutan dari angket. Dari 59
Bobot Respnden (n) Rata-rata
1 79 59 1,34 responden sebanyak 53 orang (90%) menjawab
2 50 59 0,85 pernah memuji orang Jepang.
3 12 59 0,20 Selanjutnya akan dibahas mengenai
4 46 59 0,78 permasalahan saat memuji orang Jepang. Pada
5 68 59 1,15 Gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah responden
6 -11 59 -0,19 yang “sangat sering”, “sering” dan “agak sering”
kebingungan ketika memuji orang Jepang serta
Kemudian untuk pertanyaan 1 dan 5, nilai rata- merasa gagal ketika memuji orang Jepang
ratanya berada di antara 1,01 dan 2 sehingga dapat
mencapai lebih dari 50%. Sedangkan yang merasa
diinterpretasikan bahwa secara keseluruhan orang
“sangat sering”, “sering” dan “agak sering”
Indonesia menganggap orang Jepang sering
berhasil memuji orang Jepang hanya mencapai
memuji dan mereka sering merasa senang ketika
dipuji orang Jepang. 40% atau kurang dari setengahnya. Selanjutnya
Terakhir pertanyaan 6 bernilai di antara -0,01 akan dijabarkan kecenderungan jawaban
hingga -1 sehingga dapat diartikan bahwa orang responden melalui nilai rata-rata setelah dikalikan
Indonesia menganggap orang Indonesia tidak bobot skala.
terlalu pandai memuji dibandingkan orang Jepang.
Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa
orang Indonesia agak sering merasakan
kejanggalan terhadap pujian yang dituturkan oleh
orang Jepang baik dari segi frekuensi, cara maupun
objek pujiannya. Meskipun orang Indonesia
63 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Mutia Kusumawati,
What Indonesian Think Of Japanese’s Compliment
Tabel 3 berikut menyatakan bahwa rata-rata manusia sehingga perlu diselidiki lebih lanjut apa
bobot jawaban responden yang merasa penyebab hal ini.
kebingungan ketika hendak memuji orang Jepang Dari hasil angket di atas telah diketahui
adalah -0,09. Karena bobot tersebut berada di permasalahan apa saja yang dirasakan oleh orang
antara -0,01 hingga -1 maka dapat diartikan bahwa Indonesia ketika dipuji atau memuji orang Jepang,
orang Indonesia merasa “tidak terlalu sering” sehingga pada bagian berikutnya akan
kebingungan saat hendak memuji orang Jepang. didiskusikan solusi yang dapat diberikan untuk
Sedangkan untuk yang merasa gagal saat memuji menghindari masalah tersebut.
rata-ratanya adalah 0,06, sehingga dapat diartikan
“agak sering” karena berada di antara 0,01 dan 1.
Terakhir untuk yang merasa berhasil memuji rata-
ratanya -0,47 yang menandakan kebanyakan DISKUSI
responden merasa “agak jarang” berhasil ketika
memuji orang Jepang karena nilai tersebut berada Pada bagian sebelumnya telah diketahui bahwa
di antara -0,01 dan -1. permasalahan yang diarasakan orang Indonesia
ketika dipuji orang Jepang adalah, pertama,
Tabel 3: Bobot rata-rata tiap pertanyaan kategori merasa orang Jepang lebih sering memuji
masalah ketika memuji orang Jepang. dibanding orang Indonesia. Hal ini berkaitan
dengan frekuensi memuji orang Indonesia dan
orang Jepang yang berbeda.
Jumlah Jumlah Bobot
Pertanyaan Kedua, merasa orang Jepang memuji sesuatu
Bobot Respnden (n) Rata-rata yang menurut orang Indonesia tidak layak dipuji
sehingga mengakibatkan orang Indonesia
1 -5 53 -0.09
kebingungan harus merespon seperti apa. Hal ini
berkaitan dengan objek pujian yang berbeda antara
Bahasa Indonesia dan Jepang.
2 35 59 0.66 Dalam Furukawa (2003) diesbutkan bahwa
seseorang memutuskan untuk memuji atau tidak
berdasarkan faktor-faktor pujian. Dapat dilihat
3 -25 59 -0.47 pada Gambar 4, bahwa faktor pujian tersebut
adalah shakai-teki kyori (kedekatan hubungan),
chikara kankei (hubungan atasan-bawahan, umur,
Dari hasil di atas dapat ditarik kesimpulan status sosial), taishou (objek pujian) dan taishou to
bahwa orang Indonesia jarang merasa bingung kikite to no kankei (hubungan objek pujian dengan
ketika hendak memuji orang Jepang. Akan tetapi orang yang dipuji). Selain itu pertimbangan
setelah memuji mereka cenderung merasa pujian tersebut mengacu juga pada kijun atau standar
tersebut gagal atau tidak sesuai harapan. pujian.
Kegagalan memuji dalam komunikasi dapat
berdampak buruk terhadap hubungan antar-
64 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 58-68
Standar pujian disini adalah landasan sudut orang Jepang. Dengan begitu hubungan antar-
pandang pemberi pujian, apakah pujian tersebut manusia pun dapat berjalan lebih lancar.
berlandasaan kesukaan, dilihat dari sudut pandang Kemudian, mengenai permasalahan orang
profesional, secara individu atau umum. Indonesia yang sering merasa orang Jepang
Akan tetapi faktor-faktor tersebut memiliki berlebihan saat memuji berkaitan pula dengan
peran dan kekuatan yang berbeda pada tiap-tiap frekuensi. Selain itu hal ini juga berkaitan erat
komunitas bahasa. Misalnya, dalam masyarakat dengan cara atau strategi dalam memuji.
bahasa Inggris di Amerika lebih sering Mengenai frekuensi telah dibahas sebelumnya,
menuturkan pujian pada orang yang belum terlalu sehingga berikutnya akan dibahas mengenai cara
akrab (Wolfson & Manes, 1980), sedangkan pada atau strategi memuji.
komunitas bahasa Jepang pujian lebih banyak di Dalam Ohno (2003) dikatakan bahwa dalam
lakukan pada hubungan yang telah akrab bahasa Jepang digunakan strategi “apresiasi”
(Furukawa, 2003). Selain itu dalam Furukawa dalam situasi apapun tanpa mengenal kedekatan,
(2003) disebutkan bahwa dalam Bahasa Jepang, status dan jenis kelamin. Strategi apresiasi atau
objek pujian berupa kemampuan, sikap dan dalam Bahasa Jepang disebut hyouka-go
perilaku banyak ditemukan pada pujian dari orang merupakan strategi memuji dengan menggunakan
yang statusnya lebih tinggi daripada yang dipuji. kata atau frase yang mengandung arti yang baik
Sehingga jika dilakukan sebaliknya, maka akan dan kebanyakan merupakan kata sifat seperti
terasa tidak sopan. “sugoi”, “kawaii”, “kakkoii”, “ii” dll.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa faktor- Sedangkan dalam Kinanti (2014) disebutkan
faktor pujian berpengaruh terhadap objek dan bahwa dalam Bahasa Indonesia strategi pujian
frekuensi pujian. Sehingga untuk menghindari sangat bervariasi berdasarkan kedekatan dan status.
praduga dalam komunikasi antar-bahasa, perlu Misalnya, pada hubungan yang akrab atau sebaya
adanya saling pengertian dari kedua belah pihak banyak digunakan strategi “candaan” dan
bahwa terdapat perbedan faktor-faktor tersebut. “meledek/menggoda”, sedangkan strategi
Akan tetapi, sampai saat ini belum ada penelitian “apresiasi” hanya digunakan oleh orang yang lebih
yang membandingkan faktor-faktor tersebut dalam tinggi statusnya kepada orang di bawahnya.
Bahasa Indoensia dan Bahasa Jepang. Sehingga Disebutkan pula bahwa dalam Bahasa Indonesia
masih banyak yang belum paham dan mengerti paling banyak digunakan “kata seru”.
mengenai hal tersebut. Untuk itu perlu studi Strategi “apresiasi” menampakan secara jelas
lanjutan mengenai faktor-faktor pujian yang hal positif dari objek pujian. Dalam Bahasa
nantinya akan berkaitan dengan frekuensi dan Indonesia strategi ini tidak terlalu banyak dipakai,
pemilihan situasi maupun objek yang tepat salam malah ada strategi yang bertolak belakang dengan
memuji. Setelah itu hasil penelitian tersebut dapat “apresiasi”, seperti “candaan” atau “meledek”,
dijadikan acuan untuk pembelajaran Bahasa padahal secara pragmatik hal ini memiliki makna
Jepang atau Bahasa Indoensia (BIPA) sehingga yang sama, yakni memuji. Sedangkan dalam
terjadi saling pengertian yang tidak hanya harus bahasa Jepang strategi “apresiasi” lah yang paling
dilakukan oleh orang Indonesia, tetapi juga oleh banyak digunakan sehingga memberikan kesan
terhadap orang Indonesia bahwa orang Jepang
65 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Mutia Kusumawati,
What Indonesian Think Of Japanese’s Compliment
berlebihan saat memuji. Sebaliknya, jika tidak hati- bahasa target, perlu juga memahami bahasa
hati orang Jepang bisa saja tersinggung dengan sendiri agar terhindar dari transfer pragmatik yang
cara memuji yang digunakan oleh orang Indonesia salah. Sedangkan bagi penutur asli Jepang,
jika dipakai begitu saja tanpa mengindahkan diharapkan memahami juga latar budaya dan
aturan dalam bahasa mitra tutur. bahasa pembelajar agar tidak menimbulkan
Untuk mencegah kesalahpahaman dalam praduga yang buruk.
komunikasi antar-budaya perlu adanya Akan tetapi, dalam studi ini hanya dilihat dari
pemahaman mengenai strategi dalam memuji sudut pandang orang Indonesia saja, sedangkan
dalam kedua bahasa. Sehingga dalam masalah yang dirasakan oleh orang Jepang belum
pembelajaran bahasa atau komunikasi antar- diketahui. Untuk itu perlu adanya studi lanjutan
budaya bukan hanya strategi yang digunakan oleh agar penyelesaian masalah berkenaan dengan
mitra tutur, tetapi harus juga mengetahui strategi
pujian dalam komunikasi antar-budaya dapat
yang dugnakan dalam bahasa penutur sendiri agar
dicari penanggulangannya.
dapat mengetahui mana strategi yang dapat
dipakai di kedua bahasa dan mana yang tidak agar
komunikasi berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some
KESIMPULAN Universals in Language Usage. New York: Cambridge
University Press.
Pada penelitian ini telah dilaksanakan Furukawa, K. (2000). 「ほめ」の条件に関する一考察
pengambilan data berupa wawancara dan angket [Pembahasan mengenai syarat terjadinya pujian]. 日
untuk mengetahui permasalahan apa saja yang 本語 ・日本文化研 究 [Jurnal Bahasa dan Budaya
dirasakan oleh orang Indonesia ketika Jepang], 10, 117-130.
berkomunikasi dengan orang Jepang, khususnya Furukawa, K. (2003). 書き言葉データにおける<対者
yang berkenaan dengan pujian. ほめ>の特徴‐‐対人関係から見た「ほめ」の分
Dari hasil wawancara sebagai pilot dan hasil 析 [Analisis pujian dari sudut pandang hubungan
jawaban angket, diketahui bahwa orang Indonesia antar-manusia - - karakteristik pujian antar-penutur
terkadang merasa orang Jepang sering memuji dan dalam data ragam tulisan]. 日 本 語 教 育 [Jurnal
pujiannya itu berlebihan. Saat dipuji orang Pendidikan Bahasa jepang], 117, 33-42.
Holmes, J. (1988). Paying compliments: a sex-
Indonesia terkadang merasa bingung karena
preferential politeness strategy. Journal of Pragmatics,
merasa objek pujian tidak layak untuk dipuji dan 12, 445-465.
akhirnya membuat tidak tahu harus merespon JASSO. (2019). 日本に留学するインドネシア人学生
seperti apa. Selain itu orang Indonesia jarang の 増 加 [Pertambahan mahasiswa Indonesia di
merasa bingung ketika hendak memuji orang jepang]. Diakses dari
Jepang namun sering merasa gagal setelah http://www.indonesiasoken.com/news/column-
memuji. Hal-hal tersebut dapat membuat ryugakuseinozouka/.
percakapan terhenti dan tidak berjalan dengan Kan, T. (2007). らくらく図解:アンケート分析教室
lancar. Bahkan dapat juga menimbulkan [Analisis Grafik mudah: Kelas Analisis Angket]. Tokyo:
Ohmsha.
ketidaknyamanan dan kesalahpahaman. Jika
Kinanti, P. K. (2014). Memuji dan merespon pujian
masalah tersebut terus dibiarkan bisa jadi dalam bahasa Indonesia: studi kasus di lingkungan
komunikasi antar-budaya menjadi tidak lancar dan mahasiswa dan acara hiburan televisi (Unpublished
hubungan antar-manusia tidak terbentuk dengan master’s thesis). Universitas Gajah Mada.
baik, sehingga harus dicari penyelesaiannya. Kim, K. (2007). 日本語と韓国語の「ほめの談話」
Masalah-masalah tersebut dapat dikaitkan [Wacana pujian dalam Bahasa Jepang dan Bahasa
dengan faktor dan strategi pujian. Maka perlu Korea]. 社会言語科学 [Jurnal Sosiolinguistik], 10 (1),
adanya pemberian pemahaman kepada kedua 18-32.
penutur bahasa bahwa terdapat perbedaan faktor Kim, K. (2012). 日本語と韓国語の「ほめ」に関する
yang mendukung kemunculan pujian dan 対照研究 [Analsis Kontrastif Mengenai Pujian dalam
Bahasa Jepang dan Bahasa Korea]. Tokyo: Hituji
penggunaan strategi pujian. Kemudian, jika dilihat Shobo.
dari sisi pendidikan Bahasa Jepang, bagi Kodama, Y. (1996). 対談インタビューにおけるほめの
pembelajar Bahasa Jepang selain mempelajari 機能(1)一会話者の役割とほめの談話における位
66 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 58-68
67 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Mutia Kusumawati,
What Indonesian Think Of Japanese’s Compliment
8. Apakah Anda pernah merasa 1 sangat jarang, 2 jarang, 3 tidak terlalu sering,
kebingungan ketika hendak memuji orang 4 agak seing, 5 sering, 6 sangat sering
Jepang?
1 sangat jarang, 2 jarang, 3 tidak terlalu sering, 10. Apakah Anda pernah merasa berhasil
4 agak seing, 5 sering, 6 sangat sering ketika memuji orang Jepang?
1 sangat jarang, 2 jarang, 3 tidak terlalu sering,
9. Apakah Anda pernah merasa gagal ketika 4 agak seing, 5 sering, 6 sangat sering
memuji orang Jepang?
68 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
ABSTRACT
Microteaching is one of the subject matters to prepare student teachers. Many publications confirm the function and
importance of microteaching in improving the student teachers’ teaching skills. However, publication on the perception of
Japanese Language Education students about microteaching is still limited, despite its importance in guiding the students
for better improvement. This study aimed at analyzing the students’ perception on the implementation of microteaching at
the Japanese Language Education in a university in Bali on 2018. This study used qualitative research, and the data collected
by questionnaire and interview. The results of the analysis showed that holistically, the students have postive perception and
microteaching is perceived as very useful to improve the student teachers’ teaching skills. The instrumens used are not only
relevant to assess the progress and the achievement of the student teachers but also can function as guideline for students on
what to do in improving the teaching skills.
KEYWORDS
Microteaching; Students’ perception; Japanese Language Education.
ARTICLE INFO
First received: 20 August 2020 Final proof accepted: 30 November 2020
Available online: 31 December 2020
Kurikulum 2006, bahasa Jepang adalah mata Centre for Teaching and Learning, Harvard
pelajaran bahasa asing dan proses Univeristy menyatakan bahwa microteaching
pembelajarannya dilakukan lebih bersifat formal adalah praktek pembelajaran yang memiliki
dan teoritis. Dengan demikian, dengan tujuan untuk memberikan instruktur (calon
statusnya sebagai peminatan, pembelajaran guru) rasa percaya diri, dukungan, dan masukan
bahasa Jepang harus disesuaikan, dan guru dengan memberikan kesempatan kepada
pengajar harus memiliki kompetensi mereka mempraktekkan bagian demi bagian
pembelajaran yang menghasilkan siswa untuk dari apa yang telah direncanakan bersama
mampu menggunakan bahasa Jepang dalam teman mereka. Idealnya sesi microteaching
konteks kehidupan nyata (tidak hanya bersifat dimulai sebelum hari pertama perkuliahan
teoritis dan struktural) yang bisa dipakai sebagai dimulai, direkam untuk bisa direviu secara
bekal dan dasar untuk studi lanjut maupun individual bersama dosen yang berpengalaman.
untuk bekerja. Microteaching merupakan cara yang cepat,
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan efisien, menarik dan terbukti mampu membantu
di sekolah tempat mahasiswa melakukan calon guru mulai mengajar dengan awal yang
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di kota baik. “Microteaching is organized practice teaching.
Singaraja, dapat dinyatakan bahwa proses The goal is to give instructors confidence, support, and
pembelajaran masih bersifat konvensional dan feedback by letting them try out among friends and
kurang kontekstual. Dengan kata lain, colleagues a short slice of what they plan to do with
mahasiswa calon guru masih sangat tergantung their students. Ideally, microteaching sessions take
pada buku teks/lembar kerja siswa (LKS) dan place before the first day of class, and are videotaped
belum mampu secara inovatif melaksanakan for review individually with an experienced teaching
pembelajaran yang berpusat pada siswa (students consultant. Microteaching is a quick, efficient, proven,
centred approach). Oleh sebab itu perlu upaya and fun way to help teachers get off to a strong start”
kongkret untuk meningkatkan keterampilan (http://boxcentre.harvard.edu).
mahasiswa calon guru agar mampu mengajar Konsep microteaching juga dijelaskan oleh
bahasa Jepang secara lebih inovatif, menarik University of Guelph dari sisi pelaksanaannya di
dan mampu menghasilkan siswa yang mampu kelas (www.tss.uoguelph.ca). Dinyatakan
berbahasa Jepang, seperti yang dinyatakan bahwa microteaching merupakan bentuk latihan
dalam standar proses Kurikulum 2013 pengajaran dimana kelompok kecil mahasiswa
(Permendikbud no 81a tahun 2013). saling merekam dan mengobservasi praktek
Ada tiga komponen yang dicakup dalam pembelajaran satu sama lain, memberikan
Standar Proses Kurikulum 2013 yaitu yang masukan, terlibat dalam diskusi dengan tujuan
berkenaan dengan perencanaan pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan mereka
dan pelaksanaan pembelajaran yang harus dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam
menggunakan pendekatan saintifik (yang diatur microteaching, mahasiswa diberikan kesempatan
kembali dalam Permendikbud No 103/2014 untuk mempraktekkan keterampilan
tentang pembelajaran pada pendidikan dasar instruksional dalam lingkungan pembelajaran
dan pendidikan menengah), dan tentang yang berpusat pada siswa serta memiliki tujuan
penilaian (yang diatur dalam Permendikbud No untuk memperkuat pendekatan mahasiswa
104 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik tentang pembelajaran, mengidentifikasi
pada pendidikan dasar dan pendidikan kekuatan dan kelebihan mahasiswa melalui
menengah). Dengan adanya aturan-aturan baru refleksi dan diskusi, memperkaya pemhaman
tersebut, pihak Jurusan Pendidikan Bahasa dan keterampilan mahasiswa tentang berbagai
Jepang harus melakukan upaya agar lulusannya gaya mengajar yang efektif dan meningkatkan
memiliki kompetensi untuk mampu kemampuan mahasiswa untuk memberikan dan
menjalankan kebijakan yang dinyatakan dalam menerima masukan yang efektif. Microteaching
peraturan Kementrian Pendidikan dan merupakan teknik latihan untuk belajar menjadi
Kebudayaan Republik Indonesia. Salah satu guru (Bello & Ayelaagbe, 2015); latihan untuk
upaya yang dilakukan adalah mencermati dan menjadi guru baik untuk calon guru maupun
memberdayakan mata kuliah Microteaching untuk guru dalam jabatan (Ghafoor dkk., 2012).
sebagai muara keterampilan pedagogik dan Berdasarkan kutipan tersebut, inti mata
persyaratan untuk melakukan praktek mengajar kuliah microteaching adalah mempraktekkan
di sekolah. bagian demi bagian keterampilan mengajar
secara mikro, berulang, dan direviu oleh teman
70 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81
sekelas dan dosen pengampu mata kuliah. tetapi persepsi mahasiswa Pendidikan Bahasa
Dengan demikian ada beberapa keterampilan Jepang terhadap pelaksanaan pembelajaran
dasar yang dipilah untuk dilatih dan microteaching belum banyak dipublikasikan.
dipraktekkan secara terpisah agar nanti Penelitian terkait persepsi pembelajaran
keterampilan-keterampilan dasar yang sudah microteaching bahasa Jepang pernah dilakukan
terlatih bisa membentuk kompetensi pedagogik oleh Arismayanti, Padmadewi, dan Hermawan
yang memadai. (2016), dimana diketahui bahwa dalam
Menurut PACE (Partnership for Advance pembelajaran microteaching di Pendidikan
Clinical Education), keterampilan dasar dalam Bahasa Jepang, Universitas Pendidikan
microteaching dikelompokkan menjadi 6 Ganesha, mahasiswa tidak diberikan
keterampilan yaitu 1) Set induction (apersepsi), 2) keterampilan mengajar yang mengarahkan
planning (membuat perencanaan), 3) presentation pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum
(keterampilan melakukan presentasi), 4) Pupil 2013. Penelitian ini kemudian menjadi salah
presentation (presentasi siswa), 5) penggunaan satu dasar penelitian yang dilakukan oleh
media Audio Visual, dan 6) Closure (penutup). Padmadewi dan Mardani (2017).
Keterampilan tersebut dilatih di tiap-tiap sesi Untuk merespon tuntutan Kurikulum 2013,
untuk pertemuan sekitar 5-10 menit untuk di upaya kongkret strategis yang bisa dilakukan
kelompok terdiri dari sekitar 4-10 orang adalah mereviu mata kuliah microteaching
(chs.uonbi.ac.ke). selaku muara dari semua mata kuliah keguruan
Pendapat lain tentang keterampilan dasar sebagai wadah untuk menggodog calon guru,
microteaching di Jiaxing University China, terdiri dan menyesuaikan model pelaksanaan
dari: 1) teknik memberikan reinforcement, 2) pembelajarannya agar link dan match dengan
memvariasikan situasi stimulus, 3) keterampilan kebutuhan di lapangan. Hal ini sudah dilakukan
presentasi, 4) ilustrasi dan penggunaan contoh, melalui penelitian Padmadewi dan Mardani
dan 5) keterampilan menggali pertanyaan siswa (2017), dan penyesuaian materi microteaching
(Ping, 2013). Sedangkan Ghanaguru, Nair dan sudah dilakukan sejak 2017. Dalam penelitian
Yong (2013) menyatakan microteaching sebagai tersebut dihasilkan perangkat pembelajaran
upaya untuk menekankan pada praktek yang lengkap berupa: kontrak kuliah silabus,
pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa RPS (Rencana Program Semester), RTM
calon guru untuk menguji keterampilan (Rencana Tugas Mahasiswa), media
pedagogisnya yang diasimilasikan dalam pembelajaran (video dan powerpoint), buku ajar
konteks pembelajaran. serta buku panduan pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan kajian informasi di atas, dapat microteaching (di dalamnya terdapat rubrik
dinyatakan bahwa semua konsep tersebut penilaian pelaksanaan pembelajaran
mengacu pada muara tujuan yang sama bahwa microteaching). Keseluruhan perangkat tersebut
microteaching merupakan mata kulian untuk mengarahkan mahasiswa mempelajari dan
melatih keterampilan mengajar mahasiswa melatih pembelajaran sesuai dengan tuntutan
dengan mempraktekkan keterampilan- Kurikulum 2013. Perangkat microteaching ini
keterampilan dasar pedagogik dalam kelompok juga diinsersi dengan keterampilan Abad 21
kecil kemudian mendiskusikannya untuk yaitu 4C (communication, collaboration, creativity
perbaikan. Semua keterampilan dasar yang dan critical thinking) (Trilling & Fadel, 2009)
dilatih pada dasarnya mengacu pada tujuan serta disisipi oleh nilai-nilai karakter sehingga
yang sama yaitu terampil dalam mengajar. menjadi 5C. Penelitian tersebut sampai pada
Dengan kata lain siklus pembelajaran tahap penilaian perangkat pembelajaran oleh
microteaching seperti dipaparkan di atas ahli dan pengajar mata kuliah microteaching.
menekankan pada mempraktekkan Tetapi belum dilakukan sebuah penelitian
keterampilan dasar microteaching secara mikro, terkait tanggapan dan persepsi mahasiswa
yang kemudian diberikan masukan dari terhadap pelaksanaan microteaching yang telah
berbagai pihak sebelum kemudian diadakan disesuaikan tersebut. Oleh sebab itulah,
revisi perbaikan sebelum dipraktekkan kembali. penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan
Banyak penelitian telah dilakukan yang menganalisis persepsi atau tanggapan
menganalisis manfaat dan pentingnya mata mahasiswa tentang perkuliahan microteaching.
kuliah microteaching dalam pembentukan Diharapkan hasil penelitian ini bisa dipakai
keterampilan guru mengajar (Fernandez, 2005; sebagai bahan pertimbangan untuk
Kpanja, 2001; Kumar, 2016; Anthonia, 2014), penyempurnaan pelaksanaan pembelajaran
71 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching
73 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching
No Pertanyaan Mean
Standard Dari hasil analisis penilaian mahasiswa
Deviation terhadap implementasi mata kuliah
1 Dengan microteaching, diperoleh nilai rata-rata 4.48
microteaching saya dengan standard deviasi 500. Ini menunjukkan
percaya saya 4.60 0.494 bahwa implementasi mata kuliah microteaching
menjadi terampil berada pada kategori baik.
dalam mengajar. Manfaat pembelajaran microteaching secara
2 Materi microteaching lebih rinci dinyatakan dalam Tabel 4.
yang dibuat sangat
bermakna bagi 4.77 0.425 Tabel 4: Respon mahasiswa terhadap manfaat
mahasiswa yang pelaksanaan pembelajaran microteaching.
belajar microteaching.
