Onkogenesis, Morfologi, Dan Modalitas Deteksi Dini Karsinoma Serviks
Onkogenesis, Morfologi, Dan Modalitas Deteksi Dini Karsinoma Serviks
Onkogenesis, Morfologi, Dan Modalitas Deteksi Dini Karsinoma Serviks
2021;3(1):47-60
DOI: https://doi.org/10.35790/msj.3.1.2021.33543
Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/msj
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Indonesia
2
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
Email: lefinasiarapar@gmail.com
Abstract: The incidence and mortality rates of cervical cancer in developing countries are
relatively high compared to developed countries. The main risk factor for cervical cancer is
high risk human papilloma virus (HPV) infection, such as types 16 and 18. Types of high-
risk HPV expresses oncoproteins E6 and E7 which play an essential role in the pathogenesis
of cervical carcinoma through inhibition of the activity of gene group expression products
that play a role in suppressing tumor growth, such as p53 and pRB. This process will cause
morphological changes in the squamous epithelium from precancerous lesions to cancer.
The development of squamous epithelial cell cancer can be prevented through screening
tests in order to detect cervical cancer early. This study was aimed to obtain the oncogenesis,
morphology, and early detection modality of cervical carcinoma. This was a literature
review study using three databases, as follows: ClinicalKey, PubMed, and Google Scholar.
The results explained that p53 and pRB suppression by high-risk HPV oncoproteins E6 and
E7 played an important role in the pathogenesis of cervical carcinoma. The most common
histological type is squamous cell carcinoma. Screening tests such as visual inspection with
acetic acid (VIA), Pap smears and HPV DNA have an important role as modalities for early
detection of malignancy. More specifically VIA and Pap smears are suitable for Indonesia
which is a developing country, especially when implemented in peripheral areas.
Keywords: oncogenesis; morphological changes; early detection; cervical carcinoma
Abstrak: Insidens dan mortalitas kanker serviks di negara berkembang relatif tinggi
dibandingkan negara maju. Faktor risiko utama dari kanker serviks adalah infeksi human
papilloma virus (HPV) risiko tinggi yaitu tipe 16 dan 18. HPV tipe risiko tinggi
mengekspresikan onkoprotein E6 dan E7, yang berperan penting dalam patogenesis
karsinoma serviks melalui inhibisi terhadap aktivitas produk-produk ekspresi kelompok gen
yang berperan dalam menekan pertumbuhan tumor, seperti p53 dan pRB. Proses ini akan
menyebabkan perubahan morfologik pada epitel skuamosa mulai dari lesi prakanker sampai
kanker. Perkembangan kanker sel epitel skuamosa dapat dicegah melalui pemeriksaan
skrining guna mendeteksi dini kanker serviks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
onkogenesis, morfologi, dan modalitas deteksi dini karsinoma serviks. Jenis penelitian ialah
literature review menggunakan tiga basis data yaitu ClinicalKey, PubMed, dan Google
Scholar. Hasil penelitian mendapatkan bahwa penekanan p53 dan pRB oleh onkoprotein
HPV risiko tinggi E6 dan E7 sangat berperan penting dalam patogenesis karsinoma serviks.
Tipe histologik tersering ialah tipe karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan skrining seperti
pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), Pap smear dan HPV DNA memiliki
peran penting sebagai modalitas deteksi dini keganasan. Lebih khusus IVA dan Pap smear
cocok untuk negara Indonesia yang merupakan negara berkembang, terutama bila
diimplementasikan di daerah perifer.
