Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Peran Kereta Api Indonesia (KAI) Sebagai Infrastruktur Transportasi Wilayah Perkotaan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Volume 19 No.

1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629, E-ISSN: 2579-3314
Akreditasi Ristekdikti, No: 21/E/KPT/2018
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala
Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur Transportasi
Wilayah Perkotaan

Ketut Biomantara1 Herdis Herdiansyah2

1
Program Ketahanan Nasional, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
ketutbiomantara@yahoo.co.id
2
Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
herdis@ui.ac.id

Cara Sitasi: Biomantara, K., & Herdiansyah, H. (2019). Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur
Transportasi Wilayah Perkotaan. Cakrawala, 19(1), 1–8. Retrieved from doi: https://doi.org/10.31294/jc.v19i1

Abstract - Transportation is an important part of human life. Transportation is the driving force for socio-
economic activities that must be accessible to all people. Transportation access is the heart of the development of
an area, if transportation access is easy then the development of an area is easier to achieve. One of the most
popular means of transportation in Indonesia and being a mass transportation that is very effective for human and
goods mobilization is the train. So that the existence of train access can be a determining factor and support the
accessibility of an area. This research was conducted to determine the role of trains in supporting the accessibility
of the region. Research data collection was carried out by conducting observations, interviews, and literature
reviews. Based on the results of the study it was found that since the first time it was built by the Dutch East Indies
government in 1864, 26 km in the Kemijen Tanggung area currently has 25,361 employees. The vision is to become
the best rail service provider that focuses on customer service and meets stakeholder expectations. Good and
smooth transportation growth is a collaboration between three supporting forces in the form of good spatial
planning, policies or regulations in the field of road network infrastructure and multi-modal transport, road traffic
behavior and law enforcement. PT. KAI tries to give choices so that the community is fulfilled its accessibility in
carrying out activities to the destination.

Keywords: Regional Accessibility, Economic Activity, Development, Transportation

PENDAHULUAN Infrastruktur transportasi akan memberikan peran


penting dalam mendukung mobilisasi, aksesbilitas
Seiring perkembangan waktu, manusia selalu baik orang maupun barang dari suatu tempat ke
memerlukan sesuatu yang dapat memberikan tempat lain sehingga menimalisir disparitas dan
kenyamanan dan kemudahan yang dapat dilakukan kesenjangan antar wilayah. Perbaikan transportasi
secara efisien dan seefektif untuk menjalani diharapkan membuat area itu menjadi lebih menarik
kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan adanya pergeseran pertumbuhan, mempercepat
sangat membutuhkan sarana dan prasarana pengembangan suatu area dalam wilayah (Murlok,
infrastruktur penunjang aktivitasnya. Hampir 1984). Infrastruktur jasa komunikasi dan informatika
diseluruh belahan dunia dalam menjalankan aktivitas diperlukan untuk melengkapi transportasi sehingga
keseharian seseorang memerlukan banyak sarana dan pertukaran informasi secara cepat menembus batas
prasarana pendukung agar tujuannya berjalan dengan ruang dan waktu.
baik. Pendukung tersebut yaitu tersedianya
infrastruktur yang memadai, dimana infrastruktur Transportasi berkembang dari waktu kewaktu sesuai
memiliki peranan yang sangat penting dalam kebutuhan dan kepentingannya serta seiring
kelancaran penggerak pembangunan nasional seperti pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang
transportasi, komunikasi dan informatika, energi dan berjalan pada suatu wilayah. Transportasi memiliki
listrik, perumahan dan bangunan, air, jalan raya pengertian mengangkut atau membawa (sesuatu) ke
(Bappenas, 2012). Ketersediaan infrastruktur sebelah lain atau suatu tempat ke tempat lainnya
berperan dalam jaringan distribusi, sumber energi (Setijowarno & Frazila, 2002). Transportasi juga
yang dapat mendorong peningkatan produktivitas. dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan
mengangkut atau membawa barang dan/atau
Bappenas menyebutkan sektor sosial budaya dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya
sejenisnya, infrastruktur berfungsi sebagai pengikat (Kadir, 2006). Transportasi sebagai suatu tindakan,
dan pemersatu wilayah dalam wadah NKRI. proses atau hal mentransportasikan atu memindahkan

Diterima: 2018-09-20, Direvisi: 2019-02-09, Disetujui: 2019-03-01 1


Cakrawala-Jurnal Humaniora, Volume 19 No. 1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629, E-ISSN: 2579-3314

