Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Komunikasi Dakwah Melalui Media Sosial: Dudung Abdul Rohman

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Tatar Pasundan

Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung


ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019: 121-133

KOMUNIKASI DAKWAH MELALUI MEDIA SOSIAL


Dudung Abdul Rohman
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Bandung
Jl. Soekarno Hatta No. 716 Bandung
Email: dungrahmani@yahoo.com

Abstract
Today preaching activities through social media are very widespread and attract the attention of all
parties. So that prachers are popular on social media whom can shifting the preachers conventionally
popular among the people. Then came the social media such as Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat,
and Evie Effendi. In this case, it is certainly interesting to examine da'wah communication activities
through social media. The research method used is qualitative-descriptive which seeks to describe how
da'wah communication activities through social media that have been going on so far. While the data
collection technique uses library research that uses relevant books as primary and secondary data
sources. This research produces a picture, that da'wah communication activities through social media
are related to patterns of social interaction, persuasive patterns, and ethos factors or the attractiveness
of da'wah activities through social media. If da'wah activities through social media want to be
effective and interesting, then they must pay attention to these patterns well. This has been proven by
Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat and Evie Effendi in his missionary communication activities
through social media. Their da'wah activities are seen as effective and attractive, because they pay
attention to patterns of social interaction, persuasive patterns, and ethos and attractiveness in the
missionary activities.

Abstrak
Dewasa ini aktivitas dakwah melalui media sosial sangat marak dan menyedot perhatian
semua pihak. Sehingga memunculkan dai-dai yang populer di media sosial yang dapat
menggeser dai-dai yang secara konvensional sudah populer di tengah-tengah masyarakat.
Maka muncullah dai-dai medsos seperti Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat, dan Evie
Effendi. Dalam hal ini, tentunya menarik untuk meneliti aktivitas komunikasi dakwah
melalui media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif yang
berusaha untuk menggambarkan bagaimana aktivitas komunikasi dakwah melalui media
sosial yang berlangsung selama ini. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan
library research yang menggunakan buku-buku yang relevan sebagai sumber data primer
dan skundernya. Penelitian ini menghasilkan suatu gambaran, bahwa aktivitas komunikasi
dakwah melalui media sosial itu menyangkut pola interaksi sosial, pola persuasif, dan
faktor ethos atau daya tarik dari aktivitas dakwah melalui media sosial tersebut. Jika
aktivitas dakwah melalui media sosial itu ingin efektif dan menarik, maka harus
memperhatikan pola-pola tersebut secara baik. Hal ini sudah dibuktikan oleh Ustadz Abdul
Somad, Adi Hidayat, dan Evie Effendi dalam aktivitas komunikasi dakwahnya melalui
media sosial. Aktivitas dakwah mereka dipandang efektif dan menarik, karena
memperhatikan pola interkasi sosial, pola persuasif, dan ethos serta daya tarik dalam
aktivitas dakwah tersebut.

PENDAHULUAN kapanpun dan di manapun. Informasi-


Media informasi dan komunikasi informasi berseliweran begitu cepatnya.
terus berkembang dengan pesat. Sekarang Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
ini siapapun dapat berkomunikasi belahan bumi manapun dapat segera
Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

diketahui. Dalam hitungan detik tinggi dibandingkan dengan negara-


informasi dan peristiwa yang terjadi dapat negara lainnya di dunia. Berdasarkan
disaksikan oleh penduduk bumi. Dunia laporan Tetra Pak Index 2017 yang belum
yang dikatakan luas dan lebar dilipat lama diluncurkan, bahwa tercatat ada
menjadi global village (desa global) yang sekitar 132 juta pengguna internet di
terbuka untuk semua akibat kecanggihan Indonesia, dan hampir setengahnya
teknologi informasi dan komunikasi. adalah penggila media sosial, atau
Benar kata futurolog Alvin Toffler berkisar di angka 40%.
sebagaimana dikutip Marwah Daud Kemudian terdapat data lain yang
Ibarahim (1994), bahwa manusia sekarang diungkap oleh Asosiasi Penyelenggara
ini memasuki gelombang ketiga yang Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam hasil
ditandai dengan era kecanggihan surveinya, bahwa ada tiga (3) media sosial
teknologi informasi dan komunikasi yang yang paling banyak dikunjungi. Menurut
mencengangkan dunia. survei tersebut, Facebook berada di posisi
Ini menandai berkembangnya pertama sebagai media sosial yang paling
generasi millenial zaman now yang akrab banyak menyedot pengguna internet
dengan media informasi. Mulai dari Indonesia, dengan 71,6 juta pengguna (54
teknologi informasi berupa telephone, terus persen). Kemudian di tempat kedua,
handphone, dan sekarang melompat ke media sosial untuk berbagi foto dan video
smartphone (telepon pintar). Inilah era pendek Instagram berhasil merebut hati
digital yang semua informasi dunia dapat para pengguna internet Indonesia dengan
diakses langsung dengan cara di-klik jumlah pengguna mencapai 19,9 juta (15
dengan jari di depan komputer. Sehingga persen). Media sosial berikutnya yang
sekarang ini mengakses internet untuk paling banyak dikunjungi pengguna
mencari dan mendapatkan informasi internet Indonesia adalah YouTube, yaitu
menjadi kebutuhan utama. Tak layanan berbagi video yang mengantongi
ketinggalan penduduk Indonesia, ternyata 14,5 juta (11 persen). Berikut gambaran
merupakan pengguna akses internet yang hasil surveinya:

Gambar 1: Hasi Survei APJII tentang Perilaku Pengguna Internet Indonesia dan Media
Sosial Paling Banyak Dikunjungi.

