Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Studi Kasus Tentang Siswa Yang Mudah Marah Dampak Dari Broken Home Di Sma

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

STUDI KASUS TENTANG SISWA YANG MUDAH MARAH

DAMPAK DARI BROKEN HOME DI SMA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
ANKGAH FEBRUARI
NIM. F1141131047

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN IP


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2018
STUDI KASUS TENTANG SISWA YANG MUDAH MARAH DAMPAK DARI
BROKEN HOME DI SMA

Ankgah Februari, Yuline, Purwanti


Program Studi Pendidikan Bimbingan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email : angga.ankgah@gmail.com

Abstract
This thesis entitled "Case Study of Students who are Easily Angry Impact of Broken
Home in SMAN 5 Pontianak". Common Problem in this research: "How to effort to
alleviate students easily angry impact of broken home in SMAN 5 Pontianak?". As for
the sub-problems: 1) How are the characteristics of students easily angry the impact
of broken home in SMAN 5 Pontianak ?, 2) What factors cause students to easily
anger the impact of broken home in SMAN 5 Pontianak ?, 3) What alternative
assistance is appropriate to address students the irritable impact of broken home in
SMAN 5 Pontianak ?. This study aims to reveal students easily angered the impact of
broken home in SMAN 5 Pontianak. The approach used in this research is qualitative
by using descriptive method. The form of research used is case study (case study).
Data collecting techniques include direct observation, direct interview, home visit,
and documentation. Based on the results of observations and interviews concluded the
characteristics of students who have the nature of irritability that is often said roughly
to berate his friend. The alternative assistance provided is to use the REBT and
behavioral counseling approach with confrontation techniques and assertive
techniques. The results of the case study after being given help has been shown to
indicate a change towards the better.

Keywords : student, easily angry, broken home

PENDAHULUAN menjadi penyebab timbulnya emosi marah


Stanley Hall dalam Yusuf (2012:185) adalah guru yang melakukan tindakan
menyatakan: “Masa Remaja merupakan otoriter kepada siswanya.
periode yang berada dalam dua situasi: Penyebab lainnya adalah perilaku
antara kegoncangan, penderitaan asmara, teman sebaya yang memperlakukannya
dan pemberontakan dengan otoritas orang kurang adil pada saat sendau gurau, saling
dewasa”. Oleh karena itu, pendidik harus mengejek dan ketidak sukaan terhadap
menyadari bahwa memperhatikan emosi sesuatu sehingga timbullah perasaan marah.
peserta didik sangat penting karena Soesilowinradini dalam Alma (2012:9)
mempengaruhi hasil belajar dan baik atau mengatakan: “Kemarahan remaja
buruknya perilaku peserta didik. ditimbulkan karena bilamana dia atau
Baik buruknya perilaku pendidik sangat teman-temannya merasa diperlakukan
memberikan dampak pada emosi anak kurang adil dan diperlakukan sewenang-
menuju kedewasaannya, sehingga wenang sehingga timbul perasaan padanya
lingkungan pendidikan juga berpeluang bahwa dia dianggap sebagai anak-anak,
besar sebagai sumber timbulnya emosi dikecam, diganggu atau merasa terganggu
marah. Salah diantara faktor yang diduga diwaktu diwaktu sedang mengerjakan suatu
hal”. Hal senada juga disampaikan oleh guru Bimbingan dan Konseling di SMA
Aisyah (2010:2) bahwa “Timbulnya gejolak Negeri 5 Pontianak diperoleh data bahwa
pada masa remaja ini karena remaja berada masih ada perilaku siswa yang mudah marah
dalam masa transisi. Suatu masa dimana dampak dari broken home, hal ini diperkuat
periode anak-anak sudah terlewati dan oleh hasil observasi kepada subyek kasus
disuatu sisi ia belum diterima sebagai yang direkomendasikan oleh guru
manusia dewasa”. Bimbingan dan Konseling.