dari suatu tempat ke tempat lain (Murlok, 1984). semakin parah, perjalanan semakin lambat,
Terdapat empat unsur pokok dalam transportasi pemborosan konsumsi bahan bakar semakin banyak
meliputi jalan (street), kendaraan dan alat angkut juga. Implikasi dari kondisi tersebut akan
(vichicle), tenaga penggerak (motive power), terminal mengakibatkan ekonomi biaya mahal dan polusi
(station). udara yang tinggi. Ketersediaan sistem angkutan
umum cepat massal berbasis rel kota-kota di
Ada dua macam kegunaan pengangkutan atau Indonesia dapat mengurangi tingkat kemacetan,
pemindahan penumpang/barang menggunakan karena kota-kota besar dan menengah terancam
transportasi yaitu kegunaan tempat (place utility) dan kemacetan yang terkunci (total gridlock) yang dapat
kegunaan waktu (time utility) (Salim, 2012). melumpuhkan roda kehidupan (Susanto, 2013).
Penjelasan dari kegunaan tempat (place utility)
adalah nilai manfaat dari suatu barang yang tercipta Kondisis geografi Indonesia yang sangat beragam
ketika barang tersebut terangkut dari sebuah juga memerlukan suatu infrastruktur transportasi
tempat/daerah ke tempat dimana barang tersebut pendukung yang sesuai. Sektor tranportasi yang
mempunyai manfaat atau nilai yang lebih besar pada bertujuan untuk mempermudah mobilisasi dan
tempat/daerah yang dituju (Kadir, 2006). mempersingkat waktu dalam menunjang aktifitas
Transportasi di suatu wilayah akan berbeda-beda berupa pesawat terbang, kapal laut, bus, mobil, motor
dengan transportasi pada wilayah lainnya yang dan lain sebagainya. Pada transportasi darat salah
dipengaruhi luas wilayah, jumlah penduduk, kondisi satunya kereta api merupakan transportasi publik
geografis dan kondisi sosialnya. Terdapat model massal yang memiliki beberapa keunggulan dan
transportasi yang berbeda dalam arah penggunaan banyak diminati masyarakat. Berdasarkan Peraturan
kendaraan bermotor sebagai transportasi Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu
perjalanannya. Pada model Eropa transportasi Lintas dan Angkutan Kereta Api, perkeretaapian
perkotaan menekankan angkutan umum dan tata kota adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
bersifat intensive/compact (memusat), sedangkan prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta
pada model Amerika lebih condong mengembangkan norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
jaringan jalan raya dan tata kota bersifat penyelenggaraan transportasi kereta api. Di beberapa
extensive/sprawl (menyebar). negara maju seperti Jepang, Jerman, Perancis, kereta
api menjadi transportasi andalan dalam menunjang
Kondisi sistem tata kota yang ada mempengaruhi aktifitas kehidupan penduduknya dan aksesbilitas
model transportasi yang diterapkan. Pembangunan antara daerah-daerah di negaranya. Sistem
yang cenderung terjadi pemusatan pertumbuhan transportasi yang terintegrasi antar moda satu dengan
wilayah pada suatu daerah tertentu akan berdampak lainnya tertata saling menunjang. Dislokasi stasiun
pada kepadatan transportasi yang terkonsentrasi pada kereta yang terhubung dengan sentra-sentra kegiatan
daerah tersebut. Kondisi ini biasanya beriringan menjadikan efektifitas mobilitas dapat terwujud.
dengan berkembangnya suatu daerah industrialisasi Selain infrastruktur yang terdukung dengan baik,
di daerah tersebut. Perkembangan daerah faktor lain seperti hukum, regulasi, kesadaran
industrilisasi ini akan dibarengi dengan individu, kebijakan menentukan terlaksananya suatu
pembangunan pemukiman yang berada disekitaran program berjalan dengan baik.
daerah-daerah penyangga di pinggiran kota. Sehingga
kemacetanpun akan muncul pada wilayah-wilayah METODOLOGI PENELITIAN
itu, sehingga diperlukan transportasi yang memadai
untuk menopang aksesbilitas dalam pergerakan Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
menuju lokasi yang dituju baik tempat kerja, tempat metodologi diskriptif kualitatif. Penggunaan
tinggal maupun tempat aktivitas lainnya. Pada pendekatan kualitatif dipilih sesuai tema penelitian
dasarnya prinsip dan teknik permintaan atas jasa yang bersifat diskriptif, prosedur pengumpulan data
transportasi adalah kebutuhan transportasi pemakai melibatkan empat jenis dasar yaitu pengamatan,
yang digunakan sebagai angkutan manusia atau wawancara, dokumen dan gambara visual (Creswell,
angkutan barang, yang dijadikan dasar evaluasi 2013).
transportasi dan fasilitasnya. Untuk membuat kualitas
pelayanan sebaik mungkin sistem angkutan didisain Metode diskriptif kualitatif yang digunakan untuk
untuk menyediakan kualitas pelayanan setingkat memperoleh data sekunder dengan cara metode
seperti terdapat pada kendaraan pribadi. Ketika kepustakaan atau studi dokumen dan literature
pelayanan transportasi publik tidak signifikan maka melalui buku, tesis, jurnal, perundang-undangan,
orang akan berusaha mencari alternatif kendaraan internet, bahan kuliah, media massa. Sedangkan data
pribadi berupa motor ataupun mobil. Seiring primer diperoleh dari wawancara mendalam kepada
keperluan mobilitas seseorang dalam kehidupan narasumber atau pakar atau pejabat yang terkait yang
kesehariannya, sehingga dengan kondisi seperti ini berkompeten terhadap inti penelitian yaitu berkaitan
maka akan semakin memberburuk kondisi kepadatan dengan transportasi, KAI, kebijakan infrastruktur dan
kendaraan bermotor di jalan raya dan kemacetanpun pelaku pengguna jasa transportasi KAI.