3 Melalui No Respon mahasiswa terhadap manfaat
microteaching, pelaksaan pembelajaran microteaching
mahasiswa menjadi 1 Pelaksanaan microteaching menyiapkan
yakin akan memiliki 4.90 0.309 mental sebelum menjadi guru.
keterampilan yang 2 Microteaching melatih mahasiswa bisa
memadai untuk mengajar, menilai diri sendiri, dan
menjadi guru. menyiapkan mental sebelum menjadi guru
4 Dengan yang professional.
microteaching 3 Meningkatkan mental untuk menjadi guru
keterampilan dasar yang profesional.
menjadi guru bahasa 4.31 0.468 4 Mahasiswa dapat belajar lebih awal tentang
Jepang dinyatakan berinterkasi langsung dengan siswa
berikut ini menjadi meskipun dengan teman sekelas. Mahasiswa
meningkat. mendapatkan gambaran tentang mengajar di
5 Melalui kelas, dapat belajar RPP dan media
microteaching pembelajaran, serta melatih kesiapan mental
keterampilan untuk menjadi guru bahasa Jepang.
4.21 0.410 5 Bisa melatih menjadi seorang guru yang
mahasiswa untuk
mengajar inovatif profesional dan bertanggung jawab dengan
menjadi meningkat. menerapkan keterampilan dasar mengajar,
6 Microteaching juga serta bisa meningkatkan rasa percaya diri.
melatih mahasiswa Mahasiswa paham komponen mengajar
untuk membuat seperti membuat RPP, memberi dan menilai
4.40 0.494 ujian dan sebagainya.
persiapan mengajar
dengan baik dan 6 Memahami bagaimana cara mengajar dan
benar. harus berani belajar dari kesalahan-
7 Microteaching juga kesalahan lewat refleksi yang diberikan.
meningkatkan 7 Menjadi tahu cara-cara mengajar yang baik,
kemampuan mengenal berbagai metode dan strategi yang
4.40 0.494 dipakai dalam mengajar.
mahasiswa calon
guru untuk menilai 8 Dapat melatih diri tentang cara mengajar di
pembelajaran. depan teman sekelas sebelum siap untuk
8 Microteaching PPL Riil
meningkatkan 9 Tahu bagaimana cara mengajar, percaya
keterampilan diri, dan merasa siap mental untuk terjun ke
mahasiswa dalam lapangan.
4.40 0.494
menyisip 10 Belajar tentang cara mengajar terutama
pendidikan karakter memilih strategi mengajar.
dan literasi dalam
pembelajaran. Di samping itu, mahasiswa juga
9 Microteaching juga memberikan komentar tentang dampak
meningkatkan pembelajaran microteaching terhadap
4.31 0.468
keterampilan keterampilan berbahasa Jepang mahasiswa.
mahasiswa mencari Dengan tuntutan simulasi pembelajaran bahasa
74 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81
75 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching
76 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81
merupakan kebijakan lembaga sejak beberapa Selain hal di atas, dalam usaha
tahun sebelumnya. meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
membuat perencanaan, terdapat beberapa poin
Pembahasan yang masih menjadi kendala bagi mahasiswa.
Menurut mahasiswa hal yang belum mereka
Hasil analisis data tentang persepsi mahasiswa kuasai yaitu keterampilan abad 21,
bisa dinyatakan secara umum bahwa mahasiswa mengakomodasi keterampilan berpikir tingkat
memiliki persepsi yang positif tentang tinggi dan inovatif dalam perencanaan
pelaksanaan pembelajaran microteaching di pembelajaran. Ketiga hal tersebut merupakan
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, Undiksha. bagian dari implementasi kurikulum 2013.
Penggunaan buku ajar microteaching dirasakan Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
sangat memberikan manfaat karena mahasiswa dan Kebudayaan No 70/Tahun 2013 tentang
memiliki buku pegangan yang bisa dipakai Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
sebagai acuan untuk memahami konsep dasar Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
tentang microteaching. Hal ini terlihat dari Kejuruan dinyatakan bahwa pengembangan
penilaian mahasiswa terhadap buku ajar Kurikulum 2013 dilandasi oleh adanya
tersebut yaitu sangat baik. Pandangan tantangan eksternal dengan adanya arus
mahasiswa juga memperjelas bahwa konsep globalisasi. Dengan fenomena ini, maka
yang ditulis dalam buku ajar sangat bermanfaat keterampilan abad 21 yang diantaranya
disamping penggunaan bahasa pengantar dinilai menyangkut keterampilan belajar dan inovasi
mudah untuk dipahami. (yang sering disingkat 4C yaitu creativity, critical
Tanggapan mahasiswa ini sangat penting thinking, communication and collaboration) oleh
karena buku ajar microteaching merupakan Trilling dan Fadel (2009) sangat mutlak harus
sumber utama yang digunakan dalam dikuasai. Beberapa mahasiswa merasa belum
pembelajaran microteaching yang mempunyai percaya diri tentang strategi memasukkan
peran penting dalam pengenalan konsep keterampilan abad 21, dimana masalah ini
microteaching dan keterampilan dasar mengajar menjadi masukan bagi dosen pengampu mata
yang harus dikuasi mahasiswa. Di samping itu, kuliah untuk lebih menekankan dalam
kejelasan dan kemudahan bahasa pengantar perkuliahan. Di samping hal itu, keterampilan
buku ajar juga penting untuk diperhatikan agar dalam mengakomodasi keterampilan berpikir
mahasiswa membaca buku dengan nyaman dan tingkat tinggi juga dirasakan sebagai
mudah mencerna maknanya. keterampilan yang sulit bagi mahasiswa. Saran
Penguasaan konsep dasar microteaching dan yang diberikan oleh dosen pembimbing adalah
keterampilan dasarnya merupakan fondasi dasar meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa
agar mereka mampu mempraktekkan tiap-tiap dengan melatih mereka meningkatkan
keterampilan dasar untuk mengajarkan keterampilan bertanya. Keterampilan bertanya
topik/tema tertentu. Dalam membuat merupakan keterampilan yang sangat perlu
perencanaan pembelajaran (RPP) mahasiswa untuk dilatih (Shah & Masrur, 2011; Remesh,
merasakan bahwa pembelajaran microteaching 2013; Ghafoor dkk, 2012; Saban & Çoklar, 2013
melatih mereka membuat perencanaan menjadi dalam Padmadewi, Artini & Agustini, 2017)
lebih baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan bahwa keterampilan bertanya
dikatakan Bell (2007) bahwa pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu keterampilan
microteaching tidak saja meningkatkan bertanya dasar dan keterampilan bertanya
keterampilan praktek mengajar mahasiswa lanjut. Dalam konteks melatih keterampilan
tetapi juga dalam membuat perencanaan. berpikir tingkat tinggi, maka mahasiswa calon
Dalam pembuatan perencanaan guru bisa mendidik siswa untuk bertanya mulai
pembelajaran, sebagian besar mahasiswa dari bertanya dasar, dan jika bertanya dasar
merasa bahwa pembuatan RPP tersebut tidak sudah terampil, maka mereka bisa dilatih untuk
efisien, disebabkan banyaknya poin yang harus bertanya tingkat lanjut. Bertanya tingkat lanjut
dimasukkan. Mereka beranggapan bahwa RPP meliputi beberapa keterampilan yaitu
bisa dibuat lebih sederhana. Hal ini tentunya keterampilan mengubah pertanyaan untuk
bukan menjadi kendala lagi pada pembelajaran merangsang pemikiran kritis, menggunakan
sekarang, dimana terdapat perubahan dalam pertanyaan secara implisit untuk menggali
pembuatan RPP yang dituntut oleh pemerintah jawaban divergen dan kompleks, dan
yaitu hanya satu halaman. memberikan urutan pertanyaan yang
78 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81
membimbing dan merangsang jawaban, serta diskusi dengan teman sejawat dan asesmen
membantu peserta didik. Hal ini dianggap sulit teman sejawat sangat jarang terjadi bahkan
oleh beberapa mahasiswa sehingga pada saat hanya dilakukan sekali atau dua kali setahun
simulasi banyak mahasiswa menggunakan (Tiknaz & Sutton, 2006). Dengan demikian
bahasa Indonesia ketika mereka menggunakan diharapkan studi ini bisa mengkonfirmasi
keterampilan bertanya lanjut. perlunya asesmen diri dan asesmen sejawat
Pitoy (2012) menyatakan bahwa memahami untuk mendapatkan refleksi bagi mahasiswa
informasi secara rinci adalah kunci untuk bisa dalam upaya meningkatkan keterampilan
berbagi informasi. Oleh sebab itu, keterampilan mereka mengajar.
dalam bahasa asing sangat dibutuhkan agar Diharapkan persepsi mahasiswa dalam
calon guru bisa berbagi informasi kepada siswa kajian ini bisa menginspirasi para dosen
secara benar. Sehubungan dengan hal ini, microteaching terutama dalam pembelajaran
persepsi mahasiswa tentang keterampilan bahasa asing untuk memahami kondisi riil
menjelaskan sangat perlu dicermati. Tabel 8 mahasiswa sehingga bisa membantu mereka
menjelaskan hasil penilaian teman sejawat menjadi lebih terampil dalam mengajar bahasa
tentang keterampilan menjelaskan. Dari hasil asing. Meskipun penelitian ini memberikan
tersebut ternyata mahasiswa merasa bahwa tanggapan yang positif, perlu penelitian lebih
beberapa mahasiswa kadang-kadang belum lanjut apakah persepsi mahasiswa berkorelasi
menjelaskan dengan baik. Hal yang menarik dengan keterampilan mereka mengajar, yang
adalah semua mahasiswa merasa bahwa mareka bisa menjadi rekomendasi untuk penelitian lebih
bisa menjelaskan lebih baik dari temannya. lanjut di waktu mendatang.
Kepercayaan diri tinggi ini dianggap sangat
positif agar mahasiswa calon guru yakin bisa
meningkatkan diri lebih baik dari teman KESIMPULAN DAN SARAN
sejawatnya.
Tabel 9 menggali kegiatan yang dilakukan Pembelajaran microteaching sangat penting
mahasiswa tentang strategi belajar untuk dalam membentuk keterampilan guru mengajar.
meningkatkan keterampilan menjelaskan Microteaching merupakan muara pertemuan teori
mereka. Hal ini sangat perlu bagi dosen dan praktek. Pembelajaran microteaching
pengampu agar memudahkan memberi saran menuntut calon guru untuk mampu
sesuai dengan apa yang disenangi oleh mempraktekkan teori keguruan yang dipelajari
mahasiswa. Dari Tabel 9 bisa diketahui bahwa baik itu dalam merencanakan pembelajaran,
mahasiswa menggunakan berbagai strategi melaksanakan pembelajaran maupun untuk
untuk meningkatkan keterampilan menjelaskan melaksanakan asesmen. Mempraktekkan tiap-
yaitu dengan menggunakan media, serta tiap keterampilan dasar perlu mendapat input
beragam cara yang digunakan untuk melatih tidak saja dari dosen pengajar tetapi juga dari
keterampilan berbahasa mereka. Strategi yang mahasiswa sendiri maupun dari teman sejawat.
paling sering digunakan oleh mahasiswa dalam Tanggapan yang diberikan oleh mahasiswa
meningkatkan keterampilan menjelaskan adalah memberikan informasi dari perspektif
menjalin komunikasi dengan penutur bahasa mahasiswa yang sangat penting untuk
Jepang. diperhatikan dan dicermati agar dosen
Di samping keterampilan menjelaskan pengampu mata kuliah microteaching bisa
secara umum, mahasiswa memberikan memberikan masukan tepat sasaran sesuai
tanggapan bahwa implementasi pembelajaran dengan situasi dan kondisi mahasiswa. Persepsi
microteaching bermanfaat dalam meningkatkan yang diberikan mahasiswa merupakan kondisi
keterampilan mereka mengajar, hal ini nyata tentang kondisi mahasiswa itu sendiri
diperkuat oleh data kuisioner menunjukkan yang sering diabaikan oleh dosen pengampu.
hasil dengan kategori baik. Hal ini Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
mengkonfirmasi penelitian-penelitian masukan kepada dosen microteaching tidak
sebelumnya (Fernandez & Robinson, 2006; hanya untuk pendidikan bahasa Jepang tetapi
Kilic, 2010; Ismail, 2011; Donnelly & juga untuk pendidikan bahasa asing lainnya.
Fitzmaurice, 2011; Anthonia, 2014; Astika,
2014). Penggunaan asesmen diri dan asesmen
sejawat sangat penting dalam pembelajaran
microteaching. Tetapi pada kenyataannya,
79 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Desak Made Sri Mardani, Ni Nyoman Padmadewi,
The Perception of Japanese Language Education Students About Microteaching
80 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 69-81
81 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 82-95
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the form of speech act of complaint by children character on “Stand by Me
Doraemon” film and to describe complaint strategy that is used by the children to older people and among children. This
research used illocutionary speech acts theory by Searle (1975) and theory of complaint strategies by Trosborg (1995). This
research used descriptive qualitative method. The results found 30 data containing complaints by children's character to older
people and among children either directly or indirectly. Based on Trosborg classifications, the complaint strategies found in
this study can be categorized into four categories, including complaint strategy with no explicit reproach (4 data), complaint
strategy with expression of annoyance or disapproval (17 data), complaint strategy with accusation (1 data), and complaint
strategy with blaming (8 data). The findings also showed that the children character on this film mainly use complaining
strategies with expression of annoyance or disapproval.
KEYWORDS
Speech act; Illocutionary act; Complaint strategy; Children; Film
ARTICLE INFO
First received: 21 September 2020 Final proof accepted: 25 November 2020
Available online: 31 December 2020
Yule (2006) mengungkapkan bahwa pragmatik Penelitian ini terfokus kepada tindak tutur
adalah studi tentang makna yang disampaikan mengeluh yang dilakukan oleh tokoh anak-anak
oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh terhadap orang tua dan anak terhadap teman
pendengar atau pembaca. Pragmatik merupakan sebayanya di film Stand by Me Doraemon. Film
ilmu yang mengkaji mengenai makna kalimat tersebut mengandung banyak makna dan tuturan
yang diucapkan/dituturkan oleh pembicara/ mengeluh yang dilakukan oleh tokoh anak-anak
penutur kepada pendengar/mitra tutur dan terutama oleh pemeran utama, yaitu Nobita. Oleh
kemudian disesuaikan dengan konteks serta situasi karena itu, penulis tertarik untuk meneliti
yang sedang berlangsung bagaimana bentuk tindak tutur mengeluh yang
Salah satu hal yang paling penting dalam muncul di dalam film tersebut dan strategi yang
interpretasi percakapan secara pragmatik adalah digunakan oleh penutur dalam mengungkapkan
konsep tindak tutur (Nurgiyantoro, 2002). Penutur keluhannya tersebut kepada mitra tutur yang
berusaha mengungkapkan dirinya kepada mitra merupakan teman sebaya dan kepada mitra tutur
tutur, mereka tidak hanya menghasilkan tuturan yang lebih tua.
yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur Berikut ini merupakan contoh tuturan
gramatikal saja, tetapi mereka juga mengeluh yang dimaksud.
memperlihatkan tindakan-tindakan melalui
tuturan-tuturan itu (Yule, 2006). Tindakan- Situasi Tuturan: Percakapan antara Mama dan
tindakan yang dilakukan atas dasar tuturan- Nobita, pagi hari di rumah Nobita. Saat itu Nobita
tuturan tersebut dinamakan tindak tutur. sedang tidur dan Mamanya membangunkan
Searle membagi tindak tutur menjadi tiga jenis Nobita yang sudah kesiangan untuk berangkat
tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner sekolah.
‘locutionary act’, tindak ilokusioner ‘illocutionary
act’, dan tindak perlokusioner ‘perlocutionary act’ Mama : Iikagenni okinasai!
(Searle dalam Nadar, 2013). Tindak lokusioner Cepat bangun!
adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan Nobita : Nande motto hayaku okoshitekurenaino
sesuatu, sedangkan tindak ilokusioner adalah apa mama!
yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu Kenapa mama tidak
menuturkan sesuatu dan dapat merupakan membangunkan aku lebih cepat!
tindakan menyatakan, berjanji, meminta maaf, (Stand by Me Doraemon, menit ke 00.01.23)
mengancam, meramalkan, memerintah, meminta,
dan lain sebagainya. Jenis tindak tutur lain adalah Tuturan di atas menyampaikan keluhan Nobita
tindak perlokusioner, yaitu tindakan untuk karena dia bangun kesiangan. Pada situasi di atas,
mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, Nobita yang bangun kesiangan menunjukkan
mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain. keluhannya kepada mamanya. Dia berpikir bahwa
Searle dalam Nadar (2013) mengklasifikasikan dia kesiangan karena mamanya tidak
tindak tutur ilokusi dibedakan menjadi 5 jenis membangunkannya lebih awal.
berdasarkan tujuan si penutur, yaitu tindak tutur Kata yang menunjukkan keluhan adalah
asertif (assertives), direktif (directives), komisif “Hayaku okoshitekurenainno” “mengapa tidak
(commisives), ekspresif (expressives), dan deklaratif membangunkanku lebih cepat?” Hal tersebut
(declarations) (Searle dalam Leech, 1993). Hal yang tampak pada pertanyaan “Nande” yang
membuat penulis tertarik untuk memilih dilontarkan oleh Nobita dengan ekspresi kaget
menggunakan teori tindak tutur ilokusi karena setelah melihat jam yang menandakan dia
tindak tutur ilokusi merupakan tindakan kesiangan. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan sesuatu yang mempunyai maksud dan “Okoshitekurenai” yang berarti “tidak
fungsi tertentu dan hal tersebut berkaitan dengan membangunkanku”. Lalu di akhir kalimat
penelitian penulis. Jenis tindak tutur yang terdapat partikel no yang memberikan nuansa
termasuk dalam kelompok ini dan akan dibahas penekanan pada pertanyaan, dimana Nobita
oleh penulis adalah mengeluh (complaint). meyakini bahwa mamanya benar-benar tidak
Dalam penelitian bidang linguistik, dapat membangunkan Nobita lebih awal. Strategi
menggunakan film atau drama sebagai sumber keluhan yang digunakan pada percakapan di atas
data. Sehingga penulis menggunakan film Stand by adalah strategi dengan menyalahkan tindakan
Me Doraemon sebagai sumber data dari penelitian (orang).
penulis.
83 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Laras Wibawati Citra, Idah Hamidah, Dian Bayu Firmansyah,
The Speech Act of Complaining in Japanese Anime
Hal-hal yang mengakibatkan keluhan tersebut buruk yang akan ia hadapi. Dalam penelitiannya,
yang menjadi dasar penulis untuk meneliti seperti Winoto dan Bayu (2012) menganalisis tindak tutur
apa macam-macam bentuk tuturan mengeluh yang mengeluh dengan teori Austin dan Searle lalu
dilakukan oleh anak-anak dan strategi yang mengkaitkannya dengan teori strategi mengeluh
digunakan untuk mengungkapkan keluhan dalam Anna Trosborg.
bahasa Jepang. Sesuai dengan latar belakang di Benning dan Parwati (2018) menyatakan
atas, penelitian ini difokuskan pada strategi yang bahwa tindak tutur mengeluh yang dilakukan oleh
dipakai dan bentuk tindak tutur mengeluh yang anak-anak secara langsung, baik anak kepada
digunakan baik secara langsung maupun tidak orang tua maupun anak terhadap anak lainnya,
langsung. hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur
sangat berpengaruh dalam pemilihan strategi
Penelitian Terdahulu mengeluh. Hasil yang ditemukan menunjukkan 3
strategi mengeluh yang digunakan oleh tokoh
Penelitian mengenai tindak tutur ilokusi terdapat dalam drama yaitu strategi keluhan tidak langsung
dalam Nurhasanah (2010) yang mendeskripsikan (isyarat), strategi keluhan dengan menyatakan
tindak tutur mengeluh secara langsung yang kekesalan, dan strategi keluhan dengan cara
cenderung dilakukan oleh penutur yang status menyalahkan. Sumber data yang digunakan dalam
sosialnya lebih tinggi dari mitra tutur, baik penelitian tersebut adalah serial drama yang
hubungannya di antara mereka akrab ataupun berjudul Suki Na Hito Ga Iru Koto. Dalam
tidak. Tuturan mengeluh yang mereka gunakan penelitiannya, Hadi menganalisis tindak tutur
adalah strategi keluhan isyarat, keluhan dengan mengeluh dengan pendekatan pragmatik dan
menyalahkan kekesalan, dan keluhan dengan cara mengkaitkannya dengan teori strategi mengeluh
menyalahkan. Sedangkan penutur yang status Anna Trosborg.
sosialnya lebih rendah dari mitra tutur melakukan Aprianti (2018) mendeskripsikan penggunaan
tindak tutur mengeluh dengan isyarat, kekesalan, tindak tutur ilokusi direktif “memerintah” dalam
dan menyalahkan. Strategi keluhan isyarat drama Kodo Buru – Dokuta Heri Kinkyu Kyumei.
dilakukan karena hubungan di antara mereka tidak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
akrab. Sedangkan strategi keluhan dengan cara kualitatif dan menggunakan teknik simak catat
menyalahkan dilakukan karena hubungan yang untuk pengumpulan data.
terjalin di antara mereka akrab. Strategi-strategi Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu, ada
yang digunakan oleh penutur bahasa Jepang di beberapa kesamaan yang terdapat dalam
dalam drama seri Jepang yang berjudul Shokojo penelitian penulis yang terletak pada objek kajian
Seira dalam mengungkapkan keluhannya yaitu tindak tutur dan strategi mengeluh
menggunakan pendekatan sosiopragmatik yang menggunakan teori Anna Trosborg, lalu yang
dikaitkan dengan konsep strategi mengeluh Anna membedakan penelitian penulis dengan penelitian
Trosborg. Metode yang digunakan dalam terdahulu adalah penulis fokus kepada tindak tutur
penelitiannya adalah metode teknik kepustakaan, mengeluh secara langsung maupun tidak langsung
sedangkan metode penulisan yang dilakukan yang dilakukan oleh tokoh anak-anak kepada
menggunakan metode eksposisi. orang tua maupun orang teman sebayanya dalam
Winoto dan Bayu (2012) meneliti tindak tutur film Stand by Me Doraemon.
mengeluh berdasarkan tokoh wanita protagonis
dan tokoh pria protagonis yang terdapat dalam Tindak Tutur
film Great Teacher Onizuka. Dalam
penelitiannya, Winoto dan Bayu (2012) Searle dalam Nadar (2009) mengungkapkan
menemukan bahwa complainer pria cenderung bahwa unsur paling kecil pada suatu proses
menggunakan strategi Annoyance karena strategi komunikasi adalah tindak tutur seperti
tersebut bersifat spontan dan merupakan strategi menyatakan, membuat pernyataan, memberi
yang paling mudah dituturkan untuk perintah, menguraikan, menjelaskan, meminta
mengekspresikan perasaan complainer yang buruk maaf, berterimakasih, mengucapkan selamat, dan
dan tidak baik. Sementara itu complainer wanita lain-lain.
cenderung menggunakan strategi Ill Consequence Chaer (1995) berpendapat bahwa tindak tutur
karena sifat tokoh Fuyutsuki yang cenderung halus adalah makna dari bentuk kalimat yang
dan sopan, maka sebelum menuturkan keluhannya membedakan lokusi, ilokusi, perlokusi dan
ia akan berpikir dahulu mengenai konsekuensi mengikuti situasi dalam penentuan makna bahasa.
