Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Keanekaragaman Arthropoda Pada Agroekosistem Sawah Dengan Rekayasa Ekologi Di Lahan Rawa Pasang Surut Banjar Kalimantan Selatan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020

“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

Keanekaragaman Arthropoda pada Agroekosistem Sawah dengan


Rekayasa Ekologi di Lahan Rawa Pasang Surut Banjar Kalimantan
Selatan
The Diversity of Arthropods in Lowland Agro-Ecosystems with Ecological Engineering
in Tidal Swamps of Banjar, South Kalimantan

Elisurya Ibrahim1*)
1
Loka Penelitian Penyakit Tungro
*)
Penulis untuk korespondensi: elisuryaibrahim@mail.com

Sitasi: Ibrahim E. 2020. The diversity of arthropods in lowland agro-ecosystems with ecological engineering
in tidal swamps of banjar, South Kalimantan. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan
Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020. pp. 261-268. Palembang: Penerbit & Percetakan
Universitas Sriwijaya (UNSRI).

ABSTRACT

The diversity of arthropods has an important impact on the stability of the ecosystem.
Arthropods in lowland agro-ecosystems consist of pests, natural enemies, and neutral
insects that have their respective roles in the rice field ecosystem. To increase the type and
number of arthropods, ecological engineering can be done in paddy fields by planting
flowering plants. The purpose of this study was to determine the effect of ecological
engineering on the diversity of rice field arthropods in tidal swamps . This research was
conducted on tidal swamp rice type c in Guntung Ujung Village, Peat District, Banjar
Regency, South Kalimantan from September - December 2017 using the observation
method by observing periodically every week on 2 paddy fields, namely 1) Ecological
Engineering Agroecosystem, using flowering plants (refugia) and pest control with
andrometa which is a mixture of the entomopathogenic fungus Metharizium anisopliae and
extract of sambiloto; 2) Conventional Agroecosystems, without flowering plants and pest
control using pesticides. The results showed that the ecologically engineered rice field
agroecosystem had a medium diversity index and species richness index, the number and
types of predators and parasitoids in ecologically engineered rice fields was higher than
conventional rice fields.
Keywords: arthropods, diversity, ecological engineering, tidal swamps

ABSTRAK

Keanekaragaman arthropoda berdampak penting bagi kestabilan ekosistem. Arthropoda


pada agroekosistem sawah terdiri dari hama, musuh alami dan serangga netral yang
mempunyai peran masing-masing dalam ekosistem sawah. Untuk meningkatkan jenis dan
jumlah arthropoda dapat dilakukan dengan rekayasa ekologi pada lahan sawah dengan
menanam tanaman berbunga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
rekayasa ekologi terhadap keanekaragaman arthropoda sawah rawa pasang surut.
Penelitian ini dilakukan pada padi sawah rawa pasang surut tipe c di Desa Guntung Ujung,
Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan mulai September - Desember
2017 dengan menggunakan metode observasi dengan melakukan pengamatan secara
berkala setiap minggu pada 2 lahan sawah yaitu 1) Agroekosistem Rekayasa Ekologi,
menggunakan tanaman berbunga (refugia) dan pengendalian hama dengan andrometa yang
merupakan campuran cendawan entomopatogen Metharizium anisopliae dan ekstrak
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 261
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020
“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

sambiloto; 2) Agroekosistem Konvensional, tanpa tanaman berbunga dan pengendalian


hama menggunakan pestisida. Hasil menunjukkan bahwa agroekosistem sawah dengan
rekayasa ekologi memiliki indeks keanekaragaman dan indeks kekayaan jenis yang sedang,
jumlah dan jenis predator dan parasitoid pada sawah dengan rekayasa ekologi lebih tinggi
dibandingkan dengan sawah konvensional.
Kata kunci: arthropoda, keanekaragaman, rekayasa ekologi, rawa pasang surut