Kata kunci: onkogenesis; perubahan morfologik; deteksi dini; karsinoma serviks
47
48 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 3, Nomor 1, Juli-Desember 2021, hlm. 47-60
Tabel 1. Daftar literatur yang digunakan dalam pembahasan onkogenesis karsinoma serviks
Peneliti/Tahun/ Desain
Judul Jurnal Onkogenesis
Lokasi penelitian Penelitian
Small W et al/ Cervical cancer: a Review Serviks dilapisi epitel skuamosa bertingkat
20178 global health crisis pada ektoserviks dan epitel torak pada
endoserviks, transisi antara dua epitel ini
disebut squamocolumnar junction (SCJ) yang
diyakini miliki risiko terbesar terhadap
transformasi neoplastic
Claritha DC et al/ Hubungan antara lesi Studi Metaplasia skuamosa sangat meningkat pada
2020/Indonesia9 prakanker serviks de- analitik periode dewasa muda sehingga berisiko terjadi
ngan sosiodemografi dengan transformasi atipik skuamosa yang dapat
perempuan di Kecamat- pendekatan berkembang menjadi neoplasia intraepitel
an Legok Kabupaten cross serviks
Tangerang tahun 2018 sectionaI
Balasubramaniam Key molecular events in Review Onkoprotein HPV, E6 dan E7, menginaktivasi
SD et al/2019/ cervical cancer deve- p53 dan pRB yang sangat penting peker-
Malaysia10 lopment jaannya dalam menekan pertumbuhan tumor.
Pruski D et al/ Sensitivity and specifi- Fungsi p53 sebagai dasar dalam kontrol
2019/Poland11 city of HR HPV E6/E7 pergerakan siklus sel dari G1 ke S.
mRNA test in detecting
cervical squamous
intraepithelial lesion
and cervical cancer
Stiasny A et al/ Immunohistochemical Onkoprotein E7 dari HPV menginaktivasi pRB
2016/Jerman12 evaluation of E6/E7 dengan memfosforilasi agar E2F bebas dan
HPV oncoproteins menginduksi transkripsi gen
staining in cervical
cancer
Savira M/2018/ Biologi molekuler Review E2F teraktivasi setelah E7 hambat pRB, dan
Indonesia13 human papilloma virus membuat siklus sel masuk ke fase S sehingga
terjadi replikasi virus.
Tabel 2. Daftar literatur yang digunakan dalam bahasan morfologi karsinoma serviks
Peneliti/Tahun/ Desain
Judul Jurnal Morfologi
Lokasi penelitian Penelitian
Permana PH et al/ Karakteristik karsinoma Deskriptif Tipe histologik karsinoma serviks ter-
2017/Indonesia14 serviks di RS Dr. M. retrospektif banyak ialah tipe sel skuamosa diikuti
Djamil Padang oleh adenokarsinoma dan tipe histologik
lainnya
Herlana F et al/ Karakteristik pasien kan- Deskriptif Tipe histologik karsinoma serviks ter-
2017/Indonesia15 ker serviks berdasar atas observasional banyak ialah tipe sel skuamosa diikuti
usia, paritas, dan gambar- dengan oleh adenokarsinoma dan tipe histologik
an histopatologi di RSUD pendekatan lainnya
Al-Ihsan Bandung cross sectional
Rozario S do et al/ Characterization of wo- Observasional Tipe histologik karsinoma serviks ter-
2019/Brasil16 men with cervical cancer retrospektif banyak ialah tipe sel skuamosa diikuti
assisted at Inca by histo- dengan oleh adenokarsinoma dan tipe histologik
logical type pendekatan lainnya
kohort
50 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 3, Nomor 1, Juli-Desember 2021, hlm. 47-60
Nowakowski A et Cervical cancer histo- Analisis cross- Tipe histologik karsinoma serviks ter-
al/2016/Poland18 logy, staging and survival sectional banyak ialah tipe sel skuamosa diikuti
before and after imple- retrospektif oleh adenokarsinoma dan tipe histologik
mentation of organized lainnya
cervical screening pro-
gramme in Poland
Latifah SRN/2017/ Hubungan stadium kli-nis Analisis cross- Penggolongan derajat diferensiasi karsi-
Indonesia19 dengan derajat diferen- sectional noma sel skuamosa yang terbagi atas
siasi sel pada pasien karsi- keratinisasi dan non-keratinisasi
noma sel skuamosa ser-
viks uteri di RSUD Abdul
Moeloek Bandar Lam-
pung
Tabel 3. Daftar literatur yang digunakan dalam bahasan modalitas deteksi dini karsinoma serviks
Peneliti/Tahun/ Desain
Judul Jurnal Modalitas Deteksi Dini
Lokasi penelitian Penelitian
Romli R et al/ Cervical cancer and Pap smear Analisis Pemeriksaan skrining dilakukan untuk
2019/Malaysia20 screening: Knowledge, attitude cross- mendeteksi dini sel-sel yang abnormal dan
and practice among working sectional mencegah perkembangan sel menjadi
women in northern state of keganasan, diharapkan dapat menurunkan
Malaysia. insidensi dan mortalitas.
