Komunikasi Dakwah Melalui Media Sosial: Dudung Abdul Rohman
Komunikasi Dakwah Melalui Media Sosial: Dudung Abdul Rohman
Komunikasi Dakwah Melalui Media Sosial: Dudung Abdul Rohman
Abstract
Today preaching activities through social media are very widespread and attract the attention of all
parties. So that prachers are popular on social media whom can shifting the preachers conventionally
popular among the people. Then came the social media such as Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat,
and Evie Effendi. In this case, it is certainly interesting to examine da'wah communication activities
through social media. The research method used is qualitative-descriptive which seeks to describe how
da'wah communication activities through social media that have been going on so far. While the data
collection technique uses library research that uses relevant books as primary and secondary data
sources. This research produces a picture, that da'wah communication activities through social media
are related to patterns of social interaction, persuasive patterns, and ethos factors or the attractiveness
of da'wah activities through social media. If da'wah activities through social media want to be
effective and interesting, then they must pay attention to these patterns well. This has been proven by
Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat and Evie Effendi in his missionary communication activities
through social media. Their da'wah activities are seen as effective and attractive, because they pay
attention to patterns of social interaction, persuasive patterns, and ethos and attractiveness in the
missionary activities.
Abstrak
Dewasa ini aktivitas dakwah melalui media sosial sangat marak dan menyedot perhatian
semua pihak. Sehingga memunculkan dai-dai yang populer di media sosial yang dapat
menggeser dai-dai yang secara konvensional sudah populer di tengah-tengah masyarakat.
Maka muncullah dai-dai medsos seperti Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat, dan Evie
Effendi. Dalam hal ini, tentunya menarik untuk meneliti aktivitas komunikasi dakwah
melalui media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif yang
berusaha untuk menggambarkan bagaimana aktivitas komunikasi dakwah melalui media
sosial yang berlangsung selama ini. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan
library research yang menggunakan buku-buku yang relevan sebagai sumber data primer
dan skundernya. Penelitian ini menghasilkan suatu gambaran, bahwa aktivitas komunikasi
dakwah melalui media sosial itu menyangkut pola interaksi sosial, pola persuasif, dan
faktor ethos atau daya tarik dari aktivitas dakwah melalui media sosial tersebut. Jika
aktivitas dakwah melalui media sosial itu ingin efektif dan menarik, maka harus
memperhatikan pola-pola tersebut secara baik. Hal ini sudah dibuktikan oleh Ustadz Abdul
Somad, Adi Hidayat, dan Evie Effendi dalam aktivitas komunikasi dakwahnya melalui
media sosial. Aktivitas dakwah mereka dipandang efektif dan menarik, karena
memperhatikan pola interkasi sosial, pola persuasif, dan ethos serta daya tarik dalam
aktivitas dakwah tersebut.
Gambar 1: Hasi Survei APJII tentang Perilaku Pengguna Internet Indonesia dan Media
Sosial Paling Banyak Dikunjungi.
Data ini menunjukkan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
kecenderungan perilaku masyarakat Bahkan yang menjadi komunikator pun
sekarang yang tidak bisa lepas dari media beragam, bukan hanya dari kalangan kiai
baru yang disebut dengan media sosial dan ustadz yang selama ini dianggap
(medsos) dengan menggunakan memiliki otoritas di bidang agama, juga
perangkat jaringan internet. Yang banyak dari kalangan profesional seperti
dimaksud dengan ´mHGLD EDUXµ DGDODK pejabat, politisi, bintang film, artis, dan
suatu terminologi yang digunakan untuk selebritis. Tetapi tetap ruang dan waktu
menyebutkan suatu jenis media yang yang disediakan terbatas, sehingga hanya
berbeda dengan media sebelumnya, orang-orang tertentu yang bisa tampil dan
dengan ciri khas utama adalah mengisi acara tersebut melalui media
mengandalkan pada jaringan internet radio maupun televisi.