2 Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur Transportasi…


Cakrawala-Jurnal Humaniora, Vol 19 No.1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629 E-ISSN 2579-3314

HASIL DAN PEMBAHASAN kereta api penumpang dan barang di pulau Sumatera
terbagi dalam tiga devisi regional (Divre).
Perjalanan perkembangan perkeretaapian di
Indonesia mengalami berbagai perubahan. Semenjak Peran dan Kinerja KAI dalam Memenuhi
pertama kali dibangun oleh pemerintah Hindia pada Kebutuhan Transportasi Masyarakat
tahun 1864 dengan panjang 26 km di daerah Kemijen
Tanggung belanda saat itu sampai pada masa orde Pertumbuhan transportasi yang baik dan lancar
baru dengan nama PJKA Perumka dan mulai tahun merupakan kolaborasi antara tiga daya dukung
1998 -2010 berubah menjadi PT.Kereta Api berupa tata ruang yang baik, kebijakan atau regulasi
(persero), terakhir berdasar intruksi dereksi di bidang infrastruktur jaringan jalan raya dan
No.16/OT.203/KA 2010 pada Mei 2010 sampai angkutan multi moda, prilaku berlalu lintas di jalan
dengan sekarang bernama PT. KERETA API raya dan penegakan hukumnya. Ketiganya harus
INDONESIA (Persero). Pada tahun 2015 PT.KAI bersinergi, apabila salah satu tidak berjalan atau gagal
memiliki karyawan 25.361 orang. Visi yang diemban maka sistem transportasi akan gagal juga.
adalah menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik
yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi
harapan stakeholder. Sedangkan misinya adalah Pola tata ruang dan tata guna lahan perkotaan DKI
menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis Jakarta yang terdiri dari 5 wilayah kotamadya dan 1
usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan kabupaten administratif, 13 sungai, 2 kanal dengan
model organisasi terbaik untuk memberikan nilai ketinggian rata-rata ± 7 meter diatas permukaan laut
tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian mempengaruhi model transportasi yang diterapkan
lingkungan berdasarkan 4 pilar utama: Keselamatan, dan diimplikasikan dalam kebijakan transportasi.
Ketepatan waktu, Pelayanan dan Kenyamanan. Kebutuhan terhadap angkutan penumpang terhadap
manfaat angkutan tersebut untuk seseorang (personal
PT KAI dalam menjalankan tugasnya memegang 5 place utility) untuk melakukan perjalanan keperluan
(lima) budaya perusahaan atau lima nilai utama pribadi atau keperluaan usaha (Salim, 2012). Juga
meliputi integritas, profesionalisme, keselamatan, kegunaan pengangkutan atau pemindahan
inovasi dan pelayanan prima (Ability (Kemampuan), penumpang/barang menggunakan transportasi yaitu
Sikap (Attitude), Penampilan (Appearance), kegunaan tempat (place utility) dimana akan
Perhatian (Attention), Tindakan (Action), dan memiliki nilai lebih tinggi di tempat tujuannya dan
Tanggung jawab (Accountability). Beberbagai jenis kegunaan waktu (time utility) dimana memiliki nilai
angkutan penumpang kereta api terdiri dari Kereta lebih tinggi dengan waktu yang tepat, secepatnya di
Api Eksekutif, Kereta Api Ekonomi AC, Kereta Api tempat tujuan. Perbaikan transportasi diharapkan
Bisnis, Kereta Api Ekonomi, Kereta Api Campuran, membuat area itu menjadi lebih menarik dan adanya
Kereta Api Lokal dan Kereta Rel Listrik (KRL). pergeseran pertumbuhan, mempercepat
pengembangan suatu area dalam wilayah (Murlok,
KAI mempunyai inventarisir sarana pasarana serta 1984). Dari ketiga daya dukung transoportasi diatas
asetnya yang menopang kinerjanya. Untuk bahwa prilaku masyarakat dibarengi dengan
mengoptimalkan kinerja dalam jasa angkutan kereta penegakan hukum merupakan faktor yang paling
api KAI ditopang dengan sejumlah sarana berupa mempengaruhi karena meskipun infrastruktur baik,
lokomotif sebanyak 516 unit, Kereta Rel Listrik tata guna lahan tertata baik, akan tetapi apabila
(KRL) 816 unit, Kereta Rel Diesel 157 unit, kereta prilaku masyarakat tidak baik dalam melaksanakan
penumpang 1.722 unit dan kereta pengangkut barang aturan-aturan dan penggunaaan di jalan raya maka
8.171 unit. Angkutan penumpang non KRL terdiri tidak akan terwujud sistem transportasi yang
dari kelas eksekutif, kelas bisnis, kelas ekonomi dan diharapkan, seandainya berjalan pasti kurang optimal
lokal ekonomi, lokal bisnis. Kereta angkutan terjadi ketimpangan.
penumpang bertenaga listrik yaitu KRL Jabodetabek,
sedangkan KA bandara yaitu KA bandara Kuala Ketimpangan ini menimbulkan suatu keadaan
Namu yang berada di kota Medan, Sumatera Utara. ketidakteraturan lalu lintas yang mengakibatkan
Untuk KA angkutan barang berupa angkutan barang kemacetan dimana laju kendaraan mengalami
batubara, angkutan BBM, petikemas, general kargo, kendala dan hambatan mengakibatkan kecepatan
semen, komoditi lain. Prasarana pendukung berupa kendaraan turun, melambat atau bahkan berhenti.
jalur lintasan rel kereta api, bangunan gedung Seperti terjadinya kemacetan di Jakarta karena selain
perkantoran dan stasiun-stasiun, area penyimpanan transportasi umum yang belum tersedia dengan baik,
petikemas (container yard), dipo perawatan, gantry disebabkan prilaku masyarakat yang tidak tertib dan
crane (katrol petikemas), area multi usaha dan tidak taat berlalu lintas serta prilaku yang masih
lainnya. Terdapat kurang lebih 441 stasiun kereta api senang menggunakan kendaraan pribadi. Penggunaan
penumpang dan barang berada di pulau Jawa dengan kendaraan pribadi yang masih tinggi meningkatkan
sembilan daerah operasi (Daop), sejumlah 129 stasiun kondisi kemacetan terus bertambah karena jumlah
kendaraan begitu banyak sehingga kendaraan saling
1
Ketut Biomantara, 2Herdis Herdiansyah
3
Cakrawala-Jurnal Humaniora, Volume 19 No. 1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629, E-ISSN: 2579-3314

