Keywords: Choice of Jurisdiction, Choice of Law, International Business Disputes in Indonesia
Keywords: Choice of Jurisdiction, Choice of Law, International Business Disputes in Indonesia
Keywords: Choice of Jurisdiction, Choice of Law, International Business Disputes in Indonesia
Cut Memi
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara. Meraih Sarjana Hukum (S.H.) pada Fakultas Hukum Universitas Andalas
(1982), Magister Hukum (M.H.) pada Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara (2000), Doktor (Dr.) pada Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan (2015))
(E-mail: cutmemi@fh.untar.ac.id)
Abstract
The aims of this research are to examine the practice of applying the choice of jurisdiction and choice of
law in the settlement of business dispute between PT. Symrise and PT. Mega Suryamas in South Jakarta
District Court and to examine the validity of the arbitration agreement contained in the Invoice. In
relation to the problem studied is the norm, then in this study, the method used is the method of normative
legal research or normative juridical. The legal substance used in this study is the primary legal material
which includes the legislation regarding the arbitration, the court decision, the provisions of the
international convention on arbitration, the opinions of experts (doctrine) obtained through the literature,
as well as non-legal materials in the form of records of interviews with experts and customs applied in
legal practice, especially in the settlement of international arbitration disputes. This research is expected
to contribute to the development in the field of law, especially in the application of choice of jurisdiction
and choice of law in the settlement of international business disputes in Indonesia.
berada di luar negeri akan menandatangani Kebebasan melakukan pilihan hukum ini
suatu kontrak bisnis, maka penentuan lebih banyak didasarkan pada kepentingan
status dan kewenangannya untuk para pihak yang melakukan bisnis untuk
melakukan tindakan hukum dilakukan memilih hukum mana yang lebih
menurut hukum nasionalnya (Indonesia). menguntungkan terhadap bisnis mereka.
Pasal 17 AB menentukan bahwa Dengan melakukan pilihan hukum
mengenai benda-benda tidak bergerak tersebut para pihak mengetahui secara
berlaku hukum negara dimana benda tidak pasti sejak semula, tentang hukum mana
bergerak itu terletak. Prinsip atau asasi ini yang akan berlaku atas transaksi bisnis
dikenal sebagai asas “Lex resisitae”, mereka dan bagaimana sengketa mereka
artinya bila seorang Indonesia mempunyai akan diselesaikan seandainya hal itu terjadi
sebidang tanah di Jerman maka hubungan di kemudian hari. Disamping choice of law
hukum antara warga negara Indonesia di dalam setiap perjanjian internasional,
dengan tanahnya itu ditentukan menurut biasanya para pihak mencantumkan suatu
hukum Jerman. klausul dalam perjanjian mereka dengan
Pasal 18 AB menyatakan bahwa bentuk judul Settlement of Dispute, yaitu berupa
dari setiap tindakan ditentukan menurut kesepakatan yang berisi prosedur
hukum negara atau tempat dimana penyelesaian sengketa atau lazim disebut
tindakan tersebut dilakukan (asas “Lex dengan Choice of Court atau Choice of
Loci actus”). Arbitration.
Ketiga Pasal tersebut di atas Adanya klausul demikian, bila
merupakan aturan-aturan dasar yang dapat dikaitkan dengan kerangka teori yang
dipedomani dalam penentuan hukum yang terdapat dalam hukum perdata
akan berlaku. Namun dalam dunia bisnis internasional, dapat dijelaskan bahwa di
internasional para pihak biasanya dalam suatu klausul penyelesaian sengketa
melakukan pilihan hukum yang akan sebenarnya terdapat pilihan (choice of
berlaku atas transaksi bisnis mereka atau juridisdiction) yaitu pilihan atas lembaga,
lazimnya disebut dengan choice of law. atau forum atau pengadilan mana yang
Pilihan hukum ini didasarkan pada asas dipilih untuk mengadili perkara apabila
kebebasan berkontrak (Partij autonomie, terjadi perselisihan sehubungan dengan
freedom of contract) sebagaimana diatur perjanjian yang telah ditandatangani oleh
dalam Pasal 1338 KUH Perdata. para pihak. Pengertian lembaga atau forum
di sini dapat berupa pengadilan atau badan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku
di luar pengadilan yaitu badan arbitrase. pada Singapore International Arbitration
Pilihan pengadilan dapat berupa Centre (“SIAC Rules”) tersebut.
pengadilan asing atau pengadilan Sedangkan mengenai hukum mana
Indonesia. Begitu juga dengan pilihan yang akan berlaku dalam penyelesaian
arbitrase, dapat berupa badan arbitrase perselisihan tersebut, tetap didasarkan pada
asing atau badan arbitrase Indonesia. pilihan hukum yang dipilih oleh para pihak
Hal yang sama juga terjadi dalam (choice of law). Hal ini tergambar dalam
perjanjian antara PT. Symrise dengan PT. penjelasan lebih lanjut dari perjanjian yang
Mega Suryamas yang sekaligus merupakan mengatakan bahwa hukum dari perjanjian
fokus pembahasan dalam penulisan ini. adalah hukum Singapura (Singapore law).
