Jurnal Handover Keperawatan
Jurnal Handover Keperawatan
Jurnal Handover Keperawatan
Abstract
Keywords: A pandemic presents a condition of its own service, including in the
drug administration, implementation of handovers between shifts. Handover between shifts is not
nurse, nursing good for patients who are well cared for, handing over medication by
handover, pandemic nurses and restoring safety. The purpose of this study was to identify the
relationship between shifts received and the management of drug
administration by nurses. This study used a quantitative method using an
analytic-correlational design with a cross sectional approach. Sampling
with proportional random sampling technique was obtained as many as 152
samples. The questionnaire used is an electronic questionnaire with the
instrument variable handover between shifts r count> 0.381 and the
instrument variable for drug administration by nurses with r count> 0.322.
The results found that there is a relationship between the handover between
shifts and the management of drug administration by nurses. Factors that
have a significant effect are recent education and objective communication
between nurses. The strategy that nursing managers can do during a
pandemic is to optimize risk management arrangements and arrangements
to address patient safety issues.
Abstrak
Kata kunci : Masa pandemi menghadirkan suatu kondisi pelayanannya sendiri, termasuk
masa pandemi, dalam pelaksanaan serah terima antar shift. Serah terima antar shift yang
pengelolaan pemberian kurang baik berpotensi menganggu pengelolaan pemberian obat oleh
obat, perawat, , serah perawat serta munculnya insiden keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini
terima untuk mengidentifikasi hubungan serah terima antar shift dengan
pengelolaan pemberian obat oleh perawat. Penelitian menggunakan metode
kuantitatif menggunakan rancangan analitic-correlational dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik
proportional random sampling didapatkan sampel sebanyak 152 sampel.
Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner elektronik dengan
instrument variabel serah terima antar shift r hitung > 0,381 dan instrument
variabel pengelolaan pemberian obat oleh perawat dengan r hitung > 0,322.
Hasil penelitian ada hubungan yang bermakna antara serah terima antar shift
dengan pengelolaan pemberian obat oleh perawat. Faktor yang memiliki
pengaruh signifikan adalah pendidikan terakhir dan komunikasi yang
obyektif antar perawat. Stategi yang dapat dilakukan manajer keperawatan
dimasa pandemi adalah dengan mengoptimalkan meotede supervisi dan
penyusunan manejemen risiko untuk mengatasi potensi masalah
keselamatan pasien.
*E-mail: amaliacahya.thesis@gmail.com
1. Pendahuluan tinggi. Terdapat hanya 2% prosedur
pemberian obat yang tidak berpotensi
Tahun 2020 menjadi tahun dengan menimbulkan insiden keselamatan pasien.
perubahan drastis bagi hampir seluruh Analisis biaya yang dibutuhkan terhadap
penduduk dunia, pasalnya mulai potensi insiden keselamatan pasien ini
diumumkannya Pandemi Covid-19 yang mencapai € 10.171 atau senilai 165 juta
menimbulkan banyak korban dan menebar rupiah (A.A. Alghamdi, R.N. Keers, A.
ketakutan. Awal Maret 2020 tercatat Sutherland, 2019). Studi yang dilakukan
90.000 kasus Covid – 19 terkonfirmasi di negara – negara asia tenggara
dilaporkan dari 73 negara di dunia, wabah didapatkan 17 studi yang membahas
meluas di kawasan Italia Utara ini juga ketepatan pemberian obat, 5 studi di
resmi membuat pemerintah setempat Singapura, 4 studi di Malaysia, 3 studi di
menutup 11 kota dan memberikan Thailand dan 3 studi di Vietnaam, 1 studi
hukuman penjara bagi negara yang di Filipina dan 1 studi di Indonesia hal ini
melanggar (Yang et al., 2020). Indonesia menggambarkan prevalensi kejadian yang
sendiri pada tanggal 30 Juli 2020 tercatat cukup tinggi (Salmasi et al., 2015).