84 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 82-95
85 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Laras Wibawati Citra, Idah Hamidah, Dian Bayu Firmansyah,
The Speech Act of Complaining in Japanese Anime
Contoh: Contoh:
The kitchen was clean and orderly when I left it last. Look what I just found in my cupboard, your
Dapur ini bersih dan teratur ketika aku dirty clothes.
meninggalkannya terakhir kali. Lihat yang kutemukan di lemariku, baju
2. Ungkapan kekesalan/ ketidaksetujuan kotormu.
(Expression of disapproval)
c) Tuduhan langsung (Direct Accusation)
Penutur mengekspresikan rasa tidak suka,
Strategi kelima yaitu keluhan dengan
kecewa maupun terganggu terkait hal yang
tuduhan langsung. Strategi ini diungkapkan
dirasa buruk bagi penutur. Dalam strategi ini,
dengan cara langsung menuduh mitra tutur
dibagi menjadi dua sub strategi, yaitu:
atas perilakunya yang merugikan penutur,
a) Kekesalan (Annoyance)
karena menurut penutur dia memang
Strategi kedua ini merupakan keluhan
bersalah ataupun melakukan tindakan yang
dengan menuturkan kekesalan. Penutur
buruk.
mengekspresikan kekesalan,
Contoh:
menyampaikan kejengkelan,
You don’t even clean up after you when you’ve
ketidaksukaan, dan sebagainya kepada
been there, you used to do it, what’s up with you
situasi dan tindakan yang dianggap buruk
now?
bagi penutur tanpa menyebutkan bahwa
Kamu bahkan belum merapikan apapun,
mitra tutur harus bertanggung jawab atas
semenjak kamu ada disana, padahal dulu
keluhannya.
kamu terbiasa membersihkannya, ada apa
Contoh:
dengan dirimu sekarang?
Look at these things, all over the place.
Lihat semua benda ini, di seluruh penjuru 4. Menyalahkan (Blaming)
tempat ini. Dalam strategi ini, penutur menyalahkan
mitra tutur dalam keluhannya. Terdapat tiga
b) Konsekuensi buruk (Ill consequency)
subkategori strategi mengeluh yang digunakan
Strategi ketiga ini, merupakan strategi
oleh penutur dalam menuturkan keluhannya,
keluhan dengan menuturkan konsekuensi
yaitu:
buruk. Penutur mengungkapkan
a) Modifikasi ungkapan menyalahkan
konsekuensi buruk (ill consequency) yang
(Modified blame)
telah terjadi kepada penutur di hadapan
Strategi keenam ini merupakan strategi
mitra tutur.
keluhan dengan modifikasi ungkapan
Contoh:
menyalahkan. Dalam strategi ini, penutur
I have already spar, spa, I’ve already spent ten
mengekspresikan rasa tidak sukanya
minutes oh, quarter of an hour I think it was,
terhadap tindakan mitra tutur dengan
cleaning up the bathroom itself.
mengubah atau memberikan alternatif
Aku sudah menghabiskan waktu hampir 10
tindakan yang diinginkan oleh penutur.
menit, bahkan seperempat jam,
Penutur menyampaikan modifikasi
membersihkan kamar mandi sendirian.
keluhannya atas tindakan yang mitra
3. Tuduhan (Accusations) tuturlah sebagai pihak yang bertanggung
Strategi ini dibedakan menjadi dua subkategori, jawab atau penutur menyatakan pilihan
yaitu: terhadap pendekatan alternatif yang tidak
b) Tuduhan tidak langsung (Indirect Accusation) diambil oleh mitra tutur.
Strategi keempat yaitu keluhan dengan Contoh:
mengungkapkan tuduhan secara tidak It’s boring to stay here, and I hate living in a
langsung. Penutur menggunakan kalimat mess, anyway you ought to clean up after you.
tanya mengenai situasi yang dekat dengan Membosankan berada disini dan aku benci
hal yang dikeluhkan kepada mitra tutur dan tinggal dalam kekacauan, ngomong-
dalam tuturan tersebut, penutur secara tidak ngomong kamu harus membersihkan
langsung menyatakan bahwa mitra tutur semua ini sendiri.
ada hubungannya dengan situasi dan hal
b) Menyalahkan secara eksplisit (sikap)
yang dikeluhkan oleh penutur.
(Explicit blame (behavior))
86 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 82-95
87 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Laras Wibawati Citra, Idah Hamidah, Dian Bayu Firmansyah,
The Speech Act of Complaining in Japanese Anime
depannya berubah, bukan lagi gambar Shizuka, Pada data 2 di atas, hubungan yang terjalin
melainkan Jaiko. Nobita menuturkan bahwa antara Ayah dan Shizuka adalah orangtua dengan
ketika masa depannya mulai berubah, Shizuka anak perempuannya. Sehingga, hubungan mereka
mungkin akan menikah dengan Dekisugi, akrab. Shizuka menunjukkan keluhannya dengan
sedangkan Nobita mengharapkan akan menikah mengatakan “Sorenanoni watashi no hou wa… Papa
dengan Shizuka dengan ramalan kartu masa depan ya Mama ni nanimo shite agerarenakatta wa…” yang
yang diberikan oleh Doraemon. Nobita artinya “Tapi aku… aku belum melakukan sesuatu
menyampaikan tuturan ini supaya mitra tutur untuk membalas budi.” Pada kalimat “Sorenanoni
melihat situasi tersebut dan mereka merasa watashi no hou wa…” yang memiliki arti “Tapi
bersalah. aku…” terdapat partikel nanoni yang menunjukkan
Nobita menggunakan strategi “keluhan perasaan ketidakpuasan penutur, maka dari itu
implisit” karena menganggap Doraemon tuturan tersebut dikatakan sebagai tindak tutur
mengetahui kesalahannya dan akan mengeluh. Mengeluh merupakan ungkapan
bertanggungjawab atas apa yang terjadi dengan ketidakpuasan terhadap suatu hal yang
Nobita walaupun Nobita tidak menuturkan mempengaruhi diri penutur dengan cara tidak
keluhannya secara terang-terangan. Doraemon menyenangkan. Kalimat selanjutnya yang
seharusnya mengerti dan bertanggungjawab diucapkan oleh Shizuka adalah “Papa ya Mama ni
karena awalnya Doraemon memberitahu Nobita nanimo shite agerarenakatta wa…”, yang artinya
bahwa Nobita akan menikah dengan Shizuka “Aku belum melakukan sesuatu untuk membalas
melalui kartu yang menunjukkan gambar Shizuka Ayah dan Ibu”, terdapat bentuk “nakatta” yang
di layarnya. Pada data di atas, Nobita berasal dari bentuk halus/sopan “nai” dan
memberitahukan kepada Doraemon bahwa ia berbentuk negatif lampau. Partikel akhir ta
berharap di masa depan akan menikah dengan digunakan kepada keluarga, sahabat, dan teman
Shizuka. akrab. Dalam hal ini, penutur menunjukkan
hubungan mitra tutur dengan penutur sebagai
Data (2) orang yang dekat dengan penutur.
Sorenanoni watashi no hou wa Papa ya Mama ni Berdasarkan hasil analisis tersebut, tuturan
nanimo shite agerarenakatta wa. yang diucapkan oleh Shizuka merupakan tindak
Tapi aku, aku belum melakukan sesuatu untuk tutur mengeluh. Tindak tutur mengeluh terjadi
membalas budi. karena adanya tindakan orang lain yang
(Stand by Me Doraemon, menit ke 00.52.08) mempengaruhi diri penutur dan penutur
menyampaikan kepada seseorang tentang situasi
Percakapan pada data 2 di atas terjadi antara yang mempengaruhi penutur yang dianggap salah
Shizuka dengan Ayahnya. Shizuka menghampiri atau tidak memuaskan dan sebaiknya diselesaikan
ayahnya untuk pamit tidur karena esok hari ia dengan penutur memberitahu bahwa ia sedang
akan menikah. Nobita dan Doraemon melihat merasa sedih atau sakit, dan membuat protes
muka Shizuka yang nampak sedih. Saat Shizuka secara formal kepada seseorang. Shizuka
berjalan ke luar ruangan, Doraemon menjelaskan keluhannya mengenai dirinya sendiri
mengeluarkan alat pemancar kejujuran dan kepada Ayahnya, ia merasa belum bisa membalas
mengarahkannya kepada Shizuka. Alat tersebut budi kepada kedua orang tuanya dan Shizuka
membuat seseorang yang memendam sesuatu ini merasa takut jika nanti ia menikah, Ayahnya akan
mengatakan semuanya. Shizuka yang sebelumnya merasa kehilangan Shizuka. Dalam
sudah berjalan menuju ke kamarnya untuk tidur, mengungkapkan keluhannya tersebut, Shizuka
kembali ke ruangan di tempat ayahnya berada lalu menggunakan strategi keluhan dengan isyarat.
mengatakan kepada ayahnya bahwa ia tidak ingin
menikah. Ayah Shizuka kebingungan mendengar Data (3)
perkataan Shizuka, lalu Shizuka menjelaskan Sore ga… Puroguramu jo… mou ni do to kono jidai ni
kepada Ayahnya bahwa Shizuka merasa Ayahnya wa korarenai n desu.
akan kehilangan Shizuka jika Shizuka menikah. Tapi… program ini… tidak mengizinkanku
Shizuka merasa bahwa ia belum bisa membalas kembali ke zaman ini.
kebaikan Ayah dan Ibunya yang merawat Shizuka (Stand by Me Doraemon, menit ke 01.13.38)
dengan baik hingga ia dewasa, sehingga ia berpikir
untuk membatalkan pernikahannya. Percakapan data 3 ini terjadi di ruang tamu
antara Doraemon, Papa, dan Mama Nobita.
88 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 82-95
Doraemon sudah menyelesaikan misi dari digunakan oleh Doraemon adalah strategi keluhan
Dekisugi untuk membuat Nobita bahagia agar implisit.
Doraemon bisa kembali ke masa depan.
Doraemon menjelaskan bahwa ia harus kembali ke Keluhan dengan Menyatakan
masa depan saat esok hari, jika tidak ia akan Kekesalan/Konsekuensi Buruk
mendapatkan masalah. Lalu ayah Nobita
menawarkan untuk berkunjung kembali, tetapi Penutur mengeluh dengan cara mengungkapkan
Doraemon berkata bahwa program dari zaman semua rasa kesalnya, ketidaksukaannya,
Doraemon membuat ia tidak bisa kembali ke ketidaksetujuannya melalui tuturannya kepada
zaman tersebut lagi. Doraemon mengeluhkan hal mitra tutur. Kesal menurut Kamus Besar Bahasa
tersebut kepada ayah Nobita. Indonesia mengacu kepada perasaan tidak senang
Pada data 3 tersebut Doraemon mengatakan dan tidak puas terhadap suatu hal. Dalam hal ini,
“Sore ga… Puroguramu jo… mou ni do to kono jidai ni penutur merasa tidak senang dan tidak puas atas
wa korarenaindesu” yang artinya “Tapi… Program perkataan maupun tindakan yang dilakukan oleh
ini… Tidak mengizinkanku untuk kembali ke mitra tuturnya. Penutur juga mengungkapkan
zaman ini”. Kata “sore ga” memiliki arti konsekuensi buruk yang harus ia terima sebagai
“sebenarnya” menunjukkan keluhan Doraemon akibat dari tindakan yang sebenarnya menjadi
tentang keadaan yang harus ia hadapi walaupun ia tanggung jawab mitra tutur.
tidak menginginkan hal tersebut terjadi.
Berikutnya ia mengatakan “Puroguramu jo mou ni Data (4)
do to kono jidai wa korarenaindesu” yang artinya Yappari yameyou yo. Itte mo muda da yo.
“Program ini tidak mengizinkanku untuk kembali Hentikan saja. Ini tidak akan berhasil.
ke zaman ini”. Bentuk “korarenai” berasal dari (Stand by Me Doraemon, menit ke 00.03.32)
bentuk negatif “kuru” yang berarti “tidak kembali”.
Lalu, diikuti dengan kata “ndesu” berasal dari Percakapan terjadi antara Sobi dan Doraemon
bentuk “no desu” yang sering digunakan dalam yang berasal dari masa depan. Mereka sedang
bahas percakapan dan lebih formal. Bentuk ini melihat kegiatan sehari-hari Nobita melalui Time
mengandung perasaan yang “ingin” disampaikan Terebi. Doraemon tidak setuju dengan keputusan
penutur untuk menunjukkan atau menekankan Sobi yang ingin membantu Nobita agar masa
alasan atau keterangan dalam konteks. Dalam hal depan Nobita menjadi lebih baik. Doraemon
ini, penutur menjelaskan bahwa ia tidak bisa menganggap apa yang dilakukan Sobi tidak akan
kembali ke zaman tersebut walaupun disisi lain ia berhasil. Doraemon lebih memilih untuk
tetap bisa kembali ke zaman tersebut. menghentikan semuanya setelah melihat kegiatan
Keluhan yang dituturkan Doraemon dan tingkah laku Nobita melalui Time Terebi.
merupakan kategori mengeluh secara tidak Pada data 4 tersebut, Doraemon mengatakan
langsung, yaitu penutur menyampaikan “Yappari yameyou yo. Itte mo muda da yo” yang
keluhannya kepada mitra tutur yang tidak ada artinya “Hentikan saja ini tidak akan berhasil.”
hubungannya dengan isi keluhan yang Tuturan ini merupakan reaksi Doraemon atas
disampaikan oleh penutur. Penutur bisa tindakan yang dilakukan oleh Sobi. Sobi ingin
mengeluhkan mengenai dirinya sendiri, sesuatu, membantu Nobita agar masa depan Nobita tidak
atau seseorang yang tidak ada pada saat keluhan berantakan. Pada tuturan tersebut, terdapat sebuah
tersebut dituturkan. Penutur dapat menyampaikan penekanan. Kata yang menunjukkan sebuah
keluhannya kepada orang ketiga. Doraemon penekanan tersebut terdapat pada partikel akhir yo.
mengeluhkan tentang keadaan yang harus ia Lebih ditekankan pada tuturan yo tersebut karena
terima kepada orang ketiga (Ayah Nobita) bahwa mengandung sebuah keluhan yang kuat, dan ingin
ia tidak bisa kembali ke zaman tersebut walaupun disampaikan oleh Doraemon. Tuturan yang
ia tidak menginginkannya. digarisbawahi terdapat partikel akhir yo yang
Berdasarkan hasil analisis data di atas, tuturan memiliki fungsi untuk menunjukkan suatu
Doraemon merupakan tindak tutur mengeluh pernyataan yang memastikan (Chino, 2008, hal.
karena ia menjelaskan keadaan atau konsekuensi 123). Selain itu partikel akhir yo digunakan untuk
yang harus ia terima walaupun ia tidak mempertegas sebuah tuturan. Dalam tuturan
menginginkannya kepada Ayah Nobita (mitra tersebut Doraemon bermaksud menekankan
tutur, orang ketiga). Strategi mengeluh yang tuturannya dengan informasi yang ia dapat kepada
Sobi, bahwa tindakan yang dilakukan Sobi untuk
89 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Laras Wibawati Citra, Idah Hamidah, Dian Bayu Firmansyah,
The Speech Act of Complaining in Japanese Anime
menolong Nobita akan sia-sia menurut sini!”. Kata “uso da” memiliki arti “bohong”
Doraemon. menunjukkan rasa kesal Nobita kepada Sobi.
Doraemon menggunakan strategi Berdasarkan hasil analisis melalui tuturan
“ketidaksetujuan dengan mengekspresikan “Sonna detarame shinjinaizo” dan “Uso da! Kaere!
kekesalan” karena menganggap tindakan yang Kaerettara kaere! Deteke~!” menunjukkan bahwa
dilakukan Sobi itu tidak menyenangkan atau jelek tuturan yang diucapkan Nobita adalah tindak tutur
bagi Doraemon tanpa harus adanya mengeluh. Tuturan tersebut dilakukan dengan
pertanggungjawaban atas hal yang dilakukan oleh strategi keluhan dengan menyatakan kekesalan.
Sobi. Sobi yang ingin membantu Nobita agar masa
depan Nobita tidak terpuruk dianggap melakukan Data (6)
hal yang sia-sia oleh Doraemon setelah melihat Nobita kun o shiawase ni shinai kagiri… Mirai ni
perilaku Nobita sehari-hari yang berantakan dan kaete… Korarenai!
ceroboh. Sampai kau membantu Nobita menemukan
kebahagiaan... kau tidak bisa kembali ke masa
Data (5) depan.
Anna gasatsu na ko ga boku no… Aaa… Uso da! Kaere! (Stand by Me Doraemon, menit ke 00.08.48)
Kaerettara kaere! Deteke~! Sonnna detarame
shinjinaizo~! Percakapan pada data 6 di atas terjadi di kamar
Istriku penindas seperti dia… Aaa… Kau bohong! Nobita antara Sobi, Nobita, dan Doraemon. Sobi
Pergi! Pergi! Pergi dari sini! Aku tidak percaya menjelaskan kepada Nobita bahwa di masa depan,
padamu! hidup Nobita kacau. Nobita tidak bisa
(Stand by Me Doraemon, menit ke 00.07.30) mendapatkan pekerjaan lalu Nobita mendirikan
perusahaan sendiri, tetapi semua habis terbakar
Percakapan pada data 5 di atas, terjadi di dan hutang-hutang Nobita membengkak. Setelah
kamar Nobita antara Nobita dengan Sobi. Setelah mendengarkan penjelasan dari Sobi, Nobita
Sobi dan Doraemon memperkenalkan dirinya merasa menyebabkan masalah. Sobi berkata
kepada Nobita, Sobi menjelaskan kepada Nobita bahwa Nobita bisa mengubah nasibnya. Itu
bahwa Nobita akan menikah 19 tahun lagi dari sebabnya Sobi dan Doraemon berada di zaman ini.
sekarang. Nobita bertanya kepada Sobi, dengan Doraemon masih belum setuju dengan keputusan
siapa dia akan menikah. Lalu Sobi menunjukkan Sobi. Sobi menghukum Doraemon dengan
foto pernikahan dan menjelaskan bahwa Nobita hukuman Doraemon tidak bisa kembali ke masa
akan menikah dengan Jaiko dari hidupnya yang depan sampai ia membantu Nobita menemukan
sekarang. Nobita mengeluhkan keluhannya kebahagiaan.
kepada Sobi karena ia tidak terima dengan Pada data 6 di atas, Sobi mengekspresikan apa
penjelasan dari Sobi bahwa ia akan menikah yang dirasakan olehnya, mengungkapkan
dengan Jaiko. perasaan tidak mengenakkan baginya dan
Pada data 5 di atas, Nobita mengekspresikan perasaan tidak menyenangkan tersebut merupakan
apa yang dirasakannya, mengungkapkan perasaan reaksi dari tuturan Doraemon. Sobi mengatakan
yang tidak menyenangkan baginya dan perasaan “Nobita kun o shiawase ni shinai kagiri… Mirai ni
yang tidak mengenakkan tersebut reaksi dari kaette… Korarenai!” yang artinya “Sampai kau
tuturan Sobi. Nobita mengatakan “Sonna detarame membantu Nobita menemukan kebahagiaan…
shinjinaizo”, yang artinya “Pergi dari sini, aku tidak Kau tidak bisa kembali ke masa depan!”. Sobi
percaya padamu!”. Tuturan ini bersifat tegas menuturkan tuturan yang mengekspresikan
karena terdapat partikel zo pada tuturan tersebut. kekesalannya kepada Doraemon ditekankan pada
Kata yang menunjukkan keluhan dari Nobita kata “korarenai” yang memiliki arti “tidak bisa
kepada Sobi yaitu “shinjinaizo” yang memiliki arti pulang”. Sobi menekankan kekesalan atau
“tidak percaya”. Tuturan tersebut diucapkan oleh keluhannya kepada Doraemon dengan cara
Nobita sebagai reaksi atas ucapan dari Sobi. Sobi membuat Doraremon tidak bisa pulang ke masa
menjelaskan kepada Nobita bahwa Nobita akan depan jika tidak bisa menemukan kebahagiaan
menikah dengan Jaiko dari masa sekarang, Nobita Nobita.
tidak terima dengan tindakan atau tuturan Sobi. Berdasarkan hasil analisis, tuturan Sobi
Lalu didukung dengan tuturan “Uso da! Kaere! merupakan tindak tutur mengeluh. Sobi
Kaerettara kaere! Deteke~!” Oleh Nobita yang mengeluhkan tuturan dari Doremon yang tidak
artinya “Kau bohong! Pergi! Pergi! Pergi dari sesuai dengan kesepakatan awal bahwa mereka
90 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 82-95
ingin membantu Nobita agar Nobita dapat pesta pernikahan Nobita dengan Shizuka di masa
memperbaiki masa depannya. Sobi membuat raut depan, tetapi Doraemon melakukan kesalahan.
wajah yang kesal kepada Doraemon dan Nobita menyampaikan keluhannya dengan
memberikan konsekuensi buruk yang harus strategi keluhan tuduhan secara langsung.
Doraemon terima karena Sobi merasa Doraemon Dilanjutkan dengan partikel darou di akhir kalimat.
mengecewakan Sobi. Sobi menyampaikan Partikel darou berfungsi untuk meminta
keluhannya secara verbal dan langsung kepada persetujuan dari lawan bicara akan hal yang
mitra tutur yang dikeluhkannya. diperbincangkan dan intonasinya dinaikkan.
Dalam bahasa Indonesia, polanya “bla bla bla,
Keluhan dengan Menyatakan Tuduhan bukan?”. Darou digunakan untuk orang lain, tidak
untuk diri sendiri. Darou merupakan bentuk biasa
Penutur mengeluh terhadap situasi yang terjadi dari deshou.
dengan cara menuduh mitra tutur secara langsung Berdasarkan hasil analisis, tuturan Nobita
atau tidak langsung. Penutur menganggap bahwa termasuk dalam tindak tutur mengeluh. Penutur
mitra tutur adalah orang yang bertanggung jawab mengungkapkan perasaan tidak senang terhadap
terhadap situasi yang tidak menyenangkan bagi tindakan yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu,
penutur. Dalam keluhan dengan cara menyatakan penutur menyampaikan keluhan secara verbal
tuduhan secara langsung, penutur dapat menuduh kepada mitra tuturnya. Keluhan ini ditunjukkan
langsung kepada mitra tutur yang dianggap telah kepada mitra tutur yang dianggap penutur
melakukan kesalahan atau tindakan buruk, bertanggung jawab atas tindakan yang terjadi.
sedangkan tuduhan secara langsung, oenutur Penutur menuduh langsung kepada mitra tutur
dapat mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur yang dianggap telah melakukan kesalahan atau
terkait situasi atau menyatakan bahwa dia ada tindakan buruk. Tuturan mengeluh Nobita ini
hubungannya dengan peristiwa yang terjadi. dilakukan dengan strategi keluhan dengan
tuduhan secara langsung. Nobita menuduh
Data (7) Doraemon melakukan kesalahan.
Hito no koto ienai darou!
Semua orang bisa membuat kesalahan! Keluhan dengan cara Menyalahkan
(Stand by Me Doraemon, menit ke 01.03.36)
Penutur mengeluh terhadap suatu situasi yang
Percakapan di atas terjadi antara Doraemon terjadi dengan cara menyalahkan mitra tutur.
dan Nobita di gedung pernikahan Nobita dari Penutur menganggap bahwa mitra tutur adalah
masa depan. Nobita dan Doraemon berencana orang yang harus bertanggung jawab terhadap
melihat pesta pernikahan Nobita di masa depan. situasi yang tidak menyenangkan dan dirasakan
Setelah sampai di gedung pernikahan, Nobita oleh penutur. Dalam keluhan dengan cara
bingung mengapa tidak ada pernikahan di hari menyalahkan, penutur dapat menyalahkan
tersebut, ternyata Doraemon salah memasukkan tindakan yang diperbuat oleh mitra tuturnya
tujuan tanggal yang dituju. Pesta pernikahan maupun menyalahkan pada diri orang yang telah
dilaksanakan esok hari, sedangkan mereka datang melakukan tindakan tersebut. Penutur juga dapat
ke gedung pernikahan pada hari ini. Nobita melakukan berbagai cara sebelum menyalahkan
menyampaikan keluhannya kepada Doraemon orang tersebut.
yang membuat kesalahan.