122 - Komunikasi Dakwah «


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

Data ini menunjukkan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
kecenderungan perilaku masyarakat Bahkan yang menjadi komunikator pun
sekarang yang tidak bisa lepas dari media beragam, bukan hanya dari kalangan kiai
baru yang disebut dengan media sosial dan ustadz yang selama ini dianggap
(medsos) dengan menggunakan memiliki otoritas di bidang agama, juga
perangkat jaringan internet. Yang banyak dari kalangan profesional seperti
dimaksud dengan ´mHGLD EDUXµ DGDODK pejabat, politisi, bintang film, artis, dan
suatu terminologi yang digunakan untuk selebritis. Tetapi tetap ruang dan waktu
menyebutkan suatu jenis media yang yang disediakan terbatas, sehingga hanya
berbeda dengan media sebelumnya, orang-orang tertentu yang bisa tampil dan
dengan ciri khas utama adalah mengisi acara tersebut melalui media
mengandalkan pada jaringan internet radio maupun televisi.
sebagai media distribusi utama pesan- Berbeda kalau aktivitas dakwah ini
pesan yang ada dalam media tersebut. menggunakan media sosial, seperti
Disebutkan secara historis, istilah media Facebook, YouTube ataupun WhatsApp
baru mulai muncul sejak munculnya era misalnya. Ini akan membuka kesempatan
internet. Media baru merupakan sebuah seluas-luasnya kepada siapapun untuk
jenis media yang dihasilkan dari proses mengekspresikan aktivitas dakwahnya.
digitalisasi dari perkembangan teknologi Tentu hal ini menjadi peluang untuk
dan sains. Hal yang bersifat manual menyebarluaskan ajaran agama sekaligus
menjadi otomatis dan dari semua yang mempromosikan kecakapan dirinya
rumit menjadi ringkas sehingga semakin dalam berdakwah. Sehingga sekarang ini,
memudahkan pengguna. Media baru bisa banyak dai-dai atau ustadz-ustadz yang
pula disebut sebagai sebuah teknologi mendadak populer berkat aktivitas
komunikasi digital yang terkomputerisasi dakwahnya melalui media sosial. Maka
dan terhubung ke dalam jaringan internet. media sosial menjadi saluran baru untuk
Di sinilah keberadaan media sosial mengekspresikan kegiatan dakwah bagi
menjadi tantangan sekaligus peluang kalangan tertentu. Berdakwah melalui
untuk pengembangan aktivitas dakwah. media sosial ini memberikan beberapa
Selama ini kegiatan dakwah banyak keuntungan, di antaranya dapat
dilakukan melalui media-media dilakukan kapan saja, serta khalayaknya
konvensional, seperti pengajian, jumatan, pun sangat luas tidak terbatas dan mereka
selamatan, dan pertemuan-pertemuan dapat mengaksesnya kapanpun dan di
lainnya. Sehingga waktu dan jangkauan manapun. Misalnya mereka bisa
dakwahnya pun sangat terbatas. membuka Facebook, YouTobe atau
Kemudian dikembangkan model-model WhatsApp yang berisi ceramah-ceramah
dakwah melalui media cetak, radio, film, keagamaan ketika waktu santai, istirahat,
dan televisi. Ini dapat menjangkau dan menjelang tidur.
khalayak yang lebih banyak dan luas, Sehingga sekarang ini
tetapi terkendala tempat yang terbatas bermunculan dai-dai atau penceramah-
dan waktu yang dibatasi karena harus penceramah pendatang baru yang
menyesuaikan dengan program-program mendadak populer melalui ceramah-
lainnya yang ada dalam agenda siaran ceramah keagamaan yang ditayangkan
radio maupun televisi. Meskipun dari segi melalui media sosial. Kalau sebelumnya
intensitas kegiatan semakin semarak, kita mengenal sosok Aa Gym dan Ustadz
terutama pada momen-momen Peringatan Aam Amiruddin misalnya, sebagai dai-
Hari-Hari Belas Islam (PHBI) seperti dai virtual yang sering menayangkan
Maulidan, Rajaban, Nuzulul Quran, dan acara-acara ceramahnya melalui media

Dudung Abdul Rohman - 123


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

digital. Sekarang ini kita mengenal dai-dai Hidayat dan Evie Effendi melalui media
medsos yang sangat digandrungi oleh sosial sangat viral dan digandrungi oleh
khalayak karena sering tampil ceramah banyak kalangan. Di samping banyak
keagamaan yang ditayangkan di Facebook kesamaan, tentu di antara mereka juga
atau YouTobe, seperti Ustadz Abdul memiliki kekhasan yang menjadi daya
Somad, Adi Hidayat, dan Evie Effendi. tariknya, misalnya dari segi kekhasan
Kalau kita mengklik ceramah-ceramah komunikasi dakwah yang dilakukan.
mereka di YouTube misalnya, ternyata Maka menjadi menarik untuk meneliti
sangat viral dan follower-nya dan mengkaji bagaimana komunikasi
(penggemarnya) hingga mencapai ratusan dakwah melalui media sosial yang
ribu bahkan jutaan orang. Sungguh suatu memiliki karakteristik tersendiri
fenomena aktivitas dakwah melalui media dibanding dengan media-media lainnya.
dakwah yang sangat menggembirakan, Juga dengan berkembangnya media sosial
karena dapat menjangkau semua ini menciptakan sosio-kultur masyarakat
kalangan terutama generasi now (zaman baru yang menjadikan penggunaan media
sekarang). Sehingga berkat aktivitas menjadi ritual, atau kebutuhan utama
dakwahnya di YouTube, ketiga Ustadz dalam kesehariaannya. Ini pun menjadi
tersebut banyak diundang juga untuk aspek penting untuk menjadi bahan
mengisi ceramah-ceramah keagamaan penelitian bagaimana kecenderungan
secara langsung di tengah-tengah masyarakat baru yang sudah dimanjakan
masyarakat. dengan media, terutama dalam spiritual
Ini menjadi babak baru agama. Tentu ini tidak terlepas dari
pengembangan aktivitas dakwah melalui implementasi komunikasi dakwah
media sosial yang menarik untuk dikaji. melalui media sosial. Maka tulisan ini
Karena tentu komunikasi dakwah melalui hendak menganalisis bagaimana aktivitas
media sosial ini memiliki keunikan dan komunikasi dakwah melalui media sosial
karakteristik tersendiri. Selain melibatkan yang belakangan ini merebak dengan
komponen-komponen komunikasi sangat mencengangkan.
dakwah seperti komunikator, komunikan,
materi, metode, media, dan efek; juga TEORI MEDIA SOSIAL SEBAGAI
tentunya membentuk pola-pola interaksi MEDIA DAKWAH
baru antara komunikator dan komunikan. Di antara media baru yang
Sehingga memunculkan ketertarikan dan berkembang sekarang adalah media sosial
kekaguman tersendiri dari komunikan yang dipahami sebagai sebuah media
kepada komunikator, padahal yang digunakan untuk bersosialisasi
sebelumnya di antara mereka tidak saling (berhubungan, baik secara personal,
mengenal. Di samping dari aspek ethos kelompok dan lain sebagainya) antar
(kepribadian), pathos (penampilan), dan penggunanya. Beberapa istilah yang ada
logos (keilmuan) dari komunikator itu dalam media sosial antara lain adalah
sendiri yang memancarkan daya tarik Social Network, SNS dan Communication
tersendiri sehingga memberikan nilai Network. Secara garis besar media sosial
ketersukaan dan kepercayaan tinggi dari dan jaringan sosial menggunakan sistem
khalayak. Misalnya kalau kita perhatikan yang sama yaitu media daring yang
ceramah Ustadz Abdul Somad yang terhubung dengan internet. Pada media
disampaikan melalui media sosial, apa sosial dan jaringan sosial, ada banyak
yang menjadi daya tariknya sehingga orang yang saling terhubung satu sama
viral dan banyak ditonton banyak orang. lain tanpa dibatasi dengan batas geografis,
Begitu pula ceramah-ceramah keagamaan ruang, bahkan waktu dengan tujuan
yang disampaikan oleh Ustadz Adi untuk saling berkomunikasi, berbagi