104.432 kasus terkonfirmasi positif
Covid-19 (Kesehatan, 2020). Perjuangan Potensi insiden keselamatan pasien akibat
dimasa pandemi ini menempatkan perawat pengelolan pemberian obat yang tidak
sebagai pemain di garis depan dengan efektif oleh perawat merupakan isu yang
tanggung jawab asuhan keperawatan yang penting. Isu pengelolaan pemberian obat
tetap aman sesuai keselamatan pasien dan di Indonesia disebutkan mencapai 24,8%
tetap mempertahankan advokasi terhadap atau menduduki peringkat pertama dari 10
sumber data pasien (Jackson et al., 2020). hal yang menyebabkan insiden
keselamatan pasien menurut data
Peran perawat dalam penanganan pandemi Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI)
Covid-19 memiliki arti yang cukup besar (Sriwijaya & Gloria, 2017). Penelitian lain
dalam pelayanan kesehatan yang menyebutkan bahwa kesalahan pemberian
diberikan. Perawat memberikan perawatan obat pada pelayanan kesehatan di
langsung pada pasien terkonfirmasi Indonesia mencapai 11% dari total
Covid-19, menjadi tim cepat tanggap dan tindakan pemberian obat (Oktarlina &
membantu mengelola sistem manajemen Wafiyatunisa, 2017). Salah satu Rumah
yang ada selama masa pandemi dengan Sakit X di Tangerang berdasarkan hasil
kompetensi dan keahliannya (Jackson et observasi peneliti pada bulan April 2020
al., 2020). Asuhan keperawatan yang pengelolaan pemberian obat oleh perawat
diberikan tidak bisa dipandang remeh, belum tercapai secara optimal. Hasil
karena justru dengan fungsi asuhan pemantauan tim KPRS Rumah Sakit
keperawatan ini mampu mendukung swasta di Tangerang selama triwulan I
pelayanan pencegahan penyebaran Covid- periode Januari – Maret 2020 didapatkan
19 (L. Huang et al., 2020). Salah satu pengelolaan obat pasien jenis high alert di
bentuk implementasi yang dikerjakan unit rawat inap nilai capaian 85%,
adalah pengelolaan pemberian obat. kepatuhan double check pada pemberian
obat 96%, ketepatan penulisan resep
Pengelolaan pemberian obat yang tepat online pada SIMRS capaian 97%,
dapat meminimalkan dampak insiden kepatuhana monitoring pada pemberian
keselamatan pasien. Penelitian di rumah terapi cairan konsentrat tinggi 73% dan
sakit Dublin Irlandia melibatkan 60 orang kepatuhan pemberian label obat high alert
pasien di dapatkan bahwa 38% prosedur capaian 77% dengan target capaian 100%.
pemberian obat berpotensi menimbulkan
insiden keselamatan pasien berskala kecil. Serah terima antar shift sebagai bentuk
Potensi insiden keselamatan pasien komunikasi efektif memegang peranan
berskala sedang sebesar 59% prosedur penting dalam pencapaian keselamatan
pemberian obat dan 1% memiliki potensi pasien. Analisis yang sama juga
insiden keselamatan pasien dengan skala disampaikan melalui hasil penelitian di
ruang perawatan perioperatif pada rumah sudah tidak aktual serta
sakit di Amerika Latin bahwa komunikasi mendokumentasikannya. Observasi
antar perawat memegang kendali besar peneliti menemukan SPO yang berlaku di
bagi kesinambungan pelayanan termasuk rumah sakit tersebut telah mengatur
pengelolaan pemberian obat (Sabet mengenai serah terima antar shift berbasis
Sarvestani et al., 2015). Perawat asuhan keperawatan. Pengawasan dan
dinyatakan mampu memberikan asuhan supervisi dari kepala divisi keperawatan
keperawatan yang tepat bila mampu telah dilakukan sebagai upaya optimalisasi
menjadi prediktor positif melalui pelaksanaan SPO.