Nobita mengatakan “Hito ni koto ienai darou!” Data (8)
yang artinya “Lihat? Semua orang melakukan Nande motto hayaku okoshitekurenai no Mama!
kesalahan!”. “Hito ni koto ienai” merupakan bentuk Kenapa Ibu tidak membangunkanku lebih cepat?
keluhan yang disampaikan oleh Nobita kepada (Stand by Me Doraemon, menit ke 00.01.22)
Doraemon. Nobita menuduh Doraemon membuat
kesalahan. Nobita berpikir bahwa semua orang Percakapan ini terjadi di rumah Nobita antara
pasti membuat kesalahan, jadi Doraemon pun Ibu dan Nobita. Ibu mencoba membangunkan
pasti membuat kesalahan. Doraemon tidak Nobita untuk sekolah karena Nobita sudah
sengaja membuat kesalahan, yaitu Doraemon kesiangan. Nobita terbangun mendengar teriakan
salah memasukkan tujuan tanggal pernikahan dari Ibu pun langsung melihat jam yang berada di
Nobita di masa depan. Nobita dan Doraemon sebelahnya dan terkejut lalu mengeluhkan Ibu
sedang berada di masa depan dan ingin melihat yang ia pikir tidak membangunkannya lebih cepat
91 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Laras Wibawati Citra, Idah Hamidah, Dian Bayu Firmansyah,
The Speech Act of Complaining in Japanese Anime
dan menyebabkan Nobita bangun kesiangan. tidak boleh diucapkan yaitu “ingin kembali”, jika
Nobita menyalahkan Ibunya karena merasa kata-kata tersebut diucapkan oleh Doraemon
Ibunya yang menyebabkan Nobita bangun maka Doraemon mendapatkan sengatan sebagai
kesiangan. Tetapi, Ibu Nobita tidak merasa bentuk hukuman dari program tersebut.
bersalah karena sudah mencoba membangunkan Doraemon yang merasakan mendapatkan
berulang kali tetapi Nobita tetap tidak bangun. hukuman dari program tersebut, mengeluhkan
Pada tuturan “Nande motto hayaku okoshite Sobi yang ternyata telah mengaktifkan sistem
kurenaino” yang memiliki arti “Mengapa tidak program yang dibuat oleh Sobi.
membangunkanku lebih cepat?” Nobita Doraemon mengatakan “Sobi kun mo, hidoi
mengungkapkan perasaan tidak menyenangkan puroguramo o zetto shite kureta mondayo mou… aite…
atau keluhannya kepada Ibunya (mitra tutur). kegashitenai kanaa.” yang artinya “Aku tidak
“Nande” merupakan bentuk informal dari percaya Sobi mengaktifkan programnya. Ku harap
“doushite” yang digunakan oleh Nobita karena ia aku tidak terluka…”. Tuturan ini merupakan
berbicara kepada Ibunya sendiri sehingga reaksi dari Doraemon atas tindakan yang
menggunakan “nande” yang biasa digunakan dilakukan oleh Sobi. Kalimat “Sobi kun mo hidoi
untuk percakapan sehari-hari. Selanjutnya, puroguramo o zetto shite kureta mondayo mou”
terdapat kata “motto hayaku okoshite kurenai” yang merupakan tuturan keluhan yang disampaikan
artinya “tidak membangunkanku lebih cepat”, Doraemon untuk Sobi di hadapan Nobita.
secara langsung Nobita mengharapkan Ibunya Doraemon menyalahkan tindakan Sobi, karena
membangunkan lebih cepat tetapi kenyataannya Doraemon tidak percaya bahwa Sobi telah
tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Di akhir mengaktifkan program yang dibuat oleh Sobi
kalimat terdapat partikel “no” yang berfungsi untuk Doraemon. Partikel “kanaa” memiliki arti
menekankan sebuah pertanyaan. Tuturan dari “aku berharap” digunakan Doraemon untuk
data ini merupakan reaksi Nobita kepada Ibunya menyampaikan keluhannya kepada Sobi,
yang membuat Nobita merasa kesal, Ibu mencoba Doraemon berharap ia tidak terluka dengan
membangunkan Nobita yang kesiangan untuk hukuman yang diberikan oleh program dari Sobi.
sekolah, tetapi Nobita menyalahkan Ibunya Sobi membuat program misi untuk Doraemon
karena tidak membangunkannya lebih cepat agar yang mengharuskan Doraemon membantu Nobita
ia tidak terlambat untuk ke sekolah. menemukan kebahagiaan Nobita. Doraemon
Nobita menggunakan strategi “menyalahkan tidak bisa kembali ke masa depan jika misi tersebut
secara tindakan” pada keluhannya, karena Nobita belum selesai dan bila misi tersebut sudah selesai,
mengeluh dengan tindakan yang dilakukan Doraemon tidak bisa memilih untuk tetap tinggal
Ibunya. Menurut Nobita, Ibunyalah yang harus di masa sekarang. Sobi memberikan hukuman di
bertanggungjawab atas keluhannya, maka dari itu dalam program tersebut berupa sengatan ke tubuh
Nobita menyalahkan secara langsung tindakan Doraemon jika program tersebut mendeteksi kata
yang dilakukan Ibunya. Nobita “menyalahkan “ingin kembali” dari Doraemon. Doraemon
secara langsung (tindakan)” karena Ibunya yang mengeluhkan Sobi yang sudah mengaktifkan
menyebabkan ia kesiangan. programnya dan berharap agar ia tidak terluka jika
terkena hukuman dari program Sobi tersebut.
Data (9) Suasana yang diciptakan Doraemon adalah
Hidoi puroguramu o zetto shite kureta mondayo mou… Doraemon menggerutu sambil menahan rasa sakit
aite… kegashitenai kanaa dari sengatan program yang dibuat oleh Sobi.
Aku tidak percaya Sobi mengaktifkan programnya. Doraemon menyampaikan keluhannya secara
Ku harap aku tidak terluka… tidak langsung, yaitu melalui Nobita (orang
(Stand by Me Doraemon, menit ke 00.10.39) ketiga).
Berdasarkan hasil analisis, tuturan Doraemon
Percakapan di atas terjadi antara Doraemon termasuk ke dalam tindak tutur mengeluh.
dan Nobita di kamar Nobita. Doraemon diberikan Perbuatan Sobi menyebabkan konsekuensi yang
tugas oleh Sobi untuk membantu Nobita tidak menyenangkan bagi penutur. Penutur
menemukan kebahagiaan Nobita dan bisa pulang menyampaikan keluhannya mengenai seseorang
ke masa depan jika sudah menyelesaikan misi dari yang tidak ada pada saat keluhan tersebut
Sobi. Doraemon merasa tidak bisa melakukan misi dituturkan, dan penutur menyampaikan
dari Sobi dan ingin kembali ke masa depan. keluhannya kepada pihak ketiga. Doraemon
Program pendeteksi mendeteksi kata-kata yang menuturkan keluhannya kepada Nobita sebagai
92 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 82-95
pihak ketiga, karena Sobi sebagai seseorang yang Doraemon no darou?” dan “Okage de hidoi me ni
seharusnya bertanggung jawab dengan atterun da zo, nanto kashiru!” menunjukkan bahwa
konsekuensi yang harus Doraemon terima, tidak tuturan yang diucapkan oleh Suneo adalah tindak
ada pada saat keluhan tersebut dituturkan tutur mengeluh. Tuturan tersebut dilakukan
Doraemon. Tuturan mengeluh tersebut dilakukan dengan strategi keluhan dengan menyalahkan
dengan strategi keluhan dengan cara orang.
menyalahkan.
Data (11)
Data (10) Doushite kurerun da yo are~
Ano hen tekona tamago de Doraemon no darou!? Mengapa kau biarkan ini terjadi~
Telur aneh itu milik Doraemon kan!? (Stand by Me Doraemon, menit ke 00.25.54)
(Stand by Me Doraemon, menit ke 00.24.44)
Percakapan di atas terjadi antara Dekisugi,
Percakapan di atas terjadi antara Suneo dan Nobita, dan Doraemon di kamar Nobita. Dekisugi
Nobita di halaman rumah Nobita. Nobita berniat untuk menghampiri Shizuka ke rumahnya,
mendengar suara Suneo memanggil Nobita dari tetapi saat ia sampai di halaman rumah Shizuka,
luar rumah. Nobita yang sedang sibuk menunggu Dekisugi masuk ke dalam “Lubang Ke Mana
Shizuka keluar dari telur menghampiri Suneo Saja” milik Doraemon yang sebenarnya
keluar dengan memasang muka kesal. Saat Nobita digunakan untuk Shizuka oleh Nobita dan
membuka pintu, Suneo menampakkan wajah yang langsung terhubung ke kamar Nobita agar Shizuka
panik dan terburu-buru. Suneo menyampaikan langsung masuk ke dalam telur milik Doraemon.
keluhannya mengenai telur milik Doraemon yang Dekisugi kebingungan melihat Shizuka keluar dari
membuat ia merasa tidak senang karena Giant telur milik Doraemon dan langsung memeluk
selalu mengikuti Suneo kemanapun Suneo pergi Dekisugi saat Shizuka melihat Dekisugi di depan
setelah Giant keluar dari telur milik Doraemon. matanya. Nobita yang baru membuka pintu
Suneo menggerutu di hadapan Nobita dan kamarnya terkaget melihat Shizuka memeluk
mengatakan “Ano hen tekona tamago de Doraemon no Dekisugi. Nobita menyampaikan keluhannya
darou?” yang artinya “telur itu milik Doraemon, kepada Doraemon dengan cara menuturkan
kan?”. Suneo menciptakan suasana dengan muka kekecewaan kepada Doraemon bahwa mengapa
yang panik dan terburu-buru. Partikel darou Doraemon membiarkan hal tersebut terjadi.
berfungsi untuk meminta persetujuan dari lawan Doraemon berkata bahwa ia sudah memberitahu
bicara akan hal yang diperbincangkan dan kepada Nobita bahwa menggunakan alat seperti
intonasinya dinaikkan. Dalam bahasa Indonesia, itu bukanlah ide yang bagus. Dekisugi meminta
polanya adalah “bla bla bla, bukan?”. Darou tolong kepada Nobita dan Doraemon untuk
digunakan untuk orang lain, tidak untuk diri mengembalikan Shizuka menjadi normal kembali.
sendiri. Darou merupakan bentuk biasa dari deshou. Nobita mengatakan “Doushite kurerun da yo
Suneo mengeluhkan kepada Nobita mengenai are~” yang artinya “Mengapa kau biarkan ini
telur milik Doraemon yang membuat Giant terjadi?”. Kata “kurerun” menunjukkan suatu
menjadi mengejar-ngejar Suneo dan ia merasa keluhan yang dituturkan oleh Nobita. Kureru
terganggu dengan hal tersebut. Dilanjutkan memiliki arti “membiarkan” dan dilengkapi
dengan tuturan “Okage de hidoi me ni atterun da zo, dengan partikel n yang berfungsi menekankan
nanto kashiru!” yang memiliki arti “Aku perlu tuturan tersebut kepada mitra tutur. Nobita
bantuan, lakukan sesuatu!”. Tuturan tersebut berpikir bahwa Doraemon membiarkan hal buruk
bersifat tegas karena adanya partikel zo dalam terjadi. Penutur menyatakan bahwa mitra tuturlah
tuturan tersebut. Suneo menegaskan bahwa ia yang bersalah terhadap tindakan buruk yang
butuh bantuan Nobita maupun Doraemon untuk terjadi. Tindakan buruk tersebut ditandai Nobita
melepaskan Giant dari dirinya. Suneo mengeluh dengan kata “kurerun” yaitu “membiarkan”.
secara tidak langsung karena ia mengeluhkan Tindakan buruk yang dimaksud oleh Nobita
mengenai Doraemon yang tidak ada pada saat adalah ia melihat Shizuka memeluk Dekisugi yang
keluhan tersebut dituturkan dan seharusnya terjadi menurut Nobita adalah Shizuka
menyampaikannya kepada Nobita sebagai pihak jatuh cinta dan memeluk Nobita, Nobita berpikir
ketiga. Doraemon membiarkan hal buruk tersebut terjadi.
Berdasarkan hasil analisis dari data di atas Nobita mengeluh kepada Doraemon dengan
melalui tuturan “Ano hen tekona tamago de wajah yang kecewa sembari menangis.
93 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Laras Wibawati Citra, Idah Hamidah, Dian Bayu Firmansyah,
The Speech Act of Complaining in Japanese Anime
Berdasarkan hasil analisis dari data di atas, ketidaksetujuan, seperti yang diungkapkan oleh
tuturan Nobita termasuk ke dalam tindak tutur Trosborg dalam Benning dan Parwati (2018).
mengeluh. Penutur mengaharapkan Shizuka jatuh Tetapi yang menarik pada penelitian kali ini
cinta dengan menggunakan telur milik Doraemon, yaitu, tidak tampak ada pengaruh konsep uchi dan
namun harapan penutur tidak terjadi disebabkan soto yang biasanya sangat kental dalam kehidupan
oleh tindakan dari mitra tuturnya tersebut karena bermasyarakat di Jepang. Hal ini terlihat dari
Nobita menganggap Doraemon membiarkan pilihan strategi mengeluh dari tokoh anak-anak
semuanya terjadi. Tindakan penutur yang yang tidak menyiratkan secara langsung keluhan
membiarkan Shizuka salah sasaran menjadi yang dirasakan, walaupun kepada tokoh yang
Dekisugi dianggap penutur merugikan dirinya. sudah dianggap sebagai anggota keluarga sendiri.
Penutur memilih mengucapkan tuturan tersebut Bahkan beberapa strategi mengeluh yang dipilih
secara verbal. Tuturan verbal ini merupakan dianggap “menyerang” lawan tutur dengan cara
tuturan mengeluh. Tuturan mengeluh tersebut menyalahkan dan juga menunjukkan sebuah
dilakukan dengan strategi keluhan dengan cara kekesalan yang diakibatkan dari konsekuensi
menyalahkan tindakan. buruk yang terjadi.
Pembahasan
KESIMPULAN
Tokoh anak-anak pada anime ini sangat
menggambarkan kondisi anak-anak pada Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada
umumnya yang tahap perkembangan emosinya
bab 4, dalam film Stand by Me Doraemon terdapat
masih labil, sehingga tuturan ketika menyatakan
30 data mengenai keluhan oleh tokoh anak-anak
keluhan pun dikategorikan pada tindak tutur
kepada yang orang yang lebih tua maupun kepada
ekspresif yang betujuan untuk mengevaluasi atau
teman sebaya. Terdapat empat strategi yang
memperbaiki suatu hal yang dianggap menandai
digunakan oleh tokoh anak-anak dalam film Stand
sebuah kesulitan pada tuturan yang diujarkan
by Me Doraemon, yaitu keluhan dengan isyarat,
(Rustono dalam Chamalah & Turahmat, 2016).
keluhan dengan menyatakan
Perkembangan psikologis dan juga mental
kekesalan/ketidaksetujuan, keluhan dengan
pada anak-anak yang memang masih belum
menyatakan tuduhan, dan keluhan dengan cara
matang, menyebabkan tokoh anak dalam anime
menyalahkan.
tersebut ketika mengalami kondisi yang dianggap
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan,
tidak mengenakan, berupaya untuk mengutarakan
strategi yang lebih banyak digunakan oleh tokoh
maksud yang dirasakan dengan mengujarkannya
anak-anak dalam film Stand by Me Doraemon
melalui tindak tutur ilokusi berupa keluhan kepada
adalah strategi keluhan dengan menyatakan
tokoh lain yang berusia lebih tua maupun teman
kekesalan/konsekuensi buruk. Strategi yang
sebayanya. Hal ini sesuai dengan salah satu dari
dominan digunakan oleh tokoh anak-anak kepada
fungsi tindak tutur ilokusi yaitu untuk
orang yang lebih tua adalah keluhan implisit,
mengutarakan sikap psikologis seorang penutur
sedangkan strategi yang dominan digunakan
terhadap kondisi sekitarnya (Ngusman, 2015).
kepada anak-anak teman sebayanya adalah
Dalam sebuah situasi tuturan dalam anime
dengan menyatakan kekesalan/konsekuensi
tersebut, adanya perbedaan usia dari lawan tutur
buruk.
secara tidak langsung membuat penutur tokoh
anak-anak menggunakan beberapa strategi
mengeluh untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman atau bahkan “menjatuhkan REFERENSI
muka” penutur di hadapan lawan tuturnya
(Ngusman, 2015). Strategi mengeluh yang Aprianti, Y. (2018). Tindak Tutur Ilokusi Direktif
dilakukan tokoh anak pada anime tersebut “Memerintah” dalam Serial Drama Kodo Buru Dokuta
memiliki variasi pilihan strategi yang cukup Heri Kinkyu Kyumei (Skripsi, Universitas Jenderal
beragam, akan tetapi umumnya strategi yang Soedirman). Diakses dari
digunakan sangat mencirikan kondisi psikologis https://apps.spmb.unsoed.ac.id/index.php?r=artik
dari seorang anak, yang didominasi dengan elilmiah/view&id=22798
strategi mengeluh berupa ekspresi kekesalan atau Benning, M. A., & Parwati. (2018). Strategi tindak tutur
mengeluh dengan menyalahkan tindakan dalam
drama Suki na Hito ga Iru Koto. Japanology, 6(2), 154-
94 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 82-95
95 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 96-110
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
ABSTRACT
Globalization has encouraged the enhancement of media, so that various kinds of information are accessible. Hence, Japan
is utilizing media to promote their pop culture globally. One of the countries whose media is influenced by Japanese pop
culture is China. This study aims to determine the mediascapes of Japanese pop culture in Chinese drama series, specifically
the ones that are adapted from Zhao Qianqian’s works; A Love So Beautiful (2017) and Put Your Head on Your Shoulder (2019).
Theory used in this study is mediascapes–one of the five dimensions in Arjun Appadurai’s disjuncture globalization theory.
The method of this research is descriptive analysis with qualitative approach. This study shows that mediascapes of Japanese
pop culture can be identified through images of some anime characters that appear in A Love So Beautiful and Put Your Head
on My Shoulder drama series. These images are shown to attract Chinese people’s interest of Japanese pop culture as well as
to construct the idea of Japan’s positive image.
KEYWORDS
Globalization; Mediascapes; Japan’s pop culture; Chinese drama series.
ARTICLE INFO
First received: 20 March 2020 Final proof accepted: 05 October 2020
Available online: 31 December 2020
97 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Nabila Vina Fairuzzahra,
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian works
98 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 96-110
media, penonton akan disuguhkan tontonan yang budaya pop Jepang. Oleh karena itu, kedua serial
menampilkan realita dan fiksi. Hanya saja, batas drama tersebut dipilih untuk dikaji dalam
antara realita dan fiksi tersebut tidak jelas atau penelitian ini.
kabur. Sebagai contoh, seorang penonton yang A Love So Beautiful (2017) merupakan serial
tidak memiliki pengalaman menjalani kehidupan drama yang diadaptasi dari novel berjudul To Our
metropolitan akan mengkonstruksi “dunia Pure Little Beauty (致我们单纯的小美好 Zhi Women
imajiner” yang estetik terkait kehidupan Danchun De Xiao Meihao) karya Zhao Qianqian.
metropolitan tersebut. Drama ini merupakan web series yang tayang di
Lebih lanjut, media dalam dimensi mediascapes Tencent Video pada tanggal 9 November 2017
memiliki keterkaitan terhadap politik dan ekonomi hingga 7 Desember 2017. A Love So Beautiful
suatu negara. Dengan mengambil contoh kasus disutradarai oleh Yang Long dan memiliki jumlah
globalisasi industri film di Korea Selatan, Ryoo episode sebanyak 24 episode. Tokoh utama dalam
(2008) menyebutkan adanya konfigurasi yang unik drama ini diperankan oleh Hu Yi Tian sebagai
dalam hubungan antara negara, kapital, dan Jiang Chen dan Shen Yue sebagai Chen Xiao Xi
media. Dalam hal ini, negara berperan aktif dalam (MyDramaList, n.d.).
menghimpun kapital-kapital dan melindungi Serial drama adaptasi ini bercerita tentang
ruang publik nasional dari tantangan ekonomi Chen Xiao Xi, seorang gadis yang ceria tetapi tidak
global dan kapital budaya. Di samping itu, negara pandai dalam pelajaran, dan Jiang Chen, seorang
juga berusaha untuk mengkonstruksi identitas atau siswa teladan yang populer berkat ketampanan dan
citra nasional yang positif di mata dunia. kepandaiannya. Chen Xiao Xi jatuh cinta kepada
Fenomena serupa juga diberlakukan oleh Jiang Chen, tetapi Jiang Chen bersikap acuh tak
Jepang melalui praktik brand nationalism. Menurut acuh kepadanya. Bersama teman sekelasnya; Lu
Iwabuchi (2010), brand nationalism mengacu pada Yang yang konyol, Lin Jing Xiao yang pintar dan
penggunaan budaya media sebagai alat untuk setia kawan, dan Wu Bo Song si atlet renang,
memajukan kepentingan ekonomi dan politik mereka menjalani kehidupan SMA hingga mereka
dalam negeri melalui branding kebudayaan tumbuh dewasa.
nasional. Oleh karena itu, budaya menjadi aspek Lalu, Put Your Head on My Shoulder (2019)
penting bagi politik dan perekonomian negara; merupakan serial drama yang diadaptasi dari novel
secara politik, budaya dapat dimanfaatkan dalam berjudul To Our Warm Little Times (致我们暖暖的
praktik soft power maupun diplomasi budaya, 小时光 Zhi Women Nuan Nuan De Xiao Shiguang).
sedangkan secara ekonomi, budaya dapat berguna Sama seperti A Love So Beautiful, drama Put Your
dalam menghimpun kapital multinasional dan Head on My Shoulder juga merupakan web series
mengembangkan sektor jasa berupa industri kreatif
yang tayang di Tencent Video. Drama yang tayang
maupun bisnis konten.
pada 10 April 2019 sampai 16 Mei 2019 ini
disutradarai oleh Zhu Dongning. Xing Fei dan Lin
Yi masing-masing berperan sebagai tokoh utama
METODE PENELITIAN dalam drama ini, yaitu Si Tu Mo dan Gu Wei Yi.
Jumlah episode keseluruhannya mencapai 25
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. episode (MyDramaList, n.d.).
Jenis penelitian ini dipilih untuk menggambarkan Serial drama adaptasi ini bercerita tentang Si
mediascapes budaya pop Jepang dalam serial Tu Mo, mahasiswi tahun terakhir yang masih
drama Cina. Adapun pendekatan yang dipilih belum memutuskan akan menjadi apa setelah ia
adalah pendekatan kualitatif. Sebab, pendekatan lulus kuliah. Kemudian pada sebuah kesempatan,
kualitatif menekankan pada aspek pemahaman ia bertemu dengan Gu Wei Yi, mahasiswa jurusan
secara mendalam terhadap suatu gejala atau fisika yang jenius. Karena ulah ibu Si Tu Mo, Si
fenomena. Tu Mo dan Gu Wei Yi terpaksa tinggal bersama di
Dalam penelitian ini, sumber data yang apartemen milik keluarga Gu Wei Yi. Sejak saat
digunakan meliputi serial drama Cina yang itulah kehidupan Si Tu Mo dan Gu Wei Yi
diadaptasi dari novel karya Zhao Qianqian, yaitu berubah dan keduanya pun perlahan-lahan jatuh
A Love So Beautiful (2017) dan Put Your Head on My cinta terhadap satu sama lain.
Shoulder (2019). Berdasarkan pengamatan awal, Data yang dijaring meliputi cuplikan adegan,
baik serial drama A Love So Beautiful maupun Put dialog para tokoh, interior latar tempat, dan
Your Head on My Shoulder mengandung imaji properti yang digunakan dalam kedua serial drama
tersebut. Total data yang dianalisis berjumlah 23
99 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Nabila Vina Fairuzzahra,
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian works
data; 5 data dari drama A Love So Beautiful dan 18 Data (1) (seperti pada Gambar 2) diambil dari
data dari Put Your Head on My Shoulder. adegan dalam drama A Love So Beautiful episode
Lalu, teknik analisis data yang digunakan ke-3 menit 41.56. Adegan tersebut menceritakan
dalam penelitian ini meliputi proses identifikasi, khayalan Chen Xiao Xi yang berperan sebagai
klasifikasi, dan menemukan pola. Tahap tokoh Usagi Tsukino dalam anime Sailor Moon.
identifikasi merujuk kepada proses penentuan Dalam khayalannya, Chen Xiao Xi datang untuk
apakah suatu adegan di dalam drama Cina yang menyelamatkan Jiang Chen yang dirundung oleh
diadaptasi dari novel karya Zhao Qianqian teman-teman sekelasnya saat sedang
mengandung imaji budaya pop Jepang atau tidak. membersihkan papan tulis di kelas. Berkat
Kemudian dilanjutkan dengan tahap klasifikasi kekuatannya, Chen Xiao Xi berhasil mengusir
untuk mempermudah proses analisis. Dalam tahap teman-teman sekelasnya dengan mudah.
ini, imaji-imaji budaya pop Jepang yang berhasil Kemudian, Chen Xiao Xi dan Jiang Chen
diidentifikasi akan dikelompokkan ke dalam bersama-sama melanjutkan membersihkan papan
empat kategori, yaitu cuplikan adegan, dialog tulis yang kotor.
antartokoh, interior latar tempat, dan properti. Dalam adegan tersebut digambarkan bahwa
Terakhir, kesimpulan akan ditarik berdasarkan Chen Xiao Xi melakukan adegan cosplay sebagai
pola-pola yang terbetuk setelah proses identifikasi Usagi Tsukino. Ia menggunakan kostum sailor,
dan klasifikasi dilakukan. wig berwarna pirang, dan sepatu bot; penampilan
yang mirip dengan karakter Usagi Tsukino. Tidak
hanya Chen Xiao Xi, Jiang Chen juga
HASIL PENELITIAN DAN digambarkan menggunakan setelan jas dan jubah
hitam. Penampilannya tersebut mirip dengan
PEMBAHASAN tokoh Tuxedo Mask dalam anime Sailor Moon
(Sailor Moon Wiki, n.d.). Cosplay yang dilakukan
Hasil Penelitian oleh Chen Xiao Xi dan Jiang Chen tersebut
menunjukkan adanya imaji Sailor Moon yang
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat muncul dalam drama A Love So Beautiful.
imaji-imaji budaya pop Jepang dalam serial drama
adaptasi Cina, yaitu A Love So Beautiful dan Put Data (2)
Your Head on My Shoulder. Berikut data-data yang
mengandung imaji budaya pop Jepang.
Cuplikan Adegan
Pada serial drama A Love So Beautiful maupun Put
Your Head on My Shoulder terdapat beberapa adegan
yang mengandung imaji budaya pop Jepang. Imaji
tersebut terpresentasikan melalui beberapa
cuplikan adegan yang terdapat dalam kedua drama
itu. Gambar 3: Gu Wei Yi membunyikan bel sambil
bernyanyi.