Juanda D, Kesu- Pemeriksaan metode IVA (In- Pelaksanaan deteksi dini di Indonesia
ma H/2015/Indo- speksi Visual Asam Asetat) un- masih rendah, sedangkan jika skrining
nesia21 tuk pencegahan kanker serviks dilakukan secara efektif dapat menurunkan
angka insidens dan mortalitas
Domgue JF et al/ Prevalence and determinants of Studi Skrining sitologi mengacu pada pemerik-
2019/Houston22 cervical cancer screening with a survei saan morfologik sel-sel dari mukosa serviks
combination of cytology and yang diperoleh melalui Pap smear
human papillomavirus testing
Mittal S et al/ Atlas of visual inspection of the Prosedur pemeriksaan inspeksi visual
202023 cervix with acetic acid for dengan asam asetat (IVA) yang dapat
screening, triage, and assess- mendeteksi dini lesi prekursor kanker
ment for treatment: IARC serviks dengan lakukan inspeksi visual
Cancer Base No. 16 setelah aplikasi asam asetat pada wanita
yang tampak normal dan asimtomatik, di
mana akan terlihat gambaran plak putih
pada lokasi tempat diberikan asam asetat
yang berarti epitel serviks tersebut
memiliki sel yang abnormal.
Vahedpoor Z et Comparison of the diagnostic Cross- Jumlah sampel ada 440 dan semua wanita
al/2019/Iran24 value of the visual inspection sectional menjalani tes Hasil penelitiannya, sensiti-
with acetic acid (VIA) and Pap vitas dan spesifisitas Pap smear 29,7% dan
smear in cervical cancer 85,5% dan untuk IVA 94,6% dan 81,6%
screening
Indarti J et al/ The accuration of liquid based Cross- Jumlah sampel ada 138, didapatkan hasil
2017/Indonesia25 cytology and HPV DNA Test sectional sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan
combination as precervical HPV DNA adalah 81,25% dan 78,57%.
cancer lesion screening
Shrivastava SK et Cancer cervix: establishing an Shrivastava et al mendiskusikan hasil
al/2018/India26 evidence-based strategy, an penelitian yang dilakukan Deodhar et al
Rapar, Sambuaga, Durry: Onkogenesis, morfologi, dan … 51
experience of a tertiary care (2012), 5519 wanita dalam rentang usia 30-
centre in India 49 tahun, didapatkan nilai sensitivitas dan
spesifisitas pemeriksaan IVA 64,5% dan
84,2%
Bhattacharyya AK Comparative study between Pap Cross- Penelitian dilakukan pada 300 wanita
et al/2015/ India27 smear and visual inspection sectional dengan rentang usia 18-60 tahun didapat-
with acetic acid (VIA) in kan nilai sensitivitas dan spesifisitas IVA
screening of CIN and early 89% dan 87%, serta nilai sensitivitas dan
cervical cancer spesifisitas Pap smear 52% dan 95%
Huy NVQ et al/ The value of visual inspection Cross- Penelitian dilakukan pada tahun 2012-2013
2018/Vietnam28 with acetic acid and Pap smear sectional didapat nilai sensitivitas dan spesifisitas
in cervical cancer screening IVA 88,8% dan 43,8% serta nilai
program in low resource sensitivitas dan spesifisitas Pap smear 58%
settings – a population-based dan 85,2%. Pada penelitian ini didiskusikan
study studi Costa et al (2007) dimana kombinasi
Pap smear dan tes HPV memberikan
manfaat yang jelas dibandingkan pemerik-
saan sitologi tunggal.