Satu diantara kejadian yang sangat Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
memprihatinkan ketika marah adalah mengungkapkan siswa yang mudah marah
mengomel, memaki-maki orang yang dampak dari broken home di Sekolah
mengejeknya, melempar barang yang ada Menengah Atas Negeri 5 Pontianak serta
disekitar mereka. Hal ini diperkuat dengan alternatif bantuan yang dilakukan untuk
pendapat Soesilowindradani dalam Alma mengentaskannya.
(2012:9-10) mengatakan: “Pada umur 15
tahun remaja lebih sering menunjukkan rasa METODE PENELITIAN
marahnya dengan jalan memandang orang Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yang membuat dia marah dengan mata yaitu metode deskriptif dengan bentuk
memancarkan kebencian, mengomel, bahkan penelitian ini adalah studi kasus.
ada pula remaja yang memukul orang. Subjek kasus dalam penelitian ini
adalah siswa di SMA Negeri 5 Pontianak
Anggota keluarga terdiri dari ayah, ibu
yang memiliki kasus siswa memiliki
dan anak-anak. Ayah dan ibu secara ideal perilaku mudah marah dampak dari broken
tidak dapat terpisahkan yakni saling bahu home sebanyak satu orang.
membahu dalam melaksanakan tugas dan Teknik pengumpul data yang
tanggung jawab. Termasuk dalam hal digunakan dalam penelitian ini diuraikan
mendidik anak. Menurut Puspita (2015:12) sebagai berikut: 1) Wawancara; 2)
“baik dan buruknya suatu individu dapat observasi; 3) kunjungan rumah; dan 4)
teknik dokumentasi.
diukur atau ditelisik dari tingkat
Alat pengumpul data dalam penelitian
keharmonisan masing-masing keluarga. ini adalah panduan wawancara dan
Artinya, dari keluargalah segalanya pedoman observasi.
bermula.” prosedur dalam penelitian ini terdiri
Sering terjadi pertengkaran ayah-ibu dari 6 langkah, yaitu 1) identifikasi
dan tidak jarang pula berakibat fatal yakni masalah; 2) diagnosis; 3) prognosis; 4)
perceraian. Akibatnya anak-anak menerima pemberian bantuan/treatment; 5) evaluasi
dan tindak lanjut.
dampak negatif yang seharusnya tidak
terjadi yakni anak memiliki gangguan Identifikasi Masalah
emosional yang tinggi, seperti dalam Langkah-langkah yang dilakukan pada
pergaulan disekolahnya, teman-temannya tahap identifikasi masalah yaitu peneliti
menjadi pelampiasan kemarahan yang biasa mengenal kasus atau masalah serta gejala-
melekat pada dirinya. gejala yang nampak pada siswa yang mudah
marah dampak dari broken home dengan
Perilaku remaja yang mudah marah
mengamati karakteristik siswa menggunakan
sangat mengganggu keharmonisan hubungan teknik observasi dengan alat pengumpul
sosial, mengganggu keutuhan nilai-nilai, dan datanya panduan observasi.
mengganggu kehidupan sosial di
masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan
Diagnosis tentang pengumpul data, diagnosis,
Langkah diagnosis dilakukan dengan prognosis, treatment, evaluasi, dan tindak
menetapkan masalah siswa yang mudah lanjut. Adapun pihak-pihak yang dijadikan
marah dampak dari broken home sebagai sumber data yang dapat memberikan
berdasarkan temuan analisis dari identifikasi sumber informasi tentang masalah yang
yang menjadi penyebab timbulnya masalah. diteliti adalah sebagai berikut: 1) Siswi kelas
XI SMA Negeri 5 Pontianak yang berinisial
Prognosis FZ dengan jenis kelamin laki-laki. 2) Wali
Setelah menetapkan masalah siswa kelas subyek kasus. 3) Guru mata pelajaran
yang mudah marah dampak dari broken subyek kasus. 4) Teman satu kelas subyek
home tersebut, maka direncakanlah alternatif kasus dan 5) Orang tua subyek kasus.
bantuan yang tepat untuk diberikan kepada Adapun data yang terkumpul
subyek kasus sesuai dengan permasalahan merupakan data deskriptif maka dalam
yang dialami. Alternatif bantuan yang analisis tidak memerlukan perhitungan
direncanakan dan ditetapkan kepada subyek statistik, melainkan data dianalisis
kasus yaitu dengan menggunakan berdasarkan kerangka penulisan studi kasus
pendekatan konseling REBT dan behavioral. dengan menggunakan teknik non-tes berupa
panduan observasi dan wawancara.