kemampuan komunikasi yang efektif
(Sillero-Sillero & Zabalegui, 2019). Penerapan asuhan keperawatan dalam serah
terima antar shift belum kontinyu dilakukan
Pelaksanaan serah terima antar shift belum dalam pelayanan keperawatan. Sedangkan
merujuk pada asuhan keperawatan sebagai kekuatan utama dari serah terima antar shift
dasar keilmuan dan profesi perawat. Studi adalah kompetensi perawat dalam
pendahuluan di rumah sakit X di memahami masalah dan menentukan
Tangerang pada bulan April 2020 asuhan keperawawatan secara berkelanjutan
melibatkan 46 perawat mengambarkan pada pasien – pasien yang ditangani (Hada
serah terima antar shift masih belum et al., 2019). Pengembangan kemampuan
konsisten menggunakan metode SBAR konstekstual dalam menentukan intervensi
sebesar 10,9%. Jumlah persentase yang keperawatan menjadi hal yang mendasar
sama yaitu 10,9% perawat belum dalam penerapan serah terima antar shift.
konsisten menyampaikan masalah Upaya pengembangan metode serah terima
keperawatan dan rencana tindak lanjut yang sudah ada selama ini menjadi sebuah
sesuai asuhan keperawatan yang diangkat. tantangan besar dalam pengelolaan
Sebanyak 28,3% perawat belum konsisten pemberian obat oleh perawat (Kerr et al.,
dalam menyampaikan diagnosa 2016).
keperawatan yang sudah teratasi atau yang
2. Metode
Gambaran serah terima antar shift dinilai baik bila cut off point > 111,76 atau
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya berada pada 88%. Subvariabel yang dinilai
adalah komunikasi yang obyektif, menunjukan bahwa komunikasi yang
pemahaman terminologi keperawatan, obyektif antar perawat 67,11 % kategori
kemampuan intepretasi medical record, kurang, pemahaman tentang terminologi
kemampuan observasi dan analisis pasien keperawatan 62,5% kategori kurang,
serta pemahaman prosedur klinik. kemampuan intepratasi medical record
Gambaran karakteritik pada tabel. 1 56,57% kategori kurang, kemampuan
menggambarkan secara umum serah terima observasi dan analisa terhadap kondisi
antar shift yang berjalan masih dalam pasien 77,64% kategori kurang dan
kategori kurang. Berdasarkan definisi pemahaman perawat terhadap prosedur
operasional ditentukan bahwa variabel klinik 68,42% kategori kurang.
Tabel 1. Gambaran Serah Terima antar shift (n=152)
Hasil analisis univariat pada varibel point > 121, 46 atau diatas 87%.
dependen pengelolaan pemberian obat oleh Subvariabel pengelolaan benar obat
perawat dibedakan mejadi subvariabel dikategorikan kurang 68,43%, benar dosis
benar obat, benar dosis, benar waktu, benar dikategorikan kurang 65,14%, benar waktu
pasien, benar rute dan benar dokumentasi. dikategorikan baik 87,50%, benar pasien
Gambaran pengelolaan pemberian obat oleh dikategorikan kurang 84,50%, benar rute
perawat secara umum pada tabel 2. masih dikatgorikan kurang 55,27%. Gambaran
kurang. Berdasarkan definisi operasional pengelolaan benar dokumentasi
variabel dikategorikan baik dengan cut off dikategorikan kurang sebesar 51,97%.