Pada Pasal 13 ayat (2) perjanjian para Berdasarkan kesepakatan para pihak
pihak tentang Ketentuan Umum Penjualan sebagaimana telah diutarakan di atas, maka
dan Pengiriman (General Term of Sales sesuai dengan asas pacta sunt servanda
and Delivery) ditentukan bahwa: (Pasal 1338) yang menyatakan bahwa
Any disputes arising out of or in perjanjian berlaku sebagai undang-undang
connection with these general
bagi para pihak, dengan sendirinya para
conditions of Purchase including any
question regarding its existence, pihak terikat dengan pilihan-pilihan yang
validity or termination, shall be
telah dilakukan tersebut. Begitu mereka
referred and finally resolved by
arbitration in Singapore in accordance sepakat untuk memilih forum arbitrase
with the Arbitration Rules, the
yang bersangkutan, tertutuplah
Singapore International Arbitration
Centre (“SIAC Rules”). kemungkinan untuk mengajukan gugatan
ke forum lain selain dari arbitrase yang
Dengan adanya pencantuman klausul
telah dipilih itu.
tersebut di atas, maka di dalam terjadinya
Namun untuk melihat secara lebih jauh
setiap perselisihan diantara para pihak,
bagaimana kenyataan yang ada dalam
mereka telah sepakat untuk memilih
pemberlakuan arbitrase pada penyelesaian
arbitrase dari Singapore International
sengketa bisnis internasional di Indonesia,
Arbitration Centre (“SIAC Rules”), untuk
pada penulisan ini akan dipaparkan suatu
menyelesaikan perselisihan mereka. Hal
kasus antara PT. Symrise dengan PT. Mega
ini berarti pula bahwa di dalam
Suryamas di Pengadilan Negeri Jakarta
penyelesaian perselisihan, para pihak
Selatan (suatu kasus yang telah menjadi
perhatian utama bagi masyarakat pesanan. Akan tetapi pada bulan Januari
internasional dalam berjalannya sistem 2010 sampai dengan bulan Juni 2010,
hukum arbitrase di Indonesia). pengiriman yang dilakukan oleh PT.
Adapun kasus posisi dalam perkara ini Symrise tidak sesuai dengan permintaan
adalah sebagai berikut: berdasarkan Purchase Order (PO) yang
Pada tahun 1995, PT. Mega Surya Mas, diinginkan oleh PT. Mega Surya Mas, dan
telah sepakat mengadakan perjanjian pengiriman parfum yang selama ini tepat
kerjasama pembuatan aroma parfum pada waktu, tiba-tiba menjadi terlambat dan
sabun. Pihak PT. Mega Surya Mas dalam akhirnya terhenti sama sekali.
hal ini bertindak selaku pihak pemesan Keterlambatan pengiriman barang tersebut,
(pembeli) sedangkan PT. Symrise menurut PT. Mega Surya Mas merupakan
bertindak selaku pihak yang memproduksi perbuatan wanprestasi yang sangat
aroma parfum (penjual), dan untuk merugikan bagi PT tersebut. Atas dasar
selanjutnya pihak PT. Symrise, telah perbuatan wanprestasi itu, dan oleh karena
menyetujui melakukan pengiriman produk- tidak adanya titik temu di antara ke dua
produk tersebut secara teratur kepada belah pihak, maka pada tanggal 7
pihak PT. Mega Surya Mas. Selain hal-hal September 2010, pihak PT. Mega Surya
tersebut, di dalam Pasal 13 ayat (2) Mas mengajukan gugatan ke Pengadilan
Ketentuan Umum Penjualan dan Negeri Jakarta Selatan dengan Register
Pengiriman (General Term of Sales and perkara Nomor :
Delivery) ditentukan bahwa: 571/Pdt.6/2010/PN.Jkt.Sel. Terhadap
“Any disputes arising out of or in gugatan ini, kemudian pihak PT. Symrise
connection with these general
mengajukan eksepsi tentang kompetensi
conditions of Purchase including any
question regarding its existence, absolut yang menyatakan bahwa
validity or termination, shall be
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak
referred and finally resolved by
arbitration in Singapore in accordance berwenang untuk memeriksa dan
with the Arbitration Rules, the
mengadili gugatan aquo, karena
Singapore International Arbitration
Centre (“SIAC Rules”).” berdasarkan Pasal 13 ayat (2) dokumen
jual beli berupa invoice (Ketentuan-
Dalam perjalanan waktu, menurut
Ketentuan Umum Penjualan dan
pengakuan PT. Mega Surya Mas, sampai
Pengiriman (General Term of Sales and
dengan akhir tahun 2009, pengiriman
delivery), setiap perselisihan akan
parfum tetap berjalan lancar sesuai dengan
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 188
Cut Memi
Penerapan Klausul Pilihan Yurusdiksi (Choice of Jurisdiction)
dan Pilihan Hukum (Choice of Law) Dalam Penyelesaian
Sengketa Bisnis Internasional
(Studi Kasus: Perkara PT. Symrise melawan PT. Mega Suryamas)
hukum dalam penyelesaian sengketa pilihan hukum itu sendiri dapat terlihat dari
bisnis internasional di Indonesia. contoh sebagai berikut. Suatu perjanjian
D. STUDI PUSTAKA diadakan antara seorang penjual yang
1. Pengertian Pilihan Hukum (Choice menetap di negara A dan seorang pembeli
of Law) yang menetap di negara B. Hukum dari
Pilihan hukum merupakan salah satu negara A dan hukum dari negara B kedua-
ajaran tersendiri di bidang teori umum duanya mempunyai peluang yang sama
Hukum Perdata Internasional atau yang untuk berlaku atas perjanjian tersebut.