Treatment Sebelum kegiatan penelitian dilakukan,
Langkah yang dilakukan dengan peneliti telah mengadakan pra penelitian
merealisasikan alternatif bantuan untuk mendapatkan masalah dan
berdasarkan masalah dan latar belakang menemukan subyek kasus yang ada pada
yang menjadi penyebab. SMA Negeri 5 Pontianak. Setelah
menemukan masalah dan subyek kasusnya
Evaluasi maka peneliti menyusun rencana penelitian
Langkah evaluasi dilakukan untuk agar data yang diperoleh dapat
melihat sejauh mana keberhasilan bantuan dipertanggungjawabkan. Mengingat masalah
yang diberikan terhadap subyek kasus, maka penelitian yang masih dianggap tabu oleh
peneliti melakukan evaluasi terhadap masyarakat, maka dalam penulisan laporan
perilaku subyek kasus yaitu dengan penelitian, nama dan alamat sekolah serta
wawancara pada guru mata pelajaran, wali subyek kasus menggunakan inisial tetapi
kelas, teman subyek kasus, serta kepada ditulis secara jujur, apa adanya tanpa
subyek kasus itu sendiri. mengurangi keaslian penelitian.
Setelah selesai mengurus surat izin
Tindak Lanjut penelitian dan menyusun instrumen yang
Setelah diperoleh hasil dari tahap diperlukan, maka dilakukan penelitian
evaluasi yang didapat, maka dilakukan langsung pada satu siswa kelas XI di SMA
langkah tindak lanjut untuk melihat Negeri Pontianak dengan inisial FZ. Adapun
perkembangan selanjutnya dari diri siswa langkah-langkah yang dilakukan sebagai
tersebut dalam jangka waktu yang lebih jauh berikut: 1) Mendatangi ruang BK di SMA
agar subyek kasus dapat mengalami Negeri 5 Pontianak untuk bertemu dengan
perubahan diri dan karakternya secara guru BK di sekolah tersebut terkait
optimal dengan bekerjasama dengan mengenai permasalahan subyek kasus di
masing-masing pihak yang terkait dengan sekolah. 2) Berkonsultasi dengan wali kelas
subyek kasus seperti wali kelas, guru mata mengenai masalah subyek kasus. 3)
pelajaran, dan orangtua subyek kasus. Melakukan observasi terhadap subyek kasus.
4) Menetapkan subyek kasus sebagai fokus
HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian.
Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan hasil Pembahasan Penelitian
penelitian subyek kasus yang mengkaji Identifikasi Masalah
Wawancara dengan wali kelas sekolah. Keinginan itu ia ungkapkan kepada
Berdasarkan keterangan dari wali kelas, ibunya karena FZ merasa dirinya tak sama
subyek kasus merupakan siswa yang seperti orang lain. Namun ibunya berusaha
penyendiri juga termasuk anak yang biasa untuk melarang FZ agar berhenti sekolah
saja dalam akademiknya. Dalam bidang dan tetap memberikan nasehat yang
belajar juga FZ termasuk anak yang pasif memotivasi FZ supaya ia tetap mau untuk
dan tidak pernah memberikan pendapat baik bersekolah. FZ merasa bingung lantaran
saat dalam belajar kelompok maupun saat apabila teringat dengan kondisi kedua
guru sedang memberikan pertanyaan. orangtua nya yang tidak pernah akur dan
Tetapi dalam beberapa bulan terakhir sering terjadi perselisihan. Begitu pula
FZ sering melakukan kasus yang melanggar dengan kondisi belajar dirumah, FZ jarang
tata tertib sekolah. Yakni sering bolos pada sekali belajar. Padahal tidak sedikit PR yang
saar jam pelajaran, ketahuan merokok, dan diberikan oleh gurunya di sekolah. Tapi FZ
sering tidur dikelas. tidak mau ambil pusing, kebiasaannya
Wawancara dengan guru mata pelajaran mengerjakan PR di sekolah pada saat
Berdasarkan hasil wawancara dengan sebelum jam pelajaran pertama dimulai.
