Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Jurnal Fisika Dan Terapannya

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol.

7 (2): 139 - 148


DOI: 10.24252/jft.v7i2.18267

JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA


p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (kV) PADA PEMERIKSAAN


THORAX TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI DENGAN
ANALISIS APLIKASI IMAGE-J
Fitriani, Sri Zelviani, dan Sahara

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,Universitas Islam Negeri Alauddin


Makassar

email: fitrianhy08@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Status artikel: This study aims to determine the effect of high voltage
Diterima: 15 Desember 2020 usage and standards on the quality of radiographic
Disetujui: 31 Desember 2020 imagery produced on X-ray aircraft. Data retrieval was
Tersedia online: 11 Januari 2021 obtained by conducting testing in the Radiology
Installation room of the Makassar Public Lung Health
Keywords: Image Quality, Tube Center by using an X-ray aircraft of thosiba brand type
Voltage, X-ray Aircraft, Image-J with drx-1824B model unit. The result obtained is the
voltage of the tube gives an influence on the quality of
radiography imagery where for the use of standard tube
voltage provides good radiographic imagery quality
results with a graph reading histogram voltage of 50 kV
with a distance of 100 cm and a time of 10 mAs with a
black background image starting at the position of 16 to
36 and the position of the object is 37 to 79 which is then
able to provide information because the edges of the object
and background can still be distinguished clearly and for
the high voltage used the result is less tub because it can
reduce the contrast value of objects and background is
indistinguishable, this is seen in the histogram readings
voltage of 90 kV and distance of 100 cm and the time of
10 mAs has a gradation of gray color that dominates
compared to the black background whose position starts
from 10 to 132 which can not provide information on the
edge value between the background and the object
phantom water because both seem to be fused so that it is
indistinguishable and causes an inadequate image contrast
Not good enough.