lazim disebut dengan partij autonomie.3) Bahkan apabila dikehendaki hukum dari
Jadi pilihan hukum adalah kebebasan yang negara ketiga pun dapat berlaku jika
diberikan kepada para pihak dalam perjanjian bersangkutan mempunyai titik
menentukan atau memilih hukum mana singgung dengannya. Atas dasar hal
yang akan berlaku dalam perjanjian tersebut, maka untuk memberlakukan
mereka yang bersifat internasional. Hal ini kedua/ketiga sistem yang terkait adalah
lazimnya disebut dengan istilah pilihan tidak mungkin karena hanya ada sistem
hukum (choice of law). hukum yang harus dipilih untuk
Dalam dunia bisnis internasional, diberlakukan terhadap perjanjian yang
lembaga pilihan hukum secara luas diadakan tersebut. Oleh sebab itu para
diterima berdasarkan asas kebebasan pihak perlu memilih hukum mana yang
berkontrak (the principle of freedom of akan diberlakukan atas perjanjian mereka.
contract). Kebebasan melakukan pilihan Hal ini sangat penting karena dengan
hukum ini lebih banyak didasarkan pada melakukan pilihan hukum tersebut, para
kepentingan para pihak yang melakukan pihak mengetahui secara pasti sejak dari
bisnis untuk memilih hukum mana yang semula hukum mana yang akan berlaku
lebih menguntungkan bisnis mereka. atas transaksi bisnis mereka dan hukum
Pilihan hukum tersebut akan memberikan mana yang digunakan dalam penyelesaian
rasa tenteram bagi para pihak, karena sengketa seandainya itu terjadi di
hukum yang berlaku (the applicable law) kemudian hari. Pilihan hukum para pihak
adalah hukum yang dipilih dan disetujui tersebut harus diakui dan dihormati oleh
bersama-sama. hakim yang menangani perkara tersebut.
Mengenai keperluan diadakannya
2. Perumusan Klasul Pilihan Hukum
3
Sudargo Gautama, Op.Cit., 168.
dengan ketertiban umum. Dalam perjanjian sewa beli, hak milik atas
konvensi-konvensi internasional, suatu benda yang menjadi obyek dari
ketertiban umum acapkali dirumuskan perjanjian baru beralih setelah
dengan kata-kata “manifestly angsuran terakhir dibayar oleh si
incompatible”. pembeli. Persoalan dapat timbul,
b. Pilihan hukum hanya dapat apabila si pembeli telah membayar
dilakukan dalam hukum kontrak. sebagian besar harga barang.
Dengan demikian pada prinsipnya, Katakanlah ia telah melunasi 80%,
pilihan hukum tidak dapat dilakukan namun tidak mampu selanjutnya untuk
dalam bidang-bidang hukum lainnya. melunasinya. Apakah keadaan ini
c. Pilihan hukum tidak dapat dengan sendirinya mengakibatkan
dilakukan dalam hukum kontrak kerja. perjanjian sewa-beli menjadi batal dan
Kontrak kerja dianggap mempunyai barang tersebut kembali kepada si
hubungan yang erat dengan perundang- penjual. Di berbagai negara terdapat
undangan sosial ekonomi suatu negara, ketentuan hukum yang melindungi si
sehingga tidak dapat diserahkan pada pembeli dalam perjanjian sewa-beli.
para pihak untuk memilih hukum lain Ketentuan ini dalam perjanjian tidak
dengan menyampingkan hukum tenaga dapat dikesampingkan oleh para pihak
kerja dari negara dimana pekerjaan dengan menentukan pilihan hukum dari
berdasarkan kontrak harus negara lain yang berlaku atas
dilangsungkan. perjanjian sewa-beli mereka.
d. Pilihan hukum tidak boleh e. Pilihan hukum juga tidak
bertentangan dengan ketentuan- dapat bertentangan dengan aturan-
ketentuan hukum perdata yang bersifat aturan hukum yang menyangkut lalu
hukum publik (hukum sewa-beli, lintas devisa, aturan-aturan mengenai
huurkoop, hire purchase) yang ekspor, aturan-aturan pengendalian dan
dimaksudkan oleh pembuat undang- pembatasan ekspor, dan aturan-aturan
undang untuk melindungi si penyewa tentang sewa menyewa rumah.
beli. Ketentuan demikian dalam Persoalan selanjutnya yang juga
Hukum Perdata Internasional disebut penting untuk diperhatikan sehubungan
dengan kaidah super memaksa.6) Dalam dengan kebebasan melakukan pilihan
6
Sudargo Gautama, Aneka Masalah Hukum
Perdata Internasional, (Alumni: Bandung, 1985), 7.
hukum, ialah pertama, apakah para pihak mencantumkan “choice of law clause”,
dapat memilih hukum yang sama sekali apakah para pihak mempunyai kebebasan
tidak ada sangkut pautnya dengan kontrak untuk melakukan pilihan hukum setelah
yang diadakan. Umpamanya seorang timbul sengketa? Misalnya para pihak
pedagang Indonesia mengadakan semula tidak mencantumkan klausul
perjanjian perdagangan dengan seorang pilihan hukum dalam kontrak mereka, dan
pengusaha Inggris dan memilih hukum setelah timbul sengketa, mereka sepakat
dari suatu negara di Afrika Tengah yang untuk memilih hukum dari suatu negara
akan menguasai kontrak perdagangan tertentu untuk menyelesaikan perselisihan
mereka, yaitu hukum dari negara yang mereka. Praktek transaksi bisnis
sama sekali tidak ada kaitannya dengan internasional juga memperkenankan
tujuan kontrak tersebut. dilakukannya pilihan hukum kemudian.