124 - Komunikasi Dakwah «


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

sesuatu, berpendapat, menjalin dalam internet daripada merujuk sumber-


pertemanan, bahkan pada beberapa kasus sumber teks keagamaan yang berasal dari
untuk mencari belahan hatinya. Dari kitab suci. Moch. Fakhruroji (2017)
sekian definisi yang ada, Rulli Nasrullah menyebutkan, bahwa karakteristik
(2016) menyimpukan, bahwa media sosial masyarakat jejaring (media) yang tidak
adalah medium di internet yang berpusat pada satu subjek atau agen
memungkinkan pengguna tertentu pada dasarnya berpotensi
merepresentasikan dirinya maupun mengancam status agen-agen yang
berinteraksi, bekerja sama, berbagi, memiliki otoritas agama, seperti kitab suci
berkomunikasi dengan pengguna lain, yang bersumber dari wahyu, para nabi
dan membentuk ikatan sosial secara dan ulama, serta yurispudensi hukum
virtual. Di antara contoh media sosial agama yang berlaku di masyarakat.
yang banyak digunakan sekarang ini Kemudian menurut Asep Saeful
adalah Facebook, Instagram, YouTube, Muhtadi (2012), dengan merebaknya
Twitter, dan WhatsApp (WA). informasi melalui berbagai media dapat
Perkembangan media sosial yang berdampak terhadap krisis identitas
tidak dapat dibendung ini memunculkan keagamaan, apalagi bangsa Indonesia
kekhawatiran sekaligus harapan untuk merupakan bangsa agamis, jelas ini akan
lahirnya tatanan kehidupan baru yang menjadi ancaman dan tantangan
lebih dinamis dan terbuka. Kekhawatiran tersendiri. Menurutnya, ada 3 hal yang
muncul karena sikap pesimistis lantaran perlu diwaspadai, yaitu: (1) rentannya
melihat dampak negatif media yang identitas budaya sendiri yang dapat
begitu nyata. Di antara dampaknya digeser dan digantikan oleh budaya luar
adalah dapat menggeser dan yang belum tentu cocok; (2) keringnya
menggantikan sendi-sendi kehidupan daya spiritualitas masyarakat beragama
manusia yang sudah berlangsung lama (religious community) yang mengabaikan
dan dipegang teguh secara turun ajaran nilai-nilai dari sumber pokok ajaran
temurun. Karena media banyak agama; dan (3) rendahnya daya kontrol
memproduksi dan menyebarluaskan sosial terhadap penyebaran pesan-pesan
secara massif gaya hidup baru dan melalui media yang cepat dan massif
budaya-budaya yang boleh jadi sehingga dapat menggeser otoritas figur-
bertentangan dan akan merusak sistem figur agama di masyarakat.
nilai dan tradisi yang ada di masyarakat. Akan tetapi bagi kalangan yang
Bahkan bisa saja media membawa optimis, kehadiran media baru ini
ideologi baru yang dapat melemahkan memberikan harapan dan menjanjikan
dan mengalahkan sistem keyakinan dan akan lahirnya tatanan kehidupan baru
kepercayaan yang diajarkan oleh agama. yang lebih baik. Karena sejatinya media
Apalagi bangsa Indonesia dikenal sebagai itu bersifat netral tergantung siapa subjek
bangsa yang agamis, karena selalu dan untuk apa tujuan media itu
menjadikan agama sebagai sumber digunakan. Sepanjang media itu
inspirasi, motivasi, dan etika sosial dalam digunakan untuk hal-hal yang positif dan
kehidupannya. Maka dengan terjangan konstruktif, justru akan memberikan
media yang terbuka dikhawatirkan dapat kemanfaatan dan kemaslahatan bagi
menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai kehidupan manusia. Berkat kecanggihan
spiritual agama. Artinya, media dapat media semua pekerjaan dan kebutuhan
PHQMDGL ´DJDPD EDUXµ \DQJ PHQJJHVHU dapat diselesaikan dengan cepat, mudah,
otoritas agama yang sudah hidup lama di dan murah. Sehingga kehidupan manusia
masyarakat. Mereka lebih banyak akan lebih dinamis dan produktif, karena
mengkonsumsi informasi yang tersaji banyak hal yang dapat dilakukan dengan