Data (1)
Data (2) (seperti pada Gambar 3) diambil dari
adegan dalam drama Put Your Head on My Shoulder
episode ke-13 menit 17.23. Adegan ini
menceritakan saat Gu Wei Yi dengan sengaja
menekan bel apartemennya mengikuti ketukan
lagu pembuka anime Doraemon. Namun, Si Tu Mo
tidak mampu memahami ketukan bunyi bel
tersebut, sehingga Gu Wei Yi kembali
Gambar 2: Chen Xiao Xi berkhayal menjadi seorang menyembunyikan bel sambil menyanyikan
Sailor Moon. liriknya dalam bahasa Mandarin. Tindakan Gu
Wei Yi yang membunyikan bel mengikuti ketukan
lagu pembuka anime Doraemon sambil
100 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 96-110
menyanyikan liriknya tersebut menunjukkan Chen Xiao Xi :Aku benar-benar tidak ingat!
adanya imaji Doraemon dalam drama Put Your Jiang Chen :Chibiusa.
Head on My Shoulder. Penelepon :Hebat sekali. Jawabannya
benar.
Dialog Para Tokoh Kamu benar-benar penggemar
Sailor Moon.
Imaji budaya pop Jepang muncul dalam bentuk Dengan kekuatan bulan, aku
nonvisual dalam drama A Love So Beautiful dan Put akan memujimu.
Your Head on My Shoulder. Dalam hal ini, dialog Jiang Chen :Dia...pernah
para tokoh di masing-masing drama menjadi suatu memberitahuku.
simbol yang menggambarkan imaji tersebut. Chen Xiao Xi :Ternyata kamu ingat
ucapanku dengan sangat jelas.
Data (3)
Dalam percakapan di atas terdapat beberapa
frasa dan klausa yang menyimbolkan adanya
budaya pop Jepang. Pertama, ketika penelepon
memberikan pertanyaan, “di Sailor Moon, siapa
nama anak dari Usagi Tsukino dan Tuxedo
Mask?”. Di awal pertanyaan tersebut terdapat
frasa “di Sailor Moon” yang dengan jelas
disebutkan. Hal ini memperlihatkan adanya unsur
Gambar 4: Chen Xiao Xi dan teman-temannya budaya pop Jepang dalam adegan itu. Kemudian
mengikuti kuis telewicara. disebutkan juga mengenai karakter Usagi Tsukino
dan Tuxedo Mask. Kedua karakter tersebut
Data (3) (seperti pada Gambar 4) diambil dari merupakan tokoh utama dalam Sailor Moon.
adegan dalam drama A Love So Beautiful episode Kedua, ketika Lin Jing Xiao bereaksi saat
ke-7 menit 15.42. Adegan tersebut menceritakan mendapat tatapan penuh harap dari teman-
saat Chen Xiao Xi dan teman-temannya mengikuti temannya. Dalam reaksi tersebut, Lin Jing Xiao
telekuis. Agar bisa mengikuti telekuis tersebut, Lu berkata, “untuk apa kalian melihatku? Apakah aku
Yang membayar sejumlah uang kepada pihak terlihat seperti orang yang akan membaca Sailor
penyelenggara telekuis, kemudian pihak Moon?”. Sama seperti penjelasan di atas, lagi-lagi
penyelenggara telekuis menelepon Lu Yang dan frasa “Sailor Moon” kembali disebutkan secara jelas
memberikan beberapa pertanyaan kepadanya. dalam adegan tersebut. Ketiga, ketika Jiang Chen
Berikut potongan percakapan dalam telekuis menjawab pertanyaan si penelepon dengan
tersebut. jawaban “Chibiusa”. Sama seperti Usagi Tsukino
Penelepon : Di Sailor Moon, siapa nama dan Tuxedo Mask, Chibiusa merupakan karakter
anak dari Usagi Tsukino dan dari anime Sailor Moon.
Tuxedo Mask? Keempat, ketika penelepon memuji jawaban
Lin Jing Xiao :Untuk apa kalian melihatku? Jiang Chen yang tepat. Dalam pujiannya tersebut
Apakah aku terlihat seperti disebutkan frasa “Sailor Moon”. Selain itu,
orang yang akan membaca penelepon juga mengucapkan slogan yang selalu
Sailor Moon? muncul dalam anime Sailor Moon, yaitu “dengan
Chen Xiao Xi : Ah! Aku tahu! kekuatan bulan”. Slogan tersebut merupakan
Itu...yang rambutnya merah slogan yang selalu diucapkan oleh Usagi Tsukino
muda! saat mengalahkan penjahat. Keempat poin
Postur tubuhnya kecil. tersebut menunjukkan bahwa dalam drama A Love
Siapa namanya? So Beautiful terdapat imaji Sailor Moon.
Aku lupa siapa namanya!
Penelepon :Masih ada waktu lima detik.
Lu Yang : Siapa yang mau jawab?
Cepat! Sudah tidak ada
waktu!
Lin Jing Xiao : Cepat ingat-ingat lagi!
Penelepon : Tiga... Dua...
101 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Nabila Vina Fairuzzahra,
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian works
Data (5)
Gambar 5: Fu Pei membicarakan cita-cita di masa depan
dengan Chen Xiao Xi.
102 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 96-110
103 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Nabila Vina Fairuzzahra,
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian works
Xiao Xi yang sedang patah semangat karena tidak Dinding di samping tempat tidur Chen Xiao Xi
lulus ujian masuk perguruan tinggi. ditempeli sebuah poster bergambar Cardcaptor
Di kamar Chen Xiao Xi terdapat beberapa Sakura (Lihat Gambar 10).
poster yang terpasang di dinding. Bila diperbesar, Cardcaptor Sakura merupakan manga karya
maka akan tampak seperti Gambar 9. mangaka dengan nama pena CLAMP. Manga ini
sudah diadaptasi menjadi anime pada tahun 1998-
2000 dan film pada tahun 1999 dan 2000. Berkat
ketenarannya, Cardcaptor Sakura bahkan sudah
ditayangkan hingga ke Asia Tenggara dan Asia
Selatan (Cardcaptor Sakura wiki, n.d.). Maka dari
itu, adanya poster Cardcaptor Sakura di latar tempat
dalam drama A Love So Beautiful menunjukkan
bahwa drama tersebut mengandung imaji budaya
pop Jepang.
Data (9)
104 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 96-110
Kemudian, data (10) (seperti pada Gambar 12) karena imaji budaya pop Jepang muncul melalui
diambil dari adegan dalam episode ke-3 menit gambar-gambar yang menghiasi properti-properti
24.20. Adegan tersebut menceritakan saat Si Tu tersebut.
Mo pertama kali pindah ke apartemen baru. Si Tu
Mo tidak tahu bahwa apartemen tersebut Data (12)
merupakan milik keluarga Gu Wei Yi dan malah
seenaknya mendekorasi beberapa ruangan. Salah
satunya adalah ruang keluarga.
Pada cuplikan adegan tersebut diperlihatkan
interior apartemen Gu Wei Yi yang telah
didekorasi oleh Si Tu Mo. Karena Si Tu Mo
adalah seorang penggemar Doraemon, pernak-
pernik yang ia gunakan untuk mendekorasi
ruangan hampir seluruhnya bernuansa Doraemon.
Salah satunya berupa stiker-stiker Doraemon yang
sengaja ditempel oleh Si Tu Mo di dinding sebagai Gambar 14: Ponsel pintar milik Si Tu Mo.
dekorasi ruang keluarga (lihat Gambar 12). Stiker-
stiker Doraemon tersebut menunjukkan adanya Data (12) diambil dari adegan dalam drama Put
imaji budaya pop Jepang dalam drama Put Your Your Head on My Shoulder episode ke-1 menit 02.26.
Head on My Shoulder. Pada adegan tersebut diceritakan bahwa Si Tu Mo
tidak sengaja menjatuhkan ponsel pintarnya ke
Data (11) bawah ranjang. Untuk itu, ia berusaha untuk
meraih kembali ponsel pintarnya dengan
menggunakan gantungan baju (lihat Gambar 14).
Pada cuplikan adegan tersebut diperlihatkan
pelindung ponsel pintar Si Tu Mo yang bergambar
Doraemon. Gambar Doraemon yang tercetak pada
pelindung ponsel tersebut merupakan imaji
budaya pop Jepang yang muncul dalam drama Put
Your Head on My Shoulder.
Data (13)
Gambar 13: Interior kamar Si Tu Mo di apartemen.
105 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Nabila Vina Fairuzzahra,
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian works
penutup luka menunjukkan adanya imaji budaya dan merayakan ulang tahunnya. Kue ulang tahun
pop Jepang dalama adegan tersebut. yang dibawakan oleh teman-teman Si Tu Mo
dihias dengan pernak-pernik Doraemon. Hal ini
Data (14) menunjukkan adanya imaji budaya pop Jepang
berupa Doraemon dalam drama Put Your Head on
My Shoulder.
Data (16)
Data (17)
106 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 96-110
menit 20.15 tersebut menceritakan saat Wang Data (19) diambil dari adegan dalam drama Put
Shan–teman asrama Si Tu Mo–berkencan dengan Your Head on My Shoulder episode ke-11 menit
Fu Pei–teman SMA Si Tu Mo. Saat sedang 15.30. Dalam adegan tersebut, Gu Wei Yi
bermain dengan Wang Shan di pusat permainan, mengeluarkan barang-barang yang ia beli saat di
Fu Pei menemukan mesin capit boneka yang berisi perjalanan pulang. Di antara barang-barang
boneka-boneka Doraemon yang menunjukkan tersebut terdapat tempelan penghangat bergambar
adanya imaji Doraemon dalam drama Put Your Doraemon yang merupakan imaji budaya pop
Head on My Shoulder (Gambar 19). Jepang yang muncul dalam adegan tersebut (lihat
Gambar 21).
Data (18)
Data (20)
Gambar 21: Tempelan penghangat yang dibeli oleh Gu Gambar 23. Si Tu Mo sedang menunggu pesan dari Gu
Wei Yi. Wei Yi.
107 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Nabila Vina Fairuzzahra,
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian works
Data (21) diambil dari episode ke-18 menit dijalani oleh Si Tu Mo dan Gu Wei Yi. Hal ini
12.20 dalam drama Put Your Head on My Shoulder. karena Gu Wei Yi mendapatkan beasiswa untuk
Episode ini menceritakan ketika Si Tu Mo dan Gu melanjutkan studinya di Jerman. Tanpa
Wei Yi harus pulang ke kampung halaman sepengetahuan Si Tu Mo, Gu Wei Yi membawa
masing-masing untuk merayakan tahun baru cangkir kesayangan Si Tu Mo ke Jerman sebagai
dengan keluarganya. Dalam cuplikan adegan obat rindu terhadapnya.
tersebut, terlihat Si Tu Mo sedang berbaring di Dilihat dari Gambar 25, cangkir Si Tu Mo yang
kamarnya sambil menunggu pesan dari Gu Wei diam-diam dibawa pergi oleh Gu Wei Yi
Yi. Bila dilihat lebih teliti, bantal yang menopang merupakan cangkir yang berbentuk kepala
kepala Si Tu Mo bergambar karakter Doraemon Doraemon. Hal ini menunjukkan adanya imaji
(lihat Gambar 23). Hal ini menunjukkan adanya Doraemon dalam drama Put Your Head on My
imaji budaya pop Jepang dalam adegan tersebut. Shoulder.
108 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 96-110
109 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Nabila Vina Fairuzzahra,
Mediascapes of Japanese Culture in Chinese Drama Series: Adaptations of Zhao Qianqian works
Appadurai, A. (1990). Disjuncture and Difference in the MacWilliams, M. W. (Ed.). (2008). Japanese Visual
Global Cultural Economy. Theory, Culture & Culture: Explorations in the World of Manga and
Society, 7(2-3), 295-310. doi: Anime. New York: M.E. Sharpe.
10.1177/026327690007002017. MyDramaList. (n.d.) A Love So Beautiful (2017).
Appadurai, A. (1996). Modernity at Large: Cultural Diakses 14 Februari 2020 dari
Dimension of Globalization. Minneapolis: University https://mydramalist.com/24644-a-love-so-
of Minnesota Press. beautiful
Baniyassen, S. O. A. (2017). Media Globalization. MyDramaList. (n.d.). Put Your Head on My Shoulder
MAGNT Research Report 4(2), 88-90. doi: 1444- (2019). Diakses 14 Februari 2020 dari
8939.2017/4-2/MRR.11. https://mydramalist.com/31385-put-your-head-
Briandana, R. & Dwityas, N. A. (2018). Comedy Film on-my-shoulder
as Social Representation in the Society: An Ryoo, W. (2008). The Political Economy of the Global
Analiysis of Indonesian Comedy Films. Mediascape: The Case of the South Korean Film
International Journal of Humanities & Social Science Industry. Media, Culture, and Society, 30(6), 873-889.
Studies 4(5), 107-118. doi: 10.1177/0163443708096098.
Cardcaptor Sakura Wiki. (n.d.). Diakses 21 Februari Sailor Moon Wiki. (n.d.). Diakses pada 20 Februari
2020 dari 2020 dari
https://ccsakura.fandom.com/wiki/Cardcaptor_ https://sailormoon.fandom.com/wiki/Sailor_M
Sakura_Wiki 21 Februari 2020 oon_Wiki
Itazura na Kiss Wiki. (n.d.). Diakses 20 Februari 2020 Scotton, J. F., & Hatchen, W. A. (2010). New Media for
dari A New China. West Sussex: Wiley-Blackwell.
https://itazuranakiss.fandom.com/wiki/Itazura_ Storey, J. (2009). Cultural Theory and Popular Culture: An
Na_Kiss_Wiki. Introduction (5th ed.). Harlow: Pearson Longman.
Iwabuchi, K. (2002). Recentering Globalization: Popular Wunderlich, J. U., & Warrier, M. (2007). A Dictionary of
Culture and Japanese Transnationalism. Durham: Globalization. London: Routledge.
Duke University Press.
Iwabuchi, K. (2010). Undoing Inter-national Fandom in
the Age of Brand Nationalism. Dalam F. Lunning
(Ed.), Mechademia: Second Arc, 5, 87-96.
110 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 111-118
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
ABSTRACT
Hyouka no toritatejoshi or known as an evaluation of toritate particle is very important in Japanese language. But there are
many toritate particles with similar function and meaning, which cause some difficulties for learners to differentiate. This
study aimed to analyse the error of four Japanese toritate particles namely nanka, nante, nado, and kurai, evaluating the
percentage of errors, type of errors, and identify the factors that caused error in using four toritate particles. The participants
of this research were 45 Japanese language students. The instruments used in this study including interview, questionnaire,
and a test. The results of this study showed that the error of toritatejoshi nado which shows quotation markers in sentences
was the most common type of error. While the error of toritatejoshi kurai mostly when kurai particles combined with the other
toritate particles (such as ~kurainara) was the least type of error. The factors that caused errors in using those toritatejoshi were
mainly overgeneralization, followed by incomplete application of rules, false concept hypothesized, and the other special
factors, respectively.
KEYWORDS
Analysis of error; Toritatejoshi; Hyouka no toritatejoshi
ARTICLE INFO
First received: 10 March 2020 Final proof accepted: 12 June 2020
Available online: 31 December 2020
112 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 111-118
pada contoh-contoh kalimat di atas acap kali yang baik agar persentase terjadinya kesalahan
membuat pembelajar bahasa jepang kesulitan. dalam penggunaan partikel penegas nanka, nante,
Kesulitan tersebut menjadi salah satu faktor nado, dan kurai dapat berkurang.
penyebab terjadinya kesalahan, diantaranya
seperti kesalahan dalam pemahaman, salah kaprah
dalam pemakaian, tertukarnya makna antar METODE PENELITIAN
partikel, dan lain-lain. Akibatnya, menurut hasil
penelitian Novianti, Rosliana, dan Rini (2016)
Metode yang digunakan oleh penulis dalam
tentang analisis kesalahan penggunaan partikel, penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
pembelajar pun dengan mudah melakukan dengan pendekatan kualitatif. Metode ini
kesalahan pada saat ujian maupun saat
digunakan untuk menjabarkan keadaan objek
menggunakannya dalam percakapan. Jika
secara aktual dari kejadian aktual masa kini.
diabaikan, hal seperti ini dapat merugikan
Penelitian ini menggunakan data-data kuantitatif
pembelajar, mengurangi efektivitas pembelajaran
yang kemudian hasilnya di deskripsikan dengan
dan dapat menjadi kesalahan yang
pendekatan kualitatif.
berkesinambungan.
Populasi yang digunakan penulis dalam
Penelitian terdahulu milik Novianti, Rosliana,
penelitian ini adalah 45 orang mahasiswa semester
dan Rini (2016) menganalisis kesalahan
VI Departemen Pendidikan Bahasa Jepang.
penggunaan partikel secara umum saja. Pemilihan populasi tersebut didasarkan atas
Karenanya, Penulis tertarik untuk menganalisis
pertimbangan bahwa mahasiswa semester VI telah
lebih dalam bentuk-bentuk kesalahan apa saja
mengenal dan mendapatkan pengetahuan
yang timbul dalam penggunaan partikel secara
mengenai keempat objek yang akan penulis teliti.
khusus, yaitu partikel penegas. Wawondatu
Penentuan sampel berdasarkan pada kemampuan
(2013), Safitri (2017), Novitasari (2018) dan
sampel setara N4 dan N3, juga melihat objek
Khoirinnisa (2018) hanya membahas tiga partikel
penelitian yang telah diajarkan kepada sampel
penegas yakni nanka, nante dan kurai. Dalam dalam perkuliahan. Penelitian menggunakan
penelitian ini, penulis menambahkan partikel nado
Teknik one shoot model atau satu kali pengambilan
sehingga partikel penegas yang dibahas adalah
data dengan rentang waktu 45 menit.
nanka, nante, nado dan kurai. Untuk Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
menanggulangi dan mengurangi terjadinya adalah tes berupa 25 soal jenis pilihan ganda dan 5
kesalahan berkelanjutan, penulis tertarik untuk jenis soal jenis esai, angket berupa 13 pertanyaan,
menganalisis lebih dalam bentuk-bentuk kesalahan dan wawancara kepada beberapa responden. Soal
apa saja yang timbul dalam penggunaan partikel
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penegas nanka, nante, nado dan kurai serta mencari
jitsurei (contoh soal) yang bersumber dari buku
faktor penyebab terjadinya kesalahan. Kesalahan
“Chuujoukyuu wo Oshieruhito no Tame no Nihongo
berbahasa menurut Hodri, Sadyana, dan Mardani
Bunpou Handbook”, “Chuukyuu Nihongo Bunpou to
(2019) tidak untuk dihindari, tetapi justru harus
Oshiekata no Point”, “Gendai Nihongo Bunpou 5”,
dihadapi dan diperbaiki sehingga dapat
serta situs ydu.edu dan yourei.jp (lihat Tabel 1 dan
meminimalisir atau bahkan menghapuskan
2).
kesalahan yang sama supaya tidak terjadi di masa
yang akan datang. Diharapkan analisis kesalahan
dalam penelitian ini dapat menjadi sebuah solusi
113 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Deajeng Dinda J.D.L, Herniwati, Melia Dewi J.,
Analisis Kesalahan Penggunaan Toritatejoshi Nanka, Nante, Nado dan Kurai dalam Kalimat Bahasa Jepang
Jenis
Aspek No. Soal
Toritatejoshi
Menunjukkan nilai rendah、sepele, dan ketidakmungkinan
Makna 1, 6, 11, 27
Nanka dengan bentuk negasi
Gramatikal Kombinasi partikel nanka dengan partikel lain 14, 16, 19
Faktor penyebab kesulitan penggunaan hyouka no toritatejoshi dalam bahasa Jepang 10-11
114 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 111-118
dalam kategori sedang yakni dengan persentase Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi nanka
kesalahan 50,15% (lihat Tabel 3). Dilihat dari karena partikel nanka dapat dikombinasikan
aspeknya, secara umum persentase kesalahan dengan partikel penegas lain yang menunjukkan
tertinggi adalah pada partikel nado yang secara batas (sae, demo, date). Sedangkan partikel nante dan
gramatikal menunjukkan kalimat penanda kurai tidak dapat dikombinasikan dengan partikel
kutipan, yakni 80%. Sedangkan persentase yang menunjukkan batas seperti nanka.
kesalahan terendah adalah pada partikel kurai yang Soal nomor 27 (esai) dengan frekuensi
secara gramatikal menunjukkan kombinasi dengan kesalahan 60%.
partikel lain, yakni 18,8%.
Soal 27:
Tabel 3: Persentase kesalahan total (pilihan ganda dan 旅行なんかに行っている暇はない。
esai). Ryokou nanka ni itteiru hima wa nai
Partikel Penegas % Tafsir (Saya tidak punya waktu luang untuk pergi
berlibur.)
Nanka 61,35 Tinggi
Nante 50,15 Sedang Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi nanka
Nado 69,25 Tinggi karena pada soal ini nanka menunjukkan penilaian
Kurai
bahwa unsur yang ditegaskan memiliki nilai yang
50,15 Sedang
rendah atau tidak berharga. Sedangkan partikel
Total 57,7 Sedang nante tidak dapat diletakkan di depan partikel
kasus ni, nado tidak tepat digunakan pada kalimat
Meskipun demikian, jika dilihat kuantitas informal dan kurai tidak dapat digunakan dalam
kesalahan per tiap soal, terdapat beberapa soal kalimat negasi.
dengan kesalahan melebihi 80%. Berikut ini Pada partikel nante soal dengan kesalahan
adalah pembahasan beberapa soal dengan tingkat tertinggi terdapat pada soal nomor 10, 21, dan 30.
kesalahan tertinggi dari masing-masing partikel Soal nomor 10 dengan frekuensi kesalahan
nanka, nante, nado dan kurai. 53,3%.
Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi nanka Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi nante
karena kalimat ini memiliki makna karena dalam kalimat ini nante memiliki makna
ketidakmungkinan dalam bentuk negasi. yang sama dengan nadoto atau nadotoiu dengan
Sedangkan partikel nante tidak dapat dilekatkan di cara melesapkan partikel to yang mengikutinya.
belakang partikel kasus wo dan partikel kurai tidak Sedangkan partikel nanka tidak memiliki fungsi
digunakan dalam kalimat negasi. sebagai penanda kutipan dan nado perlu
Soal nomor 14 dengan frekuensi kesalahan melekatkan partikel kasus to untuk menunjukkan
84,4%. penanda kutipan.
Soal nomor 21 dengan frekuensi kesalahan
Soal 14: 64,4%.
料理が苦手で、最も簡単なゆで卵なんかさえ作
れない。 Soal 21:
Ryouri ga nigate de, mottomo kantan na yude tamago 私が責任を負うなんてことになってしまった。
nanka sae tsukurenai. Watashi wa sekinin wo ou nante koto ni natte shimatta.
(Saya tidak pandai masak, membuat telur rebus (Saya jadi harus bertanggung jawab)
yang termudah saja tidak bisa.)
115 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Deajeng Dinda J.D.L, Herniwati, Melia Dewi J.,
Analisis Kesalahan Penggunaan Toritatejoshi Nanka, Nante, Nado dan Kurai dalam Kalimat Bahasa Jepang
Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi nante Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi nado
karena dalam kalimat ini nante memiliki makna karena partikel nado lebih tepat digunakan dalam
yang sama dengan nadoto atau nadotoiu dengan situasi formal/kaku dan tidak tepat jika digunakan
cara melesapkan partikel to yang mengikutinya. pada situasi informal. Sedangkan nanka kurang
Sedangkan partikel nanka tidak memiliki fungsi tepat digunakan karena situasi kalimat diatas
penanda kutipan dan nado perlu melekatkan adalah formal/kaku dan kurai tidak dapat
partikel to untuk menunjukkan penanda kutipan. digunakan dalam kalimat bentuk negasi.
Soal nomor 30 (esai) dengan frekuensi Soal nomor 29 (esai) dengan frekuensi
kesalahan 82,2%. kesalahan 80%.
116 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 111-118
Kono ryouri no tsukuri kata wa himitsu da souda ga, Faktor Penyebab Kesalahan
sukoshi kurai oshiete hoshii.
(Meskipun sepertinya cara membuat masakan ini Faktor penyebab kesalahan penggunaan partikel
rahasia, tapi beritahukan lah sedikit.) penegas nanka, nante, nado dan kurai terdiri atas dua
faktor, yakni faktor umum dan faktor khusus.
Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi kurai Faktor umum penyebab kesalahan antara lain
karena partikel kurai yang menegaskan unsur sebagai berikut.
kuantitas dapat digunakan untuk mengungkapkan 1. Overgeneralization, penyebabnya adalah
penilaian bahawa unsur tersebut bernilai sedikit. perluasan kaidah pada struktur partikel penegas
Sedangkan apabila disempurnakan dengan nanka, nante, nado dan kurai yang kurang tepat.
partikel nanka atau nante karena keduanya tidak Responden melakukan penyamarataan
dapat digunakan untuk menegaskan unsur struktur kalimat pada beberapa partikel
kuantitas dan tidak memiliki makna sedikit, penegas dikarenakan bentuk/struktur kalimat
kalimat tersebut jadi bermakna rancu. dan subjek yang ditegaskan memiliki
Soal nomor 26 (esai) dengan frekuensi kemiripan. Contohnya seperti pada struktur
kesalahan 68,9%. kalimat nante dan nanka yang disamaratakan
dengan bentuk formal/baku partikel nado.