sebagai media distribusi utama pesan- Berbeda kalau aktivitas dakwah ini
pesan yang ada dalam media tersebut. menggunakan media sosial, seperti
Disebutkan secara historis, istilah media Facebook, YouTube ataupun WhatsApp
baru mulai muncul sejak munculnya era misalnya. Ini akan membuka kesempatan
internet. Media baru merupakan sebuah seluas-luasnya kepada siapapun untuk
jenis media yang dihasilkan dari proses mengekspresikan aktivitas dakwahnya.
digitalisasi dari perkembangan teknologi Tentu hal ini menjadi peluang untuk
dan sains. Hal yang bersifat manual menyebarluaskan ajaran agama sekaligus
menjadi otomatis dan dari semua yang mempromosikan kecakapan dirinya
rumit menjadi ringkas sehingga semakin dalam berdakwah. Sehingga sekarang ini,
memudahkan pengguna. Media baru bisa banyak dai-dai atau ustadz-ustadz yang
pula disebut sebagai sebuah teknologi mendadak populer berkat aktivitas
komunikasi digital yang terkomputerisasi dakwahnya melalui media sosial. Maka
dan terhubung ke dalam jaringan internet. media sosial menjadi saluran baru untuk
Di sinilah keberadaan media sosial mengekspresikan kegiatan dakwah bagi
menjadi tantangan sekaligus peluang kalangan tertentu. Berdakwah melalui
untuk pengembangan aktivitas dakwah. media sosial ini memberikan beberapa
Selama ini kegiatan dakwah banyak keuntungan, di antaranya dapat
dilakukan melalui media-media dilakukan kapan saja, serta khalayaknya
konvensional, seperti pengajian, jumatan, pun sangat luas tidak terbatas dan mereka
selamatan, dan pertemuan-pertemuan dapat mengaksesnya kapanpun dan di
lainnya. Sehingga waktu dan jangkauan manapun. Misalnya mereka bisa
dakwahnya pun sangat terbatas. membuka Facebook, YouTobe atau
Kemudian dikembangkan model-model WhatsApp yang berisi ceramah-ceramah
dakwah melalui media cetak, radio, film, keagamaan ketika waktu santai, istirahat,
dan televisi. Ini dapat menjangkau dan menjelang tidur.
khalayak yang lebih banyak dan luas, Sehingga sekarang ini
tetapi terkendala tempat yang terbatas bermunculan dai-dai atau penceramah-
dan waktu yang dibatasi karena harus penceramah pendatang baru yang
menyesuaikan dengan program-program mendadak populer melalui ceramah-
lainnya yang ada dalam agenda siaran ceramah keagamaan yang ditayangkan
radio maupun televisi. Meskipun dari segi melalui media sosial. Kalau sebelumnya
intensitas kegiatan semakin semarak, kita mengenal sosok Aa Gym dan Ustadz
terutama pada momen-momen Peringatan Aam Amiruddin misalnya, sebagai dai-
Hari-Hari Belas Islam (PHBI) seperti dai virtual yang sering menayangkan
Maulidan, Rajaban, Nuzulul Quran, dan acara-acara ceramahnya melalui media
digital. Sekarang ini kita mengenal dai-dai Hidayat dan Evie Effendi melalui media
medsos yang sangat digandrungi oleh sosial sangat viral dan digandrungi oleh
khalayak karena sering tampil ceramah banyak kalangan. Di samping banyak
keagamaan yang ditayangkan di Facebook kesamaan, tentu di antara mereka juga
atau YouTobe, seperti Ustadz Abdul memiliki kekhasan yang menjadi daya
Somad, Adi Hidayat, dan Evie Effendi. tariknya, misalnya dari segi kekhasan
Kalau kita mengklik ceramah-ceramah komunikasi dakwah yang dilakukan.
mereka di YouTube misalnya, ternyata Maka menjadi menarik untuk meneliti
sangat viral dan follower-nya dan mengkaji bagaimana komunikasi
(penggemarnya) hingga mencapai ratusan dakwah melalui media sosial yang
ribu bahkan jutaan orang. Sungguh suatu memiliki karakteristik tersendiri
fenomena aktivitas dakwah melalui media dibanding dengan media-media lainnya.