Dudung Abdul Rohman - 125


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

menggunakan media. Termasuk di Daud Ibrahim (1994), dakwah diharapkan


dalamnya dalam menginternalisasi dan dapat menjadi suluh atau penerang
mengekspresikan nilai-nilai agama dalam dengan fungsi-fungsi sebagai faktor
kehidupan. Bukankah ajaran agama Islam pengimbang, penyaring, dan pemberi
itu bersifat rahmatan lil-¶DODPLQ, menjadi arah dalam hidup. Sebagai pengimbang,
rahmat bagi semesta alam? Maka dengan dakwah diharapkan dapat berfungsi
kehadiran media yang bersifat global sebagai penyeimbang kehidupan yang
menjadi peluang untuk menyebarkan dimegahkan oleh kenikmatan duniawai
nilai-nilai agama yang sejuk dan damai akibat kecanggihan teknologi dengan
kepada seluruh penduduk dunia. Bahkan kehidupan spiritual yang bersifat ukhrawi
boleh jadi akan terjadi sebaliknya, yakni (keakhiratan). Sebagai penyaring, dakwah
agama menjadi kebutuhan dan sumber dapat membantu untuk menetapkan
rujukan di tengah-tengah masyarakat pilihan-pilihan nilai yang lebih manusiawi
modern yang mengalami kekeringan dan islami di tengah keragaman gaya
spiritual. Sebagaimana digambarkan oleh hidup yang boleh jadi menyesatkan.
Sugiharto dalam Moch. Fakhruroji (2017) Sedangkan sebagai pengarah, dakwah
tentang kebangkitan agama di era diharapkan dapat membimbing manusia
postsekuler berikut ini: untuk lebih memahami makna hidup
Abad ini dapat disebut era yang sesungguhnya di tengah disorientasi
postsekuler dengan berbagai kehidupan umat manusia.
karakteristiknya. Pada abad ini, agama Memang terdapat problem
dan spiritualitas umumnya tampil kultural dalam pengembangan dakwah
kembali sebagai kebutuhan yang melalui media di era digital seperti
dianggap mendasar. Bukan karena sekarang ini. Seperti disebutkan Asep
mereka begitu menarik, melainkan lebih Saeful Muhtadi (2012), bahwa di era
disebabkan oleh berbagai hal luaran, cyberspace ini sekurangnya ada 3 agenda
seperti ambruknya ideologi-ideologi permasalahan untuk mengoptimalkan
raksasa, materialisme kultural yang peran dakwah di masyarakat, yaitu: (1)
akhirnya dirasakan dangkal, pola-pola pengembangan dakwah yang
perkembangan mutakhir spekulasi ilmiah selama ini dilakukan oleh juru dakwah
tentang intelegensia kosmik, dan baik secara individual atau kelembagaan
kekosongan batin manusia sekuler yang yang masih dominan konvensional; (2)
semakin akut. pesan-pesan yang disampaikan pada
Dalam konteks ini, kehadiran kesempatan dakwah masih dianggap
media baru seperti media sosial, dapat banyak yang kurang relevan dan aktual;
dijadikan tantangan dan peluang bagi dan (3) pentingnya dirumuskan ulang
pengembangan dakwah. Karena sejatinya suatu pendekatan alternatif dalam
aktifitas dakwah dapat menyebarluaskan memperkenalkan Islam secara
nilai-nilai ajaran Islam ke seantero dunia komprehensif persuasif di tengah
dan dapat mentransformasi kehidupan perkembangan teknologi informasi dan
umat manusia agar lebih baik sesuai komunikasi.
dengan tuntunan ajaran agama. Di sinilah
pentingnya kehadiran media sebagai METODE PENELITIAN
instrumen penting untuk kepentingan Dalam penelitian ini, Penulis
dakwah. Dengan bantuan media, aktifitas hanya bermaksud ingin mendeskripsikan
dakwah akan lebih akseleratif dan efektif atau menggambarkan tentang aktivitas
guna menyampaikan pesan-pesan komunikasi dakwah melalui media sosial
keagamaan kepada penduduk dunia. yang sangat marak belakangan ini dan
Bahkan di era informasi ini, kata Marwah memberikan dampak yang signifikan bagi