Soal 26: 2. Incomplete application of rules, penyebabnya
息子にはせめて高校くらいは卒業してほしい。 adalah penyimpangan struktur karena
Musuko ni wa semete koukou kurai wa sotsugyou shite penerapan kaidah tata bahasa pada hyouka no
hoshii. toritatejoshi yang tidak sempurna. Responden
(Saya ingin anak laki-laki saya lulus setidaknya di menambahkan dan menghilangkan partikel
SMA.) kasus yang seharusnya melekat pada partikel
penegas tersebut, kombinasi hyouka no
Jawaban benar soal ini adalah toritatejoshi kurai toritatejoshi dengan partikel lain tidak sesuai
karena partikel kurai yang menunjukan suatu dengan aturan yang ada, penyimpangan
perbandingan dikombinasikan dengan partikel wa struktur karena partikel nanka dilekatkan pada
dan nara menjadi kurainara, kuraiwa dan dapat pula bentuk verba yang tidak seharusnya,
menjadi semete~kuraiwa. Sedangkan partikel meletakkan partikel kurai, nanka, dan nado pada
nanka, nante, dan nado tidak dikombinasikan posisi yang tidak tepat, dll.
dengan semete~wa dan secara makna tidak pula 3. False concept hypothesized, penyebabnya adalah
menunjukan suatu batas minimum. perumusan kaidah secara keliru, kesalah
pahaman bahwa kaidah pada partikel yang satu
Jenis-Jenis Kesalahan yang Muncul dapat diberlakukan pada struktur partikel yang
lain. Responden salah menghipotesiskan
Jenis-jenis kesalahan yang muncul dari jawaban bahwa bahwa suatu partikel dapat
rrsponden di antaranya adalah, (a) kesalahan dikombinasikan dengan partikel penegas lain
dalam membedakan kalimat penanda kutipan nado seperti hyouka no toritatejoshi lainnya. Salah
dan nante terhadap partikel to yang mengikutinya, kaprah bahwa struktur penanda kutipan pada
(b) penyamarataan kaidah bahwa nanka,nado dan suatu partikel penegas dapat diberlakukan juga
kurai dapat diberlakukan pada struktur kalimat pada struktur penanda kutipan partikel penegas
nante yang dapat diletakkan di akhir kalimat lain.
sebagai pernyataan keterkejutan, (c) melekatkan
partikel nanka pada verba bentuk kamus, (d) Selain faktor umum, terdapat pula faktor
melekatkan partikel kasus ni, to dan wo di belakang khusus yang berkaitan dengan proses dan kegiatan
partikel kurai dan nante, (e) penyamarataan partikel pembelajaran bahasa seperti berikut ini.
nanka dan nante dengan partikel nado dalam 1. Strategi pembelajaran B2 yang salah,
kalimat berbentuk baku/formal, (f) diantaranya adalah terlalu terpakunya
mengaplikasikan partikel kurai pada kalimat responden terhadap materi yang diberikan di
bentuk negasi, (g) mengkombinasikan partikel perkuliahan menyebabkan sempitnya sumber
penegas nante dengan partikel penegas lain. ilmu pengetahuan, banyaknya responden yang
tidak mempelajari kembali teori yang telah
diberikan dosen di perkuliahan menyebabkan
kelupaan berkala.
117 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Deajeng Dinda J.D.L, Herniwati, Melia Dewi J.,
Analisis Kesalahan Penggunaan Toritatejoshi Nanka, Nante, Nado dan Kurai dalam Kalimat Bahasa Jepang
118 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
ABSTRACT
In the world of education, the ability and sensitivity in delivering advice is needed. This is because advice is a speech that is
very often used in interactions with students in building character. With regard to various important factors that must be
considered in delivering speech advice, especially in learning foreign languages which may have different speech cultures.
This research aims to obtain an overview how the speakers maintaining politeness in advice utterance. The maintaining
politeness of advice in terms of strategy, use of modifications, in term of politeness principle, in term of cooperative
principle, type of expression and variety of language used in advice utterance, so it is hoped that used as instruments in
maintaining politeness in the concept of learning. This research is based on a qualitative paradigm, with content analysis
techniques and inductive procedures. Sharpening the focus of the study in this research is on its pragmatic competence.
Based on the research results, it can be concluded that the way to maintain politeness in speaking is to use a speech
strategy, either directly or indirectly, followed by modifications in the speech. In giving advice, the most priority to pay
attention to by speakers is the interests and benefits of the interlocutors, then sympathy for the interlocutors, then in giving
advice, not to be arrogant, not criticizing the interlocutors and as much as possible praising the interlocutors, and to avoid
disapproval of the interlocutors. Then in carrying out the conversation the speaker expresses what is needed, is relevant to
the conversation, speaks the right thing, and speaks clearly. In addition to the use of these expressions and speech
strategies, when delivering speeches, the ways of maintaining politeness also pay attention to the mental or psychological
condition of the interlocutors.
KEYWORDS
Politeness maintenance; Advice; Strategy; Utterance.
ARTICLE INFO
First received: 10 October 2020 Final proof accepted: 30 November 2020
Available online: 31 December 2020
119 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Poppy Rahayu, Dedi Suryadi, Rosita Rinjani,
Maintaining Language Politeness Through Learning Advice in Japanese
Nya: ''... dan saling menasihati supaya menaati tuturan nasihat ini sangat berkepentingan untuk
kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi dikaitkan dengan masalah kesantunan berbahasa.
kesabaran.'' (QS Al-Ashr 103:3). Dalam agama Berkenaan dengan fungsinyanya dalam
Islam difahami bahwa "Agama adalah nasihat." berkomunikasi, perihal kesantunan berbahasa
Hal ini berarti bahwa tiang agama dan sering menjadi pembahasan. Ada yang
penopangnya adalah nasihat. Dengan adanya menggunakan pendekatan akal sehat, serta ada
nasihat maka agama akan senantiasa yang menggunakan teori linguistik. Pendekatan
termanifestasi dalam jiwa penganutnya, namun kesantunan dengan menggunakan pendekatan
apabila nasihat itu tidak ada, maka kekurangan linguistik inipun dibagi menjadi dua, yaitu
akan menimpa penganutnya dalam setiap aspek pendekatan sosiolinguistik dan pendekatan
kehidupannya. Nasihat berisi ajakan pada pragmatik. Karena sosiolinguistik merupakan
kebaikan, menutup aib, dan tidak menggunjing bidang terapan pragmatik, maka pembahasan
sesama manusia. Sering kali ada orang tua yang tentang kesantunan berbahasa banyak didominasi
mengeluh karena anak-anaknya susah dinasihati. oleh bidang pragmatik.
Karena ada orang tua yang memberi nasihat Meskipun tujuan pemberian nasihat adalah
dengan nada yang tinggi, bahkan bertindak untuk menyampaikan ajaran atau pelajaran yang
otoriter atas nama disiplin. Adakalanya ucapan baik, anjuran, petunjuk, peringatan, teguran yang
orang tua bukan lagi masuk dalam kategori baik, namun nasihat harus disampikan dengan
menasihati, melainkan lebih tepat disebut marah- cara yang baik dan sesuai dengan kepribadian
marah atau perintah otoriter. mitra tutur. Dalam beberapa kasus misalnya,
Dalam dunia pendidikan pun kemampuan dalam kondisi frustrasi, patah hati, sakit hati,
dan kepekaan dalam menyampaikan tuturan putus asa, ketakutan, malu yang berlebihan, anak
nasihat sangat diperlukan. Hal ini mengingat nakal, karakter keras kepala, dan tidak peduli
nasihat merupakan tuturan yang sangat sering lingkungan, formula dari tuturan nasihat ini bisa
digunakan dalam interaksi dengan siswa dalam menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk
membangun karakter. Lebih jauh lagi, tuturan dilakukan. Selain itu kepribadian mitra tutur juga
nasihat ini akan lebih tinggi intensitasnya pada harus menjadi bahan pertimbangan, misalnya
penanganan siswa bermasalah. Hal terpenting pemalu, pemarah, cepat tersinggung, dan
dalam menyampaikan suatu nasihat, harus sebagainya, memerlukan strategi tersendiri.
memperhatikan apa, kepada siapa, bilamana, Dengan demikian, mempelajari cara terbaik
kapan, dan dimana tuturan tersebut disampaikan. dalam melakukan tuturan nasihat, dapat
Tanpa memperhatikan aspek sosiolinguistik, dilakukan melalui drama, film, novel, variety show,
pemberian nasihat ini dapat saja menjadi tidak dan media publik lainnya.
berterima, bahkan dapat menyakiti hati mitra Berikut ini merupakan contoh tuturan nasihat
tutur. Tuturan nasihat ditolak karena diberikan yang terdapat dalam film Kimi ni Todoke.
sebelum waktunya, khususnya, ketika pemberi Sepulang sekolah Kazehaya yang berniat
nasihat tidak mencoba memahami mitra tutur menghampiri Kuronuma tetapi Kurnonuma
atau tidak mempertimbangkan pengalaman atau berusaha menghindari dirinya, maka Kazehaya
pengetahuan mitra tutur (Heritage & Sefi dalam pun meminta kejelasan kenapa ia dihindari.
Tanaka, 2015). Hal ini juga dikarenakan 風早 :そっか。矢野や吉田とも噂が原因
memberikan nasihat memiliki potensi untuk でギクシャクしてたのか。
dimaknai sebagai kritikan oleh mitra tutur Kazehaya :Begitu ya. Jadi gosip tentang Yano
(Goldsmith dalam Tanaka, 2015). dan Yoshida membuatmu
Tuturan nasihat sebagai salah satu dari tindak canggung.
tutur direktif ini mendapat banyak perhatian 黒沼 :うん。
dalam peneltian pemerolehan bahasa ke dua atau Kuronuma :Iya.
bahasa asing, karena tindak tutur ini merupakan
風早 :逆の立場だったらどうだった?
tindak tutur pengancam muka, sehingga
Kazehaya :Kalau posisinya dibalik
memerlukan sejumlah keterampilan
bagaimana?
pragmalinguistik yang ada pada diri pemelajar
bahasa asing untuk melakukannya. Tindak tutur 黒沼 :へ?
ini berbeda dalam lintas bahasa dan seringkali Kuronuma :He?
direalisasikan dengan cara yang dapat
didentifikasi secara jelas. Dalam kenyataannya,
120 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
121 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Poppy Rahayu, Dedi Suryadi, Rosita Rinjani,
Maintaining Language Politeness Through Learning Advice in Japanese
• E yang merupakan Ends, yaitu maksud dan b) Kategori II ialah tindak memohon tidak
tujuan pertuturan. langsung secara konvensional dengan syarat
• A yang merupakan Acts sequence, yaitu bentuk berorientasi kepada pendengar dengan
ujaran dan isi ujaran dalam suatu pertuturan. menggunakan strategi menanyakan
Bentuk ujaran mengacu pada kata-kata yang kemampuan, keinginan, dan pembolehan. Hal
digunakan, bagaimana penggunaanya dan itu dapat pula dilakukan dengan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan menggunakan strategi menyatakan formula
topik pembicaraan. saran.
• K yang merupakan Key, yaitu nada, cara yang c) Kategori III ialah tindak memohon tidak
digunakan oleh penutur dalam menyampaikan langsung dengan syarat berorientasi kepada
tuturannya. penutur dengan dengan menggunakan strategi
menyatakan keinginan dan kebutuhan.
• I yang merupakan Instrumentalities, yaitu jalur
d) Kategori IV ialah tindak memohon langsung
bahasa yang digunakan saat menyampaikan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
pesan. strategi menyatakan kewajiban, menggunakan
• N yang merupakan Norms of interaction and ferformatif, baik berpagar (hedged) maupun
interpretation, yaitu norma atau aturan interaksi tidak dan dengan menggunakan imperatif dan
yang berlaku dalam pertuturan. Komponen ini frase eliptik.
juga mengacu pada norma penafsiran
terhadap ujaran dari mitra tutur. Selain itu, Pemakaian strategi tindak tutur
• G yang merupakan Genre, yaitu jenis bentuk direktif didukung pula oleh pemakaian modifikasi
penyampaian tuturan. baik eksternal maupun internal. Modifikasi
internal dapat berupa tingkat pemerlunak
Fungsi Ilokusi (downgraders) dan penguat pengaruh (upgraders).
Modifikasi internal pemerlunak (downgraders)
Leech dalam Umaroh dan Kurniawati (2017) penanda sintaktik yang berupa pertanyaan,
mengklasifikasikan fungsi ilokusi menjadi empat bentuk lampau atau negatif, klausa persyaratan,
kelompok besar berdasarkan tujuan sosial, yaitu tag question, modal, serta penyisipan tentatif,
membangun dan mempertahankan sikap hormat. apresiatif dan subyektif. Modifikasi internal
Keempat fungsi ilokusi tersebut adalah sebagai pemerlunak (downgraders) frase/leksikal yang
berikut: berupa penanda kesantunan, consultative device,
(1) Bersaing (competitive): tujuan ilokusi bersaing understeatment, downtoner, pagar (hedge), keraguan,
dengan tujuan sosial, seperti memerintah, dan penanda antarpribadi. Sementara itu, penguat
meminta, dan sebagainya. pengaruh (upgraders) tindak memohon dapat
(2) Ramah tamah (convivial): tujuan ilokusi sejalan berupa pengintensif adverbial, peningkat
dengan tujuan sosial, seperti menawarkan, komitmen, dan intensifkasi leksikal (Khairunnisa,
mengundang, dan sebagainya; 2014). Modifikasi eksternal digunakan penutur
(3) Bekerja sama (collaborative): tujuan lokusi untuk mempengaruhi petutur agar mau
berbeda dengan tujuan sosial, seperti melakukan tindak yang diinginkan dan itu
melaporkan, mengumumkan, dan sebagainya; dilakukan dengan menggunakan pernyataan
(4)Bertentangan (conflictive): tujuan ilokusi pendukung. Modifikasi eksternal tersebut antara
bertentangan dengan tujuan social, misalnya lain adalah tindak persiapan (preparation),
mengancam, menuduh, dan sebagainya. pemerdaya (dissamers), pemanis (sweeteners), alasan
pendukung, pemanipulasian biaya, dan berjanji
Strategi Tindak Tutur Direktif oleh memberikan ganjaran (Lin & Ho, 2013, hal. 69).
Trosborg
Prinsip Kesantunan Leech
Secara ringkas, strategi yang dikemukakan
Trosborg dalam Sabiah, Heriyanto dan Mahdi Idealnya, dalam suatu interaksi para pelaku
(2013, hal.74-75) dapat dikemukakan sebagai memerlukan prinsip lain sebagai prinsip
berikut: pendukung. Hal ini disebutkan oleh Leech dalam
a) Kategori I ialah tindak memohon tidak Rahardi, Setyaningsih, dan Dewi (2019) dan
langsung dengan strategi isyarat, baik lemah Jumanto (2017) bahwa dalam suatu interaksi para
maupun kuat. pelaku memerlukan prinsip lain selain prinsip
122 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
kerjasama yaitu prinsip kesopanan ‘politeness Jukyuu no Hyougen, (34) Hikaku no Hyougen, (35)
principle’. Prinsip kesopanan mempunyai Setsuzoku no Hyougen.
sejumlah maksim, yakni maksim kebijaksanaan Menurut Miyaji yutaka (1982) ragam bahasa
atau ketimbangrasaan ‘tact maxim’, maksim dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut: (a)
kedermawanan atau kemurahatian ‘generosity Keigo (Ragam Bahasa Halus), (b) Jougo (ragam
maxim’, maksim penerimaan atau pujian standar), dan (c) Higo/Keihigo (ragam kasar).
’approbation maxim’, dan maksim kerendahan hati
’modesty maxim’, maksim kesetujuan atau Karakteristik Berbahasa Jepang
kesepakatan ’agreement maxim’ dan maksim
simpati ‘sympathy maxim’. Nilai-Nilai Budaya Jepang yaitu Konsep Wa,
menurut Saronto dalam Munqidzah (2015)
Prinsip Kerjasama Grice memiliki makna kebersamaan yang berorientasi
pada nilai-nilai yang bersifat tidak dapat diukur
Prinsip kerjasama (Cooperative Principle) yang yakni seishin spirit/semangat), kimochi
dapat dijabarkan menjadi empat maksim atau (emosi/perasaan), omoiyori (pertimbangan),
bidal (Jumanto, 2017), yaitu bidal keinformatifan chugisei (loyalitas). Wa yang biasa disebut dengan
atau kuantitas (Maxim of Quantity), bidal istilah nakama ishiki yang memiliki makna
kebenaran atau kualitas (Maxim of Quality), bidal perasaan akrab atau erat yang dimiliki antara
relevansi atau relasi (Maxim of Relation), dan bidal anggota sesama masyarakat ataupun antara
kejelasan atau cara (Maxim of Manner). Jika anggota masyarakat dengan pemimipin-
keempat bidal tersebut dipenuhi, pengungkapan pemimpinnya.
atau penyampaian informasi berpotensi menjadi Seishin (semangat) nilai-nilai ini akan tampak
efektif dan efisien, karena informasi yang pada saat melakukan komunikasi dengan orang
diberikan oleh penutur tidak lebih dan tidak Jepang. Stretegi memberikan pujian dimaksudkan
kurang (sebagaimana yang diperlukan); informasi agar mitra tutur merasa termotifasi dengan
itu benar atau tidak keliru karena didasarkan pada tindakannya. Situasi ini sering dijumpai ketika
kenyataan yang sebenar-benarnya; informasi itu orang asing berbicara dalam Bahasa Jepang,
relevan (berhubungan dengan pokok dengan taraf awal belajar pun orang Jepang akan
pembicaraan); dan penyampaian informasi itu mengatakan “nihongo ga jouzu desu ne” yang
baik (mudah difahami, ucapan jelas, urutan kata artinya dalam Bahasa Indonesia kamu pandai
teratur, langsung atau tidak berputar-putar, dan sekali dalam berbahasa Jepang.
sebagainya). Selain itu, secara emosi (気持ち kimochi) orang
Jepang selalu mejaga perasaan mitra tutur. Orang
Jenis Hyougen dan Ragam Bahasa Jepang tidak pernah berkata tidak secara terbuka
dalam tuturan penolakan maupun dalam
Menurut Ogawa (1995) pengklasifikasikan menyampaikan pendapat, orang Jepang sangat
hyougen berdasarkan fungsinya terbagi atas 35 memperhatikan situasi tidak terbuka untuk
jenis, yaitu : (1) Yobikake Outou no Hyougen, (2) menyatakannya secara langsung.
Handan Joujutsu no Hyougen, (3) Heijou no Dalam hal menyampaikan suatu
Hyougen, (4) Gimon no hyougen, (5) Sentaku youkyuu pertimbangan (Omoiyori) selalu didasari
no Hyougen, (6) Setsumei youkyuu no Hyougen, (7) pertimbangan yang sangat matang. Hal ini
Hantei Youkyuu no Hyougen, (8) Eitan no Hyougen, dilakukan demi membangun hubungan yang
(9) Meirei no Hyougen, (10) Kinshi no Hyougen, (11) kuat, membangun fondasi kepercayaan untuk
Irai no Hyougen, (12) Kyouyou no Hyougen, (13) melakukan kepentingan bersama.
Kanyuu no hyougen, (14) Keiken no Hyougen, (15) Dalam berkomunikasi, orang Jepang sangat
Aisatsu no Hyougen, (16) Shukui no Hyougen, (17) mempertimbangkan perasaan mitra tutur demi
Jihatsu no Hyougen, (18) Kanou no Hyougen, (19) menjaga hubungan baik. Orang Jepang
Shieki-Hieki no Hyougen, (20) Kibou no Hyougen, (21) mempunyai loyalitas (Chugisei) dan komitmen
Ukemi no Hyougen, (22)Shitei no Hyougen, (23) Ishi yang sangat tinggi terhadap kelompoknya. Jika
no Hyougen, (24) Ishi no Hyougen, (25) Denbun no karena satu dan lain hal mereka tidak dapat
Hyougen, (26) Gimu- touzen-hitsuyou no Hyougen, menepati janji, maka akan mengekspresikan
(27) Hitei no Hyougen, (28) Nijuu Hitei no Hyougen, penyesalannya denagan cara minta maaf sambil
(29) Hango no Hyougen, (30) Hikyou no Hyougen, (31) mebungkukan badan dalam-dalamnya (ojigi).
Enkyouku no Hyougen, (32) Hiyuu no sHyougen, (33)
123 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Poppy Rahayu, Dedi Suryadi, Rosita Rinjani,
Maintaining Language Politeness Through Learning Advice in Japanese
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini d. Analisis prinsip kesantunan leech untuk
adalah penelitian yang dilakukan oleh Rinjani mengetahui apa saja yang dipertimbangkan
(2020). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan oleh penutur ketika memberikan nasihat,
untuk mengetahui bentuk tuturan nasihat dan apakah berdasarkan keuntungan bagi mitra
strategi penyampaian nasihat yang digunakan tutur, mempertimbangkan rasa simpati, atau
dalam film live action. Hasil analisis menunjukkan mempertimbangkan apakah dapat
bahwa bentuk tuturan nasihat dan pemilihan menyebabkan tuturan tersebut dapat mencela
strategi yang digunakan dipengaruhi oleh jenis mitra tutur.
hubungan antar partisipan dan bobot masalah e. Analisis prinsip kerjasama dalam tuturan
yang dialami oleh mitra tutur. untuk mengetahui bagaimana penyampaian
Penelitian lain yang berkenaan dengan tuturan tersebut dalam suatu keadaan mitra
masalah ini adalah penelitian yang dilakukan oleh tutur yang beraneka ragam, apakah secara
Rahayu (2009) mengenai kesantunan dalam efektif dan efisien.
tuturan direktif dalam bahasa Jepang. Namun f. Analisis ragam bahasa dan jenis hyougen yang
dalam penelitian tersebut tidak membahas secara digunakan
khusus mengenai tuturan nasihat, dan tidak pula Pengambilan kesimpulan mengenai bagaimana
membahas mengenai konsep pengajarannya. penutur mempertahankan kesantunan dari suatu
tuturan nasihat.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber data dalam penelitian ini yaitu berupa
tuturan berbahasa Jepang yang diambil dari film- Pada penelitian ini ditemukan 40 data yang
film Jepang seperti anime, drama, live action. mengandung tuturan nasihat dari 3 jenis film
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu anime, live action dan drama. Data dari anime
adalah dengan metode simak dan teknik catat. sebanyak 16 data, dari live action sebanyak 11
Peneliti menyimak percakapan yang terdapat data dan dari drama sebanyak 13 data.
dalam film-film tersebut dan bila ada tuturan yang
relevan dengan penelitian peneliti melanjutkan 1. Anime Kimi ni Todoke, Episode 3, menit
dengan mencatat tuturan tersebut dengan 01:35 – 02:02
menggunakan teknik catat. Kuronuma yang selama ini tidak memiliki
Penelitian ini merupakan penelitian yang teman dekat akibat rumor tentang dirinya yang
didasarkan pada paradigma kualitatif, dengan memiliki kekuatan supranatural, merasa sangat
teknik analisis isi (content analysis) dan prosedur senang saat ia dapat berteman dengan Yano dan
induktif. Artinya, data yang diperoleh dianalisis Yoshida. Sebelum bel masuk berbunyi Kuronuma
kemudian dikelompokkan kedalam kategori- berusaha untuk menyapa Yoshida dan Yano
kategori yang ditetapkan sebelumnya selayaknya teman-teman sekelas, tetapi saat
(Krippendorff, 2004). Berikut merupakan melakukan itu muka Kuronuma malah terlihat
langkah-langkah penelitian yang dilakukan: menyeramkan karena ia menautkan alis.
1. Studi literatur berupa pengumpulan teori-teori 矢野 :何その顔?
yang diperlukan dalam penelitian
Yano :Apa-apaan muka itu?
2. Pengumpulan data yang dibutuhkan oleh
penelitian 黒沼 :見っけんに力込めてないと、泣い
3. Analisis, berikut merupakan hal yang dibahas ちゃうそうなんで。
dalam penelitian: Kuronuma :Kalau aku tidak seperti ini, aku
a. Teori SPEAKING oleh Hymes untuk sepertinya akan menangis.
mengetahui latar dan suasana serta peserta
tutur 吉田 :怒ってるか思うっつの。嬉しいな
b. Analisis fungsi ilokusi, untuk mengetahui ら笑え。
apakah diperlukannya strategi kesantunan. Yoshida :Kukira kau sedang marah. Kalau
c. Analisis strategi dan modifikasi untuk senang tertawa dong.
mengetahui bagaimana penutur mengatasi
daya dari fungsi ilokusi yang terdapat dalam 黒沼 :あ?へえへえ
tuturan. Kuronuma : A? Ehehehe
124 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
125 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Poppy Rahayu, Dedi Suryadi, Rosita Rinjani,
Maintaining Language Politeness Through Learning Advice in Japanese
126 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
penutur berusaha tidak memaksakan apa yang tutur, dan maksim simpati (sympathy maxim) yang
semestinya dilakukan oleh mitra tutur dengan dimana dalam memberikan tuturannya penutur
cara memberikan tuturan yang bisa membuat merasa simpati dengan keadaan mitra tutur
mitra tutur mengerti, yaitu dengan mengatakan sekarang, yaitu mitra tutur yang merasa putus
bahwa sebaiknya Kuronuma tidak menghindari asa.
dirinya maupun Yano dan Yoshida dengan cara
Prinsip Kerjasama Grice yang terkandung
memberikan gambaran tentang keadaan mereka
dalam tuturan nasihat
bertiga yang sedang dijauhi oleh mitra tutur.