guru mata pelajaran Sosiologi, FZ termasuk FZ sering terjadi perselisihan dengan
siswa yang ramah, sopan, dan cukup hormat teman sekelas maupun berbeda kelas
dengan guru-guru. Beliau mengaku bahwa dengannya. Karena faktor genetika FZ
dengannya FZ cukup dekat. Kadang FZ juga cenderung mengikuti Bapaknya yang
cukup sering bergurau dengan beliau saat cenderung pemarah, berlaku kasar. Di
beliau masuk kelas, maupun saat beliau sekolah FZ tidak banyak memiliki teman
menegurnya. akrab. Teman Akrab FZ yakni teman yang
Beliau juga mengaku bahwa dalam berada dilingkungan rumah tempat tinggal
bidang belajar FZ sering terlambat FZ, mereka adalah SN dan EW.
mengerjakan dan mengumpulkan tugas.
Pernah beliau menegur FZ karena terlambat Diagnosis
mengumpulkan tugas rumah sosiologi, Diagnosis merupakan langkah
namun sikap FZ justru agak santai dan penetapan masalah yang dialami oleh
kadang si FZ ini malah mengguraukan subyek kasus berdasarkan hasil pengamatan
beliau. Walaupun kadang beberapa kali dan wawancara yang diperoleh dari hasil
terlambat mengumpulkan tugas, beliau tidak identifikasi sebelumnya, maka dapat
pernah marah ataupun memberikan sanksi disimpulkan bahwa yang menjadi faktor
tegas kepada FZ. penyebab subyek kasus memiliki sikap
Wawancara dengan teman subyek kampus mudah marah dampak dari broken home
Berdasarkan hasil wawancara dengan adalah:
salah satu teman subyek kasus, ia 1) Faktor Internal
mengungkapkan keterangannya bahwa FZ Faktor yang berasal dari dalam diri
ini menurut pandangannya merupakan anak subyek kasus yakni FZ memiliki sikap
yang baik dan cukup periang jika sudah tidak senang apabila diganggu oleh
kenal dan dekat dengan orang lain. Akan teman-temannya, terlebih di ejek. FZ
tetapi, FZ sering mudah terlibat perselisihan langsung merespon kemarahannya. FZ
seperti bertengkar dengan teman-temannya. memiliki sikap mudah marah yang
Ia juga mengaku bahwa FZ sangat menyukai meledak-ledak. Begitu pula FZ mudah
hobinya menyanyi. Jika ada lomba bising apabila mendengar celotehan
menyanyi, FZ ingin sekali dapat mengikuti atau omelan yang ditujukan kepadanya.
kompetisi tersebut. Kejadian tersebut biasanya terjadi
Wawancara dengan orang tua subyek kasus dirumah, apabila FZ melakukan
FZ pernah bercerita suatu waktu kepada kesalahan yang dianggap ibunya
ibunya bahwa ia ingin berhenti saja dari kesalahan yang fatal, maka ibunya
langsung memarahinya. Tidak jarang
FZ langsung membalas celotehan a. Teknik Konfrontasi yaitu melawan
ibunya dengan kata-kata pembelaannya. pikiran FZ yang tidak rasional itu dan
FZ sering mudah tersinggung dan mengarahkannya kepada cara berfikir
marah jika mendapatkan tanggapan dari rasional.
orang lain mengenai dirinya. b. Teknik Asertif yaitu teknik yang
2) Faktor Eksternal digunakan untuk melatih FZ untuk
Faktor yang berasal dari luar diri mampu mengungkapkan perasaan
subyek kasus yakni FZ ialah faktor tersinggung dan kesulitan menyatakan
kedua orang tua FZ tidak memiliki tidak pada orang lain.