ABSTRACT

JFT | 139
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

1. PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi saat ini meningkat begitu cepat, salah satunya dalam aspek
kesehatan terutama di instalasi Radiologi rumah sakit. Radiologi adalah bidang yang
berhubungan erat dengan pemanfaatan radiasi sinar-X untuk keperluan diagnosis.
Perkembangan radiologi diawali dengan ditemukannya radiasi sinar-X oleh William Congrat
Roentgen tahun 1895. Radiasi adalah suatu energi yang kemudian dipancarkan dalam bentuk
gelombang elektromagnetik, partikel atau cahaya dari sumber radiasi. Kemudian sejak tiga
tahun setelah ditemukannya sinar-X ini telah memicu banyaknya pemanfaatan radiasi pada
masyarakat terutama di bidang Kedokteran.
Sinar-X atau sinar Roentgen adalah salah satu alat medis yang sangat menunjang di
dunia Kedokteran. Sinar-X memiliki beberapa manfaat yang dapat menguntungkan di dunia
kedokteran salah satunya adalah untuk mendiagnosis suatu penyakit yang diderita oleh pasien.
Sinar-X dapat digunakan untuk pemeriksaan seperti foto thorax, abdomen, cruris dan organ
tubuh lainnya. Dalam pemanfaatannya, pemakaian sinar-X bukan hanya digunakan untuk
pemeriksaan pasien dewasa akan tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pemeriksaan organ
tubuh pada anak-anak, Namun dibalik adanya manfaat dari penggunaan sinar-X ternyata
adapula kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan sinar-X apabila melewati ambang batas
tertentu untuk penggunaan sinar-X (Hernawati, 2012).
Sinar Roentgen pertama kali ditemukan oleh salah satu ilmuwan di Fisika Universitas
Wurzburg di Jerman pada tahun 1985 yang bernama Wilhelm Conrad Roentgen. Beliau
pertama kali menemukan sinar-X ketika melakukan suatu kegiatan riset dengan menggunakan
sinar katoda. Awalnya Wilhelm Conrad Roentgen melihat munculnya sinar fluresensi yang
bersumber dari Kristal barium platinosianida dalam suatu tabung yang dinamakan tabung
Crokes-Hittorf yang dialiri aliran listrik. Dalam penelitian inilah Wilhelm Conrad yakin bahwa
riset yang dilakukan merupakan penemuan baru sehingga ia bertekad untuk melanjutkan
penelitiannya, sehingga hasil dari peneltian inilah yang kemudian memperoleh penemuan baru
yaitu disebut sinar-X atau sinar Roentgen, dinamakan sinar Roentgen karena untuk
menghargai Wihelm Conrad Roengen sebagai penemu Sinar-X (Sjahriar Rasad, 2005).
Faktor ekspos yang terdiri dari tegangan tabung, jarak dan waktu merupakan suatu
faktor yang dapat memberikan pengaruh dan menentukan kualitas dan kuantitas citra yang
dihasilkan pada suatu proses penyinaran. Pada penelitian ini peneliti menggunakan variasi
tegangan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas citra yang dihasilkan oleh
penggunaan tegangan standar dan tinggi, sehingga dapat menjadi suatu bahan pertimbangan
bagi pekerja di suatu Rumah Sakit.
Teknik tegangan tinggi merupakan suatu pengembangan teknik radiograf dengan
menaikkan nilai kV dari kV standar (kV yang secara umum digunakan untuk membentuk suatu
radiograf dan mampu menghasilkan informasi diagnostic). Tegangan tabung yang digunakan
berkisar antara 100-150 kV akan tetapi penggunaan teknik kV tinggi ini juga memperhatikan
pesawat sinar-X yang digunakan apakah standar penggunaannya diatas 100 kV atau standar
kV tingginya dibawah 100 kV karena setiap pesawat sinar-X memiliki spesifikasi yang
berbeda-beda dan penggunaan teknik kV tinggi juga harus memperhatikan kondisi atau
ketebalan objek yang akan disinari. Dan radiograf yang dihasilkan menggunakan teknik kV
tinggi bisa menurunkan kontras bila dibandingkan dengan radiograf dengan kV rendah (Carrol,
1985).
Untuk dapat menghasilkan radiografi yang memberikan informasi semaksimal
mungkin diperlukan radiografi yang optimal. Kualitas radiografi meliputi densitas, kontras,
JFT | 140
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

ketajaman dan distorsi maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menekan faktor-faktor yang
dapat menurunkan kualitas radiografi, salah satu penyebab yang dapat menurunkan kualitas
radiografi adalah radiasi hambur (Bushong, 2001).
Image-J merupakan sebuah software pengolah citra/gambar yang dikembangkan oleh
Wayne Rasband dari National Intitutes of Health (NIH). Image-J ditulis menggunakan Java
yang dapat dijalankan pada sistem operasi linux, macintosh, dan windows serta dapat
digunakan pada mode 32 bit dan 64 bit. Salah satu contoh pengaplikasian software ini dalam
bidang kesehatan adalah untuk menentukan kualitas citra radiografi mengenai kontras dan
ketajaman gambar menggunakan salah satu fitur pada aplikasi Image-J yaitu histogram (Toni
Dwi Novianto, 2019)
Kualitas citra yang digunakan kemudian diolah dan dapat dianalisis dengan
memperhatikan citra histogramnya pada sebuah aplikasi Image-J. Histogram merupakan salah
satu fitur yang terdapat pada aplikasi Image-J dimana citra histogram adalah sebuah grafik
yang memberikan informasi atau menunjukkan frekuensi suatu intensitas warna. Sumbu
horizontal pada grafik histogram menunjukkan intensitas warna yang dipakai (0-255) dan
untuk sumbu vertical menunjukkan jumlah titik yang menggunakan warna yang bersangkutan
(Sutikno, 2007).