126 - Komunikasi Dakwah «


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

pemahaman keagamaan di dalam data skunder berupa teori-teori media


masyarakat. Sebagaimana dijelaskan sosial hubungannya dengan aplikasi
Wardi Bachtiar (1997), bahwa metode dakwah yang disajikan melalui media
deskriptif digunakan untuk menghimpun sosial.
data aktual, metode ini lazimnya
menggunakan pendekatan kualitatif, PEMBAHASAN TENTANG
sehingga seorang peneliti ketika terjun ke KOMUNIKASI DAKWAH MELALUI
lapangan tidak membawa alat pengumpul MEDIA SOSIAL
data, melainkan langsung melakukan Dalam komunikasi dakwah
observasi atau pengamatan evidensi- melalui media sosial terjadi yang
evidensi sambil mengumpulkan data dan namanya interaksi sosial. Karena
melakukan analisis. sebenarnya dalam bentuk komunikasi
Sedangkan menurut Nazir dalam apapun mensyaratkan adanya hubungan.
Siagian (2003), bahwa metode deskriptif Bahkan hubungan yang terjadi bukan
adalah suatu metode dalam meneliti sekedar kontak sosial, tetapi interaksi
status kelompok manusia, suatu objek, sosial yang mensyaratkan adanya
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran hubungan timbal-balik yang saling
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa mempengaruhi. Karena itu, di antara
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif prinsip komunikasi yang paling mendasar
ini adalah untuk membuat deskripsi, adalah adanya dimensi isi dan hubungan.
gambaran atau lukisan secara sistematis, Menurut Deddy Mulyana (2005), bahwa
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dimensi isi menunjukkan muatan
sifat-sifat serta hubungan antara komunikasi, yaitu apa yang dikatan;
fenomena-fenomena yang terjadi. sedangkan dimensi hubungan
Adapun teknik pengumpulan data menunjukkan bagaimana cara
yang dipergunakan dalam penelitian ini mengatakannya yang juga mensyaratkan
adalah Studi Literatur (Library Research); bagaimana hubungan para peserta
yaitu teknik pengumpulan data dengan komunikasi itu, dan bagaimana
membaca dan mempelajari teori-teori seharusnya pesan itu disampaikan.
yang terdapat dalam literatur-literatur Dalam pandangan psikologi sosial,
dan catatan tulisan yang berkaitan dengan yang dimaksud dengan interaksi sosial
topik permasalahan yang menjadi bahan adalah suatu hubungan antara dua atau
penelitian lebih lanjut. Dengan lebih individu manusia, yang saling
menggunakan metode ini, berarti setiap mempengaruhi, mengubah, atau
buku atau sumber kepustakaan yang memperbaiki perilaku individu yang lain.
memiliki relevansi dengan subjek dan Maka dalam proses interaksi sosial,
objek permasalahan dikaji sedemikian menurut W.A. Gerungan (2010), bahwa
rupa sehingga menghasilkan suatu ada empat faktor yang mendasarinya,
analisis yang dapat mendeskripsikan yaitu faktor imitasi, sugesti, identifikasi,
tentang aktivitas komunikasi dakwah dan simpati. Faktor imitasi mensyaratkan
melalui media sosial yang mendapat adanya gejala meniru atau mengikuti
sentuhan dan rujuakan secara teoritis pemikiran dan tindakan orang lain dalam
yang bersumber dari kepustakaan. proses interaksi sosial. Faktor sugesti
Karena itu, data-data yang mensyaratkan adanya proses
digunakan sebagai sumber data terdiri mempengaruhi orang lain supaya identik
atas data primer dan skunder. Data dengan dirinya. Faktor identifikasi
primer berupa teori-teori komunikasi mensyaratkan adanya dorongan untuk
dakwah relevansinya dengan aktivitas menjadi identik dengan orang lain.
dakwah melalui media sosial. Sedangkan Sedangkan faktor simpati menunjukkan

Dudung Abdul Rohman - 127


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

adanya perasaan tertarik orang yang satu dan penafsiran antara komunikator
terhadap yang lain. dengan komunikan dapat dipastikan
Inilah yang dimaksud dengan berlangsung sehingga antara kedua pihak
motif dalam pespektif psikologi manusia. tersebut saling mempengaruhi. Sehingga
Bahwa secara kognitif maupun afektif, muncul fenomena untuk menerima,
kata Jalaluddin Rakhmat (2004), manusia meniru, dan mengikuti apa yang
membutuhkan informasi dan keinginan disampaikan oleh komunikator dalam
untuk mencapai ideasional tertentu, serta proses interaksi sosial melalui media.
kebutuhan untuk mencapai tingkat Begitu pula asumsi yang terjadi, ketika
emosional tertentu. Hubungan dengan berlangsung komunikasi dakwah melalui
media, bahwa orang menggunakan media media sosial yang dilakukan oleh Ustadz
karena didorong oleh beraneka ragam Abdul Somad, Adi Hidayat, dan Evie
motif, baik motif kognitif, afektif, maupun Effendi. Antara ketiga dai sebagai
behavioral. komunikator dengan komunikannya
Dalam hal ini, aktivitas dakwah terjadi interaksi sosial yang menimbulkan
merupakan proses komunikasi yang pengaruh terhadap pemikiran, sikap, dan
mensyaratkan adanya interaksi sosial. tindakan yang ditampilkan oleh
Wahyu Ilaihi (2010) menjelaskan, bahwa komunikan. Misalnya setelah mengikuti
dalam kegiatan dakwah pasti ada proses ceramah keagamaan yang ditampilkan
interaksi, yaitu hubungan antara dai oleh sosial media tersebut, seseorang
sebagai komunikator di satu pihak dan tampak menjadi lebih bijaksana dan saleh
PDG·X VHEDJDL NRPXQLNDQ GL SLKDN ODLQ dalam perilaku kesehariannya.
yang ditunjukkan untuk mempengaruhi Dari interaksi sosial melalui media
PDG·X \DQJ DNDQ PHPEDZD SHUXEDKDQ sosial tersebut pada kondisi tertentu dapat
sikap sesuai dengan tujuan dakwah. Jadi menciptakan integrasi sosial. Karena
benar-benar terjadi interaksi sosial antara sekarang ini media menjadi sesuatu yang
GDL GDQ PDG·X .DUHQD LWX GDODP SURVHV utama dalam kehidupan masyarakat.
interaksi sosial melalui komunikasi Sepertinya di kalangan masyarakat
dakwah tersebut, ada beberapa hal yang tertentu tak mungkin bisa hidup dengan
perlu diperhatikan, yaitu: (1) isi pesan normal tanpa kehadiran media. Maka
tidak terlampau jauh dari frame of reference Joshua Meyrowitz seperti dikutip oleh
dan field of experience; (2) sumber memiliki Stephen W. Littejohn dan Karen A. Foss
nilai credibility di hadapan komunikan; (3) (2009) mengatakan, bahwa sekarang ini
memilih cara yang tepat; dan (4) muncul sudut pandang baru mengenai
komunikator harus mengenal attention media, yakni media sebagai lingkungan
area yang bersifat negatif maupun positif (environment). Asumsinya, bahwa dewasa
agar tidak terjadi bumerang effect. ini kita hidup dalam lingkungan yang
Apabila diperhatikan, dalam penuh dengan berbagai informasi yang
komunikasi dakwah melalui media sosial disebarkan oleh keberadaan media
mensyaratkan adanya interaksi sosial dengan beragam kecepatan, ketepatan,
antara dai sebagai komunikator dan dan kemampuan melakukan interaksi,
PDG·X VHEDJDL NRPXQLNDQ 0HVLNLSXQ sehingga membentuk pengalaman pada
tidak bertemu secara langsung, tetapi manusia dengan cara-cara yang signifikan
proses interaksi sosial di dunia maya dan tanpa disadari. Sehingga menurut
terjadi. Boleh jadi interaksi sosialnya istilah Gerbner, bahwa kehadiran media
secara simbolik. Tetapi proses imitasi, dapat menciptakan masyarakat.
sugesti, identifikasi, dan simpati dalam Lebih lanjut Stephen dan Karen
komunikasi dakwah melalui media sosial (2009) menyebutkan, bahwa
itu terjadi. Misalnya proses pengenalan perkembangan media sekarang ini sudah