Tabel 4. Hubungan serah terima antar shift dengan pengelolaan pemberian obat oleh perawat
(n=152)
Pengelolaan Pemberian Obat
Serah Terima antar p
OR (CI95%)
shift value
kurang (f,%) baik(f,%)
Komunikasi yang 1 ,000
obyektif 2,887
Kurang 8 (40%) 12 (60%) (1,370-4,951)
Baik 16 (12,1%) 116 (87,9%)
Pemahaman 1 ,000
terminologi 1,043
keperawatan (0,642-2,225)
Kurang 9 (19,5%) 37 (80,5%)
Baik 18 (16,9%) 88 (83,1%)
Kemampuan 1
intepretasi medical 0,637 ,007
record (0,336-1,951)
Kurang 24 (51,1%) 23 (48,9%)
Baik 16 (15,3%) 89 (84,7%)
Kemampuan 1 ,000
observasi dan 2,152
anailisa pasien (1,114-4,316)
Kurang 42 (82,3%) 9 (17,7%)
Baik 26 (25,7%) 75 (74,3%)
Pemahaman 1 ,000
prosedur klinik 1,668
Kurang 2 (8%) 22 (92%) (0,934-3,216)
Baik 31 (24,2%) 97 (75,8%)
Analisis yang digunakan untuk mengetahui Subvariabel tersebut adalah tingkat
faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan, jejang karir, komunikasi yang
pengelolaan pemberian obat adalah anilisis obyektif, pemahaman terminologi
multivariat. Tahapan analisis multivariat keperawatan, kemampuan intepreetasi
menggunakan uji regresi logistik berganda medical record, kemampuan observasi dan
diawali dengan seleksi kandidat pemodelan, analisa pasien serta pemahaman prosedur
memilih variabel dalam pemodelan, klinik. Ketujuh variabel kandidat yang
identifikasi linearitas variabel numerik dan masuk pemodelan multivariat akan di uji
memeriksa interaksi variabel kedalam dengan uji awal multivariat. Variabel yang
model. Analisis multivariat ini diawali memiliki p> 0.05 akan dikeluarkan dari
dengan analisis bivariat untuk menentukan daftar. Nilai ini dimulai dengan variabel
kandidat variabel yang akan diuji. Analisis dengan p yang paling besar. Berdasarkan
bivariat didapatkan hasil p> 0,25 maka hasil uji multivariat pemodelan awal
variabel tersebut dapat masuk dalam model didapatkan bahwa variabel tingkat
multivariat. Variabel yang dimakasud pendidikan dan komunikasi yang obyektif
meliputi karakteristik perawat dan varibel memiliki p< 0,05.
serah terima antar shift. Analisis bivariat
dapat kita lihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil seleksi kandidat variabel kaakteristik perawat dan serah terima antar shift.
Variabel / Subvariabel p
Umur 0,360
Jenis Kelamin 0,277
Tingkat Pendidikan 0,165*
Jenjang Karir 0,085*
Lama Kerja 0,887
Pelatihan 0,824
Komunikasi yang obyektif 0,000*
Pemahaman terminologi keperawatan 0,000*
Kemampuan intepretasi medical record 0,007*
Kemampuan observasi dan anailisa pasien 0,000*
Pemahaman prosedur klinik 0,000*
Tabel 6. Pemodelan akhir variabel yang berhubungan dengan pengelolaan pemberian obat
4. Pembahasan
Serah terima antar shift keperawatan adalah pandemi ini juga merubah kebiasaan serah
fase penting dalam proses perawatan pasien terima antar shift yang melibatkan pasien,
karena menyangkut dengan kompetensi serah terima yang dilakukan di samping bed
perawat dalam mempertahankan asuhan pasien dengan melibatkan pasien dan
keperawatan yang efektif dan melindungi keluarga dinilai mampu meningkatkan
keselamatan pasien khususnya di masa efektifitas serah terima (Bressan et al.,
pandemi. Komunikasi yang efektif sebagai 2020). Hal tersebut justru kini dihindari
point penting dalam serah terima juga dengan tujuan meminimalkan kontak dan
menjadi perhatian bagi pelaksanaan serah mencegah paparan virus corona.
terima yang optimal. Kepala ruangan
seharusnya memiliki peran yang sangat Faktor – faktor yang mempengaruhi serah
kuat dalam melakukan pengarahan terkait terima antar shift diantaranya komunikasi
kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk yang obyektif antar perawat 67,11 % dinilai
pengarahan terhadap kualitas layanan di baik, pemahaman tentang terminologi
unit yang dipimpin. (Oxelmark, L., et all., keperawatan 62,5% dinilai baik,
2019., Evaluation, I., 2016). Kondisi kemampuan intepratasi medical record
56,57% dinilai baik, kemampuan observasi monitoring namun juga media memberikan
dan analisa terhadap kondisi pasien 77,64% motivasi kepada perawat di masa pandemi.
dinilai baik dan pemahaman perawat
Pasien yang merasa lebih aman ketika
terhadap prosedur klinik 68,42% dinilai
dilakukan serah terima disamping tempat
baik. Hasil tersebut menunjukan masih ada
tidur pada masa pandemi akan berkurang.