Mastutik G et al/ Skrining kanker serviks dengan Pada penelitiannya, Mastutik et al mendis-
2015/Indonesia29 pemeriksaan Pap smear di kusikan dua penelitian dari Saleh HS
Puskesmas Tanah Kali Kedin- (2014) yang mendapatkan nilai sensitivitas
ding Surabaya dan Rumah Sakit dan spesifisitas Pap smear 50,1% dan
Mawadah Mojokerto 93,1% juga nilai sensitivitas dan spesifisitas
IVA 90% dan 37%. Penelitian lainnya dari
Consul et al (2012) mendapatkan nilai
sensitivitas dan spesifisitas Pap smear
84,2% dan 62,1%, serta nilai sensitivitas
dan spesifisitas IVA 84,2% dan 55,2%
Rad FS et al/2020/ Comparison of diagnostic Cross- Studi pada 1000 wanita dengan hasil Pap
Iran30 methods in detection of sectional smear abnormal tahun 2007-2018 didapat-
squamous cell abnormalities in kan nilai sensitivitas dan spesifisitas 43%
iranian women with abnormal dan 65,9%. Dalam penelitian ini juga
Pap’s smear test and asso- didiskusikan studi dari Karimi Zarchi et al
ciated demographic and issues (2013) dengan nilai sensitivitas Pap smear
18,2% dan spesifisitas 98,5%
Hapsari Y et al/ Prevalensi dan faktor risiko Cross- IVA memiliki angka positif palsu cukup
2019/Indonesia31 highrisk HPV pada inspeksi sectional tinggi menjadi salah satu kekurangan IVA.
visual asam asetat positif di DNA HPV dan pemeriksaan Pap smear
Mataram NTB banyak direkomendasi pada banyak
penelitian, namun biaya yang diperlukan
masih relatif mahal
Oktaviani BD et al/1 Januari Deskriptif 574 kasus 394 kasus karsinoma sel skua-
2011-31 Desember 2015 (tahun retrospektif mosa (68,6%), 95 kasus adeno-
publikasi 2018)/RSUP Sanglah karsinoma (16,6%), 52 kasus
Denpasar17 karsinoma sel adenoskuamosa
(9,1%), 33 kasus tipe lain (5,7%)
Nowakowski A et al/2009-2012 Analisis cross- 165 kasus 142 kasus karsinoma sel skua-
(tahun publikasi 2016)/Poland18 sectional mosa (86,1%), 18 kasus adeno-
retrospektif karsinoma (10,9%), 5 tipe
histologik lain (3%)
Tabel 5. Persentase sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan IVA, Pap smear, dan HPV DNA
berdasarkan beberapa penelitian
Peneliti / IVA Pap smear HPV DNA
Desain
Tahun / Sensiti- Spesifi- Sensiti- Spesifi- Sensiti- Spesi-
Peneli-
Lokasi vitas sitas vitas sitas vitas fisitas
tian
penelitian
Vahedpoor Cross-
Z et al/2019 sectional 94,6% 81,6% 29,7% 85,5%
/Iran24
Indarti J et Cross-
al/2017/ sectional 81,25% 78,57%
Indonesia25
Shrivastava
SK et al/
2018/India,
mendiskusi-
64,5% 84,2%
kan hasil
penelitian
Deodhar et
al (2012)26
Bhattachary Cross-
ya AK et al/ sectional 89% 87% 52% 95%
2015/India27
Huy NVQ et Cross-
al/2018/ sectional 88,8% 43,8% 58% 85,2%
Vietnam28
Mastutik G
et al/2015/
Indonesia,