PENDAHULUAN

Luas lahan rawa di Indonesia mencapai 34,93 juta ha dan di kalimantan selatan
4.969.824 ha yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian (BBSDLP
2014 dan BPS Kalsel 2014 dalam Suryana 2016). Potensi lahan rawa untuk mendukung
peningkatan produksi beras nasional perlu terus dikembangkan baik secara ekstensifikasi
maupun intensifikasi, akan tetapi seperti lahan sub optimal lainnya tantangan dalam
pengelolaan lahan rawa sangat beragam terutama masalah kesuburan lahan dan
pengelolaan air (Djafar, 2019).
Dalam pengelolaan sawah di lahan rawa pasang surut juga dihadapkan pada gangguan
hama dan penyakit tanaman yang dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi hal
tersebut penggunaan pestisida masih menjadi alternatif utama oleh petani tanpa
memperhatikan dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan akibat penggunaan
pestisida sintetik secara intensif dalam jangka panjang. Selain itu efek penggunaan
insektisida juga dapat membunuh arthropoda musuh alami (Hendrival et al., 2017).
Untuk menciptakan pertanian berkelanjutan penggunaan pestisida perlu dikurangi dan
digantikan dengan alternatif pengendalian ramah lingkungan, salah satunya manipulasi
habitat dengan melakukan rekayasa ekologi dengan menanam tanaman berbunga yang
dapat digunakan sebagai habitat bagi musuh alami (Ibrahim dan Mugiasih, 2020;
Kurniawati, 2015). Melalui konservasi musuh alami diharapkan keanekaragaman
arthropoda dapat meningkat. Hasil penelitian Lu et al., (2015) bahwa rekayasa ekologi
pada agroekosistem sawah dengan tanaman berbunga dapat meningkatkan populasi
predator dan parasitoid. Keanekaragaman arthropoda berdampak penting bagi kestabilan
suatu ekosistem termasuk ekosistem persawahan. Semakin tinggi keanekaragaman hayati
maka semakin tinggi tingkat kestabilan suatu ekosistem (Krebs, 1989).
Arthropoda pada agroekosistem sawah terdiri dari hama, musuh alami dan serangga
netral yang mempunyai peran masing-masing dalam ekosistem sawah (Sumarmiyati et al,
2019). Hama berperan dalam menyebabkan kehilangan hasil baik secara langsung
memakan jaringan tanaman maupun sebagai vektor penyakit tanaman berupa virus atau
cendawan (Kirk-Spriggs 1990); Untung dan Sudomo 1997). Arthropoda musuh alami
pada agroekosistem sawah meliputi predator dan parasitoid yang berperan mengendalikan
populasi hama (Effendi et al., 2013; Untung 2006). Pemanfaatan musuh alami (misalnya
predator, parasitoid, dan serangga patogen) dalam pengendalian hama bersifat ramah
lingkungan dan tidak menyebabkan resistensi dan resurgensi hama (Iksan, 2020). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rekayasa ekologi terhadap
keanekaragaman arthropoda sawah rawa pasang surut.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada padi sawah rawa pasang surut tipe c di Desa Guntung
Ujung, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan mulai September -
Desember 2017 dengan menggunakan metode observasi dengan melakukan pengamatan
secara berkala setiap minggu pada 2 lahan sawah yaitu 1) Agroekosistem Rekayasa
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 262
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020
“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