berdekatan satu dengan lainnya. Kondisi macet yang sangat erat hubungannya dengan kebijakan ekonomi
diakibatkan hal tersebut disebut dengan traffic dan sosial secara luas (Murlok, 1984).
congestion yaitu kepadatan kendaraan yang melewati
suatu jalan dalam interval cukup lama (Panjaitan, KAI dalam memenuhi kebutuhan transportasi
2001). Perilaku masyarakat dalam penggunaan memberikan jaringan pelayanan perkeretapian sesuai
kendaraan harus mulai dirubah untuk menggunakan peruntukannya. PP No.72/2009 tentang Lalu Lintas
transportasi umum agar volume kendaraan di jalan dan Angkutan Kereta Api pasal 2 ayat 2 menyebutkan
dapat dikendalikan. Setiap hambatan-hambatan yang jaringan pelayanan perkeretaapian terdiri dari dua
muncul perlu menjadi perhatian dan dihilangkan jaringan pelayanan yaitu jaringan pelayanan
untuk mendorong perilaku masyarakat agar perkeretapian antar kota dan perkotaan. Pelayanan
menggunakan transportasi umum yang telah kereta api ini dapat berupa jaringan multimoda
didukung dengan sarana untuk disabilitas dan juga transportasi dan dapat bersifat komersial atau
orang tua (Iwarsson, Jensen, & Ståhl, 2000; Jensen, penugasan sesuai kebutuhan masyarakat. Dalam
Iwarsson, & Ståhl, 2002). menyiapkan pelayanan kebutuhan transportasi KAI
harus memerhatikan; (a) kebutuhan masyarakat untuk
Peran KAI dalam Memenuhi Kebutuhan dilayanan; (b) kapasitas lintas yang dibutuhkan
Transportasi masyarakat; (c) kebutuhan jasa angkutan; (d)
komposisi jenis pelayanan angkutan kereta api sesuai
Kebutuhan transportasi masyarakat di seluruh dengan tingkat pelayanan; (e) keterpaduan intra dan
belahan dunia tidak terkecuali wilayah Indonesia antarmoda transportasi; (f) perbedaan jarak dan
merupakan suatu hal yang mutlak. Sejak jaman waktu antara kereta api (headway), jarak antara
dahulu transportasi merupakan bagian dalam stasiun dan perhentian; (g) jarak pusat aktivitas
kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan terhadap stasiun; dan (h) kapasitas waktu untuk
untuk memenuhi mobilitas masyarakat. Upaya untuk perpindahan transportasi.
memenuhi kebutuhan transportasi ini dilakukan
dengan berbagai cara dan berbagai pendayagunaan PT. KAI mencoba memberikan pilihan agar
sarana prasarana yang ada serta terus dikembangkan. masyarakat terpenuhi aksesbilitasnya dalam
Kreteria pemilihan transportasi dengan melakukan kegiatan ke tempat tujuan. Prinsip
mempertimbangkan faktor ketepatan waktu, pelayanan transportasi hampir semuanya telah
keamanan, keteraturan jadwal, kecepatan, kepuasan, diterapkan oleh operator kereta api, kendala di
kenyamanan, dan kesenangan dijadikan landasan lapangan muncul saat penumpang turun dari kereta
dalam pemenuhan transportasi kereta api yang api kemudian moda penyambung ke tempat tujuan
kemudian dikembangkan menggunakan konsep QCD masih belum terintegrasi dengan sinergi sehingga
(Quality, Cost and Delivery). terkesan terputus, seandainya ada kurang
memberikan kenyamanan seperti angkot, bajai,
Infrastruktur transportasi yang baik dan handal metromini belum memberikan harapan kenyamanan
memberikan dampak yang positif berupa aksesbilitas sehingga masyarakat kembali berfikir lebih
antar wilayah yang baik, meningkatnya produktivitas menggunakan kendaraan pribadi. Perubahan kondisi
ekonomi, meningkatkan hubungan dan kondisi sosial lalu lintas jalan raya yang berubah dari waktu ke
budaya dan stabilitas pertahanan keamanan. Pada waktu memerlukan perencanaan dalam pemenuhan
sektor sosial budaya dan sejenisnya, infrastruktur transportasi masyarakat. Dengan kelancaran
berfungsi sebagai pengikat dan pemersatu wilayah penggunaan transoprtasi kereta api diharapkan
dalam wadah NKRI. Dalam sasaran sistem aksesbilitas antar wilayah di perkotaan dan wilayah
transportasi nasional disebutkan terselenggaranya penyangga sekitarnya dapat diwujudkan.
transportasi secara efektif dan efisien. Efektif dalam
arti aksesibilitas tinggi, selamat, terpadu, kapasitas Pembagian kelas pelayanan penumpang untuk
yang mencangkup, mudah dicapai, lancar dan cepat, memberikan kenyamanan dan kebutuhan sesuai
teratur, tepat waktu, aman dan nyaman, tertib, aman, tingkat ekonomi masyarakat oleh KAI Daop 1
tarif terjangkau, serta tidak mengeluarkan emisi yang diwadahi dalam beberapa kelas. Pilihan untuk
menyebabkan pencemaran tinggi. Efisien dalam satu masyarakat yang menghendaki kenyamanan yang
kesatuan jaringan transportasi nasional yang berarti ekstra diwujudkan pada angkutan kereta api kelas
beban publik rendah dan utilitas tinggi (“Sistranas. eksekutif dengan fasilitas lebih tinggi dari kelas
http://hubud.dephub.go.id/ diakses pada Selasa, 25 lainnya seperti tempat duduk lebar dapat disetel, satu
November 2014.,” n.d.)(Sistranas, 2014). Dari buku gerbong kereta hanya memuat 50 tempat duduk saja.
Pengantar Teknik dan Perencanaan Transpotasi yang Dalam satu rangkaian kereta eksekutif terdiri dari 8
ditulis oleh Edward Murlok disebutkan bahwa sistem gerbong untuk peneumpang ditambah satu gerbong
transportasi yang merupakan bagian tak terpisahkan restorasi dan satu gerbong sebagai npembangkit
dari infrastruktur setiap daerah, baik daerah perkotaan listrik. Dibawah kelas eksekutif adalah kelas bisnis
maupun pedesaan, negara maju ataupun negara dengan fasiitas kursi model 2-2 kanan kiri, tidak bisa
berkembang, maka perencanaan sistem transportasi disetel, satu gerbong memuat sekitar 64 tempat