dakwah yang sangat menggembirakan, Juga dengan berkembangnya media sosial
karena dapat menjangkau semua ini menciptakan sosio-kultur masyarakat
kalangan terutama generasi now (zaman baru yang menjadikan penggunaan media
sekarang). Sehingga berkat aktivitas menjadi ritual, atau kebutuhan utama
dakwahnya di YouTube, ketiga Ustadz dalam kesehariaannya. Ini pun menjadi
tersebut banyak diundang juga untuk aspek penting untuk menjadi bahan
mengisi ceramah-ceramah keagamaan penelitian bagaimana kecenderungan
secara langsung di tengah-tengah masyarakat baru yang sudah dimanjakan
masyarakat. dengan media, terutama dalam spiritual
Ini menjadi babak baru agama. Tentu ini tidak terlepas dari
pengembangan aktivitas dakwah melalui implementasi komunikasi dakwah
media sosial yang menarik untuk dikaji. melalui media sosial. Maka tulisan ini
Karena tentu komunikasi dakwah melalui hendak menganalisis bagaimana aktivitas
media sosial ini memiliki keunikan dan komunikasi dakwah melalui media sosial
karakteristik tersendiri. Selain melibatkan yang belakangan ini merebak dengan
komponen-komponen komunikasi sangat mencengangkan.
dakwah seperti komunikator, komunikan,
materi, metode, media, dan efek; juga TEORI MEDIA SOSIAL SEBAGAI
tentunya membentuk pola-pola interaksi MEDIA DAKWAH
baru antara komunikator dan komunikan. Di antara media baru yang
Sehingga memunculkan ketertarikan dan berkembang sekarang adalah media sosial
kekaguman tersendiri dari komunikan yang dipahami sebagai sebuah media
kepada komunikator, padahal yang digunakan untuk bersosialisasi
sebelumnya di antara mereka tidak saling (berhubungan, baik secara personal,
mengenal. Di samping dari aspek ethos kelompok dan lain sebagainya) antar
(kepribadian), pathos (penampilan), dan penggunanya. Beberapa istilah yang ada
logos (keilmuan) dari komunikator itu dalam media sosial antara lain adalah
sendiri yang memancarkan daya tarik Social Network, SNS dan Communication
tersendiri sehingga memberikan nilai Network. Secara garis besar media sosial
ketersukaan dan kepercayaan tinggi dari dan jaringan sosial menggunakan sistem
khalayak. Misalnya kalau kita perhatikan yang sama yaitu media daring yang
ceramah Ustadz Abdul Somad yang terhubung dengan internet. Pada media
disampaikan melalui media sosial, apa sosial dan jaringan sosial, ada banyak
yang menjadi daya tariknya sehingga orang yang saling terhubung satu sama
viral dan banyak ditonton banyak orang. lain tanpa dibatasi dengan batas geografis,
Begitu pula ceramah-ceramah keagamaan ruang, bahkan waktu dengan tujuan
yang disampaikan oleh Ustadz Adi untuk saling berkomunikasi, berbagi
adanya perasaan tertarik orang yang satu dan penafsiran antara komunikator
terhadap yang lain. dengan komunikan dapat dipastikan
Inilah yang dimaksud dengan berlangsung sehingga antara kedua pihak
motif dalam pespektif psikologi manusia. tersebut saling mempengaruhi. Sehingga
Bahwa secara kognitif maupun afektif, muncul fenomena untuk menerima,
kata Jalaluddin Rakhmat (2004), manusia meniru, dan mengikuti apa yang
membutuhkan informasi dan keinginan disampaikan oleh komunikator dalam
untuk mencapai ideasional tertentu, serta proses interaksi sosial melalui media.