Modifikasi internal berupa downgrader yaitu Memenuhi bidal keinformatifan atau kuantitas
pertanyaan yang ditandai dengan Kazehaya yang (maxim of quantity) yaitu penutur memberikan
secara tidak langsung mengatakan perasaan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan, bidal
teman-temannya terhadap perlakuan Kuronuma relevansi atau relasi (maxim of relation) yaitu
melainkan dengan memberikan gambaran melalui penutur memberikan tuturan yang sesuai dengan
masalah yang sedang dihadapi oleh mitra tutur
tuturannya yaitu dalam 逆の立場だったらどうだ
dan bidal kebenaran atau kualitas (maxim of
った? dan 俺とか矢野や吉田でさ自分と関わっ
quality) yaitu penutur memberikan tuturan yang
たらかぶが落ちるって思って黒沼から遠ざかん benar sesuai kenyataan yang ada.
の. “Keraguan” yaitu dalam kalimat 分かんない
けどさ。かも知れないよ。 Modifikasi eksternal Jenis Hyougen dan Ragam bahasa yang
digunakan dalam tuturan nasihat
berupa persiapan (preparation) yaitu dengan
penutur yang menanyakan bagaimana kalau Jenis hyougen pada tuturan ini adalah setsumei
mitra tutur berada di posisi tersebut, pemerdaya youkyuu no hyougen yang terdapat pada kalimat 逆
(dissameer) yaitu penutur memberikan gambaran の立場だったらどうだった? . Ragam bahasa
bila mitra tutur berada di posisi tersebut dan yang digunakan adalah jougo (ragam standar).
mengatakan bahwa temannya juga merasakan hal Pemertahanan Kesantunan
yang sama, alasan pendukung yaitu penutur Fungsi ilokusi yang terdapat dalam tuturan
memberikan gambaran bila mitra tutur berada di nasihat dari data diatas berupa bekerja sama
posisi tersebut. Pemerdaya dan alasan pendukung (collaborative) yang memiliki tujuan ilokusi
terdapat dalam kalimat 俺とか矢野や吉田でさ自 berbeda dengan tujuan sosial sehingga
分と関わったらかぶが落ちるって思って黒沼か diperlukannya suatu strategi kesantunan dalam
ら遠ざかんの dan 吉田たちもそう思ってるかも penyampaiannya. Maka strategi yang digunakan
ね。結局相手の気持ち次第じゃん。吉田たちの oleh penutur ialah strategi tidak langsung berupa
気持ちが分かんないけどさ。いきなり避けられ isyarat kuat dengan modifikasi internal
たら、不安になるかも知れないよ。 pemerlunak (downgrade) yaitu penanda sintaksis
berupa pertanyaan dan modifikasi eksternal
Prinsip Kesantunan Leech yang digunakan persiapan (preparation), pemerdaya (dissamer) dan
dalam tuturan nasihat alasan pendukung. Dengan memperhatikan
Prinsip kesopanan yang dianut oleh bangsa prinsip kesopanan berupa maksim kebijaksanaan,
jepang yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim
dalam memberikan tuturannya penutur kesetujuan dan maksim simpati yang berarti
mengedepankan keuntungan untuk diri mitra penutur mengutarakan tuturan tersebut dengan
tutur, maksim kedermawanan atau kemurahatian mengedepankan keuntungan atau kepentingan
(generosity maxim), dalam memberikan tuturannya mitra tutur tanpa memaksakan kehendak mitra
penutur berusaha menjelaskan secara bertahap tutur maupun mencela perbuatan yang dilakukan
dan rinci mengenai situasi yang sedang terjadi mitra tutur dan berusaha untuk setuju dengan
sekarang tanpa memaksakan kehendaknya mitra tutur. Penyampaian tuturan pun dilakukan
kepada mitra tutur, maksim pujian atau dengan efektif dan efisien meskipun bidal
penerimaan (approbation maxim), dalam kejelasan atau cara (maxim of manner) tidak
memberikan tuturannya penutur tidak mencela terpenuhi, namun begitu mitra tutur dapat
ataupun mencaci mitra tutur mengenai perlakuan menangkap maksud dari tuturan dengan jelas.
yang mitra tutur lakukan, maksim kesetujuan Dikarenakan partisipan dalam tuturan tersebut
atau kesepakatan (agreement maxim), dalam merupakan teman sebaya akrab maka ragam
memberikan tuturannya penutur menyetujui dan bahasa yang digunakan yaitu ragam jougo
tidak menentang apa yang dikatakan oleh mitra
127 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Poppy Rahayu, Dedi Suryadi, Rosita Rinjani,
Maintaining Language Politeness Through Learning Advice in Japanese
(standar) dan menggunakan jenis hyougen yaitu seperti itu. Kariu yang kukenal itu
setsumei youkyuu no hyougen. sangat benci dikalahkan, walau
Dari data di atas dapat terlihat bahwa dalam canggung tapi baik hati, dan pekerja
memberikan nasihatnya penutur berusaha untuk keras dengan tekad yang kuat.
tidak memaksa mitra tutur dengan tuturan yang Karena aku tahu betul betapa
langsung menunjukkan kesalahan yang sedang kerasnya usahamu selama ini, aku
dilakukan oleh mitra tutur, tetapi penutur bukan merasa marah, tapi merasa
menggunakan tuturan yang menggiring mitra sangat sedih.
tutur agar menyadari kesalahan yang
dilakukannya, tuturan pun diucapkan dengan 狩生 :は。。
nada yang lembut dan penuh pengertian, Kariu :Ha….
menghargai mitra tutur dengan tidak mencela apa 海崎 :汚い大人みたいなまねしないでく
yang dilakukan mitra tutur. Hal ini karena kondisi れ。まだ若いんだ。 頑張ることあ
mitra tutur tersebut sedang merasa putus asa dan きらめない。。
habis menangis, sehingga penutur sebisa mungkin Kaizaki :Tolong jangan pernah tiru kepicikan
menggunakan tuturan yang tidak memojokkan orang dewasa. Kau ini masih muda
mitra tutur. Maka dapat disimpulkan bahwa jangan pernah menyer—
pemberian nasihat juga dipengaruhi oleh kondisi さと
psikologis dari mitra tutur. 狩生 :何が分かるのよ?!何悟 ったよう
3. Anime Relife, Episode 5, menit 06:06 – なこと言ってんの?!同い年のく
08:02 せに。頑張ったわよ。でも全然叶
Kaizaki menanyakan kepada Kariu alasan dia わない。叶わないどころかライバ
にんしき
mengambil tas Hishiro. Setelah mengetahui
alasan yang sebenarnya Kaizaki memberikan ルだとすら 認 識 してもらえてない
nasihat kepada Kariu. のに。運動ではほのかに勉強では
海崎 :でもそういうことだと思うぞ。人 日代に、私はこんなに必死なのに、
を貶そうとする行為は結局自分を 何で二人は涼しい顔で、なんで私
貶す。今まで積み重ねてきた動力 だけが上手くいかないの。いくら
や信頼を自分で踏みにじるな 。頑 頑張っても、頑張っても、頑張っ
張ってきた自分に失礼だ。 そんな て。。。。。。頑張っても結果が
まねして喜んでいられるのはもう 出ない。意味がない。
頑張ることあきらめた負け犬だ。 Kariu :Memangnya kau tahu apa?!
でも俺は狩生がそうだとは思えな Kenapa kamu sok menasihatiku?!
Kita ini seumuran! Aku sudah
い。俺が知ってる狩生は負けん気
berusaha! Tapi tetap tidak bisa
が強くて、ぶっきらぼうだけど優 menang! Bukan cuma itu, tapi
しん
しくて、 芯 の強い頑張り屋だと頑 mereka bahkan tidak
memandangku sebagai saingan!
張る狩生を見てきたからこそ、怒 Honoka mengalahkanku di bidang
るより何よりただただ悲しく思っ atletik, dan Hishiro di bidang
た。 akademik…. Padahal aku sudah
Kaizaki :Tapi, aku sendiri berpikiran begini. berusaha keras! Tapi, kenapa
Mencoba menjatuhkan orang lain ekspresi mereka bisa seenteng itu?!
sama dengan merendahkan diri kenapa cuma aku yang gagal
sendiri. Jangan injak-injak semua mendapatkan hasil?! Tidak peduli
kerja keras dan kepercayaan yang seberapa gigih aku berjuang,
kau bangun selama ini. Itu namanya berusaha, bekerja keras…! Seberapa
penghinaan terhadap usaha sendiri. keras pun aku berusaha hasilnya nol
Satu-satunya yang bisa bahagia besar. Semuanya percuma.
dengan cara itu, hanya anjing
pengecut yang sudah menyerah 海崎 :そんなことない。周りと比べるか
untuk terus berusaha. Tapi, ら見えにくいだけだ。人と比べた
menurutku kau bukanlah orang 順位だけが結果じゃない。意味な
128 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
129 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Poppy Rahayu, Dedi Suryadi, Rosita Rinjani,
Maintaining Language Politeness Through Learning Advice in Japanese
oleh mitra tutur, bidal kejelasan atau cara (maxim mitra tutur dan berusaha tidak mencela perbuatan
of manner) karena penutur dengan jelas yang dilakukan mitra tutur. Penyampaian tuturan
mengatakan apa yang maksud dalam kalimat pun dilakukan dengan efektif dan efisien karena
yang dituturkannya dan penyampaian informasi memenuhi seluruh bidal dalam prinsip kerjasama.
yang dilakukan penutur jelas dan tidak berputar- Dikarenakan partisipan dalam tuturan tersebut
putar, bidal keinformatifan atau kuantitas (maxim merupakan teman sebaya akrab maka ragam
of quantity) karena penutur mengutarakan apa bahasa yang digunakan yaitu ragam jougo
yang diperlukan dalam tuturan tersebut tanpa (standar) dan menggunakan jenis hyougen yaitu
mengatakan hal lain yang tidak mendukung handan no hyougen dan kinshi no hyougen.
dalam percakapan, dan bidal kebenaran atau Berdasarkan analisis data di atas dapat dilihat
kualitas (maxim of quality) karena informasi yang bahwa tuturan yang diucapkan oleh teman
diberikan oleh penutur tidak keliru karena sekelas ini walaupun menggunakan bentuk
didasarkan pada kenyataan bahwa mitra tutur langsung berupa kalimat perintah tetapi penutur
sedang bingung dengan situasi yang dihadapinya berusaha meyakinkan mitra tutur kalau apa yang
dan tuturan nasihar tersebut berdasarkan dipikirkan dan dilakukannya tidak benar dengan
pengalaman yang penutur hadapi. alasan-alasan pendukung. Awalnya penutur
menggunakan alasan pribadi mitra tutur agar
Jenis Hyougen dan Ragam bahasa yang
tidak melakukan tindakan mengambil tas teman
digunakan dalam tuturan nasihat karena merasa iri, tuturan diujarkan dengan nada
Ragam bahasa yang digunakan adalah jougo tegas dan kesannya menyalahkan tindakan mitra
(ragam standar). Jenis hyougen dalam tuturan tutur, kemudian karena mitra tutur merasa
nasihat ini adalah sebagai berikut: tersinggung akhirnya ia pun menolak tuturan
• Handan no hyougen yaitu (a) 人を貶そうとす yang diucapkan oleh penutur dan mengeluarkan
る行為は結局自分を貶す。(b) 頑張ってきた semua isi hatinya selama ini sambil menangis
自分に失礼だ, (c) 周りと比べるから見えに karena putus asa. Melihat reaksi mitra tutur yang
くいだけだ。人と比べた順位だけが結果じ seperti itu penutur pun memberikan tuturan yang
ゃない。(d) 狩生はすげえ頑張ってその分ち menenangkan dengan memberikan apresiasi
terhadap usaha yang dilakukan mitra tutur selama
ゃんと成長してる。結果だしてる。
ini, juga tanpa mencela mitra tutur dan setelahnya
• Kinshi no hyougen (a) 今まで積み重ねてきた dilanjutkan dengan kembali mengujarkan agar
動力や信頼を自分で踏みにじるな, (b) 頑張 jangan melakukan tindakannya yang bisa
ることあきらめない。。, (c) 意味ないなん menjatuhkan diri sendiri seperti perbuatannya
て否定するな。(d) だからもうこんなことし mengambil tas tersebut. Tuturan diujarkan
て自分を貶すな。 dengan nada yang lebih lembut dan disertai
gerakan mengusap kepala mitra tutur untuk
Pemertahanan Kesantunan menenangkan mitra tutur. Sehingga dapat
Fungsi ilokusi yang terdapat dalam tuturan disimpulkan bahwa saat memberikan tuturan
nasihat dari data diatas berupa Bersaing nasihat yang terkesan menghakimi perbuatan
(competitive). Tujuan ilokusi ini adalah bersaing mitra tutur akan ada kemungkinan tuturan
dengan tujuan sosial dan bekerja sama tersebut tidak diterima, sedangkan tuturan dengan
(collaborative) yang memiliki tujuan ilokusi nada yang lebih lembut dan memberikan apresiasi
berbeda dengan tujuan sosial sehingga tanpa menghakimi dan mencela dapat lebih besar
diperlukannya suatu strategi kesantunan dalam peluangnya untuk diterima oleh mitra tutur,
penyampaiannya. Maka strategi yang digunakan apalagi saat kondisi mitra tutur yang tidak stabil
oleh penutur ialah strategi langsung berupa dan sedang putus asa dan bersedih.
imperatif dengan modifikasi internal penguat
pengaruh (upgrader) pengintesif adverbial dan
modifikasi eksternal persiapan (preparation),
alasan pendukung dan pemanis. Dengan
memperhatikan prinsip kesopanan berupa
maksim kebijaksanaan, maksim penghargaan dan
maksim simpati yang berarti penutur
mengutarakan tuturan tersebut dengan
mengedepankan keuntungan atau kepentingan
130 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
131 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Poppy Rahayu, Dedi Suryadi, Rosita Rinjani,
Maintaining Language Politeness Through Learning Advice in Japanese
Setsumei youkyuu no hyougen sebanyak 3 kali sebisa mungkin memuji mitra tutur, dan yang
digunakan, kemudian Irai no hyougen dan Gimon terakhir adalah menghindari ketidaksetujuan
no hyougen sebanyak 2 kali digunakan. Selain mitra tutur. Kemudian dalam melakukan
hyougen yang sudah disebutkan gimu- touzen- percakapan penutur mengutarakan sesuai dengan
hitsuyou no hyougen, Kandoushi no hyougen, , Hango yang dibutuhkan, relevan dengan pembicaraan,
no hyougen, Denbun no hyougen, Hantei no hyougen, berbicara yang benar, dan berbicara dengan jelas.
Yobikake no hyougen, Suiryou no hyougen, kibou no Sehingga komunikasi pun terjadi dengan efektif
hyougen, dan hinyu no hyougen masing-masing dan efisien. Selain penggunaan bentuk ungkapan
sebanyak 1 kali digunakan. Ragam bahasa yang dan strategi bertutur tersebut pada saat
digunakan adalah ragam jougo yaitu ragam menyampaikan tuturan cara pemertahanan
standar. Pengunaan ragam bahasa standar ini kesantunan pun memperhatikan kondisi mental
karena hubungan antar penutur dan mitra tutur atau psikis mitra tutur. Pada saat kondisi mental
adalah antar teman sebaya, antar guru dan murid mitra tutur tidak baik yaitu seperti sedang merasa
dan antar kakak dan adik. sangat putus asa, bersedih sampai menangis,
sedang kebingungan dan lain sebagainya penutur
cenderung menggunakan strategi tak langsung
KESIMPULAN dan nada berbicara yang lembut, ditambah gesture
yang bisa menenangkan agar mitra tutur tidak
menolak tuturannya. Untuk penggunaan strategi
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa
walaupun dilakukan secara langsung terdapat
cara pemertahanan kesantunan dalam bertutur
modifikasi internal dan eksternal untuk
juga meliputi kesantuanan dalam tuturan nasihat.
mendukung tuturan tersebut, hal ini terjadi
Mangapa hal ini sangat penting untuk
terutama pada situasi dimana mitra tutur merasa
diperhatikan karena “Saling nasihat-menasihati
tertekan atau saat hubungan penutur dan mitra
dalam mentaati kebenaran, dan saling nasihat-
tutur sebaya, dan untuk yang hubungannya tidak
menasihati dalam menetapi kesabaran”
dekat. Kemudian bila dalam keadaan sedang
merupakan perintah dalam agama. Hal ini
santai penutur pun menggunakan nada suara
merupakan hakikat hidup manusia. Namun
yang santai juga agar kemungkinan tuturan
demikian, tuturan nasihat justru memiliki
nasihatnya diterima lebih besar.
sensitifitas yang tinggi sehingga idealnya harus
Secara konkrit, tuturan nasihat merupakan
melibatkan unsur religi, pendidikan, psikologi,
salah satu bentuk tindakan. Tuturan yang sama
sosiolinguistik, maupun sosiolokultural.
dapat memiliki maksud yang berbeda akibat
Tuturan nasihat juga sangat penting dan
perbedaan waktu dan tempat sebagai latar
menjadi salah satu unsur dalam pemertahanan
tuturan. Hal ini mengisyaratkan bahwa secara
bahasa karena sangat erat kaitannya dengan
strategi waktu, nasihat dapat diberikan saat mitra
dunia pendidikan dan pengajaran. Dalam hal
tutur tengah mengalami kegagalan atau
nasihat menasihati ini, juga harus dipelajari
merasakan akibat atas pelanggaran yang
secara khusus dengan mempertimbangkan aspek
dilakukannya. Nasihat juga sebaiknya diutarakan
psikolinguistik. Dalam menyampaikan tuturan
nasihat harus dipikirkan strategi tuturan yang pada waktu yang efektif, misalnya menasihati
sekiranya dapat diterima dengan baik sehingga dalam suasana makan yang akrab, atau saat
tujuan penyampaian nasihat itupun dapat tengah bertamasya atau piknik, tanpa bermaksud
tercapai. merusak suasana. Selain itu, saat mitra tutur
Strategi kesantunan dalam tuturan nasihat dalam keadaan gembira, akan lebih mudah untuk
salah satunya dapat dilakukan dengan menerima nasihat, misalnya Ketika baru saja
menggunakan strategi tuturan baik secara menerima suatu penghargaan, berhasil berhasil
langsung maupun tidak langsung yang diikuti melakukan sesuatu, atau dapat juga menjelang
dengan modifikasi dalam tuturannya. Dalam tidur.
memberikan nasihatnya yang paling diutamakan
diperhatikan oleh penutur adalah kepentingan
dan keuntungan untuk mitra tutur, kemudian rasa DAFTAR PUSTAKA
simpati terhadap mitra tutur, lalu dalam
memberikan tuturan nasihat tidak tekesan Chaer, A., & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik
congkak dan sombong, dalam memberikan Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
tuturan nasihat tidak mencela mitra tutur dan
132 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 119-133
Jumanto, J. (2017). Pragmatik Dunia Linguistik Tak Rahayu, P. (2009). Kesantunan dalam Tindak Tutur
Selebar Daun Kelor Edisi 2. Yogyakarta: Direktif dalam Bahasa Jepang: Suatu Kajian Pragmatik
Morfolingua. (Tesis tidak dipublikasikan). Universitas Negeri
Nasihat. 2016. Pada KBBI Daring. Diakses dari Jakarta.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nasihat Rinjani, R. (2020). Analisis Strategi Tindak Tutur Nasihat
Khairunnisa, K. (2014). Internal modification in (Jogen) dalam Jenis Film Live Action (Skripsi). Diakses
requesting used by ELF learners. Journal of English dari http://repository.unj.ac.id/4962/
Language Teaching, 1(1), 24-36. Sabiah, I., Heriyanto, & Mahdi, S. (2013). Internal
https://doi.org/10.33394/jo-elt.v1i1.2402 modification of requests strategies in the movie of
Krippendorff, K. (2004). Content Analysis, An the Big Bang Theory: A pragmatic study. The
Introduction to Its Methodology. London: Sage International Journal of Social Sciences, 16(1), 69-90.
Publcation. Diakses dari www.tijoss.com
Lin, Y. H., & Ho, P. C. (2013). Internal modification in Takahashi, C. (2017). Hatsuwa Koui Toshite No Jogen ni
apology realization: A need for a multi-leveled Tsuite no Takakuteki Kenkyuu - Hatsuwa Koui Riron ni
categorization. Chung Hsing Journal of The Yoru Tokuchou no Kijutsu to Kaiwa Bunseki ni Yoru
Humanities, 63-111. Diakses dari ir.lib.nchu.edu.tw nihongo no Jogen Sougo Koui no Kijutsu-. Kyouto:
Munqidzah, Z. (2015). Pengenalan nilai - nilai budaya Kyouto Daigaku.
jepang pada buku teks みんなの 日本語 初級1 Tanaka, L. (2015). Advice in japanese radio phone-in
(Minna no nihongo shokyuu). Jurnal Ilmiah Bahasa dan counselling. Pragmatics, 25(2), 251-285.
Sastra, 2(1), 1-12. Diakses dari https://doi.org/10.1075/prag.25.2.06tan
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JIBS/art Umaroh, L., & Kurniawati, N. (2017). Dominasi
icle/view/846 ilokusi dan perlokusi dalam transaksi jual beli.
Ogawa, Y. (1995). Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan dan Budaya,
Daishuukanshoten. 21-34. Diakses dari
Rahardi, K., Setyaningsih, Y., & Dewi, R. P. (2019). https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa/articl
Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa. e/view/2264
Jakarta: Penerbit Erlangga.
133 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 134-140
JAPANEDU:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
http://ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/index
ABSTRACT
This study aims to compare students’ Japanese language grammar ability, between students who practice with a chatbot-
based application (Gengobot) with students who do not use the application. This research was conducted using quantitative
experimental research methods, with experimental class and control class. The subjects of this research were 22 Japanese
language students. The results showed that the grammar ability of students who used Gengobot application as a training
medium improved significantly than students who used conventional media as paper works. Factors that cause these
differences are the use of cognitive and behavioristic approaches in applications, as well as the use of media, which is more
practical and engaging. The questionnaire regarding student responses to the Gengobot application shows positive results.
Things that need to be considered in future research are the development of the Gengobot application to be more flexible
and to add more material to the application.
KEYWORDS
Japanese grammar; Chatbot; MALL; Training media.
ARTICLE INFO
First received: 14 November 2020 Final proof accepted: 27 December 2020
Available online: 31 December 2020
Sintesis, dan Evaluasi. Ketika berlatih dalam suatu pembelajaran MALL harus tepat, efisien,
hal, proses yang dilakukan akan memberikan proporsional, sesuai, konsisten, asli, dan tersusun
stimulus pada pembelajar untuk lebih memahami agar proses pembelajaran dapat berjalan secara
hal yang ia latih. Sebagai contoh, ketika maksimal (Traxler, 2009).
pembelajar berlatih mengenai tata bahasa Jepang, Dalam penelitian ini akan digunakan media
pembelajar akan memproses pengetahuan aplikasi telepon pintar yang berbasis chatbot dalam
(knowledge) dari tata bahasa tersebut, lalu aplikasi pesan singkat LINE. Levy (2009)
memahaminya, kemudian menganalisis mendefinisikan chatbot sebagai jenis program
pemahaman tersebut untuk memadukan dengan komputer yang dirancang untuk menyimulasikan
pengetahuan yang lain, dan mengevaluasinya percakapan dengan atau banyak pengguna melalui
setelah tata bahasa tersebut digunakan. Dengan metode auditori atau tekstual. Kemudian, Baudart,
begitu, pembelajar akan lebih memahami tata Hirzel, Mandel, Shinnar, dan Siméon (2018)
bahasa tersebut. Belajar dalam pandangan menambahkan bahwa chatbot adalah aplikasi
behaviorisme menekankan pada perubahan reaktif dengan antarmuka percakapan. Beberapa
prilaku pembelajar yang dihasilkan dari asosiasi contoh chatbot dalam pembelajaran bahasa yaitu
stimulus dan respon (Zhou & Brown, 2017). ELIZA dan ALICEBOT untuk mempelajari
Edward L. Thorndike mengembangkan hukum bahasa Inggris (Jia, 2009).
latihan atau law of exercise dan law of effect sebagai Penelitian mengenai pembelajaran bahasa
lanjutan dari teori behavioristik. Law of exercise berbasis chatbot sudah banyak diteliti, seperti
menggiatkan pengulangan dari suatu kegiatan Wang dan Petrina (2013) yang meneliti chatbot
untuk menguasai keterampilan atau teknik (Allen, Lucy sebagai media pembelajaran bahasa Inggris.