4 Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur Transportasi…


Cakrawala-Jurnal Humaniora, Vol 19 No.1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629 E-ISSN 2579-3314

duduk, jumlah gerbong dalam satu rangkaian sama transportasi penghubungnya. Seperti perusahaan
dengan eksekutif. Kelas yang terbawah adalah kelas Canadian Pacific Railway yang mengoperasikan
ekonomi dengan fasilitas tempat duduk model 2-3 kereta api, truk, angkutan udara dan angkutan laut
atau 3-3 sisi kanan kiri dalam satu gerbong, tiap sekaligus atau seperti perusahaan White Pass and
gerbong terdapat model 64 kursi, 80 kursi dan 106 Yukon Railway yang mengoperasikan sistem
kursi. Kelas ekonomi dengan 64 tempat duduk dalam transportasi angkutan yang terintegrasi melalui air, rel
satu gerbongnya diperuntukkan bagi penumpang dan truk (Murlok, 1984). Sitem terintegrasi adalah
yang terdapat penyandang cacat atau difabel, jumlah jawaban dari peningkatan penggunaan transportasi
tempat duduk 80 diperuntukkan bagi kelas ekonomi umum kereta ini. Grand stategy dengan melibatkan
komersial atau non subsidi, sedangkan kelas ekonomi multi sektoral eksekutif, legeslatif dan pengusaha
106 kursi diperuntukkan ekonomi non komersial atau harus segera dibangun agar penyelesaian tidak
bersubsidi. terkesan jalan sendiri-sendiri.

Selain angkutan kereta api penumpang, Daop 1 Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 43 tahun 2011
melayani jasa angkutan kereta api barang yang tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
meliputi dua macam produk yaitu produk retail dan untuk menyajikan layanan transportasi yang merata
corporate. Angkutan barang jenis coporate berupa pada masyarakat maka layanan moda kereta harus
peti kemas, semen dan sejenisnya yang sebagian terintegrasi dengan layanan moda lainya seperti moda
besar barang-barang milik industri, dimana darat, moda udara dan moda laut. Integrasi antar
sasarannya merupakan kawasan industri seperti moda tersebut menjadi cita-cita dan harapan
Krakatau Steel, semen Tiga Roda, semen Holcim, masyarakat pengguna angkutan umum agar
kawasan industri Cikarang, kawasan industri perjalanannya lancar. Akan tetapi pada tingkat
karawang. Area penampungan petikemas dengan regulator dan penentu kebijakan masih terjadi
kereta api saat ini disiapkan di stasiun Jakarta permasalahan lintas sektoral, antara instansi yang
Gudang, stasiun Cigading, stasiun Pasoso, stasiun terkait masih bekerja secara parsial sendiri-sendiri.
Lagoa dan Cikarang. Jenis produk retail bersifat Kemenhub hanya terfokus pada program-program
kontrak perorangan yang pengirimannya sebagian bidang sarana prasarana, dirjen perkeretaapian
besar digandengkan dengan kereta angkutan terfokus pada program-program dan produk-produk
penumpang yang sering disebut sebagai kiriman administrasi birokrasi perkeretaapian, sedangkan
ekspedisi. Bila dilihat perbandingan konsumsi bahan PT.KAI terfokus pada pelaksanaan di lapangan
bakar antara beberapa moda jasa angkutan barang dengan strategi, program dan kerjanya yang
darat lainnya dan besaran daya yang dibutuhkan berorientasi bidang bisnis, kualitas pelayanan saja.
untuk memindahkan satuan per-ton, kereta adalah Harus ada kordinasi yang terencana, tersusun dan
pilihan yang tepat. Teknis pembiayaan pengiriman teratur berkesinambungan antara instansi yang terkait
perusahan ekspedisi dengan jasa kereta api ditetapkan termasuk Pemda dan KAI sebagai pelaksana di
berdasar pada patokan biaya tarip dari PT.KAI. lapangan.