Ekologi, menanam tanaman berbunga (refugia) yaitu kenikir (Cosmo caudatus) dan Zinnia
(Zinnia elegans) pada pematang sawah dan pengendalian hama dengan andrometa yang
merupakan campuran cendawan entomopatogen Metharizium anisopliae dan ekstrak
sambiloto; 2) Agroekosistem Konvensional, tanpa tanaman berbunga dan pengendalian
hama menggunakan pestisida.
Pengamatan dilakukan terhadap keberadaan arthropoda setiap minggu dimulai dari dua
hingga sembilan Minggu Setelah Tanam (MST). Pengambilan sampel arthropoda
dilakukan dengan metode sweeping menggunakan jaring serangga 10 kali ayunan ganda
secara diagonal, arthropoda yang tertangkap dikumpulkan dalam kantong plastik untuk
disimpan lalu dihitung dan diidentifikasi berdasarkan buku “Kunci Determinasi Serangga”
Program Nasional Pelatihan Dan Pengembangan Hama Terpadu, 1991 dan buku “Musuh
Alami Hama Padi” (Shepard et al 2011).
Analisis yang digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati arthropoda yaitu
dengan menghitung jumlah seluruh arthropoda (N), Indeks keragaman spesies (H’), Indeks
kekayaan jenis (R) dan Indeks Kemerataan (E) (Magurran, 1988). Data Produksi yang
diperoleh dianalisis dengan uji t dan dengan analisis ragam (Anova), jika berbeda nyata
dievaluasi dengan uji wilayah berganda Duncan pada taraf 5 % dengan menggunakan
SPSS 17.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Arthropoda
Hasil pengamatan menunjukkan jenis arthropoda pada petak rekayasa ekologi lebih
banyak dibandingkan pada petak konvensional, begitu pula jumlah individu arthropoda
yang ditemukan pada petak rekayasa ekologi lebih banyak dibandingkan petak
konvensional (Tabel 1).

Fluktuasi Populasi Arthropoda


Fluktuasi populasi arthropoda pada petak rekayasa ekologi dan petak konvensional
menunjukkan tren yang berbeda (Gambar 1).

Produksi
Petak rekayasa ekologi menunjukkan nilai produksi yang lebih tinggi dibandingan petak
konvensional (Gambar 2).

Analisis Komunitas
Analisis yang digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati dan kelimpahan
arthropoda yaitu indeks keanekaragaman (H’), indeks kekayaan jenis (R), dan indeks
kemerataan (E) (Tabel 2).

Jenis Arthropoda
Hasil pengamatan menunjukkan jenis arthropoda pada petak rekayasa ekologi sebanyak
25 jenis, sedangkan pada petak konvensional di temukan 22 jenis (Tabel 1). Populasi
arthropoda pada petak rekayasa ekologi lebih beragam karena adanya rekayasa ekologi
dengan menanam tanaman berbunga. Menurut Kurniawati (2015) bahwa manipulasi
habitat dengan menanam tanaman berbunga dapat meningkatkan keragaman dan
kelimpahan arthropoda pada tanaman padi gogo. Jenis arthropoda predator pada petak
rekayasa ekologi terdiri dari 15 jenis dan parasitoid terdiri dari 3 famili. Sedangkan pada
petak konvensional terdiri dari 13 jenis predator dan 1 famili parasitoid. Populasi
arthropoda musuh alami lebih tinggi pada petak rekayasa ekologi diduga karena adanya
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 263
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020
“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

penambahan tanaman berbunga. Jenis tanaman kenikir dan zinnia memiliki warna yang
beragam sehingga memiliki daya tarik bagi arthropoda termasuk musuh alami. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Kurniawati (2015), Erdiansyah et al. (2018) dan Ibrahim dan
Mugiasih (2020) bahwa kehadiran tumbuhan berbunga dapat meningkatkan keragaman dan
kelimpahan arthropoda musuh alami baik predator maupun parasitoid.
Jumlah individu hama pada petak konvensional (349 ekor) lebih tinggi dibandingkan
petak rekayasa ekologi (89,50 ekor). Hal ini diduga karena pada petak konvensional
menggunakan aplikasi insektisida secara tidak langsung juga menurunkan populasi musuh
alami yang berdampak pada peningkatan populasi hama. Menurut Kartohardjo (2011)
bahwa dampak langsung penggunaan pestisida terhadap bioekologi lahan sawah yaitu
menyebabkan musuh alami terbunuh sehingga laju pertumbuhan populasi hama meningkat.

Fluktuasi Populasi Arthropoda


Fluktuasi populasi hama pada petak rekayasa ekologi selama 8 minggu pengamatan
menunjukkan rata-rata fluktuasi dibawah musuh alami (Gambar 1). Hal ini diduga karena
pada petak rekayasa ekologi peran musuh alami dapat berjalan dengan mempertahankan
populasi hama dibawah ambang kendali. Menurut Pradana et al (2014) bahwa setiap jenis
hama secara alami dikendalikan oleh kompleks musuh alami yang meliputi predator dan
parasitoid.