Mengenai masalah ini, sistem hukum Kedua, hukum manakah yang akan
Common Law bertolak dari prinsip berlaku apabila para pihak yang
otonomi yang tidak terbatas, menyatakan melakukan kontrak bisnis tidak membuat
bahwa keinginan dari para pihak yang suatu pilihan hukum. Pada masa yang lalu
menentukan. Menurut sistem hukum dalam hal tidak ada pilihan hukum, dianut
Common Law, semua sistem hukum di prinsip “lex loci contractus” (hukum dari
dunia yang dianggap bermanfaat dan tempat dimana kontrak dibuat) merupakan
masuk akal bagi tujuan bisnis dapat dipilih. hukum yang berlaku. Prinsip ini tidak
Sebaliknya sistem hukum Eropa dapat dipertahankan lagi dalam transaksi
Kontinental menerima pilihan hukum para bisnis di zaman modern, karena para pihak
pihak jika hukum yang dipilih tersebut tidak perlu lagi bertemu muka untuk
mempunyai hubungan internal dengan menandatangani kontrak, tetapi dapat
kontrak (internally connected) dan tidak melakukannya dengan cara-cara yang
ada aturan-aturan memaksa yang harus canggih melalui komunikasi via internet,
diperhatikan. Perbedaan antara sistem misalnya e-mail, teleconference dan lain-
Common Law dan sistem Eropa lain. Dalam perkembangannya kemudian
Kontinental dalam hal ini sebenarnya dapat dipergunakan hukum dari tempat dimana
diabaikan. kontrak harus dilaksanakan (lex loci
Selanjutnya, perlu juga dipersoalkan, solutions). Prinsip inipun pada waktu ini
apabila dari semula para pihak tidak telah ditinggalkan, kecuali di negara
Jerman prinsip ini masih tetap dalam suatu bisnis internasional, tidak
berpengaruh. terdapat “hard and fast rules” mengenai
Dalam sistem Common Law pada hal tersebut. Hal ini diserahkan
waktu ini dianut prinsip bahwa jika para sepenuhnya pada keinginan para pihak,
pihak tidak melakukan pilihan hukum baik yang dinyatakan secara tegas atau
secara tegas ataupun secara diam-diam, secara diam-diam seperti yang terlihat dari
hukum yang berlaku adalah hukum dari syarat-syarat kontrak.7)
negara dengan mana kontrak bersangkutan
mempunyai hubungan erat dan hubungan 4. Pengertian dan Arti Penting Pilihan
yang paling nyata. Pengadilan (Choice of Court)
Di zaman modern terlihat bahwa dalam Di samping rumusan pilihan hukum
bisnis internasional orang lebih (choice of law) sebagaimana yang
mengutamakan “the most characteristic diuraikan di atas, dalam transaksi bisnis
connection” (prinsip memberlakukan internasional perlu dicantumkan pula
hukum dari pihak yang paling klausul pilihan pengadilan atau lazimnya
karakteristik). disebut dengan “choice of court”.
Dalam jual beli, misalnya, pihak yang Pilihan Pengadilan adalah pilihan atas
melakukan prestasi ialah si penjual. Ia lembaga, forum atau pengadilan untuk
harus menyediakan barang, melakukan mengadili perkara apabila terjadi
produksi atau dia harus mempersiapkan perselisihan sehubungan dengan perjanjian
pengapalan dan penyerahan barang yang telah ditandatangani oleh para pihak.
bersangkutan. Pihak pembeli hanya Pengertian lembaga atau forum di sini
mengeluarkan uang, dan pembayaran uang dapat berarti pengadilan atau badan di luar
dalam kontrak tidak merupakan prestasi pengadilan yang salah satu diantaranya
yang karakteristik. Dengan demikian yaitu badan arbitrase. Pilihan pengadilan
hukum dari si penjual yang diberlakukan. yang dipilih dapat berupa pengadilan asing
Dalam hal perjanjian pinjaman uang atau pengadilan Indonesia. Begitu juga
dari bank, dianggap pihak bank yang dengan pilihan arbitrase dapat berupa
melakukan prestasi yang paling
7
T.M. Radhie, Hukum Perdata Internasional
karakteristik, sehingga hukum pihak bank Khusus Mengenai Pilihan Hukum, Pilihan
yang harus diberlakukan. Pengadilan, dan Penyelesaian Sengketa,
(makalah, pada kursus International Business
Mengenai hukum yang harus dipilih Transactions, FH-Untar, Jakarta, tanggal 2-8
November 1991), 19.
Badan Arbitrase Luar Negeri atau Badan akan berlaku. Jadi, sebagaimana telah
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). diutarakan pada uraian sebelumnya, suatu
Contoh klausul pilihan pengadilan adalah perkara dapat saja disidangkan pada suatu
sebagai berikut: pengadilan di negara A, akan tetapi hukum
This agreement and all the terms and yang diberlakukan terhadap perkara
provision and conditions of the
tersebut adalah hukum dari negara B sesuai
agreement and all questions of
construction, validity and performance dengan pilihan hukum dari para pihak.8)
here under shall be governed by…law
Atas dasar itu di dalam menghadapi
and both parties hereby submit to the
non-exclusive jurisdiction of…court. setiap kasus bisnis internasional atau
kasus-kasus perdata yang mempunyai
Klausul pilihan pengadilan ini
unsur-unsur asing, pertama-tama perlu
dimaksudkan untuk menentukan
diketahui bahwa ada tiga macam bentuk
pengadilan mana yang akan menyelesaikan
permasalahan utama yaitu:9)
suatu sengketa diantara para pihak
a. Permasalahan tentang yurisdiksi
seandainya itu terjadi di kemudian hari.
Mengapa masalah yurisdiksi timbul?