Industrialisasi di segala sektor dalam rangka Keunggulan menggunakan kereta api adalah
pembangunan sangat membutuhkan transportasi jangkauan pelayanan dengan kapasitas angkut besar,
dalam mendukung kegiatan industry itu (Salim, penggunaan energi berdampak efisiensi harga, tepat
2012). Penyediaan sarana dan prasarana yang mampu waktu karena menggunakan jalur tersendiri, polusi
menjamin kelancaran perpindahan dan penyebaran kecil, kecepatan dapat divariasikan dan aksesbilitas
barang, jasa, dan informasi untuk menambah tingkat baik (Utomo, 2004). Jasa angkutan barang kereta
daya saing produk nasional harus memprioritaskan dibuka pertama kali tahun 1992 dengan nama kereta
arah kebijakan dalam rangka mendukung Babaranjang dengan kapasitas masih kecil sebanyak
peningkatan daya saing sektor riil (Bappenas, 2012). 6 gerbong tujuan Surabaya. Sebutan angkutan parcel
Dislokasi keberadan industri di wilayah DKI Jakarta waktu itu karena hanya dapat mengangkut barang
mencapai 1.410 (Jakarta dalam angka 2014) sangat ukuran kecil, kapasitas terbatas berupa barang-barang
erat berhubungan jasa angkutan barang. Ketersediaan konsumsi saja. Inovasi dikembangkan dengan
angkutan kereta api barang akan mendorong menambahkan gerbong angkutan barang yang
bertumbuh dan berkembangnya kegiatan dan usaha menempel pada kereta angkutan penumpang dengan
perekonomian, bersama aktivitas yang menyertainya tujuan membantu bagi penumpang yang mudik
seperti pengolahan (processing), penyimpanan membawa banyak barang tambahan. Pelayanan
(storing), pembiayaan (financing), iklan/promosi awalnya hanya melayani lintas wilayah Utara pulau
(advertising), pengemasan (packaging), Jawa, yang berkembang saat ini dengan penambahan
merchandising (Kadir, 2006). jalur untuk melayani lintas Selatan. Permaslahan
muncul pada ketersediaan fasilitas pergudangannya,
Pengembangan jaringan dan pelayanan poin to poin sebagai perhitungan apabila kereta angkutan dengan
perlu dikembangkan kepada sistem door to door 12 gerbong dimana memuat 20 ton/gerbong maka
sehingga masyarakat tidak merasa kesulitan untuk total ada 240 ton, yang akan memerlukan gudang
1
Ketut Biomantara, 2Herdis Herdiansyah
5
Cakrawala-Jurnal Humaniora, Volume 19 No. 1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629, E-ISSN: 2579-3314