2.METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar dengan
memanfaatkan atau menggunakan sinar-X dengan pesawat sinar-X jenis merek Toshiba
dengan unit model DRX-1824B dengan nomor seri 3D0971 serta stator XS-AV yang
diproduksi di Jepang yang menggunakan jenis X-ray Konvensional. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan tegangan (kV) tabung yang bervariasi pada
pemeriksaan thorax terhadap kualitas citra radiografi di Balai Besar Kesehatan Paru
Msayarakat Makassar. Alat dan bahan yang digunakan adalah Pesawat sinar-X, aplikasi
Software platform java Image-J Basics, phantom pengganti objek manusia, meteran.
kaset/image receptor. Adapun prosedur kerja pada penelitian ini meliputi dua tahap yaitu :
a. Tahap penyinaran dan pengambilan data pada pesawat sinar-X menggunakan kV standar
dan kV tinggi
b. Tahap pengolahan data menggunakan aplikasi Image-J

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa gambar dari hasil pengeksposan
menggunakan parameter faktor ekspos foto thorax yang biasa digunakan pada umumnya yaitu
menggunakan teknik kv standar (50- 70 kV) dan teknik kV tinggi (90-110 kV) yang
menggunakan jarak (100 cm) dan waktu (10 mAs) yang sama. Pada penelitian ini
menggunakan objek phantom (baskom yang diisi air) sebagai pengganti pasien serta
menggunakan film yang sama yaitu fuji film ukuran 15 cm x 15 cm yang kemudian hasil foto
yang diperoleh ini kemudian akan diolah menggunakan aplikasi Image-J dengan
memanfaatkan fitur atau indikator yang terdapat pada aplikasi Image-J yaitu fitur Histogram
yang berfungsi untuk mengetahui kualitas citra radiografi yang meliputi kontras, dan
ketajaman/penajaman dan kejelasan gambar. Adapun hasil dari setiap pengeksposan citra
radiografi phantom air (baskom diisi air) adalah sebagai berikut:

FT | 141
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

Hasil Citra Radiografi menggunakan kV Standar


Berikut ini hasil citra radiografi tegangan standar secacara visual, yang dapat diamati
dengan memperhatikan kualitas citra radiografi yang meliputi ketajaman, kontras, dan derajat
keabuan.

Gambar 1. Hasil Citra Radiografi dengan Faktor ekspos 50 kV, jarak 100 cm dan 10 mAs
Gambar diatas tampak jelas objek phantom air yang disinari oleh sinar-X dimana
kontras dan ketajaman gambar sangat bagus karena objek dan background pada gambar 1
tampak jelas dimana tepi atau background dan objek dapat dideteksi oleh peneliti sehingga
gambar diatas dapat dikatakan bahwa sebuah hasil citra radiografi yang baik karena tidak ada
citra keabuan yang menonjol.

Gambar 2 Hasil Citra Radiografi dengan Faktor ekspos 60 kV,jarak 100 cm dan 10 mAs
Gambar 2 citra phantom air yan dijadikan objek tampak jelas sisi tepi dan
backgroundnya dan citra yang ditunjukkan yang meliputi kontras dan ketajaman yang
diperoleh hampir sama dengan gambar 1 yang menggunakan tegangan sebesar 50 kV dan jarak
serta arus waktu yang sama sehigga kualitas citra dapat dikatakan citra yang baik karena tidak
ada nilai keabuan yang mendominasi pada hasil citra.

Gambar 3 Hasil Citra Radiografi dengan Faktor ekspos 70 kV,jarak 100 cm dan 10 mAs
Gambar 3 disini objek phantom juga terlihat jelas yang tidak jauh berbeda dengan
gambar 1 dan 2 yang sisi tepi objek masih terlihat jelas dan begitupun backgroundnya terlihat
jelas sehingga kualitas citra radiografi untuk gambar 3 masih dalam kategori kualitas citra
baik.