Pencantuman klausul pilihan
Karena wewenang hakim untuk
pengadilan ini sama pentingnya dengan
mengadili suatu perkara hanya terbatas
klausul pilihan hukum, karena dapat saja
pada wilayah negaranya saja,
terjadi bahwa pihak-pihak yang
sedangkan dalam kasus-kasus hukum
mengadakan kontrak memilih hukum dari
perdata internasional ruang lingkupnya
negara X yang berlaku atas kontrak
sudah melewati batas wilayah suatu
mereka, tetapi apabila timbul sengketa
negara.
maka pengadilan negara Y yang akan
b. Permasalahan tentang pilihan hukum
menyelesaikan sengketa mereka. Hal ini
Masalah ini timbul karena pada suatu
dimungkinkan dalam hukum perdata
keadaan dan situasi tertentu kedua
internasional. Oleh karena itu suatu
sistem hukum yang terkait sama-sama
pengadilan yang telah dipilih oleh para
dapat diterapkan.
pihak tidak dapat menolak suatu perkara
c. Permasalahan tentang pengakuan dan
dengan alasan bahwa hukum yang dipilih
pelaksanaan putusan hakim pengadilan
adalah hukum asing. Demikian pula
8
sebaliknya, dengan pilihan pengadilan Sudargo Gautama, Aneka Masalah…, Op.Cit.,
150.
bukan otomatis berarti bahwa hukum dari 9
A.J.E. Jaffley, Introduction to the Conflict of
Laws, (London Edinburgh: Butterworths, 1988),
negara dimana pengadilan itu berada yang 1-6.
term of sales and delivery) atas produk dokumen-dokumen jual beli aroma
aroma parfum antara tergugat ii selaku parfum tersebut terdapat Ketentuan-
penjual dengan Penggugat selaku Ketentuan Umum Penjualan dan
pembeli (melalu1 perantaraan tergugat Pengiriman (General Term of Sales
I) telah secara tegas mengatur bahwa and Delivery) yang merupakan dasar
segala penyelesaian perselisihan harus hukum yang mengatur mengenai tata
diselesaikan melalui badan arbitrase di cara pembelian dan pengiriman barang
singapura dengan mengunakan yang dipesan oleh Penggugat selaku
singapore international arbitration pembeli kepada Tergugat II selaku
centre (“SIAC Rules”) penjual, Ketentuan-Ketentuan Umum
2) Bahwa latar belakang timbulnya Penjualan dan Pengiriman (General
permasalahan di dalam gugatan a quo Term of Sales and Delivery) ini dapat
berkaitan erat dengan hubungan hukum dilihat di setiap Invoice yang
yang terjadi di dalam transaksi jual beli dikirimkan oleh TERGUGAT II
produk aroma parfum Symrise tertentu kepada Penggugat atas setiap
yang sifatnya jual beli putus (tidak ada pemesanan barang yang dilakukan oleh
perjanjian yang bersifat khusus) antara Penggugat berdasarkan Purchase
Penggugat selaku pembeli dengan Order yang dikirimkan oleh Penggugat
Tergugat II selaku penjual, dan tidak kepada Tergugat II melalui Tergugat 1
ada perjanjian apapun antara selaku perantara. Dengan demikian,
Penggugat dengan Tergugat I. terbukti bahwa jual beli atas aroma
3) Bahwa di dalam jual beli putus atas parfum Synmrise tertentu antara
produk aroma parfum Symrise tertentu Penggugat selaku pembeli dengan
tersebut, prosedur yang harus ditempuh Tergugat II selaku penjual sifatnya
oleh Penggugat selaku pembeli dari adalah “jual beli putus” dan tidak
proses pemesanan, pengiriman sampai berdasarkan suatu “Perjanjian Jual Beli
dengan pembayaran didasarkan atas Khusus” yang mengatur jangka waktu
adanya dokumen-dokumen yaitu (i) tertentu dan jenis serta harga aroma
Purchase Order, (ii) Bill of Lading, parfum Symrise tertentu di antara oara
(iii) Invoice, (iv) Bukti Transfer, dan pihak.
(v) Receipt (dokumen-dokumen jual 4) Bahwa Pasal 1 angka (1), (2) dan (3)
beli aroma parfum), yang berdasarkan Ketentuan-Ketentuan Umum Penjualan
secara sah dan mengikat sebagai suatu Singapore in accordance with the
Arbitration Rules, the Singapore
perjanjian serta berlaku sebagai
International Arbitration Centre
undang-undang bagi Penggugat selaku ('SIAC Rules”) for the time being
in force with rules are deemed to
pembeli dengan Tergugat II selaku
be incorporated by reference in
penjual. this clause. The Tribunal shall
consist of 1 (one) arbitrator to be
6) Bahwa selanjutnya, Pasal 13 ayat (2)
appointed by the chairman of the
Ketentuan-Ketentuan Umum Penjualan SIAC. The language the arbitration
shall be English.”
dan Pengiriman (General Term of
Sales and Delivery) mengatur klausul
Terjemahannya:
arbitrase tentang penunjukan Arbitrase
Setiap perselisihan yang timbul dari
Singapura dengan menggunakan SIAC
atau sehubungan dengan Ketentuan
Rules sebagai ketentuan hukum yang
umum Pembelian termasuk mengenai
mengikat antera Penggugat selaku
keberadaan, keabsahan atau
pembeli dengan Tergugat II selaku
pemutusan, harus mengacu dan
penjual sebagai para pihak, yang pada
diselesaikan melalui lembaga arbitrase
pokoknya telah diatur bahwa jika
di Singapura sesuai dengan Peraturan
timbul perselisihan di antara para pihak
Arbitrase, Singapore International
sehubungan dengan jual beli aroma
Arbitration Centre (“SIAC Rules“)
parfum Symrise tertentu, maka kedua
yang berlaku dan dianggap menjadi
belah pihak sepakat untuk menunjuk
satu kesatuan dengan mengacu pada
dan menyelesaikan permasalahan
klausa ini. Peradilan harus terdiri dari 1
melalui Lembaga Arbitrase
(satu) arbiter yang ditunjuk oleh ketua
Internasional Singapura dengan
SIAC tersebut. Bahasa arbitrase yang
menggunakan mekanisme penyelesaian
digunakan adalah bahasa Inggris.