kebutuhan untuk mencapai tingkat Begitu pula asumsi yang terjadi, ketika
emosional tertentu. Hubungan dengan berlangsung komunikasi dakwah melalui
media, bahwa orang menggunakan media media sosial yang dilakukan oleh Ustadz
karena didorong oleh beraneka ragam Abdul Somad, Adi Hidayat, dan Evie
motif, baik motif kognitif, afektif, maupun Effendi. Antara ketiga dai sebagai
behavioral. komunikator dengan komunikannya
Dalam hal ini, aktivitas dakwah terjadi interaksi sosial yang menimbulkan
merupakan proses komunikasi yang pengaruh terhadap pemikiran, sikap, dan
mensyaratkan adanya interaksi sosial. tindakan yang ditampilkan oleh
Wahyu Ilaihi (2010) menjelaskan, bahwa komunikan. Misalnya setelah mengikuti
dalam kegiatan dakwah pasti ada proses ceramah keagamaan yang ditampilkan
interaksi, yaitu hubungan antara dai oleh sosial media tersebut, seseorang
sebagai komunikator di satu pihak dan tampak menjadi lebih bijaksana dan saleh
PDG·X VHEDJDL NRPXQLNDQ GL SLKDN ODLQ dalam perilaku kesehariannya.
yang ditunjukkan untuk mempengaruhi Dari interaksi sosial melalui media
PDG·X \DQJ DNDQ PHPEDZD SHUXEDKDQ sosial tersebut pada kondisi tertentu dapat
sikap sesuai dengan tujuan dakwah. Jadi menciptakan integrasi sosial. Karena
benar-benar terjadi interaksi sosial antara sekarang ini media menjadi sesuatu yang
GDL GDQ PDG·X .DUHQD LWX GDODP SURVHV utama dalam kehidupan masyarakat.
interaksi sosial melalui komunikasi Sepertinya di kalangan masyarakat
dakwah tersebut, ada beberapa hal yang tertentu tak mungkin bisa hidup dengan
perlu diperhatikan, yaitu: (1) isi pesan normal tanpa kehadiran media. Maka
tidak terlampau jauh dari frame of reference Joshua Meyrowitz seperti dikutip oleh
dan field of experience; (2) sumber memiliki Stephen W. Littejohn dan Karen A. Foss
nilai credibility di hadapan komunikan; (3) (2009) mengatakan, bahwa sekarang ini
memilih cara yang tepat; dan (4) muncul sudut pandang baru mengenai
komunikator harus mengenal attention media, yakni media sebagai lingkungan
area yang bersifat negatif maupun positif (environment). Asumsinya, bahwa dewasa
agar tidak terjadi bumerang effect. ini kita hidup dalam lingkungan yang
Apabila diperhatikan, dalam penuh dengan berbagai informasi yang
komunikasi dakwah melalui media sosial disebarkan oleh keberadaan media
mensyaratkan adanya interaksi sosial dengan beragam kecepatan, ketepatan,
antara dai sebagai komunikator dan dan kemampuan melakukan interaksi,
PDG·X VHEDJDL NRPXQLNDQ 0HVLNLSXQ sehingga membentuk pengalaman pada
tidak bertemu secara langsung, tetapi manusia dengan cara-cara yang signifikan
proses interaksi sosial di dunia maya dan tanpa disadari. Sehingga menurut
terjadi. Boleh jadi interaksi sosialnya istilah Gerbner, bahwa kehadiran media
secara simbolik. Tetapi proses imitasi, dapat menciptakan masyarakat.
sugesti, identifikasi, dan simpati dalam Lebih lanjut Stephen dan Karen
komunikasi dakwah melalui media sosial (2009) menyebutkan, bahwa
itu terjadi. Misalnya proses pengenalan perkembangan media sekarang ini sudah
memasuki era media kedua. Artinya, pada QXUDQL PDG·X VHGDQJNDQ HIHN behavioral
era media pertama penekanannya pada apabila dakwah dapat menggerakkan
penyiaran yang pendekatannya interaksi PDG·X XQWXN PHODNXNDQ SHUEXDWDQ DWDX
sosial (social interaction). Sedangkan pada tindakan tertentu sesuai dengan pesan-
era media kedua penekanannya pada pesan dakwah yang disampaikan.