mendiskusi-
kan hasil 90% 37% 50,1% 93,1%
penelitian
Saleh HS,
201429
Mastutik G
et al/2015/
Indonesia,
mendiskusi-
84,2% 55,2% 84,2% 62,1%
kan hasil
penelitian
Consul et al,
201229
Rad FS et al / Cross-
43% 65,9%
2020/Iran30 sectional
Rad FS et al /
2020/Iran,
mendiskusi- 18,2% 98,5%
kan hasil pe-
Rapar, Sambuaga, Durry: Onkogenesis, morfologi, dan … 53
nelitian dari
Karimi
Zarchi et al,
201330
terekspos menyebabkan epitel torak terlihat pelepasan virus dari lapisan epitel atas
pada ektoserviks dan akhirnya mengalami (infeksi produktif atau LSIL), atau ke
metaplasia skuamosa (perubahan satu tipe deregulasi ekspresi gen virus dan neoplasia
sel dewasa menjadi tipe sel dewasa lain, intraepitelial tingkat tinggi (HSIL). Lesi
dalam hal ini epitel berlapis gepeng menjadi derajat tinggi yang persisten dihubungkan
selapis torak) membentuk daerah yang dengan peningkatan risiko integrasi genom
disebut zona transformasi dan mengakibat- ke dalam kromosom sel inang dan perkem-
kan seseorang lebih rentan terinfeksi Human bangan menjadi kanker. Pada kebanyakan
Papilloma Virus (HPV) yang dapat berkem- kasus, infeksi HPV dapat terselesaikan
bang menjadi kanker serviks.9,32,33 karena respon imun yang dimediasi oleh sel.
Tipe HPV dibagi atas risiko tinggi dan Hal ini dapat menyebabkan pembersihan
risiko rendah. Perbedaannya terletak pada virus atau latensi virus dan episome virus
kecenderungan virus dalam proses karsino- yang persisten di lapisan basal epitel tanpa
genesis. HPV risiko tinggi contohnya tipe penyelesaian siklus hidup. Pola ekspresi gen
16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, dan virus selama latensi tidak dapat dijelaskan
59, merupakan faktor risiko terpenting dari dengan baik. Ekspresi gen deregulasi yang
perkembangan lesi pre kanker.6 Meskipun persisten, seperti yang terjadi pada Cervical
terdapat hubungan kuat antara infeksi HPV Intraepithelial Neoplasia (CIN) 3 dan sete-
dengan kanker serviks, HPV saja tidak lah integrasi genom virus, dapat menye-
cukup untuk memulai proses patogenesis. babkan akumulasi perubahan genetik
Terdapat beragam faktor lain yang diduga sekunder dalam sel inang yang terinfeksi
memiliki peranan seperti imunkitas dan dan perkembangan kanker. Ini difasilitasi
hormonal pejamu serta ko-infeksi dengan oleh ekspresi berlebihan dari protein E6 dan
patogen lain yang menular secara seksual.32 E7 yang berisiko tinggi.34
Berikut ini dipaparkan infeksi HPV risiko Human Papilloma Virus (HPV) meng-
tinggi dan kemungkinan konsekuen-sinya. infeksi sel skuamosa imatur (immature
Deteksi DNA HPV dalam biopsi jaringan squamous cells) pada zona transformasi.