Tabel 1. Jenis arthropoda sawah petak rekayasa ekologi dan petak konvensional selama satu musim tanam
Arthropoda Ordo Family Jenis Rekayasa Ekologi Konvensional
Hama Hemiptera Ciccadellidae Nephotettix virescens 21,50 25,00
Hemiptera Delphacidae Nilaparvata lugens 0,33 0,33
Hemiptera Alydidae Leptocoriza acuta 16,66 288,00
Hemiptera Pentatomidae Scotinaphara coarctata 0,00 1,00
Lepidoptera Phyrallidae Scirphopaga innotata 30,67 6,67
Lepidoptera Noctuidae Spodoptera spp 0,33 1,00
Lepidoptera Crambidae Nymphula depunctalis 8,00 2,67
Ortophtera Acrididae Valanga nigricornis 12,01 24,33
89,50 349,00
Predator coleoptera Coccinellidae Micraspis sp 101,66 61,99
coleoptera Carabidae Ophionea nigrofasciata 68,32 107,33
coleoptera Staphilinidae Paederus fuscipes 11,66 9,01
Odonata Coenagrionidae Agriocnemis spp. 16,68 13,00
Odonata Libellulidae Pantala flavescens 1,33 2,66
Ortophtera Tettigonnidae Conocephalus 12,67 17,48
longipennis
Ortophtera Gryllidae Anaxipha longipennis 1,34 2,34
Hemiptera Mirididae Cyrtorhinus 0,33 2,67
lividipennis
Hymenoptera Formicidae Solepnopsis germinate 0,67 0,00
Araneae Araneidae Araneus inustus 7,34 1,67
Araneae Tetragnathidae Tetragnatha maxillosa 6,67 7,34
Araneae Oxyopidae Oxyopes javanus 3,32 2,33
Araneae Lycosidae Lycosa pseudoannulata 2,65 1,32
Araneae Linyphiidae Atypena formosana 1,00 0,00
Araneae Salticidae Phidippus sp 3,00 0,33
Jumlah 238,64 229,47
Parasitoid Hymenoptera Brachonidae 5,67 7,33
Hymenoptera Ichneumonidae 0,33 0,00
Hymenoptera Eulophidae 0,33 0,00
Jumlah 6,33 7,33
Jumlah Arthropoda 334,47 585,80

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 264
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020
“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

A B

Gambar 1. Fluktuasi populasi arthropoda pada petak rekayasa ekologi (A) dan petak konvensional (B)

Gambar 2. Hasil produksi pada petak rekayasa ekologi dan petak konvensional

Tabel 2. Jumlah seluruh serangga, Indeks keanekaragaman (H'), Indeks kekayaan jenis (R),dan Kemerataan
(E)
Indeks Rekayasa Ekologi Konvensional
Jumlah seluruh hama dan musuh alami (N) 367,64 321,27
Indeks Keragaman (H') 2,29 1,75
Indeks kekayaan jenis (R) 4,13 2,98
Indeks Kemerataan (E) 0,71 0,56

Pada petak konvensional fluktuasi populasi hama pada minggu ke-9 meningkat secara
signifikan dibandingkan populasi musuh alami. Jenis hama yang mengalami peningkatan
yaitu Leptocoriza acuta. Menurut Sianipar (2015) bahwa hama walang sangit dominan
menyerang pada fase generatif atau fase pemasakan. Peningkatan populasi hama dapat juga
terjadi karena adanya aplikasi insektisida yang berdampak pada kematian musuh alaminya.
Menurut Karenina et al., (2019) bahwa bahwa racun dari insektisida dapat membunuh
beberapa spesies arthropoda yang menyebabkan rendahnya populasi laba-laba dan predator
lainnya.

