Kesantunan Berbahasa Dalam Perspektif Pragmatik: Sadapotto - Andi@yahoo - Co.id
Kesantunan Berbahasa Dalam Perspektif Pragmatik: Sadapotto - Andi@yahoo - Co.id
Kesantunan Berbahasa Dalam Perspektif Pragmatik: Sadapotto - Andi@yahoo - Co.id
ABSTRACT: The diversity of form and function of pragmatic in politeness strategies is delivered
through a variety of politeness. Based on some of politeness strategies, the authors highlight the
use of strategies from the perspective of sustainability. This is in line with the views Wijana
(2010) which suggests that the strategy of delivering the speech act can be realized through
imperative, declarative and interrogative, or nonliteral literal meaning, and direct or indirect
speech.
Various forms of Politeness through formal linguistics as well as a variety of pragmatic functions
can not be separated from the context of its use. That context includes (a) knowledge, (b) the
situation and knowledge, (c) the situation and text, and (d) knowledge of the situation, and text. In
sosiopragmatics, the context of politeness can be classified into three parts. First, the context is the
context of the situation wherethe talks were going on in certain situations with the use of the
language according to the situation. Second, the context is the context of the occurrence of event
or course of linguistic interaction in one or more forms of speech that involves two parties, ie the
speaker and hearer with the principal speech at the time, place, and specific situations. Third, the
context of the speech act is the basic unit of communication as an analytical tool. The context of
this speech acts can be acts assertive, directive, commissive, expressive, and declarative.
ABSTRAK: Keragaman wujud formal serta fungsi pragmatik kesantunan berbahasa disampaikan
melalui beragam strategi kesantunan berbahasa. Berdasarkan beberapa strategi kesantunan,
penulis menyorot penggunaan strategi dari sudut pandang kelangsungannya. Hal ini sejalan
dengan pandangan Wijana (2010) yang mengisyaratkan bahwa strategi penyampaian tindak tutur
dapat diwujudkan melalui tuturan bermodus imperatif, deklaratif, dan interogatif, bermakna literal
atau nonliteral, dan langsung atau tidak langsung.
Kesantunan berbahasa melalui berbagai wujud formal linguistik serta berbagai fungsi
pragmatiknya tidak dapat dilepaskan dari konteks penggunaannya. Konteks tersebut meliputi (a)
pengetahuan, (b) situasi dan pengetahuan, (c) situasi dan teks, dan (d) pengetahuan, situasi, dan
teks. Secara sosiopragmatik, konteks kesantunan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bagian. Pertama, konteks situasi tutur ialah konteks pembicaraan yang terjadi dalam situasi
tertentu dengan penggunaan bahasa sesuai dengan situasi itu. Kedua, konteks peristiwa tutur ialah
konteks terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih
yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur dengan satu pokok tuturan di dalam
waktu, tempat, dan situasi tertentu. Ketiga, konteks tindak tutur merupakan unit dasar komunikasi
sebagai perangkat analisis. Secara ilokutif, konteks tindak tutur ini dapat berupa tindak asertif,
direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.
548
The Progressive and Fun Education Seminar
dapat dilakukan dengan cara memahami makna merupakan bidang linguistik yang
atau maksud tuturan tersebut. Leech (1993) dan dianaktirikan, terutama oleh para linguis di
Wijana (1996:6) menjelaskan bahwa pragmatik Amerika. Dengan munculnya tulisan Austin
adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. (1962), Searle (1969), dan Grice (1975)
Pragmatik menyangkut makna dalam beberapa linguis mulai mengintegrasikan
hubungannya dengan hal-hal yang berkaitan pragmatik ke dalam teori tata bahasa
dengan situasi tutur. Dalam pandangan mereka. Perhatian terhadap bidang
pragmatik, komunikasi merupakan gabungan pragmatik juga dipercepat dengan
antara fungsi ilokusi dan fungsi sosial. perkembangan di bidang sosiolinguistik,
Komunikasi bukan hanya harus lancar, psikolinguistik, inteligensi artifisial, dan
melainkan juga harus memenuhi tuturan sosial. ilmu kognitif pada umumnya.