dapat mengindikasikan infeksi produktif Dalam keadaan normal, maturasi sel
low-grade squamous intra-epithelial lesion skuamosa disertai dengan penghentian
(LSIL) atau high-grade squamous intra- replikasi DNA agar dapat mencegah
epithelial lesion (HSIL), adanya partikel produksi virus. Namun, HPV risiko tinggi
virus di permukaan epitel tanpa infeksi memiliki jalan agar dapat menangani
(misalnya dari penularan baru); atau infeksi kendala tersebut dengan kerja dua onko-
laten atau infeksi silent. Infeksi memerlukan protein virus, yakni E6 dan E7 yang akan
virus HPV masuk ke dalam sel epitel yang menghambat p53 dan RB. Adapun p53 dan
aktif secara mitosis dari lapisan basal, RB tergolong pada kelompok tumor
dimana dalam epitel berlapis dianggap suppresor gene (TSG) atau gen penekan
membutuhkan lesi mikro. Pada lapisan sel tumor yang berperan dalam menekan
kolumnar, infeksi diperkirakan difasilitasi pembelahan sel skuamosa bersamaan
oleh dekatnya sel target dengan permukaan dengan maturasi sel.10,32
epitel, yang memungkinkan virus meng- Protein RB berfungsi mengatur pos
akses tipe sel yang tidak dapat mendukung pengecekan G1/S yang adalah pintu masuk
siklus hidup produktif penuh. Setelah yang harus dilewati sebelum replikasi DNA
infeksi, ekspresi genom virus terkadang dimulai. Fase G1 merupakan penentuan
dapat dihambat (misalnya dengan metilasi apakah sel dapat meneruskan siklus sel atau
genom), yang mengarah ke infeksi silent. keluar dari siklus sel dan berdiferensiasi. RB
Genom virus berdiam pada inti sel epitel merupakan protein pengikat DNA dan
serviks yang terdapat pada lapisan basal bekerja melalui perubahan status fosforilasi.
tanpa adanya manifestasi jelas. Infeksi dapat Sinyal yang merangsang kelanjutan siklus
menyebabkan pola ekspresi gen virus yang sel menyebabkan RB fosforilasi dan
teratur, mengarah ke sintesis virus dan inaktivasi, sedangkan sinyal yang meng-
Rapar, Sambuaga, Durry: Onkogenesis, morfologi, dan … 55
hambat siklus sel bekerja dengan menjaga siklus oleh p53, penuaan sel/senescence, dan
RB dalam keadaan hipofosforilasi aktif.32 apoptosis. Mengenai penghentian sementara
Replikasi DNA (fase S) memerlukan siklus sel oleh p53, pada fase akhir G1 terjadi
aktivasi kompleks siklin E-Cyclin Depen- mekanisme penghentian sementara siklus sel
dent Kinase inhibitor 2 (CDK) dan ekspresi yang disebabkan oleh p21 yang merupakan
siklin E-CDK 2 tergantung pada faktor salah satu CDK Inhibitor (CDKI) yang
transkripsi E2F. Awal G1, RB dalam bentuk menghambat kompleks siklin-CDK dan
hipofosforilasi yang aktif, mengikat dan mencegah fosforilasi RB sehingga menghen-
menghambat E2F, sehingga mencegah tikan siklus sel pada fase G1. Hal ini
transkripsi siklin E, dan replikasi DNA. bermanfaat memberi kesempatan pada sel
Untuk menghambat E2F terdapat dua cara, untuk memperbaiki kerusakan DNA. Bila
yaitu: Pertama, RB mengasingkan E2F agar kerusakan tidak dapat diperbaiki maka sel
tidak berinteraksi dengan aktivator tran- akan memasuki siklus penghentian permanen
skripsi lain; Kedua, RB merekrut protein atau penuaan. Penuaan sel/senescence berarti
yang mengikat gen yang responsif terhadap terjadi penghentian siklus secara permanen di
E2F yakni siklin yaitu protein histon metil- mana sel bisa hidup namun tidak bisa
transferase dan histon deasetilase sehingga membelah (sinyal untuk masuk ke dalam