JFT | 142
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

Hasil Citra Radiografi menggunakan kV Tinggi


Menurut (Carrol, 1985) radiograf yang menggunakan teknik tegangan tinggi bisa
menurunkan kontras gambar bila dibandingkan dengan radiograf dengan tegangan rendah,
sehingga penggunaan teknik tegangan tinggi tidak rutin digunakan. Penggunaan tegangan
tinggi pada penelitian ini bertujuan untuk memperjelas teori apakah penggunaan tegangan
tinggi dapat mengurangi kontras gambar yang dihasilkan.
Kontras pada penggunaan tegangan tinggi, diperoleh hasil citra yang dapat diamati
dengan mata secara langsung, dimana hasil citra radiorafi yang dihasilkan tampak objek
seakan-akan terzoom dan nilai keabuan sangat mendominasi dan seakan-akan tepi objek
buram dan menyatu dengan background, sehingga penggunaan tegangan tinggi kurang baik
karena gambar tepi objek tidak jelas dan tegas. Menurut (Muhammad Nurkhamid, 2012) citra
yang bagus adalah citra yang memperlihatkan jangkauan nilai keabuan atau derajat keabuan
yang jelas tanpa ada nilai keabuan yang mendominasi dan distribusi histogram citra yang
bagus adalah nilai intensitas atau tingkat warna yang mendekati 0-80 tanpa ada nilai keabuan
atau nilai kehitaman yang mendominasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
tegangan tinggi tidak begitu baik dan penggunaan tegangan tinggi tidak rutin digunakan karena
semakin besar tegangan tabung yang digunakan ini dapat menyebabkan radiasi hambur yang
semakin besar dan seorang radiografer perlu memperhatikan pedoman umum proteksi dan
keselamatan radiasi pada radiodiagnostik agar tidak melewati ambang batas dosis tertentu.
Berikut ini beberapa hasil citra radiografi yang menggunakan tegangan tinggi.

Gambar 4 Hasil Citra Radiografi dengan Faktor ekspos 90 kV, 100 kV, 110 kV,
jarak 100 cm dan 10 mAs

FT | 143
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

Secara visual citra phantom air pada ketiga gambar diatas yaitu gambar 4, memiliki
hasil kualitas citra radiografi yang hampir sama dimana ketiga gambar tersebut objeknya atau
phantom air yang digunakan tidak begitu jelas karena radiasi hamburnya melebar atau
dengan kata lain ketajaman citra rendah menyebabkan tepi dan bagian-bagian citra phantom
tidak terdeteksi dengan jelas hal ini disebabkan karena daya tembus yang besar yang
kemudian menyebabkan rendahnya berat atom atau kepadatan suatu materi atau phantom air,
Sehingga ketiga gambar ini dapat dikatakan kualitas citra buruk karena terdapat nilai keabuan
yang mendominasi terhadap backgroundnya. Penyebaran nilai keabuan atau kontras ini
disebabkan semakin tingginya nilai tegangan tabung yang berpengaruh terhadap ketajaman
citra radiografi yang dihasilkan, karena semakin tinggi tegangan yang digunakan maka daya
tembusnya semakin besar sehingga objek phantom seakan-akan terzoom sehingga objek
tidak bisa terdeteksi dengan jelas.
Hasil analisis gambar menggunakan aplikasi Image-J dengan menggunakan fitur
Histogram
Pembacaan histogram secara kasat mata adalah dimulai dari kiri ke kanan. Grafik
pada ujung kiri grafik mewakili hitam sempurna kemudian untuk ujung tengah mewakili abu-
abu dan untuk ujung kanan mewakili putih sempurna. Dalam satu titik maka ketinggian
grafik mewakili jumlah piksel dalam tone tersebut. Pada pembacaan histogram terdapat
mean, stddev, min, max dan mode (gray level yang paling tinggi). Mean merupakan ukuran
rata-rata inensitas dari suatu citra. Stddev merupakan ukuran rata-rata kontras dari suatu citra.
Sedangkan untuk min dan max merupakan distribusi background hitam dan distribusi gray
level.
Analisis kualitas citra dilakukan berdasarkan oleh parameter-parameter pengamatan
citra diantaranya ketajaman, kontras citra. Berikut ini adalah data sekunder pada penelitian
yaitu gambar foto thorax secara jelas dan gambar foto thorax yang citra radiografinya tidak
jelas atau buram beserta dengan grafik histogramnya.