128 - Komunikasi Dakwah «


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

memasuki era media kedua. Artinya, pada QXUDQL PDG·X VHGDQJNDQ HIHN behavioral
era media pertama penekanannya pada apabila dakwah dapat menggerakkan
penyiaran yang pendekatannya interaksi PDG·X XQWXN PHODNXNDQ SHUEXDWDQ DWDX
sosial (social interaction). Sedangkan pada tindakan tertentu sesuai dengan pesan-
era media kedua penekanannya pada pesan dakwah yang disampaikan.
jaringan dengan pendekatan integrasi Di sinilah proses persuasif terjadi
sosial (social integration). Melalui dalam komunikasi dakwah. Persuasif
pendekatan integrasi sosial dapat EHUDVDO GDUL SHUNDWDDQ /DWLQ ´SHUVXDVLRQµ
digambarkan, bahwa media bukan dalam yang berarti membujuk, mengajak, atau
bentuk informasi, interaksi, atau merayu. Ini mengandung pengertian,
penyebarannya; tetapi dalam bentuk bahwa persuasif adalah proses
ritual atau bagaimana manusia mempengaruhi pendapat dan tindakan
menggunakan media sebagai cara orang dengan menggunakan manipulasi
menciptakan masyarakat. Media psikologis sehingga orang tersebut
diritualkan karena media menjadi bertindak atas kehendaknya sendiri.
kebiasaan, sesuatu yang formal, dan Dalam hal ini, ada kesamaan makna
memiliki nilai yang lebih besar dari dengan dakwah yang secara bahasa
penggunaan media itu sendiri. Sehingga berarti mengajak atau menyeru. Dalam
dalam kondisi tertentu media pengertiannya disebutkan, bahwa
berpengaruh dalam penciptaan tatanan dakwah merupakan kegiatan untuk
kehidupan masyarakat baru. Maka mentransformasikan nilai-nilai agama
dengan aktivitas komunikasi dakwah yang mempunyai arti penting dan
melalui media sosial, akan merubah sosio- berperan langsung dalam pembentukan
kultural masyarakat. Kalau selama ini persepsi umat tentang berbagai nilai
untuk mendapatkan penerangan agama kehidupan. Atau secara sederhana
harus datang ke majelis taklim dengan dakwah sering diartikan sebagai upaya
beinteraksi secara langsung atau merubah suatu kondisi ke arah yang lebih
membuka saluran radio atau televisi yang baik sesuai dengna tuntunan ajaran Islam.
menyiarkan acara keagamaan. Sekarang Menurut Wahyu Ilaihi (2010), berarti
ini dengan memanfaatkan media jaringan, dalam kegiatan komunikasi dakwah
semua orang dapat mengakses ceramah- terdapat proses persuasif yang bertujuan
ceramah keagamaan kapan saja dan di untuk mengubah pendapat, sikap, dan
mana saja sesuai dengan kebutuhan. Ini perilaku. Dalam hal ini, proses persuasif
tentunya menggambarkan, bahwa dalam kerangka komunikasi dakwah
kehadiran media berpengaruh terhadap berorientasi pada segi-segi psikologis
penciptaan tatanan masyarakat baru yang PDG·X XQWXN PHPEDQJNLWNDQ NHVDGDUDQ
menjadikan media sebagai ritual dalam mereka untuk menerima dan
kehidupan sehari-hari. melaksanakan ajaran Islam.
Di samping itu dapat dikatakan, Dalam prakteknya, menurut
bahwa aktivitas dakwah melalui media Wahyu Ilaihi (2010), supaya tercipta
juga memiliki efek (pengaruh), baik efek proses persuasif yang efektif, maka dapat
kognitif, afektif, maupun behavioral. Efek ditempuh beberapa metode, yaitu: (1)
dari dakwah ini tentu selaras dengan asosiasi, yakni penyajian pesan
tujuan yang hendak dicapai dari dakwah komunikasi dengan jalan menumpangkan
tersebut. Secara kognitif aktivitas dakwah pada suatu peristiwa yang aktual; (2)
KDUXV GDSDW PHPEXDW PDG·X OHELK integrasi, yaitu kemampuan untuk
mengerti dan bertambah pengetahuannya. menyatukan diri dengan komunikan
Efek afektif apabila dakwah dapat secara interaktif dan komunikatif; (3) pay-
menyentuh perasaan dan kesadaran hati off dan fear-arousing, yakni kegiatan