tidak peka terhadap faktor transkripsi.32 siklus sel terinhibisi). Induksi apoptosis ter-
Situasi berubah ketika sinyal faktor jadi pada sel yang tidak reversibel (perlin-
pertumbuhan menyebabkan terekspresinya dungan akhir terhadap transformasi malig-
siklin dan mengaktifkan kompleks siklin D- na).32
CDK4/6. Jika rangsangannya cukup kuat Pada HPV risiko tinggi, onkoprotein E6
maka akan memfosforilasi RB sehingga akan menginduksi ubikuitinisasi atau
menjadi inaktif dan melepaskan E2F yang mekanisme penghancuran p53, sehingga
dapat merangsang gen target seperti siklin E, peran p53 untuk mencegah mutasi maupun
dan kompleks siklin E-CDK kemudian pertahanan hidup sel supaya tidak meng-
menyebabkan replikasi DNA. Setelah masuk alami transformasi maligna tidak berlang-
fase S, sel akan membelah tanpa memerlukan sung. Akibatnya, jika terjadi kerusakan
faktor pertumbuhan tambahan.32 DNA maka tidak ada penghentian siklus sel,
Pada HPV onkogenik, onkoprotein E7 mekanisme perbaikan DNA, maupun apo-
mengikat bentuk hipofosforilasi dari RB ptosis. Dengan demikian, sel dengan keru-
sehingga mencegah RB untuk menghambat sakan DNA akan tetap survive dan berproli-
E2F dan akibatnya E2F akan menginduksi ferasi, sehingga menyebabkan transformasi
transkripsi gen yang berperan dalam fase S sel ke arah keganasan.32
sehingga replikasi DNA menjadi berlebihan
dan tidak stabil.12,13 Morfologi
Gen penekan tumor TP53 yang dikenal Sekitar 90% dari karsinoma merupakan
sebagai guardian of the genome, menyandi karsinoma serviks dengan tipe histologik sel
atau mengekspresikan protein p53 yang skuamosa dan sebagian besar tumor lainnya
diaktivasi ketika ada stres seperti kerusakan ialah adenokarsinoma atau karsinoma sel
DNA dan membantu pemulihan DNA basal.32 Terdapat beberapa penelitian yang
dengan menghentikan siklus sel pada G1 memberikan persentase jenis morfologik
dan menginduksi ekspresi gen perbaikan kanker serviks (Tabel 4). Setiap hasil
DNA. Penghambatan perubahan neoplastik penelitian pada Tabel 4 sejalan satu sama
terjadi melalui tiga mekanisme yang ber- lain, dengan tipe histologik tersering yang
kaitan, yakni aktivasi penghentian sementara ditemukan baik di Indonesia maupun di luar
siklus sel (quiescence/diam/G1 arrest), Indonesia ialah tipe skuamosa yang diikuti
induksi penghentian permanen siklus sel oleh tipe adenokarsinoma dan juga tipe
(senescence/penuaan), atau induksi apoptosis histologik lainnya.
(kematian sel yang terprogram). Mekanisme Salah satu agen penyebab karsinoma
yang berperan ialah penghentian sementara serviks yang menginfeksi sel skuamosa ialah
56 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 3, Nomor 1, Juli-Desember 2021, hlm. 47-60
pantulan cahaya dari stroma di bawahnya penelitian sebagai skrining ialah Pap smear
yang kaya akan pembuluh darah. Terdapat dan tes DNA HPV. Tes DNA HPV dianjur-
sangat sedikit protein seluler di lapisan kan sebagai prosedur lanjutan pada kasus
superfisial epitel skuamosa dewasa normal. dengan hasil Pap smear borderline atau
Dengan demikian, hanya sedikit protein abnormal yang dapat membedakan tipe
yang menggumpal ketika asam asetat high-risk (onkogenik) dan low-risk (non-
dioleskan ke epitel normal dan warna merah onkogenik) sehingga dapat segera dilakukan
muda normal dari epitel skuamosa matang tatalaksana dengan tepat. Pemeriksaan HPV
tetap tidak berubah. Epitel serviks dengan DNA memiliki sensitivitas dan spesifisitas