Gambar 5 Data sekunder foto thorax yang jelas dan grafik histogram software Image-J

JFT | 144
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

Gambar 6 Data sekunder foto thorax kurang baik dan grafik histogram hasil citra
radiografi kurang baik
Berdasarkan keempat gambar diatas, dapat diamati perbedaan pada gambar 5 dan 6,
dimana sangat jelas perbedaan tulang rusuk diantara kedua gambar, dimana gambar 5 terlihat
jelas seluruh tulang rusuk secara tegas dan jelas sedangkan untuk gambar 6 terlihat tulang
rusuk namun dalam keadaan buram dan tidak jelas dan seakan-akan nilai keabuan sangat
mendominasi, selanjutnya untuk grafik histogram software Image-J, dapat dilihat untuk
gambar 5 tidak ada nilai keabuan yang mendominasi, dan grafik histogram merata dari kiri
ke kanan ini menampilkan posisi dari 0 sampai 255 dmana untuk posisi 0 disebelah kiri
merupakan nilai hitam, untuk posisi tengah adalah nilai abu-abu dan posisi kanan adalah nilai
putih sehingga tidak ada nilai keabuan, kehitaman atau putih yang lebih mendominasi
sehingga dapat dikatakan kualitas citra radiografi yang cukup baik. Pada gambar 6
merupakan grafik histogram citra radiografi dari hasil citra radiografi foto thorax yang
kurang baik, hal ini dapat dilihat pada grafik, dimana terdapat nilai keabuan yang lebih
mendominasi sehingga dapat dinyatakan sebagai kualitas citra radiografi yang kurang baik.
Hasil Citra Radiografi kV Standar dengan menggunakan aplikasi Imagej (Histogram)

FT | 145
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

Gambar 7 Hasil Citra Radiografi grafik histogram software Image-J dengan Faktor ekspos
50 kV, 60 kV , 70 kV, jarak 100 cm dan 10 mAs
Tabel 1. Hasil Analisis Histogram pada system Digital Radiography untuk kV standar
NO Tegangan Mean Std Dev Distribusi gray Gray level paling
Tabung level tinggi (pada posisi
(kV) gray level)
Min Mean

1 50 36.804 14.541 16 79 31 (73833)

2 60 41.405 12.741 16 78 32 (80352)

3 70 53.161 7.748 29 77 51 (93700)

Dari tabel 1 dapat dilihat perbedaan gray levelnya, terlihat bahwa perbedaan
histogram pada ketiga tegangan tabung (tegangan standar) memiliki selisih gray level yang
berbeda. Distribusi gray level yang paling lebar dan jelas adalah untuk penggunaan tegangan
50 kV, dan paling sempit pada penggunaan tegangan 70 kV, dimana semakin besar tegangan
tabung yang digunakan maka range distribusi gray level semakin sempit akan tetapi untuk
tegangan standar ini memiliki gray level yang tidak jauh berbeda dan memperoleh hasil yang
bagus dan dapat memberikan informasi citra dan untuk penggunaan tegangan standar ini
untuk histogram citranya memberikan informasi antara sisi tepi background dan objek dan
hasil citra terlihat cenderung lebih gelap dari citra tegangan tinggi dan objek tampak jelas
dan lebih detail antara objek dengan background sehingga memiliki kurva histogram yang
bagus.