faktor – faktor serah terima antar shift yang
Hasil studi pada 1308 pasien dan 909
berada di bawah 70%. Kondisi ini
perawat mendapatkan hasil yang berbeda
memungkinkan risiko munculnya masalah
dimana pasien merasa lebih aman dan
terkait insiden keselamatan pasien (Carayon nyaman saat serah terima dilakukan di
& Gurses, 2017). Merujuk pada JCI bahwa samping tempat tidur sedangkan perawat
serah terima antar shift yang baik lebih memilih serah terima di lokasi
mempengaruhi pengendalian angka insiden terpisah untuk dapat mengkomunikasikan
keselamatan pasien di rumah sakit (Joint, hal-hal yang menyangkut privasi pasien
2017). (Oxelmark et al., 2020). Sisi lain
Kemampuan intepretasi medical record penanganan pasien Covid-19 dengan
mendapat nilai dibawah faktor yang lain meminimalkan paparan harus diaga oleh
dan perlu pehatian khusus dalam perawat dalam upaya melindungi pasien
implementasi. Hasil konsensus di dan perawat yang bertugas tentunya kondisi
Switzeland menyampaikan serah terima ini memunculkan dilema etik dalam
antar shift yang efektif didukung oleh pelayanan (Buheji & Buhaid, 2020).
kemampuan mengitepretasikan medical Perawat melakukan pengelolaan pemberian
record mencapai ≥ 70 % (Verloo, 2020). obat tanpa didestruksi dengan berbagai
Perawat dimasa pandemi menjadi kunci tugas saat melaksanakan pemberian obat.
dalam penyampaian informasi yang sesuai Gambaran pengelolaan pemberian obat
dan jelas, perawat juga harus mampu pada penelitian ini pengelolaan benar obat
meredam issue yang menyebabkan dinilai kurang 68,43%, benar dosis dinilai
penanganan pasien dengan Covid-19 kurang 65,14%, benar waktu dinilai baik
terhambat (Schwerdtl et al., 2020). Artinya 87,50%, benar pasien dinilai kurang
bahwa kemampuan intepretasi medical 84,50%, benar rute dinilai kurang 55,27%.
record yang baik mempengaruhi peran Gambaran pengelolaan benar dokumentasi
perawat dalam memberikan asuhan dinilai kurang sebesar 51,97%. Angka
keperawatan yang bermutu di masa tersebut menggambarkan mungkinnya
pandemi. muncul risiko dalam pengelolaan
Hasil uji univariat yang menyatakan serah pemberian obat.
terima antar shift masih kurang dapat
Pengelolaan pemberian obat oleh perawat
disebabkan dengan kondisi pandemi yang
membutuhkan kompetensi yang baik dalam
terjadi. Perawat dengan kompetensi serah
pelayanan keperawatan. Perawat harus
terima antar shift yang baik menjadi
memperhatikan metode benar obat, benar
menurun karena perhatiannya terfokus pada
dosis, benar waktu, benar pasien, benar rute
kondisi pasien – pasien yang mungkin
dan benar dokumentasi harus dibuktikan
terdiagnosa Covid-19. Awal masa pandemi
dengan adanya regulasi yang mengatur dan
perawat juga merasa ketakutan akan
bukti pemantauan dalam pelayanan
kemungkinan terpapar virus corona,
ketakutan itu menyebabkan konsentrasi keperawatan (Komisi Akreditasi Rumah
pada komunikasi yang efektif berkurang. Sakit, 2019). Perawat dituntuk memiliki
Upaya untuk tetap mempertahankan kemampuan yang dinamis dan penyesuaian
indikator mutu pelayanan dan keselamatan yang cepat menghadapi masa pandemi
pasien bisa dilakukan dengan Covid-19 dengan tuntutan yang tinggi
mempertahankan peran supervisi dari perawat tetap harus menjaga pelayanan
manager keperawatan. Supervisi dilakukan yang berfokus pada keselamatan pasien
bukan hanya sebagai media evaluasi dan (Buheji & Buhaid, 2020). Kondisi ini tidak
mudah dan mampu meningkatkan teekanan
emosional pada perawat.