NIS tingkat tinggi atau kanker invasif yang lebih tinggi dalam menentukan tipe
mengandung sel-sel dengan inti besar dan HPV risiko tinggi dibandingkan dengan
protein inti yang berlimpah sehingga saat IVA dan Pap smear, namun biaya pemerik-
diberi asam asetat terjadi dehidrasi seluler saan masih relatif mahal sehingga diper-
dan koagulasi protein seluler yang menye- lukan suatu prioritas bagi pasien yang akan
babkan epitel tampak putih karena cahaya diperiksa berupa identifikasi faktor-faktor
tidak dapat melewati lapisan protein yang risiko yang berhubungan dengan insidensi
terkoagulasi. Sebagian besar sel dalam lesi HPV risiko tinggi.31 Huy et al28 mendis-
NIS 1 ialah normal sehingga epitel tampak kusikan penelitian yang dilakukan Costa et
tipis acetowhite. sedangkan kanker invasif al pada tahun 2007 dan mengemukakan
memiliki jumlah protein seluler dan sel bahwa kombinasi pemeriksaan Pap smear
abnormal yang tinggi sehingga setelah dan HPV memberikan keuntungan yang
penggunaan asam asetat akan terlihat jelas dibanding dengan pemeriksaan sitologi
gambaran plak putih kapur yang padat.23 tunggal. Pada kunjungan follow up pertama
Selain Pap smear dan IVA, terdapat didapatkan sensitivitas 90%, spesifisitas
juga pemeriksaan skrining lainnya yaitu 50%, nilai prediksi positif 52,9%, dan nilai
HPV DNA untuk mencari jenis HPV risiko prediksi negatif 88,9%, sedangkan pada
tinggi yang dapat menyebabkan pra kanker kunjungan follow up kedua didapatkan
dan kanker serviks.36 Pemeriksaan HPV meningkatnya nilai sensitivitas 100% dan
DNA sangat sensitif namun spesifisitasnya nilai prediksi negatif 100%.28 Gabungan
rendah bila dibandingkan pemeriksaan Pap dari kedua pemeriksaan ini memiliki
smear.32 Persentase dari nilai-nilai sensiti- sensitivitas dan nilai prediksi negatif yang
vitas serta spesifisitas dari pemeriksaan tinggi sehingga dapat mendeteksi lebih baik
IVA, Pap smear, dan HPV DNA berdasar- lesi pra kanker. Adapun kelebihan dan
kan beberapa penelitian ditampilkan pada kekurangan masing-masing pemeriksaan
Tabel 5. Bila dibandingkan hasil penelitian- skrining disajikan pada Tabel 6.33
penelitian tersebut, persentase nilai sensiti- Pemeriksaan IVA dan Pap smear
vitas pemeriksaan IVA pada banyak merupakan pemeriksaan yang baik bila
penelitian lebih tinggi daripada pemeriksaan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia
Pap smear. Sebaliknya, persentase nilai khususnya di daerah perifer dikarenakan
spesifisitas pemeriksaan Pap smear pada pemeriksaannya yang dinilai mudah, murah,
kebanyakan penelitian lebih tinggi daripada cukup efektif, serta efisien.20,21 Saat ini
pemeriksaan IVA.24 skrining deteksi dini kanker serviks di
IVA merupakan salah satu metode Indonesia melalui pemeriksaan Pap smear
penapisan yang mudah dan memiliki dan IVA masih rendah, sedangkan bila
sensitivitas yang baik namun angka positif skrining dilakukan secara efektif dapat
palsunya cukup tinggi. Upaya yang dapat menurunkan insidens dan mortalitas akibat
dilakukan untuk menurunkan angka kanker serviks.21
kejadian positif palsu ialah melakukan
penapisan dengan dua tahap secara serial. SIMPULAN
Salah satu metode pemeriksaan lainnya Faktor risiko tersering penyebab karsi-
yang sudah direkomendasikan pada banyak noma serviks ialah HPV risiko tinggi. HPV
58 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 3, Nomor 1, Juli-Desember 2021, hlm. 47-60