Dudung Abdul Rohman - 129


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

mempengaruhi orang lain dengan jalan NHSHUFD\DDQ GDUL PDG·X NHSDGD GDL
melukiskan hal-hal yang karena memiliki karakter yang baik
menggembirakan dan menyenangkan sehingga perkataannya layak untuk
perasaannya atau memberi harapan, serta didengar dan diikuti.
sebaliknya menyajikan konsekwensi yang Oleh karena itu, berkenaan dengan
buruk dan tidak menyenangkan perasaan; proses persuasif dalam komunikasi
dan (4) icing, yaitu menjadikan indah dakwah ini, Jalaluddin Rakhmat (2004)
sesuatu sehingga menarik siapa yang mengutip pernyataan Aristoteles sebagai
menerimanya. berikut:
Dalam pelaksanaan komunikasi Persuasi tercapai karena
dakwah secara persuasif, ada formula karakteristik personal pembicara, yang
yang dapat dijadikan landasan, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya
disebut dengan AIDDA, yaitu singkatan kita menganggapnya dapat dipercaya.
dari: (1) A = Attetion (perhatian); (2) I = Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya
Interest (minat); (3) Desire (hasrat); (4) pada orang-orang baik daripada orang
Decision (keputusan); dan (5) A = Action lain. Ini berlaku umumnya pada masalah
(kegiatan). Jadi proses komunikasi apa saja dan secara mutlak berlaku ketika
dakwah persuasif ini yang dahulu mesti tidak mungkin ada kepastian dan
dilakukan adalah membangkitkan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan
perhatian, lalu muncul minat dan hasrat, sementara penulis retorika bahwa
kemudian muncul sikap untuk kebaikan personal yang diungkapkan
mengambil keputusan, sehingga pada pembicara tidak berpengaruh apa-apa
gilirannya dipraktekkan dalam tindakan pada kekuatan persuasinya; sebaliknya
nyata. Sebagaimana dikatakan Wilbur karakternya hampir bisa disebut sebagai
Schram seperti dikutip oleh Wahyu Ilaihi alat persuasi yang paling efektif yang
(2010), bahwa persuasif menghendaki efek dimilikinya.
yang baik, maka pendekatannya dimulai Di sinilah pentingnya karakter
dari proses attention to attention to action, komunikator yang disebut dengan faktor
artinya seorang dai sebagai komunikator ethos seperti yang disebut Aristoteles di
harus dapat membangkitkan perhatian atas. Jalauddin Rakhmat (2004) merinci
daUL PDG·X VHEDJDL NRPXQLNDQ VHWHODK LWX dimensi-dimensi ethos yang terdiri dari
baru dapat menggerakkan untuk berbuat tiga dimensi, yaitu kredibilitas, atraksi,
sesuai dengan tujuan yang sudah dan kekuasaan. Kredibilitas adalah
ditetapkan dalam kegiatan dakwah. seperangkat persepsi komunikan tentang
'DODP KDO LQL NDWD %DPEDQJ 6 0D·DULI sifat-sifat komunikator. Dikatakan
(2015), bahwa efektivitas komunikasi memiliki kredibilitas, apabila
dakwah harus mengarah pada sejauh komunikator dapat membentuk atau
mana aktivitas dakwah dapat memanipulasikan persepsi yang positif di
PHPSHQJDUXKL GDQ PH\DNLQNDQ PDG·X hadapan komunikan. Apakah dengan
sebagai komunikan dakwah. Kalau penampilanya, gayanya, maupun
diperhatikan, komunikasi dakwah melalui perkataan yang disampaikannya.
media sosial yang disampaikan oleh Kredibilitas ini memiliki dua komponen
Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat, dan yang penting, yaitu keahlian dan
Evie Effendi mempengaruhi terhadap kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang
pemikiran, sikap, dan tindakan khalayak dibentuk komunikan tentang kemampuan
VHEDJDL PDG·XQ\D 6HKLQJJD PHUHND komunikator dalam hubungannya dengan
memiliki kepribadian yang berbeda topik yang dibicarakan. Sedangkan
dengan sebelumnya ke arah yang lebih kepercayaan adalah kesan komunikan
baik. Ditambah lagi munculnya nilai tentang komunikator yang berkaitan

130 - Komunikasi Dakwah «


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

dengan waktaknya; apakah jujur, tulus, Jalaludddin (2004), bahwa komunikator


bermoral, adil, sopan, dan etis. Dari nilai yang dipersepsi memiliki kesamaan
kredibilitas komunikator ini akan dengan komunikan cenderung
memberikan pengaruh sosial kepada berkomunikasi lebih efektif. Ada beberapa
komunikan berupa internalisasi, yakni alasan mengapa faktor kesamaan dapat
penerimaan terhadap pengaruh karena menumbuhkan daya tarik, yaitu: (1)
perilaku yang dianjurkan itu sesuai kesamaan mempermudah proses
dengan sistem nilai yang dimilikinya menerjemahan lambang-lambang yang
melalui pertimbangan rasional. diterima menjadi gagasan-gagasan; (2)
Apabila dikaitkan dengan kesamaan membantu membangun premis
komunikasi dakwah yang dilakukan oleh yang sama; (3) kesamaan menyebabkan
Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat, dan komunikan tertarik kepada komunikan;
Evie Effendi melalui media sosial (4) kesamaan menumbukan rasa hormat
memiliki pengaruh sosial terhadap dan percaya pada komunikator.
internalisasi komunikan. Karena Dimensi atraksi ini memiliki
WDPSDNQ\D PDG·X VHEDJDL NRPXQLNDQ pengaruh sosial terhadap identifikasi,
menunjukkan penerimaan terhadap yakni mengambil perilaku yang berasal
materi-materi yang disampaikan. Ini dari orang atau kelompok lain karena
sebagai pengaruh dari dimensi perilaku itu berkaitan dengan hubungan
kredibilitas mereka yang memiliki nilai yang mendefinisikan diri secara
keahlian dan kepercayaan di hadapan memuaskan dengan orang atau kelompok
komunikan. Sehingga ceramah-ceramah itu. Kata Jalaluddin Rakhmat (2004),
keagamaan mereka diminati dan diterima dalam identifikasi individu
secara rasional, karena sesuai dengan mendefinisikan peranannya sesuai
sistem nilai yang dimiliki oleh dengan peranan orang lain yang
komunikan. mempengaruhinya, seperti perilaku anak
Sedangkan dimensi atraksi adalah yang mencontoh ayahnya, atau murid
daya tarik yang ditampilkan oleh yang meniru gurunya. Hubungannya
komunikator dalam persepsi komunikan. dengan komunikasi dakwah yang
Atraksi ini memiliki dua komponen, yaitu disampaikan oleh Ustadz Abdul Somad,
sosiabilitas dan koorientasi. Sosiabilitas Adi Hidayat, dan Evie Effendi melalui
adalah kesan komunikan tentang media sosial, tampaknya memiliki daya
komunikator sebagai orang periang dan tarik tersendiri dengan fenomena
senang bergaul. Sedangkan koorientasi banyaknya khalayak yang
merupakan kesan komunikan tentang menggemarinya. Ini disebabkan adanya
komunikator sebagai orang yang faktor-faktor kesamaan dan hal-hal yang
mewakili kelompok yang kita senangi. disenangi sehingga ketiganya memiliki
Selanjutnya dapat dikatan, bahwa atraksi nilai atraksi di hadapan komunikan.
atau daya tarik ini bisa berupa tampilan Kemudian dari kalangan tertentu
fisik atau psikis. Kata Jalaluddin Rakhmat menimbulkan pengaruh sosial tersendiri
(2004), atraksi fisik menyebabkan dengan keinginan untuk mengidentifikasi
komunikator menarik sehingga ia dirinya dengan ketiga komunikator
memiliki daya persuasif. Tetapi kita juga tersebut, baik dari segi pemikiran,
tertarik kepada seseorang karena adanya perasaan, maupun perbuatan.
kesamaan, sehingga komunikan akan Adapun dimensi kekuasaan dapat
lebih mudah menerima pesan dipahami sebagai kemampuan
komunikator bila ia memandang ada menimbulkan ketundukan karena adanya
banyak kesamaan di antara keduanya. interaksi antara komunikator dengan
Karena itu kata Simons seperti dikutip komunikan. Jalaluddin Rakhmat (2004)