minimal 5000 m², sehingga dengan kapasitas daya umumnya akan memungkinkan terjadinya perjalanan
angkut yang ada sekarang sebesar 2.878.548 ton (KAI yang lebih banyak dan akan mengakibatkan
Daop I tahun 2014) akan diperlukan penggudangan bertambah cepatnya perkembangan ekonomi di
yang sangat besar, kapasitas yang ada di Jakarta daerah tersebut (Murlok, 1984). Peningkatan
maupun tempat lain belum dapat menampungnya, aksesibilitas kereta api telah terbukti membuat
oleh karena itu perlu pembenahan sistem meningkatkan potensi ekonomi suatu kota dan
pergudangan dibarengi sinergisitas antara KAI membuatnya menjadi lebih makmur (Zhu, Diao, &
bersama pengusaha jasa ekspedisi untuk membuat Fu, 2016).
manajemen angkutan barang yang baik dan tertata
secara modern. Interaksi antar daerah terlihat pada kondisi fasilitas
yang tersedia pada transportasi beserta arus dari
Peran KAI Dalam Menunjang Aksesbilitas perpindahan manusia, barang dan juga jasa,
terpenuhinya (a) ketersediaan barang (availability of
Dalam kerangka pikir kebijakan pembangunan sarana goods), (b) stabilitas dan penyamaan harga
dan prasarana Bappenas dijelaskan bahwa percepatan (stabilizitation and equalization), (c) penurunan
pembangunan infrastruktur transportasi dilakukan harga (price reduction),(d) meningkatkan nilai tanah
secara terus menerus dalam rangka untuk (land value), (e) terjadinya spesialisasi antar
meningkatkan aksesbilitas dan keterhubungan antar wilayah (territorial divisionof labor), (f)
wilayah (domestic connectivity) guna mendukung berkembangnya usaha skala besar (large scale
pemerataan dan pengembangan wilayah. Memiliki production),dan (g) akan terjadinya urbanisasi dan
prioritas untuk memastikan distribusi barang konsentrasi penduduk (urbanization and population
berlangsung lancar, peningkatan saing produk concentration) pada kehidupan. Membuka peluang
nasional sektor riil melalui jasa dan informasi serta terjadinya pembangunan antar wilayah,
kerjasama pemerintah dan swasta (KPS). menghilangkan isolasi pada suatu wilayah,
mengurangi perbedaan antar wilayah. Sebagai
Jasa transportasi perintis di wilayah pedalaman dan gambaran diatas daerah dengan kondisi geografis
perbatasan, terpencil, dan public service obligation yang terpelosok, pinggiran memunculkan
(PSO) khusus perkeretaapian angkutan penumpang kesenjangan disebabkan keterjangkauan pelayanan
kelas ekonomi dan angkutan laut dengan begitu biaya sarana prasarana infrastruktur serta aksesbilitas
untuk menggunakan transportasi menjadi terjangkau belum memadai seperti Maja (wilayah Rangkas
dan murah. Dengan murahnya biaya transportasi Bitung-Merak) sehingga membutuhkan
penyebaran atau kegiatan ekonomi dapat lebih mudah biaya/ongkos, waktu tempuh dan hal lainnya yang
dilaksanakan dan jumlah penduduk yang dapat cukup merepotkan. Tetapi dengan terlayaninya jalur
didukung pada suatu wilayah akan bertambah besar tersebut oleh KRL sangat membantu masyarakat
dengan menungkatnya transportasi. Perbaikan setempat memperlancar aktivitasnya menuju ke/dari
transportasi diharapkan membuat area itu menjadi tempat tujuan serta menurunkan biaya akomodasi
lebih menarik dan adanya pergeseran pertumbuhan, mereka sehingga meningkatkan kesejahteraan dan
mempercepat pengembangan suatu area dalam produktifitas wilayah tersebut.
wilayah (Murlok, 1984). Selain itu, dengan
transportasi yang baik dan berlangsung lancar akan Hal serupa juga terjadi pada daerah Nambo yang
meningkatkan perkembangan kota-kota satelit dan berlokasi di sekitaran kecamatan Klapanunggal-
pemukiman pinggiran kota serta dapat menunjang Kabupaten Bogor dimana wilayah tersebut sudah 8
lapangan pekerjaan, kegiatan masyarakat, dan usaha. tahun tidak terlayani kereta tetapi dengan terlayani
Hal ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya jalur KRL mulai april 2015 memberikan place utility
kegiatan dan usaha perekonomian, bersama aktivitas dan time utility sehingga peningkatan pembangunan
disekitarnya. Meningkatnya kecepatan transportasi dapat berjalan. Ketersediaan infrastruktur kereta api
dan minimnya biaya akan menyebabkan pada tingkat nasional maupun regional guna
bertambahnya keberagaman ruang aktivitas manusia. pengembangan wilayah regional dan menunjang
Transportasi merupakan permintaan turunan (derived aksesbilitas perkotaan bersama daerah lintas batas
demand) yang ada karena permintaan akan komoditi wilayah perkotaan dalam hal ini DKI Jakarta dan
atau jasa lain. Transpotasi diturunkan dari; a) sekitarnya. Essential rail infrastructure endowment
kebutuhan seseorang untuk bergerak dan berpindah data available at national and regional level, Special
dalam melakukan aktivitasnya; b) kebutuhan untuk fokus on regional dimension, Assess accessibility of
memindahkan barang agar tersedia tempat yang cities and performance of cross-border connections
diinginkan (di tempat tujuan dan tempat asal). (Ackermans & Poelman, 2016). Aksesbilitas antara
wilayah baik tingkat nasional maupun regional,
Transportasi kereta api KRL khususnya di wiayah perkotaan dan sekitarnya atau lintas batas dapat
Jakarta memberikan dampak aksesbilitas yang meningkatkan pembangunan antar wilayah dengan
signifikan terhadap peningkatan produktivitas menginteraksikan antara jaring jalan dan tata guna
wilayah. Pada suatu peningkatan jalan/transportasi lahan yaitu berupa “konsep daerah lingkungan”.

6 Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur Transportasi…


Cakrawala-Jurnal Humaniora, Vol 19 No.1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629 E-ISSN 2579-3314