Produksi
Hasil penelitian menunjukkan pada hasil produksi petak rekayasa ekologi lebih tinggi
dibanding petak konvensional, walaupun hasil uji lanjut menyatakan bahwa tidak berbeda
nyata antara kedua petak pengamatan. Penambahan tanaman berbunga dan aplikasi
cendawan entomopatogen Metharizium anisopliae dan ekstrak sambiloto tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap parameter produksi. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Kurniawati (2015) dimana dengan penambahan tanaman berbunga
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan hasil produksi padi.
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 265
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020
“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

Analisis Komunitas
Hasil analisis komunitas menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman pada kedua petak
pengamatan tergolong sedang dengan nilai 2,29 - 1,75 termasuk keanekaragaman sedang
dan kestabilan komunitas sedang menunjukkan bahwa kondisi ekosistem sawah tergolong
stabil dimana musuh alami masih bisa mengendalikan populasi hama. Nilai indeks
keanekaragaman pada petak rekayasa ekologi lebih tinggi (2,29) dibandingkan petak
konvensional (1,75). Hal ini dapat terjadi karena adanya penambahan tanaman berbunga
dapat meningkatkan kedatangan arthropoda berguna. Menurut Rebek et al (2005) dengan
penambahan tanaman berbunga pada ekosistem yang memiliki keanekaragaman rendah
dapat meningkatkan populasi arthropoda berguna baik predator maupun parasitoid.
Indeks kekayaan jenis pada petak rekayasa ekologi tergolong sedang (4,13), indeks
kekayaan jenis pada petak konvensional tergolong rendah (2,98). Berdasarkan Magguran
(1988), nilai R1 lebih kecil dari 3,5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah,
nilai R1 3,5 sampai dengan 5,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang, sedangkan
nilai R1 lebih dari 5,0 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong tinggi. Rendahnya
indeks kekayaan jenis pada petak konvensional disebabkan adanya spesies yang
mendominasi yaitu Leptocoriza acuta dan Micraspis sp. Hasil Penelitian Ovawanda (2016)
pada lahan organik tanpa penyemprotan insektisida dapat meningkatkan kekayaan jenis,
kemerataan jenis dan keheterogenan arthropoda.
Indeks kemerataan pada petak rekayasa ekologi lebih tinggi dibandingkan dengan petak
konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa kemerataan atau distribusi jenis arthropoda
pada petak rekayasa ekologi lebih baik dibandingkan pada petak konvensional. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman berbunga memberikan pengaruh terhadap distribusi jenis
arthropoda sawah. Abidin et al (2020) mengemukakan bahwa tanaman berbunga menjadi
tempat perlindungan bagi arthropoda baik herbivora, predator, dan parasitoid sehingga
mendukung perubahan komposisi arthropoda yang mempengaruhi peningkatan proporsi
serta menciptakan keseimbangan fungsional dan komposisi kelompok

KESIMPULAN

Rekayasa Ekologi dengan menanam tanaman berbunga berpengaruh terhadap jumlah


dan jenis arthropoda sawah lahan pasang surut berdasarkan nilai indeks keanekaragaman
dan indeks kekayaan jenis. Oleh karena itu rekayasa ekologi dengan menanam tanaman
berbunga sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah dan jenis arthropoda musuh alami
baik predator maupun parasitoid.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan ini disampaikan kepada BPTP Kalsel dan BPTPH Kalsel serta bapak M.Noor
selaku POPT Kecamatan Gambut dan Ibu Suryanti PPL Desa Guntung Ujung yang telah
membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian .

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z, leksono AS, yanuwiadi B, purnomo M, 2020. Refugia effect on arthropods in an


organic paddy field in Malang District, East Java, Indonesia. Biodiversitas. 21(4) :
1415-1421.
Djafar ZR. 2019. The potential of swamp land to support national food security. In:
Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2019,
Palembang 4-5 September 2019. pp. 45-52. Palembang: Unsri Press.
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 266
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020
“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