2007). Law of effect menyatakan bahwa hukum Wang dan Petrina (2013) menyatakan bahwa
stimulus dan respon akan menguat apabila teknologi chatbot sangat berpeluang besar untuk
hasilnya memuaskan, dan akan ditinggalkan dijadikan media pembelajaran individu tingkat
apabila hasilnya kurang memuaskan (Thorndike, dasar sampai menengah. Dengan chatbot Lucy
1927 dalam Irham & Wiyani, 2017). pembelajar dapat menyesuaikan kecepatan belajar
Dalam pembelajaran bahasa tentunya ada mereka sendiri. Selain itu, pembelajar dapat
banyak media dan metode yang bisa digunakan. menjawab setiap pertanyaan yang diajukan,
Sudah banyak penelitian mengenai cara belajar mengulangi kalimat yang di utarakan tanpa
tata bahasa bahasa Jepang ini. Judiasari (2016) tekanan, atau melewat kalimat yang dirasa sangat
meneliti drill bunpou berbasis multimedia untuk sulit dimengerti. Lalu, Jia (2009), dalam
meningkatkan kompetensi bahasa Jepang, penelitiannya mengemukakan bahwa jika satu
Sastranegara (2017) yang meneliti peranan tes kuis system chatbot dapat digunakan dalam praktik
dalam meningkatkan motivasi pembelajar dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa asing. Sistem
memahami tata bahasa Jepang tingkat dasar, dan kecerdasan buatan seperti chatbot ini akan sangat
masih banyak lagi penelitian tentang metode atau meringankan beban para pengajar, dan memberi
media pembelajaran tata bahasa Bahasa Jepang. para siswa kesempatan untuk berlatih bahasa asing
Namun, media dan metode pembelajaran tetap setiap saat. Di satu sisi, sistem daring ini dapat
harus dikembangkan guna mengikuti diakses dimana saja dan kapan saja, karena bukan
perkembangan zaman yang begitu cepat. hal yang mudah menemukan mitra chatting
Dalam pengembangan media pembelajaran manusia yang berbicara bahasa yang di pelajari
ada banyak yang harus diperhatikan, seperti jenis, sebagai bahasa ibu. Akan tetapi, akan lebih
cara penggunaan, dan hasil yang diharapkan dari menarik bagi pembelajar untuk dapat “chatting”
media yang dikembangkan nantinya. salah satu dengan system kecerdasan buatan yang benar
media yang sedang banyak digunakan dan benar dapat memahami bahasa alami pembelajar
dikembangkan adalah media pembelajaran tersebut. Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat
melalui telepon pintar. Dalam pembelajaran disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis
bahasa pembelajaran melalui telepon pintar sering chatbot/kecerdasan buatan sangatlah berpeluang
disebut dengan Mobile Assisted Language Learning untuk dikembangkan sebagai media pembelajaran
(MALL). Kukulska-Hulme (2012) mengartikan bahasa. Karena selain kemudahan akses yang bisa
bahwa MALL adalah penggunaan teknologi digunakan di mana saja dan kapan saja, media
seluler dalam pembelajaran bahasa, terutama pembelajaran ini dapat menyesuaikan dengan
dalam situasi di mana portabilitas perangkat kecepatan belajar pembelajar. Di sisi lain, media
menawarkan keunggulan tertentu. Dalam ini dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa
135 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Mumu Muhammad Rifai, Nuria Haristiani, Dianni Risda,
Gengobot: Chatbot application to enhance JLPT N4 Japanese grammar ability
yang lain, seperti pembelajaran tata bahasa atau kelas kontrol adalah kelas yang menggunakan
dalam bahasa Jepang bunpou, media ini akan soal-soal latihan kertas yang diberikan oleh
sangat bermanfaat bagi pembelajar bahasa Jepang peneliti. Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada
sebagai bahasa asing. Gambar 2.
Media chatbot yang akan digunakan dalam
penelitian ini bernama Gengobot. Gengobot
adalah aplikasi pembelajaran tata bahasa Jepang
berbasis chatbot pada aplikasi pesan singkat LINE.
Gengobot dikembangkan oleh peneliti dan
beberapa tim pengembang lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan tata
bahasa Jepang level N4 pembelajar setelah berlatih
menggunakan aplikasi Gengobot, lalu
membandingkannya dengan kemampuan
pembelajar yang tidak menggunakan aplikasi Gambar 2. Diagram Alur Pengolahan Data Hasil Tes.
Gengobot. Sistematika chatbot LINE bisa dilihat
pada Gambar 1 (LINE Indonesia, 1 Februari Hasil dari posttest kelas eksperimen (O3)
2017). merupakan pencapaian dari pembelajaran kelas
eksperimen yang dikenai perlakuan. Sedangkan
hasil dari posttest kelas kontrol (O4) merupakan
pencapaian dari pembelajaran kelas yang tidak
dikenai perlakuan, atau menggunakan latihan
konvensional di atas kertas. Selanjutnya, untuk
mengetahui efektivitas perlakuan yang diberikan
terhadap kelas eksperimen, dilakukan
pembandingan antara O3 dan O4. Hipotesis dari
penelitian ini adalah (1) penggunaan aplikasi
Gambar 1: Sistematika Chatbot Line. chatbot Gengobot sebagai media pembelajaran tata
bahasa Jepang level N4 dapat menguatkan
keterampilan tata bahasa Jepang level N4
METODE PENELITIAN pembelajar, (2) terdapat perbedaan yang signifikan
antara pembelajaran yang menggunakan aplikasi
Metode penelitian yang akan digunakan adalah chatbot Gengobot sebagai media latihan dengan
metode penelitian eksperimental kuantitatif, pembelajaran yang menggunakan soal latihan
dengan desain penelitian pretest-posttest control-group konvensional di atas kertas.
design yang terdapat dua kelas penelitian, yaitu Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas ini pendidikan bahasa Jepang Universitas Pendidikan
akan dikenakan pretest dan posttest. Akan tetapi, Indonesia semester 2 dengan sampel 20 mahasiswa
hanya kelas eksperimen yang dikenai untuk kelas eksperimen dan 20 mahasiswa untuk
perlakuan/treatment penelitian (Cresswell, 2013). kelas kontrol. Instrumen yang akan digunakan
Kedua kelas penelitian harus memiliki dibagi menjadi tiga instrumen, yaitu aplikasi
karakteristik yang hampir sama, yaitu harus Gengobot yang akan digunakan sebagai media,
memiliki kemampuan dibawah N4. Sebelum instrumen tes untuk pelaksanaan pretest dan post-
dikenai perlakuan, di kedua kelas akan dilakukan test, dan instrumen non tes seperti angket dan
pretest untuk mengetahui kemampuan sebelum observasi. Teknik analisis data yang akan
dikenai perlakuan. Lalu, di akhir penelitian digunakan dibagi menjadi dua bagian. Untuk
dilakukan posttest pada kedua kelas untuk menganalisis data tes akan digunakan uji-t yaitu
mengetahui perbedaan antara kelas eksperimen Independent Sample T-Test dengan bantuan program
yang dikenai perlakuan dan kelas kontrol yang SPSS 24.
tidak dikenai perlakuan. Kelas eksperimen yang Karena angket yang akan digunakan dalam
dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas yang penelitian ini adalah angket dengan skala likert.
menggunakan aplikasi chatbot Gengobot sebagai data akan diolah dengan langkah-langkah sebagai
media latihan tata bahasa Jepang. Sedangkan, berikut:
1) Menjumlahkan setiap jawaban angket.
136 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 134-140
Pengembangan Aplikasi dan Interface Selain fitur latihan, terdapat fitur tambahan
(Antarmuka) Gengobot seperti fitur mengenal aisatsu, keigo dan tabel kana.
flowchart aplikasi bisa dilihat pada Gambar 4.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih
dahulu mengembangkan aplikasi Gengobot
sebagai instrumen penelitan. Metode yang
digunakan dalam pengembangan aplikasi ini
adalah metode Research and Development (R&D).
Menurut Yuberti (2014), metode R&D adalah
metode penelitian yang bertujuan untuk mencari-
temukan, memperbaiki, mengembangkan,
menghasilkan produk, menguji produk, sampai
dihasilkannya suatu produk yang terstandardisasi
sesuai dengan indikator yang ditetapkan.
Tahapan-tahapan pengembangan Gengobot
dimulai dengan penelitian tahap awal untuk
mengetahui kebutuhan pembelajar, perencanaan Gambar 4: Flowchart aplikasi Gengobot
pengembangan seperti alur pengembangan,
anggaran biaya, pembagian tugas tim, Penggunaan Gengobot untuk
penjadwalan dan lain-lain, lalu dikembangkan Meningkatkan Kemampuan Tata Bahasa
sesuai dengan yang telah direncanakan. Setelah
aplikasi selesai dikembangkan, aplikasi akan diuji
Sebelum penelitian dilaksanakan pretest
coba terlebih dahulu kepada ahli dibidangnya dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas
untuk mengetahui kekurangan aplikasi tersebut kontrol untuk mengetahui kemampuan awal
137 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
Mumu Muhammad Rifai, Nuria Haristiani, Dianni Risda,
Gengobot: Chatbot application to enhance JLPT N4 Japanese grammar ability
masing masing kelas. Lalu, Penelitian Hukum Akibat (Law of Effect) yang dikembangkan
dilaksanakan selama 5 kali pertemuan pada kelas oleh Thorndike (1927). Ketika pembelajar
eksperimen dan kontrol, dengan durasi 30-45 menggunakan aplikasi ini untuk berlatih tata
menit setiap pertemuannya. Kelas eksperimen bahasa, maka law of exercise yang menyatakan
yang menggunakan media gengobot sebagai media semakin sering sebuah tingkah laku diulang,
latihan tata bahasa Jepang diminta untuk dilatih, atau digunakan maka asosiasi yang
mengerjakan soal latihan yang terdapat pada terbentuk akan semakin kuat berlaku. Hukum
aplikasi yang berjumlah 20 soal dengan 2 macam Akibat (law of effect) menjelaskan bahwa sebuah
tipe soal disetiap pertemuannya. Sementara kelas latihan akan lebih berdampak ketika diberikan
kontrol yang menggunakan media konvensional stimulus positif (reward) dan stimulus negatif
sebagai media latihan diminta untuk mengerjakan (punishment). Ketika pembelajar menjawab dengan
soal latihan diatas kertas dengan jumlah dan isi benar maka akan diberikan reward berupa skor di
soal yang sama dengan kelas kontrol. Setelah setiap soal, dan diberikan punishment dengan tidak
penelitian selesai dilaksanakan, dimasing masing diberikan skor sama sekali jika menjawab salah.
kelas akan diadakan post-test untuk mengetahui Pembelajar yang menjawab soal dengan benar dan
kemampuan mahasiswa setelah mendapatkan mendapatkan skor, siswa akan termotivasi untuk
perlakuan dimasing masing kelas. melanjutkan ke soal berikutnya karena berupaya
Setelah data hasil pretest dan posttest kedua kelas untuk mendapatkan skor yang lebih tinggi. Di sisi
dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 24, dapat lain, ketika pembelajar menjawab soal dengan
disimpulkan bahwa kedua kelas mengalami salah pembelajar tidak akan mendapatkan skor
peningkatan yang signifikan. Meskipun kedua sebagai bentuk punishment-nya. Meskipun begitu,
kelas mengalami peningkatan setelah penjelasan dari soal yang telah dijawab akan
mendapatkan perlakuan yang berbeda, muncul agar pembelajar dapat memahami
peningkatan nilai kelas eksperimen (29.06) lebih kesalahan dari soal yang ia jawab salah. Dengan
besar dari pada kelas kontrol (5.40). Perbedaan demikian pembelajar akan termotivasi untuk
rata -rata tersebut dianalisis menggunakan analisis mengulangi latihannya dan memperbaiki
data Independent Sample T-Test. Hasilnya kesalahannya. Di situlah law of effect berlaku.
menunjukan bahwa peningkatan pada kelas Lalu, Pemanfaatan MALL dalam aplikasi
eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan Gengobot memberikan nilai tambah tersendiri
yang signifikan. Dengan begitu dapat disimpulkan sebagai media pembelajaran bahasa Jepang.
bahwa penggunaan aplikasi Gengobot sebagai Aplikasi yang berbentuk chatbot dan terintegritas
media latihan tata bahasa Jepang level N4 lebih dalam aplikasi LINE yang dimana sering dipakai
efektif dari pada penggunaan media konvensional oleh mahasiswa merupakan nilai tambah dari
diatas kertas. Peneliti berkesimpulan bahwa aplikasi Gengobot karena pembelajar tidak perlu
perbedaan kemampuan akhir ini memiliki lagi menginstal aplikasi tambahan. Hal ini
beberapa faktor, yaitu adanya Pendekatan kognitif, merupakan masalah kebanyakan peneliti yang
pendekatan behavioristik dan penggunaan MALL mengembangkan aplikasi pembelajaran. Selain itu,
pada aplikasi Gengobot. Pembelajaran dengan media pembelajaran tata bahasa Jepang berbasis
menggunakan aplikasi Gengobot menerapkan chatbot merupakan inovasi baru, sehingga
semua kelas utama dalam pembelajaran kognitif. pembelajar merasa tertarik dengan aplikasi
Ketika pembelajar berlatih tata bahasa Jepang Gengobot ini. Dalam penelitian lain, aplikasi
menggunakan media Gengobot, pembelajar berbasis chatbot dalam pembelajaran bahasa sendiri
tersebut memproses dan memahami pengetahuan terbukti membantu pembelajar dalam
tata bahasa yang dilatih. Pemahaman dari meningkatkan kemampuan berbahasa. Wang dan
pengetahuan tersebut dianalisis untuk dipadukan Petrina (2013) yang meneliti chatbot Lucy sebagai
dengan pengetahuan bahasa Jepang lain. Selain media pembelajaran bahasa Inggris
itu, pembelajar akan mengevaluasi mengemukakan bahwa teknologi chatbot sangat
pengetahuannya setelah tata bahasa tersebut berpeluang besar untuk dijadikan media
digunakan. Di situlah proses pembelajaran dengan pembelajaran individu tingkat dasar sampai
pendekatan kognitif saat berlatih menggunakan menengah. Dengan Chatbot Lucy pembelajar
aplikasi Gengobot terjadi. dapat menyesuaikan kecepatan belajar mereka
Di sisi lain, dalam pendekatan behavioristik, sendiri. Jia (2003) pun memiliki pendapat yang
pembelajaran menggunakan aplikasi gengobot sama mengenai chatbot sebagai media
menerapkan Hukum Latihan (Law of Exercise) dan pembelajaran bahasa.
138 | P a g e
e- ISSN 2528-5548
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. xx, No. xx, Month 2xxx, pp. xx-xx
No Pernyataan SS S N TS STS %
Aspek 1: Aplikasi
1 Aplikasi Gengobot mudah digunakan dan praktis. 17 28 6 1 1 82
2 Desain aplikasi Gengobot menarik dan inovatif. 31 18 3 0 1 89
3 Fitur-fitur dalam aplikasi Gengobot bermanfaat. 28 22 2 0 1 89
4 Fitur bantuan jelas dan mudah dipahami. 19 22 10 1 1 82
5 Fitur Pencarian tata bahasa jelas dan mudah dipahami. 18 19 13 2 1 79
6 Fitur pembelajaran keigo, tabel kana, dan aisatsu jelas dan mudah dipahami. 18 21 9 4 1 79
7 Media pembelajaran berbasis chatbot praktis 21 19 10 2 1 82
8 Aplikasi Gengobot masih perlu dikembangkan 26 16 9 0 2 84
Aspek 2: Konten
1 Tata bahasa yang terdapat dalam aplikasi sesuai dengan level N4 dan N5 23 22 8 0 0 86
2 Tata bahasa level N4 dan N5 yang terdapat dalam aplikasi sudah lengkap. 15 22 13 3 0 78
3 Penjelasan konten tata bahasa mudah dipahami 24 20 9 0 0 86
4 Penjelasan jawaban dalam latihan mudah dipahami. 23 25 4 1 0 86
5 Soal latihan yang terdapat dalam aplikasi Gengobot sesuai dengan materi N4. 20 23 10 0 0 84
6 Konten pencarian tata bahasa dan latihan perlu dikembangkan 23 17 10 1 2 82
Aspek 3: Pengaruh Aplikasi
1 Media pembelajaran berbasis chatbot praktis. 24 18 11 0 0 85
2 Aplikasi Gengobot cocok sebagai media pembelajaran tata bahasa Jepang. 26 22 5 0 0 88
3 Aplikasi Gengobot cocok untuk pembelajaran mandiri. 32 15 6 0 0 90
4 Aplikasi Gengobot dapat meningkatkan motivasi belajar tata bahasa Jepang. 19 26 8 0 0 84
Materi tata bahasa yang terdapat dalam aplikasi Gengobot mempermudah saya dalam
5
mempelajari tata bahasa Jepang. 23 24 6 0 0 86
Latihan yang terdapat dalam aplikasi Gengobot memperkuat pemahaman tata bahasa
6
Jepang saya. 18 25 10 0 0 83
7 Saya membandingkan skor saya dengan teman saya. 13 9 19 9 3 68
8 Saya ingin menjadi urutan pertama dalam leader board. 14 9 21 5 4 69
Saya mengulang kembali latihan dengan aplikasi Gengobot jika hasilnya kurang
9
memuaskan. 12 19 18 2 2 74
Saya mengulang kembali latihan dengan aplikasi Gengobot jika skornya dikalahkan
10
teman. 7 14 23 4 5 65
Latihan menggunakan aplikasi Gengobot lebih menyenangkan dibandingkan dengan
11
latihan mengerjakan soal di kertas. 12 19 18 3 1 74
12 Kemampuan tata bahasa Jepang saya meningkat setelah menggunakan Gengobot. 12 20 18 2 1 75
13 Saya akan menggunakan lagi Gengobot untuk belajar/berlatih tata bahasa Jepang. 16 23 11 2 1 79
Rata-rata 20 20 11 1.6 1 81
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. xx, No. xx, Month 2xxx, pp. xx-xx
Tabel 2 adalah tanggapan pengguna mengenai media latihan memiliki peningkatan yang lebih
aplikasi chatbot. Dari hasil tanggapan diketahui signifikan daripada pembelajar yang
bahwa Gengobot sangat meringankan beban para menggunakan media latihan konvensional di atas
pengajar, dan memberi para siswa kesempatan kertas. Berdasarkan penelitian yang telah
untuk berlatih bahasa asing setiap saat. Oleh dilaksanakan, faktor yang mempengaruhi
karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan kemampuan tersebut adalah
media berbasis chatbot seperti Gengobot menarik pendekatan kognitif, pendekatan behavioristik,
pembelajar untuk menggunakannya sebagai media serta penggunaan media yang memberikan
pembelajaran mereka. stimulus untuk berlatih tata bahasa Jepang pada
aplikasi Gengobot. Selain itu, tanggapan
Sebagai bahan untuk evaluasi untuk
pembelajar terhadap aplikasi Gengobot bisa
pengembangan aplikasi Gengobot, Angket
dikatakan positif. Aplikasi Gengobot dianggap
mengenai aplikasi diberikan kepada pembelajar efektif sebagai media latihan tata bahasa Jepang
yang menggunakan Gengobot sebagai media level N4 karena aplikasi Gengobot merupakan
pembelajaran tata bahasa . Terdapat 27 pernyataan aplikasi yang inovatif dan memberikan daya tarik
dalam angket penggunaan aplikasi gengobot ini. tersendiri karena belum ada aplikasi yang serupa.
27 pernyataan tersebut dibagi menjadi 3 aspek Selain itu, Gengobot merupakan aplikasi yang
yaitu, Aplikasi, Konten, dan Pengaruh aplikasi praktis dan fleksibel untuk berlatih tata bahasa
tersebut. Aspek pertama yaitu aspek aplikasi Jepang karena bisa digunakan dimana saja dan
dengan 8 pernyataan memiliki persentase 83% kapan saja. Lalu, Pembelajar termotivasi untuk
atau masuk ke dalam kategori “sangat baik”. memperbaiki kesalahannya pada saat latihan
Selanjutnya aspek kedua yaitu aspek Konten sehingga terjadi pengulanan latihan yang bisa
dengan 6 pernyataan memiliki persentase 84% dan memperkuat kemampuan pembelajar.
masuk ke dalam kategori “sangat baik” pula.
Aspek ketiga yaitu aspek pengaruh aplikasi dengan
13 pernyataan memiliki persentase sebesar 79% UCAPAN TERIMA KASIH
yang masuk ke dalam “Baik”. Nilai keseluruhan
dari angket diatas memiliki persentase sebesar 81% Aplikasi Gengobot dikembangkan oleh Mumu
atau masuk ke dalam kategori “Sangat Baik”. Hal Muhammad Rifa’i, Fata El Islami, Hani Sarila,
tersebut menunjukan bahwa aplikasi gengobot bisa Millati Qisti Rabathi, Arina Dina Hanifa dan
dikatakan aplikasi yang menarik dan mudah beberapa pihak yang membantu dalam
digunakan sebagai media pembelajaran Bahasa pengembangan.
Jepang.
REFERENSI
KESIMPULAN
Allen, S. J. (2007). Adult learning theory and leadership
Penggunaan aplikasi Gengobot sebagai media development. Leadership Review, 7, 26-37. Diakses
pembelajaran tata bahasa Jepang terbukti dari
meningkatkan kemampuan tata bahasa Jepang http://www.leadershipreview.org/2007spring/artic
level N4. Peneliti berkesimpulan bahwa fitur le1.pdf
aplikasi Gengobot yang dapat memberikan Aunurrahman. (2014). Belajar dan Pembelajaran.
stimulus pembelajar untuk mengulang-ulang Bandung: Alfabeta.
latihan yang ada dalam aplikasi menjadi faktor Cresswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative,
utama peningkatan kemampuan tata bahasa Quantitative, and Mixed Methods Approaches.
Jepang pembelajar. Selain itu, latihan Singapore: Sage Publication.
menggunakan media konvensional diatas kertas Baudart, G., Hirzel, M., Mandel, L., Shinnar, A., &
pun terbukti meningkatkan kemampuan tata bahsa Siméon, J. (2018). Reactive chatbot programming.
Jepang pembelajar. Meskipun begitu, pembelajar Proceedings of the 5th ACM SIGPLAN International
Workshop on Reactive and Event-Based Languages and
dari hasil penelitian yang dilaksanakan,
Systems, 21-30.
pembelajar yang berlatih menggunakan aplikasi
https://doi.org/10.1145/3281278.3281282
Gengobot dengan pembelajar yang berlatih Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H.,
menggunakan media konvensional di atas kertas & Krathwohl, D. R. (1956). Taxonomy of Educational
memiliki perbedaan yang signifikan. Pembelajar Objective the Classification of Educational Goals
yang menggunakan aplikasi Gengobot sebagai
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 05, No. 02, December 2020, pp. 134-140
Handbook 1: Cognitive Domain. New York: David Sastra, 17(1), 127-136. DOI:
McKay Company. 10.17509/bs_jpbsp.v17i1.6965
Irham, M., & Wiyani, N. A. (2017). Psikologi Pendidikan: Sudjianto, & Dahidi, A. (2017). Pengantar Linguistik
Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sudjiono, A. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan.
Jia, J. (2009). CSIEC: A computer assisted english Jakarta: Ja Grafindo.
learning chatbot based on textual knowledge and Thorndike, E. L. (1927). The law of effect. The American
reasoning. Knowledge-Based Systems, 22(4), 249-255. Journal of Psychology, 39(1/4), 212-222.
https://doi.org/10.1016/j.knosys.2008.09.001 https://doi.org/10.2307/1415413
Judiasari, M. D. (2015). Drill Bunpo Berbasis Traxler, J. (2009). Current state of mobile learning. In M.
Multimedia untuk Meningkatkan Kompetensi Ally, Mobile Learning: Transforming the Delivery of
Bahasa Jepang. Barista, 2(1), 70-79. Diakses dari Education and Training (pp. 9-24). Edmonton: AU
https://stp- Press.
bandung.ac.id/ejournal/index.php/v01/article/vie Wang, Y. F., & Petrina, S. (2013). Using learning
w/37/33 analytics to understand the design of an intelligent
Kukulska-Hulme, A. (2012). Mobile-Assisted language language tutor – Chatbot Lucy. International Journal
learning. The Encyclopedia of Applied Linguistics, 1-9. of Advanced Computer Science and Applications, 4(11),
https://doi.org/10.1002/9781405198431.wbeal076 124-131. DOI: 10.14569/IJACSA.2013.041117
8 Yuberti, Y. (2014). "Penelitian dan Pengembangan"
Levy, M. (2009). Technologies in Use for Second yang belum diminati dan perspektifnya. Jurnal Ilmiah
Language Learning. The Modern Language Journal, 93, Pendidikan Fisika Al-Biruni, 3(2), 1-15. Diakses dari
769-782. Diakses dari Docplayer.
https://www.jstor.org/stable/25612273 Zhou, M., & Brown, D. (2015). Educational Learning
LINE Indonesia. (2017). Belajar Membangun LINE Theories: Second Edition. Georgia: Galileo, University
Chatbot. Diakses dari System of Georgia.
https://www.dicoding.com/academies/32
Sastranegara, J. P. (2017). Peranan tes kuis dalam
meningkatkan pembelajaran memahami tata bahasa
Jepang tingkat dasar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
141 | P a g e
e- ISSN 2528-5548