Meminimalkan gangguan, interupsi atau pendidikan yang tinggi memiliki
hal-hal lain yang dapat mengganggu kemampuan untuk menyelesaikan
kondisi lingkungan yang kondusif sehingga masalahnya lebih cepat dan efektif
konsentasi perawat tidak terpecah saat dibandingkan dengan tingkat pendidikan
pemberian obat dan keamanan pemberian yang lebih rendah (Koy et al., 2016).
obat terjaga sehingga metode 6 benar dalam Tingkat pendidikan sendiri sangat
pemberian obat terlaksana dengan baik signifikan terhadap kemampuan kerja
(Salmasi, S., Khan, T. M., Hong, Y. H., perawat, dengan tingkat pendidikan setara
Ming, L. C., & Wong, T. W., 2015). sarjana keperawatan memiliki kemampuan
Elemen penilaian Standar Keselematan untuk mempertahankan keselamatan pasien
Pasien (SKP) 3 menyampaikan bahwa hingga 72, 8% (Mira et al., 2019). Merujuk
pengelolaan pemberian obat mengacu pada pada penelitian diatas maka tingkat
benar pasien, benar dosis, benar waktu, pendidikan menjadi peluang sekaligus
benar obat, benar rute dan benar ancaman bila tidak dilakukan alokasi dalam
dokumentasi tidak dapat di toleransi peningkatan pendidikan perawat.
(Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2019).
Gambaran jenjang karir mayoritas perawat
Gambaran umur perawat pada penelitian ini merupakan PK 2 73,0%. Jenjang karir
berada di rentang 34 – 39 tahun. Perawat merupakan suatu proses yang terjadi secara
dalam peneltian ini berada dalam rentang berulang dan kontinyu, bukan merupakan
usia dewasa dan mampu dengan mudah proses yang ketika sudah tercapai maka
menerima perkembangan teknologi dalam proses tersebut berhenti (Van Hoek &
pelayanan keperawatan (Mira et al., Schultz, 2013). Proses jenjang karir secara
2019).Robbins & Judge, (2017) organisatif merupakan langkah formal yang
menyatakan bahwa pada fase umur dewasa harus dilakukan untuk mempertahankan staf
seseorang akan lebih mamapu dengan kualifikasi dan pengalaman sesuai
mempertahankan kualitas kerja dan mampu kebutuhan area kerja (Yasmi & Thabrany,
bersaing secara sportif. Memiliki perawat 2015). Hasil penelitian menggambarkan
dalam rentang usia ini menjadi sebuah bahwa dominasi jenjang karir yang belum
peluang dalam pengembangan pelayanan menyebar rata merupakan gambaran
keperawatan. hambatan perkembangan kompetensi
perawat. Perawat dengan PK IV dan PK V
Gambaran jenis kelamin di dominasi oleh belum ada, hal ini merupakan kesempatan
perempuan yaitu sebesar 96,7%. Perawat dalam pengembangan jenjang karir terlebih
perempuan dikenal lebih rapi dan detail pada penanganan pasien Covid-19
dalam pekerjaan namun penelitian membutuhkan perawat dengan level
menyebutkan perawat laki – laki dan kompetensi yang tinggi (Jackson et al.,
perempuan memiliki kemampuan yang 2020).
sama terkait cara memahami proses
pembejaran, daya ingat, kemampuan Gambaran lama kerja perawat kurang lebih
penalaran, kreativitas, dan 10 tahun atau berada dalam rentang 9-11
kecerdasan(Kalisch, Lee, & Rochman, tahun. Berdasarkan penelitianCarayon &
2010). Perawat laki – laki dan perempuan Gurses, (2017) menunjukkan hasil
memiliki kecendungan yang sama dalam hubungan yang bermakna antara lama kerja
menyelesaikan tugas dan tanggungjawab dengan aplikasi keselamatan pasien karena
asuhan keperawatan (Jansette, 2016). perawat dengan lama kerja melebihi 5 tahun
Sehingga mayoritas perawat perempuan cukup berkomitmen terkait absensi
yang ada bukan menjadi halangan dalam kehadiran yang memastikan risiko insiden
peningkatan kualitas serah terima antar keselamatan pasien jauh lebih minimal.