hubungan harmonis layaknya kedua
orang tua lainnya. FZ memiliki bapak Treatment
yang tidak sayang dengannya bersama Setelah peneliti merencanakan bentuk
ibunya. Bapak FZ sering berbicara alternatif bantuan yang akan diberikan oleh
kasar serta keras kepada ibunya. subyek kasus, maka dilaksanakanlah
Padahal terlihat jarang sekali malah alternatif bantuan tersebut dengan tindakan
hampir tidak pernah ibunya berbuat sebagai berikut:
salah kepada bapaknya. Tetap saja Langkah yang harus disiapkan oleh subyek
ibunya menjadi sasarannya. Oleh kasus hanyalah menyiapkan diri dan
karena itu, FZ sulit menerima mentalnya sesiapkan mungkin. Sebelum
kenyataan yang terjadi. Tidak jarang teknik dilaksanakan, peneliti bertanya
pula FZ menjadi sasaran kemarahan terlebih dulu kepada subyek kasus tentang
dan kekerasan yang dilontarkan hal apakah yang membuatnya mudah marah
bapaknya dikarenakan FZ suka jika berada di lingkungan sekolah atau di
menjawab perkataan bapaknya. Belum dalam kelasnya. Subyek kasus memberikan
lagi kalau FZ kedapatan berbuat salah jawaban bahwa yang membuatnya selalu
yang diketahui oleh bapaknya, mudah marah apabila berada di sekolah
bapaknya bisa marah besar kepadanya, yaitu ia sangat malu ketika berusaha untuk
terkadang sering memukulinya. Tidak berkomunikasi dengan teman-temannya.
dipungkiri kalau kesehariannya Setiap subyek kasus akan berbicara dengan
disekolah FZ juga membawa sikap teman-temannya, subyek kasus merasa
turunan bapaknya yang suka dan sering bahwa teman-temannya tersebut seperti
sekali marah. Teman-teman bahkan mengacuhkan dirinya.
guru terkadang menjadi sasaran FZ. Hal tersebutlah yang membuat subyek kasus
menjadi anak yang lebih menyukai
Prognosis kesendirian dan menjadi anak yang
Setelah mengetahui faktor-faktor cenderung pendiam. Ia berpikir bahwa
penyebabnya maka direncanakanlah teman-temannya seolah tidak menginginkan
alternatif bantuan yang akan diberikan kehadiran dirinya dan membuat subyek
kepada subyek kasus secara bertahap dan kasus merasa takut untuk mencoba
berlanjut untuk mengatasi masalah sikap berkomunikasi kembali dengan teman
mudah marah dampak dari broken home. sekolahnya.
Untuk mengatasi masalah subjek kasus, Dari pernyataan yang dijelaskan oleh subyek
peneliti menggunakan pendekatan model kasus, peneliti kemudian mengarahkan
konseling Rational Emotive Therapy(RET) subyek kasus untuk berusaha kembali
dan Behavioral. Di mana pada model melawan ketakutannya berkomunikasi
konseling Rational Emotive Therapy(RET) dengan teman sebayanya itu. Dengan
peneliti menggunakan teknik konfrontasi membuat subyek kasus memperkenalkan
dan pada model konseling Behavioral dirinya kepada teman-temannya baik di
digunakan teknik teknik asertif terhadap dalam kelas maupun di luar kelas, kemudian
subyek kasus. mengatakan bahwa siapa dirinya,
menceritakan hobi yang subyek kasus
senangi kepada mereka, dan memberitahu Berkerjasama dengan wali kelas guna
mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya untuk memonitor perkembangan dan
tersebut. Peneliti juga memberikan bayangan perubahan-perubahan pada diri subyek kasus
jika apabila subyek kasus tidak dapat agar tetap bertahan. Serta memberikan
melawan rasa malunya sendiri dan terus kesempatan kepada subyek kasus untuk
menolak, maka sepanjang hidupnya ia akan mengeksplorasi kemampuan minat dan
menjadi individu yang selalu dibully oleh bakat yang ia miliki.
teman-temannya. Berkerjasama dengan guru mata
pelajaran untuk melihat perkembangan dan
Evaluasi perubahan-perubahan yang ada pada diri
Wawancara dengan guru mata pelajaran subyek kasus agar tetap terpelihara ke
Berdasarkan guru mata pelajaran kondisi yang positif. Selain itu melibatkan
mengatakan bahwa FZ mulai ada perubahan subyek kasus dalam diskusi kelompok yang
perilaku seperti berkomunikasi, tidak sibuk lebih terlaksana dengan sering agar subyek
dengan kegiatan sendiri dan tidak kasus bisa dapat lebih aktif dalam
mengganggu temannya saat proses belajar mengemukakan pendapat yang ada
mengajar berlangsung. dipikirannya supaya subyek kasus bisa lebih
Wawancara dengan wali kelas aktif lagi di kelas.