JFT | 146
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

Hasil Citra Radiografi kV Tinggi dengan menggunakan aplikasi Imagej (Histogram)

Gambar 8 Hasil Citra Radiografi grafik histogram software Image-J dengan Faktor ekspos
90 kV, 100 kV, 110 kV,jarak 100 cm dan 10 mAs
Tabel 2. Hasil Analisis Histogram pada system Digital Radiography untuk kV tinggi
NO Tegangan Mean Std Dev Distribusi gray Gray level paling
Tabung level tinggi (pada posisi
(kV) gray level)
Min Mean

1 90 79.636 31.834 10 132 113 (39589)

2 100 82.515 30.237 20 129 109 (19554)


3 110 111.623 30.427 41 163 148 (43663)

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa histogram citra pada tegangan tabung 90 kV, 100
kV, dan 110 kV memiliki rentang distribusi gray level yang lebih sempit dibandingkan
dengan tegangan standar dan kurva histogramnya antara background dan objek tidak dapat
dibedakan dan citra terlihat objeknya lebih mendominasi dan seakan-akan terzoom sehingga
tidak bisa memberikan informasi tentang objek dan objek tidak dapat diamati dengan jelas
karena posisi background dan objek menyatu hal ini disebabkan karena besarnya tegangan
tabung yang menyebabkan radiasi hambur besar sehingga hamburannya melebar ke segala
arah.

FT | 147
Fitriani, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (2020) Vol. 7 (2): 139 - 148

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kedua tahap penggunaan tegangan standar dan
tegangan tinggi dapat disimpulkan bahwa penggunaan tegangan standar memperoleh hasil
citra radiografi yang cukup baik, dapat dilihat padagambar radiografi yang dihasilkan
pesawat sinar-X serta grafik histogram yang meliputi kontras dan ketajaman yang cukup baik
dimana ketajaman pada penggunaan tegangan standar menunjukkan gambar objek yang
cukup jelas dan menunjukkan kemampuan mendeteksi antara tepi objek dan backgkround
hitam pada citra radiografi yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X. Kontras untuk tegangan
standar juga cukup baik karena tidak ada nilai keabuan yang mendominasi pada hasil citra
yang diperoleh. Penggunaan tegangan tinggi diperoleh hasil citra radiografi yang kurang baik
karena adanya nilai keabuan yang lebih mendominasi dan seakan-akan tepi objek menyatu
dengan background dan gambar tepi objek juga tidak jelas dan tegas dan objek seakan-akan
terzoom atau melebar, hal ini karena besarnya radiasi hambur yang disebabkan oleh tegangan
yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaiknya pada pemeriksaan thorax
menggunakan tegangan standar, karena dengan menggunakan tegangan standar sudah
mampu memberikan informasi mengenai objek yang disinari secara jelas dan tegas.

4. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tegangan tabung memberikan pengaruh
terhadap hasil kualitas citra radiografi dimana untuk penggunaan kV standar memberikan
hasil kualitas citra radiografi yang baik, sedangkan untuk hasil kV tinggi yang digunakan
hasilnya adalah dapat mengurangi nilai kontras objek serta background tidak dapat
dibedakan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Carrol, Q.B. (1985). Principle of Radiographic Exposure Processing and Quality Control,
Third Edition. USA, Thomas Publisher

Hernawati. (2012). Gelombang. Makassar, Alauddin University Press

Nurkhamid, Mukhammad dan Sutejo. (2012). Metode Kecerahan Citra Kontras dan
Penajaman Citra Untuk Peningkatan Mutu Citra. Jakarta : Universitas Indonesia.

Rasad, Sjahriar. (2005). Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta, FKUI

Sutikno, K. Firdausy, dan E.Prasetyo. ( 2007). Perangkat Lunak Perbaikan Kualitas Citra
Digital Model RGB dan HIS Dengan Operasi Peningkatan Kontras. Jakarta,
SNATL.

Novianto, Toni Dwi. (2019). Pengukuran Nilai Porositas Menggunakan Software Image-J.
Yogyakarta, LRMPHP.

JFT | 148

You might also like