berdasarkan ketentuan hukum acara
7) Bahwa dengan diaturnya klausul
SIAC Rules (klausul arbitrase) yang
penyelesaian perselisihan sengketa
selengkapnya adalah sebagai berikut:
sebagaimana tercantum di dalam Pasal
“Any disputes arising out of or in
13 ayat (2) Ketentuan Umum
connection with these general
Conditions of Purchase including Penjualan dan Pengiriman dari
any question regarding its
Dokumen-Dokumen Jual Beli Aroma
existence, validity or termination,
shall be referred and finally Parfum tersebut, maka terbukti antara
resolved by arbitration in
Penggugat selaku pembeli dengan
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 201
Cut Memi
Penerapan Klausul Pilihan Yurusdiksi (Choice of Jurisdiction)
dan Pilihan Hukum (Choice of Law) Dalam Penyelesaian
Sengketa Bisnis Internasional
(Studi Kasus: Perkara PT. Symrise melawan PT. Mega Suryamas)
Komar yang menyatakan bahwa persoalan pilihan yurisdiksi para pihak, lembaga
ini adalah bagian dari hukum perikatan dan pertama-tama yang berwenang untuk
obyek bidang komersial, dengan demikian menentukan berwenang tidaknya badan
persoalan ini tunduk pada aturan-aturan arbitrase SIAC sehubungan dengan klausul
yang telah ditentukan untuk itu.22) arbitrase dalam invoice tersebut adalah
Pasal 13 ayat (2) Ketentuan Umum badan arbitrase SIAC itu sendiri, bukan
Penjualan Dan Pengiriman (General Term
Pengadilan (Pengadilan Negeri Jakarta
of Sales and Delivery) ditentukan bahwa:
“Any disputes arising out of or in Selatan). Hal ini diperkuat oleh ketentuan
connection with these general
Pasal 34 ayat (1) dan (2) UU AAPS yang
conditions of Purchase including any
question regarding its existence, mengatakan (1) penyelesaian sengketa
validity or termination, shall be
melalui arbitrase dapat dilakukan dengan
referred and finally resolved by
arbitration in Singapore in accordance menggunakan lembaga arbitrase nasional
with the Arbitration Rules, the
atau internasional berdasarkan kesepakatan
Singapore International Arbitration
Centre (“SIAC Rules”). The language para pihak, (2) penyelesaian melalui
the arbitration shall be English.
lembaga arbitrase sebagaimana dimaksud
Dengan adanya klausul tersebut di atas, dalam ayat (1) dilakukan menurut
maka sesuai dengan praktik yang peraturan dan acara dari lembaga yang
diterapkan dalam masyarakat internasional, dipilih, kecuali ditetapkan lain oleh para
dalam penanganan kasus ini seharusnya pihak.
diselesaikan oleh lembaga arbitrase SIAC Selanjutnya, sehubungan dengan
dengan menggunakan aturan arbitrase pertimbangan hukum hakim Pengadilan
(SIAC Rules) sedangkan untuk materi Negeri Jakarta Selatan dalam kasus PT.
pokok perkara berlaku hukum Singapura Surya Mas melawan PT. Symrise ini yang
sesuai dengan pilihan hukum para pihak. mengatakan, menimbang bahwa perjanjian
Akan tetapi dengan tetap diadilinya berdasarkan General Terms of Sales and
kasus ini oleh Pengadilan Indonesia Delivery dibalik setiap invoice tidak
dengan dasar pertimbangan bahwa invoice pernah disetujui dan ditandatangani oleh
bukan suatu perjanjian timbal balik Penggugat, maka klausul arbitrase dan
melainkan tagihan yang bersifat sepihak perjanjian tersebut tidak mengikat
sehingga klausul arbitrase SIAC tidak Penggugat, Alan Redfern and Martin
dapat diterapkan, maka sesuai dengan Hunter mengatakan bahwa syarat
2 2
Hasil Wawancara Peneliti pada tanggal 21 dibutuhkannya tanda tangan para pihak
Februari 2013.
dalam perjanjian arbitrase memang Oleh sebab itu sebagai gantinya adalah
menimbulkan persoalan, tetapi dalam bukti tertulis tentang perjanjian arbitrase.