Berdasarkan wali kelas XI UP Bekerjasama dengan orang tua, agar
mengatakan bahwa FZ sudah mulai orang tua tetap memantau perubahan dan
mengalami perubahan perilaku seperti tidak perkembangan anaknya. Dengan
bersikap kasar kepada temannya. FZ memberikan pujian dan hadiah pada diri
berkonstrasi saat proses belajar mengajar anak supaya perubahannya tetap bertahan
dan sekarang FZ berpindah tempat duduk dan selalu senantiasa memberikan dukungan
dibagian depan bersama teman yang lebih dalam berbagai hal kepadanya agar tetap
pandai dikelasnya. semangat.
Wawancara dengan teman subyek kasus
Teman sebaya mengatakan bahwa FZ KESIMPULAN DAN SARAN
mulai ada perubahan hal ini dapat dilihat Kesimpulan
dengan perilaku FZ yang hanya diam dan Berdasarkan analisis data, maka dapat
kadang menghindar ketika diganggu oleh disimpulkan bahwa kasus siswa yang
temannya. memiliki sifat mudah marah dampak dari
Wawancara dengan subyek kasus broken home ditemukan pada subyek kasus
FZ mengatakan bahwa dirinya sedikit yang merupakan siswa di SMA Negeri 5
demi sedikit sudah bisa menerima nasihat Pontianak menunjukkan perubahan kearah
orang lain dan meninggalkan perilaku yang yang lebih baik. Adapun selanjutnya akan
dapat merusak hubungannya dengan orang dibahas mengenai bentuk karakteristik,
lain. faktor-faktor penyebab serta alternatif
bantuan yang diberikan kepada subyek kasus
Tindak lanjut dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Dari hasil evaluasi untuk diperoleh hasil Karakteristik siswa yang mempunyai sifat
yang optimal, maka dilakukan tindakan mudah marah seperti memarahi, berkata
yaitu bekerjasama dengan masing-masing kasar hingga mencaci maki temannya.
pihak yang terkait dengan individu, untuk Subyek kasus tidak senang apabila
tetap mempertahankan perubahan yang diganggu. Sedangkan terkadang subyek
sudah subyek kasus dapatkan yaitu: kasus juga sering menggangu teman-
FZ dapat terus berusaha dan mempunyai temannya, tetapi dia tidak ingin diganggu.
motivasi yang kuat untuk berubah, sehingga Subyek kasus juga sering marah apabila di
berfikir sebelum bertindak, meminta bantuan nasehati. (2) Faktor-faktor penyebab siswa
kepada orang-orang yang dapat dipercaya yang memiliki sikap mudah marah dampak
dan meningkatkan ibadah.