Effendy., Hety, U., Herlinda, S., Irsan, C., Thalib, R. 2013. Analisis Kemiripan Komunitas
Artropoda Predator Hama Padi Penghuni Permukaan Tanah Sawah Rawa Lebak
Dengan Lahan Pinggir di Sekitarnya. Jurnal Entomologi Indonesia. 10 (2): 60-69.
Erdiansyah I, Rahmawati D, Ningrum K, Damanhuri. 2018. Pemanfaatan Tanaman Bunga
Marigold dan Kacang Hias Terhadap Populasi Arthropoda Pada Tanaman Padi Sawah.
Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences 2 (2) : 117 - 125.
Lu Z, P Zhu, GM Gurr, X Zheng, G Chen and KL Heong. 2015. Rice Pest Management
by Ecological Engineriing : A Pioneering Attempt in China.Pp 163 – 180.
Hendrival, Hakim L and Halimudin. 2017. Komposisi dan keanekaragaman arthropoda
predator pada agroekosistem padi. Jurnal Floratek. 12 (1) : 21-3.
Ibrahim E, Mugiasih A. 2020 Diversity of pests and natural enemies in rice field
agroecosystem with ecological engineering and without ecological engineering. IOP
Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 484 012108.
Ikhsan Z, Hidrayani, Yaherwandi, Hamid H. 2020. The diversity and abundance of
hymenoptera insects on tidal swamp rice field in indragiri hilir district, indonesia.
Biodiversitas. 21(3): 1020-1026.
Karenina T, Herlinda S, Irsan C , Pujiastuti IY. 2019. Abundance and species diversity of
predatory arthropods inhabiting rice of refuge habitats and synthetic insecticide
application in freshwater swamps in South Sumatra Indonesia. Biodiversitas, 20(8)
:2375-2387.
Kartohardjono A. 2011. Penggunaan musuh alami sebagai komponen pengendalian hama
berbasis ekologi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(1): 29-46.
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York : Harper Collins Publishers.
Kirk-Spriggs AH. 1990. Preeliminary studies of rice pest and some of their natural enemies
in the Dumoga valley, sulawesi utara, Indonesia. J. Rain Forest Insect of Wallacea. 30:
319-28.
Kurniawati N. 2015. Keragaman dan kelimpahan musuh alami hama pada habitat padi
yang dimanipulasi dengan tumbuhan berbunga. Ilmu Pertanian 18(1): 31-36.
Magguran AE. 1988. Ecological diversity and its measurement.New Jersey USA:
Princeton University Press
Ovawanda EA, Witjaksono W, Trisyono YA. 2016. Insect Biodiversity in Organic and
Non-Organic Rice Ecosystem in The District of Bantul. Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia. 20(1):15-21.
Pradhana RAI, Mudjiono G, Karindah S. 2014. Keanekaragaman serangga dan laba-laba
pada pertanaman padi organik dan konvensional. Jurnal HPT.2(2) : 58 - 66.
Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. 1991. Kunci
determinasi serangga. Kanisius.
Rebek E J, Sadof C S, Hanks L M. 2005. Manipulating the abudance of natural enemies in
ornamental landscapes with floral resources plants. Biological control. 33:203-216.
Shepard B M, Barrion A T, Litsinger JA. 2011. Musuh Alami Hama Padi. Bogor : IRRI
Sianipar M S, Djaya L, Santosa E, Soesilohadi R C H, Natawigena W D, Bangun M P,
2015. Indeks keragaman serangga hama pada tanaman padi (Oryza sativa L.) di lahan
persawahan padi dataran tinggi desa sukawering, kecamatan ciwidey, kabupaten
bandung. Bioma. 17(1):9-15.
Sumarmiyanti, Handayani F and Sundari . 2019. Keragaman serangga pada pertanaman
padi sawah di kabupaten kutai kartanegara kalimantan timur Di dalam: Prosiding
Seminar Masyarakat Biodiversity Indonesia. Juni 2019. p. 217 – 221.
Suryana. 2016. Potensi dan peluang pengembangan usaha tani terpadu. Jurnal Litbang
Pertanian. 35 (2):57-68.

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 267
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020, Palembang 20 Oktober 2020
“Komoditas Sumber Pangan untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Era Pandemi Covid -19”

Untung K. 2006. Pengantar pengelolaan hama terpadu. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN:[akan diisi oleh penyelenggara seminar]
Penerbit:Unsri Press 268

You might also like