shift. Lama kerja diatas 5 tahun juga
menggambarkan tingkat turn over yang
Gambaran tingkat pendidikan mayoritas rendah yang mampu memberikan dukungan
Diploma 3 Keperawatan sebesar 76,3%. positif terhadap kinerja manajemen (Dewi,
Memungkinkan perawat dengan tingkat
2011). Perlu diwaspadai munculnya keselamatan pasien. Informasi yang
kemungkinan burn out pada perawat disampaikan mengacu pada keselamatan
dengan lama kerja diatas 5 tahun yang pasien dengan kemampuan intepretasi
memungkinkan kinerja menurun. Peran medical record yang masih kurang
manajer keperawatan sangat penting dalam kemungkinan insiden keselamatan pasien
melakukan mapping terkait perawat yang dan tidak tercapainya tujuan serah terima
sudah bekerja lebih dari 5 tahun. antar shift menjadi masalah yang serius
(Oxelmark et al., 2019). Sesuai dengan
Gambaran pelatihan pengelolaan pemberian penelitian Alrajhi et al. (2018)
obat sudah pernah diikuti oleh 78,3% menyebutkan komunikasi yang dapat
perawat. Pelatihan yang diikuti memiliki meningkatkan nilai interaksi antar perawat
dampak signifikan bagi perawat untuk dan memperjelas pesan, merangkum
mempertahankan kualitas kinerja dan beberapa aspek penting dan mampu
keterampilan individu (Sneck et al., 2016). menangani beberapa hambatan yang terjadi.
Penelitian yang dilakukan di rumah sakit Sehingga meminimalkann risiko insiden
swasta di kota medan juga menemukan keselamatan pasien.
bahwa pelatihan memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kinerja perawat (Ermi Penelitaian ini dalam uji multivariat awal
Girsang, Ali Napiah Nasution, 2019). Perlu didapatkan tujuh variabel dengan p < 0,05
diingat adalah refresing dari pelatihan yang yang mempengaruhi pengelolaan
telah diikuti untuk mempertahankan pemberian obat yaitu tingkat pendidikan,
kompetensi yang dimiliki oleh perawat. jejang karir, komunikasi yang obyektif,
Pandemi Covid-19 ini juga menjadi pemahaman terminologi keperawatan,
pertimbangan apakah perawat kemampuan intepreetasi medical record,
membutuhkan pelatihan ulang terkait kemampuan observasi dan analisa pasien
pengelolaan pemberian obat pada pasien serta pemahaman prosedur klinik. Artinya
infeksi pernafasan di masa pandemi. tujuh variabel ini merupakan komponen
Mengingat di fase awal pandemi hampir yang perlu diperhatikan oleh manajer
seluruh tim yang terlibat belum pernah keperawatan dalam mencapai tujuan
disiapkan untuk pelatihan khusus (Buheji & pelayanan keperawatan yang baik
Buhaid, 2020). keperawatan (Chang, Yang, & Yuan, 2014).
Pengembangan kompetensi profesional staf
Hasil penelitian didapatkan hubungan yang keperawatan dapat menjadi strategi dalam
bermakna antara serah terima antar shift mengoptimalkan variabel diatas (Huang et
dengan pengelolaan pemberian obat. al., 2019; Brownie et al., 2018). Khususnya
Hubungan bermakna ini ditunjukan dari p> variabel jenjang karir dan tingkat
0,001. Ada hubungan namun tidak pendidikan yang mempenagruhi secara
bermakna antara kemampuan intepretasi langsung kompetensi seorang perawat.