dari Broken Home: (a) Faktor Internal yaitu RET dan behavioral seperti di bawah ini: (a)
faktor yang berasal dari dalam diri subyek Teknik konfrontasi; (b) Teknik asertif
kasus yakni FZ memiliki sikap tidak senang
apabila diganggu oleh teman-temannya, Saran
terlebih di ejek. FZ langsung merespon Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa
kemarahannya. FZ memiliki sikap mudah upaya pengentasan siswi yang memiliki
marah yang meledak-ledak. Begitu pula FZ konsep diri negatif disarankan untuk
mudah bising apabila mendengar celotehan memberikan pengertian dan perhatian yang
atau omelan yang ditujukan kepadanya. intensif dalam membimbing dan
Kejadian tersebut biasanya terjadi dirumah, memperhatikan perkembangan diri subyek
apabila FZ melakukan kesalahan yang kasus. Oleh sebab itu, maka perlu kerjasama
dianggap ibunya kesalahan yang fatal, maka antara guru bimbingan konseling di sekolah,
ibunya langsung memarahinya. Tidak jarang wali kelas, guru mata pelajaran, dan orang
FZ langsung membalas celotehan ibunya tua subyek kasus. (1) Subyek kasus
dengan kata-kata pembelaannya. FZ sering diharapkan subyek kasus dapat terus
mudah tersinggung dan marah jika berusaha dan mempunyai motivasi yang
mendapatkan tanggapan dari orang lain kuat untuk berubah, meminta bantuan
mengenai dirinya. (b) Faktor Eksternal yaitu kepada orang-orang yang dapat dipercaya
faktor yang berasal dari luar diri subyek dan mampu menyelesaikan masalah dan
kasus yakni FZ ialah faktor kedua orang tua selalu berdo’a kepada tuhan. (2) Guru
FZ tidak memiliki hubungan harmonis Bimbingan dan Konseling diharapkan terus
layaknya kedua orang tua lainnya. FZ memberikan layanan bimbingan konseling
memiliki bapak yang tidak sayang sebagai usaha pencegahan dan pengentasan.
dengannya bersama ibunya. Bapak FZ Terus melakukan inovasi dalam layanan
sering berbicara kasar serta keras kepada bimbingan konseling serta mampu bekerja
ibunya. Padahal terlihat jarang sekali malah sama dengan guru di sekolah untuk
hampir tidak pernah ibunya berbuat salah menyampaikan informasi demi mempertebal
kepada bapaknya. Tetap saja ibunya menjadi keimanan agar siswa tidak mudah marah. (3)
sasarannya. Oleh karena itu, FZ sulit Wali Kelas diharapkan terus menjalin
menerima kenyataan yang terjadi. Tidak kerjasama yang baik dengan orang tua murid
jarang pula FZ menjadi sasaran kemarahan untuk terus memantau perilaku siswa, agar
dan kekerasan yang dilontarkan bapaknya dapat diawasi sejak dini. Hendaknya wali
dikarenakan FZ suka menjawab perkataan kelas dapat memberitahu ke orang tua
bapaknya. Belum lagi kalau FZ kedapatan mengenai perilaku anaknya selama
berbuat salah yang diketahui oleh bapaknya, disekolah. Sehingga masalah yag dihadapi
bapaknya bisa marah besar kepadanya, siswa dapat terbantu dan tidak berlarut-larut.
terkadang sering memukulinya. Tidak (4) Guru Mata Pelajaran diharapkan selama
dipungkiri kalau kesehariannya disekolah proses belajar mengajar berlangsung
FZ juga membawa sikap turunan bapaknya hendaknya memperhatikan tingkah laku
yang suka dan sering sekali marah. Teman- siswa yang mudah marah dan memberikan
teman bahkan guru terkadang menjadi bantuan dengan guru bimbingan dan
sasaran FZ. (3) Bantuan yang diberikan konseling agar anak dapat lebih
kepada subyek kasus untuk mengatasi siswa berkontribusi dan tidak membuat keributan
yang memiliki sikap mudah marah dampak ketika proses belajar mengajar. (5) Orang
dari broken home dengan dianalisis Tua diharapkan dapat memberikan contoh
menggunakan enam langkah yaitu: tingkahlaku yang lebih baik kepada anak
identifikasi kasus, diagnosis, prognosis, ketika sedang marah. Orang tua dapat
treatment, evaluasi dan tindak lanjut. Selain bekerja sama untuk dapat mengawasi cara
itu menggunakan satu teknik dari konseling belajar dan memberikan bimbingan kepada
subyek kasus.
DAFTAR RUJUKAN
Yusuf, Syamsus dan Nurihsan, Juntika.
2012. Landasan Bimbingan Dan
Konseling. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Alma. 2012. Asertivitas Terhadap
Pengungkapan Emosi Marah pada
Remaja. Jurnal Psikologi. 8: 9-13
Aisyah, St. 2006. Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua terhadap Agresivitas Anak.
Jurnal MEDTEK. 2. 1
Puspita, Anindya. 2015. Selamatkan
Keluargamu dari Broken Home.
Yogyakarta: Saufa.

You might also like