pandangan secara umum dinyatakan bahwa Bahkan dalam beberapa sistem hukum di
tanda tangan itu bukanlah suatu kewajiban beberapa negara, perjanjian arbitrase
tetapi hal yang utama dari suatu perjanjian secara lisan dapat dianggap sebagai
arbitrase, adalah harus dalam bentuk perjanjian tertulis, jika sebelumnya para
tertulis, dan hal yang tidak dapat disangkal pihak telah mereferensi ke arbitrase, atau
oleh salah satu pihak adalah bahwa berdasarkan oral agreement (perjanjian
perjanjian arbitrase itu lahir dari adanya lisan), kemudian direkam oleh salah satu
kontrak.23) Dengan demikian perjanjian pihak atau oleh pihak ketiga di mana ia
tersebut merujuk ke dokumen tentang adalah pihak yang mempunyai kepentingan
arbitrase, atau dari dokumen arbitrase terhadap para pihak dalam perjanjian.25)
merujuk kembali kepada kontrak yang Demikian juga tentang pilihan hukum
menyatakan bahwa antara kontrak dan (choice of law) yang telah disepakati oleh
arbitrase saling ada keterkaitannya satu para pihak. Berdasarkan eksepsi yang
sama lain.24) dikemukakan oleh pihak PT. Symrise di
Dalam Konvensi New York 1958, persidangan dikatakan bahwa para pihak
dipersyaratkan bahwa perjanjian arbitrase telah sepakat untuk menggunakan hukum
ditanda tangani kedua belah pihak, tetapi singapura di dalam penyelesaian sengketa
dalam modern law tentang arbitrase saat yang terjadi diantara para pihak. Oleh
ini, kebutuhan tentang tanda tangan itu sebab itu semestinya persoalan para pihak
sudah mulai tidak di praktikkan lagi, harus diselesaikan menurut hukum
karena di dalam praktik, prinsip ekonomi Singapura, bukan berdasarkan hukum
menghendaki bahwa segala sesuatu harus Indonesia (KUHPerdata BW).
dilakukan secara serba cepat, dan apa-apa Akan tetapi jika hal ini dibandingkan
yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan dengan di negara lain khususnya tentang
pasar, apalagi penandatanganan antar pilihan pengadilan ternyata bahwa, choice
negara akan memakan waktu yang lama. of foreign court atas pengadilan asing tidak
selalu dapat diterima sebagai supremacy
2 3
Allan Redfren and Martin Hunter with Nigel
Blackaby and Constantine Partasides, Law and
dari partij autonomie dengan alasan, (1)
Practice of International Commercial karena pilihan forum harus dilakukan pada
Arbitration, Sweet & Maxwell Limited of 100
Avenue Road, (London NW3 3PF, 2004), 159.
2 4 2 5
Allan Redfren and Hunter, Op.Cit., 160. Allan Redfren and Hunter, Op.Cit., 161.
forum yang ada kaitannya dengan kontrak, yurisdiksi pengadilan adalah bertentangan
(2) karena choice of forum dapat diuji dengan public policy Amerika dan tidak
berdasarkan doktrin forum non dapat dilaksanakan. Sementara ditingkat
convenience, (3) karena choice of forum banding court of appeals, pengadilan
dapat diuji oleh public policy dari suatu menguji klausul pilihan forum dengan
negara.11) Sebagai contoh dalam M/S doktrin forum non convenience. Menurut
Bremen v. Zapata off -shore Co, kasus ini pengadilan banding, klausul choice of
melibatkan Zapata (perusahaan Amerika) forum pada pengadilan di London
dan Unterweser (Perusahaan Jerman). Di merupakan forum non convenience
dalam kontrak terdapat pilihan forum pada berdasarkan pertimbangan; (1) tempat
pengadilan Inggris yang mengatakan, “Any terjadinya kerugian merupakan yurisdiksi
dispute arising must be treated before the dari district court di Tampa, (2) banyak
London court of justice”. Akan tetapi saksi termasuk awak kapal Zapata berada
meskipun terdapat pilihan forum tersebut, dalam area teluk pantai sebagai tempat
kasus ini sempat diperkarakan pada dua kejadian, (3) kesaksian dari awak kapal
pengadilan dari dua negara yang berbeda, Bremen dilakukan secara tertulis di Tampa.
yaitu di Pengadilan Inggris dan di (4) Inggris tidak berkepentingan dalam hal
Pengadilan Amerika. Zapata menggugat ini.13) Akan tetapi pada tingkat supreme
Unterweser pada district court di Tampa court, pengadilan berpendapat bahwa
Amerika sebagai tempat terjadinya klausul choice of forum harus di hormati
kerugian, sedangkan Unterweser dan dilaksanakan, kecuali apabila
menggugat Zapata di High court justice di pelaksanaan dari klausul choice of forum
London sesuai dengan klausul choice of itu dipengaruhi oleh fraud (kecurangan),
forum dalam kontrak.12) Dalam memeriksa undue influence (pengaruh yang tidak
kasus ini, district court berpendapat bahwa pantas), unreasonable (tidak layak), unjust
pilihan forum tidak dapat dilaksanakan (tidak adil), bath faith (itikad buruk), over
karena suatu perjanjian yang bertentangan reaching (memperdayakan) dan
secara objektif untuk meniadakan overweening bargaining power (bargaining
power yang tidak seimbang).14) Dengan
1 1
Leonora Bakarbessy, Klausul Pilihan Hukum
(Choice of law) dan Pilihan Forum (Choice of
demikian, maka sepanjang choice of forum
Forum) dalam Transaksi Bisnis Internasional, tidak dipengaruhi oleh tindakan-tindakan
(Surabaya: Fakultas Hukum Universitas
1 3
Airlangga, 2001), 12. Ibid.