Dimana terdapat daerah untuk ruang lingkungan, REFERENSI


orang dapat melakukan aktivitas tempat tinggal,
bekerja, berbelanja dan lainnya melalui baik jaring- Ackermans, L., & Poelman, H. (2016). Towards
jaring jalan darat berupa jaring jalan ekspres, arteri Regional and Urban Indicators On Rail
ataupun jalan pengumpul. Interaksi tersebut dapat Passenger Services, Using Timetable
dihubungkan dengan transportasi jalan raya maupun Information.
kereta api antar wilayah atau daerah perkotaan. Bappenas. (2012). Bidang Sarana dan Prasarana, Bab
V RKP (p. BAB V).
Pada kereta api angkutan barang yang sebagian besar Creswell, J. W. (2013). Research Design:
terkait dengan para pengusaha angkutan dan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,
pengiriman barang corporate yaitu konteiner atau Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
peti kemas, semen, pupuk, dan lain-lain. Aksesbilitas Givoni, M., & Rietveld, P. (2007). The access journey
yang terwujud dengan menggunakan kereta api to the railway station and its role in passengers’
angkutan barang sangat erat terkait dengan sektor satisfaction with rail travel. Transport Policy,
ekonomi niaga. Keterhubungan antar wilayah masih 4(5), 357–365.
dikombinasikan dengan penggunaaan angkutan truk Iwarsson, S., Jensen, G., & Ståhl, A. (2000). Travel
karena lokasi stasiun kereta belum menjangkau chain enabler: Development of a pilot
sampai titik akhir tujuan barang. instrument for assessment of urban public bus
transport accessibility. Technology and
Pembangunan transportasi kereta api harus dibarengi Disability, 12, 3–12.
dengan pengembangan transportasi darat lainnya. Jakarta Dalam Angka 2014,” DKI Jakarta, 2014.
Pengembangan transportasi darat jalan raya [Online]. Available:
Jabodetabek telah bayak dilaksanakan akan tetapi https://jakarta.bps.go.id/publication/2014/10/2
kareana kondisi dan jumlahnya kurang memadai 1/bb081af3fabf3f5432c74056/jakarta-dalam-
maka masyarakat enggan menggunakannya, angka-2014.html.
ditambah keamanan serta kenyamanan, jadwal tidak Jensen, S., Iwarsson, S., & Ståhl, A. (2002).
teratur memperburuk kondisi transportasi yang Theoretical understanding and methodological
beroperasi di Jabodetabek. Kereta api sebagai challenges in accessibility assessments,
transportasi tulang punggung (back bone) harus focusing the environmental component: an
ditopang dengan sistem transportasi terintegrasi example from travel chains in urban public bus
moda lainnya yang sifatnya sebagai pengbhubung transport. Disability and Rehabilitation, 24(5),
(feeder) dari kereta api. Jaringan antar moda harus 231–241.
menyebar mencakup seluruh tempat-tempat tujuan Kadir, A. (2006). Transportasi: Peran Dan
masyarakat sehingga aksesbilitas antara tempat- Dampaknya dalam Pertumbuhan Ekonomi
tempat tersebut terwujud. Dengan kondisi sistem Nasional. Jurnal Perencanaan Dan
transportasi terkoneksi maka secara perlahan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau, 1(3),
masyarakat pasti beralih menggunakan transportasi 121–131.
umum tersebut. Kualitas stasiun dan fasilitas Murlok, E. K. (1984). Pengantar Teknik dan
akses/jalan ditemukan memiliki efek penting pada Perencanaan Transpotasi. Civil and Urban
persepsi umum bepergian dengan kereta api (Givoni Engineering Departement, University of
& Rietveld, 2007). Pennsylvania. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Panjaitan, P. (2001). Faktor Yang Mempengaruhi
Kemacetan. Program Pascasarjana Ketahanan
KESIMPULAN Nasional, Universitas Indonesia.
Peraturan Menteri no.43 tahun 2011 tentang Rencana
Transportasi kereta api sebagai transportasi umum Induk Perkeretaapian Nasional, Arah
massal telah memberikan peningkatan aksesbiitas Kebijakan dan Peran Perkeretaapian
dan keterhubungan antar wilayah guna mendukung Nasional,Strategi Investasi dan Pendanaan
pemerataan dan pengembangan wilayah. Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2009. Lalu Lintas
Transportasi kereta api KRL khususnya di wiayah dan Angkutan Kereta Api, Bab I Pasal 1 (1).
Jakarta memberikan dampak aksesbilitas yang PT. KAI. (2016). Profil PT.KAI. https://www.kereta-
signifikan terhadap peningkatan produktivitas api.co.id/ diakses pada Senin, 21 Maret 2016.
wilayah. Contoh nyata pada daerah Maja (wilayah Salim, A. A. (2012). Manajemen Transportasi,
Rangkas Bitung-Merak) yang terpelosok menjadi Cetakan ke-10. Jakarta: PT. Raja Grafindo
terakomodir aktivitas dan mobilitas kehidupannya. Persada.
Setijowarno, D., & Frazila, R. B. (2002). Pengantar
Rekayasa Dasar Transportasi. Bandung:
Teknik Sipil Universitas Katolik
Soegijapranata.
Sistranas. http://hubud.dephub.go.id/ diakses pada
1
Ketut Biomantara, 2Herdis Herdiansyah
7
Cakrawala-Jurnal Humaniora, Volume 19 No. 1 Maret 2019
P-ISSN 1411-8629, E-ISSN: 2579-3314

Selasa, 25 November 2014. (n.d.).


Susanto, B. (2013). Transportasi dan Investasi,
Tantangan dan Perspektif Multidimensi.
Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Utomo, S. H. T. (2004). Jalan Rel, Ed. Revisi.
Yogyakarta: Beta Offset Perum Fakultas
Teknik UGM.
Zhu, Y., Diao, M., & Fu, G. (2016). The Evolution Of
Accessibility Surface Of China In The High-
Speed-Rail Era. Environment and Planning A:
Economy and Space, (48), 2108–2111.

PROFILE PENULIS
Ketut Biomantara adalah magister dari ketahanan
nasional program Pascasarjana Universitas
Indonesia
Herdis Herdiansyah adalah staf pengajar dari Sekolah
Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia yang
mendalami isu-isu sosial dalam kajan
lingkungan.

8 Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur Transportasi…

You might also like