Untuk memahami kesantunan berbahasa dalam Verhaar (1980) mengemukakan
tinjauan pragmatik, maka pada bagian berikut bahwa pragmatik sebagai salah satu cabang
akan dipaparkan konsep dasar yang terkait linguistik mulai berkumandang dalam
dengan pengembangan pragmatik. percaturan dunia linguistik Amerika sejak
tahun 1970-an. Pada tahun-tahun
PEMBAHASAN sebelumnya, khususnya tahun 1930-an,
a. Sejarah Perkembangan Pragmatik linguistik dianggap hanya mencakup fonetik,
Istilah pragmatik digunakan dalam morfologi, dan fonemik. Di era lingusitik itu
linguistik sejak tahun 1938 ketika Charles yang lazim disebut dengan linguistik era
Morris mengembangkan linguistik semiotik. Bloomfield, kajian sintaksis dengan segala
Morris mengemukakan bahwa dalam sesuatu yang berkaitan dengan makna
semiotik dibedakan tiga cabang kajian yaitu dikesampingkan karena dianggapnya
(a) syntactics yang mengkaji hubungan terlampau sulit untuk diteliti dan dilibatkan
formal antara tanda yang satu dengan tanda dalam proses analisis.
lainnya, (b) semantics yang mengkaji Dengan berkembangnya teori
hubungan antara tanda dengan objek yang linguistik oleh Chomsky pada tahun 1960-
ditandai, dan (c) pragmatics yang mengkaji an, sintaksis mulai mendapatkan tempat di
hubungan antara tanda dengan dalam linguistik. Linguis yang berlatar
pemakaiannya. Dalam kajian semiotik ini belakang filsafat ini menegaskan bahwa
bahasa termasuk dalam sistem tanda. sintaksis merupakan bagian linguistik yang
Pengertian semantik yang dikemukakan oleh sifatnya sentral. Gagasan ini kemudian
Morris ini menyarankan cakupan kajian melahirkan paradigma baru di dalam dunia
yang luas. Dalam pengertian hubungan linguistik. Sekalipun linguistik Chomsky
antara bahasa dengan pemakaiannya ini, ia sering dianggap relatif lebih maju
mengaitkan pragmatik dengan teori semantik dibandingkan dengan linguistik era
behaviorisme. Dikatakannya bahwa untuk sebelumnya, bagi tokoh ini masalah makna
memahami pengertian dan ciri-ciri masih dianggapnya sulit dilibatkan dalam
pragmatik secara mendalam perlu diketahui proses analisis (Rahardi, 2005:44).
bahwa pragmatik mengkaji fenomena- Pada awal tahun 1970-an, pragmatik
fenomena psikologi, biologi, dan sosiologi mulai berkumandang di belahan bumi
bahasa. Dengan demikian, linguistik terapan Amerika. Para linguis yang bernuansa
yang dikenal sekarang seperti transformasi generatif seperti Ross dan
Psikolinguistik, Sosiolinguistik, dan Lakoff menyatakan bahwa kajian sintaksis
neurolinguitik termasuk dalam kajian tidak dapat memisahkan diri dengan
pragmatik. Pengertian pragmatik yang konteksnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
dikemukakan oleh Morris ini merupakan dengan munculnya tokoh-tokoh tersebut,
dasar bagi pengembangan lebih lanjut oleh tanda runtuhnya hipotesis dan teori bahasa
ahli-ahli ilmu bahasa yang lain (Syafi’ie, yang berkembang di masa-masa
1989:70). sebelumnya. Maka, pada masa inilah sosok
Soemarmo (1988) menegaskan pragmatik mulai mendapat tempat di bumi
bahwa pragmatik pada tahun 1930-an linguistik (Purwo, 1990:10).