1 2 1 4
Ibid. Ibid.
seperti tersebut di atas, maka choice of “all claims and dispute arising under and
forum harus dihormati dan dilaksanakan. in connection with this bill of lading shall
Selanjutnya menurut Supreme Court be judged in the U.S.S.R”. Pengadilan
bahwa pilihan forum pada pengadilan Inggris mengatakan berwenang untuk
Inggris (London) di dalam kasus M/S memeriksa perkara tersebut berdasarkan
Bremen v Zapata adalah layak, karena titik taut yang secara objektif berkaitan
pengadilan Inggris merupakan pengadilan dengan negara Inggris. Dalam memeriksa
yang telah memenuhi standar yang layak kasus ini, pengadilan Inggris berpendapat
mengenai pengadilan yang netral dalam bahwa klausul choice of forum tidak
menangani perkara-perkara yang berkaitan mengikat secara absolut pada pengadilan
dengan pelayaran di laut. Lagi pula di luar pilihan forum, hal ini dengan
sebagaimana yang dikemukakan oleh pertimbangan bahwa; (1) kasus ini
Sudargo Gautama, untuk kontrak-kontrak melibatkan pembeli warga negara Inggris
pengangkutan melalui kapal laut (maritime atas barang-barang warga negara Rusia,
transactions) atau asuransi perkapalan laut, dan yang digugat adalah warga negara
adalah lazim di pakai sistem hukum dari Jerman sebagai pemilik kapal. Akan tetapi
negara Inggris yang terkenal maju di oleh karena Rusia bukan merupakan pihak
bidang maritime law ini, sekalipun dalam gugatan ini maka menurut
misalnya perjanjian yang dibuat adalah pengadilan Inggris, pembeli warga negara
antara pedagang Indonesia dan maskapai Inggris berhak untuk memakai hukum
perkapalan Taiwan (bukan Inggris).15) pengangkutan laut Inggris, dan oleh karena
Namun yang menarik perhatian adalah itu perselisihan ini merupakan bagian dari
bahwa pada kasus yang lain yaitu kasus yurisdiksi pengadilan Inggris.16) Dalam
The Fehmarn, pengadilan Inggris justru kasus ini Lord Denning berpendapat bahwa
menolak untuk melaksanakan klausul Inggris menghargai pilihan forum, akan
choice of forum pada pengadilan asing tetapi ada prinsip yang lebih tinggi yaitu,
meskipun dalam Bill of lading pada para tidak seorangpun dapat meniadakan titik
pihak terdapat klausul yang menyatakan, taut yang seharusnya berlaku dalam kasus
1 5
Sudargo Gautama (e), Beberapa Persoalan ini, oleh karena Inggris merupakan pihak
Hukum Berkenaan dengan Perjanjian Joint
Venture di Indonesia, Makalah pada Seminar
dalam perkara ini, walaupun terdapat
“International Business and pilihan forum pada pengadilan lain, hal itu
Practices/International Trade Contracts and
Arbitration”, (Jakarta: Gedung Patra Jasa, 20
1 6
Maret 1990), 3. Leonora Bakarbessy, Op.Cit., 13.
secara absolut tidak mengikat, kecuali arbitrase lalu diambil alih oleh Pengadilan
terhadap klausul arbitrase.17) Negeri. (2) pelaksanaan choice of forum
Berdasarkan uraian kasus tersebut tidak boleh dipengaruhi oleh fraud
diatas dapat disimpulkan, meskipun (kecurangan), undue influence (pengaruh
berdasarkan hukum perdata internasional, yang tidak pantas), unreasonable (tidak
para pihak diberi kebebasan untuk memilih layak), unjust (tidak adil), bath faith (itikad
forum berdasarkan prinsip partij buruk), over reaching (memperdayakan)
autonomie, akan tetapi didalam praktek dan overweening bargaining power
terdapat permasalahan-permasalahan (bargaining power yang tidak seimbang).
tentang hal itu yaitu: (1) choice of forum Terhadap prinsip yang kedua ini, penulis
tidak selalu diterima sebagai supremasi berpendapat bahwa prinsip ini secara
dari partij autonomie karena masih perlu analogi dapat diterapkan pada arbitrase,
diuji berdasarkan doktrin forum non- artinya bahwa apabila unsur-unsur dari
convenience 12 tindakan-tindakan seperti adanya fraud,
Dikaitkan dengan dispute settlement undue influence dan sebagainya seperti
clause di dalam kontrak yang memilih yang terdapat dalam prinsip kedua tersebut
arbitrase sebagai choice of forumnya maka dapat dibuktikan adanya, maka hal itu
jika forum ini di tolak dengan alasan dapat mengakibatkan pelaksanaan dari
ketertiban umum (public policy), akan perjanjian arbitrase tersebut menjadi cacat
timbul masalah berupa pengingkaran hukum karena syarat subyektif dari
terhadap eksistensi dari arbitrase itu perjanjian tersebut tidak terpenuhi, dengan
sendiri, yang notabene adalah merupakan kata lain pelaksanaan dari perjanjian
lembaga di luar pengadilan, oleh karena itu arbitrase tersebut dapat dibatalkan, akan
sangat tidak masuk akal jika kewenangan tetapi lembaga yang berwenang untuk
1 7
Leonora Bakarbessy, Op.Cit., 14. menyatakan batal atau tidaknya perjanjian
12
Doktrin ini didasarkan kepada teori komitas tersebut tetap berada pada kewenangan
(comity doctrine) yang menyatakan bahwa masing-
masing pengadilan dari suatu negara memiliki arbitrase. Filosofinya adalah karena di
yurisdiksi dan kewenangan masing-masing.
Yurisdiksi dan kewenangan itu terbatas, karena dalam perjanjian para pihak, telah
masing-masing negara memiliki kedaulatan dan
hukum nasional masing-masing (principle of disepakati dengan mencantumkan kata-
territorial souverignty). Atas dasar teori ini, maka
pengadilan suatu negara dapat menyatakan forum
kata: “all disputes or any dispute shall be
non-convenience atau menyatakan bahwa governed by arbitration”. Dengan kata-
pengadilan negara tersebut tidak memiliki
yurisdiksi atas kasus yang dibawa kehadapan kata tersebut berarti bahwa semua atau
mereka.