jaringan dengan pendekatan integrasi Di sinilah proses persuasif terjadi
sosial (social integration). Melalui dalam komunikasi dakwah. Persuasif
pendekatan integrasi sosial dapat EHUDVDO GDUL SHUNDWDDQ /DWLQ ´SHUVXDVLRQµ
digambarkan, bahwa media bukan dalam yang berarti membujuk, mengajak, atau
bentuk informasi, interaksi, atau merayu. Ini mengandung pengertian,
penyebarannya; tetapi dalam bentuk bahwa persuasif adalah proses
ritual atau bagaimana manusia mempengaruhi pendapat dan tindakan
menggunakan media sebagai cara orang dengan menggunakan manipulasi
menciptakan masyarakat. Media psikologis sehingga orang tersebut
diritualkan karena media menjadi bertindak atas kehendaknya sendiri.
kebiasaan, sesuatu yang formal, dan Dalam hal ini, ada kesamaan makna
memiliki nilai yang lebih besar dari dengan dakwah yang secara bahasa
penggunaan media itu sendiri. Sehingga berarti mengajak atau menyeru. Dalam
dalam kondisi tertentu media pengertiannya disebutkan, bahwa
berpengaruh dalam penciptaan tatanan dakwah merupakan kegiatan untuk
kehidupan masyarakat baru. Maka mentransformasikan nilai-nilai agama
dengan aktivitas komunikasi dakwah yang mempunyai arti penting dan
melalui media sosial, akan merubah sosio- berperan langsung dalam pembentukan
kultural masyarakat. Kalau selama ini persepsi umat tentang berbagai nilai
untuk mendapatkan penerangan agama kehidupan. Atau secara sederhana
harus datang ke majelis taklim dengan dakwah sering diartikan sebagai upaya
beinteraksi secara langsung atau merubah suatu kondisi ke arah yang lebih
membuka saluran radio atau televisi yang baik sesuai dengna tuntunan ajaran Islam.
menyiarkan acara keagamaan. Sekarang Menurut Wahyu Ilaihi (2010), berarti
ini dengan memanfaatkan media jaringan, dalam kegiatan komunikasi dakwah
semua orang dapat mengakses ceramah- terdapat proses persuasif yang bertujuan
ceramah keagamaan kapan saja dan di untuk mengubah pendapat, sikap, dan
mana saja sesuai dengan kebutuhan. Ini perilaku. Dalam hal ini, proses persuasif
tentunya menggambarkan, bahwa dalam kerangka komunikasi dakwah
kehadiran media berpengaruh terhadap berorientasi pada segi-segi psikologis
penciptaan tatanan masyarakat baru yang PDG·X XQWXN PHPEDQJNLWNDQ NHVDGDUDQ
menjadikan media sebagai ritual dalam mereka untuk menerima dan
kehidupan sehari-hari. melaksanakan ajaran Islam.
Di samping itu dapat dikatakan, Dalam prakteknya, menurut
bahwa aktivitas dakwah melalui media Wahyu Ilaihi (2010), supaya tercipta
juga memiliki efek (pengaruh), baik efek proses persuasif yang efektif, maka dapat
kognitif, afektif, maupun behavioral. Efek ditempuh beberapa metode, yaitu: (1)
dari dakwah ini tentu selaras dengan asosiasi, yakni penyajian pesan
tujuan yang hendak dicapai dari dakwah komunikasi dengan jalan menumpangkan
tersebut. Secara kognitif aktivitas dakwah pada suatu peristiwa yang aktual; (2)
KDUXV GDSDW PHPEXDW PDG·X OHELK integrasi, yaitu kemampuan untuk
mengerti dan bertambah pengetahuannya. menyatukan diri dengan komunikan
Efek afektif apabila dakwah dapat secara interaktif dan komunikatif; (3) pay-
menyentuh perasaan dan kesadaran hati off dan fear-arousing, yakni kegiatan
mempengaruhi orang lain dengan jalan NHSHUFD\DDQ GDUL PDG·X NHSDGD GDL
melukiskan hal-hal yang karena memiliki karakter yang baik
menggembirakan dan menyenangkan sehingga perkataannya layak untuk
perasaannya atau memberi harapan, serta didengar dan diikuti.