medikal record dengan pengelolaan
pemberian obat oleh perawat. Perawat Pemodelan akhir anaslisis multivariat
dengan pengelolaan pemberian obat yang didapatkan perawat dengan tingkat
baik memiliki pemahaman terminologi pendidikan lebih tinggi mempunyai
keperawatan yang kurang sebesar 80,5%. pengelolaan pemberian obat 3,3 kali lebih
Perawat dengan pengelolaan pemberian baik dibandingan dengan perawat yang
obat yang kurang memiliki kemampuan pendidikannya lebih rendah. Sesuai dengan
intepretasi medical record sebesar 51,1%. penelitian terdahulu yang menyatakan
Perawat dengan pengelolaan pemberian tingkat pendidikan yang tinggi memiliki
obat yang baik memiliki pemahaman kemampuan untuk menyelesaikan
prosedur klinik yang kurang sebesar 92%. masalahnya lebih cepat dan efektif
dibandingkan dengan tingkat pendidikan
Dampak positif tercapainya komunikasi yang lebih rendah (Koy et al., 2016).
yang efektif antar sesama perawat dalam
Manjer keperawatan dapat mengoptimalkan
serah terima antar shift adalah tercapainya
bagian ini dengan melakukan
kualitas pelayanan mengacu dalam standar
pengembangan pendidikan baik secara
informal dengan pelatihan – pelatihan yang disampaikan(Graan et al., 2016). Teori
seusai atau dengan menagadakan program tersebut termasuk dalam penyampaian
pendidikan formal (Huang et al., 2019; program pengelolaan pemberian obat oleh
Brownie et al., 2018). perawart. Selaras dengan hasil penelitian
diatas bahwa komunikasi yang obyektif
Perawat dengan komunikasi yang obyektif
memungkinkan informasi yang relevan
memiliki pengelolaan pemberian obat 4 kali
terakait perkembangan pasien termasuk
lebih baik dibandingkan perawat yang
pengelolaan pemberian obat tersampaikan
komunikasi obyektifnya kurang. Serah
dengan baik (David et al., 2018). Supervisi
terima adalah suatu cara dalam
dari manajer keperawatan untuk
menyampaikan suatu laporan yang
memastikan komunikasi dalam serah terima
berkaitan dengan keadaan pasien
antar shift berjalan dengan baik menjadi
komunikasi yang obyektif memudahkan
salah satu strategi dalam mengoptimalkan
lawan bicara untuk mengetahui pesan yang
pelayanan keperawatan.
5. Kesimpulan
Gambaran serah terima antar shift dalam Berdasarkan hasil uji statistik antara serah
penelitian ini dikategorikan kurang. terima antar shift dengan pengelolaan
Gambaran pengelolaan pemberian obat pemberian obat oleh perawat memiliki
dengan metode enam benar dalam hubungan yang bermakna. Artinya serah
penelitian ini dikategorikan kurang. terima antar shift yang baik memberikan
Karakteristik perawat yang melakukan dampak pengelolaan pemberian obat oleh
serah terima antar shift secara umum berada perawat yang baik pula. Penelitian diatas
di rentang umur 34 – 39 tahun masuk dalam juga menemukan bahwa faktor pendidikan
rentang usia dewasa, mayoritas berjenis terakhir dan komunikasi yang obyektif
kelamin perempuan dengan sebagian besar antar perawat sangat berpengaruh pada
berpendidikan diploma 3 keperawatan. pengelolaan pemberian obat. Perlu
Perawat yang melakukan serah terima antar diperhatikan kemungkinan gambaran yang
shift termasuk perawat – perawat senior terjadi merupakan dampak dari masa
dengan masa kerja dalam rentang 9 – 11 pandemi. Manajer keperawatan juga perlu
tahun dan berada pada jenjang karir PK II. mengkaji ulang sisi pendidikan perawat dan
Kompetensi perawat dalam pengelolaan kredensial kompetensi perawat dalam
pemberian obat dibuktikan terdapat 78,3% pelayanan khusus masa pandemi Covid-19.
perawat pernah mengikuti pelatihan terkait Pencapaian komunikasi yang efektif
pengelolaan pemberian obat. melalui serah terima antar shift pada
pelayanan pasien Covid-19 tidak lepas dari
peran supervisi dan controlling manajer
keperawatan.
Referensi https://doi.org/10.1002/pds.4732