549
ISBN: 978-602-361-045-7
550
The Progressive and Fun Education Seminar
551
ISBN: 978-602-361-045-7
552
The Progressive and Fun Education Seminar
penggunaan bahasa terdapat tiga macam mengikat penutur pada kebenaran proposisi
tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur itu yang diungkapkan, misalnya menyatakan
berturut-turut dapat dijelaskan sebagai (stating), menyarankan (suggesting),
berikut: (1) tindak lokusioner (locutionary membual (boasting), mengeluh
acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary (complaining), dan mengklaim (claiming).
acts), (3) tindak perlokusioner (2) Direktif (directives) yakni bentuk tutur
(perlocutionary acts). yang dimaksudkan penuturnya untuk
Tindak lokusioner adalah tindak membuat pengaruh agar mitra tutur
bertutur dengan kata, frasa, kalimat sesuai melakukan tindakan, misalnya memesan
dengan makna yang dikandung oleh kata, (ordering), memerintah (commanding),
frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur ini dapat memohon (requesting), menasihati
disebut the act of saying something. Dalam (advising), dan merekomendasi
tindak lokusioner tidak dipermasalahkan (recommending). (3) Ekspresif
maksud dan fungsi tuturan yang (ekspressives) adalah bentuk tuturan yang
disampaikan oleh si penutur. Jadi, tuturan berfungsi untuk menyatakan atau
tanganku gatal misalnya, semata-mata menunjukkan sikap psikologis penutur
hanya dimaksudkan untuk memberi tahu si terhadap suatu keadaan, misalnya berterima
mitra tutur bahwa pada saat tuturan itu kasih (thanking), memberi selamat
dimunculkan tangan penutur sedang dalam (congratulating), meminta maaf
keadaan gatal. (pardoning), menyalahkan (blaming),
Tindak ilokusioner adalah tindak memuji (praising), dan berbelasungkawa
melakukan sesuatu dengan maksud dan (condoling). (4) Komisif (commissives)
fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini dapat yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk
dikatakan sebagai the act of doing menyatakan janji atau penawaran, misalnya
something. Tuturan tanganku gatal yang berjanji (promising), bersumpah (vowing),
diucapkan penutur bukan semata-mata dan menawarkan sesuatu (offering). (5)
dimaksudkan untuk memberi tahu si mitra Deklarasi (declarations) yakni bentuk tutur
tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan
itu rasa gatal sedang bersarang pada tangan kenyataannya, misalnya berpasrah
penutur. Namun, lebih dari itu bahwa (resigning), memecat (dismissing),
penutur menginginkan mitra tutur membabtis (christening), memberi nama
melakukan tindakan tertentu berkaitan (naming), mengangkat (appointing),
dengan rasa sakit gatal pada tangannya itu. mengucilkan (excommunicating), dan
Tindak perlokusi adalah tindak menghukum (sentencing).
menumbuhkan pengaruh (affect) kepada Satu hal mendasar dari
mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut penggolongan tindak tutur ke dalam bentuk-
dengan the act of affecting someone. Tuturan bentuk tuturan menurut tokoh ini adalah
tanganku gatal misalnya, dapat digunakan bahwa satu tindak tutur dapat memiliki
untuk menumbuhkan pengaruh rasa takut maksud dan fungsi yang bermacam-macam.
kepada mitra tutur. Rasa takut itu muncul Lain halnya dengan Leech (1983, Blum-
karena yang menuturkan tuturan itu Kulka (1987), justru menyatakan hal yang
berprofesi sebagai seorang tukang pukul sebaliknya yakni bahwa satu maksud atau
yang kesehariannya sangant erat dengan fungsi bahasa dapat dinyatakan dengan
kegiatan memukul dan melukai orang lain. bentuk tuturan yang bermacam-macam.
Selanjutnya, Searle dalam Rahardi Menyuruh (commanding) misalnya,
(2010) menggolongkan tindak tutur ilokusi dapat dinyatakan dengan berbagai macam
itu ke dalam lima macam bentuk tuturan cara seperti (1) dengan kalimat imperatif
yang masing-masing memiliki fungsi “Tutup jendela itu”, (2) dengan kalimat
komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan performatif eksplisit “Saya minta Saudara
yang menunjukkan fungsi itu dapat menutup jendela itu”, (3) dengan kalimat
dirangkum sebagai berikut. (1) Asertif performatif berpagar “Sebenarnya saya mau
(assertives) yakni bentuk tutur yang minta Saudara menutup jendela itu”, (4)
553
ISBN: 978-602-361-045-7
554
The Progressive and Fun Education Seminar
555