Dudung Abdul Rohman - 131


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

menyebutkan, bahwa kekuasaan informasional, dan rujukan, karena


menyebabkan seorang komunikator dapat keluasan dan kedalaman ilmu yang
´PHPDNVDNDQµ NHKHQGDNQ\D NHSDGD tercermin dari materi-materi yang
orang lain karena memiliki sumber daya disampaikan. Sehingga orang menaruh
yang sangat penting. Ada beberapa jenis hormat dan dapat menerima materi yang
kekuasaan, di antaranya yang relevan disampaikan serta terdorong untuk dapat
adalah: (1) kekuasaan keahlian, yang mengaplikasikannya dalam kehidupan.
berasal dari pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, atau kemampuan yang PENUTUP
dimiliki komunikator; (2) kekuasaan Penelitian ini dapat memberikan
informasional, yang berasal dari isi informasi, data, dan fakta tentang
komunikasi tertentu atau pengetahuan komunikasi dakwah melalui media sosial.
baru yang dimiliki oleh komunikator; (3) Sehingga dapat menambah khazanah
kekuasaan rujukan, ini diperoleh apabila wawasan dan keilmuan tentang aktivis
komonikator berhasil menanamkan dakwah dan efektivitas komunikasi
kekaguman kepada komunikan sehingga dakwah dalam mengimbangi
seluruh perilakunya diteladani. Pengaruh perkembangan zaman dan tuntutan
sosial dari kekuasaan ini adalah kebutuhan masyarakat. Juga penelitian
ketundukan, karena ingin memperoleh ini diharapkan dapat memberikan
ganjaran atau menghindari hukuman dari inspirasi, spirit, dan motivasi bagi
pihak yang mempengaruhinya. Dalam pengembangan dakwah supaya lebih
ketundukan, orang menerima perilaku efektif dan produktif dengan melakukan
yang dianjurkan bukan karena terobosan-teroban baru dengan
mempercayainya, tetapi karena perilaku memanfaatkan media sosial yang dinamis,
tersebut membantunya untuk demokratis, bebas, dan terbuka.
menghasilkan efek soial yang Selanjutnya penelitian ini dapat
memuaskan. Kata Jalaluddin Rakhmat memberikan pemahaman dan
(2004), ketundukan adalah pengaruh yang pengalaman tentang pentingnya
paling lemah dibandingkan dengan mengembangkan dakwah yang berbasis
identifikasi dan internalisasi, karenanya media dan bernuansa kekinian yang
kekuasaan sepatutnya digunakan setelah menjadi kecenderungan generasi zaman
kredibilitas dan atraksi komunikator. sekarang (now). Oleh karena itu, perlu
Kalau diperhatikan, komunikasi adanya inovasi-inovasi yang bersifat
dakwah yang disampaikan oleh Ustadz terobosan dan lompatan untuk
Abdul Somad, Adi Hidayat, dan Evie mengimbangi perkembangan zaman.
Effendi memiliki pengaruh sosial berupa Sehingga dakwah Islam tetap diminati
ketundukan dari komunikan, meskipun dan digandrungi oleh masyarakat dalam
nilainya tidak signifikan. Ini bisa saja rangka mengawal kehidupan mereka
diakibatkan oleh faktor kekuasaan yang supaya lebih agamis dan dinamis dengan
dimiliki oleh komunikator yang sentuhan nilai-nilai agama yang
menyangkut kekuasaan keahlian, mencerahkan dan memanusiakan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dkk, (2007) Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Bachtiar, Wardi, (1997) Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos, Jakarta.
Effendi, Onong Uchjana, (1995) Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya.
Fakhruroji, Moch, (2017) Dakwah di Era Media Baru: Teori dan Aktivisme Dakwah di Internet,
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

132 - Komunikasi Dakwah «


Tatar Pasundan
Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung
ISSN 2085-4005
Volume XIII Nomor 2 Tahun 2019

Gerungan, W.A, (2010) Psikologi Sosial, Bandung: Refika Adiutama.


Ibrahim, Marwah Daud, (1994) Teknologi Emansipasi dan Transendensi, Bandung: Mizan.
Ilaihi, Wahyu, (2010) Komunikasi Dakwah, Bandung: Rosdakarya.
Kusnawan, Aep, (2004) Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Press.
Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A., (2009) Teori Komunikasi (Terj. Mohammad Yusuf
Hamdan), Jakarta: Salemba Humanika.
0D·DULI %DPEDQJ 6 (2010) Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
0D·DULI %DPEDQJ 6 (2015) Psikologi Komunikasi Dakwah, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Morissan & Wardhany, Andy Corry, (2009) Teori Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.
Muhtadi, Asep Saeful, (2012) Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, dan Aplikasi, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Mulyana, Deddy, (2005) Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Rosdakarya.
Nasrullah, Rulli. (2016) Media Sosial, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Rakhmat, Jalaluddin, (2004) Psikologi Komunikasi, Bandung: Rosdakarya.
Siagian, Sondang P, (1993) Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Syahputra, Iswandi, (2007) Komunikasi Profetik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Dudung Abdul Rohman - 133

You might also like