sebaliknya menyajikan konsekwensi yang Oleh karena itu, berkenaan dengan
buruk dan tidak menyenangkan perasaan; proses persuasif dalam komunikasi
dan (4) icing, yaitu menjadikan indah dakwah ini, Jalaluddin Rakhmat (2004)
sesuatu sehingga menarik siapa yang mengutip pernyataan Aristoteles sebagai
menerimanya. berikut:
Dalam pelaksanaan komunikasi Persuasi tercapai karena
dakwah secara persuasif, ada formula karakteristik personal pembicara, yang
yang dapat dijadikan landasan, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya
disebut dengan AIDDA, yaitu singkatan kita menganggapnya dapat dipercaya.
dari: (1) A = Attetion (perhatian); (2) I = Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya
Interest (minat); (3) Desire (hasrat); (4) pada orang-orang baik daripada orang
Decision (keputusan); dan (5) A = Action lain. Ini berlaku umumnya pada masalah
(kegiatan). Jadi proses komunikasi apa saja dan secara mutlak berlaku ketika
dakwah persuasif ini yang dahulu mesti tidak mungkin ada kepastian dan
dilakukan adalah membangkitkan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan
perhatian, lalu muncul minat dan hasrat, sementara penulis retorika bahwa
kemudian muncul sikap untuk kebaikan personal yang diungkapkan
mengambil keputusan, sehingga pada pembicara tidak berpengaruh apa-apa
gilirannya dipraktekkan dalam tindakan pada kekuatan persuasinya; sebaliknya
nyata. Sebagaimana dikatakan Wilbur karakternya hampir bisa disebut sebagai
Schram seperti dikutip oleh Wahyu Ilaihi alat persuasi yang paling efektif yang
(2010), bahwa persuasif menghendaki efek dimilikinya.
yang baik, maka pendekatannya dimulai Di sinilah pentingnya karakter
dari proses attention to attention to action, komunikator yang disebut dengan faktor
artinya seorang dai sebagai komunikator ethos seperti yang disebut Aristoteles di
harus dapat membangkitkan perhatian atas. Jalauddin Rakhmat (2004) merinci
daUL PDG·X VHEDJDL NRPXQLNDQ VHWHODK LWX dimensi-dimensi ethos yang terdiri dari
baru dapat menggerakkan untuk berbuat tiga dimensi, yaitu kredibilitas, atraksi,
sesuai dengan tujuan yang sudah dan kekuasaan. Kredibilitas adalah
ditetapkan dalam kegiatan dakwah. seperangkat persepsi komunikan tentang
'DODP KDO LQL NDWD %DPEDQJ 6 0D·DULI sifat-sifat komunikator. Dikatakan
(2015), bahwa efektivitas komunikasi memiliki kredibilitas, apabila
dakwah harus mengarah pada sejauh komunikator dapat membentuk atau
mana aktivitas dakwah dapat memanipulasikan persepsi yang positif di
PHPSHQJDUXKL GDQ PH\DNLQNDQ PDG·X hadapan komunikan. Apakah dengan
sebagai komunikan dakwah. Kalau penampilanya, gayanya, maupun
diperhatikan, komunikasi dakwah melalui perkataan yang disampaikannya.
media sosial yang disampaikan oleh Kredibilitas ini memiliki dua komponen
Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat, dan yang penting, yaitu keahlian dan
Evie Effendi mempengaruhi terhadap kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang
pemikiran, sikap, dan tindakan khalayak dibentuk komunikan tentang kemampuan
VHEDJDL PDG·XQ\D 6HKLQJJD PHUHND komunikator dalam hubungannya dengan
memiliki kepribadian yang berbeda topik yang dibicarakan. Sedangkan
dengan sebelumnya ke arah yang lebih kepercayaan adalah kesan komunikan
baik. Ditambah lagi munculnya nilai tentang komunikator yang berkaitan
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dkk, (2007) Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Bachtiar, Wardi, (1997) Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos, Jakarta.
Effendi, Onong Uchjana, (1995) Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya.
Fakhruroji, Moch, (2017) Dakwah di Era Media Baru: Teori dan Aktivisme Dakwah di Internet,
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.